Sunteți pe pagina 1din 54

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN ATHRITIS REUMATOID

MATA KULIAH KOMUNITAS II

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI

1. RAHMAT NUR HIDAYAT


2. EKA WULANSARI
3. GALUH
4. JAN JETER BAFA
5. LISMAWATI
6. MARIA REGINA BRIA
7. NOPELITA
8. UPRIANI AMIN

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
TA: 2016/2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Athritis Reumatoid” ini dengan
lancar. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Firmina Theresia Kora, S.Kep, MPH sebagai dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Komunitas II
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun.

Yogyakarta, 28 November 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula
pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu
golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang
menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah reumatoid artritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya
usia manusia.

Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun dari jaringan ikat terutama


sinovial dan kausanya multifaktor. Penyakit ini ditemukan pada semua sendi
dan sarung sendi tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain menyerang sendi
tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.
Artritis kronik yang terjadi pada anak yang menyerang satu sendi atau lebih,
dikenal dengan artitis reumatoid juvenil.

Biasanya reumatoid artritis timbul secara sistemik. Gejala yang timbul berupa
nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul sering terdapat di
ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis reumatoid, yang merupakan
manisfestasi ekstra artikular. Bila penyakit ini terjadi bukan pada sendi, seperti
bursa, sarung tendon, dan lokasi lainnya dinamakan reumatoid ektra artikular.

Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan
golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada
sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan
gangguan gerak. Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak
sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Pucak
dari reumatoid artritis terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini
terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden
familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ). Untuk itu akan dibahas
lebih lanjut pada makalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
reumatoid artritis.

B. TUJUAN KHUSUS
Mengetahui tentang teori dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Athritis
Reumatoid.
C. TUJUAN UMUM
1. Mengetahui pengertian athritis reumatoid
2. Mengetahui epidemologi athritis reumatoid
3. Mengetahui klasifikasi athritis reumatoid
4. Mengetahui etiologi athritis reumatoid
5. Mengetahui manifestasi klinis athritis reumatoid
6. Mengetahui patofisiologi athritis reumatoid
7. Mengetahui pathway athritis reumatoid
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang athritis reumatoid
9. Mengetahui penatalaksanaan klinis athritis reumatoid
10. Mengetahui pencegahan dan perawatan athritis reumatoid
11. Mengetahui komplikasi demensia athritis reumatoid
12. Mengetahui konsep asuhan keperawatan athritis reumatoid
13. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan athritis reumatoid
D. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan athritis reumatoid ?
2. Bagaimana epidemologi athritis reumatoid ?
3. Jelaskan klasifikasi athritis reumatoid?
4. Jelaskan etiologi athritis reumatoid?
5. Bagaimana manifestasi klinis athritis reumatoid?
6. Bagaimana patofisiologi athritis reumatoid?
7. Bagaimana pathway athritis reumatoid?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang athritis reumatoid?
9. Apa saja penatalaksanaan klinis athritis reumatoid?
10. Bagaimana pencegahan dan perawatan athritis reumatoid?
11. Apa saja komplikasi athritis reumatoid?
12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan athritis reumatoid?
13. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan athritis reumatoid?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI ATRHTITIS REUMATOID

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi (Gordon, 2002).

Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat


sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simetris. Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang
menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dan
sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantai oleh imunitas
dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Biasanya terjadi destrukti sendi progesif,
walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.

Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan


pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering
pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang
sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut,
panggul serta pergelangan tangan. (Muttaqin, 2006)

Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang


menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang
biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang
melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur
sendi disekitarnya, termasuk kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa.
Akhirnya, ligamen dan tendon mengalami. Inflamasi ditandai oleh akumulasi
sel darah putih, aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan
jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membran sinovial mengalami hipertrop i
dan menebal sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi
nekrosis sel dan respon inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh
jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke
seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut
lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan nyeri
hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).

B. EPIDEMOLOGI ATHRITIS REUMATOID


Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti
penyakit hipertensi, diabetes atau AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah
kesehatan yang cukup mengganggu dan terjadi dimana-mana Rheumatoid arthritis
adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi lebih dari
1,3 juta orang Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan.
Bahkan, 1-3% wanita mungkin mengalami 2-3 kali rheumatoid arthritis dalam
hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai anta dekade keempat dan keenam dari
kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis dapat mulai pada usia berapa pun
(American College of Rheumatology, 2012).

Di Indonesia sendiri kejadian penyakit ini lebih rendah dibandingkan


dengan negara maju seperti Amerika. Prevalensi kasus rheumatoid arthritis
diIndonesia berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% sementara di Amerika mencapai
3% (Nainggolan, 2009). Angka kejadia rheumatoid arthritis di Indonesia pada
penduduk dewasa (di atas 18 tahun berkisar 0,1% hingga 0,3%. Pada anak dan
remaja prevalensinya satu per 100.000 orang. Diperkirakan jumlah penderita
rheumatoid arthritis di Indonesia 360.000 orang lebih (Tunggal, 2012).

C. KLASIFIKASI ARTHRITIS REUMATOID


1. Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe,
yaitu:
2. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
3. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
4. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling
sedikit dalam waktu 6 minggu.
5. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 3 bulan.
Adapun stadium pada athritis reuatoid adalah sbb:
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi
tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan
bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
3. Stadium deformitas.
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan
pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan
pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang

D. ETIOLOGI ARTHRITIS REUATOID


Rheumatik merupakan sindrom hingga saat ini terdapat lebih dari 100 macam
penyakit yang di klasifikasikan dalam golongan reumatik, sebagian besar belum
dapat di jelaskan penyebabnya, pada usia lanjut sebab-sebab gangguan rematik
atau muskloskletal dapat di klompokkan sbb.
1. Mekanik
a. penykit sendi degenerative ( osteoartritis )
b. Sterosis spinal
2. Metabolik
a. Osteoporosis, myxelema, penyakit paget.
3. Berkaitan dengan penyakit keganasan : atropati karsino-matosa atau
neuriomiopati dan dermatomyositis, osteo - artropati hipertropika.
4. Pengaruh obat
a. diuretika dapat menimbulkan GOUT.
b. Lupus eritronatosis sistemik
5. Radang -polymyalgia cheumatika, temporal ( giant cell ) Artrititis gout.
a. Adapun beberapa faktor yang di ketahui adalah.
b. Usia lebih dari 40 tahun
c. jenis kelamin, wanita lebih sering
d. suku bangsa
e. genetik
f. kegemukan dan penyakit metabolik
g. cedera sendi,pekwrjaan dan olahraga
h. kelainan pertumbuhan
i. kepadatan tulang dan lain-lain.

E. MANIFESTASI KLINIS ARTHRITIS REUMATOID


Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu serta
sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang
hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumatoid mono-artikular.
(Chairuddin, 2003).
Kriteria dm American Rheumatism Association (ARA) yang di revisi 1987,
adalah:
a. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
b. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian(soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang
(hyperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan
dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang memenuhi
criteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan,
siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
c. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.
d. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama;(tidak mutlak
bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyartritis
simultaneously).
e. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang
dokter.
f. Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid
serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang
dari 5% kelompok control.
g. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar
rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus
menunjukkkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi
pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
Diagnosis artritis reumatoid ditegakkan jika sekurang-kurangnya terpenuhi
4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama
6 minggu. (Mansjoer, 2001).
Tanda gejala lain pada arhritis reumatoid adalah sbb:
Pada lutut - nyeri lutut
- Kapasitasi
- Terjadi kekakuan pada pagi hari
- Pembesrn tulang
- Perubahan gaya berjalan

Pada pinggul - nyeri pinggul

- Rotasi internal 15
- Kekakuan pada hari <60 menit
- Umur >50 tahun
- Nyeri saat rotasi internal
- X foto Adanya penyempitan tulang sendi

Pada tangan - nyeri tangan, sakit atau kekakuan Pembesaran


jaringan keras dari 2 atau lebih dari 10 sendi tangan
F. PATOFISIOLOGI ARTHRITIS REUMATOID
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrindan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus,atau penutup yang menutupi kartilago.
Pannus masuk ketulang subchondria.jaringan granulasi menguat karena radang
menumbulkan gangguan pada nurisi kartilago artikuer.

Kertilago menjadi nekrosis, tingkat erosi dari kertilago menentukan tingkat ketidak
mampuan sendi. Bila kertilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (antikilosis). Kerusakan kartilago
dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan menimbulkan
sublukasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang subchondrian bisa
menyebabkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematiodberbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan an tidak adanya serangan. Semetara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Ada juga klien terutama
yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematiod) ganguan akan
menjadi kronis yang progresif.
G. PATHWAY ARTHRITIS REUMATOID

Reaksi faktor R dengan anti

body, faktor metabolik infeksi Reaksi peradangan Nyeri

dengan kecenderungan virus

Kekakuan sendi Synovial menebal Kurangnya informasi

Hambatan mobalitas Defisiensi pengetahuan


Pannus
fisik ansietas

Nodul Infiltrasi dalam os. subcondria

Deformitas sendi

Hambatan nutrisi pada kartilago


Gangguan body
artikularis
image

Kartilago nekrosis Kerusakan kartilago

dan tulang

Erosi kartilago

Hambatan mobilitas fisik Adhsi pada permkaan sendi Tendon dan

ligamen melemah

Ankilosis fibrosa

Kekuatan sendi Ankilosis tulang

Keterbatasan sendi Hilangnya kekuatan otot

Mudah luksasi dan sunlukasi


Defisit perawatan diri Resiko cidera
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma.

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWAT TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
AN
Nyeri Setelah dilakukan tindakan  Kaji keluhan nyeri,  Membantu
berhubungan keperawatan selama 3x24 catat lokasi dan dalam
dengan agen jam diharapkan tidak intensitas (skala 0- menentukan
pencedera, ada Keluhan nyeri, 10). Catat faktor- kebutuhan
distensi jaringan dengan kriteria : faktor yang manajemen
oleh akumulasi ü Menunjukkan nyeri hilang/ mempercepat dan nyeri dan
cairan/ proses terkontrol tanda-tanda rasa keefektifan
inflamasi, sakit non verbal program
destruksi sendi.  Terlihat 
rileks, Berikan matras/
dapat kasur keras, bantal
tidur/beristirahat kecil,. Tinggikan
dan berpartisipasi linen tempat tidur  Matras yang
dalam aktivitas sesuai kebutuhan lembut/
sesuai kemampuan. empuk, bantal
 Mengikuti program yang besar
farmakologis yang akan
diresepkan mencegah
 Menggabungkan  Tempatkan/ pemeliharaan
keterampilan pantau kesejajaran
relaksasi dan penggunaan tubuh yang
aktivitas hiburan ke bantl, tepat,
dalam program karung menempatkan
kontrol nyeri. pasir, stress pada
gulungan sendi yang
trokhanter, sakit.
bebat, brace. Peninggian
linen tempat
tidur
menurunkan
tekanan pada
 Dorong sendi yang
untuk sering terinflamasi/ny
mengubah eri
posisi,.  Mengistirahatk
Bantu untuk an sendi-sendi
bergerak di yang sakit dan
tempat tidur, mempertahank
sokong an posisi
sendi yang netral.
sakit di atas Penggunaan
dan bawah, brace dapat
hindari menurunkan
gerakan nyeri dan
yang dapat
menyentak. mengurangi
 Anjurkan kerusakan
pasien untuk pada sendi
mandi air  Mencegah
hangat atau terjadinya
mandi kelelahan
pancuran umum dan
pada waktu kekakuan
bangun sendi.
dan/atau Menstabilkan
pada waktu sendi,
tidur. mengurangi
Sediakan gerakan/ rasa
waslap sakit pada
hangat sendi
untuk
mengompre
s sendi-
sendi yang  Panas
sakit meningkatkan
beberapa relaksasi otot,
kali sehari. dan mobilitas,
Pantau suhu menurunkan
air kompres, rasa sakit dan
air mandi, melepaskan
dan kekakuan di
sebagainya. pagi hari.
 Berikan Sensitivitas
masase yang pada panas
lembut dapat
 Ajarkan dihilangkan
teknik non dan luka
farmakologi dermal dapat
(relaksasi,
distraksi, disembuhkan
relaksasi
progresif)

 Meningkatkan
relaksasi/
 Kolaborasi: mengurangi
Berikan nyeri
obat-obatan  Meningkatkan
sesuai realaksasi,
petunjuk mengurangi
(mis:asetil tegangan otot/
salisilat) spasme,
memudahkan
untuk ikut
serta dalam
 Berikan terapi
kompres  Sebagai anti
dingin jika inflamasi dan
dibutuhkan efek analgesik
ringan dalam
mengurangi
kekakuan dan
meningkatkan
mobilitas.
 Rasa dingin
dapat
menghilangka
n nyeri dan
bengkak
selama periode
akut

Gangguan Setelah dilakukan tindakan  Evaluasi/  Tingkat


mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 lanjutkan aktivitas/
berhubungan jam diharapkan mobilitas pemantauan latihan
dengan fisik baik dengan kriteria : tingkat tergantung
deformitas inflamasi/ dari
skeletal, nyeri,  Mempertahankan rasa sakit perkembangan
penurunan, fungsi posisi pada sendi / resolusi dari
kekuatan otot. dengan tidak  peoses
hadirnya/  Pertahankan inflamasi
pembatasan istirahat  Istirahat
kontraktur. tirah baring/ sistemik
 Mempertahankan duduk jika dianjurkan
ataupun diperlukan selama
meningkatkan jadwal eksaserbasi
kekuatan dan aktivitas akut dan
fungsi dari dan/ untuk seluruh fase
atau kompensasi memberikan penyakit yang
bagian tubuh periode penting untuk
 Mendemonstrasika istirahat mencegah
n tehnik/ perilaku yang terus kelelahan
yang menerus dan mempertahank
memungkinkan tidur malam an kekuatan
melakukan hari yang
aktivitas tidak
terganmggu.
 Bantu  Mempertahank
dengan an/
rentang meningkatkan
gerak fungsi sendi,
aktif/pasif, kekuatan otot
demikiqan dan stamina
juga latihan umum.
resistif dan Catatan :
isometris latihan tidak
jika adekuat
memungkin menimbulkan
kan kekakuan
sendi,
karenanya
aktivitas yang
berlebihan
 Ubah posisi dapat merusak
dengan sendi
sering  Menghilangka
dengan n tekanan pada
jumlah jaringan dan
personel meningkatkan
cukup. sirkulasi.
Demonstrasi  Mempermuda
kan/ bantu h perawatan
tehnik diri dan
pemindahan kemandirian
dan pasien. Tehnik
penggunaan pemindahan
bantuan yang tepat
mobilitas, dapat
mis, trapeze mencegah
robekan abrasi
kulit
 Meningkatkan
 Posisikan stabilitas (
dengan mengurangi
bantal, resiko cidera )
kantung dan
pasir, memerptahank
gulungan an posisi sendi
trokanter, yang
bebat, brace diperlukan dan
kesejajaran
tubuh,
mengurangi
 Gunakan kontraktor
bantal  Mencegah
kecil/tipis di fleksi leher
bawah leher.
 Dorong
pasien
mempertaha  Memaksimalk
nkan postur an fungsi sendi
tegak dan dan
duduk mempertahank
tinggi, an mobilitas
berdiri, dan
berjalan
 Berikan
lingkungan  Menghindari
yang aman, cidera akibat
misalnya kecelakaan/
menaikkan jatuh
kursi,
menggunaka
n pegangan
tangga pada  Berguna
toilet, dalam
penggunaan memformulasi
kursi roda. kan program
 Kolaborasi: latihan/
konsul aktivitas yang
dengan berdasarkan
fisoterapi. pada
kebutuhan
individual dan
dalam
mengidentifika
 Kolaborasi: sikan alat
Berikan  Menurunkan
matras busa/ tekanan pada
pengubah jaringan yang
tekanan. mudah pecah
untuk
mengurangi
risiko
 Kolaborasi: imobilitas
berikan obat-  Mungkin
obatan sesuai dibutuhkan
indikasi untuk
menekan
(steroid). sistem
inflamasi akut

Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan  Dorong  Berikan


Tubuh / keperawatan selama 3x24 pengungkap kesempatan
Perubahan jam diharapkan gangguan an mengenai untuk
Penampilan citra tubuh berkurang masalah mengidentifika
Peran dengan criteria: tentang si rasa takut/
berhubungan proses kesalahan
dengan  Mengungkapkan penyakit, konsep dan
perubahan peningkatan rasa harapan menghadapiny
kemampuan percaya diri dalam masa depan. a secara
untuk kemampuan untuk langsung
melaksanakan menghadapi  Mengidentifik
tugas-tugas penyakit, asi bagaimana
umum, perubahan pada  Diskusikan penyakit
peningkatan gaya hidup, dan arti dari mempengaruhi
penggunaan kemungkinan kehilangan/ persepsi diri
energi, keterbatasan perubahan dan interaksi
ketidakseimbang  Menyusun rencana pada dengan orang
an mobilitas. realistis untuk masa pasien/orang lain akan
depan. terdekat. menentukan
Memastikan kebutuhan
bagaimana terhadap
pandangaqn intervensi/
pribadi konseling
pasien lebih lanjut
dalam
memfungsik
an gaya
hidup  Isyarat
sehari-hari, verbal/non
termasuk verbal orang
aspek-aspek terdekat dapat
seksual. mempunyai
 Diskusikan pengaruh
persepsi mayor pada
pasienmeng bagaimana
enai pasien
bagaimana memandang
orang dirinya sendiri
terdekat  Nyeri konstan
menerima akan
keterbatasan melelahkan,
. dan perasaan
marah dan
bermusuhan
umum terjadi
 Akui dan  Dapat
terima menunjukkan
perasaan emosional
berduka, ataupun
bermusuhan, metode koping
ketergantun maladaptive,
gan. membutuhkan
intervensi
lebih lanjut
 Membantu
 Perhatikan pasien untuk
perilaku mempertahank
menarik an kontrol diri,
diri, yang dapat
penggunaan meningkatkan
menyangkal perasaan harga
atau terlalu diri
memperhati
kan
perubahan
 Susun  Meningkatkan
batasan pada perasaan harga
perilaku mal diri,
adaptif. mendorong
Bantu kemandirian,
pasien untuk dan
mengidentifi mendorong
kasi perilaku berpartisipasi
positif yang dalam terapi
dapat  Mempertahank
membantu an penampilan
koping yang dapat
 Ikut meningkatkan
sertakan citra diri
pasien  Memungkinka
dalam n pasien untuk
merencanak merasa senang
an terhadap
perawatan dirinya sendiri.
dan Menguatkan
membuat perilaku
jadwal positif.
aktivitas Meningkatkan
 Bantu dalam rasa percaya
kebutuhan diri
perawatan  Pasien/orang
yang terdekat
diperlukan mungkin
 Berikan membutuhkan
bantuan dukungan
positif bila selama
berhadapan
perlu. dengan proses
jangka
panjang/
ketidakmampu
an
 Kolaborasi:  Mungkin
Rujuk pada dibutuhkan
konseling pada sat
psikiatri, munculnya
mis: perawat depresi hebat
spesialis sampai pasien
psikiatri, mengembangk
psikolog. an kemapuan
koping yang
lebih efektif

 Kolaborasi:
Berikan obat-
obatan sesuai
petunjuk,
mis; anti
ansietas dan
obat-obatan
peningkat
alam
perasaan.

Defisit Setelah dilakukan tindakan  Diskusikan  Mungkin


perawatan diri keperawatan selama 3x24 tingkat dapat
berhubungan jam diharapkan klien dapat fungsi melanjutkan
dengan mengatur kegiatan sehari- umum (0-4) aktivitas
kerusakan hari, dengan criteria hasil: sebelum umum dengan
musculoskeletal, timbul melakukan
penurunan  Melaksanakan awitan/ adaptasi yang
kekuatan, daya aktivitas perawatan eksaserbasi diperlukan
tahan, nyeri pada diri pada tingkat penyakit dan pada
waktu bergerak, yang konsisten potensial keterbatasan
depresi. dengan perubahan saat ini
kemampuan yang
individual sekarang
 Mendemonstrasika diantisipasi.
n perubahan teknik/  Pertahankan  Mendukung
gaya hidup untuk mobilitas, kemandirian
memenuhi kontrol fisik/emosiona
kebutuhan terhadap l
perawatan diri. nyeri dan  Menyiapkan
 Mengidentifikasi program untuk
sumber-sumber latihan. meningkatkan
pribadi/ komunitas kemandirian,
yang dapat yang akan
memenuhi meningkatkan
kebutuhan harga diri
perawatan diri.  Kaji  Berguna untuk
hambatan menentukan
terhadap alat bantu
partisipasi untuk
dalam memenuhi
perawatan kebutuhan
diri. individual.
Identifikasi Mis;
/rencana memasang
untuk kancing,
modifikasi menggunakan
lingkungan alat bantu
memakai
sepatu,
menggantungk
an pegangan
 Kolaborasi: untuk mandi
Konsul pancuran
dengan ahli  Mengidentifik
terapi asi masalah-
okupasi. masalah yang
mungkin
dihadapi
karena tingkat
 Kolaborasi: kemampuan
Atur actual
evaluasi  Mungkin
kesehatan di membutuhkan
rumah berbagai
sebelum bantuan
pemulangan tambahan
dengan untuk
evaluasi persiapan
setelahnya, situasi di
mis: rumah
pelayanan
perawatan
rumah, ahli
nutrisi.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTHRITIS REUATOID
1. Tes serologi
a) BSE positif.
b) Darah,bias terjadi anemia atu leukositosis.
c) Rhematoid factor,terjadi 50-90& penderita.
2. Pemeriksaan radiologi
a) Periartricular osteoporosis,permulaan persendian erosi.
b) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit,subluksasi dan
ankilosis.
3. Aspirasi sendi
Cairan synovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari
sendi di kultur dan bias di periksa secara makroskopik.

K. PENATALAKSANAAN KLINIS ARTHRITIS REUATOID


1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik,hanya bersifat
simtomatik.obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis.
a. Analgesik yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4 g/hr
atau propoksifen HCL.Asam salisilat juga cukup efektif namun
perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal.
b. Jika tidak berpengaruh, atau jika terdapat tanda peradangan,maka
OAINS seperti fenoprofin,piroksikam,ibuprofen,dan sebagainya
dapat digunakan.Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis
penuh untuk arthritis rheumatoid.Oleh karena pemakaian biasanya
untuk jangka panjang,efek samping utama adalah gangguan mukosa
lambung daan gangguan faal ginjal.
2. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk,penyangga
untuk lordosis lumbal,menghindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit, dan pemaaian alat-alat untuk meringankan kerja sendi.
3. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan.
4. Dukungan psikososial.
5. Persoalan seksual, terutama pada pasien dengan osteoarthritis di tulang
belakang.
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang
cepat.
7. Operasi dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata,
dengan nyeri yang menetap, dan kelemahan fungsi.

L. KOMPLIKASI ARTHRITIS REUMATOID


1. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs, DMRAD) yang
menjadi penyebab mordibitas dan mortalitas utama pada artitis
reumatoid.
2. Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan
verterbra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis. (Mansjoer,
2001). Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan
trombosis dan infark.
3. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung
atau pada paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat
terganggu. Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat
aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
4. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari,
depresi, dan stress keluarga dapat menyertai aksaserbasi penyakit
(Corwin,2009).
5. Osteoporosis.
6. Nekrosis sendi panggul.
7. Deformitaas sendi.
8. Kontraktur jaringan lunak.
9. Sindrom Sjogren (Bilotta, 2011).
BAB III

KASUS

Ny. M berusia 55 tahun datang ke UGD dengan keluhan, Klien mengatakan pergelangan kaki
kanan dan kiri terasa kaku, Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk,Klien mengatakan
nyeri timbul pada malam dan pagi hari saat bangun tidur,Klien mengatakan nyeri bertambah
saat bergerak, Klien tampak berhati-hati bergerak, skala nyeri 7. Ekspresi wajah
meringis,Ada oedema, kemerahan, dan kulit teraba panas pada area dorsum pedis dextra,
Nyeri tekan pada area dorsum pedis, Klien mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus
dibantu dengan tongkat, mandiri dalam semua hal kecuali mobilisasi,ROM terbatas pada
pergelangan kaki kanan dan kaki kiri karena nyeri, Klien menggunakan tongkat saat berdiri
dan berjalan,Skala kekuatan otot 5 atau sedang,Kaki klien gemetar saat berdiri, Klien
mengatakan selama sakit tidak pernah bekerja/berkebun lagi, Klien mengatakan pagi ini
belum mandi,Klien mengatakan kesulitan saat mandi. Rambut tampak acak-
acakan,Penampilan tidak rapi,Tercium bau badan klien, Kuku panjang dan kotor, mandi 2
kali/hari namun kurang bersih. Pada pemeriksaan TTV terdapat : TD :140/90 mmHg,
suhu :37,8 pernapasan :25 X/mnit, nadi :84X/menit.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN ATHRITIS REUMATOID

A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
1. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. M
Tempat/ tanggal lahir : Jogja, 20 Juni 1965
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan terakhir : SMA
Golongan Darah :B
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Alamat : jalan nitikan baru no 70

Keluarga atau orang lain yang penting/ yang dapat di hubungi


Nama : Tn. S
Alamat : Nitikan baru gn teratai no 3
No. telp : 081123347765
Jenis kelamin : laki-laki
Hubungan dengan usila/klien : suami

2. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai wiraswasta

3. Aktivitas rekreasi

Pasien kadang berekreasi dengan keluarga kalau ada waktu libur

4. Riwayat keluarga
a. Saudara/ anak kandung
Nama Keadaan saat ini Keterangan
Tn.A Klien mengatakan ayah Ayah kandung
Ny.M meninggal
diumur 50thn
Ny.C Klien mengatakan ibu Ibu kandung
Ny.M meninggal
diumur 55thn

Tn.G Klien mengatakan Tn.G Anak kandung


adalah anak satu-satu
nya, Tn.G tidak
memiliki penyakit yang
serius.

An.D Klien mengatakan An.D Anak Tn.G


adalah cucu nya, An.D
sehat dan tidak memiliki
penyakit kronis.

b. Riwayat kematian dalam keluarga


Klien mengatakan, ayah meninggal saat Ny.M berusia 15thn dan ibu
meninggal saat Ny.M berusia 25thn.

c. Kunjungan keluarga
Klien mengatakan, anak Ny.M setiap hari mengunjungi bersama istri dan
cucunya.

B. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Nutrisi
Saat dirumah
klien mengatakan, dirumah biasa makan 2x sehari dan habis satu porsi. Banyak nasi
satu sendok nasi dengan lauk ikan dan sayur-sayuran.
Saat dirumah sakit
Klien mengatakan, saat dirumah sakit makan 3x sehari dan menghabiskan satu porsi
makanan yang telah disediakan oleh rumah sakit. Klien mengatakan, nafsu makan
baik.
2. Eliminasi
a. BAK
Saat dirumah:
Klien mengatakan, dirumah buang air kecil ditoilet secara mandiri tanpa
bantuan alat, namun saat rematik nya kambuh klien mengatakan ketoilet
menggunakan tongkat.
Saat dirumah sakit:
Klien mengatakan, dirumah sakit buang air kecil dengan bantuan keluarga
menggunakan alat.
b. BAB
Saat dirumah:
Klien mengatakan, dirumah BAB ditoilet dan 2x sehari pagi sore.
Saat dirumah sakit:
Klien mengatakan, dirumah sakit BAB 2x sehari pagi sore dengan bantuan
alat dan keluarga.
3. Personal hygiene
a. Mandi
Saat dirumah:
Klien mengatakan, dirumah mandi sekali sehari setiap sore hari saja, jika
pergelangan kaki kaku dan terasa sangat nyeri klien mengatakan tidak mandi
karena kesulitan untuk jalan ke toilet, sehingga membuat malas andi.
Saat dirumah sakit:
Klien mengatakan, dirumah sakit malas mandi karena air dingin.
b. Oral hygiene
Klien mengatakan saat dirumah gosok gigi sekali sehari.
Saat dirumah sakit, klien mengatakan tidak pernah gosok gigi.
c. Cuci rambut
Saat dirumah klien mengatakan, mencuci rambut rambut 1x seminggu.
Saat dirumah sakit klien mengatakan, tidak pernah mencuci rambut.
d. Kuku dan tangan
Kuku terlihat pendek, sedikit kotor. Tangan lurus, jari-jari tangan ada 5 dan
tidak bengkok.
e. Istirahat dan tidur
Saat dirumah ataupun dirumah sakit, klien mengatakan tidak kesulitan untuk
tidur. Dalam sehari klien tidur selama 7 jam, namun saat dirumah sakit klien
lebih sering tidur.
f. Kebiasaan mengisi waktu luang
Pasien tidak ada aktivitas yang berat hanya bersih-bersih rumah saja yang di
lakukan karena sudah lama tidak bekerja karena penyakitnya.
g. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Pasien hanya kurang berolahraga karena penyakitnya tersebut.
h. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
No Jenis kegiatan Lama waktu setiap kegiatan
1. Bangun tidur Klien mengatakan, bangun tidur
jam 5 pagi.
2. Sholat subuh Klien mengatakan, setelah bangun
tidur klien langsung sholat.
3. Bersih-bersih rumah Klien mengatakan, klien menyapu
lantai dan halaman rumah.
4. Sarapan Klien mengatakan, setelah bersih-
bersih klien sarapan bersama
suami, anak, menantu dan
cucunya.
5. Menonton tv Klien mengatakan, setelah
sarapan klien menonton tv.
6. Tidur siang Klien mengatakan tidur siang
selama kurang lebih 20 menit.
7. Bermain dengan cucu Klien mengatakan disore hari
menemani cucunya bermain.
8. Makan malam Klien mengatakan, makan malam
bersama suami, anak, menantu
dan cucunya.
9. Tidur Setelah semua kegiatan klien tidur
jam 9 malam.
C. STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama 1 tahun terakhir
Klien mengatakan terasa nyeri dan kaku di pergelangan kaki kiri dan kanan.
b. Gejala yang di rasakan
Seperti di tusuk-tusuk jika nyeri di pergelangan kaki kambuh.
c. Faktor pencetus
Pola makan yang tidak baik (gaya hidup) dan jarang berolahraga
d. Timbulnya keluhan
Setelah 6 bulan terakhir
e. Waktu timbulnya keluhan
Setiap pagi hari
f. Upaya mengatasi
Klien hanya rutin memeriksakan ke dokter dan meminum obat dari dokter untuk
mengurangi rasa nyeri bila kambuh.

2. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Penyakit yang pernah di derita
Klien mengatatakan, tidak memiliki riwayat keturunan seperti hipertensi, DM
ataupun riwayat rematik sebelumnya.
b. Riwayat alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi

c. Riwayat kecelakaan
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan seperti jatuh dari sepeda motor
ataupun terpeleset ditoilet.

d. Riwayat di rawat di rumah sakit


Klien mengatakan, sudah pernah di rawat di RS karena sakit yang sama yaitu
Artritis Rhematoid

e. Riwayat pemakaian obat


Klien hanya meminum obat dari dokter untuk penyakitnya.
3. Pengkajian / pemeriksaan fisik (observasi, pengukran, auskultasi, perkusi, palpasi)
a. Keadaan umum (TTV) : TD:140/90 mmHg
N : 84x/menit
RR :25x/menit
S : 37,8
b. BB/TB : 57/160cm
c. Mata : Mata normal
d. Telinga : telinga agak kotor
e. Mulut, gigi dan bibir :
mulut kotor dan bau jika bicara, gigi juga kotor dan bibir tidak ada masalah
f. Leher : leher tidak ada pembengkakan
g. Dada
 Jantung
Inspeksi :
tidak terlihat ada warnah pigmen yang berbeda, tidak terlihat ada
pembengkakan dan ukuran dada simetris
Palpasi :
tidak ada pembengkakan yang teraba tidak ada nyeri tekan pada daerah
jantung.
Perkusi :
tidak ada suara yang abnormal, terdengar suara jantung normal dari sonor
ke redup.
Auskultasi :
Tidak ada suara kebocoran jantung, suara normal lup dub.

 Paru
Inspeksi :
tidak terlihat adanya pigmen kulit yangberbeda, tidak terlihat ada
pembengkakan maupun kelainan pada daerah paru.
Palpasi : tidak teraba adanya pembengkakan
Perkusi : terdengar suara sonor .
Auskultasi :
tidak terdengar suara tambahan seperti ronchi, weezing dan kreckes.
h. Abdomen
Inspeksi :
simetris tidak terlihat adanya pembengkakan pada daerah lever maupun daerah
perut yang lain.
Auskultasi :
Terdengar suara peristaltik usus 20x/m
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan.
Perkusi :
Terdengar suara ruang kosong saat diperkusi

i. Fungsi reproduksi :
Klien mengatakan, sudah tidak lagi haid karena menopous

j. Kulit : kulit terlihat kotor, dan teraba hangat

k. Ekstrimitas atas : kekuatan otot 5,5

l. Ekstrimitas bawah : kekuatan otot 4,4


Keterangan
0 : tidak ada kontraksi otot
1 : kontraksi otot dapat di palpasi tanpa gerakan sendi
2 : tidak mampu melawan gaya gravitasi
3 : Hanya mampu melawan gaya gravitasi
4 : mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi, mampu
melawan dengan tahanan sedang
5 : mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak penuh, mampu
melawan gaya gravitasi, mampu melawan dengan tahanan penuh.
D. HASIL PENGKAJIAN KHUSUS
Masalah kesehatan kronis
No. Keluhan kesehatan/ gejala yang di Selalu Sering Jarang Tidak
rasakan klien dalam waktu 3 bulan (3) (2) (1) pernah
terakhir berkaitan dengan fungsi-fungsi (0)
A. Fungsi Penglihatan
1. Penglihatan kabur -
2. Mata berair -
B. Fungsi pendengaran
3. Pendengaran berkurang -
4. Telinga berdenging -
C. Fungsi paru-paru
5. Batuk lama disertai keringat malam -
6. Sesak nafas -
7. Berdahak/sputum -
D. Fungsi jantung
8. Jantung berdebar-debar -
9. Cepat lelah -
10. Nyeri dada -
E. Fungsi pencernaan
11. Mual/ muntah -
12. Nyeri ulu hati -
13. Makan & minum banyak (berlebihan) -
14. Perubahan kebiasaan BAK -
(mencret/sembelit)
F. Fungsi pergerakan
15. Nyeri kaki saat jalan -
16. Nyeri pinggang dan tulang belakang -
17. Nyeri persendian dan bengkak -
G. Fungsi persyarafan
18. Lumpuh/kelemahan pada kaki atau -
tangan
19. Kehilangan rasa -
20. Gemetar/tremor -
21. Nyeri pegal pada daerah tengkuk -
H. Fungsi saluran perkemihan -
22. BAK banyak -
23. Sering BAK pada malam hari -
24. Tidak mampu mengontrol pengeluaran -
air kemih (ngompol)
Jumlah 9 10 8
Analisa hasil :

Skor  25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis
ringan
Skor 26 – 50 : masalah kesehatan kronis sedang

Skor  51 : masalah kesehatan kronis berat

Penjelasan hasil:
Pasien mengalami masalah kesehatan kronis sedang karenan jumlahnya 27,
masalah kesehatan pasien masi bisa di tanggulangi dengan perawatan medis ke
pasien.
E. ANALISA DATA
NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI PROBLEM
1. Ds: klien mengatakan terasa nyeri Agen cidera Nyeri Akut
pada kedua bagian pergelangan biologis
kaki.
Do:
Klien gelisah
ekspresi wajah meringis
P: nyeri karena berjalan
Q: pergelangan kaki kiri dan kanan
R: nyeri seperti ditusuk-tusuk
S: skala 7
T: pada malam dan pagi hari saat
bangun tidur
TD: 140/90 mmHg

2. Ds: klien mengatakan kedua Deformitas skeletal Hambatan


pergelangan kaki terasa kaku. mobilitas fisik
Do:
Telapak kaki sulit digerakkan
Tersentak-sentak saat berjalan
Kekuatan otot 4

3. Ds: klien mengatakan malas mandi Gangguan Defisit perawataan


ataupun membersihkan badan. muskuloskeletal diri
Do:
Rambut terlihat kotor
Kuku panjang dan kotor
Kulit kotor
Gigi kuning dan bau mulut
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Hambatan mibilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

HAR NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


I, DX. KRITERIA HASIL
TGL
Senin 1. Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui
,28 tindakan dengan skala penyebab
nov 2 keperawatan selama PQRST. dan skala
016 3x24 jam, 2. Berikan obat nyeri
diharapkan nyeri analgetik 2. Mengurangi
teratasi dengan 3. Anjurkan rasa nyeri
kriteria hasil: keluarga untuk 3. Memberikan
1. Skala nyeri memberikan rasa nyaman
berkurang, kompres pada pasien
menjadi 3 hangat. 4. Untuk
2. Klien tidak 4. Kolaborasi ketepatan
lagi gelisah dengan dokter dalam
3. Klien mampu dalam pemberian
memanajeme pemberian obat
n nyeri secara analgetik.
mandiri

Senin 2. Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui


,28 tindakan kemampuan kemampuan
nov keperawatan selama klien dalam klien untuk
2016 3x24 jam, melakukan melakukan
diharapkan mobilisasi mobilisasi.
gangguan mobilitas 2. Berikan terapi 2. Mengetahui
fisik teratasi dengan ROM untuk sejauh mana
kriteria hasil: ketahanan otot. kekakuan
1. Kekakuan 3. Anjurkan pada
pada keluarga dan pergelangan
pergelangan klien untuk kaki klien
kaki melakukan 3. Mencegah
berkurang aktivitas keparahan
2. Telapak kaki 4. Kolaborasi kekakuan.
dapat dengan dokter 4. Untuk
digerakkan dan ahli ketepatan
3. Klien mampu fisioterapi. dalam
melakukan memilih
aktivitas terapi.
secara
mandiri

Senin 3. Setelah dilakukan 3. Observasi dan 1. Meningkatk


,28 tindakan bantu an kesehatan
nov keperawatan selama kebersihan pasien
2016 3x24 jam, kuku, rambut, dengan
diharapkan defisit gigi, dan mulut. perawatan
perawatan diri 4. Identifikasi diri yang
teratasi dengan kesulitan dalam adekuat.
kriteria hasil: berpakaian/ 2. Memahami
1. Klien mandi perawatan diri, penyebab
2x sehari seperti : klien
dengan keterbatasan mengalami
gosok gigi. gerak fisik, kesulitan
2. Klien mau apatis/ depresi. dalam
melakukan 5. Pertahankan perawatan
personal lingkungan diri.
hygine. mandi hangat 3. Meningkatk
dan pajankan an
hanya area kenyamana
tubuh yang pasien
sedang dalam
dimandikan. personal
6. Beri klien hygiene.
banyak waktu 4. Pekerjaan
untuk yang tadinya
melakukan mudah
tugas sekarang
menjadi
terhambat
karena
penurunan
motorik dan
perubahan
kognitif

H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI, DX. IMPLEMENTASI RESPON


TGL KEPERAWATAN
Senin, Nyeri akut b.d 1. Mengkaji skala nyeri Ds: klien mengatakan
28 nov agen cidera dengan skala terasa nyeri pada
2016 biologis PQRST. kedua pergelangan
kaki.

Do:
ekspresi wajah
meringis
P: nyeri karena
berjalan
Q: pergelangan kaki
kiri dan kanan
R: nyeri seperti
ditusuk-tusuk
S: skala 7
T: pada malam dan
pagi hari saat bangun
tidur
TD: 140/90 mmHg

2. Memberikan obat Ds: klien mengatakan


analgetik terasa nyeri pada
kedua pergelangan
kaki.

Do: klien terlihat lebih


tenang dan merasa
nyaman setelah
diberikan analgetik.

3. Menganjurkan Ds: klien mengatakan


keluarga untuk terasa nyeri pada
memberikan kedua pergelangan
kompres hangat. kaki.

Do: keluarga
memahami anjuran
perawat untuk
memberikan kompres
hangat.

4. Berkolaborasi Ds: klien mengatakan


dengan dokter dalam terasa nyeri pada
pemberian analgetik kedua pergelangan
kaki.
Do: obat analgetik
yang diberikan
kepadda klien berupa
aspirin.

Senin, Hambatan 1. Mengkaji Ds: klien mengatakan


28 nov mobilitas fisik b.d kemampuan klien kedua pergelangan
2016 deformitas skeletal dalam melakukan kaki terasa kaku.
mobilisasi.
Do:
Telapak kaki sulit
digerakkan
Tersentak-sentak saat
berjalan
Klien terpasang kateter

2. Memberikan terapi Ds: klien mengatakan


ROM untuk kedua pergelangan
ketahanan otot kaki terasa kaku.

Do:
Tanpa bantuan
perawat, telapak kaki
sulit digerakkan.
Klien terlihat lemah.

3. Menganjurkan Ds: klien mengatakan


keluarga dan klien kedua pergelangan
untuk melakukan kaki terasa kaku.
aktivitas kecil.
Do: klien terlihat
masih lemah
Klien hanya tidur-
tiduran dibed

4. Berkolaborasi Ds:klien mengatakan


dengan dokter dan kedua pergelangan
ahli fisioterapi kaki terasa kaku.

Do: telapak kaki sulit


digerakkan
Klien terlihat lemah

Seinn, Defisit perawatan 1. Mengobservasi dan Ds: klien mengatakan


28 nov diri b.d gangguan bantu kebersihan malas mandi dan
2016 muskuloskeletal kulit, kuku, rambut, hanya 1x dalam sehari,
gigi, dan mulut. jarang gosok gigi.

Do:
kuku terlihat kotor
rambut terlihat kotor
gigi kuning dan bau
mulut
klien menolak untuk
mandi

2. Mengidentifikasi Ds: klien mengatakan


kesulitan dalam sulit berjalan ke kamar
berpakaian/ mandi, sehingga malas
perawatan diri, untuk mandi.
seperti : keterbatasan
gerak fisik, apatis/ Do:
depresi. Klien terlihat lemah
Klien menolak untuk
mandi
3. Mempertahankan Ds: klien mengatakan
lingkungan mandi merasa nyaman
hangat dan pajankan walaupun tidak mandi.
hanya area tubuh
yang sedang Do:
dimandikan. ekspresi menolak

4. Memberikan klien Ds: klien mengatakan


banyak waktu untuk sulit melakukan
melakukan tugas aktivitas sendiri.

Do: klien hanya tidur


diatas bed

Selasa, Nyeri akut b.d 1. Mengkaji skala nyeri Ds: klien mengatakan
29 nov agen cidera dengan skala nyeri sedikit
2016 biologis PQRST. berkurang.

Do:
P: nyeri karena
berjalan
Q: pergelangan kaki
kiri dan kanan
R: nyeri seperti
ditusuk-tusuk
S: skala 5
T: pada malam dan
pagi hari saat bangun
tidur
TD: 140/90 mmHg
2. Memberikan obat Ds: klien mengatakan
analgetik nyeri sedikit berkurang

Do: klien terlihat lebih


tenak setelah diberi
analgetik.

3. Menganjurkan Ds: keluarga


keluarga untuk mengatakan selalu
memberikan mengompres dengan
kompres hangat. air hangat.

Do: keluarga klien


melakukan anjuran
perawat.

Selasa, Hambatan 1. Mengkaji Ds: klien mengatakan


29 nov mobilitas fisik b.d kemampuan klien rasa kaku di kedua
2016 deformitas skeletal dalam melakukan pergelangan kaki
mobilisasi berkurang.
.
Do: klien mampu
untuk duduk, kaki bisa
ditekuk, telapak kaki
bisa digerakkan.

2. Memberikan terapi Ds: klien mengatakan


ROM untuk kekakuan pada kedua
ketahanan otot pergelangan kaki
berkurang.

Do: klien mengikuti


instruksi terapi ROM.
3. Berkolaborasi Ds: klien mengatakan
dengan dokter dan kekakuan pada kedua
ahli fisioterapi. pergelangan kaki
berkurang.

Do: klien terlihat lebih


tenang.

Selasa, Defisit perawatan 1. Mengobservasi dan Ds: klien mengatakan


29 nov diri b.d gangguan bantu kebersihan mandi 1x sehari dan
2016 muskuloskeletal kulit, kuku, rambut, gosok gigi.
gigi, dan mulut.
Do: kulit terlihat
bersih, rambut kotor,
tidak ada bau mulut,

2. Mengidentifikasi Ds: klien mengatakan


kesulitan dalam saat melakukan
berpakaian/ personal hygine diatas
perawatan diri, tempat tidur.
seperti : keterbatasan
gerak fisik, apatis/ Do: klien tidak
depresi. menolak untuk mandi
dengan bantuan
perawat.
3. Mempertahankan Ds: klien mengatakan
lingkungan mandi badan terasa lebih enak
hangat dan pajankan setelah mandi.
hanya area tubuh
yang sedang Do: klien tidak
dimandikan. menolak untuk mandi.
Rabu, Nyeri akut b.d 1. Mengkaji skala nyeri Ds: klien mengatakan
30 nov agen cidera dengan skala nyeri berkurang.
2016 biologis PQRST.
Do:
P: nyeri karena
berjalan
Q: pergelangan kaki
kiri dan kanan
R: nyeri seperti
ditusuk-tusuk
S: skala 3
T: pada malam dan
pagi hari saat bangun
tidur
TD: 140/90 mmHg

2. Memberikan obat Ds: klien mengatakan


analgetik. nyeri berkurang.

Do: klien terlihat lebih


tenang.

3. Menganjurkan Ds: keluarga


keluarga untuk mengatakan setiap
memberikan pagi dan malam
kompres hangat. memberikan kompres
hangat.

Do: kelurga terlihat


memberikan kompres
pada klien.
Rabu, Hambatan 1. Mengkaji Ds: klien mengatakan
30 nov mobilitas fisik b.d kemampuan klien pergelangan kaki
2016 deformitas skeletal dalam melakukan sudah tidak kaku lagi.
mobilisasi.
Do: kedua pergelangan
kaki klien terlihat
dapat digerakkan.

2. Memberikan terapi Ds: klien mengatakan


ROM untuk pergelangan kaki
ketahanan otot. sudah bisa ditekuk.

Do: kedua pergelangan


kaki klien dapat
melakukan gerakan
fleksi ekstensi.

Rabu, Defisit perawatan 1. Mengobservasi dan Ds: klien mengatakan


30 nov diri b.d gangguan bantu kebersihan mandi 2x sehari dan
2016 muskuloskeletal kulit, kuku, rambut, gosok gigi dengan
gigi, dan mulut. bantuan perawat.

Do: kulit terlihat


bersih, kuku bersih dan
tidak ada bau mulut.

2. Mempertahankan Ds: klien mengatakan


lingkungan mandi merasa lebih senang
hangat dan pajankan mandi dengan air
hanya area tubuh hangat.
yang sedang
dimandikan Do: klien tidk menolak
untuk mandi.

I. EVALUASI

NO. HARI DX. EVALUASI PARAF


TGL KEPERAWATAN
1. Senin, Nyeri akut b.d agen S: klien mengatakan terasa nyeri
28 nov cidera biologis pada kedua pergelangan kaki.
2016
O:
ekspresi wajah meringis
P: nyeri karena berjalan
Q: pergelangan kaki kiri dan
kanan
R: nyeri seperti ditusuk-tusuk
S: skala 7
T: pada malam dan pagi hari saat
bangun tidur
TD: 140/90 mmHg

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
1. Mengkaji skala nyeri
dengan skala PQRST.
2. Memberikan obat
analgetik.
3. Menganjurkan keluarga
untuk memberikan
kompres hangat.

2. Senin, Hambatan mobilitas S: klien mengatakan nyeri sedikit


28 nov fisik b.d deformitas berkurang.
2016 skeletal.
O: Telapak kaki sulit digerakkan
Tersentak-sentak saat berjalan
Klien terpasang kateter
A: masalah teratasi sebagian.
Menganjurkan keluarga dan klien
untuk melakukan aktivitas kecil.

P: lanjutkan intervensi
1. Mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan
mobilisasi.
2. Memberikan terapi ROM
untuk ketahanan otot.
3. Berkolaborasi dengan
dokter dan ahli fisioterapi.

3. Senin, Defisit perawatan diri S: klien mengatakan malas mandi


28 nov b.d gangguan dan hanya 1x dalam sehari, jarang
2016 muskuloskeletal. gosok gigi.

O: kuku terlihat kotor


rambut terlihat kotor
gigi kuning dan bau mulut
klien menolak untuk mandi

A: masalah teratasi sebagian.


Memberikan klien banyak waktu
untuk melakukan tugas.
P: lanjutkan intervensi
1. Mengobservasi dan bantu
kebersihan kulit, kuku,
rambut, gigi, dan mulut.
2. Mengidentifikasi
kesulitan dalam
berpakaian/ perawatan
diri, seperti : keterbatasan
gerak fisik, apatis/
depresi.
3. Mempertahankan
lingkungan mandi hangat
dan pajankan hanya area
tubuh yang sedang
dimandikan.

1. Selasa, Nyeri akut b.d agen S: klien mengatakan nyeri sedikit


29 nov cidera biologis berkurang.
2016
O: ekspresi wajah tidak menahan
nyeri.
P: nyeri karena berjalan
Q: pergelangan kaki kiri dan
kanan
R: nyeri seperti ditusuk-tusuk
S: skala 5
T: pada malam dan pagi hari saat
bangun tidur
TD: 140/90 mmHg

A: masalah teratasi sebagian.


Skala nyeri berkurang menjadi 5

P: lanjutkan intervensi
1. Mengkaji skala nyeri
dengan skala PQRST.
2. Memberikan obat
analgetik.
3. Menganjurkan keluarga
untuk memberikan
kompres hangat.

2. Selasa, Hambatan mobilitas S: klien mengatakan rasa kaku di


29 nov fisik b.d deformitas kedua pergelangan kaki
2016 skeletal berkurang.

O: klien mampu untuk duduk,


kaki bisa ditekuk, telapak kaki
bisa digerakkan.

A: masalah teratasi sebagian.


Kekakuan pada pergelangan kaki
berkurang.

P: lanjutkan intervensi
1. Mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan
mobilisasi.
2. Memberikan terapi ROM
untuk ketahanan otot.

3. Selasa, Defisit perawatan diri S: klien mengatakan mandi 1x


29 nov b.d gangguan sehari dan gosok gigi.
2016 muskuloskeletal
O: kulit terlihat bersih, rambut
kotor, tidak ada bau mulut,

A: masalah teratasi sebagian.


Klien mandi 1x sehari dan gosok
gigi, kulit bersih, kuku bersih.

P: lanjutkan intervensi
1. Mengobservasi dan bantu
kebersihan kulit, kuku,
rambut, gigi, dan mulut.
2. Mempertahankan
lingkungan mandi hangat
dan pajankan hanya area
tubuh yang sedang
dimandikan.

1. Rabu, Nyeri akut b.d agen S: klien mengatakan nyeri


30 nov cidera biologis berkurang.
2016
O: klien tidak lagi gelisah.
P: nyeri karena berjalan
Q: pergelangan kaki kiri dan
kanan
R: nyeri seperti ditusuk-tusuk
S: skala 3
T: pada malam dan pagi hari saat
bangun tidur
TD: 140/90 mmHg

A: masalah teratasi sebagian.


Skala nyeri berkurang menjadi 3.

P: lanjutkan intervensi
1. Mengkaji skala nyeri
dengan skala PQRST.
2. Memberikan obat
analgetik.
3. Menganjurkan keluarga
untuk memberikan
kompres hangat.

2. Rabu, Hambatan mobilitas S: klien mengatakan pergelangan


30 nov fisik b.d deformitas kaki sudah tidak kaku lagi.
2016 skeletal
O: kedua pergelangan kaki klien
terlihat dapat digerakkan.

A: masalah teratasi.
Kedua pergelangan kaki klien
tidak kaku, klien dapat berjalan
kekamar mandi.

P: intervensi dihentikan

3. Rabu, Defisit perawatan diri S: klien mengatakan mandi 2x


30 nov b.d gangguan sehari dengan bantuan perawat
2016 muskuloskeletal dan gosok gigi secara mandiri.

O: kulit terlihat bersih, kuku


bersih dan tidak ada bau mulut.

A: masalah teratasi.
Klien mandi 2x sehari dengan
gosok gigi, kulit bersih, kuku
bersih dan tidak ada bau mulut.

P: intervensi dihentikan
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan
pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering
pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang
sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut,
panggul serta pergelangan tangan. (Muttaqin, 2006).
Adapun beberapa faktor penyebab yang di ketahui adalah.
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. jenis kelamin, wanita lebih sering
3. suku bangsa
4. genetik
5. kegemukan dan penyakit metabolik
6. cedera sendi,pekwrjaan dan olahraga
7. kelainan pertumbuhan
8. kepadatan tulang dan lain-lain.

B. SARAN
Kami berharap, teori dan asuhan keperawatan dengan arthritis reumatoid dapat
bermanfaat bagi Mahasiswa maupun pembaca.
Kami mengharapkan saran dan kritik dari rekan-rekan mahasiswa dan seluruh
pembaca unuk penyempurnaan makalah ini.
DAFT AR PUSTAKA

Judith M. Wilkinson. 2016. Diagnosa Keperawatan. jakarta:EGC

S-ar putea să vă placă și