Sunteți pe pagina 1din 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang di tandai dengan pertumbuhan dan
pekrkembangbiakan belteri dalam salura kemih, meliputi infeksi diparenkim ginjal
sampai kandung kemih dengan jumlah bakteri urin tertentu (zanetti et al; 2008 ).

Pasien dapat di diagnosis infeksi saluran kemih apabila urinnya mengandung lebih dari
105 bakteri/ml, sedangkan dalam keadaan normal urin juga mengandung
mikroorganisme sekitar 102 – 104 bakteri/ml urin ( coyle dan prince, 2005 ).

Data penenlitian epidemiologi klinik melaporkan 20-35 % perempuan dewasa pernah


mengalami infeksi saluran kemih, umumnya 4-5x lebih mudah megalami infeksi saluran
kemih di bandingkan pria karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan uretra pria
(sotelo dan westney, 2007).

Bakteri penyebab utama infeksi saluran kemih adalah balteri ekoli yaitu sebesar 30,56%,
bakteri pseudomonas aeruginosa sebesar 23,33%, dan proteus milabilis sebanyak 29%
(kolawale et al 2009).

B. Tujuan Khusus
Mengetahui teori dan asuhan keperawatan pada pasien dengan cistitis (infeksi saluran
kemih).
C. Tujuan Umum
1. Mengetahui pengertian cistitis
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi cistitis
3. Mengetahui etiologi cistitis
4. Mengetahui manifestasi klinis cistitis
5. Mengetahui klasifikasi cistitis
6. Mengetahui patofisiologi cistitis
7. Mengetahui pathway cistitis
8. Mengetahui komplikasi cistitis

1
9. Mengetahui penatalaksanaan cistitis
10. Mengetahui pencegahan cistitis
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien cistitis

D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan cistitis?
2. Anatomi fisiologi cistitis?
3. Apa etiologi cistitis?
4. Sebutkan klasifikasi cistitis!
5. Bagaimana manifestasi klinis cistitis?
6. Bagaimana patofisiologi cistitis?
7. Bagaimana pathway cistitis?
8. Jelaskan komplikasi cistitis?
9. Bagaimana penatalaksanaan cistitis?
10. Bagaimana pencegahan cistitis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan cistitis?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi

2. Fisiologi
Vesika urinaria adalah sebuah kantong yang di bentuk oleh jaringan ikat dan otot
polos. Vesika urinaria berfungsi untuk penyimpanan urin. Apabila terisi sampai 200-
300 cm3 maka akan timbul keinginan untuk miksi.

Miksi adalah suatu proses yang dapat dikendalikan, kecuali pada bayi dan anak-anak
kecil merupakan suatu reflex.
Vesika urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada laki-
laki, organ ini terletak tepat dibelakang symphisis pubis dan didepan rectum. Pada
perempuan organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Saat kosong,

3
berukuran kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh
berisi urine, tingginya dapat mencapai umbilicus dan berbentuk seperti buah pir.
Dinding vesika urinaria memiliki beberapa lapisan :
a. Serosa lapisan terluar, merupakan perpanjangan dari lapisan peritoneal
rongga abdominopelvis.
b. Otot detrusora lapisan tengah. Terdiri dari otot-otot polos yang paling
berbentuk sudut. Berperang penting dalam proses urinasi.
c. Submukosa lapisan jaringan ikat, menghubungkan antara lapisan otot detrusor
dengan lapisan mukosa.
d. Mukosa terdiri dari epitel-epitel transisional. Membentuk lipatan saat dalam
keadaan lelaks, dan akan memipih saat keadaan terisi penuh.
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak
dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti
kerucut yang di kelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika
umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari ;


a. Fundus, yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rectum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan
duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan fengan ligamentum
vesika umbilikalis.
d. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritoneum
(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa dan lapisa
mukosa (lapisan bagian dalam).
Vesika urinaria fungsinya untuk menampung urin yang telah dibentuk oleh ginjal,
dalam rangka untuk mengekresikan sisa metabolism hal ini sangat penting,
karena sisa metabolism ini kemungkinan besar mengandung zat karsinogenik
yang akan kontak dengan mukosa vesika urinaria yang berupa epitel transisional
sehingga bisa menyebabkan neoplasi. Ditinjau dari fungsi vesika urinaria ini
indentik dengan rectum dalam system alimentary.

4
B. Pengertian
Chystitis (infeksi saluran kemih ) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih
akibat infeksi oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan
oleh penyebaran infeksi dari uretra. (Nursalam & Fransisca, 2011).

Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa bilu-buli yang sering disebabkan oleh
infeksi oleh bakteri. Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama adalah E.Coli,
Enterrococci, Proteus, dan Stafilokokus uretra (Basuki B.Purnomo,2008)

Infeksi saluran kemih adalah dimana kuman tumbuh dan berkembang di dalam saluran
kemih dalam jumlah yang bermakna (Marwazi, 2014)

Infeksi saluran kemih adalah infeksi-didapat (infeksi nosokomial) yang paling terjadi di
rumah sakit (Potter & Perry, 2005).

Infeksi saluran kemih adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktis urinarius, dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala (Brunner &
Suddarth, 2002).

C. Klasifikasi
1. terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat
dan striktura uretra.
Cystitis Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini
dapat sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari
penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.

Ada beberapa jenis Cistitis :

1. Cistitis Trauma adalah bentuk paling umum dari cistitis pad wanita, dan karena
memar kandung kemih, biasanya melalui hubungan seksual. Hal ini sering diikuti
oleh bakteri cistitis, sering oleh bakteri coliform yang di transfer dari usus melalui
iretra ke dalam kandung kemih.
2. Cistitis Intertisisal (IC) dianggap lebih cedera pada kandung kemih mengakibatkan
iritasi konstan dasn jarang melibatkan adanya infeksi. IC pada pasien sering salah did
diagnosis dengan ISK/sistitis selama selama bertahun-tahun sebelum mereka
diberitahu bahwa kultur urin mereka negatrif. Antibiotik tidak digunakan dalam
5
pengobatan IC. Penyebab dari IC tidak diketahui, meskipun beberapa menduga
mungkin autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang kandung kemih, dan
beberapa terapi sudah tersedia saat ini.
3. Eosinofilik Cistitis adalah bentuk yang jarang dari cistitis yang didiagnosa melalui
biopsi. Dalam kasus ini, dinding kandung kemih menyusup dengan tingginya jumlah
eosinofil. Penyebabnya juga belum diketahui meskipun telah dipicu pad anak dengan
opbat-obatan tertentu. Beberapa menganggapnya sebagai cistitis intertisial.
4. Cistitis Radiasi sering terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi untuk
pengobatan kanker.
5. Cistitis Hemoragik, dapat terjadi sebagai efek samping dari terapi siklofosfamid, dan
sering dicegah denganpemberian mesna.

D. Etiologi
Organisme penyebab infeksi pada saluran kemih yang tersering adalah Escherichia Coli,
yang menjadi penyebab pada lebih dari 80% kasus.E.Coli merupakan penghuni normal
pada kolon.Organisme juga dapat menimbulkan infeksi adalah golongan Proteus,
Klebsiella, Enterobacter, dan Pseudomonas.Faktor predisposisi dalam perkembangan
infeksi saluran kemih adalah (Price & Wilson, 2005).
1. Obstruksi aliran urin
Obstruksi aliran urin terletak di sebelah proksimal dari vesika urinaria dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal
ini saja sudah cukup untuk mengakibatkan atrofi hebat pada parenkim ginjal.
Disamping itu, obstruksi yang terjadi dibawah vesika urinaria sering disertai
refluks vesikoureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah
jaringan parut ginjal atau uretra, batu, neoplasma hipertrofi prostat (sering
ditemukan pada laki-laki dewasa di atas usia 60 tahun), kelainan congenital pada
leher vesika urinaria dan uretra serta penyempitan uretra.

2. Jenis kelamin perempuan


Perempuan mempunyai insidensi ISK yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-
laki karena bentuk uretranya yang lebih pendek dan letaknya yang berdekatan
dengan anus sehingga mudah terkontaminasi oleh feses.

3. Umur yang lebih tua


Infeksi saluran kemih juga dapat terjadi pada laki-laki, meskipun jarang
terjadi.pada pria dengan usia yang sudah lanjut, penyebab paling sering adalah
6
hyperplasia prostat jinak (BPH). Prostat adalah sebuah kelenjar kecil yang terletak
tepat dibawah lubang kandung kemih.BPH dapat menyebabkan obstruksi aliran
yang merupakan predisposisi timbulnya infeksi pada saluran kemih (Corwin,
2009).

4. Kehamilan
Telah diketahui sebelumnya bahwa hidroureter dan hidronefrosis biasanya paling
jelas pada ginjal kanan, selalu terjadi selama masa kehamilan dan menetap selama
beberapa waktu sesudahnya. Pelebaran ini disebabkan oleh relaksasi otot akibat
kadar progesteron yang tinggi dan akibat obstruksi ureter karena uterus yang
membesar. Wanita yang mengalami infeksi saluran kemih atas selama masa
kehamilan meningkatkan angka insidensi bayi premature dan mortalitas.

5. Refluks vesikoureter
Aliran urin biasanya hanya berlangsung satu arah yaitu dari pelvis ginjal menuju
vesika urinaria, dan aliran balik (refluks) dicegah oleh adanya katup
ureterovesikular.Katup ini mencegah terjadinya aliran balik saat berkemih ketika
tekanan dalam vesika urinaria meningkat.Refluks vesikoureter (VUR). VUR
dikaitkan dengan malformasi kongenital dari bagian bawah vesika urinaria. VUR
dapat ditemukan pada pasien anak yang menderita infeksi saluran kemih rekuren
dan merupakan cara masuknya mikroorganisme ke dalam ginjal.

6. Peralatan kedokteran
Kateterisasi uretra dan ureter serta sistoskopi sering menyebabkan terjadinya
infeksi pada vesika urinaria atau ginjal.Sekitar 2% dari tindakan kateterisasi vesika
urinaria mengakibatkan infeksi. Terdapat 98% insidensi infeksi dalam jangka
waktu 48 jam pada pemasangan kateter menetap. Bahkan dengan system drainase
tertutup yang baikpun urin hanya steril selama 5 sampai 7 hari.

7. Penyakit metabolic
Pengidap diabetes juga beresiko mengalami infeksi saluran kemih berulang karena
tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun yang menurun dan peningkatan
frekuensi kandung kemih neurogenik (Corwin, 2009)

7
E. Manifestasi Klinis
Adapun tanda-tanda infeksi saluran kemih menurut Corwin, 2009 adalah :
1. Biasanya memperlihatkan disuria (nyeri waktu berkemih), peningkatan frekuensi
berkemih, dan rasa desakan ingin berkemih.
2. Dapat terjadi nyeri punggung bawah atau suprarubis, khususnya pada
pielonefritis.
3. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.
4. Gejala infeksi pada bayi atau anak kecil dapat nonspesifik dan termasuk
iritabilitas, demam, kurang nafsu makan, muntah, dan bau popok yang
menyengat.
5. Gejala infeksi pada lansia dapat berupa gejala samar seperti mual atau muntah,
demam, agitasi atau konfusi.
6. Nokturia
7. Piuria ( sel-sel darah putih dalam urin)

F. Patofisiologi
Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara
umumdisebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan
timbul denganpenjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih
bagian bawah, baik akutmaupun kronik dapat bilateral maupun unilateral. Kemudian
bakteri tersebut berekolonisasipada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia
eksterna menyebabkan organismemelekat dan berkolonisasi disuatu tempat di
periutenial dan masuk ke kandung kemih.

Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif seperti E
collipsedomonas, klebsiela, proteus yang berasal dari saluran intestinum orang itu
sendiridan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air
kemih bisamengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri
dari kandungkemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin
statis sepertimaka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh
dan menjadikanmedia yang lebih alkalis sehingga menyuburkan pertumbuhannya.
Infeksi saluran kemihdapat terjadi jika resistensi dari orang itu terganggu.

8
Faktor-faktor utama dalampencegahan infeksi saluran kemih adalah integritas
jaringan dan suplai darah. Retak daripermukaan lapisan jaringan mukosa
memungkinkan bakteri masuk menyerang jaringan danmenyebabkan infeksi. Pada
kandung kemih suplai darah ke jaringan bisa berkompromibila tekanan di dalam
kandung kemih meningkat sangat tinggi (Tambayong, 2000).

9
G. Pathway
Bakteri E.coli

Reaksi peradangan

Peningkatanfrekuensi/
dorongan kontraksi uretra

Depresi saraf primer Berkolonisasi di vagina Resiko Infeksi

Masuk ke kandung kemih


Nyeri
Infeksi kandung kemih

CYSTITIS

Disuria Darah dalam urin

Kesulitan dalam berkemih Inflamasi

Oliguria Hipotalamus

Gangguan eliminasi
urin Menekan termoregulasi

Hipertermi

10
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat infeksi saluran kemih adalah:
1. Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi yang terjadi pada ginjal dan dapat bersifat akut ataupun
kronis.Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi saluran kemih asendens.
Sedangkan pielonefritis kronis dapat terjadi akibat infeksi yang berulang dan
biasanya dijumpai pada individu yang sering mengidap batu, obstruksi dan refluks
vesikoureter

2. Abses dan gagal ginjal


Akibat infeksi yang telah naik ke ginjal, terjadi respon imun dan peradangan yang
menyebabkan edema interstisium dan menyebabkan pembentukan jaringat
parut.Area yang sering terkena adalah tubulus dan dapat mengalami
atrofi.Kemampuan ginjal untuk memekatkan urin menurun karena rusaknya tubulus
yang dapat menyebabkan gagal ginjal.

I. Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
Penanganan infeksi saluran kemih yang ideal adalah agens anti bakterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal
terhadap flora fekal dan vagina.
Terapi infeksi saluran kemih dapat dibedakan atas:
1. Terapi antibiotika dosis tunggal
2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
3. Terapi antibiotika jangka panjang: 4-6 minggu
4. Terapi dosis rendah untuk supresi
b. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri
feces.

11
J. Pencegahan

1. Perbanyak minum air putih (8/10gelas /hari).


2. Mengkonsumsi vitamin C secara teratur karena dapat mengurangi jumlah bakteri
dalam urine.
3. Hindari konsumsi minuman beralkoho, makanan yang berempah, dan kopi, karena
semua makanan ini dapat mengiritasi kandung kemih.
4. Berikan kompres hangat dengan bantal elektrik khusus atau botol berisi air panas
pada bagian abdomen untuk mengurangi rasa tegang pada kandung kemih.
5. Segera buang air kecil jika keinginan itu timbul.
6. Cucilahh alat kelamin sebelum dan sesudah hubungan kelamin.
7. Jalani hidup bersih dengan mencuci bagian anus dan genetalia sekurang-kurangnya
sekali sehari.
8. Untuk wanita :
a. Basuh bagian kemaluan dari arah depan kebelakang (anus) agar bakteri
tidak bermigrasi dari anus ke vagina atau uretra.
b. Ganti pembalut atau tampon.
c. Hindari pemakaian terlalu ketat.
d. Hindari penggunaan parfume, deodorant, atau produk kebersihan
wanita lainnya pada bagian kelamin karena dapat berpotensi
mengiritasi uretra.

K. Konsep Dasar Keperawatan


1. Fokus Pengkajian
c. Pemeriksaan fisik, dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh.
d. Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko:
1) Adakah riwayat infeksi sebelumnya
2) Adakah obstruksi pada saluran kemih
e. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
1) Bagaiman dengan pemasangan kateter foley
2) Imobilisasi dalam waktu lama
3) Apakah terjadi inkontinensia urine
f. Pengkajian dari manifestasi klinis Isk
1) Bagaimana pola berkemih pasien?
12
2) Adakah disuria?
3) Adakah urgensi?
4) Adakah hesitancy?
5) Adakah urine yang menyengat?
6) Bagaimana haluaran volume urine, warna dan konsentrasi urine?
7) Adakah nyeri? Nyeri panggul atau pinggang.
8) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada Isk bagian atas
g. Pemeriksaan fisik
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
3) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urin.
4) Pengkajian pada costovertebralis

2. Diagnosa Keperawatan
I. Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
II. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih
III. Resiko infeksi berhunungan denga ketidakadekuatan pertahanan sekunder

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan criteria hasil
Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri 1. Berguna dalam
berhubungan tindakan secara pengawasan
dengan agen keperawatan komprehensif keefektifan
cidera selama 3x24 jam meliputi obat, kemajuan
biologis diharapkan nyeri lokasi, penyembuhan,
hilang , dengan intensitas, perubahan
criteria hasil :
kualitas, dalam
 Pasien
durasi, dan karakteristik
mengatak
an nyeri skala dengan nyeri.
hilang/ber PQRST. 2. Dengan
kurang. 2. Kontrol factor lingkungan
 Skala lingkungan yang nyaman
nyeri yang rasa nyeri bias
berurang/t mempengaruhi berkurang.
urun. nyeri, seperti 3. Dengan
 Ekspresi suhu ruangan, menggunakan
wajah pencahayaan, komunikasi
tampak dan terapeutik akan
13
rileks. kebisingan. mudah
 Pasien 3. Gunakan menggali
mengerti komunikasi pengalaman
penyebab terapeutik pasien terhadap
nyeri dan untuk respon nyeri.
cara mengetahui 4. Supaya pasien
mencegah pengalaman dapat
nya.
dan memahami
 TTV
penerimaan nyerinya dan
dalam
batas respon pasien mengurangi
normal. terhadap nyeri. kecemasan.
 Pasien 4. Jelaskan factor 5. Teknik
menunjuk penyebab relaksasi dan
kan teknis nyeri. distraksi dapat
relaksasi 5. Ajarkan teknik menueunkan
yang relaksasi dan nyeri dan
efektif distraksi untuk kecemasan.
untuk mengurangi 6. Ketika
menguran nyeri. seseorang
gi nyeri. 6. Ukur TTV mengalami
pasien. nyeri, maka
7. Kolaborasi TTV akan
medis untuk meningkat.
pemberian 7. Pemberian
analgetik. analgetik yang
tepat dapat
membantu
pasien untuk
beradaptasi.
Gangguan Setelah dilakukan 1. Ukur dan catat 1. Untuk
eliminasi urin tindakan urin setiap kali mengetahui
berhubungan keperawatan berkemih. adanya
dengan selama 3x24 jam 2. Anjurkan perrubahan
infeksi diharapkan untuk warna dan
saluran kemih pasien dapat berkemih untuk
mempertahankan setiap 2-3 jam. mengetahui
eliminasi urin 3. Palpasi input output.
secara adekuat, kandung 2. Untk mencegah
dengan criteria kemih setiap terjadinya
hasil: jam. penumpukan
 Pasien 4. Bantu pasien urin dalam
dapat ke kamar vesika urinaria.
berkemih kecil, memakai 3. Untuk
setiap 3 pispot/urinarial mengetahui
jam. . adanya distensi
 Pasien 5. Bantu pasien kandung kemih.
untuk 4. Untuk
14
tidak mendapartkan memudahkan
kesulitan posisi pasien dalam
pada saat berkemih yang berkemuh.
berkemih. nyaman. 5. Supaya pasien
 Pasien 6. Melanjutkan tidak sukar
dapat terapi sesuia untuk
BAK program untuk berkemih.
dengan pemberian 6. Terapi
berkemih. obat. farmakologis
dibutuhkan
untuk
mengurangi
nyeri ketika
berkemih dan
melancarkan
eliminasi urin.
Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Ukur TTV dan 1. TTV
berhunungan tindakan kaji suhu menandakan
denga keperawatan tubuh pasien adanya
ketidakadekua selama 3x24 jam setip 4 jam dan perubahan
tan diharapkan resiko lapor jika suhu dalam tubuh.
pertahanan infeksi tidak diatas batas 2. Untuk
sekunder terjadi dengan normal mengetahui
criteria hasil: 2. Catat indikasi
 TTV karakteristik kemajuan atau
dalam urin penyimpangan
batas 3. Anjurkan dari hasil yang
normal. pasien untuk diharapkan.
 Jumlah minum 2-3 3. Untuk
leukosit liter jika tidak mencegah statis
dalam ada urin .
batas kontraindikasi. 4. Untuk
normal. 4. Anjurkan mencegah
 Urin pasien untuk adanya distensi
berwarna mengosongkan Kandung
bening kandung kemih.
dan tidak kemih secara 5. Untuk menjaga
bau. komplit setiap kebersihan dan
kali berkemih. menghindari
5. Berikan yang membuat
keperawatan infeksi uretra.
perineal, 6. Terapi
pertahankan farmakologis
agar tetap dibutuhkan
bersih dan untuk
kering. mencegah
6. Lanjutkan terjadinya
terapi sesuai infeski.
program untuk

15
pemberian
antibiotic.

Hipertermi Setelah di 1. Kaji saat 1. untuk


b.d perjalanan lakukan tindakan timbulnya demam mengidentifikas
penyakit keperawatan 2. Observasi tanda- i pola demam
selama 3 x 24 tanda vital ( pasien.
jam di harapkan
suhu,nadi,tensi,per 2. Tanda vital
hipertermi
teratasi dengan nafasan) setiap 3 merupakan
criteria hasil : jam acuan untuk
1. Suhu 3. Anjurkan pasien mengetahui
normal untuk banyak keadaan umum
2. Frekuensi minum. pasien.
nafas 4. Berikan kompres 3. Pewningkatan
normal hangat suhu tubuh
3. Tidak ada 5. Kolaborasi dengan mengakibatkan
takikardi dokter dalam penguapan
4. Akral
pemberian tubuh
tidak
teraba analgetik meningkat
panas sehingga perlu
diimbangi
dengan asupan
cairan yang
banyak.
4. Dengan
vasodilatasi
dapat
meningkatkan
penguapan
yang
mempercepat
penurunan suhu
tubuh.

16
BAB III

KASUS

Seorang wanita 35thn datang kepoli dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan sekitar area
panggul pada akhir berkemih dengan skala 5. Klien mengatakan sering berkemih terutama
dimalam hari sekitar 20x/hari bahkan lebih dengan jumlah urine sedikit karena selalu ingin
kencing. Klien mengatakan badan terasa panas. Pada pemeriksaan urine terdapat hematuria dan
E. Coli, pada darah Leukosit: 42000/mm3, Hb: 11gr/dL. Akral teraba panas dan klien tampak
menggigil. TTV, TD: 130/85 mmHg, RR: 26x/m, N: 96x/m, S: 38,4oc. Terapi Quinolones 3x400
mg, ciproflaxin 3x250mg, Amoxicillyn 3x250mg. IVFD, RL: 20tpm.

17
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

PADA NY.A DENGAN CISTITIS

DI RUANG DAHLIA RS PRATAMA MEDIKA

Tgl. Masuk : 02 februari 2017 Tanggal Pengkajian : 02 februari 2017

Jam : 13.00 Jam : 15.00

No. CM : 390026 Data diperoleh dari : anamnesa

Dx. Medis : cistitis

IDENTITAS

Pasien Penanggung jawab Pasien

Nama (inisial) :Ny. A Nama (Inisial): Tn. C

Umur : 35 thn Umur : 40thn

Agama :islam Agama : islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani

Alamat : jalan nitikan baru no 69. Hubungan dengan pasien: suami

Status Pernikahan : Kawin

18
A. RIWAYAT KESEHATAN

Alasan Masuk RS:

Klien datang ke poli dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan sekitar area panggul pada akhir
berkemih.

Keluhan Utama Saat Pengkajian:

Klien mengatakan nyeri saat akhir berkemih.

Riwayat Kesehatan Sekarang (Kronologis munculnya gejala sampai dengan kondisi saat ini):

Klien datang kepoli dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan sekitar area panggul pada
akhir berkemih dengan skala 5. Klien mengatakan sering berkemih terutama dimalam hari
sekitar 20x/hari bahkan lebih dengan jumlah urine sedikit karena selalu ingin kencing. Pada
pemeriksaan urine terdapat hematuria dan E. Coli, pada darah Leukosit: 42000/mm3, Hb:
11gr/dL.

Riwayat pengobatan saat di rumah: Tidak ada.

Riwayat pengobatan saat di IGD: Tidak Ya, jika Ya sebutkan:

Nama Obat Dosis Cara Frekuensi Waktu dan Tanggal Terakhir


Pemberian Diberikan

RL 20tpm IV Pukul 13.00

Quinolones 3x400mg IV 7 atau 10 Pukul 10.00 wib, 4 feb 2017


hari

Ciprofloxacin 3x250mg IV 7 atau 10 Pukul 18.00 wib, 3 feb 2017


hari

Amoxicillyn 3x250mg IV 7 atau 10 Pukul 13.00 wib, 2 feb 2017


hari

Riwayat Kesehatan Dahulu (Rawat inap, operasi, penyakit menular, penyakit keturunan, penyakit
dalam):
19
Klien mengatakan, sebelumnya belum pernah dirawat dirumah sakit. Klien mengatakan tidak memiliki
riwayat keturunan seperti hipertensi, DM, TBC dan lainnya.

Riwayat Pengobatan Alergi :

klien mengatakan, tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan ataupun udara. Sehingga tidak pernah
mengkonsumsi obatalergi.

Riwayat merokok: Tidak Ya, Sigaret/Pipa/Kretek


Jumlah/hari………………Lama………......

Riwayat minum-minuman keras: Tidak Ya,


jenis:……………..jumlah/hari…………Lama……...

Riwayat Kesehatan Keluarga :

Diabetes Kanker Hipertensi Jantung Tuberculosis Anemia Tidak ada

Genogram (3 Generasi): Keterangan:


B. POLA FUNGSI KESEHATAN

N Pola Fungsi Sebelum Masuk Rumah Sakit Saat Di Rumah Sakit


Kesehatan
O

1 Persepsi dan Pandangan terhadap kesehatan: Pandangan terhadap kesehatan:


Pemeliharaan
Kesehatan Penting biasa saja kurang Penting biasa saja kurang
penting penting

Tidak penting Tidak penting

Kebiasaan pribadi apabila sakit: Harapan terhadap penyakit:

Periksa ke dokter ke puskesmas Cepat sembuh Tidak kambuh

Datang ke RS Obat apotek Bisa beraktivitas Lain-lain

20
Dibiarkan saja Lain-lain Sikap terhadap pengobatan/perawatan:

Kooperatif Menolak

Lain-lain

2 Nutrisi Makan: Makan:

Jenis makanan: klien mengatakan di Diit saat ini: di rumah sakit klien makan
rumah makan nasi dengan lauk pauk bubur biasa
,ikan ,daging ayam, bayam dan buah-
buahan.
Frekuensi :3x/hari
Habis berapa porsi: 1 porsi
Frekuensi : 3 x/hari Makanan Kesukaan: bakso
Habis berapa porsi: 1 porsi
Makanan Kesukaan: bakso BB: 50 TB: 150 IMT:22

Diit pengganti: tidak ada


BB: 50 TB: 150 IMT: 22
NGT, no……sejak tgl………….
Nausea/Vomitus : Tidak Ya
Sulit menelan : Tidak Ya
Jika ya, jumlah: …………………..cc
Nausea/Vomitus : Tidak Ya
frekuensi:
Jika ya, jumlah: …………………..cc

Frekuensi:
Warna/konsistensi:
Warna/konsistensi:

Minum: Minum:
Air putih, Jumlah: klien Puasa Air putih,Jumlah: klien
mengatakan saat di rumah minum dalam mengatakan di rumah sakit minum 8
sehari sebanyak 4 gelas gelas/hr

Lain-lain: Teh , jus tetapi tidak setiap Lain-lain: Teh


hari

ADL 0 1 2 3 4 ADL 0 1 2 3 4

3 Aktivitas dan
21
Latihan Makan / Makan /
minum minum

Toileting Toileting

Berpakaian Berpakaian

Mobilisasi dari Mobilisasi dari


tempat tidur tempat tidur

Berpindah Berpindah

Ambulasi Ambulasi

Keterangan Keterangan:

0 : mandiri 0 : mandiri

1: dengan alat bantu 1: dengan alat bantu

2: dibantu orang lain 2: dibantu orang lain

3:dibantu orang lain dengan alat 3:dibantu orang lain dengan alat

4:tergantung total 4:tergantung total

4 Tidur dan Istirahat Kebiasaan sebelum tidur: Kebiasaan sebelum tidur:

Mulai tidur malam jam 20.00 bangun Mulai tidur malam jam 22.00 bangun
jam 04.00 jam 07.00
Mulai tidur siang jam 13.00 bangun jam
Mulai tidur siang jam 13.00 bangun jam 13.30
14.00
Kualitas tidur: Nyenyak Sering
Kualitas tidur: Nyenyak Sering bangun Lain-lain:
bangun Lain-lain:

5 Eleminasi BAB BAB

Normal konstipasi diare Normal konstipasi diare

Frekuensi bab/hr: klien mengatakan Frekuensi bab/hr: klien mengatakan di


BAB 2 hari sekali setiap pagi hari rumah sakit BAB 1 kali sehari setipa
pagi hari
Melena
Melena
Lain-lain:
Inkontinensia alvi ileostomy

Colostomy, jelaskan……………….

Lain-lain:

22
BAK BAK

Frekuensi: 20x/hari Frekuensi: 20x/hari

Warna : Warna :

Normal inkontinensia urin Normal inkontinensia urin

Hematuria Hematuria

Nokturia disuria urine menetes Nokturia disuria urine menetes

Lain-lain:…………………………… kateter, tipe……..

Ukuran kateter:…………..ml/…..jam

Volume:

Warna:

Lain-lain:……………………………

6 Persepsi Diri Harga diri:


Rendah diri Tak ada masalah Lain-lain:…………………….
Ideal diri:
Sembuh dari penyakit Tak ada masalah Lain-lain: ……………
Peran diri (dalam keluarga):
Kepala keluarga / Ibu rumah tangga Anak Lain-lain………………
Peran diri (dalam pekerjaan):
Buruh Karyawan Lain-lain……………………..
Gambaran diri:
Pasrah Bersih Tak ada masalah Lain-lain…………………..
Identitas diri:
Menerima jenis kelamin diri ya tidak
Menerima status/peran diri ya tidak
Lain-lain:…………………………………………………………..

7 Peran dan Pekerjaan: wiraswasta swasta Orang yang membantu perawatan di


Hubungan Sosial RS:
PNS Lain2
Suami/isteri Anak Saudara
Tinggalbersama:
Tetangga Lain-lain:………
Suami/istri orangtua
Hubungan dengan keluarga dan
Anak teman sendiri tetangga selama di RS:
lain – lain:……………………….. Baik/sering dijenguk tidak
Hubungan dengan keluarga: dijenguk

Baik Kurang baik lain-lain Lain-lain:…………………..

Hubungan dengan teman


23
Hubungan dengan tetangga/masyarakat: sekamar/pasien lain:

Baik kurang baik lain-lain Baik Kurang baik

lain-lain

Hubungan dengan dokter/perawat/tim


kesehatan di RS:

Baik Kurang baik

lain-lain

8 Seksual dan Wanita:


Reproduksi
Hamil: tidak ya tidak diketahui

Tanggal haid terakhir:………….masalah haid: Tidak ada Ada, sebutkan

Pemeriksaan cervix/papsmear terakhir:…..

Px payudara sendiri : tidak ya

Mamografi terakhir tgl:……………………..

Penggunaan alat kontrasepsi: Tidak ya, jenis:

Kelainan reproduksi/seksual: Tidak ada ada, sebutkan:

Laki-laki:

Masalah prostat: tidak ya

Penggunaan alat kontrasepsi:

Tidak ya, jenis:

Kelainan reproduksi/seksual: Tidak ada ada, sebutkan:

Lain-lain:…………………………..

9 Nilai dan Agama: islam Agama: islam


Kepercayaan
Jenis ibadah: Jenis ibadah: klien mengatakan
dirumah sakit tetap menjalankan
Klien mengatakan, saat dirumah selalu sholat.
sholat berjamaah dengan anak dan suami.
Frekuensi beribadah: 5 waktu
Frekuensi beribadah: 5 waktu
Cara beribadah:
Cara beribadah:
Berdiri Duduk Berbaring
Berdiri Duduk Berbaring
24
Hambatan dalam beribadah:………… Lain-lain:s……………………

Hambatan dalam beribadah:

Klien mengatakan, sholat dengan


duduk karena terpasang kateter.

Bantuan yang dibutuhkan untuk


beribadah:

10 Manajemen Marah/tegang Sedih Menangis Takut terhadap terapi/ lingk RS


Koping
Senang Mudah tersinggung Marah/tegan Sedih Menangis

Tenang Gelisah Cemas Senang Mdh tersinggung

Rendah diri Tenang Gelisah Cemas

Tdk mampu menahan diri Rendah diri

Share dengan orang terdekat Tdk mampu menahan diri

Lain-lain:………………………… Lain-lain:………………………

11 Kognitif Pandangan terhadap penyakitnya:


Perseptual
Parah/berat Biasa Ringan

Pengetahuan tentang penyakitnya:

Definisi: Tahu Tidak tahu, Etiologi: Tahu Tidak tahu,

Tanda dan gejala: Tahu Tidak tahu , Patofisiologi: Tahu Tidak tahu

Penatalaksanaan: Tahu Tidak tahu , Komplikasi: Tahu Tidak tahu

Diet: Tahu Tidak tahu, Lain-lain:………………………………

Pasien/ keluarga menginginkan informasi tentang:………………………

25
C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Umum
KU : baik cukup buruk

Kesadaran: komposmentis apatis somnolent sporocoma koma

GCS: …. (E : 4 , M: 6 , V: 5 )

Buka mata Respon motoric Respon verbal

4:buka mata spontan 6: mengikuti perintah 5:komunikasi verbal baik,


jawaban tepat
3:buka mata dg rangsang suara 5: mengetahui tempat rangsangan
nyeri 4:bingung, disorientasi
2:buka mata dg rangsang nyeri waktu, tempat dan orang
4:hanya menarik bagian tubuhnya
1:tdk buka mata dg rangsang bila dirangsang nyeri 3:dengan rangsangan hanya
apapun ada kata-kata
3:timbul fleksi abnormal bila
dirangsang nyeri 2:dengan rangsangan, hanya
suara
2:Ekstensi abnormal
1:tidak ada respons
1:tidak ada gerakan dengan
rangsangan apapun

Catatan:

T: Endotracheal Tube atau tracheostomy (untuk respon verbal)

*: tutup mata karena bengkak (untuk respon buka mata)

TD : 130/85mmHg, N : 96x/mnt, RR : 24x/mnt t : 37,00C

Nyeri/tidak nyaman: ya tidak

Karakteristik Nyeri:

Lokasi Intensita Lama Faktor Kualitas Pola Hal-hal yang menyebabkan


s serangan nyeri hilang
nyeri Pencetus nyeri
(0-10)

Perut 5 Saat Infeksi Seperti Hanya Injeksi anti nyeri.


bagian akhir oleh ditusuk- saat
bawah berkemi bakteri tusuk berkemih
sekitar h
panggul

26
K Kualitas Pola Metode

E Terbakar, tumpul, Menetap Istirahat, obat-


tertekan, berat, obatan, lain-lain,
Y tajam, kram intermitten panas, dingin

Nyeri mempengaruhi: tidur aktivitas fisik emosi nafsu makan

Konsentrasi lain-lain:…………….

Pakaian, kerapian, dan kebersihan badan:

Bersih kotor rapi serasi berbau parfum berlebihan

2. Kepala
Mesosefal asimetris hematoma tidak ada masalah lain-lain……

3. Rambut
Kotor berminyak kering rontok tidak ada masalah lain-lain…………..

4. Wajah
Asimetris bells palsy sembab kelainan congenital tidak ada masalah

Lain-lain………………………………………………………………………………

5. Mata
Gangguan penglihatan sclera anemis konjungtivitis

pupil kanan/kiri: anisokor midriasis/miosis

Tidak ada reaksi cahaya tidak ada masalah lain-lain……………

Kelopak mata menghitam visus: Tekanan bola mata

6. Telinga
Berdengung nyeri tuli keluar cairan nyeri tekan tragus

tidak ada masalah Uji pendengaran lain-lain:…………………

7. Hidung
Asimetris epistaksis penyumbatan influenza sinus tidak ada masalah

lain-lain

8. Mulut
Simetris asimetris bibir pucat palatum kelainan congenital Bau mulut

tidak ada masalah Lain-lain

9. Gigi
Karies goyang tambal gigi palsu tidak ada masalah
27
lain-lain...

10. Lidah
Kotor mukosa kering gerakan asimetris tidak ada masalah

lain-lain...

11. Tenggorokan
Faring merah sakit menelan tonsil membesar tidak ada keluhan

12. Leher
Pembesaran tiroid pembesaran vena jugularis kaku kuduk keterbatasan gerak

Bengkak tidak ada kelainan lain-lain

13. Dada
Asimetris retraksi tidak ada kelainan lain-lain

Payudara: kemerahan massa tak ada kelaianan lain-lain

Muskuloskeletal:

Tdk ada kesulitan nyeri batuk dyspnea sputum, warna:……............

tracheostomy Ronchi di paru ka/ki rales wheezing nafaspendek


hemaptoe Bradipnea takipnea sleep apnea lain2

Alat bantu nafas saat drmh: tidak ya, jika ya sebutkan nama alatnya:………….

Jantung

Suara S1/S2 normal murmur gallop nyeri dada aritmia

Bradikardi takikardi palpitasi lain-lain……………….

14. Abdomen
Asites simetris bising usus massa nyeri tekan, kuadran/regio:……

Pembesaran organ dalam: tidak ya, sebutkan:… lain-lain:

15. Genitalia
Kotor keputihan berbau tidak ada kelainan lain-lain:…………

16. Anus dan rectum


Perdarahan kemerahan penonjolan tidak ada kelainan lain-lain……………

17. Integumen
Turgor dingin bula luka tekan di……… tak ada kelainan

Baal pucat lesi luka parut memar edema

Diaphoresis/bnyk keringat rush/kemerahan bradden score:……… lain-lain……

28
18. Ekstremitas
Kekuatan otot:
atas: kanan /kiri, bawah: kanan/ kiri
Kejang tremor plegi di….. parase di….. edema lemah

Kemampuan menggenggam: ya/tidak kontraktur rasa baal paralisis

Deformitas kelainan congenital inkoordinasi terkilir krepitasi

nyeri tekan tak ada kelainan lain-lain

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal No Jenis pemeriksaan Hasil/satuan Nilai normal Interpretasi hasil

03/03/17 1. Leukosit 42000/mm3 4-11rb

2. Hb 11gr/dL 12.00-
16.00gr/dL
3. e. coli positif

2. Terapi Medik

Tanggal No Nama Obat Dosis Cara pemberian Indikasi

03/03/17 1. RL 20tpm IV Memenuhi kebutuhan


elektrolit.

Quinolones digunakan
2. Quinolones 3x400mg IV jika antibiotic lainya
tidak dapat mengatasi

29
infeksi yang ada.

3. Ciprofloxacin 3x250mg IV Ciprofloxacin adalah


antibiotik yang
digunakan untk
menangani berbagai jenis
infeksi akibat bakteri
4. Amoxicillyn 3x250mg IV
Amoxicillyn salah satu
jenis antibiotic yang
digunakan untuk
mengatasi berbagai jenis
bakteri

ANALISA DATA

No Tgl / Jam Data (Subjektif & Objektif) Clinical Pathway Etiologi Problem

1. 03/03/17 Ds: klien mengatakan, sering Bakteri e.coli Infeksi Gangguan


berkemih terutama saat malam saluran eliminasi
13.00 hari sekitar 20x/hari. kemih urin

Do: ureter

Sering berkemih

Nokturia iritasi ureter

Terpasang kateter
oliguria

gangguan eliminasi
urin

Ds: klien mengatakan, nyeri Agen cidera Nyeri akut


2. 03/03/17 bagian perut bawah dan Bakteri e.coli biologis
panggul saat akhir berkemih.

30
13.00 Do: Peradangan

Gelisah

TTV tidak normal Peningkatan frek/


dorongan kontraksi
TD: 130/85mmHg uretral
RR: 24x/m

N: 96x/m Depresi saraf


P: karena infeksi bakteri perifer

Q: seperti ditusuk

R: perut bawah dan panggul Nyeri

S: skala 5

T: saat akhir berkemih

3. 03/03/17 Ds: klien mengatakan badan cystitis Proses Hipertermi


terasa panas dan menggigil. perjalanan
13.00 penyakit
Do: darah dalam urin
Suhu tubuh menigkat, 38,4

Kulit teraba panas Inflamasi


Akral teraba panas

Takikardi Hipotalamus
Frekuensi napas meningkat,
26x/m
Menekan
termoreguler

Hipertermi

31
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Tgl / Jam Diagnosa Keperawatan Prioritas

1. 03/03/17 Gangguan eliminasi b.d infeksi saluran kemih I

13.00

2. 03/03/17 Nyeri akut b.d agen cidera biologis II

13.00

3. 03/03/17 Hipertermi b.d proses perjalanan penyakit III

32
PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Tgl/ Dx. Kep NOC NIC Rasional TTd


Jam
1. 03/03/17 Gangguan eliminasi urine b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau eliminasi urine 1. Mengetahui adanya tanda-
infeksi saluran kemih keperawatan selama 3x24 jam meliputi, frekuensi, tanda infeksi.
13.00 diharapkan gangguan eliminasi konsistensi, bau, volume 2. Mempermudah pasien untuk
urine teratasi dengan KH: dan warna. berkemih.
2. Pasang kateter kedalam 3. Mampu melaporkan adanya
 Eliminasi urine tidak kandung kemih untuk kelebihan volume urine.
terganggu drainase urine sementara. 4. Ketepatan dalam
 Tidak ada nokturia 3. Ajarkan pasien dan penatalaksanaan medis.
 Tidak terpasang kateter keluarga untuk mencatat
haluaran urine.
4. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian
antidiuretik.

Nyeri akut b.d agen cidera Setelah dilakukan tindakan


2. 03/03/17 1. Kaji skala nyeri pasien 1. Mengetahui tingkat nyeri
biologis. keperawatan selama 3x24 jam
dengan skala PQRST. pasien.
13.00 diharapkan nyeri teratasi
2. Berikan analgetik. 2. Membantu menekan rasa
dengan KH:
3. Ajarkan teknik relaksasi nyeri.
 Klien melaporkan kepada pasien. 3. Untuk mengontrol rasa nyeri.
nyeri berkurang 4. Kolaborasi dengan dokter 4. Ketepatan dalam pemberian
33
 Skala nyeri berkurang dalam pemberian obat.
menjadi 2. analgetik.
 TTV dalam batas
normal

1. Kaji saat timbulnya 1. untuk mengidentifikasi


3. 03/03/17 Hipertermi b.d proses Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam demam pola demam pasien.
perjalanan penyakit
13.00 , di harapkan hipertermi 2. Observasi tanda-tanda 2. Tanda vital merupakan
teratasi dengan KH : vital ( acuan untuk mengetahui
suhu,nadi,tensi,pernafasa keadaan umum pasien.
 Suhu tubuh dalam n) setiap 3 jam 3. Pewningkatan suhu tubuh
batas normal ( 36,5- 3. Anjurkan pasien untuk mengakibatkan penguapan
37,5) banyak minum. tubuh meningkat sehingga
 Frekuensi nafas 4. Berikan kompres hangat perlu diimbangi dengan
normal(16-24x/m) 5. Kolaborasi dengan asupan cairan yang
 Tidak ada takikardi dokter dalam pemberian banyak.
analgetik 4. Dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan
yang mempercepat

34
Implementasi

No.DX Hari/tgl/jam Implementasi Respon TTD

I. Jumat,  memantau eliminasi urine meliputi, frekuensi, konsistensi, Ds: klien mengatakan, sering
bau, volume dan warna.
03/03/17 buang air kecil terutama saat
malam hari sebanyak 20x
13.00
Do: urine berwarna merah.

Ds: klien mengatakan,


 memasang kateter kedalam kandung kemih untuk
sedikit kurang nyaman
drainase urine sementara.
dengan terpasang kateter.

Do: kateter terpasang.

 mengajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat Ds: klien mengatakan, buang
haluaran urine.
air kecil sebanyak 20x lebih
dalam sehari.

Do: klien mampu melaporkan


haluaran urine.

Ds: klien mengatakan sering


 berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antidiuretik

35
buang air kecil.

Do: klien melaporkan


keluhan.

 Mengkaji skala nyeri pasien dengan skala PQRST. Ds: klien mengatakan nyeri
II. Jumat,
bagian perut dan punggung
03/03/17
bawah.
13.00
Do:

P: karena berkemih

Q: seperti ditusuk

R: perut bawah dan panggul

S: skala 5

T: saat akhir berkemih

Ds: klien mengatakan, nyeri


 Memberikan analgetik.
saat akhir berkemih.

Do: injeksi analgetik

36
 Mengajarkan teknik relaksasi kepada pasien. Ds: klien mengatakan, nyeri
sedikit berkurang

Do: klien melakukan tekhnik


relaksasi yang diajarkan.

 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik. Ds: -

Do: injeksi analgetik


diberikan untuk mengurangi
nyeri.

III. Jumat,
 Kaji saat timbulnya demam
03/03/17 Ds: klien mengatakan badan
terasa panas dan menggigil
13.00
Do: suhu meningkat

37
 mengobservasi tanda-tanda vital ( Ds: klien mengatakan badan
suhu,nadi,tensi,pernafasan) setiap 3 jam terasa panas

Do: S:38,4 , RR:26x/m , N:


96x/m
akral teraba panas

 menganjurkan pasien untuk banyak minum.


Ds: klien mengatakan sudah
cukup banyak minum

Do: minum 6 gelas

Ds: klien mengatakan badan


 memberikan kompres hangat
terasa panas

Do: badan teraba panas

 berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian Ds:-


analgetik
Do: memberikan
paracetamoll secara IV

38
 memantau eliminasi urine meliputi, frekuensi, konsistensi, Ds: klien mengatakan buang air
I. Sabtu,
bau, volume dan warna. kecil sudah tidak terlalu sering
04/03/17
Do:
09.00
Terpasang kateter.

Volume urin 200ml/hari

 mengajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat Ds: klien mengatakan buang air
haluaran urine. kecil sudah tidak terlalu sering.

Do: volume urine 500ml/hari

Sabtu, Ds: klien mengatakan, nyeri


II.  Mengkaji skala nyeri pasien dengan skala PQRST.
04/03/17 saat akhir berkemih sedikit
berkurang.
09.00
Do:

P: karena berkemih

Q: seperti ditusuk

R: perut bawah dan panggul

39
S: skala 3

T: saat akhir berkemih

 Memberikan analgetik. Ds: klien mengatakan, nyeri


berkurang.

Do: injeksi antibiotik diberikan.

III. Sabtu,
 mengobservasi tanda-tanda vital Ds: klien mengatakan, badan
04/03/17 (suhu,nadi,tensi,pernafasan) setiap 3 jam terasa panas dan menggigil

09.00 Do: akral teraba panas

TTV: S: 38.2, TD: 130/70, N:


80x/m

Ds: klien mengatakan, cukup


 manganjurkan pasien untuk banyak minum.
banyak minum, 6 gelas sehari.

Do: kulit teraba panas

 memberikan kompres hangat Ds: klien mengatakan, badan


terasa panas.

Do: kulit teraba hangat

40
I. Minggu,  memantau eliminasi urine meliputi, frekuensi, konsistensi, Ds:-
bau, volume dan warna.
05/03/17 Do: volume urin 200ml

09.00 Warna urine kuning dan terdapat


sedikit darah.

 mengajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat Ds: klien mengatakan, dalam
haluaran urine. sehari jarang terasa ingin buang
air kecil

Do: klien mampu melaporkan


haluaran urine.

Minggu, Ds: klien mengatakan sudah


II. Mengkaji skala nyeri pasien dengan skala PQRST.
05/03/17 tidak nyeri

09.00 Do:

P: karena berkemih

Q: seperti ditusuk

R: perut bawah dan panggul

S: skala 2

T: saat akhir berkemih

41
 Memberikan analgetik. Ds: klien mengatakan sudah
tidak nyeri.

Do: injeksi diberikan.

III. Minggu,  mengobservasi tanda-tanda vital


Ds: klien mengatakan, badan
05/03/17 (suhu,nadi,tensi,pernafasan) setiap 7 jam
sudah tidak terasa panas.

09.00 Do: kulit tidak teraba panas.

TTV: S: 37,5, TD: 130/70, N:


80x/m

42
Evaluasi
No No.DX Hari/tgl/jam Evaluasi TTD

1. I. Jumat, S: klien mengatakan buang air kecil lebih dari 20x


03/03/17 O: sering berkemih, nokturia, terpasang kateter

15.00 A: masalah belum teratasi

1. Klien sering buang air kecil


2. Adanya nokturia

P: lanjurkan intervensi

1. pantau eliminasi urine meliputi, frekuensi, konsistensi, bau, volwarna.


2. ajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urine.

Jumat, S: klien mengatakan nyeri saat akhir berkemih


2. II.
03/03/17
O:
15.00
Gelisah

TTV tidak normal

TD: 130/85mmHg

RR: 24x/m

43
N: 96x/m

P: karena berkemih

Q: seperti ditusuk

R: perut bawah dan panggul

S: skala 5

T: saat akhir berkemih

A: masalah belum teratasi

Skala nyeri belum berkurang

P: lanjutkan intervensi

1. kaji skala nyeri pasien dengan skala PQRST


2. berikan analgetik

S: klien mengatakan, badan terasa terasa panas dan menggigil.


3. III. Jumat,
03/03/17 O:

Suhu tubuh menigkat, 38,4


15.00
Kulit teraba panas

Akral teraba panas

44
Takikardi

Frekuensi napas meningkat, 26x/m

A: masalah belum teratasi ( TTV diatas batas normal)

P: lanjutkan intervensi

1. mengobservasi tanda-tanda vital (suhu,nadi,tensi,pernafasan) setiap


3 jam
2. manganjurkan pasien untuk banyak minum.
3. memberikan kompres hangat

1 I. Sabtu,
04/03/17 S: klien mengatakan buang air kecil sedikit berkurang.

10.00 O: terpasang kateter, volume urine 500ml

A: masalah teratasi sebagian

Nokturia berkurang

P: lanjutkan intervensi

1. pantau eliminasi urine meliputi, frekuensi, konsistensi, bau, volume dan


warna.
2. ajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urine.

45
2.. II. Sabtu,
04/03/17 S: klien mengatakan, nyeri berkurang

O:
10.00
Gelisah berkurang

TTV normal

TD: 120/80mmHg

RR: 24x/m

N: 80x/m

P: karena berkemih

Q: seperti ditusuk

R: perut bawah dan panggul

S: skala 3

T: saat akhir berkemih

A: masalah teratasi sebagian

Skala nyeri berkurang

P: lanjutkan intervensi

1. Kaji skala nyeri pasien dengan skala PQRST


46
2. Berikan analgetik

3. III. Sabtu,
S: klien mengatakan, badan terasa panas dan mengigil.
04/03/17
O:
10.00
Akral teraba panas

TTV: S: 38.2, TD: 130/70, N: 80x/m

A: masalah teratasi sebagian

TD normal, nadi normal

P: lanjutkan intervensi

1. mengobservasi tanda-tanda vital (suhu,nadi,tensi,pernafasan) setiap 7


jam

Minggu,
1. I.
05/03/17
S: klien mengatakan buang air kecil sudah berkurang

13.00 O: terpasang kateter, volume urine 500ml

A:masalah teratasi

Nokturia berkurang

P: lanjutkan intervensi

1. pantau eliminasi urine meliputi, frekuensi, konsistensi, bau, volume dan


47
warna.

S: klien mengatakan nyeri berkurang


2. II. Minggu,
O:
05/03/17
TTV normal
13.00
TD: 120/80mmHg

RR: 24x/m

N: 80x/m

P: karena berkemih

Q: seperti ditusuk

R: perut bawah dan panggul

S: skala 2

T: saat akhir berkemih

A: masalah teratasi

Skala nyeri berkurang menjadi 2

P: hentikan intervensi

48
S: klien mengatakan, badan sudah tidak terasa panas
III. Minggu,
05/03/17 O:
3.
Kulit tidak teraba panas
13.00
Klien tidak menggigil

TTV: S: 37,5, TD: 130/70, N: 80x/m

A: masalah teratasi

P: hentikan intervensi

49
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Chystitis (infeksi saluran kemih ) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri. Sistitis merupakan
inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra. (Nursalam & Fransisca, 2011).

Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa bilu-buli yang sering disebabkan oleh infeksi oleh bakteri. Mikroorganisme penyebab
infeksi ini terutama adalah E.Coli, Enterrococci, Proteus, dan Stafilokokus uretra (Basuki B.Purnomo,2008)
Adapun tanda-tanda infeksi saluran kemih menurut Corwin, 2009 adalah :
1. Biasanya memperlihatkan disuria (nyeri waktu berkemih), peningkatan frekuensi berkemih, dan rasa desakan ingin berkemih.
2. Dapat terjadi nyeri punggung bawah atau suprarubis, khususnya pada pielonefritis.
3. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.
4. Gejala infeksi pada bayi atau anak kecil dapat nonspesifik dan termasuk iritabilitas, demam, kurang nafsu makan, muntah, dan
bau popok yang menyengat.
5. Gejala infeksi pada lansia dapat berupa gejala samar seperti mual atau muntah, demam, agitasi atau konfusi.

50
B. Saran
Kami berharap, asuhan keperawatan pada pasien dengan cistitis (infeksi saluran kemih) dapat bermanfaat bagi Mahasiswa maupun
pembaca.Kami mengharapkan saran dan kritik dari rekan-rekan mahasiswa dan seluruh pembaca unuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

- Nursalam. Fransisca B. Batticaca. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika
- Rudi Haryono. 2012. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Rapha Publishing
- Judith M. Wilkinson. 2016. Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC. Jakarta:EGC

51

S-ar putea să vă placă și