Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang di tandai dengan pertumbuhan dan
pekrkembangbiakan belteri dalam salura kemih, meliputi infeksi diparenkim ginjal
sampai kandung kemih dengan jumlah bakteri urin tertentu (zanetti et al; 2008 ).
Pasien dapat di diagnosis infeksi saluran kemih apabila urinnya mengandung lebih dari
105 bakteri/ml, sedangkan dalam keadaan normal urin juga mengandung
mikroorganisme sekitar 102 – 104 bakteri/ml urin ( coyle dan prince, 2005 ).
Bakteri penyebab utama infeksi saluran kemih adalah balteri ekoli yaitu sebesar 30,56%,
bakteri pseudomonas aeruginosa sebesar 23,33%, dan proteus milabilis sebanyak 29%
(kolawale et al 2009).
B. Tujuan Khusus
Mengetahui teori dan asuhan keperawatan pada pasien dengan cistitis (infeksi saluran
kemih).
C. Tujuan Umum
1. Mengetahui pengertian cistitis
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi cistitis
3. Mengetahui etiologi cistitis
4. Mengetahui manifestasi klinis cistitis
5. Mengetahui klasifikasi cistitis
6. Mengetahui patofisiologi cistitis
7. Mengetahui pathway cistitis
8. Mengetahui komplikasi cistitis
1
9. Mengetahui penatalaksanaan cistitis
10. Mengetahui pencegahan cistitis
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien cistitis
D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan cistitis?
2. Anatomi fisiologi cistitis?
3. Apa etiologi cistitis?
4. Sebutkan klasifikasi cistitis!
5. Bagaimana manifestasi klinis cistitis?
6. Bagaimana patofisiologi cistitis?
7. Bagaimana pathway cistitis?
8. Jelaskan komplikasi cistitis?
9. Bagaimana penatalaksanaan cistitis?
10. Bagaimana pencegahan cistitis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan cistitis?
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
2. Fisiologi
Vesika urinaria adalah sebuah kantong yang di bentuk oleh jaringan ikat dan otot
polos. Vesika urinaria berfungsi untuk penyimpanan urin. Apabila terisi sampai 200-
300 cm3 maka akan timbul keinginan untuk miksi.
Miksi adalah suatu proses yang dapat dikendalikan, kecuali pada bayi dan anak-anak
kecil merupakan suatu reflex.
Vesika urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada laki-
laki, organ ini terletak tepat dibelakang symphisis pubis dan didepan rectum. Pada
perempuan organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Saat kosong,
3
berukuran kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh
berisi urine, tingginya dapat mencapai umbilicus dan berbentuk seperti buah pir.
Dinding vesika urinaria memiliki beberapa lapisan :
a. Serosa lapisan terluar, merupakan perpanjangan dari lapisan peritoneal
rongga abdominopelvis.
b. Otot detrusora lapisan tengah. Terdiri dari otot-otot polos yang paling
berbentuk sudut. Berperang penting dalam proses urinasi.
c. Submukosa lapisan jaringan ikat, menghubungkan antara lapisan otot detrusor
dengan lapisan mukosa.
d. Mukosa terdiri dari epitel-epitel transisional. Membentuk lipatan saat dalam
keadaan lelaks, dan akan memipih saat keadaan terisi penuh.
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak
dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti
kerucut yang di kelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika
umbikalis medius.
4
B. Pengertian
Chystitis (infeksi saluran kemih ) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih
akibat infeksi oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan
oleh penyebaran infeksi dari uretra. (Nursalam & Fransisca, 2011).
Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa bilu-buli yang sering disebabkan oleh
infeksi oleh bakteri. Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama adalah E.Coli,
Enterrococci, Proteus, dan Stafilokokus uretra (Basuki B.Purnomo,2008)
Infeksi saluran kemih adalah dimana kuman tumbuh dan berkembang di dalam saluran
kemih dalam jumlah yang bermakna (Marwazi, 2014)
Infeksi saluran kemih adalah infeksi-didapat (infeksi nosokomial) yang paling terjadi di
rumah sakit (Potter & Perry, 2005).
Infeksi saluran kemih adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktis urinarius, dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala (Brunner &
Suddarth, 2002).
C. Klasifikasi
1. terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat
dan striktura uretra.
Cystitis Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini
dapat sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari
penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
1. Cistitis Trauma adalah bentuk paling umum dari cistitis pad wanita, dan karena
memar kandung kemih, biasanya melalui hubungan seksual. Hal ini sering diikuti
oleh bakteri cistitis, sering oleh bakteri coliform yang di transfer dari usus melalui
iretra ke dalam kandung kemih.
2. Cistitis Intertisisal (IC) dianggap lebih cedera pada kandung kemih mengakibatkan
iritasi konstan dasn jarang melibatkan adanya infeksi. IC pada pasien sering salah did
diagnosis dengan ISK/sistitis selama selama bertahun-tahun sebelum mereka
diberitahu bahwa kultur urin mereka negatrif. Antibiotik tidak digunakan dalam
5
pengobatan IC. Penyebab dari IC tidak diketahui, meskipun beberapa menduga
mungkin autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang kandung kemih, dan
beberapa terapi sudah tersedia saat ini.
3. Eosinofilik Cistitis adalah bentuk yang jarang dari cistitis yang didiagnosa melalui
biopsi. Dalam kasus ini, dinding kandung kemih menyusup dengan tingginya jumlah
eosinofil. Penyebabnya juga belum diketahui meskipun telah dipicu pad anak dengan
opbat-obatan tertentu. Beberapa menganggapnya sebagai cistitis intertisial.
4. Cistitis Radiasi sering terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi untuk
pengobatan kanker.
5. Cistitis Hemoragik, dapat terjadi sebagai efek samping dari terapi siklofosfamid, dan
sering dicegah denganpemberian mesna.
D. Etiologi
Organisme penyebab infeksi pada saluran kemih yang tersering adalah Escherichia Coli,
yang menjadi penyebab pada lebih dari 80% kasus.E.Coli merupakan penghuni normal
pada kolon.Organisme juga dapat menimbulkan infeksi adalah golongan Proteus,
Klebsiella, Enterobacter, dan Pseudomonas.Faktor predisposisi dalam perkembangan
infeksi saluran kemih adalah (Price & Wilson, 2005).
1. Obstruksi aliran urin
Obstruksi aliran urin terletak di sebelah proksimal dari vesika urinaria dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal
ini saja sudah cukup untuk mengakibatkan atrofi hebat pada parenkim ginjal.
Disamping itu, obstruksi yang terjadi dibawah vesika urinaria sering disertai
refluks vesikoureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah
jaringan parut ginjal atau uretra, batu, neoplasma hipertrofi prostat (sering
ditemukan pada laki-laki dewasa di atas usia 60 tahun), kelainan congenital pada
leher vesika urinaria dan uretra serta penyempitan uretra.
4. Kehamilan
Telah diketahui sebelumnya bahwa hidroureter dan hidronefrosis biasanya paling
jelas pada ginjal kanan, selalu terjadi selama masa kehamilan dan menetap selama
beberapa waktu sesudahnya. Pelebaran ini disebabkan oleh relaksasi otot akibat
kadar progesteron yang tinggi dan akibat obstruksi ureter karena uterus yang
membesar. Wanita yang mengalami infeksi saluran kemih atas selama masa
kehamilan meningkatkan angka insidensi bayi premature dan mortalitas.
5. Refluks vesikoureter
Aliran urin biasanya hanya berlangsung satu arah yaitu dari pelvis ginjal menuju
vesika urinaria, dan aliran balik (refluks) dicegah oleh adanya katup
ureterovesikular.Katup ini mencegah terjadinya aliran balik saat berkemih ketika
tekanan dalam vesika urinaria meningkat.Refluks vesikoureter (VUR). VUR
dikaitkan dengan malformasi kongenital dari bagian bawah vesika urinaria. VUR
dapat ditemukan pada pasien anak yang menderita infeksi saluran kemih rekuren
dan merupakan cara masuknya mikroorganisme ke dalam ginjal.
6. Peralatan kedokteran
Kateterisasi uretra dan ureter serta sistoskopi sering menyebabkan terjadinya
infeksi pada vesika urinaria atau ginjal.Sekitar 2% dari tindakan kateterisasi vesika
urinaria mengakibatkan infeksi. Terdapat 98% insidensi infeksi dalam jangka
waktu 48 jam pada pemasangan kateter menetap. Bahkan dengan system drainase
tertutup yang baikpun urin hanya steril selama 5 sampai 7 hari.
7. Penyakit metabolic
Pengidap diabetes juga beresiko mengalami infeksi saluran kemih berulang karena
tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun yang menurun dan peningkatan
frekuensi kandung kemih neurogenik (Corwin, 2009)
7
E. Manifestasi Klinis
Adapun tanda-tanda infeksi saluran kemih menurut Corwin, 2009 adalah :
1. Biasanya memperlihatkan disuria (nyeri waktu berkemih), peningkatan frekuensi
berkemih, dan rasa desakan ingin berkemih.
2. Dapat terjadi nyeri punggung bawah atau suprarubis, khususnya pada
pielonefritis.
3. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.
4. Gejala infeksi pada bayi atau anak kecil dapat nonspesifik dan termasuk
iritabilitas, demam, kurang nafsu makan, muntah, dan bau popok yang
menyengat.
5. Gejala infeksi pada lansia dapat berupa gejala samar seperti mual atau muntah,
demam, agitasi atau konfusi.
6. Nokturia
7. Piuria ( sel-sel darah putih dalam urin)
F. Patofisiologi
Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara
umumdisebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan
timbul denganpenjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih
bagian bawah, baik akutmaupun kronik dapat bilateral maupun unilateral. Kemudian
bakteri tersebut berekolonisasipada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia
eksterna menyebabkan organismemelekat dan berkolonisasi disuatu tempat di
periutenial dan masuk ke kandung kemih.
Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif seperti E
collipsedomonas, klebsiela, proteus yang berasal dari saluran intestinum orang itu
sendiridan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air
kemih bisamengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri
dari kandungkemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin
statis sepertimaka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh
dan menjadikanmedia yang lebih alkalis sehingga menyuburkan pertumbuhannya.
Infeksi saluran kemihdapat terjadi jika resistensi dari orang itu terganggu.
8
Faktor-faktor utama dalampencegahan infeksi saluran kemih adalah integritas
jaringan dan suplai darah. Retak daripermukaan lapisan jaringan mukosa
memungkinkan bakteri masuk menyerang jaringan danmenyebabkan infeksi. Pada
kandung kemih suplai darah ke jaringan bisa berkompromibila tekanan di dalam
kandung kemih meningkat sangat tinggi (Tambayong, 2000).
9
G. Pathway
Bakteri E.coli
Reaksi peradangan
Peningkatanfrekuensi/
dorongan kontraksi uretra
CYSTITIS
Oliguria Hipotalamus
Gangguan eliminasi
urin Menekan termoregulasi
Hipertermi
10
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat infeksi saluran kemih adalah:
1. Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi yang terjadi pada ginjal dan dapat bersifat akut ataupun
kronis.Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi saluran kemih asendens.
Sedangkan pielonefritis kronis dapat terjadi akibat infeksi yang berulang dan
biasanya dijumpai pada individu yang sering mengidap batu, obstruksi dan refluks
vesikoureter
I. Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
Penanganan infeksi saluran kemih yang ideal adalah agens anti bakterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal
terhadap flora fekal dan vagina.
Terapi infeksi saluran kemih dapat dibedakan atas:
1. Terapi antibiotika dosis tunggal
2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
3. Terapi antibiotika jangka panjang: 4-6 minggu
4. Terapi dosis rendah untuk supresi
b. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri
feces.
11
J. Pencegahan
2. Diagnosa Keperawatan
I. Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
II. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih
III. Resiko infeksi berhunungan denga ketidakadekuatan pertahanan sekunder
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan criteria hasil
Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri 1. Berguna dalam
berhubungan tindakan secara pengawasan
dengan agen keperawatan komprehensif keefektifan
cidera selama 3x24 jam meliputi obat, kemajuan
biologis diharapkan nyeri lokasi, penyembuhan,
hilang , dengan intensitas, perubahan
criteria hasil :
kualitas, dalam
Pasien
durasi, dan karakteristik
mengatak
an nyeri skala dengan nyeri.
hilang/ber PQRST. 2. Dengan
kurang. 2. Kontrol factor lingkungan
Skala lingkungan yang nyaman
nyeri yang rasa nyeri bias
berurang/t mempengaruhi berkurang.
urun. nyeri, seperti 3. Dengan
Ekspresi suhu ruangan, menggunakan
wajah pencahayaan, komunikasi
tampak dan terapeutik akan
13
rileks. kebisingan. mudah
Pasien 3. Gunakan menggali
mengerti komunikasi pengalaman
penyebab terapeutik pasien terhadap
nyeri dan untuk respon nyeri.
cara mengetahui 4. Supaya pasien
mencegah pengalaman dapat
nya.
dan memahami
TTV
penerimaan nyerinya dan
dalam
batas respon pasien mengurangi
normal. terhadap nyeri. kecemasan.
Pasien 4. Jelaskan factor 5. Teknik
menunjuk penyebab relaksasi dan
kan teknis nyeri. distraksi dapat
relaksasi 5. Ajarkan teknik menueunkan
yang relaksasi dan nyeri dan
efektif distraksi untuk kecemasan.
untuk mengurangi 6. Ketika
menguran nyeri. seseorang
gi nyeri. 6. Ukur TTV mengalami
pasien. nyeri, maka
7. Kolaborasi TTV akan
medis untuk meningkat.
pemberian 7. Pemberian
analgetik. analgetik yang
tepat dapat
membantu
pasien untuk
beradaptasi.
Gangguan Setelah dilakukan 1. Ukur dan catat 1. Untuk
eliminasi urin tindakan urin setiap kali mengetahui
berhubungan keperawatan berkemih. adanya
dengan selama 3x24 jam 2. Anjurkan perrubahan
infeksi diharapkan untuk warna dan
saluran kemih pasien dapat berkemih untuk
mempertahankan setiap 2-3 jam. mengetahui
eliminasi urin 3. Palpasi input output.
secara adekuat, kandung 2. Untk mencegah
dengan criteria kemih setiap terjadinya
hasil: jam. penumpukan
Pasien 4. Bantu pasien urin dalam
dapat ke kamar vesika urinaria.
berkemih kecil, memakai 3. Untuk
setiap 3 pispot/urinarial mengetahui
jam. . adanya distensi
Pasien 5. Bantu pasien kandung kemih.
untuk 4. Untuk
14
tidak mendapartkan memudahkan
kesulitan posisi pasien dalam
pada saat berkemih yang berkemuh.
berkemih. nyaman. 5. Supaya pasien
Pasien 6. Melanjutkan tidak sukar
dapat terapi sesuia untuk
BAK program untuk berkemih.
dengan pemberian 6. Terapi
berkemih. obat. farmakologis
dibutuhkan
untuk
mengurangi
nyeri ketika
berkemih dan
melancarkan
eliminasi urin.
Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Ukur TTV dan 1. TTV
berhunungan tindakan kaji suhu menandakan
denga keperawatan tubuh pasien adanya
ketidakadekua selama 3x24 jam setip 4 jam dan perubahan
tan diharapkan resiko lapor jika suhu dalam tubuh.
pertahanan infeksi tidak diatas batas 2. Untuk
sekunder terjadi dengan normal mengetahui
criteria hasil: 2. Catat indikasi
TTV karakteristik kemajuan atau
dalam urin penyimpangan
batas 3. Anjurkan dari hasil yang
normal. pasien untuk diharapkan.
Jumlah minum 2-3 3. Untuk
leukosit liter jika tidak mencegah statis
dalam ada urin .
batas kontraindikasi. 4. Untuk
normal. 4. Anjurkan mencegah
Urin pasien untuk adanya distensi
berwarna mengosongkan Kandung
bening kandung kemih.
dan tidak kemih secara 5. Untuk menjaga
bau. komplit setiap kebersihan dan
kali berkemih. menghindari
5. Berikan yang membuat
keperawatan infeksi uretra.
perineal, 6. Terapi
pertahankan farmakologis
agar tetap dibutuhkan
bersih dan untuk
kering. mencegah
6. Lanjutkan terjadinya
terapi sesuai infeski.
program untuk
15
pemberian
antibiotic.
16
BAB III
KASUS
Seorang wanita 35thn datang kepoli dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan sekitar area
panggul pada akhir berkemih dengan skala 5. Klien mengatakan sering berkemih terutama
dimalam hari sekitar 20x/hari bahkan lebih dengan jumlah urine sedikit karena selalu ingin
kencing. Klien mengatakan badan terasa panas. Pada pemeriksaan urine terdapat hematuria dan
E. Coli, pada darah Leukosit: 42000/mm3, Hb: 11gr/dL. Akral teraba panas dan klien tampak
menggigil. TTV, TD: 130/85 mmHg, RR: 26x/m, N: 96x/m, S: 38,4oc. Terapi Quinolones 3x400
mg, ciproflaxin 3x250mg, Amoxicillyn 3x250mg. IVFD, RL: 20tpm.
17
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
IDENTITAS
18
A. RIWAYAT KESEHATAN
Klien datang ke poli dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan sekitar area panggul pada akhir
berkemih.
Riwayat Kesehatan Sekarang (Kronologis munculnya gejala sampai dengan kondisi saat ini):
Klien datang kepoli dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan sekitar area panggul pada
akhir berkemih dengan skala 5. Klien mengatakan sering berkemih terutama dimalam hari
sekitar 20x/hari bahkan lebih dengan jumlah urine sedikit karena selalu ingin kencing. Pada
pemeriksaan urine terdapat hematuria dan E. Coli, pada darah Leukosit: 42000/mm3, Hb:
11gr/dL.
Riwayat Kesehatan Dahulu (Rawat inap, operasi, penyakit menular, penyakit keturunan, penyakit
dalam):
19
Klien mengatakan, sebelumnya belum pernah dirawat dirumah sakit. Klien mengatakan tidak memiliki
riwayat keturunan seperti hipertensi, DM, TBC dan lainnya.
klien mengatakan, tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan ataupun udara. Sehingga tidak pernah
mengkonsumsi obatalergi.
20
Dibiarkan saja Lain-lain Sikap terhadap pengobatan/perawatan:
Kooperatif Menolak
Lain-lain
Jenis makanan: klien mengatakan di Diit saat ini: di rumah sakit klien makan
rumah makan nasi dengan lauk pauk bubur biasa
,ikan ,daging ayam, bayam dan buah-
buahan.
Frekuensi :3x/hari
Habis berapa porsi: 1 porsi
Frekuensi : 3 x/hari Makanan Kesukaan: bakso
Habis berapa porsi: 1 porsi
Makanan Kesukaan: bakso BB: 50 TB: 150 IMT:22
Frekuensi:
Warna/konsistensi:
Warna/konsistensi:
Minum: Minum:
Air putih, Jumlah: klien Puasa Air putih,Jumlah: klien
mengatakan saat di rumah minum dalam mengatakan di rumah sakit minum 8
sehari sebanyak 4 gelas gelas/hr
ADL 0 1 2 3 4 ADL 0 1 2 3 4
3 Aktivitas dan
21
Latihan Makan / Makan /
minum minum
Toileting Toileting
Berpakaian Berpakaian
Berpindah Berpindah
Ambulasi Ambulasi
Keterangan Keterangan:
0 : mandiri 0 : mandiri
3:dibantu orang lain dengan alat 3:dibantu orang lain dengan alat
Mulai tidur malam jam 20.00 bangun Mulai tidur malam jam 22.00 bangun
jam 04.00 jam 07.00
Mulai tidur siang jam 13.00 bangun jam
Mulai tidur siang jam 13.00 bangun jam 13.30
14.00
Kualitas tidur: Nyenyak Sering
Kualitas tidur: Nyenyak Sering bangun Lain-lain:
bangun Lain-lain:
Colostomy, jelaskan……………….
Lain-lain:
22
BAK BAK
Warna : Warna :
Hematuria Hematuria
Ukuran kateter:…………..ml/…..jam
Volume:
Warna:
Lain-lain:……………………………
lain-lain
lain-lain
Laki-laki:
Lain-lain:…………………………..
Lain-lain:………………………… Lain-lain:………………………
Tanda dan gejala: Tahu Tidak tahu , Patofisiologi: Tahu Tidak tahu
25
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Umum
KU : baik cukup buruk
GCS: …. (E : 4 , M: 6 , V: 5 )
Catatan:
Karakteristik Nyeri:
26
K Kualitas Pola Metode
Konsentrasi lain-lain:…………….
2. Kepala
Mesosefal asimetris hematoma tidak ada masalah lain-lain……
3. Rambut
Kotor berminyak kering rontok tidak ada masalah lain-lain…………..
4. Wajah
Asimetris bells palsy sembab kelainan congenital tidak ada masalah
Lain-lain………………………………………………………………………………
5. Mata
Gangguan penglihatan sclera anemis konjungtivitis
6. Telinga
Berdengung nyeri tuli keluar cairan nyeri tekan tragus
7. Hidung
Asimetris epistaksis penyumbatan influenza sinus tidak ada masalah
lain-lain
8. Mulut
Simetris asimetris bibir pucat palatum kelainan congenital Bau mulut
9. Gigi
Karies goyang tambal gigi palsu tidak ada masalah
27
lain-lain...
10. Lidah
Kotor mukosa kering gerakan asimetris tidak ada masalah
lain-lain...
11. Tenggorokan
Faring merah sakit menelan tonsil membesar tidak ada keluhan
12. Leher
Pembesaran tiroid pembesaran vena jugularis kaku kuduk keterbatasan gerak
13. Dada
Asimetris retraksi tidak ada kelainan lain-lain
Muskuloskeletal:
Alat bantu nafas saat drmh: tidak ya, jika ya sebutkan nama alatnya:………….
Jantung
14. Abdomen
Asites simetris bising usus massa nyeri tekan, kuadran/regio:……
15. Genitalia
Kotor keputihan berbau tidak ada kelainan lain-lain:…………
17. Integumen
Turgor dingin bula luka tekan di……… tak ada kelainan
28
18. Ekstremitas
Kekuatan otot:
atas: kanan /kiri, bawah: kanan/ kiri
Kejang tremor plegi di….. parase di….. edema lemah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Hb 11gr/dL 12.00-
16.00gr/dL
3. e. coli positif
2. Terapi Medik
Quinolones digunakan
2. Quinolones 3x400mg IV jika antibiotic lainya
tidak dapat mengatasi
29
infeksi yang ada.
ANALISA DATA
No Tgl / Jam Data (Subjektif & Objektif) Clinical Pathway Etiologi Problem
Do: ureter
Sering berkemih
Terpasang kateter
oliguria
gangguan eliminasi
urin
30
13.00 Do: Peradangan
Gelisah
Q: seperti ditusuk
S: skala 5
Takikardi Hipotalamus
Frekuensi napas meningkat,
26x/m
Menekan
termoreguler
Hipertermi
31
DIAGNOSA KEPERAWATAN
13.00
13.00
32
PERENCANAAN KEPERAWATAN
34
Implementasi
I. Jumat, memantau eliminasi urine meliputi, frekuensi, konsistensi, Ds: klien mengatakan, sering
bau, volume dan warna.
03/03/17 buang air kecil terutama saat
malam hari sebanyak 20x
13.00
Do: urine berwarna merah.
mengajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat Ds: klien mengatakan, buang
haluaran urine.
air kecil sebanyak 20x lebih
dalam sehari.
35
buang air kecil.
Mengkaji skala nyeri pasien dengan skala PQRST. Ds: klien mengatakan nyeri
II. Jumat,
bagian perut dan punggung
03/03/17
bawah.
13.00
Do:
P: karena berkemih
Q: seperti ditusuk
S: skala 5
36
Mengajarkan teknik relaksasi kepada pasien. Ds: klien mengatakan, nyeri
sedikit berkurang
III. Jumat,
Kaji saat timbulnya demam
03/03/17 Ds: klien mengatakan badan
terasa panas dan menggigil
13.00
Do: suhu meningkat
37
mengobservasi tanda-tanda vital ( Ds: klien mengatakan badan
suhu,nadi,tensi,pernafasan) setiap 3 jam terasa panas
38
memantau eliminasi urine meliputi, frekuensi, konsistensi, Ds: klien mengatakan buang air
I. Sabtu,
bau, volume dan warna. kecil sudah tidak terlalu sering
04/03/17
Do:
09.00
Terpasang kateter.
mengajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat Ds: klien mengatakan buang air
haluaran urine. kecil sudah tidak terlalu sering.
P: karena berkemih
Q: seperti ditusuk
39
S: skala 3
III. Sabtu,
mengobservasi tanda-tanda vital Ds: klien mengatakan, badan
04/03/17 (suhu,nadi,tensi,pernafasan) setiap 3 jam terasa panas dan menggigil
40
I. Minggu, memantau eliminasi urine meliputi, frekuensi, konsistensi, Ds:-
bau, volume dan warna.
05/03/17 Do: volume urin 200ml
mengajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat Ds: klien mengatakan, dalam
haluaran urine. sehari jarang terasa ingin buang
air kecil
09.00 Do:
P: karena berkemih
Q: seperti ditusuk
S: skala 2
41
Memberikan analgetik. Ds: klien mengatakan sudah
tidak nyeri.
42
Evaluasi
No No.DX Hari/tgl/jam Evaluasi TTD
P: lanjurkan intervensi
TD: 130/85mmHg
RR: 24x/m
43
N: 96x/m
P: karena berkemih
Q: seperti ditusuk
S: skala 5
P: lanjutkan intervensi
44
Takikardi
P: lanjutkan intervensi
1 I. Sabtu,
04/03/17 S: klien mengatakan buang air kecil sedikit berkurang.
Nokturia berkurang
P: lanjutkan intervensi
45
2.. II. Sabtu,
04/03/17 S: klien mengatakan, nyeri berkurang
O:
10.00
Gelisah berkurang
TTV normal
TD: 120/80mmHg
RR: 24x/m
N: 80x/m
P: karena berkemih
Q: seperti ditusuk
S: skala 3
P: lanjutkan intervensi
3. III. Sabtu,
S: klien mengatakan, badan terasa panas dan mengigil.
04/03/17
O:
10.00
Akral teraba panas
P: lanjutkan intervensi
Minggu,
1. I.
05/03/17
S: klien mengatakan buang air kecil sudah berkurang
A:masalah teratasi
Nokturia berkurang
P: lanjutkan intervensi
RR: 24x/m
N: 80x/m
P: karena berkemih
Q: seperti ditusuk
S: skala 2
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
48
S: klien mengatakan, badan sudah tidak terasa panas
III. Minggu,
05/03/17 O:
3.
Kulit tidak teraba panas
13.00
Klien tidak menggigil
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Chystitis (infeksi saluran kemih ) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri. Sistitis merupakan
inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra. (Nursalam & Fransisca, 2011).
Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa bilu-buli yang sering disebabkan oleh infeksi oleh bakteri. Mikroorganisme penyebab
infeksi ini terutama adalah E.Coli, Enterrococci, Proteus, dan Stafilokokus uretra (Basuki B.Purnomo,2008)
Adapun tanda-tanda infeksi saluran kemih menurut Corwin, 2009 adalah :
1. Biasanya memperlihatkan disuria (nyeri waktu berkemih), peningkatan frekuensi berkemih, dan rasa desakan ingin berkemih.
2. Dapat terjadi nyeri punggung bawah atau suprarubis, khususnya pada pielonefritis.
3. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.
4. Gejala infeksi pada bayi atau anak kecil dapat nonspesifik dan termasuk iritabilitas, demam, kurang nafsu makan, muntah, dan
bau popok yang menyengat.
5. Gejala infeksi pada lansia dapat berupa gejala samar seperti mual atau muntah, demam, agitasi atau konfusi.
50
B. Saran
Kami berharap, asuhan keperawatan pada pasien dengan cistitis (infeksi saluran kemih) dapat bermanfaat bagi Mahasiswa maupun
pembaca.Kami mengharapkan saran dan kritik dari rekan-rekan mahasiswa dan seluruh pembaca unuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
- Nursalam. Fransisca B. Batticaca. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika
- Rudi Haryono. 2012. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Rapha Publishing
- Judith M. Wilkinson. 2016. Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC. Jakarta:EGC
51