Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
glukagon, sel-sel beta yang menghasilkan insulin. Insulin adalah hormon hipoglikemik
(menurunkan gula darah) sedangkan glukagon bersifat hiperglikemik (meningkatkan gula
darah). Selain sel alfa dan beta pulau Langerhans juga memiliki sel-sel delta yang
menghasilkan somastostatin yang dapat menghambat pelepasan insulin dan glukagon.
2) Jenis kelamin
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita lebih berisiko
mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks
masa tubuh yang lebih besar (Fatimah, 2015).
3) Usia
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah > 45
tahun dan resistensi insulin cenderung meningkat pada usia > 65 tahun
4) Genetik
Secara emperis Diabetes Mellitus tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat
jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.
5) Riwayat melahirkan bayi >4 kg
6) Lahir dengan berat badan <2,5 kg
b. Faktor dapat diubah, erat kaitannya dengan gaya hidup
1) Obesitas
Pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 200mg%.
2) Konsumsi alkohol
Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita Diabetes
Mellitus, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan
darah.
3) Kebiasaan merokok
Kandungan zat pada rokok menimbulkan aterosklerosis atau terjadi pengerasan pada
pembuluh darah. Kondisi ini merupakan penumpukan zat lemak di arteri, lemak dan
plak memblok aliran darah dan membuat penyempitan pembuluh darah dan memicu
hipertensi.
4) Hipertensi
Kondisi hiperglikemi dapat menghambat pembentukan endothelium dan merentensi
natrium. Kedua hal tersebut berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah.
5) Diet tidak sehat
Konsumsi makanan tinggi lemak dan garam dapat menyebabkan hipertensi yang pada
akhirnya dapat memicu terjadinya diabetes
5
6) Dislipidemia
Kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) dan tingginya
Trigliserida (>250 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
7) Aktivitas fisik
Konsumsi makanan tidak seimbang dengan aktivitas yang dilakukan akan memicu
terjadinya obesitas.
3. Diabetes Gestasional
Diabetes Gestasional adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau mulai diketahui
selama pasien hamil. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai pengaruh
metabolik terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan dapat menjadi keadaan diabetogenetik.
4. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang bersifat kronik yang
dapat memengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes Mellitus disebabkan
oleh sebuah ketidakseimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya
respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme orang dengan
metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar glukosa darah antara 80-140 mg/dl
(euglikemia) dalam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda pada orang non diabetik kadar
glukosa darah dapat meningkat antara 120-140 mg/dl setelah makan (post prandial) namun
keadaan ini akan kembali menjadi normal dengan cepat. Sedangkan kelebihan glukosa darah
diambil dari darah dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan sel-sel otot (glikogenesis).
Kadar glukosa darah normal dipertahankan selama keadaan puasa, karena glukosa dilepaskan
dari cadangan-cadangan tubuh (glikogenolisis) dan glukosa yang baru dibentuk dari trigliserida
(glukoneogenesis). Glukoneogenesis menyebabkan metabolisme meningkat kemudian terjadi
proses pembentukan keton (ketogenesis) terjadi peningkatan keton didalam plasma akan
menyebabkan ketonuria (keton didalam urine) dan kadar natrium serta pH serum menurun yang
menyebabkan asidosis metabolik (Price, 2000).
Resistensi sel terhadap insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi
menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma tinggi (hiperglikemia). Jika
hiperglikeminya parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul glikosuria. Glukosuria ini akan
menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa
haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria menyebabkan keseimbangan kalori
6
negatif sehingga menimbulkan rasa lapar (polifagi) Selain itu juga polifagi juga disebabkan oleh
starvasi (kelaparan sel). Pada pasien Diabetes Mellitus penggunaan glukosa oleh sel juga
menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun sehingga tubuh menjadi
lemah.
Hiperglikemia juga dapat mengganggu fungsi pembuluh darah kecil (arteri kecil). Kadar
gula darah yang tinggi menyebabkan kekentalan darah meningkat, menghambat aliran darah
sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang. Jika penderita mengalami
luka kondisi hiperglikemi akan mempersulit proses penyembuhan, menjadikan luka sebagai
tempat berkembangnya bakteri sehingga dapat memicu infeksi dan terjadi ganggren atau ulkus.
Gangguan pembuluh darah juga menyebabkan aliran darah ke retina menurun, akibatnya
pandangan menjadi kabur.
Akibat perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal
sehingga terjadi nefropati. Diabetes juga mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom
dan sistem saraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati (Price, 2000)
5. Manifestasi Klinik Diabetes Mellitus
Menurut Mansjoer (2001) menifestasi Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut:
1. Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak)
2. Polidipsi (banyak minum)
3. Polifagi (rasa lapar yang semakin besar)
4. Lemas
5. Berat badan menurun
6. Kesemutan
7. Mata kabur
8. Impotensi pada pria
9. Gatal (Pruritus) pada vulva
6. Mengantuk (somnolen) yang terjadi beberapa hari atau beberapa minggu. Komplikasi Diabetes
Mellitus
Komplikasi Diabetes Mellitus menurut Smeltzer (2002) dibagi menjadi dua yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronik.
1. Komplikasi akut, adalah komplikasi pada Diabetes Mellitus yang penting dan berhubungan
dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut
7
adalah:
a. Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut dari \ perjalanan
penyakit Diabetes Mellitus. Ketoasidosis diabetik ditandai oleh adanya hiperglikemia,
asidosis metabolik, dan peningkatan konsentrasi keton yang beredar dalam sirkulasi.
Diabetik ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin dalam tubuh. Hiperglikemia terjadi akibat peningkatan produksi glukosa
(glukoneogenesis dan glikogenolisis) dan penurunan penggunaan glukosa pada jaringan
perifer. Pada glukoneogenesis dihasilkan produk sisa berupa keton yang dapat
menyebabkan tubuh mengalami kondisi asidosis metabolik.
b. Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHHN)
Koma Hipermosolar Non Ketonik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu
perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosis dan asidosis pada KHHN
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah 50-60 mg/dl keadaan
ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit
2. Komplikasi Kronik
Efek samping Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh
bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2 :
a. Komplikasi Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler adalah perubahan
pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka
sirkulasi darah keginjal menjadi menurun sehingga pada akhirnya bisa terjadi
nefropati.
2) Penyakit Mata
Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan
keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan retinopati. Katarak juga dapat
disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabkan pembengkakan
8
4) Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan,
memperkuat jantung dan mengurangi stress .Bagi pasien Diabetes Mellitus
melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik tetapi jangan melakukan
olah raga terlalu berat.
5) Kontrol gula darah secara rutin
6) Pemberian penyuluhan kesehatan Diabetes Mellitus diantarnya tentang perawatan
kaki dan luka.
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (1999) pemeriksaan penunjang untuk pasien Diabetes Mellitus ialah
sebagai berikut
1. Glukosa serum : peningkatan 200 – 1000 mg/dl atau lebih
2. Aseton plasma (ketones) positif
3. FFA : lipit dan klesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat kurang lebih 330 m Osm/1
5. Elektrolit
1. Serum : normal, meningkat / menurun
2. Kalium : normal, menigkat (seluller shif)
3. Phosphorus : sering menurun
6. AGD ( Analisa gas darah ) : pH menurun dan HCO3 menurun
7. Hematokrit meningkat
8. Kreatinin : normal atau meningkat
9. Web of Causation Diabetes Mellitus
12
10. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian pasien Diabetes Mellitus secara teori menurut Doenges
(1999)
1. Pengkajian Demografi
Diabetes Mellitus banyak diderita oleh perempuan dewasa. Usia
kurang lebih 40 tahun
2. Pengkajian Riwayat penyakit dahulu
Penyakit infeksi pada pankreas, tumor pada pankreas, hipertensi,
riwayat Diabetes Mellitus sebelumnya.
3. Pengkajian Riwayat kesehatan keluarga : Adakah penyakit Diabetes
Mellitus dikeluarga klien
4. Pengkajian data dasar pasien Diabetes Mellitus
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur / istirahat
Tanda : Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, letargi / disorentasi, koma, penurunan kekuatan otot
b. Sirkulasi
Gejala : Kebas, kesemutan ekstemitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama
Tanda : Takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi
yang menurun / tak ada, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan
kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas ego
Gejala : Stress, tergantung orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri /
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
e. Makanan/ Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diit,
13
14
h. Keamanan
Gejala :Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/ rentang gerak, parestesia/ paralysis otot termasuk
otot-otot pernafasan (jika kalium menurun dengan)
i. Seksualitas
Gejala : Gatal pada vagina (cenderung infeksi)
j. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat
dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( +
+ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ )
14
15
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
11. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan
dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data
dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada
teori Abraham Maslow yang terdiri dari :
15
16
16
17
17
18
18
19
19