Sunteți pe pagina 1din 15

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR DENGAN ODHA (ORANG DENGAN

HIV/AIDS) DALAM MEMOTIVASI HIDUP ODHA DI KLINIK VOLUNTARY


COUNSELLING AND TESTING (VCT) KOTA DUMAI
By: Dini Dwi Triani
Email: dinid.triani@gmail.com
Counselor: Evawani Elysa Lubis, M.Si

Jurusan Ilmu komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas KM. 12,5 Simp. Baru, Pekanbaru 288293-Telp/Fax.
0761-63277

ABSTRACT

Currently HIV / AIDS has spread widely in almost all regions of the world including
Indonesia. Dumai city is one of the areas vulnerable to HIV / AIDS. During 2017, the
number of HIV and AIDS cases was 598 cases. Patients with HIV / AIDS or so-called ODHA
(People With HIV / AIDS), often experience psychological problems resulting from the
illness and negative stigma from the surrounding environment. PLWHA requires counselors
to be able to change the behavior of PLWHA. The role of counselor at VCT Clinic
Puskesmas Dumai Kota is very important in providing guidance, knowledge, behavior
change, and motivate the life of PLWHA. Interpersonal communication is very important for
counselors and PLWHA in VCT Clinic. The purpose of this research is to know the stages of
counseling HIV/AIDS, effectiveness of communication between counselor and PLWHA
person, and communication barrier experienced by counselor and PLWHA in VCT Clinic
Puskesmas Dumai Kota.
This research uses qualitative method, the subjects of informants selected using
purposive technique, which become informant in this research are 5 people, that 1 counselor
and 4 people living with HIV/AIDS (PLWHA). The data collection techniques used in this
research are observation, interviews, and documentation. Data analysis techniques by
reducing data, collecting data, presenting data, drawing conclusions, and evaluation by
using tehniques of validity checking data that is triangulation.
The results of this research are counseling procedures performed include pre-test
counseling and post-test counseling. The effectiveness of interpersonal communication
between counselors and PLWHA in VCT Clinic Puskesmas Dumai City has been running
effectively, counselors and people living with HIV are equally open to each other; counselors
and PLWHA have high empathy with each other; positive behavior between counselor with
PLWHA is shown by mutual understanding of condition of PLWHA and PLWHA receiving
good treatment from counselor; counselors and PLWHA support each other; the attitude of
equality between counselors and shown by the attitude of appreciation and mutual trust with
each other. Communication barriers felt by counselor during interpersonal communication
process between counselor and PLWHA in VCT Clinic Puskesmas Dumai City take place
that is psychological barrier and semantic barrier.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 1


Keyword: Interpersonal communication, counselor, PLWHA, motivating the life of PLWHA

PENDAHULUAN berbagi cerita dengan peneliti, ia


Saat ini HIV/AIDS telah menyebar mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak
luas hampir di seluruh bagian dunia terima dengan kondisi dirinya dan awalnya
termasuk Indonesia. Wirdana, I. dkk ia sempat merasa dijauhi oleh orang-orang
(2011) menyatakan bahwa HIV/AIDS disekitarnya. Oleh karena itu, kondisi
terjadi karena menurunnya daya tahan tersebut berpengaruh buruk terhadap
tubuh (kekebalan) yang disebabkan oleh kualitas atau mutu hidupnya, karena orang
rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi yang pertama kali terdiagnosis HIV dan
HIV tersebut. Acquaired Immune AIDS seringkali merasa depresi, takut,
Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan gundah dan putus asa. Namun dengan
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan adanya kegiatan konseling yang dilakukan
oleh HIV. Penderita HIV/AIDS biasa oleh konselor HIV/AIDS serta dukungan
disebut dengan ODHA (Orang Dengan dari berbagai pihak seperti Komisi
HIV/AIDS). Penanggulangan AIDS (KPA) dan Dinas
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan baik secara psikologis, sosial,
Kesehatan RI, jumlah kasus HIV di perawatan dan pengobatan terapi, ODHA
Indonesia sampai dengan tahun 2017 menjadi termotivasi untuk bisa semangat
sebesar 242.699 kasus dan AIDS sebesar kembali menjalani kehidupannya secara
87.453 kasus (http://siha.depkes.go.id positif.
diakses pada 31 Januari 2018 pukul 14:35 Berdasarkan observasi awal peneliti
WIB). Dari data tersebut dapat dilihat dengan salah seorang penderita HIV/AIDS
bahwa masih tingginya angka kejadian di Klinik VCT Puskesmas Dumai Kota,
HIV/AIDS di Indonesia. Semakin tinggi dapat diketahui bahwa pada saat ODHA
angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia, tersebut mengetahui dirinya terinfeksi
maka dibutuhkan adanya dukungan baik HIV, ia merasa marah dan kecewa karena
itu dari Dinas Kesehatan, dukungan sosial ia tidak bisa menerima kondisi dirinya. Ia
dari keluarga maupun orang-orang di merasa putus asa karena ia tahu tidak ada
sekitar ODHA untuk dapat meningkatkan obat yang mampu untuk menyembuhkan
kualitas hidup ODHA. penyakitnya, serta merasa takut akan
Peneliti tertarik untuk meneliti dijauhi oleh keluarga maupun lingkungan
ODHA karena berdasarkan pengalaman sekitarnya. Sehingga hal ini berdampak
pribadi peneliti pada saat mengikuti buruk terhadap kehidupannya.
sosialisasi mengenai HIV/AIDS yang “Jujur saja, saya tidak terima dengan
diadakan oleh Komisi Penanggulangan kondisi saya sekarang ini, saya merasa
AIDS (KPA) Kota Dumai yang bertujuan kalau saya tidak punya siapa-siapa lagi.
untuk memberikan pemahaman mengenai Saya marah dan kesal, sempat saya terpikir
virus HIV, dampak dari HIV/AIDS, serta untuk mengakhiri hidup saya karna saya
memberikan informasi seputar orang merasa tidak punya teman. Saya takut
dengan HIV/AIDS (ODHA). Dalam dijauhi sama keluarga dan teman-teman
kegiatan sosialisasi ini juga peneliti kalau mereka tau saya HIV” (Wawancara
berkesempatan untuk bertemu langsung dengan salah seorang ODHA, Ny. A)
dengan salah seorang ODHA. Dari pernyataan ODHA tersebut
Terlihat secara fisik bahwa kondisi dapat disimpulkan bahwa ODHA
ODHA tampak biasa saja seperti orang membutuhkan dukungan sosial baik dari
normal pada umumnya. Akan tetapi jika keluarga maupun orang-orang disekitarnya
dilihat dari segi ekspresinya, tampak raut untuk bisa membangkitkan semangat
wajah sedih yang disembunyikan oleh hidupnya.
ODHA dari lingkungan sekitarnya. ODHA

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 2


Hasil observasi awal peneliti 1. Kantor KKP Dumai 1
diperkuat dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Latifah, D. dkk. (2017) 2. PKM Bukit Kapur 5
menyatakan bahwa apabila seseorang telah Puskesmas Bukit
3. -
dinyatakan mengidap HIV/AIDS, maka Kapur
bukan hanya fisik mereka yang menurun, Puskesmas Bukit
4. -
namun juga psikis dan sosialnya turut Timah
berpengaruh. Hal ini dikarenakan ODHA Puskesmas Bumi
5. 1
dipandang negatif sehingga dijauhi atau Ayu
dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya Puskesmas Dumai
6. 1
bahkan keluarganya. Seringkali dukungan Barat
dari lingkungan sekitar dan keluarga tidak Puskesmas Dumai
didapatkan oleh ODHA. 7. 11
Kota
ODHA sering mengalami masalah- Puskesmas Jaya
masalah psikologis, terutama kecemasan, 8. 3
Mukti
depresi, rasa bersalah, marah, dan Puskesmas Medang
timbulnya dorongan untuk bunuh diri. 9. -
Kampai
Orang yang tertular HIV sering marah
10. Puskesmas Purnama -
terhadap kalangan medis karena
ketidakberdayaan mereka menemukan Puskesmas Sungai
11. -
obat atau vaksin penangkal AIDS. ODHA Sembilan
merasa banyak orang yang bersimpati dan Rumah Sakit
12. 8
mendukung mereka, akan tetapi banyak Umum Dumai
pula yang memusuhi atau secara halus Sumber: Klinik VCT Puskesmas Dumai
menolak mereka (Hutapea, 2014: 61). Kota, 2017
Orang dengan HIV/AIDS atau biasa Klinik VCT Puskesmas Dumai Kota
disebut dengan ODHA dapat dijumpai di merupakan lembaga kesehatan yang
Klinik VCT (Voluntary Counselling and memiliki tempat konseling Voluntary
Testing) di seluruh kabupaten/kota di Counselling and Testing (VCT) sebagai
Indonesia. Klinik VCT terletak di beberapa bentuk kegiatan memberikan motivasi
Puskesmas Kecamatan/Kelurahan di Kota pada ODHA. Voluntary Counselling and
Dumai. Dalam penelitian ini, peneliti Testing (VCT) adalah kegiatan konseling
memilih untuk melakukan penelitian di yang bersifat sukarela dan rahasia, yang
salah satu Klinik VCT di Kota Dumai, dilakukan oleh seorang konselor
tepatnya berada di Puskesmas Dumai HIV/AIDS yang terlatih, yang dilakukan
Kota. Sedikitnya terdapat 12 Klinik VCT sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV
di Kota Dumai, yang bertempat di di laboratorium.
beberapa Puskesmas di Kota Dumai dan Peneliti memilih Klinik VCT
satu rumah sakit umum (RSUD). Puskesmas Dumai Kota karena Klinik
Berikut ini jumlah penderita VCT ini merupakan Klinik VCT pertama
HIV/AIDS di 12 Klinik VCT di Kota yang ada di Kota Dumai dan di Kecamatan
Dumai dari bulan Januari-Agustus 2017, Dumai Kota ini jumlah penderita
sebagai berikut: HIV/AIDS terbanyak se-Kota Dumai.
Tabel 1.1 Klinik VCT ini berperan membantu
Jumlah penderita HIV/AIDS di Kota program Pemerintah dalam upaya
Dumai dari Januari-Agustus 2017 pencegahan dan penanggulangan
Klinik Voluntary Jumlah HIV/AIDS di wilayah Kota Dumai. Selain
No itu, konselor HIV/AIDS di Klinik VCT
Counselling and Penderita
. Puskesmas Dumai Kota masih aktif dan
Testing (VCT) HIV/AIDS
sering melakukan kegiatan konseling

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 3


kepada ODHA daripada Klinik VCT daerah dengan jumlah penderita
lainnya yang ada di Kota Dumai. HIV/AIDS yang masih tergolong sedikit
Berdasarkan hasil observasi peneliti dapat seperti Kota Dumai juga menjadi perhatian
dilihat bahwa ODHA yang berasal dari khusus dalam hal pencegahan dan
Klinik VCT Puskesmas Dumai Kota ini penanggulangan HIV/AIDS.
sudah banyak yang termotivasi untuk Semakin bertambahnya jumlah
sembuh dan bangkit kembali dari penderita HIV/AIDS, tidak menutup
keterpurukannya setelah adanya kemungkinan bahwa sebagian besar dari
bimbingan dan konseling dari konselor ODHA belum mendapatkan dukungan
yang ada di Klinik VCT Puskesmas Dumai yang baik dari lingkungan sekitarnya.
Kota ini. Peneliti memilih Kota Dumai, karena
Kota Dumai merupakan salah satu masalah HIV/AIDS adalah masalah besar
wilayah yang rentan terhadap penyakit yang harus ditangani bersama, sehingga
HIV/AIDS. Berdasarkan data dari Dinas tidak hanya kota besar saja yang perlu
Kesehatan Kota Dumai dapat dibuktikan memperhatikan masalah-masalah
bahwa jumlah kasus HIV/AIDS yang HIV/AIDS ini, kota dengan jumlah
ditemukan oleh Dinas Kesehatan Kota HIV/AIDS yang tidak terlalu besar seperti
Dumai yaitu pada tahun 2017 sebanyak Kota Dumai juga harus diperhatikan. Oleh
598 kasus, dengan HIV sebanyak 380 karena itu, konseling HIV/AIDS di Kota
kasus dan AIDS sebanyak 218 kasus. Dumai sangat diperlukan.
Dengan demikian masalah HIV/AIDS di Berdasarkan penelitian Latifah, dkk.
Indonesia adalah salah satu masalah (2017) diketahui bahwa seringkali
kesehatan nasional yang memerlukan dukungan dari lingkungan sekitar dan
penanganan bersama secara komprehensif. keluarga tidak didapatkan oleh ODHA.
Walaupun Kota Dumai saat ini Oleh karena itu, peran pendamping bagi
masih berada pada posisi ketiga, namun ODHA menjadi sangat strategis dalam
melihat potensi Kota Dumai sebagai Kota upaya mengembalikan keadaan dan
Jasa dan Industri, daerah yang memiliki kondisi ODHA menjadi lebih baik dari
pelabuhan internasional dan sebagai pintu sebelumnya. Peran pendamping ini sebagai
gerbang keluar masuknya bagi wisatawan fasilitator, broker, mediator, pembela dan
asing maupun pelaut asing, serta pelindung bagi ODHA. Peraturan Menteri
mobilisasi penduduk dari dan ke Kesehatan RI Nomor: 21 Tahun 2013
kabupaten/kota yang memiliki angka tentang penanggulangan HIV AIDS pasal
prevalensi HIV/AIDS cukup tinggi seperti 3 juga menjelaskan bahwa tujuan
Kota Batam, Tanjung Balai Karimun, serta penanggulangan HIV/AIDS yaitu:
Kepulauan Riau, maka tidak menutup menurunkan hingga meniadakan infeksi
kemungkinan bahwa penyakit HIV/AIDS HIV baru; menurunkan hingga
akan menjadi permasalahan di Kota Dumai meniadakan kematian yang disebabkan
(www.depkes.go.id diakses pada 29 Maret oleh keadaan yang berkaitan dengan
2017 pukul 20:00 WIB). AIDS; meniadakan diskriminasi terhadap
Berdasarkan Peraturan Daerah ODHA; meningkatkan kualitas hidup
Provinsi Riau Nomor: 4 Tahun 2006 ODHA; serta mengurangi dampak sosial
tentang pencegahan dan penanggulangan ekonomi dari penyakit HIV dan AIDS.
HIV/AIDS menyatakan bahwa Klinik VCT Puskesmas Dumai Kota
perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS di ini memiliki seorang konselor, peran
Provinsi Riau semakin meningkat dan konselor ini sangat penting dalam
wilayah penularannya sudah meluas mengubah perilaku ODHA agar mampu
sehingga perlu peningkatan dan percepatan menumbuhkan gaya hidup sehat pada
upaya pencegahan dan dirinya. Konselor di Klinik VCT
penanggulangannya. Oleh karena itu, Puskesmas Dumai Kota menggunakan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 4


komunikasi antarpribadi dalam antarpribadi yang baik untuk membangun
menjalankan kegiatan konseling dengan kepercayaan diri agar ODHA termotivasi
tujuan untuk menjalin kedekatan antara untuk semangat menjalani kehidupan
konselor dan ODHA karena sebelumnya sehari-harinya serta dapat mengubah
ODHA cenderung bersikap tertutup, perilaku ODHA sehingga tujuan dari
mereka merasa takut apabila lingkungan aktivitas komunikasi antarpribadi dapat
sekitar mereka mengetahui bahwa mereka tercapai secara efektif. Efektivitas
positif HIV dan AIDS. Kegiatan konseling komunikasi antarpribadi menurut De Vito
ini umumya dilakukan sebulan sekali, mengandung lima karakteristik yaitu
namun hal ini tergantung dengan situasi keterbukaan, sikap positif, empati, sikap
dan kondisi ODHA. Konselor berperan mendukung, dan kesetaraan (dalam Yasir,
sebagai tempat bercerita sehingga ODHA 2009:113-114).
menganggap konselor layaknya seorang Dari definisi diatas, komunikasi
teman yang bisa menguatkan untuk bisa antarpribadi merupakan komunikasi yang
bangkit dari keterpurukannya. mempunyai efek besar dalam
Kegiatan pendampingan oleh mempengaruhi orang lain. Sehingga
konselor HIV/AIDS ini berguna untuk apabila menggunakan metode komunikasi
memberikan motivasi atau dukungan yang antarpribadi dalam kegiatan konseling
terkait dengan kesejahteraan emosi, HIV/AIDS dapat menciptakan hubungan
psikologis, sosial, dan spiritual. Motivasi yang harmonis dan intim antara konselor
sangat diperlukan oleh ODHA karena dan ODHA. Dengan adanya komunikasi
dampak dari diagnosis HIV ini bermacam- antarpribadi yang berlangsung secara
macam, karena HIV dan AIDS ialah tertutup, dua arah dan face to face,
penyakit yang dapat mengancam hidup konselor dapat menggali informasi yang
dan memerlukan pengobatan seumur lebih dalam mengenai pribadi ODHA.
hidup, sehingga tidak sedikit dari mereka Komunikasi antarpribadi yang dilakukan
yang telah dinyatakan positif HIV dan oleh konselor bertujuan agar ODHA mau
AIDS merasa putus asa bahkan mengakhiri membuka diri dan menceritakan semua
hidupnya dengan cara bunuh diri. keluhannya kepada konselor sehingga
Berdasarkan penelitian yang telah konselor mampu memberikan pengetahuan
dilakukan oleh Ferisa (2008) tentang yang lebih tepat mengenai HIV dan AIDS
aktivitas komunikasi antarpribadi konselor serta dapat memotivasi ODHA untuk bisa
dengan penderita HIV/AIDS di Yayasan hidup layak dan tidak takut akan stigma
Pelita Ilmu Jakarta menyatakan bahwa negatif dari lingkungan sekitar mereka.
perubahan yang terjadi pada penderita Motivasi adalah tenaga atau faktor yang
setelah melakukan konseling yaitu ada dalam diri manusia yang mengarahkan
penderita menjadi memiliki semangat tingkah lakunya. Motivasi juga merupakan
untuk hidup dan termotivasi untuk alasan atau dorongan yang menyebabkan
sembuh, tidak lagi merasa putus asa dan individu melakukan tindakan (Handoko,
rendah diri serta berpikiran positif 1992: 9).
terhadap penyakit yang dideritanya. Berdasarkan latar belakang yang
Secara umum komunikasi telah diuraikan diatas, maka peneliti
antarpribadi menurut Deddy Mulyana melakukan penelitian dengan judul
adalah komunikasi antara orang-orang “Komunikasi Antarpribadi Konselor
secara tatap muka, yang memungkinkan Dengan ODHA (Orang Dengan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang HIV/AIDS) Dalam Memotivasi Hidup
lain secara langsung, baik secara verbal ODHA di Klinik Voluntary Counselling
ataupun nonverbal (Rohim, 2009: 18). and Testing (VCT) Kota Dumai”.
Dalam memotivasi ODHA, konselor TINJAUAN PUSTAKA
diharapkan memiliki komunikasi Komunikasi Antarpribadi

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 5


Komunikasi antarpribadi adalah Suatu hubungan antarpribadi akan
proses komunikasi yang berlangsung bertahan jika didukung oleh tiga faktor,
antara dua orang atau lebih secara tatap yaitu:
muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne 1. Percaya (trust)
Pace (1979) bahwa “interpersonal 2. Sikap suportif
communication is communication 3. Sikap terbuka
involving two or more people in a face to Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
face setting” (Cangara, 2012: 36). Efektivitas komunikasi antarpribadi
Sedangkan menurut Deddy Mulyana, dapat dilihat dari perspektif humanistik
komunikasi antarpribadi adalah menurut Josep A. Devito (dalam Yasir,
komunikasi antara orang-orang secara 2009: 113-114), yaitu dengan
tatap muka, yang memungkinkan setiap karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
pesertanya menangkap reaksi orang lain a. Keterbukaan
secara lansung, baik secara verbal ataupun b. Empati
nonverbal (Rohim, 2009: 18). Dengan c. Perilaku positif
demikian, dapat disimpulkan bahwa d. Perilaku suportif atau mendukung
komunikasi antarpribadi adalah proses e. Kesetaraan atau kesamaan
pertukaran informasi di antara seseorang Hambatan/Gangguan Komunikasi
dengan paling kurang seorang lainnya atau Antarpribadi
biasanya di antara dua orang yang dapat Dalam komunikasi antarpribadi,
langsung diketahui baliknya atau gangguan ini mencakup tiga hal, yaitu
jawabannya. Begitu juga halnya dalam (Yasir, 2009: 106):
melakukan kegiatan konseling terhadap 1) Gangguan Fisik
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), 2) Gangguan Psikologis
dimana konselor berperan penting dalam 3) Gangguan Semantik
penanggulangan HIV/AIDS yang Konseling dan Konselor HIV/AIDS
berkewajiban untuk memberikan Pada layanan tes HIV di Klinik
pengarahan, bimbingan, dorongan dan VCT, pasien datang atas prakarsa sendiri.
motivasi kepada ODHA. Komunikasi yang Konseling dibagi menjadi 2 yaitu
dilakukan oleh konselor ini dikategorikan konseling pra test dan konseling post test
sebagai salah satu bentuk komunikasi (pasca test). Setiap individu yang datang
antarpribadi, karena konselor dan ODHA pada konselor membawa banyak isu yang
merupakan manusia yang memiliki ciri perlu didiskusikan. Dasar bagi seorang
khas masing-masing dan berbeda setiap konselor yaitu harus mampu membangun
individunya, sehingga untuk membangun kepercayaan pasien pada konselor
suatu hubungan dibutuhkan komunikasi (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
yang baik, agar tidak terjadi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
kesalahpahaman atau salah pengertian. ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
Komunikasi antarpribadi mempunyai yaitu orang yang hidup dengan HIV,
beberapa tujuan, adapun tujuan-tujuan mereka terinfeksi virus HIV akan tetapi
tersebut adalah: mereka tidak sakit seperti orang yang
a) menemukan diri sendiri sedang sakit biasanya.
b) menemukan dunia luar Motivasi
c) membentuk dan menjaga hubungan Motivasi adalah tenaga atau faktor
yang penuh arti yang ada dalam diri manusia yang
d) berubah sikap dan tingkah laku mengarahkan tingkah lakunya. Ada
e) untuk bermain dan kesenangan tidaknya motivasi dalam diri individu
f) untuk membantu dapat dilihat dari tingkah lakunya,
misalnya usaha yang dilakukannya,
kecepatan reaksinya, tema

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 6


pembicaraannya, dan impian-impiannya VCT Puskesmas Dumai Kota. Adapun
(Handoko, 1992: 61-62). proses pengambilan data dilakukan dengan
Teori Penetrasi Sosial cara obsevasi dan wawancara dengan
Teori penetrasi sosial memfokuskan subjek serta mengambil beberapa
diri pada pengembangan hubungan. Hal ini dokumentasi yang kemudian dianalisis
terutama berkaitan dengan perilaku oleh peneliti.
antarpribadi yang nyata dalam interaksi Penelitian dilakukan di Klinik VCT
sosial dan proses-proses kognitif internal Puskesmas Dumai Kota di Jalan Datuk
yang mendahului, menyertai, dan Laksamana dengan jadwal penelitian
mengikuti pembentukan hubungan- dilakukan mulai dari bulan September-
hubungan. Proses penetrasi sosial November 2017. Pemilihan informan
berlangsung secara bertahap dan teratur menggunakan teknik purposive, yaitu
dari sifatnya di permukaan ke tingkat yang teknik penentuan sampel dengan
akrab mengenai pertukaran sebagai fungsi pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu
baik mengenai hasil yang segera maupun (Sujarweni, 2014: 72).
yang diperkirakan (Budyatna dan Ganiem, Subjek dalam penelitian ini yaitu 5
2011: 227). orang informan yang terdiri dari 1 orang
Adapun asumsi-asumsi dasar dari konselor dan 4 orang penderita HIV/AIDS
teori penetrasi sosial yaitu: Pertama, (ODHA). Kriteria informan dalam
hubungan komunikasi diantara orang penelitian ini yaitu konselor yang mampu
dimulai dari tahap supervicial dan berkomunikasi dengan baik, sudah
bergerak pada sebuah kontinum menuju berpengalaman lebih lama dibanding
tahapan yang lebih intim. Kedua, teori dengan konselor lainnya, hal ini karena
penetrasi sosial berhubungan dengan mereka yang akan berinteraksi dengan
pendiktabilitas. Ketiga, berhubungan penderita HIV dan AIDS, mengetahui
dengan pemikiran bahwa perkembangan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
hubungan mencakup depenetrasi dan penderita, serta konselor yang sudah
disolusi. Asumsi terakhir dari teori mendapatkan pelatihan mengenai
penetrasi sosial adalah pembukaan diri HIV/AIDS. Sedangkan penderita
merupakan inti dari perkembangan HIV/AIDS yang akan peneliti pilih yaitu
hubungan. penderita HIV/AIDS yang membutuhkan
METODE PENELITIAN kegiatan konseling untuk memperoleh
Penelitian Kualitatif informasi serta motivasi (dukungan) dari
Penelitian ini menggunakan metode konselor.
penelitian kualitatif dengan penyajian Adapun objek penelitian ini adalah
analisis secara deskriptif yang dipaparkan komunikasi antarpribadi konselor dengan
kedalam bentuk deskripsi menurut bahasa, ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS),
cara pandang subjek penelitian yang adapun fokus penelitiannya yaitu
berkenaan dengan masalah yang diteliti efektivitas komunikasi antarpribadi yaitu
yang juga merupakan data. sikap keterbukaan, sikap empati, sikap
Penelitian ini berusaha mendukung, perilaku positif dan sikap
menggambarkan bagaimana komunikasi kesetaraan konselor terhadap ODHA
antarpribadi konselor dengan ODHA dalam memotivasi hidup ODHA di Klinik
(Orang Dengan HIV/AIDS) dalam Voluntary Counselling and Testing (VCT)
memotivasi ODHA di Klinik VCT Kota Kota Dumai.
Dumai. Peneliti mencoba mengetahui Teknik pengumpulan data dilakukan
efektivitas komunikasi antarpribadi seperti dengan tiga cara, yaitu observasi,
keterbukaan, sikap empati, sikap wawancara dan dokumentasi. Teknik
mendukung, perilaku positif dan sikap wawancara digunakan untuk
kesetaraan konselor dan ODHA di Klinik mewawancarai para informan, yakni agar

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 7


mendapatkan informasi mendalam mereka untuk memperoleh akses informasi
mengenai komunikasi antarpribadi yang benar, memahami dirinya secara
konselor dengan ODHA (Orang Dengan lebih baik, mampu menghadapi masalah
HIV/AIDS) dalam memotivasi hidup lebih baik, dan mampu berkomunikasi
ODHA di Klinik VCT Kota Dumai, maka dengan lebih lancar. Konseling adalah
wawancara ini dilakukan secara personal. salah satu program kegiatan yang
Observasi adalah interaksi (perilaku) diberikan Klinik VCT Puskesmas Dumai
dan percakapan yang terjadi di antara Kota berupa konsultasi atau konseling pra
subjek yang diteliti (Kriyantono, 2006: dan post tes HIV/AIDS dan konseling
110). Dokumentasi adalah metode yang kepada ODHA.
digunakan untuk melengkapi metode Konseling dilakukan secara
wawancara dan observasi. Tujuannya yaitu bertahap, dimulai dari proses pengenalan
untuk mendapatkan informasi yang yang disertai dengan pendekatan.
mendukung analisis dan interpretasi data Kemudian ODHA mulai menjelaskan
(Kriyantono, 2006: 120). mengenai kondisi dirinya kepada konselor
Dalam penelitian ini penulis dan selanjutnya melakukan tahapan
menggunakan teknik analisis data yang konseling untuk tahap minum obat.
dipopulerkan oleh Miles (1994) dan Faisal Konseling post tes bertujuan untuk
(2003), (dalam Sujarweni (2014:36)) yang mengetahui sejauh mana kesiapan ODHA
terdiri dari reduksi data, pengumpulan untuk meminum obat secara rutin, karena
data, penyajian data, dan kesimpulan. Pada obat tersebut harus diminum setiap hari
penelitian ini penulis menggunakan tenik seumur hidup dengan dosis yang sesuai
pemeriksaan keabsahan data yaitu dengan kondisi tubuhnya. Konseling pada
triangulasi. awalnya dilakukan sebanyak satu kali
HASIL DAN PEMBAHASAN setiap minggu. Akan tetapi hal ini
Tahapan Konseling HIV/AIDS Di tergantung dari kondisi ODHA, dan
Klinik VCT Puskesmas Dumai Kota umumnya mereka melakukan konseling
Klinik VCT Puskesmas Dumai Kota sebanyak satu kali setiap bulan pada saat
adalah sebuah lembaga kesehatan yang pengambilan obat. konseling ini dilakukan
berada di Jalan Datuk Laksamana, Dumai selama kurang lebih 30 menit tergantung
Kota. Klinik VCT ini berperan membantu banyaknya materi yang disampaikan. Pada
program pemerintah dalam upaya saat peneliti berada di Klinik VCT
pencegahan dan penanggulangan tersebut, peneliti benar-benar melihat dan
HIV/AIDS di Kota Dumai. Klinik VCT mengamati kegiatan konseling antara
Puskesmas bekerjasama dengan beberapa konselor dan ODHA.
instansi pemerintah seperti Dinas Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
Kesehatan dan Komisi Penanggulangan Konselor dan ODHA (Orang Dengan
AIDS (KPA) Kota Dumai. HIV/AIDS) Dalam Memotivasi Hidup
Berdasarkan hasil penelitian yang ODHA di Klinik Voluntary Counseling
telah peneliti lakukan, dapat diketahui and Testing (VCT) Kota Dumai
bahwa Klinik VCT Puskesmas Dumai Menurut Deddy Mulyana,
Kota melayani masyarakat yang ingin komunikasi antarpribadi adalah
melakukan tes HIV dan menyediakan jasa komunikasi antara orang-orang secara
konsultasi atau konseling bagi para tatap muka, yang memungkinkan setiap
penderita HIV/AIDS yang sudah positif pesertanya menangkap reaksi orang lain
HIV dan AIDS. Dari hasil penelitian secara langsung, baik secara verbal
tersebut, peneliti mengetahui prosedur ataupun nonverbal (Rohim, 2009: 18).
konseling HIV/AIDS di Klinik VCT Secara umum, komunikasi antarpribadi
Puskesmas Dumai Kota. Konseling yang adalah proses pertukaran informasi di
diberikan pada ODHA akan membantu

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 8


antara dua orang yang dapat langsung berkomunikasi dengan konselor. Dari
diketahui baliknya atau jawabannya. sikap keterbukaan ini akan menjadi
Tujuan utama komunikasi penghubung dan faktor tercapainya tujuan
antarpribadi yaitu mengubah perilaku, utama yaitu memotivasi hidup ODHA.
maka komunikasi antarpribadi antara Sikap keterbukaan lainnya yang
konselor dan ODHA sering dilakukan dilakukan oleh konselor yaitu konselor
sehingga terciptanya hubungan yang erat harus mampu menjaga kerahasiaan ODHA
diantara kedua belah pihak. Dari dalam hal ini identitasnya, karena pada
komunikasi antarpribadi ini konselor dapat Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi
mengetahui karakter dari setiap ODHA, Riau Nomor: 4 Tahun 2006 tentang
keluh kesah, serta kebutuhan yang pencegahan dan penanggulangan
diperlukan oleh ODHA, sehingga dengan HIV/AIDS dijelaskan bahwa orang yang
demikian konselor dapat memberikan karena tugas dan pekerjaannya mengetahui
pengetahuan-pengetahuan berupa atau memiliki informasi tentang status
informasi seputar HIV/AIDS serta HIV seseorang maka wajib merahasiakan
memberikan motivasi kepada ODHA. hal ini. Pendekatan lainnya yang dilakukan
Dengan adanya komunikasi antarpribadi oleh konselor yaitu konselor
membuat ODHA merasakan adanya memperlakukan ODHA layaknya seorang
kenyamanan. teman. Sehingga dengan cara tersebut,
Komunikasi antarpribadi dianggap ODHA merasa nyaman, yakin dan percaya
efektif apabila komunikan memahami ketika sedang berkomunikasi dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator konselor.
dengan benar, serta memberikan respon Sementara sikap keterbukaan dari
sesuai dengan yang diinginkan agar ODHA yaitu diawali dari rasa percaya
tercapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam terhadap konselor serta menerima
penelitian ini konsep komunikasi pernyataan yang disampaikan oleh
antarpribadi yang digunakan disesuaikan konselor diantaranya pemberian informasi
dengan teori penetrasi sosial dengan salah serta motivasi yang merupakan tujuan dari
satu asumsinya yaitu pembukaan diri. kegiatan konseling. Sikap keterbukaan
Pembukaan diri merupakan proses konselor kepada ODHA dapat dilihat
pembukaan informasi mengenai diri dengan cara lain diantaranya konselor
sendiri kepada orang lain yang memiliki mendengar keluhan yang sedang dirasakan
tujuan. Dengan demikian, komunikasi oleh ODHA. Dengan aktifnya konselor
antarpribadi dapat berlangsung secara berkomunikasi dengan ODHA, maka
efektif. konselor dan ODHA menjadi dekat.
Efektivitas komunikasi antarpribadi Sehingga dengan demikian konselor dapat
dapat dilihat dari perspektif humanistik memahami karakter masing-masing
menurut Josep A. Devito (Yasir, ODHA.
2009:113-114), yaitu keterbukaan, empati, Sikap keterbukaan berdasarkan hasil
perilaku positif, sikap mendukung serta penelitian diatas sesuai dengan aspek
kesetaraan. Keterbukaan, berdasarkan hasil keterbukaan menurut Josep A. Devito
penelitian bisa dilihat bahwa konselor dan dalam komunikasi antarpribadi, dimana
ODHA pada saat kegiatan konseling aspek keterbukaan adalah komunikator
berlangsung sama-sama bersikap saling harus terbuka kepada orang yang diajak
terbuka. Keterbukaan seorang konselor berinteraksi, bereaksi jujur terhadap
dilihat dari pengalaman dan cara stimulus yang datang dan bertanggung
berkomunikasinya dengan ODHA yaitu jawab terhadap perasaan dan pikiran milik
cara konselor membuka dirinya kepada sendiri (Yasir, 2009: 113). Dengan
ODHA sehingga dengan cara tersebut demikian komunikator dan komunikan
ODHA tidak merasa takut untuk saling mengungkapkan ide atau gagasan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 9


bahkan permasalahan secara terbuka tanpa melayani ODHA namun juga sebagai
ditutup-tutupi dan tanpa rasa takut ataupun teman yang juga bisa sebagai motivator
malu. Dengan keterbukaan ini keduanya bagi ODHA. Selain itu, empati yang
saling mengerti dan saling memahami. dirasakan oleh konselor yang diberikan
Empati, yaitu mampu mengetahui ODHA yaitu konselor merasa dihargai
apa yang sedang dialami orang lain pada oleh ODHA karena mereka menerima
suatu saat tertentu, mampu merasakan semua informasi yang diberikan oleh
seperti orang lain rasakan dari sudut konselor.
pandang orang lain itu. Dalam hal ini, Perilaku positif, ditunjukkan dalam
konselor dan ODHA dapat menjalin bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk
komunikasi dengan baik. Konselor sikap, maksudnya adalah pihak-pihak yang
sebelumnya telah memahami karakter dari terlibat dalam komunikasi antarpribadi
masing-masing ODHA. Empati yang harus memiliki perasaan dan pikiran
dilakukan konselor yaitu memposisikan positif, bukan prasangka dan curiga.
dirinya sebagai dokter, perawat, bahkan Dalam bentuk perilaku, tindakan yang
teman bagi para ODHA. Dengan adanya dipilih adalah tindakan yang relevan
empati yang diberikan oleh konselor dengan tujuan komunikasi antarpribadi,
kepada ODHA membuat ODHA merasa yaitu secara nyata membantu pelaku
lebih dihargai. komunikasi untuk dapat memahami pesan
Sebagai seorang teman bagi ODHA, komunikasi yang sesuai dengan
konselor memberikan perhatian dan rasa karakteristik mereka.
kasih sayangnya kepada ODHA dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
cara memberikan semangat kepada ODHA telah dilakukan bahwa konselor dan
dengan menunjukkan bentuk kepedulian ODHA sama-sama menunjukkan perilaku
konselor terhadap ODHA seperti positif. Pada saat kegiatan konseling
memahami apa yang sedang dirasakan berlangsung, sikap positif yang
oleh ODHA serta menampung keluhan dan ditunjukkan oleh konselor tergantung pada
curhatan masalah yang dihadapi oleh kondisi ODHA. Konselor terlebih dahulu
ODHA yang bersifat pribadi. Kerendahan harus bisa menenangkan diri ODHA,
hati konselor sebagai pendengar yang baik selanjutnya konselor menunjukkan sikap
tentunya akan memberikan efek positif positifnya dengan memberikan motivasi
kepada ODHA diantaranya ODHA merasa kepada ODHA, yaitu dalam bentuk kata-
akan lebih tenang dan lega karena sudah kata yang positif dan bersifat membangun
mengeluarkan semua curahan hati mereka. karena kata-kata yang baik akan
Dengan demikian ODHA dapat kembali menghasilkan sesuatu yang baik pula serta
fokus terhadap kesehatannya sehingga tidak membeda-bedakan ODHA dengan
termotivasi untuk bisa sembuh. pasien-pasien yang lain. Sementara itu,
Sikap empati berdasarkan hasil sikap positif juga ditunjukkan oleh ODHA
penelitian di atas sesuai dengan aspek dimana mereka menerima perlakuan yang
empati menurut Joseph A. Devito. Sikap baik dari konselor serta menerima segala
empati menurut Joseph A. Devito adalah masukan dari konselor mengenai
mampu mengetahui apa yang sedang HIV/AIDS.
dialami orang lain pada suatu saat tertentu, Perilaku positif berdasarkan hasil
mampu merasakan seperti orang lain penelitian ini sesuai dengan aspek perilaku
rasakan dari sudut pandang orang lain itu positif menurut Joseph A. Devito dalam
(Yasir, 2009: 113). Dengan demikian, komunikasi antarpribadi. Perilaku positif
empati konselor memberikan pengaruh ditunjukkan dalam bentuk sikap dan
yang besar terhadap motivasi hidup perilaku. Perilaku positif selalu berusaha
ODHA karena konselor bukan hanya melihat segala sesuatu dari kacamata
seorang dokter yang mampu merawat serta positif, bahkan dalam situasi yang buruk

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 10


sekalipun. Sikap positif dapat ditunjukkan Hubungan antarpribadi yang efektif adalah
dengan berbagai macam perilaku dan hubungan dimana terdapat sikap
sikap, seperti menghargai orang lain, mendukung. Individu memperlihatkan
berpikiran positif terhadap orang lain, sikap mendukung dengan bersikap
tidak menaruh curiga secara berlebihan, deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan
meyakini pentingnya orang lain, strategi, profesional bukan sangat yakin.
memberikan pujian dan penghargaan, serta Kesetaraan, yaitu sikap dimana
komitmen dalam menjalin kerjasama. seseorang menganggap dan
Perilaku suportif atau mendukung, memperlakukan orang lain sama, serta
sikap yang mengurangi sikap defesif tidak menunjukkan bahwa diri sendiri jauh
dalam komunikasi. Hubungan antarpribadi lebih baik daripada orang lain. Sikap
yang baik ditandai dengan adanya sikap kesetaraan ini sangat penting dalam
mendukung, dimana masing-masing pihak komunikasi antarpribadi konselor dan
yang terlibat dalam komunikasi memiliki ODHA dalam memotivasi hidup ODHA.
satu pemahaman yaitu saling mendukung Berdasarkan hasil penelitian yang
interaksi. Dukungan yang diperoleh diperoleh, konselor dan ODHA sama-sama
ODHA dari konselor sangat diperlukan menunjukkan sikap kesetaraan. Kesetaraan
ODHA untuk memotivasi hidupnya. yang dilakukan konselor terhadap ODHA
Konselor memberikan pemahaman adalah meningkatkan kebersamaan dengan
kepada ODHA bahwa walaupun obat yang ODHA dengan cara menciptakan rasa
ada sekarang ini hanya sebagai obat untuk saling percaya satu sama lain. Kesetaraan
melemahkan atau menekan jumlah virus yang dilakukan oleh ODHA adalah
yang ada di dalam tubuh, akan tetapi mengganggap konselor sebagai teman
ODHA harus semangat menjalani hidup sehingga tidak ada rasa kaku terhadap
dengan cara disiplin terhadap obat yang konselor.
telah diberikan, bergaya hidup sehat, serta Selain itu konselor dan ODHA
menyarankan ODHA untuk bergabung di melakukan sikap kesetaraan dengan cara
LSM HIV/AIDS. Hal ini adalah bentuk saling menghargai. Konselor menghargai
dukungan konselor agar ODHA tidak ODHA sebagai pasiennya dan ODHA
merasa putus asa. menghormati konselor sebagai dokternya.
ODHA merasakan sikap dukungan Sikap kesetaraan lainnya yang dilakukan
yang ditunjukkan oleh konselor. ODHA konselor adalah bersikap profesional
merasa percaya dan termotivasi dengan dengan tidak membeda-bedakan ODHA
adanya dukungan lebih dari konselor dengan pasien-pasien lainnya, dan
sehingga mereka selalu semangat untuk konselor juga melakukan pengawasan
bisa sembuh. Namun dukungan tidak terhadap ODHA. Pengawasan merupakan
hanya diberikan oleh konselor untuk salah satu upaya untuk membentuk
memotivasi hidup ODHA, akan tetapi kedisiplinan ODHA dan melihat daya
ODHA sendiri juga bisa memberikan tangkap ODHA untuk mengerti terhadap
dukungan terhadap ODHA lainnya dengan pemahaman yang telah diberikan.
menjadi role model bagi orang yang sama- Kesetaraan antara konselor dan
sama terkena HIV/AIDS. Dengan ODHA berdasarkan hasil penelitian diatas
demikian secara tidak langsung ODHA sesuai dengan aspek kesetaraan menurut
juga mendukung apa yang telah Joseph A. Devito, dimana tidak pernah ada
disampaikan oleh konselor. dua orang yang benar-benar setara dalam
Perilaku mendukung yang dlakukan segala hal. Namun terlepas dari
oleh konselor dan ODHA berdasarkan ketidaksetaraan ini, komunikasi
hasil penelitian diatas sesuai dengan aspek antarpribadi akan lebih efektif bila
perilaku mendukung menurut Joseph A. suasananya setara. Dengan demikian harus
Devito dalam komunikasi interpersonal. ada pengakuan secara diam-diam bahwa

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 11


kedua belah pihak sama-sama bernilai dan bahasa yang tinggi sehingga sulit untuk
berharga serta masing-masing pihak dipahami oleh ODHA.
memiliki sesuatu yang penting untuk SIMPULAN
disumbangkan. 1. Prosedur pelaksanaan konseling yang
Pada hasil penelitian ini, peneliti dilakukan meliputi konseling pra tes
melihat bahwa konselor dan ODHA sama- dan konseling post tes.
sama berperan sebagai komunikator yang 2. Efektivitas komunikasi antarpribadi
memiliki kedudukan yang sama dalam konselor dan ODHA di Klinik VCT
proses komunikasi. Peneliti menemukan Puskesmas Dumai Kota ini sudah
bahwa konselor mampu membuka diri berjalan efektif. a) Keterbukaan;
untuk memberitahukan semua informasi konselor dan ODHA di Klinik VCT
yang diperolehnya dari mengikuti Puskesmas Dumai Kota sama-sama
pelatihan mengenai HIV/AIDS kepada saling bersikap terbuka antara satu sama
ODHA agar dapat memotivasi ODHA lainnya. Sikap keterbukaan konselor
serta ODHA yang telah membuka ditunjukkan dengan bersikap jujur
informasi mengenai dirinya kepada dalam memberikan informasi seputar
konselor. HIV/AIDS, memahami karakteristik
Hambatan Konselor dan ODHA (Orang ODHA, dan menjaga kerahasiaan
Dengan HIV/AIDS) Dalam ODHA. Keterbukaan yang ditunjukkan
Memotivasi Hidup ODHA di oleh ODHA yaitu ODHA menerima
Klinik Voluntary Counseling and semua pernyataan, menerima dengan
Testing (VCT) Kota Dumai baik kondisi dirinya, dan percaya
Menurut konselor, hambatan yang terhadap konselor.; b) Empati; konselor
terjadi pada saat kegiatan konseling dan ODHA menaruh empati yang tinggi
berlangsung yaitu hambatan psikologis dan antara satu dengan lainnya. Konselor
hambatan semantik. Hambatan psikologis dapat memahami apa yang dirasakan
ini terjadi karena hampir semua ODHA oleh ODHA dan sebaliknya.; c)
awalnya tidak ada yang terima apabila Perilaku positif; perilaku positif antara
dirinya positif terinfeksi HIV/AIDS. konselor dengan ODHA dalam
Bentuk dari tidak terimanya ODHA memotivasi hidup ODHA di Klinik
tersebut dapat ditunjukkan dengan sifat VCT Puskesmas Dumai Kota
ODHA tersebut, seperti mengekspesikan ditunjukkan dengan cara memahami
kemarahan dan kesedihannya dengan cara kondisi ODHA serta tidak bersikap
menangis dan terus terpuruk dan merasa canggung dihadapan ODHA. Sikap
putus asa. Hal serupa juga dirasakan oleh positif sebaliknya ditunjukkan oleh
ODHA. ODHA yaitu mereka menerima
Hambatan lainnya yaitu hambatan perlakuan baik dari konselor dan
semantik. Hambatan ini dilatarbelakangi menerima dengan baik segala bentuk
oleh perbedaan latarbelakang pendidikan. informasi yang telah diberikan oleh
Oleh karena itu, maka dapat menghambat konselor untuk membangkitkan
konselor dalam proses penyampaian semangat mereka agar bisa menjalani
informasi seputar HIV/AIDS kepada hidup secara positif; d) Perilaku
ODHA. Gangguan ini dapat disebut suportif; konselor dan ODHA saling
dengan gangguan semantik, dalam hal ini mendukung satu sama lainnya.
adanya gangguan komunikasi yang Dukungan konselor yaitu selalu
disebabkan karena kesalahan pada bahasa memotivasi ODHA untuk semangat
yang digunakan oleh konselor yang menjalani hidup, tidak terus menerus
disebabkan oleh faktor pendidikan yang berputus asa, selalu disiplin dengan
dimiliki ODHA. Dalam hal ini obat, serta bergaya hidup sehat.
kemungkinan konselor menggunakan Sementara itu, ODHA merasakan sikap

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 12


dukungan yang ditunjukkan oleh DAFTAR PUSTAKA
konselor, dan dukungan lainnya yaitu Budyatna, M., dan Leila Mona Ganiem.
salah seorang ODHA sudah bisa 2011. Teori Komunikasi
menjadi role model bagi ODHA yang Antarpribadi. Jakarta: Kencana
lainnya; dan e) Kesetaraan; sikap Prenada Media Group.
kesetaraan antara konselor dan ODHA Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu
dalam memotivasi hidup ODHA di Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Klinik VCT Puskesmas Dumai Kota Hutapea, Ronald. 2014. Aids & PMS dan
ditunjukkan dengan adanya sikap perkosaan. Jakarta: Rineka Cipta.
menghargai, dan rasa saling percaya Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik
satu sama lain. ODHA merasakan Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
bahwa konselor sangat menghargai Kencana Prenada Media Group.
dirinya dan menganggap konselor Moleong, Lexy J. 1989. Metodelogi
sebagai teman. Penelitian Kualitatif. Bandung:
3. Hambatan; hambatan komunikasi yang Remaja Karya.
dirasakan oleh konselor selama proses Muhammad, Arni. 2014. Komunikasi
komunikasi antarpribadi antara konselor Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
dan ODHA di Klinik VCT Puskesmas Ngalimun. 2017. Ilmu Komunikasi Sebuah
Dumai Kota berlangsung yaitu Pengantar Praktis. Yogyakarta:
hambatan psikologis dan hambatan Pustaka Baru Press.
semantik. Priyanto, Agus. 2009. Komunikasi dan
Saran Konseling: Aplikasi dalam Sarana
Berdasarkan hasil kesimpulan Pelayanan Kesehatan untuk Perawat
penelitian diatas, maka peneliti dan Bidan. Jakarta: Salemba
memberikan saran-saran sebagai berikut: Medika.
1. Diharapkan adanya penambahan Rakmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi
konselor HIV/AIDS di Klinik VCT Komunikasi. Bandung: Remaja
Puskesmas Dumai Kota agar proses Rosdakarya.
konseling menjadi lebih efektif. Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi:
2. Komunikasi antarpribadi yang terjalin Perspektif, Ragam dan Aplikasi.
antara konselor dan ODHA selama ini Jakarta: Rineka Cipta.
terus ditingkatkan, karena dengan Suciati. 2017. Komunikasi Interpersonal:
adanya komunikasi antarpribadi maka Sebuah Tinjauan Psikologis dan
ODHA merasa nyaman untuk Perspektif Islam. Yogyakarta: Buku
menyampaikan keluh kesahnya kepada Litera.
konselor sehingga konselor dapat Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi
memberikan informasi yang tepat Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
kepada ODHA sehingga memudahkan Baru Press.
konselor untuk memotivasi ODHA. West, Richard dan Lynn H. Turner. 2013.
3. Untuk penelitian sejenis selanjutnya Pengantar Teori Komunikasi:
yang memiliki ketertarikan untuk Analisis dan Aplikasi. Jakarta:
meneliti masalah yang sejenis namun Salemba Humanika.
dalam konsep yang berbeda, maka Wirdana, I., dkk. 2011. Panduan
peneliti berharap agar bisa lebih Kurikulum dan Modul Pelatihan
mengembangkan lagi dan menggunakan Program Penyiapan Kehidupan
metode-metode penelitian yang lebih Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR)
baru dan berbeda sehingga hasilnya Untuk Pengelola PIK
menjadi semakin baik. Remaja/Mahasiswa, Pendidik
Sebaya dan Konselor Sebaya.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 13


Jakarta: Badan Kependudukan dan Ringan Dalam Mengembangkan
Keluarga Berencana Nasional. Kemandirian Siswa Di Sekolah Luar
Yasir. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Biasa (SLB) Negeri Pembina
Pekanbaru: Pusat Pengembangan Pekanbaru. Skripsi. Jurusan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau. Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian: dan Ilmu Politik Universitas Riau.
Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Pekanbaru.
Gabungan. Jakarta: Kencana Ferisa, A. 2008. Aktivitas Komunikasi
Prenada Media Group. Antarpribadi Konselor Dengan
Sumber lain: Penderita HIV/AIDS Di Yayasan
Badan Pusat Statistik Kota Dumai. 2016. Pelita Ilmu Jakarta. Skripsi. Jurusan
Kota Dumai Dalam Angka 2016. Public Relations Fakultas Ilmu
Kota Dumai: Badan Pusat Statistik Komunikasi Universitas Mercu
Kota Dumai. 226 hal. Buana. Jakarta.
(https://dumaikota.bps.go.id diakses Nugraha, D. A. 2015. Komunikasi
pada 29 Maret 2017 pukul 20:00 Antarpribadi Perawat Terhadap
WIB). Pasien Skizofrenia Dalam Proses
. 2017. Kota Dumai Dalam Angka Peningkatan Kesadaran Di Rumah
2017. Kota Dumai: Badan Pusat Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi
Statistik Kota Dumai. 226 hal. Bogor. Skripsi. Jurusan Komunikasi
(https://dumaikota.bps.go.id diakses dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
pada 18 Maret 2018 pukul 20:00 Dakwah dan Ilmu Komunikasi
WIB). Universitas Islam Negeri Syarif
Dinas Kesehatan Kota Dumai. 2016. Hidayatullah. Jakarta.
Profil Kesehatan Kota Dumai Tahun Jurnal:
2015. Kota Dumai: Dinas Kesehatan Ikbal, R.N. dan Suca, A.S. 2017.
Kota Dumai. 226 hal. Hubungan Dukungan Kelompok
(www.depkes.go.id diakses pada 29 Sebaya Dengan Kualitas Hidup
Maret 2017 pukul 20:00 WIB). ODHA Di Yayasan Lantera
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Minangkabau Support Padang Tahun
Laporan Situasi Perkembangan 2016. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1 (1):
HIV-AIDS & PIMS di Indonesia. 87-91.
Jakarta: Ditjen P2P Kementerian Latifah, D., Mochamad, Z. dan Nandang,
Kesehatan RI. 240 hal. M. 2017. Peran Pendamping Bagi
Pusat Data dan Informasi Kementerian Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Kesehatan RI. 2016. Situasi Prosiding Ks: Riset & PKM, 2 (3):
Penyakit HIV AIDS di Indonesia 1 306-311.
Desember 2016. Jakarta Selatan: Maharani, R. 2014. Stigma dan
Pusat Data dan Informasi Diskriminasi Orang Dengan
Kementerian Kesehatan RI. 8 hal. HIV/AIDS (ODHA) pada Pelayanan
http://pitamerah.tripod.com/odha.htm Kesehatan di Kota Pekanbaru Tahun
diakses pada tanggal 18 Agustus 2014. Jurnal Kesehatan Komunitas,
2017 pukul 14:35 WIB 2 (5): 225-232.
http://siha.depkes.go.id diakses pada 31 Mohanis dan Haspita, R.S.H. 2014.
Januari 2018 pukul 14:35 WIB Hubungan Tingkat Percaya Diri dan
http://spiritia.or.id diakses pada 18 Tingkat Pengetahuan Dengan Mutu
Agustus 2017 pukul 14:35 WIB Hidup ODHA Di Padang Tahun
Skripsi: 2013. Jurnal Masyarakat Andalas, 8
Arivai, A. 2016. Komunikasi Antarpribadi (2): 55-59.
Guru Dengan Siswa Tunagrahita

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 14


Saktina, P.U. dan Bagus, K.S. 2017. Periode Juli 2013 sampai Juni 2014.
Karakteristik Penderita AIDS Dan E-Jurnal Medika, 6 (3): 1-6.
Infeksi Oportunistik Di Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar

JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018Page 15

S-ar putea să vă placă și