Sunteți pe pagina 1din 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN GANGGUAN KOGNITIF DAN FUNGSIONAL


(IADL)PADALANSIA DI KELURAHAN KRAMAS,KECAMATAN
TEMBALANG, KOTA SEMARANG

Insani Kamilia Tanjung, Ari Udiyono, Nissa Kusariana


Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: insanikamilia@yahoo.com

Individuals at the age of 65 are at high risk of suffering dementia. Dementia is the primary
cause of disability and limitation in elderly. In addition, the cost of caring for family
members who suffer from dementia can bring a striking impact on the sustainability of
households. In less than four years, at least 10% of the Indonesian population is of age
60 years and older. Hence, making dementia one of the must-watch diseases in
Indonesia. This research aimed to calculate the prevalence and describe the
characteristics of suspected dementia elderly in Kramas Village, Tembalang District,
Semarang City. This was a descriptive observational research with a cross sectional
approach. The total population were 114 elderly of 60-74 years old which all subjects
were taken to be measured. The measurement of cognitive impairment was examined
using the Mini Mental State Examination (MMSE) questionnaireand the disability to
perform executive functions was inspected using the Lawton Instrumental Activities of
Daily Living (Lawton IADL) questionnaire.Cognitive impairment was found in both sexes:
female (46.8%) and male (45.5%), and mostly occured in age 65-74 years old (51.1%),
low level of completing elementary school (65.0%), and living in Rukun Warga (RW) 3
area (53.3 %). Most respondents were able to perfom IADL (59.2%) autonomously.
Keywords: Dementia, Cognitive Impairment, Executive Function, IADL

PENDAHULUAN mencatat estimasi jumlah lansia


dengan demensia jenis
Demensia diartikan sebagai Alzheimerpada tahun 2013
suatu penurunan kemampuan sebanyak satu juta orang.Hasil
intelektual yang dapat menyebabkan survei yang pernah dilakukan pada
perubahan perilaku, gangguan pada tahun 2016 di Provinsi D.I.
kehidupan sosial, serta gangguan Yogyakarta mendapatkan prevalensi
pada aktivitas sehari-hari. Menurut demensia pada penduduk berusia
Diagnostic and Statistical Manual of 60 tahun keatas sebesar 20,1%.
Mental Disorders-IV (DSM-IV), Adapun suatu penelitian di Unit
diagnosis demensia paling utama Rehabilitasi Sosial “Pucang Gading”
ditandai dengan kemunculan Kota Semarang menemukan adanya
gangguan kognitif, diikuti dengan sebagian besar lansia dengan
gangguan fungsi eksekutif maupun keadaan kognitif terganggu.2,3,4
sosial.1 Dalam waktu kurang dari
Menurut Organisasi empat tahun 10% dari penduduk
Kesehatan Dunia (WHO), pada Indonesia merupakan lansia, yakni
tahun 2017 jumlah penderita berusia 60 tahun keatas.
demensia mencapai 47 juta orang di Meningkatnya jumlah penduduk
seluruh dunia. Di Indonesia lansia secara alamiah akan diikuti
sendiri,Kementerian Kesehatan dengan peningkatan risiko untuk

168
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menderita berbagai penyakit kronis, kognitif dan gangguan fungsional.


tak terkecuali demensia. Hal ini Kuesioner Mini Mental State
karena faktor risiko utama demensia Examination (MMSE) digunakan
ialah penuaan usia. Individu berusia untuk menilai adanya penurunan
65 tahun ke atas berisiko tinggi kognitif. Sedangkan
untuk menderita demensia.4 kuesionerLawton-Brody Instrumental
Demensia merupakan Activities of Daily Living (Lawton
penyebab utama ketergantungan IADL)diterapkan untuk menilai
dan kelumpuhan di usia lanjut. gangguan fungsional dalam
Seseorang yang mengalami melakukan aktivitas instrumental
demensia akan mengalami sehari-hari.
penurunan pada kemampuan proses Kuesioner MMSE terdiri dari
berpikir, hal ini menyebabkan 5 aspek kognitif: orientasi (waktu
individu tidak mampu untuk dan tempat), registrasi, atensi dan
menjalani hidupnya secara mandiri. kalkulasi, mengingat kembali (recall),
Oleh karenanya, demensia tidak dan bahasa. Skor maksimal adalah
hanya menjadi beban bagi penderita 30, dimana skor kurang dari 24
tapi juga bagi keluarga penderita.1,5 dikategorikan sebagai memiliki
Di Kota Semarang sendiri, gangguan kognitif.
jumlah penderita demensia belum Sedangkan kuesioner IADL
diketahui secara pasti karena tingkat terdiri dari 8 pertanyaan
pencatatan dan pelaporan kasus berupa:kemampuan dalam
demensia di Puskesmas masih menggunakan telepon, berbelanja,
rendah. Kelurahan Kramas, menyiapkan makanan, melakukan
Kecamatan Tembalang merupakan pekerjaan rumah tangga, mencuci
kelurahan dengan tingkat keaktifan pakaian, kemampuan
Posyandu lansia paling tinggi bertransportasi, tanggung jawab
dibandingkan kelurahan lain di dalam mengonsumsi obat, dan
wilayah kerja Puskesmas Rowosari. kemampuan untuk mengatur
Berdasarkan uraian permasalahan di keuangan. Pilihan jawaban
atas, maka peneliti ingin menggunakan skoring trikotomi
menjabarkan seberapa besar dimana 1= tidak mampu sama
gangguan kognitif dan gangguang sekali, 2 = mampu dengan sedikit
fungsional pada lansia di Kelurahan bantuan, 3 = mampu tanpa bantuan.
Kramas.6,7 Semakin dekat skor responden
dengan skor maksimal (skor=24),
METODE PENELITIAN maka semakin tinggi derajat
kemandiriannya atau semakin tidak
Penelitian dilakukan di memiliki gangguan, begitu juga
Kelurahan Kramas, Kecamatan sebaliknya.
Tembalang, Kota Semarang pada
bulan Juli tahun 2018. Peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan pendekatan dengan
Lansia di Kelurahan Kramas
metode deskriptif dan rancangan
tersebar di wilayah RW 1 (n=26),
cross sectional. Jumlah sampel
RW 2 (n=31) dan RW 3 (n=46). Dari
dalam penelitian ini ialah 114 orang
114 lansia, hanya 102 lansia yang
lansia di Kelurahan Kramas,
dapat diteliti sebagai responden
Kecamatan Tembalang yang berusia
dikarenakan 2 orang diantaranya
60-74 tahun.
sudah meninggal dunia, 8 orang
Variabel yang akan
buta huruf, 1 orang menderita cacat
dideskripsikan ialah gangguan

169
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

karena stroke, dan 1 orang sebagian besar dialami oleh


mengalami gangguan pendengaran responden yang berusia 65-74 tahun
yang parah sehingga tidak (51,1%), pendidikan tidak tamat SD
memungkinkan untuk (65,0%) dan bertempat tinggal di
berkomunikasi. RW 3 (53,3%).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Tabel 3. Menunjukkan bahwa
Gangguan Kognitifdan
sebagian besar responden
GangguanFungsional (IADL)
mengalami kesulitan dalam aktivitas
Responden
menggunakan telepon (11,8%).
Variabel n %
Gangguan Kognitif Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Ya 47 46,1 Aspek Gangguan Fungsional
Tidak 55 53,4 dalam Aktivitas Instrumental
Gangguan Fungsional Sehari-hari (IADL) Responden
Ya 41 40,2
Tidak 61 59,8
Sama Sekali
Total 103 100,0 Tidak Bisa
Aspek
Tabel 1 menunjukkan bahwa n %
sebagian besar responden tidak Menggunakan
12 11,8
mengalami gangguan kognitif Telepon
(53,4%) dan gangguan fungsional Menggunakan
4 3,9
(59,8%). Kendaraan
Belanja 5 4,9
Tabel 2. Distribusi Fungsi Kognitif Menyiapkan
3 2,9
Berdasarkan Karakteristik Makanan
Responden Pekerjaan Rumah
6 5,9
Gangguan Kognitif n % Ringan
Jenis Kelamin Mencuci Pakaian 7 6,9
Wanita 22 46,8 Mengatur
Pria 25 45,5 1 1,0
Konsumsi Obat
Usia Mengatur
65-74 tahun 23 51,1 4 3,9
Keuangan
60-64 tahun 24 42,1
Tingkat Pendidikan Di seluruh dunia wanita hidup
Tidak tamat 39 65,0 lebih lama dibandingkan pria, jumlah
SD 6 31,6 penduduk wanita pun lebih banyak
Tamat SD 2 20,0 dibandingkan pria, sehingga wanita
Tamat SMP 0 0,0 lebih mungkin terkena demensia.
Tamat SMA 0 0,0 Saat wanita memasuki usia
Tamat PT menopause, produksi hormon
Tempat Tinggal esterogen akan berkurang dan lama
RW 1 9 34,6 kelamaan akan berhenti. Hal ini
RW 2 14 45,2 akan mengakibatkan defisit pada
RW 3 24 53,3 proses metabolisme otak dan
terjadilah demensia.8,9
Tabel 2 menunjukkan bahwa Tabel 2 menunjukkan
gangguan kognitif dialami pada bahwatidak ada perbedaan
kedua jenis kelamin: wanita (46,8%) signifikan antara gangguan kognitif
dan pria (45,5%), sedangkan pada responden wanita (46,8%) dan

170
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pria (45,5%). Penelitian Ruitenberg menderita demensia (51,1%).


di Belanda juga menemukan adanya Berdasarkan hasil wawancara
angka insiden demensia yang diketahui bahwa sebanyak 31,1%
serupa antara pria dan wanita, yakni responden memiliki penyakit tidak
rate ratio sebesar 1.00, 95% dengan menular yang merupakan faktor
CI: 0.80–1.24.10 risiko demensia yakni, osteoporosis
Berdasarkan hasil
dan penyakit kardiovaskuler seperti:
wawancara, diketahui bahwa
diabetes mellitus, kolesterol,
fenomena ini bisa disebabkan oleh
tingginya perilaku merokok pada hipertensi, dan jantung. Penelitian
responden pria. Merokok Chang di Taiwan menunjukkan
menginduksi perubahan sinaptik bahwa pasien osteporosis memiliki
yang berhubungan dengan risiko 1,46 kali lebih tinggi untuk
neurodegeneratif, serta menderita demensia. Sedangkan
menyebabkan atrofi subkortikal. suatu studi literatur oleh Ng
Rokok tembakau mengandung menyatakan, penyakit jantung
segudang bahan racun yang beserta faktor risiko kardiovaskuler
menambah oksidatif stres dan lain di usia pertengahan ke atas
peradangan, yang mana hal ini akan menimbulkan risiko demensia
berpotensi memperburuk patologi di kemudian hari. Penyakit jantung
demensia Alzheimer.11
adalah penyebab signifikan dari
Pada umumnya, seseorang
demensia vaskuler dan juga
lebih rentan untuk terdiagnosis
demensia Alzheimer.14,15
demensia setelah memasuki usia 65
Jumlah tahun pendidikan
tahun, tetapi dapat juga menyerang
formal diketahui dapat meningkatkan
kelompok usia yang lebih muda
level penyimpanan intelektual
walaupun jarang. Setelah usia
(intellectual reserve) seseorang.
tersebut, prevalensi untuk terjangkit
Kemampuan plastisitas otak yang
demensia menjadi dua kali lipat lebih
tidak dilatih melalui proses belajar
tinggi setiap 5 tahun.5
tidak akan dapat berkembang untuk
Akibat penambahan usia,
melakukan proses kognitif. Hasil
setiap harinya pada jaringan saraf
akhirnya akan terjadi deteriorasi
manusia banyak sel saraf yang mati.
secara fisik pada otak. Memiliki lebih
Sel saraf manusia tidak dapat
banyak tahun pendidikan dapat
melakukan mitosis, sehingga sel
meningkatkan hubungan antara
yang mati tidak dapat diregenerasi
neuron di otak dan memungkinkan
oleh sel baru. Dengan matinya sel
otak untuk mengimbangi perubahan
saraf, artinya ada pengurangan
akibat demensia dengan membentuk
jumlah pada jaringan saraf (atrofi),
rute komunikasi alternatif antar
terutama pada daerah frontal.
neuron untuk menyelesaikan tugas
Akhirnya, semakin sedikit akson di
kognitif. World Alzheimer Report
saraf periferal dan semakin sedikit
menyatakan bahwa individu dengan
neuron pada sistem saraf pusat
lama masa pendidikan yang rendah
(neurodegenerasi).12,13
memiliki sekitar 2,25 kali risiko
Hasil penelitian pada tabel 2
demensia.16,17,11
menemukan hal yang sama dengan
Hasil penelitian pada tabel
penjelasan di atas, yakni responden
2menemukan bahwa proporsi
usia 65 tahun ke atas lebih rentan
responden yang memiliki gangguan

171
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kognitif lebih banyak pada Tidak hanya aktivitas fisik


responden dengan tingkat dan mental saja yang dapat
pendidikan tidak tamat SD (65,0%). mencegah demensia, tetapi aktivitas
Rendahnya tingkat pendidikan sosial dan santai juga. Seperti
membuat kebanyakan responden mengikuti perkumpulan warga (misal
merasa malas untuk melakukan Pembina Kesejahteraan Keluarga
aktivitas mental, seperti membaca (PKK), tergabung dalam majelis
dan menulis karena membutuhkan agama, atau organisasi politik.
waktu yang cukup banyak dan Contoh aktivitas santai seperti
pemikiran yang berat. Hal ini sejalan berkebun, rekreasi ke taman
dengan teori yang menyatakan hiburan, museum, mall, berkunjung
bahwa rendahnya tingkat pendidikan ke rumah teman, bernyanyi dan
merupakan faktor risiko demensia. bermain alat musik, menjahit,
Di mana rendahnya pendidikan bermain catur, dst. Kegiatan santai
menandakan rendahnya status dapat mempengaruhi pemrosesan
sosial ekonomi, status gizi, dan saraf dan penyusunan sinaptik
mendapatkan pelayanan kesehatan karena membuat proses neurologis
yang layak. Ketiga hal tersebut juga menjadi lebih efisien, adaptif, dan
merupakan faktor risiko mudah dibentuk.Dengan begitudapat
demensia.16,18,14 mencegah perkembangan demensia
Hasil (tabel 2) menyatakan lebih baik.19
bahwa proporsi responden yang Tabel 3menunjukkan bahwa
memiliki gangguan kognitif paling beberapa responden sama sekali
banyak berada di wilayah RW 3 tidak mampu melakukan aktivitas
(53,3%). Berdasarkan hasil menggunakan telepon. Hal ini bisa
pengamatan diketahui bahwa jadi dipengaruhi oleh
kebanyakan responden di RW 3 kemampuanpendengaran yang
memiliki karakteristik serupa, yakni menurun. Penggunaan telepon
bekerja sebagai petani atau buruh hanya bergantung pada
tani. Para petani bekerja setiap hari pendengaran, tanpa kemungkinan
di ladang mulai pukul 07.00 WIB mengandalkan isyarat wajah atau
hingga sore pukul 17.00 WIB, di kompensasi lainnya. Akibatnya
sana mereka menghabiskan pemahaman dan komunikasi tidak
sebagian besar waktunya. Bahkan berjalan lancar.20
saat hari minggu mereka tidak Penelitian yang dilakukan
beristirahat di rumah. Berdasarkan oleh Wei, dkk. menyimpulkan bahwa
data anggota Posyandu lansia gangguan pendengaran mendahului
“Tresna Asih” di Kelurahan Kramas, terjadinya demensia. Gangguan
diketahui bahwa warga di RW 3 pendengaran adalah faktor risiko
adalah warga yang paling sedikit demensia dan penurunan kognitif,
berpartisipasi. Gangguan kognitif gangguan pendengaran juga
yang dialami mungkin terjadi karena berkaitan dengan insiden demensia
kurangnya melakukan aktivitas yang yang lebih tinggi pada orang dewasa
beragam serta kurangnya tua.21
melakukan aktivitas santai (leisure
activites).

172
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

KESIMPULAN Saat kunjungan ke Posyandu


lansia, diharapkan bisa mengadakan
1. Proporsi lansia di Kelurahan tes fungsi kognitif setidaknya
Kramas yang mengalami setahun sekali. Diikuti dengan
gangguan kognitif ialah sebesar mempromosikan Program
46,1%. Pengelolaan Penyakit Kronis
2. Sebagian besar lansia di (Prolanis) dengan lebih gencar, agar
Kelurahan Kramas tidak lebih banyak lansia tertarik untuk
mengalami gangguan fungsional bergabung.
dalam aktivitas instrumental 3. Bagi Dinas Kesehatan Kota
sehari-hari (59,8%). Semarang
3. Gangguan kognitif dialami oleh
responden kedua jenis kelamin: Memperbaiki cara
wanita (46,8) dan pria (45,5%), pencatatan dan memperbarui data
dan sebagian besar dialami oleh penderita demensia setiap bulan
agar monitoring penyakit berjalan
responden yang berusia 65-74
dengan baik serta
tahun (51,1%), tidak tamat SD
melakukanpengadaan alat bantu
(65,0%), dan bertempat tinggal di kesehatan bagi lansia, seperti kaca
RW 3 (53,3%). mata baca, alat bantu dengar, alat
4. Sebagian besar responden bantu gerak seperti kursi roda,
mengalami kesulitan dalam walker, dst.
aktivitas instrumental berupa
menggunakan telepon (11,8%). DAFTAR PUSTAKA
1. Levine R. Defying Dementia :
SARAN Understanding and Preventing
Alzheimer’s. Praeger
1. Untuk Warga Kelurahan Kramas Publishers; 2006. 235 p.
Bagi warga di Kelurahan 2. Alzheimer’s Association. 2017
Kramas yang memiliki anggota Alzheimer’s Disease Facts
keluarga lansia diharapkan agar and Figures [Internet]. Vol. 13,
lebih memperhatikan kualitas Alzheimers Dement. 2017.
kesehatan lansia. Mendorong lansia Available from:
untuk bersosialisasi, melakukan https://www.alz.org/document
aktivitas fisik, dan melakukan s_custom/2017-facts-and-
aktivitas sehari-hari semampu figures.pdf
mereka. Penduduk lansia
yangsudah muncul gangguan fungsi 3. Kementerian Kesehatan.
kognitif diharapkan segera Menkes: Lansia yang Sehat,
memeriksakan diri ke dokter dan Lansia yang Jauh dari
mengikuti terapi obat. Memasukkan Demensia [Internet]. 2016
pelatihan keterampilan yang [cited 2018 Mar 4]. Available
mengasah fungsi otak ke dalam from:
perkumpulan warga, seperti http://www.depkes.go.id/articl
mengadakan keterampilan menjahit e/view/16031000003/menkes-
di pertemuan PKK. lansia-yang-sehat-lansia-
yang-jauh-dari-demensia.html
2. Untuk Petugas Kesehatan di
Puskesmas Rowosari 4. Suriastini, N.W; Turana, Yuda;
Witoelar, F.; Supraptilah,B.;

173
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Wicaksono, T.Y.; Dwi E. 12. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu


Angka Prevalensi Demensia : Penyakit Dalam. Jakarta:
Perlu Perhatian Kita Semua. Interna Publishing; 2009.
Survey Meter. Sleman; 2016.
13. Spence AP. Biology of Human
5. Prince M, Jackson J. World Aging. Englewood Cliffs:
Alzheimer Report 2009. Prentice-Hall, Inc.; 1989.
Alzheimer’s Disease
International. 2009. 14. Chang KH, Chung CJ, Lin CL,
Sung FC, Wu TN, Kao CH.
6. Dinas Kesehatan Kota Increased risk of dementia in
Semarang. Laporan Tahunan patients with osteoporosis: a
Bidang Kesehatan population-based
Masyarakat. Semarang; 2017. retrospective cohort analysis.
Age (Omaha) [Internet].
7. Posyandu Lansia “Tresna 2014;36(2):967–75. Available
Asih.” Buku Register from:
Posyandu Lansia “Tresna http://link.springer.com/10.100
Asih” Kelurahan Kramas, 7/s11357-013-9608-x
Kecamatan Tembalang.
Semarang; 2018. 15. Ng J, Turek M, Hakim AM.
Heart disease as a risk factor
8. Duthey B. Background Paper for dementia. Clin Epidemiol
6.11 Alzheimer Disease and [Internet]. 2013;5:135–45.
other Dementias, Update on Available from:
2004. World Heal Organ. http://link.springer.com/10.100
2013;(February):1–77. 7/s11357-013-9608-x
9. Derreberry TM, Holroyd S. 16. Alzheimer Association. 2016
Dementia in Women. Alzheimer’s Disease Facts
Psychiatr Clin NA [Internet]. and Figures [Internet]. Vol. 12,
2017;1–9. Available from: Alzheimer’s & Dementia 2016.
https://www.clinicalkey.es/serv 2016. Available from:
ice/content/pdf/watermarked/1 alz.org/facts%5Cnhttp://www.
-s2.0- alz.org/facts/overview.asp#qui
S0193953X17300096.pdf?loc ckFacts
ale=es_ES
17. Greene DR. Relationship
10. Ruitenberg A, Ott A, Swieten, Between Occupational
Van J, Hofman A, Breteler M. Complexity and Dementia
Incidence of dementia: does Risk in Late-Life : a Population
gender make a difference? Study. Utah State University;
NCBI. 2001;4(Neurobiol 2013.
Aging):575–80.
18. Coppedè F, Bosco P, Fuso A,
11. Prince M, Albanese E, Troen AM. Nutrition and
Guerchet M, Prina M. World Dementia. Vol. 2012, Current
Alzheimer report 2014 Gerontology and Geriatrics
dementia and risk reduction: Research. 2012.
an analysis of protective and
modifiable factors. London: 19. Wang HX, Xu W, Pei JJ.
Alzheimer’s Disease Leisure activities, cognition
International. 2014. and dementia. Biochim

174
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Biophys Acta - Mol Basis Dis


[Internet]. 2012;1822(3):482–
91. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.bba
dis.2011.09.002
20. Alexandre T da S, Corona LP,
Nunes DP, Santos JLF,
Duarte YA de O, Lebrão ML.
Disability in instrumental
activities of daily living among
older adults: Gender
differences. Rev Saude
Publica. 2014;48(3):379–89.
21. Wei J, Hu Y, Zhang L, Hao Q,
Yang R, Lu H, et al. Hearing
impairment, mild cognitive
impairment, and dementia: A
meta-analysis of cohort
studies. Dement Geriatr Cogn
Dis Extra. 2017;7(3):440–52.

175

S-ar putea să vă placă și