Sunteți pe pagina 1din 13

Analisis Index (Analisis Horizontal)

Asset Lancar

Analisis Index (Analisis Horizontal) neraca PT Wismilak Inti Makmur Tbk. yaitu untuk asset lancar pada
tahun 2013 ke 2014 mengalami kenaikan sebesar 1%, Sedangkan pada 31 Desember 2014, total aset
lancar meningkat 0,6% dari Rp993,9 miliar jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan
tersebut terutama disebabkan oleh persediaan, piutang usaha, pajak dibayar dimuka, uang muka yang
lebih tinggi, diimbangi dengan kas dan setara kas yang lebih rendah.

Pada 31 Desember 2015, total aset lancar tercatat sebesar Rp988,8 miliar, menurun 1,1% dari Rp999,7
miliar pada 31 Desember 2014. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh piutang usaha, pajak
dibayar dimuka dan uang muka yang lebih rendah, diimbangi dengan kas dan setara kas dan persediaan
terutama persediaan bahan baku yang lebih tinggi. Sedangkan untuk total aset lancar Perseroan per
tanggal 31 Desember 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,8% menjadi Rp996,9 miliar dari total aset
lancar per tanggal 31 Desember 2015 yang tercatat sebesar Rp988,8 miliar. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh adanya peningkatan pada persediaan, pajak dibayar dimuka, uang muka dan beban
dibayar dimuka yang diimbangi dengan penurunan kas dan setara kas yang digunakan untuk melunasi
sebagian utang bank.

Per tanggal 31 Desember 2017, total aset lancar Perseroan tercatat sebesar Rp861,2 miliar, mengalami
penurunan sebesar Rp135,7 miliar dari total aset lancar tahun 2016 yakni sebesar Rp996,9 miliar.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh adanya penurunan pada piutang usaha pihak ketiga sebesar
Rp110,1 miliar dan pajak dibayar dimuka sebesar Rp11,2 miliar.

Aset Tidak Lancar

Pada asset tidak lancar, nilai asset PT Wismilak Inti Makmur Tbk. Pada 31 Desember 2014, total aset
tidak lancar meningkat 26% dari Rp239 miliar dari tahun sebelumnya. Peningkatan pada tahun 2015 dan
2014 tersebut terutama disebabkan pengembangan fasilitas produksi. Pada 31 Desember 2015, total aset
tidak lancar tercatat sebesar Rp353,9 miliar, meningkat 5,7% dari Rp334,8 miliar pada 31 Desember
2014.

Untuk total aset tidak lancar Perseroan per tanggal 31 Desember 2016 mengalami peningkatan sebesar
0,8% menjadi Rp356,7 miliar dari perolehan aset tidak lancar per tanggal 31 Desember 2015 yang tercatat
sebesar Rp353,9 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan aset lain-lain. Per tanggal 31
Desember 2017, total aset tidak lancar Perseroan tercatat sebesar Rp364,5 miliar, mengalami kenaikan
sebesar Rp7,8 miliar atau 2,2% dibanding aset tidak lancar 2016 sebesar Rp356,7 miliar. Kenaikan ini
terutama disebabkan oleh kenaikan aset lain-lain sebesar Rp21,2 miliar, kenaikan aset pajak tangguhan
neto sebesar Rp4,2 miliar dan diimbangi dengan penurunan aset tetap neto sebesar Rp17,5 miliar.
Liabilitas Jangka Pendek

Pada tahun 2013 ke 2014 mengalami peningkatan sebesar 19%, sedangkan dari tahun 2014 sampai 2016
terus mengalami penurunan, Penurunan ini terutama disebabkan oleh pelunasan sebagian utang bank
jangka pendek sebesar Rp135,5 miliar.

Liabilitas Jangka Panjang

Total liabilitas jangka panjang mengalami kenaikan signifikan selama 2013 s.d 2017. Pada tahun 2014
total kewajiban jangka panjang mengalami kenaikan sebesar 7% dari tahun 2013, dan tahun 2015 naik
sebesar 10% dari total kewajiban jangka panjang tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2016 mengalami
kenaikan sebesar 13%. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan perhitungan kembali liabilitas imbalan
kerja oleh aktuaria.

Ekuitas

Posisi total ekuitas mengalami kenaikan terus – menerus. Total ekuitas perseroan pada 2014, total Ekuitas
Perseroan naik sebesar Rp76,8 miliar dari tahun 2013 menjadi Rp846,4 miliar. Kenaikan tersebut berasal
dari laba berjalan dan pendapatan komprehensif lain setelah dikurangi dengan dividen kepada pemegang
saham. Sedangkan Total Ekuitas Perseroan naik sebesar Rp97,3 miliar dari tahun 2014 menjadi Rp943,7
miliar pada 31 Desember 2015. Kenaikan tersebut berasal dari laba berjalan dan rugi komprehensif lain
setelah dikurangi dengan dividen kepada pemegang saham.

Pada akhir tahun 2016, total ekuitas Perseroan tercatat sebesar Rp991,1 miliar, meningkat sebesar 5,0%
dari total ekuitas pada 31 Desember 2015 yang tercatat sebesar Rp943,7 miliar. Kenaikan tersebut berasal
dari laba berjalan dan rugi komprehensif lain setelah dikurangi dengan dividen kepada pemegang saham.
Hingga akhir tahun 2017, total ekuitas Perseroan tercatat sebesar Rp978,1 miliar, mengalami penurunan
sebesar dari Rp13 miliar atau 1,3% dibandingkan dengan total ekuitas yang tercatat pada akhir tahun 2016
yang tercatat sebesar Rp991,1 miliar. Penurunan tersebut berasal dari laba berjalan dan laba komprehensif
lain setelah dikurangi dengan dividen kepada pemegang saham.

Laba Rugi

Analisis perbandingan pada laporan laba rugi PT Wismilak Inti Makmur Tbk. mengalami naik dan turun.
Pada tahun 2014 perusahaan mengalami penurunan laba bersih setelah pajak dibanding tahun 2013 yaitu
sebesar 49%. Pada tahun 2015 perusahaan mengalami kenaikan sebesar 46% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan pada tahun 2016 perusahaan mengalami penurunan sebesar 61%. Pencapaian terbaik dari laba
bersih yang dicatatkan PT Wismilak Inti Makmur Tbk. selama masa operasional 5 tahun berturut – turut
yaitu tahun 2013, 2014, 2015, 2016, dan 2017 yaitu pada tahun 2013 sebesar Rp. 132.322.207.861 miliar.
Penjualan

Penjualan pada 2014, penjualan naik sebesar 4,6% dari Rp 1.588 miliar di tahun 2013 menjadi Rp1.661,5
miliar. Peningkatan tersebut terutama didorong kenaikan harga jual dan peningkatan volume rokok sigaret
kretek tangan sebesar 32,5%. Sedangkan Penjualan tahun 2015 naik sebesar 10,7% dari Rp1.661,5 miliar
di tahun 2014 menjadi Rp1.839,4 miliar. Peningkatan tersebut terutama didorong kenaikan harga jual dan
peningkatan volume rokok sigaret kretek tangan sebesar 19,3%.

Sedangkan untuk Penjualan Neto Perseroan tahun 2016 juga menurun sebesar 8,4% menjadi Rp1.685,8
miliar dari sebelumnya Rp1.839,4 miliar pada 2015. Penurunan penjualan neto ini terutama disebabkan
oleh adanya penurunan di rokok sigaret kretek mesin sebesar 20,6% diimbangi dengan kenaikan rokok
sigaret kretek tangan sebesar 7,2%. Penjualan Neto Perseroan di tahun 2017 mengalami penurunan
sebesar 12,4% menjadi Rp1.476,4 miliar dari penjualan neto tahun 2016 yang tercatat sebesar Rp1.685,8
miliar. Penurunan penjualan neto tersebut terutama disebabkan oleh adanya penurunan di rokok sigaret
kretek mesin sebesar 10,2% dan penurunan di rokok sigaret kretek tangan sebesar 9,7%.

Beban Pokok Penjualan

Beban Pokok Penjualan tahun 2015 naik sebesar 8,6% dari Rp1.177,7 miliar pada 2014 menjadi
Rp1.279,4 miliar. Demikian juga pada tahun 2014 naik sebesar 5,3% dari Rp1.118,4 miliar di tahun 2013
menjadi Rp1.177,7 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan cukai dan inflasi. Marjin
laba kotor tahun 2015 naik sebesar Rp76,2 miliar dari Rp483,8 miliar di tahun 2014 menjadi Rp560,0
miliar. Kenaikan tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan penjualan sebesar Rp177,9 miliar, diimbangi
dengan kenaikan Beban Pokok Penjualan sebesar Rp101,7 miliar. Sedangkan pada 2014, Beban Pokok
Penjualan naik sebesar Rp14,2 miliar dari Rp469,6 miliar di tahun 2013 menjadi Rp483,8 miliar.
Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan Penjualan sebesar Rp73,5 miliar, diimbangi dengan
kenaikan Beban Pokok Penjualan sebesar Rp59,3 miliar.

Pada tahun 2017, beban pokok penjualan mengalami penurunan sebesar 11,3% dari beban pokok
penjualan tahun 2016 yang tercatat sebesar Rp1.176,5 miliar menjadi Rp1.043,6 miliar. Penurunan beban
pokok penjualan tahun ini terjadi seiring dengan penurunan penjualan neto. Sedangkan beban pokok
penjualan menurun sebesar 8,0% menjadi Rp1.176,5 miliar pada tahun 2016 dari beban pokok penjualan
tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp1.279,4 miliar. Penurunan ini terjadi seiring dengan penurunan
penjualan neto.

Beban Usaha

Pada tahun 2017, beban usaha Perseroan yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum dan
administrasi tercatat mengalami peningkatan sebesar 3,7% menjadi Rp388,6 miliar pada tahun 2017 dari
Rp374,9 miliar pada tahun 2016. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan gaji & honorarium
dan inflasi. Sedangkan untuk beban usaha di tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 4,4% menjadi
Rp374,9 miliar dari perolehan beban usaha di tahun 2015 yakni sebesar Rp359,3 miliar. Peningkatan ini
terutama disebabkan oleh kenaikan beban promosi, gaji & honorarium dan inflasi.
Analisis Likuiditas (Current Rasio)

Analisa Mikro:

Dari hasil analisis rasio likuiditas yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tahun 2014
diperoleh current ratio 2,27, yang artinya setiap Rp 1,- utang lancar akan dijamin 2,27 kali aktiva lancar.
Tahun 2015 mengalami kenaikan sebersar 2,89 yang artinya setiap Rp 1,- utang lancar akan dijamin 2,89
kali aktiva lancar. Begitu pula di tahun 2016 yang juga mengalami kenaikan sebesar 3,39 yang artinya
setip Rp 1,- akan dijamin 3,39 kali aktiva lancar. Tahun 2017 mengalami kenaikan yang signifikan
sebesar 5,35 yang artinya yang artinya setip Rp 1,- akan dijamin 5,35 kali aktiva lancar.

Berdasarkan hasil perhitungan, current rasio tahun 2013 ke 2014 PT Wismilak Inti Makmur Tbk. lebih
rendah dibanding dengan rasio pesaingnya. Hal ini menandakan bahwa asset PT Wismilak Inti Makmur
Tbk. kurang likuid. Asset perusahaan yang kurang likuid dapat menyulitkan perusahaan untuk membayar
utang jangka pendeknya. Tahun 2014 - 2017 perusahaan mengalami kenaikan, hal ini menandakan bahwa
asset perusahaan likuid. Asset perusahaan yang likuid dimana perusahaan dapat membayar utang jangka
pendekya.

Walau pun grafik menaik, tetapi aset lancar harus diperhatikan, karena data yang menaikan aset lancar
ternyata piutang dalam hal ini kinerja Account Receivable harus diperhatikan dalam mempercepat
penagihan piutang sehingga CR yang tinggi betul betul dapat merefleksikan kesanggupan perusahaan
dalam membayar utang jangka pendek dari aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan

Analisa Makro:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek. Walau pun grafik menaik, utang jangka pendeknya juga menaik. Kenaikan utang
jangka pendek dikarenakan adanya kenaikan bahan baku perusahaan, yang berkaitan erat dengan
kenaikan US $ terhadap nilai mata uang Rp Jika kenaikan utang jangka pendek berlanjut terus, maka
dapat memperkecil nilai CR, maka sudah semestinya perusahaan menyikapi dalam melihat pergerakan
kurs mata uang.

Analisa untuk Kreditor:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek terlihat grafik yang semain menaik, hal ini berdampak positif bagi perusahaan,
dikarenakan kreditor semakin percaya kepada perusahaan untuk kembali meminjamkan utang jangka
pendek kepada perusahaan

Analisa untuk investor:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek hal ini memberikan sinyal positif bagi investor, sinyal positif ini berarti investor
semakin percaya kepada perusahaan efeknya adalah investor dapat menambah investasinya melalui
membeli saham di perusahaan ini

Analisa untuk calon investor:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek hal ini memberikan sinyal positif bagi calon investor, sinyal positif ini berarti calon
investor semakin percaya kepada perusahaan efeknya adalah calon investor dapat membeli saham di
perusahaan ini untuk dijadikan investasi.
Analisis Likuiditas (Quick Rasio)

Analisa Mikro:

Hasil perhitungan quick rasio PT Wismilak Inti Makmur Tbk. tahun 2013 dan 2014 juga kurang baik.
Quick rasio PT Wismilak Inti Makmur Tbk. lebih rendah dibanding dengan rasio pesaingnya. Hasil
perhitungan quick rasio yang kurang baik ini mengindikasikan bahwa PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
tidak mampu untuk menutupi utang jangka pendek dengan asset lancar yang lebih cepat. Tahun 2014 -
2017 perusahaan mengalami kenaikan, hal ini menandakan bahwa PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
mampu untuk menutupi utang jangka pendek dengan asset lancar yang lebih cepat.

Walau pun grafik menaik, tetapi aset lancar harus diperhatikan, karena data yang menaikan aset lancar
ternyata piutang dalam hal ini kinerja Account Receivable harus diperhatikan dalam mempercepat
penagihan piutang sehingga CR yang tinggi betul betul dapat merefleksikan kesanggupan perusahaan
dalam membayar utang jangka pendek dari aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

Analisa Makro:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek. Walau pun grafik menaik, utang jangka pendeknya juga menaik. Kenaikan utang
jangka pendek dikarenakan adanya kenaikan bahan baku perusahaan, yang berkaitan erat dengan
kenaikan US $ terhadap nilai mata uang Rp Jika kenaikan utang jangka pendek berlanjut terus, maka
dapat memperkecil nilai CR, maka sudah semestinya perusahaan menyikapi dalam melihat pergerakan
kurs mata uang.

Analisa untuk Kreditor:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek terlihat grafik yang semain menaik, hal ini berdampak positif bagi perusahaan,
dikarenakan kreditor semakin percaya kepada perusahaan untuk kembali meminjamkan utang jangka
pendek kepada perusahaan

Analisa untuk investor:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek hal ini memberikan sinyal positif bagi investor, sinyal positif ini berarti investor
semakin percaya kepada perusahaan efeknya adalah investor dapat menambah investasinya melalui
membeli saham di perusahaan ini
Analisa untuk calon investor:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek hal ini memberikan sinyal positif bagi calon investor, sinyal positif ini berarti calon
investor semakin percaya kepada perusahaan efeknya adalah calon investor dapat membeli saham di
perusahaan ini untuk dijadikan investasi.
Analisis Likuiditas (Cash Rasio)

Analisa Mikro:

Melihat grafik cash ratio diatas dari tahun 2013 – 2017 mengalami peningkatan dan penurunan. Dari hasil
analisis rasio likuiditas yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tahun 2014 diperoleh cash ratio
0,17, yang artinya setiap Rp 1,- utang lancar akan dijamin Rp 0,17 uang kas. Tahun 2015 mengalami
kenaikan cash ratio sebesar 0,26 yang artinya setiap Rp 1,- utang lancar akan dijamin Rp 0,26 uang kas.
Namun di tahun 2016 mengalami penurunan cash ratio sebesar 0,20 yang artinya setip Rp 1,- akan
dijamin Rp 0,20 uang kas. Tahun 2017 mengalami kenaikan cash ratio sebesar 0,36 yang artinya setiap
Rp 1,- utang lancar akan dijamin Rp 0,36 uang kas.

Cash rasio menunjukkan kemampuan PT Wismilak Inti Makmur Tbk. untuk memenuhi utang lancar
dengan menggunakan kas dan surat berharga di bank. Dari hasil analisis, terlihat bahwa cash ratio
mengalami penurunan dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar 23,3% hal ini disebabkan kas turun sebesar
Rp 90.187 miliar. Dan utang lancar mengalami kenaikan sebesar Rp 30.439 miliar. Rasio ini
menunjukkan bahwa setiap Rp.1,00 utang lancar dijamin pembayarannya oleh kas dan seratas kas sebesar
Rp.0,404 pada tahun 2013, Rp. 0,171 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan hal ini
disebabkan oleh kas naik sebesar Rp. 91.875.822.118,-.

Analisa Makro:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek. Walau pun grafik menaik, utang jangka pendeknya juga menaik. Kenaikan utang
jangka pendek dikarenakan adanya kenaikan bahan baku perusahaan, yang berkaitan erat dengan
kenaikan US $ terhadap nilai mata uang Rp Jika kenaikan utang jangka pendek berlanjut terus, maka
dapat memperkecil nilai CR, maka sudah semestinya perusahaan menyikapi dalam melihat pergerakan
kurs mata uang.

Analisa untuk Kreditor:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek terlihat grafik yang semain menaik, hal ini berdampak positif bagi perusahaan,
dikarenakan kreditor semakin percaya kepada perusahaan untuk kembali meminjamkan utang jangka
pendek kepada perusahaan

Analisa untuk investor:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek hal ini memberikan sinyal positif bagi investor, sinyal positif ini berarti investor
semakin percaya kepada perusahaan efeknya adalah investor dapat menambah investasinya melalui
membeli saham di perusahaan ini. Jika suatu perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik maka
investor akan menanamkan modalnya, karena bisa dipastikan akan memperoleh keuntungan dari
penanaman modal tersebut. Penilaian kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
investasi yang akan dilakukan disebut sebagai rasio profitabilitas.
Analisa untuk calon investor:

Melihat grafik current ratio diatas, mulai tahun 2014-2017 perusahaan semakin mampu membayar
utang jangka pendek hal ini memberikan sinyal positif bagi calon investor, sinyal positif ini berarti calon
investor semakin percaya kepada perusahaan efeknya adalah calon investor dapat membeli saham di
perusahaan ini untuk dijadikan investasi.
Solvabilitas DAR

Analisa dari Grafik debt ratio selama 5 tahun pengamatan

Analisa Mikro:

Melihat grafik debt ratio di atas, mulai tahun 2013-2017 perusahaan komposisi utang semakin
menurun. Dari hasil analisis rasio solvabilitas yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tahun
2014 diperoleh DAR sebesar 36,6%, yang yang artinya kreditor mendanai perusahaan 36,6% dari total
aktiva yang dimiliki perusahaan. Tahun 2015 mengalami penurunan, DAR sebesar 29,7%, yang artinya
kreditor mendanai perusahaan 29,7% dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Namun di tahun 2016
mengalami penurunan DAR sebesar 26,7%, yang artinya kreditor mendanai perusahaan 26,7% dari total
aktiva yang dimiliki perusahaan. Tahun 2017 mengalami penurunan, DAR sebesar 20,2%, yang artinya
kreditor mendanai perusahaan 20,2% dari total aktiva yang dimiliki perusahaan.

Analisa Makro:

Melihat grafik debt ratio di atas, mulai tahun 2013-2017 perusahaan komposisi utang semakin
menurun. Sepanjang 2015, rata-rata kenaikan harga produk Wismilak sebesar 7%-9%.

Di tengah kondisi ekonomi dan industri rokok yang penuh tantangan, hingga 31 Desember 2015, total
penjualan neto Perseroan mengalami peningkatan sebesar 10,7% menjadi Rp1.839 miliar dari Rp1.661
miliar pada 2014. Pertumbuhan yang menggembirakan juga terdapat pada laba usaha Perseroan yang
meningkat sebesar 23,3% menjadi Rp200,72 miliar dari Rp162,78 miliar. Laba tahun berjalan meningkat
sebesar 16,3% menjadi Rp131,08 miliar dari Rp112,67 miliar. Sedangkan laba komprehensif tahun
berjalan meningkat sebesar 7,9% menjadi Rp125,71 miliar dari Rp116,47 miliar pada 2014. Gross
margin berada di posisi 30% sampai akhir tahun 2015.

Analisa untuk Kreditor:

Melihat grafik debt ratio di atas, mulai tahun 2013-2017 perusahaan komposisi utang semakin
menurun

Analisa untuk investor:

Melihat grafik debt ratio di atas, mulai tahun 2013-2017 perusahaan komposisi utang semakin
menurun. Investor yang menginvestasikan dananya pada sekuritas, berkepentingan terhadap keuntungan
saat ini dan keuntungan dimasa yang akan datang serta adanya stabilitas dari keuntungan yang akan
diperoleh. Sebelum menginvestasikan dananya investor melakukan analisis terhadap kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan. Investor juga berkepentingan atas informasi yang berhubungan
dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana
yang diinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai tambah dimasa mendatang dalam bentuk
deviden. Melihat grafik tersebut hal ini memberikan sinyal positif bagi investor, sinyal positif ini berarti
investor semakin percaya kepada perusahaan efeknya adalah investor dapat menambah investasinya
melalui membeli saham di perusahaan ini. Jika suatu perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik
maka investor akan menanamkan modalnya, karena bisa dipastikan akan memperoleh keuntungan dari
penanaman modal tersebut. Penilaian kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
investasi yang akan dilakukan disebut sebagai rasio profitabilitas.

Analisa untuk calon investor:

Melihat grafik debt ratio di atas, mulai tahun 2013-2017 perusahaan komposisi utang semakin
menurun. Calon investor semakin percaya kepada perusahaan efeknya adalah calon investor dapat
membeli saham di perusahaan ini untuk dijadikan investasi.
Solvabilitas DER

Analisa mikro:

Dari hasil analisis rasio solvabilitas yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa Tahun 2014
diperoleh DER sebesar 57,7%, yang artinya perusahaan dibiayai oleh hutang yang nilainya 57,7% dari
total ekuitas. Tahun 2015 mengalami penurunan, DER sebesar 42,3%, yang artinya perusahaan dibiayai
oleh hutang yang nilainya 42,3% dari total ekuitas. Namun di Tahun 2016 mengalami penurunan DER
sebesar 36,5%, yang artinya perusahaan dibiayai oleh hutang yang nilainya 36,5% dari total ekuitas.
Tahun 2017 mengalami penurunan DER sebesar 25,3%, yang artinya perusahaan dibiayai oleh hutang
yang nilainya 25,3% dari total ekuitas.

Analisa Makro:

Melihat grafik debt ratio di atas, mulai tahun 2013-2017 perusahaan komposisi utang semakin
menurun. Sepanjang 2015, rata-rata kenaikan harga produk Wismilak sebesar 7%-9%.

Di tengah kondisi ekonomi dan industri rokok yang penuh tantangan, hingga 31 Desember 2015, total
penjualan neto Perseroan mengalami peningkatan sebesar 10,7% menjadi Rp1.839 miliar dari Rp1.661
miliar pada 2014. Pertumbuhan yang menggembirakan juga terdapat pada laba usaha Perseroan yang
meningkat sebesar 23,3% menjadi Rp200,72 miliar dari Rp162,78 miliar. Laba tahun berjalan meningkat
sebesar 16,3% menjadi Rp131,08 miliar dari Rp112,67 miliar. Sedangkan laba komprehensif tahun
berjalan meningkat sebesar 7,9% menjadi Rp125,71 miliar dari Rp116,47 miliar pada 2014. Gross
margin berada di posisi 30% sampai akhir tahun 2015.

Analisa untuk Kreditor:

Melihat grafik debt ratio di atas, mulai tahun 2013-2017 perusahaan komposisi utang semakin
menurun

Analisa untuk investor:

Melihat grafik debt ratio di atas, mulai tahun 2013-2017 perusahaan komposisi utang semakin
menurun. Investor yang menginvestasikan dananya pada sekuritas, berkepentingan terhadap keuntungan
saat ini dan keuntungan dimasa yang akan datang serta adanya stabilitas dari keuntungan yang akan
diperoleh. Sebelum menginvestasikan dananya investor melakukan analisis terhadap kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan. Investor juga berkepentingan atas informasi yang berhubungan
dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana
yang diinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai tambah dimasa mendatang dalam bentuk
deviden. Melihat grafik tersebut hal ini memberikan sinyal positif bagi investor, sinyal positif ini berarti
investor semakin percaya kepada perusahaan efeknya adalah investor dapat menambah investasinya
melalui membeli saham di perusahaan ini. Jika suatu perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik
maka investor akan menanamkan modalnya, karena bisa dipastikan akan memperoleh keuntungan dari
penanaman modal tersebut. Penilaian kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
investasi yang akan dilakukan disebut sebagai rasio profitabilitas.

Analisa untuk calon investor:

Melihat grafik debt ratio di atas, mulai tahun 2013-2017 perusahaan komposisi utang semakin
menurun. Calon investor semakin percaya kepada perusahaan efeknya adalah calon investor dapat
membeli saham di perusahaan ini untuk dijadikan investasi.

S-ar putea să vă placă și