Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan sistem pencernaan tidak secara langsung menyebabkan kematian bagi penderita.
Namun hal ini menyebabkan beberapa penderita mencari pertolongan medis. Salah satu
gangguan sistem pencernaan yaitu kolitis ulseratif.
Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung
lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Nyeri abdomen, diare,
perdarahan rektum merupakan gejala dan tanda yang terpenting. Lesi utamanya adalah reaksi
peradangan daerah subepitel yang timbul pada basis kripte lieberkhun, yang akhirnya
menimbulkan ulserasi mukosa. Puncak penyakit ini adalah antara usia 12 dan 49 tahun dan
menyerang jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam orang kulit putih dan orang-
orang keturunan Yahudi.Kolitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di
Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di
daerah utara. Meskipun kolitis ulseratif tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik
kerentanan komponen. Penyakit ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor
lingkungan (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006).
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat :
1. Memahami pengertian kolitis ulseratif dan penyebabnya.
2. Memahami patofisiologi dan penatalaksanaan medis dan keperawatan pada kolitis ulseratif.
3. Melaksanakan pengkajian keadaan kesehatan pada klien dengan kolitis ulseratif.
4. Menyusun diagnosa keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif.
5. Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif berdasarkan hasil
pengkajian.
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan metode studi kepustakaan.
D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan :
A. Latar Belakang
B. Tujuan penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. PENGERTIAN
Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon
dan rektum. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis Ulseratif adalah penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung
lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. (Sylvia A. Price & Lorraine M.
Wilson, 2006, hal, 461)
Kolitis Ulseratif adalah penyakit inflamasi primer dari membran mukosa kolon (Monica
Ester,2002,hal,56).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kolitis Ulseratif adalah suatu
penyakit inflamasi pada lapisan mukosa kolon dan rektum yang menyebabkan luka atau lesi
dan berlangsung lama.
3. ETIOLOGI
Etiologi kolitis ulseratif tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi
karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita
berperan dalam patogenesis kolitis ulseratif. Antibody antikolon telah ditemukan dalam serum
penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limposit dari penderita kolitis ulseratif merusak
sel epitel pada kolon.
Telah dijelaskan beberapa teori mengenai penyebab kolitis ulseratif, namun tidak ada yang
terbukti. Teori yang paling terkenal adalah teori reaksi sistem imun tubuh terhadap virus atau
bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding usus.
Menderita kolitis ulseratif memang memiliki kelainan sistem imun, tetapi tidak diketahui
hal ini merupakan penyebab atau akibat efek ini, kolitis ulseratif tidak sebabkan oleh distres
emosional atau sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini mungkin dapat memicu
timbulnya gejala pada beberapa orang. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006, hal, 462).
5. PATOFISIOLOGI
Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon
dan rektum. Puncak insiden kolitis ulseratif adalah pada usia 30 sampai 50 tahun.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara
bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rektum dan
akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek, dan menebal
akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis ulseratif merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang merupakan
perluasan dari rektum. Kelainan pada rektum yang menyebar kebagian kolon yang lain dengan
gambaran mukosa yang normal tidak dijumpai. Kelainan ini akan behenti pada daerah
ileosekal, namun pada keadaan yang berat kelainan dapat terjadi pada ileum terminalis dan
appendiks. Pada daerah ileosekal akan terjadi kerusakan sfingter dan terjadi inkompetensi.
Panjang kolon akan menjadi 2/3 normal, pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan
muskuler terutama pada kolon distal dan rektum. Terjadinya striktur tidak selalu didapatkan
pada penyakit ini, melainkan dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis yang akan
berakibat stenosis yang reversibel
Lesi patologik awal hanya terbatas pada lapisan mukosa, berupa pembentukan abses pada
kriptus, yang jelas berbeda dengan lesi pada penyakit crohn yang menyerang seluruh tebal
dinding usus. Pada permulaan penyakit, timbul edema dan kongesti mukosa. Edema dapat
menyebabkan kerapuhan hebat sehingga terjadi perdarahan pada trauma yang hanya ringan,
seperti gesekan ringan pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah menembus dinding kriptus dan
menyebar dalam lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa
kemudian terlepas menyisakan daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula
tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan mukosa yang hilang
menjadi lebih luas sekali sehingga menyebabkan banyak kehilangan jaringan, protein dan
darah. (Harrison, 2000, hal 161)
6. MANIFESTASI KLINIK
Kebanyakan gejala kolitis ulseratif pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.
Pasien juga dapat mengalami :
a. Anemia
b. Fatigue/ kelelahan
c. Berat badan menurun
d. Hilangnya nafsu makan
e. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
f. Lesi kulit ( eritoma nodusum )
g. Lesi mata ( uveitis )
h. Buang air besar beberapa kali dalam sehari ( 10-20 kali sehari )
i. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran
j. Perdarahan rektum
k. Kram perut
l. Sakit pada persendian
m. Anoreksia
n. Dorongan untuk defekasi
o. Hipokalsemia (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
7. KOMPLIKASI
a. Megakolon toksik
b. Perforasi
c. Hemoragi
d. Neoplasma malignan
e. Pielonefritis
f. Nefrolitiasis
g. Kalanglokarsinoma
h. Artritis
i. Retinitis, iritis
j. Eritema nodusum (Brunner & Suddarth, 2002)
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Terapi Obat - obatan
Terapi obat-obatan. Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik digunakan untuk
mengurangi peristaltik sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi.
Terapi ini dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati normal.
Sulfonamida seperti sulfasalazin (azulfidine) atau sulfisoxazol (gantrisin) biasanya efektif
untuk menangani inflamasi ringan dan sedang. Antibiotik digunakan untuk infeksi sekunder,
terutama untuk komplikasi purulen seperti abses, perforasi, dan peritonitis. Azulfidin
membantu dalam mencegah kekambuhan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1107-1108).
Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi kolitis ulseratif bila penatalaksaan
medikal gagal dan kondisi sulit diatasi, intervensi bedah biasanya diindikasi untuk kolitis
ulseratif. Pembedahan dapat diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi seperti
perforasi, hemoragi, obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.(Cecily
Lynn betz & Linda sowden. 2007, hal 323-324)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Masukan diet dan cairan
Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi kalori, dan terapi suplemem vitamin dan
pengganti besi diberikan untuk memenuhui kebutuhan nutrisi. Ketidak- seimbangan cairan dan
elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi akibat diare, diatasi dengan terapi intravena
sesuai dengan kebutuhan. Adanya makanan yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu
dapat menimbulkan diare pada individu intoleran terhadap lactose.Selain itu makanan dingin
dan merokok juga dapat dihindari, karena keduanya dapat meningkatkan morbilitas usus.
Nutrisi parenteral total dapat diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106-1107).
Psikoterapi
Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada pasien, kemampuan
menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik sehingga mereka tidak
berkabung karena kondisi mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108).
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Gambaran Radiologi
Foto polos abdomen
Barium enema
Ultrasonografi ( USG )
CT-scan dan MRI
B. Pemeriksaan Endoskopi ( Pierce A.Grace & Neil.R.Borley, 2006, hal 110 )
1. Pengkajian
1. Identitas
1) Identitas pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pemeriksaan, diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Biasanya pada klien yang terkena kolitis ulseratif mengeluh nyeri perut, diare, demam,
anoreksia.
3 Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Perdarahan anus, diare dan sakit perut, peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia,
perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan.
- Riwayat kesehatan dahulu
Untuk menentukan penyakit dasar kolitis ulseratif. Pengkajian predisposisi seperti genetik,
lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis
penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan tuberculosis dipertimbangkan sebagai sarana
pengkajian proferatif.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Vital sign, meliputi
- Tekanan darah : Dalam batas normal (120/80 mmHg)
- Nadi : Takikardia atau diatas normal (> 100 x/menit)
- Suhu : Klien mengalami demam (> 37,5o C )
- Respirasi : Dalam batas normal (16- 20 x/menit)
Sistem eliminasi : - Pada saat buang air besar mengalami diare
- Feses mengandung darah
5. Pemeriksaan Diagnostik
Kolonoskopi, ulserasi panjang terbagi oleh mukosa normal yang timbul di kolon kanan.
Enema barium disertai pemeriksaan sinar X dan sigmoidoskopi akan memperlihatkan
perdarahan mukosa disertai ulkus
Analisis darah akan memperlihatkan anemia dan penurunan kadar kalium
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108, diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien dengan kolitis ulseratif :
1. Diare berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan inflamasi
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan pembatasan
diet, mual,
dan malabsorpsi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan.
3. Perencanaan
Diagnosa 1 : Diare berhubungan dengan proses inflamasi
Definisi :
Pengeluaran feses lunak dan tidak bermasa ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )
Tujuan :
Kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil :
- Turgor kulit kembali normal
- Input dan output seimbang
- Membran mukosa lembab
Intervensi Rasional
Mandiri
- Awasi masukan dan keluaran, karakter dan- Memberikan informasi tentang keseimbangan
jumlah feses, perkirakan kehilangan yang tak cairan.
terlihat misalnya berkeringat.
- Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu) - Hipotensi (termasuk postural), takikardia,
demam dapat menunjukan respon terhadap dan
efek kehilangan cairan.
- Observasi kulit kering berlebihan dan- Menunjukan kehilangan cairan berlebihan atau
membran mukosa, penurunan turgor kulit, dehidrasi
pengisian kapiler lambat
- Pertahankan pembatasan per oral, tirah- Kolon distirahatkan untuk menyembuhkan dan
baring: hindari kerja untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
Intervensi Rasional
Mandiri
- Observasi tingkat nyeri, lokasi nyeri,- Informasi memberikan data dasar untuk
frekuensi dan tindakan penghilang yang mengevaluasi kebutuhan keefektifan
digunakan. intervensi.
Intervensi Rasional
Mandiri
- Timbang berat badan tiap hari. - Memberikan informasi tentang kebutuhan
diet atau keefektifan terapi.
Kolaborasi
- Pertahankan puasa sesuai indikasi. - istirahat usus menurunkan peristaltic dan
diare dimana menyebabkan malabsorpsi
atau kehilangan nutrisi.
- Kolaborasi dengan tim gizi, untuk - Memungkinkan saluran usus untuk
Tambahkan diet sesuai indikasi misalnya mematikan kembali proses pencernaan.
cairan jernih maju menjadi makanan yang Protein perlu untuk penyembuhan
dihancurkan. Kemudian protein tinggi, integritas jaringan.
tinggi kalori dan rendah serat sesuai
indikasi.
Intervensi Rasional
- Memfasilitasi aktivitas yang tidak dapat- Dapat membantu pasien dalam
pasien lakukan. memenuhi kebutuhannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar pada kolon dan rektum yang
berlangsung lama yang menyebabkan luka atau lesi. Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui.
Faktor yang berperan dalam penyakit kolitis ulseratif adalah faktor genetik karena sistem imun
dalam tubuh terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan
dalam dinding usus. Faktor lingkungan juga berpengaruh misalnya diet, diet rendah serat
makanan dan menyusui. Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare, nyeri abdomen, tanesmus,
dan perdarahan rektal. Tindakan medis yang dilakukan dengan cara memberi terapi obat-
obatan dan dilakukan pebedahan. Sedangkan tindakan keperawatannya masukan diet dan
cairan dan psikoterapi.
B. Saran
Sebagai perawat kita harus mengerahui gejala-gejala yang ditimbulkan dari kolitis ulseratif.
Sehingga perawat tepat dalam membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
kolitis ulseratif.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC.
Cecily Lynn betz & Linda sowden. 2007. Buku saku keperawatan edisi 5. Jakarta : EGC.
Grace A.Pierce & Neil.R.Borley.2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Gelora Aksara Pratama.
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4. Cetakan pertama, Jakarta : EGC
Lestari Sri,Amk, Agus Priyanto, Amk. 2008. Endoskopi Gastrointestinal, Jakarta : Salemba
Medika.
Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC.