Sunteți pe pagina 1din 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

I. MANAJEMEN CAIRAN
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Air adalah komponen pembentuk tubuh yang paling banyak jumlahnya.


Pada orang dewasa kurang lebih 60 % dari berat badan adalah air (air dan
elektrolit), 2/3 bagian berada di intrasel, dan 1/3 bagian berada di ekstrasel.
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami
kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan cairan sangat penting
bagi kehidupan makhluk hidup.

2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan
kebutuhan cairan.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui kebutuhan cairan klien
b) Membantu memenuhi kebutuhan cairan klien
B. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yangtetap dalam merespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang terdiri
sendiri jarang terjadi dalam kelebihan dan kekurangan (Tarwoto dan Martonah.2005:29)
2. Fisiologi
Cairan dan Elektrolit masuk melalui makanan, minuman dan cairan intravena(IV) dan
di distribusikan ke seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya. Jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.
Cairan tubuh di bagi menjadi dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler. Cairan interstitial
adalah cairan yang terletak di antara sel. Sedangkan cairan transeluler adalah cairan
sekresi khusus seperti cairan intraokuler dan sekresi saluran cerna. Intravaskuler 5%
berat badan, interstitial 15% berat badan dan transseluler 40% berat badan.
Cairan intravaskuler dan interstitrial bersama-sama disebut extrasel (ECF) . ECF adalah
cairan tubuh dengan laju tinggi dikeluarkan melalui urine kg/hari serta keringat dan uap
panas (700/m²/hari).
(Tarwanto dan wartonah ,2003)

Keadaan normal status cairan dan elektrolit


Air adalah komponen pembentuk tubuh yang paling banyak jumlahnya. Pada
orangdewasa kurang lebih 60 % dari berat badan adalah air (air dan elektrolit), 2/3 bagian
berada di intrasel, dan 1/3 bagian berada di ekstrasel.
60 % berat badan tubuh adalah :
a. Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan
b. Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari cairan
intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan cairan interstisil 15 % dari
berat badan.
Elektrolit utama
a. Dari CES : Natrium (N = 135 - 147 mEq/liter), Klorida (N = 100 - 106
mEq/liter)
b. Dari CIS : Kalium (N = 3,5 - 5,5 mEq/liter), Phospat (N = 3 - 4,5 mg/liter)
Secara lebih terperinci kandungan kadar elektrolit dalam tubuh adalah sebagai berikut :
mEq Plasma Interstisial Seluler
Na 145 143 14
Cl 100 110 -
HCO3 27 27 10
K 4 4 150
Ca 5 5 -
Mg 3 3 26
PO4 2 2 113
SO4 1 1 -
Protein 16 2 74

Konsentrasi ion H pada suatu larutan atau tingkat keasaman dan kebasaan ditunjukkan
sebagai pH .
Nilai pH normal adalah 7,35 - 7,45
Air murni merupakan larutan netral mempunyai pH 7
Larutan asam mempunyai pH < 7
Larutan basa mempunyai pH > 7
Rehidrasi
Goldberger (1980) melakukan beberapa cara menghitung kebutuhan cairan dan
elektrolit, yaitu :
Cara I
 Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka kehilangan
cairan kira-kira 2 % dari BB pada waktu itu. Contoh: BB 50 kg maka defisit cairan sekitar
1 liter. (1000 cc)
 Jika seseorang bepergian 3-4 hari tanpa air dan ada rasa haus, mulut kering, oliguria, maka
defisit air sekitar 6 % atau 3000 cc pada orang dengan BB 50 kg.
 Bila ada tanda di atas ditambah dengan kelemahan fisik nyata, perubahan mental seperti
bingung atau delirium, maka defisit cairan sekitar 7-14% atau sekitar 3,5 sampai 7 liter
pada orang dengan BB 50 kg.
Cara II:
Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan BB 4 kg pada fase akut cuma
dengan defisit air 4 liter.
Cara III:
Dengan suatu kenyataan bahwa kosentrasi natrium dalam plasma berbanding terbalik
denganvolume ekstrasel dengan pengertian bahwa kehilangan air tidak disertai dengan
perubahan kosentrasi natrium dalam plasma, maka dapat dihitung dengan rumus:
Na2 x BW2 = Na1 x BW1 dimana;
Na1 = kadas Na plasma normal 142 mEq/liter
BW1 = volume air badan normal sekitar 60 % dari BB pria dan 50 % dari BB wanita.
Na2 = Kadar natrium plasma sekarang.
BW2= Volume air badan sekarang.
Daldiyono (1973) mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk
rehidrasi inisial pada gastro enteritis akut berdasarkan sistim score.
Adapun nilai/score gejala klinis dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Gejala klinik Score
Muntah 1
Vox colerica (suara sesak) 2
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolent sampai dengan koma 2
Tensi sistolik kurang atau sama dengan 90 mmHg 2
Nadi lebih atau sama dengan 120 x/menit 1
Napas kusmaul > 30x/menit 1
Turgor kulit < 1
Vacies colerica 2
Ekstremitas dingin 1
Jari tangan keriput 1
Sianosis 2
Umur 50 atau lebih -1
Umur 60 tahun atau lebih -2
Semua score ditulis lalu dijumlah. Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam dapat
dihitung:
Score x 10% x BB (Kg) x 1 liter
15

Dengan menggunakan rumus Margon-walten (dikutip dari Daldiyono) yaitu dengan


mengukur BJ Plasma:
BJ plasma -1,025 x BB (Kg) x 4 ml
0,001
Contoh : Pria BB 40 Kg dengan BJ Plasama pada waktu itu 1,030, maka kebutuhan
cairan untuk rehidrasi inisial :
1,030 - 1,025 x 40 x 4 ml = 800 ml
0,001
Jumlah cairan yang dibutuhkan adalah :
Menurut Golderberg (1980) kebutuhan cairan berdasarkan gejala klinis adalah:
cara 1. Kehilangan cairan sekitar 6% dari BB atau sekitar 3 liter.
Menurut cara III rumus :
Na II x Bw 2 = Na I x Bw I
123 x X = 142 x 22
X = 25,4 (tak sesuai)
Menurut score Daldiyono dari gejala klinis ditemukan score 6 , perhitungannya:
6 x 10% x 50 Kg x 1 liter = 2 liter (2000 ml)
15

3. Pengatur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


 Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan
cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai pengatur air,
pengatur konsentrasi garam dan darah, pengatur keseimbangan cairan asam basa darah,
dan pengatur ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian
ginjal seperti glomerulus sebagai penyaing cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 % disaring keluar.
Cairan yang tersaring (filtrar glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang
sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
 Kulit
Merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dalam proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriolakutan dengan cara vasodilatasi
dan vasokontriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit
mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan. Proses pelepasan panas kemudian
dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat diturunkan dengan melepaskan air
yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat dapat
diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, dan melalui kondisi tubuh yang panas.
Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran, yaitu dengan
melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi dan konveksi.
Cara konduksi adalah pengalihan panas ke benda benda yang disentuh, sedangkan cara
konveksi yaitu mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.
 Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible
water loss ±400 ml/hari. Proses pengel
4. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia secara psikologis memiliki
proporsi 90% dari total berat badan. Sisanya merupakan zat padat dari tubuh. Secara
keseluruhan, presentase cairan dalam tubuh berbeda berdasarkan usia
~ bayi baru lahir: 75%
~ Dewasa:
1. Pria 60%
Wanita 55%
Usia lanjut 45%
Dari total berat badan
Bergantung lemak dalam tubuh
Jika lemak sedikit maka cairan tubuh pun lebih besar.
Jenis kelamin
Di dalam tubuh seseorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari
cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal
intake cairan sama dengan kehilangan cairan dalam tubuh yang terjadi. Kondisi sakit
dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam
rangka mempertahankan fungsi tubuh. Maka tubuh akan kehilangan cairan antara lain
melalui proses penguapan ekspirasi . penguapan kulit, ginjal, ekskresi pada metabolisme.
Intake cairan adalah selama aktivitas dan temperatur sedang seorang dewasa minum kira-
kira 1500ml/hari sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500ml/hari sehingga
kekurangan 1000ml perhari diperoleh dari makanan dan oksidasi selama proses
metabolisme.
Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang di perlukan berdasarkan umur dan berat
badan.
USIA KEBUTUHAN AIR
Jumlah Air Dalam 24 Jam Ml/kg Berat Badan
3 Hari 250-300 80-100
1 Tahun 1150-1300 120-135
2 Tahun 1350-1500 115-125
4 Tahun 1600-1800 100-110
10 Tahun 2000-2500 70-80
14 Tahun 2200-2700 50-60
18 Tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30

V. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengaturan Cairan


Tekanan Cairan
Proses difusi dan osmoosis melibatkan adanya tekanan cairan. Dalam proses osmosis,
tekanan osmosis merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui
membran. Bila terdapat dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang
konsentrasi molekulnya lebih pekat dan tidak dapat bergabung disebut koloid. Sedangkan
larutan dengan kepekatan yang sama dan dapat bergabung, maka larutan tersebut disebut
kristaloid. Sebagai contoh ; koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma,
sedangkan larutan kristaloid adalah larutan garam. Secara normal, perpindaha cairan
menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat
penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya larutan yang sering digunakan
dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang
sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit ke intrasel. Larutan intravena yang hipotonik, yaitu latutan yang mempunyai
konsentrasi kurang pekat dibandingkan dengan konsentrasi plasa darah. Hal ini
menyebabkan tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan
osmotik cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar dibanding
cairan interstisinal dan molekul protein lebih besar, sehingga membentuk larutan koloid
dan sulit untuk menembus membran semipermeabel.
Membran Semipermeabel
Merupakan penyaringan agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran ini
terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh sehingga
molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
( Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011)
VI. Jenis-Jenis Cairan dan Elektrolit
Jenis Cairan
Cairan zat gizi (Nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 setiap hari . cairan nutrien
dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitamin untuk
metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500
kalori per liter.
Blood volume expanders: jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah
sesudah kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien mengalami
perdarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah.
Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan
C. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Riwayat keperawatan
- Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)
- Tanda umum masalah elektrolit
- Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane mukosa kering,
konsentrasi urine dan urine output.
- Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB meningkat.
- Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
- Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
2. Pengukuran klinik
- Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan :
+/- 2 % : ringan
+/- 5 % : sedang
+/- 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
- Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi dan pernapasan.
Tingkat kesadaran.
- Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral termasuk obat-
obatan IV, makanan yang cenderung mengandung air, irigasi kateter atau NGT.
- Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan / kepekatan), feses (jumlah dan
konsistensi), muntah, tube drainase, IWL.
- Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/- 200 cc.

3. Pemeriksaan fisik
§ Integumentum : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan sensasi
rasa.
§ Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi jantung
§ Mata : cekung, air mata kering
§ Neurologi : refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
§ Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah , diare dan
bising usus
4. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat jeins urine dan
analisis gas darah. Hct, Hb, BUN, CVP, Darah vena (sodium, potassium, klorida, kalsium,
magnesium, pospat, osmolalitas serum), Ph Urine.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1. Defisit volume cairan b.d. kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan
mekanisme pengaturan.
NOC : keseimbangan cairan,
dengan kriteria hasil:
v Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal
v Nadi perifer dapat teraba
v Keseimbangan intake dan output selama 24 jam
v Tidak terdapat rasa haus yang abnormal
v Elektrolit serum dan hematokrit dbn
NIC : Manajemen cairan
- Ukur intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
- Pasang kateter urin, jika ada.
- Monitor status hidrasi (misalnya kelembaban membran mukosa, nadi, dan tekanan darah
ortostatik).
- Monitor hasil laboratorium yang berhubungan dengan retensi cairan
- Monitor TTV
- Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan.
- Berikan cairan
- Atur kemungkinan tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi

2. Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme


pengaturan.
NOC : Keseimbangan cairan, dengan kriteria hasil:
v Tekanan darah dalam batas normal
v Berat badan stabil
v Tidak terdapat asites
v Tidak terdapat distensi vena jugularis
v Tidak terdapat edema perifer
v Elektrolit serum dalam batas normal
NIC : Manajemen cairan
- Ukur intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
- Monitor hasil laboratorium yang berhubungan dengan kelebihan cairan
- Kaji lokasi dan luas edema
- Lakukan pemberian diuretik sesuai resep
- Monitor TTV
- Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan.
- Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l

3. Risiko kekurangan volume cairan


NOC: Keseimbangan cairan, dengan kriteria hasil:
v Tekanan darah dalam batas normal
v Nadi perifer dapat teraba
v Keseimbangan intake dan output selama 24 jam
v Tidak terdapat suara nafas tambahan
v Tidak terdapat rasa haus yang abnormal
v Hidrasi kulit adekuat
v Membran mukosa lembab
v Elektrolit serum dan hematokrit dalam batas normal
NIC : Manajemen cairan
- Ukur intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
- Pasang kateter urin, jika ada.
- Monitor status hidrasi (misalnya kelembaban membran mukosa, nadi, dan tekanan darah
ortostatik).
- Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan.
- Monitor indikasi terjadinya retensi cairan (bunyi nafas crackles, peningkatan CVP, dan
peningkatan osmolalitas urin)
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2005. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: teori dan
aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta
North American Nursing Diagnosis Association. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan
NANDA 2005-2006. Prima Medika
Tarwoto dan Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar Manusi & Proses Keperawatan. Edisi 3.
Salemba Medika. Jakarta
Wilkinson, J.M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. EGC. Jakarta.

S-ar putea să vă placă și