Sunteți pe pagina 1din 26

ASUHAN

KEPRAWATAN PADA KLIEN DENGAN


PENYALAHGUNAAN NAPZA

OLEH : KELOMPOK 5

NAMA NIM
HULAN HASAN P.1709125
PRISCILLA M. THENU P.1709133
WA ODE DEFI MILARTI P.1709091
MERLINDA OLIVIA RESEL P.1709080
YANTI SAMAK P.1709094
JOJI HUKUNALA P.1709108
CLARA THENU P.1709082

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) PASAPUA


AMBON

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Maksud dari kami penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien Penyalahgunaan NAPZA” yang akan sangat berguna
terutama untuk mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat
dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Ambon 27 Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………....................................................................................i
DAFTAR ISI………………..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..
A. PENGERTIAN NAPZA
B. JENIS-JENIS NAPZA
C. GOLONGAN NAPZA
D. PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA
E. TANDA DAN GEJALA PENGGUNA NAPZA
F. CIRI-CIRI PENGGUNA NAPZA
G. AKIBAT PENYALAHGUNAAN NAPZA
H. GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA
I. ALAT YANG DIGUNAKAN
J. KOMPLIKASI DARI PENYALAHGUNAAN NAPZA
BAB III ASKEP PADA PASIEN DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA………………………….
A. KASUS
B. PENGKAJIAN
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
E. EVALUASI
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………………………..
A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan


pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual
manusia seutuhnya lahir maupun batin. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi,dewasa ini berkembang pengaruh pemakaian obat-obatan dikalangan masyarakat. Hal
ini sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin lama semakin
berkembang dengan pesat, dansalah satu yang paling marak saat ini adalah “Masalah narkotika
dan psikotropika.
Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainya (NAPZA) atau istilah
yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan bahan/obat berbahaya)
merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan
secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan
peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran, sebagian besar golongan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi
pengobatan, pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain
dapat pula menimbulkan addication (ketagihan dan ketergantungan) tanpa adanya pembatasan,
pengendalian, dan pengawasan yang ketata dan seksama dari pihak yang berwenang, dan
juga jika disalah gunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar
pengobatan akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas
khususnya generasi muda.
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori NAPZA pada
akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak koran dan majalah serta media
elektrolit seperti TV dan radio. Kecenderungannya semakin makin banyak masyarakat yang
memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, khususnya anak remaja (15-24 tahun)
sepertinya menjadi suatu model perilaku baru bagi kalangan remaja (DepKes, 2001).
Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena kurangnya pengetahuan
masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta kemudahan untuk mendapatkannya.
Kurangnya pengetahuan masyarakat bukan karena pendidikan yang rendah tetapi kadangkala
disebabkan karena faktor individu, faktor keluarga dan faktor lingkungan.
Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut; faktor keluarga
lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya kurang perhatian keluarga terhadap
individu, kesibukan keluarga dan lainnya; faktor lingkungan lebih pada kurang positif sikap
masyarakat terhadap masalah tersebut misalnya ketidakpedulian masyarakat tentang NAPZA
(Hawari, 2000). Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di atas adalah individu mulai melakukan
penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat. Hal ini ditunjukkan dengan makin banyaknya
individu yang dirawat di rumah sakit karena penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu
mengalami intoksikasi zat dan withdrawal.
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak
disadari, kecuali mereka yang berminat pada penanggulangan NAPZA (DepKes, 2001).
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga kesehatan
khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang di rawat di rumah sakit untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu perawat
meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (sindrom putus
zat)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan NAPZA ?
2. Apa jenis-jenis NAPZA ?
3. Apa golongan-golongan NAPZA ?
4. Apa penyebab penyalahgunaan NAPZA ?
5. Apa tanda dan gejala penggunaan NAPZA ?
6. Apa ciri-ciri penggunaan NAPZA ?
7. Apa akibat penyalahgunaan NAPZA ?
8. Apa gejala klinis penyalahgunaan NAPZA ?
9. Bagaimana komplikasi dari penyalahgunaan NAPZA ?
.
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari NAPZA
2. Mengetahui jenis-jenis NAPZA
3. Mengetahui golongan-golongan NAPZA
4. Mengetahui penyebab penyalahgunaan NAPZA
5. Mengetahui tanda dan dan gejala penggunaan NAPZA
6. Mengetahui ciri-ciri penggunaan NAPZA
7. Mengetahui akibat penyalahgunaan NAPZA
8. Mengetahui gejala klinis penyalahgunaan NAPZA
9. Mengetahui komplikasi dari penyalahgunaan NAPZA
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NAPZA

Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yg dpt menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Undang-undang No.33 thn 4556 tentangg Narkotika & Psikotropika adalah
suatu zat atau obat, baik alamiah maupunsintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku zat adiktif lain adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar yang disebut narkotika dan psikotropika.
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah
terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap
sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan
ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi
adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan
toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart dan Sundeen, 1995).
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui
pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita
sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya
pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Sarana rehabilitasi
yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (DepKes., 2002).
Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAZA menjalani program terapi (detoksifikasi)
dan komplikasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan
(pasca detoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke
program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2000).
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena tergantung
pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas dan sarana penunjang kegiatan yang tersedia
di rumah sakit. Menurut Hawari (2000) bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1
minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu
maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi dan unit
lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter
sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa sampai 2 tahun
(Wiguna, 2003).
Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka perawatan di ruang rehabilitasi
tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu di ruang detoksifikasi. Kenyataan menunjukkan
bahwa mereka yang telah selesai menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi
kebiasaan menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang selalu
terjadi (DepKes, 2001).
Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat: .
1. Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi
2. Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA
3. Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya
4. Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan baik
5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
6. Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan dengan
lingkungannya

B. JENIS-JENIS NAPZA

Jenis- jenis NAPZA yaitu :


1. Heroin : Serbuk putih seperti tepung yang bersifat opoid atau menekan nyeri dan juga
depresan SSP
2. Kokain : Di olah dari pohon Coca yang punya sifat halusinogenik
3. Putauw : Golongan heroin, berbentuk bubuk.
4. Ganja : Berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berasal dari daun Cannabis yang
dikeringkan. Konsumsi dengan cara dihisap seperti rokok tetapi menggunakan hidung.
5. Shabu-shabu : Kristal yang berisi methamphetamine, dikonsumsi dengan menggunakan
alat khusus yang disebut Bong kemudian di bakar.
6. Ekstasi : Methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, mampu
meningkatkan ketahanan seseorang (disalahgunakan untuk aktivitas seksual dan aktivitas
hiburan di malam hari).
7. Diazepam, Nipam, Megadon : Obat yang jika dikonsumsi secara berlebih menimbulkan
efek halusinogenik.
8. Alkohol : Minuman yang b2erisi produk fermentasi menghasilkan etanol, dengan kadar
diatas 40% mampu menyebabkan depresi susunan saraf pusat, dalam kadar tinggi bisa
memicu Sirosis hepatic, hepatitis alkoholik maupun gangguan sistem persarafan.

C. GOLONGAN NAPZA

 Golongan Narkotika
Narkotika adalah : Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Menurut UU RI No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Narkotika terdiri dari 3
golongan yaitu :
1. Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukkan
untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh
narkotika golongan I : Heroin/putauw, kokain, ganja.
2. Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, petidin.
3. Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Kodein.
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah narkotika golongan I :
 Opiat : Morfin, heroin (putauw), petidin, candu dll.
 Ganja atau kanabis, marihuana, hashis
 Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun kokain.

 Golongan Psikotropika
Psikotropika adalah : Zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan Narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Menurut UU RI No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika.
Psikotropika terdiri dari beberapa golongan yaitu :
1. Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Ekstasi, shabu, LSD
2. Psikotropika Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak dapat digunakan dalam terapi, dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Amfetamin ,metilfenidat atau ritalin.
3. Psikotropika Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Pentobarbital, Flunitrazepam.
4. Psikotropika Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contoh : Diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,
nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, rohip, dum, MG.
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
 Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu
 Sedatif & Hipnotika (obat penenag, obat tidur) : MG, BK, DUM, Pil Koplo dll.
 Halusinogenika : Iysergic acid diethylamide (LSD), mushroom.
 Zat Adiktif
Zat adiktif adalah : Suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan
atau ketergantungan. Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
yang disebut narkotika dan psikotropika meliputi :
1. Minuman Beralkohol
Mengandung etanol etil alcohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering
menjadi bagian dari kehidupan manusai sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan
sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam
tubuh manusia.
2. Inhalansia
Yaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organic, yang
terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin.
Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus cat kuku, Bensin.
3. Tembakau
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Dalam upaya
penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alcohol terutama pada remaja,
harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alcohol sering menjadi pintu
masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
 Zat Psikoaktif
Zat psikoaktif adalah : Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak sehingga
dapat menimbulkan perubahan pada : Perilaku, emosi, kognitif, persepsi, kesadaran seseorang.
Ada 2 jenis pikoaktif :
 Bersifat Adiksi
 Golongan Opioida : Morfin, heroin (putauw), candu, codein, petidin
 Golongan Kanabis : Ganja (Mariyuana), minyak hassish
 Golongan Kokain : Serbuk kokain, dan daun koka
 Golongan Alkohol : Semua minuman yang mengandung ethyl alcohol :
Brandy, bir, wine, whisky, cognac, brem, tuak, anggur ortu (AO), dsb.
 Golongan Sedatif Hipnotik : BK, Rohypnol, Magadon, Dumolid, Nipam,
Madrax
 Golongan MDA (Methylene Dioxy Ampethamine) : Ampetamine Benzedrine,
Dexadrine
 Golongan MDMA (Methylene dioxy meth Ampetahamine) : Extacy
 Golongan Halusinogen : LSD, Meskaloin, Mushrom, Kecubung
 Golongan Solven dan inhalansia : Aica aibon (Glue) Saceton Thiner N2O
 Nikotine : Tembakau
 Kafein : Kopi dan teh
 Bersifat Non Adiksi
Berisfat non adiksi merupakan obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa psikotik, obat anti
depresi. Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan
menjadi tiga golongan :
1. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat
pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri.
Golongan ini termasuk Opoida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik
(otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dll.
2. Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja.
Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk
golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, ekstasi), Kafein, Kokain.
3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan
dan pikiran dan sering kali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan
dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.

D. PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA


Penyebab sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :
1. Faktor Individual
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi,
psikologi, maupun sosial yang pesat. Ciri-ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar
menggunakan NAPZA :
a. Cenderung memberontak
b. Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : Depresi, cemas.
c. Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
d. Kurang percaya diri
e. Mudah kecewa, agresif dan destruktif
f. Murung, pemalu, pendiam
g. Merasa bosan dan jenuh
h. Keinginan untuk bersenang-senang yang berlebihan
i. Putus sekolah
j. Keinginan untuk mencoba yang sedang mode
k. Identitas diri kabur
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar rumah,
sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat
 Lingkungan Keluarga :
a. Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
b. Hubungan kurang harmonis
c. Orang tua yang bercerai, kawin lagi
d. Orang tua terlampau sibuk, acuh
e. Orang tua otoriter
f. Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
g. Kurangnya kehidupan beragama.
 Lingkungan Sekolah :
a. Sekolah yang kurang disiplin
b. Sekolah terletak dekat tempat hiburan
c. Sekolah yang kurang member kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri
secara kreatif dan positif.
d. Adanya murid pengguna NAPZA
 Lingkungan Teman Sebaya :
a. Berteman dengan penyalahguna
b. Tekanan atau ancaman dari teman
 Lingkungan Masyarakat/Sosial
a. Lemahnya penegak hokum
b. Situasi politik, sosil dan ekonomi yang kurang mendukung.

E. TANDA DAN GEJALA PENGGUNA NAPZA


1. Tanda-tanda di rumah :
 Hilangnya minat dalam aktivitas keluarga
 Tidak patuh terhadap aturan keluarga
 Hilang/berkurangnya rasa tanggung jawab
 Bersikap kasar baik secara verbal maupun fisik
 Menurun/meningkatnya nafsu makan secara tiba-tiba
 Tidak pernah pulang rumah tepat waktu
 Tidak mengatakan kepada siapapun kemana mereka pergi
 Menghabiskan banyak waktunya berdiam diri di dalam kamar bila sedang di rumah.
2. Tanda-tanda di sekolah/tempat kerja :
 Sering tiba-tiba pingsan di sekolah/tempat kerja
 Kehilangan minat dalam kegiatan belajar
 Tertidur di dalam kelas/saat bekerja
 Perilaku yang buruk disetiap kegiatan sekolah/pekerjaan
 Penurunan konsentrasi, perhatian dan memori.
3. Tanda-tanda kelainan fisik dan emosional :
 Pasangan.pacar yang juga sering berganti-ganti
 Tercium bau-bauan aneh seperti bau alkohol, mariyuana, dan rokok dari nafas atau
badan
 Tidak pernah tampak kegembiraan seperti yang seharusnya
 Selalu tampak lelah/hiperaktif yang berlebihan
 Penurunan/peningkatan berat badan yang drastis
 Umumnya penampilannya kotor dan tidak terurus
Gejala yang timbul di antaranya : Bicara cadel, gerakan tidak terkoordinir, kesadaran menurun,
vertigo, denyut jantung cepat, panik, curiga, banyak berkeringat, mual muntah, halusinasi, dan
mengantuk. Dan jika putus zat maka gejala yang terjadi sebagai berikut : Gelisah, berkeringat,
denyut jantung cepat, tremor ditangan, mual muntah, kejang otot, cemas, agresif, halusinasi,
delirium, insomnia, pupil melebar, murung, depresi berat, dan ada tindakan bunuh diri.

F. CIRI-CIRI PENGGUNA NAPZA


1. Ciri-ciri ketergantungan NAPZA :
 Keinginan yang tak tertahankan untuk mengkonsumsi salah satu atau lebih zat
yang tergolong NAPZA
 Kecenderungan untuk menambah dosis sejalan dengan batas toleransi tubuh yang
meningkat
 Ketergantungan psikis, yaitu apabila penggunaan NAPZA dihentikan akan
menimbulkan kecemasan, depresi dan gejala psikis lain.
 Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian dihentikan akan menimbulkan
gejala fisik yang disebut gejala putus zat (withdrawal syndrome). Withdrawal
Syndrome terlihat dari beberapa aktivitas fisik seperti orang yang mengalami
sakaratul maut, meronta, berteriak maupun melakukan aktivitas lain yang
menunjukkan bentuk bahwa dia membuthkan sebuah zat psikotropika.
2. Ciri-ciri pengguna NAPZA :
 Ciri fisik
 Berat badan turun drastis
 Mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir kehitaman
 Buang air besar dan air kecil kurang lancer
 Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas
 Tanda berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas luka
sayatan
 Mengeluarkan keringat yang berlebihan
 Kepala sering nyeri, persendian ngilu.
 Ciri Emosi
 Sangat sensitif dan cepat bosan
 Jika ditegur atau dimarahi malah membangkang
 Mudah curiga dan cemas
 Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul atau berbicara kasar
kepada orang disekitarnya, termasuk anggota keluarganya.
 Ciri Perilaku
 Malas dan sering melupakn tanggung jawab/tugas rutinnya
 Nafsu makan tidak menentu
 Takut air, jarang mandi
 Sering menguap
 Suka berbohong dan gampang ingkar janji
 Sering mencuri baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun pekerjaan.
3. Ciri-ciri kecanduan NAPZA
 Air mata berlebihan
 Banyak lender dari hidung
 Diare
 Bulu kuduk berdiri
 Sukar tidur
 Menguap
 Jantung berdebar-debar
 Ngilu pada sendi

G. AKIBAT PENYALAHGUNAAN NAPZA


Aspek langsung penyalahgunaan NAPZA antara lain :
1. Secara Fisik
Penggunaan NAPZA akan mengubah metabolisme tubuh seseorang. Hal ini terlihat dari
peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala putus obat. Keduanya
menyebabkan seseorang untuk berusaha terus-menerus mengkonsumsi NAPZA.
2. Secara Psikis
Berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa bersalah, malu dan perasaan
nyaman yang timbul dari mengkonsumsi NAPZA. Cara yang kemudian ditempuh untuk
beradaptasi dengan perubahan fungsi mental itu adalah dengan mengkonsumsi lagi NAPZA.
3. Secara Sosial
Dampak sosial yang memperkuat pemakaian NAPZA. Proses ini biasanya diawali dengan
perpecahan di dalam kelompok sosial terdekat seperti keluarga, sehingga muncul konflik dengan
orang tua, teman-teman, pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini
kemudian menyebabkan si penyalahguna bergabung dengan kelompok orang-orang serupa, yaitu
para penyalahguna NAPZA juga.

H. GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA


1. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat
digolongkan sbb :
 Pada saat menggunakan NAPZA : Jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh
tak acuh), mengantuk, agresif, curiga
 Bila kelebihan dosis, (overdosis) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit
teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.
 Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair, menguap terus-
menerus, diare, rasa sakit diseluruh tubuh, takut air sehingga malas mandi, kejang,
kesadaran menurun.
 Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan
kebersihan, gigi tidak terawatt dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan atau
bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik).
2. Perubahan Sikap dan Perilaku
 Prestasi sekolah menurun, sering tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos,
pemalas, kurang bertanggung jawab
 Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk dikelas atau
tempat kerja
 Sering bepergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa member tahu lebih dulu
 Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu dengan
anggota lain dirumah.
I. ALAT YANG DI GUNAKAN
Ada beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang mempunyai kebiasaan
menggunakan jenis NAPZA tertentu. Misalnya pada gangguan heroin, pada dirinya dalam
kamarnya, tasnya atau laci meja terdapat antara lain :
 Jarum suntik insulin ukuran 1ml, kadang-kadang dibuang pada saluran air kamar mandi
 Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya
 Sedotan minuman dari plastik
 Gulungan uang kertas yang digulung untuk menyedot heroin atau kokain
 Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen karet, untuk tempat heroin dibakar
 Kartu telepon, untuk memilah bubuk heroin
 Botol-botol kecil sebesar jempol, dengan pipa pada dindingnya

J. KOMPLIKASI DARI PENYALAHGUNAAN NAPZA


Komplikasi yang bisa terjadi pada pengguna NAPZA antara lain : HIV infeksi, Hepatitis B dan
C, Gastritis, Penyakit kulit kelamin, Bronchitis dan Chirosis hepatis. Masalah kesehatan yang
muncul : Depresi sistem pernapasan, depresi pusat pengatur kesadaran, kecemasan yang sangat
berat sampai panik, perilaku agresif, gangguan daya ingat, gangguan ADL, gangguan sistem
musculoskeletal missal nyeri sendi dan otot, serta perilaku mencederai diri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA

A. Kasus
Andra salah satu remaja penderita HIV. Dia tertular HIV melalui penggunaan IDU. Andra
mengaku mulai memakai jarum suntik secara bergiliran pada 2002. “Saat itu saya masih kelas 3
SMP. Saya suka mengkonsumsi putauw. Suatu hari, saya lagi nggak punya duit. Sama teman-
teman diajak pakai jarum secara gentian. Lebih murah, kata mereka,” ujarnya. Pesta narkoba pun
dimulai bersama teman-temannya. Aktivitas menyimpang itu dilakoninya selama setahun. Boleh
dibilang Andra termasuk pecandu berat narkoba, terutama jenis putauw. Padahal , dia mengaku
tidak memiliki uang yang cukup tebal untuk mengonsumsi putauw. “Mau tidak mau, memakai
jarum suntik merupakan alternative saya,” tuturnya. Bagi dia, ngedrugs merupakan medium
untuk melupakan persoalan hidup. Andra lahir di tengah keluarga yang kurang harmonis. Dia
lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya di luar rumah. “Dengan teman-teman
saya merasa bisa melakukan apa saja. Mereka tahun apa yang saya mau,” tukasnya.
Hidup sarat dengan hedonism dia lakoni selama bertahun-tahun. Prestasi sekolah Andra yang
terus merosot memacu dirinya terjun bebas ke narkoba. Apalagi orang tuanya cuek saja dengan
segala tindakan yang dia lakukan. “Aku merasa bebas melakukan apa saja”. Hidup Andra identik
bersenang-senang. Pada 2004 dia diajak teman-temannya melakukan VCT (visite conselling
test). “Saat itu aku tidak tahun untuk apa diajak VCT. Ternyata untuk memeriksakan diri apakah
terkena HIV/AIDS atau tidak,” ujarnya. Ternyata teman-teman Andra itu adalah relawan LSM
yang konsen dengan HIV/AIDS. Mereka prihatin dengan kondisi Andra. Benar saja, dari lima
orang yang memeriksakan diri, tiga orang positif HIV termasuk Andra. “Rasanya saya ingin mati
saja saat itu,” ucap Andra yang waktu itu baru kelas 1 SMA. Sejak divonis itu, Andra merasa
hidupnya tidak berarti lagi. Keterputusasaan yang berat menyelimuti dirinya. “Bahkan timbul
perasaan jahat dan dendam terhadap teman-teman yang belum terkena HIV untuk menularinya,”
ujarnya. Untungnya Andra dapat mengendalikan diri. Dia pun berusaha bangkit untuk bertahan
hidup. “Untungnya teman-teman sangat memotivasi saya untuk berobat,” ujar Andra yang kini
berusia 19 tahun. Satu tahun lamanya Andra menyembunyikan kenyataan itu dari orang tuanya
bila dia positif HIV.
Ibu Andra mendapati hasil tes VCT-nya yang disimpan di laci meja anaknya itu. “Waktu itu
ibu mencari obat-obatnya terlarang itu di kamar saya,” ujarnya. “Saya tidak menyangka reaksi
ibu saat mengetahui saya positif HIV. Ibu menangis sesunggukan dan memeluk saya,”
ungkapnya. Sejak itu, orang tua Andra mulai berubah. Mereka menerima Andra apa adanya.
Mereka berani menerima kenyataan bila anaknya terjangkit penyakit yang stigmakan buruk oleh
masyarakat itu. Namun, apapun perhatian itu, bagi Andra tidak bisa mengembalikan dirinya
seperti dulu lagi. Di dalam tubuhnya telah berkembang virus mematikan yang bila tidak aware
memperhatikan kesehatannya bisa semakin menyerang kekebalan tubuhnya. Kini Andra punya
semangat hidup lagi. Hidup, katanya harus terus berjalan, meskipun dia sempat pesimitis dengan
masa depannya.

B. Pengkajian
Prinsip pengkajian yang dilakukan dapat menggunakan format pengkajian di ruang psikiatri atau
sesuai dengan pedoman yang ada di masing-masing ruangan tergantung pada kebijaksanaan
rumah sakit dan format pengkajian yang tersedia. Adapun pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Perilaku
b. Faktor penyebab dan faktor pencetus
c. Mekanisme koping yang digunakan oleh penyalahguna zat meliputi :
 Penyangkalan (denial) terhadap masalah
 Rasionalisasi
 Memproyeksikan tanggung jawab terhadap perilakunya
 Mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakainya
 Sumber-sumber koping (support sistem) yang digunakan klien

C. Diagnosa Keperawatan
Perlu diingat bahwa diagnose keperawatan di ruang detofksifikasi bisa berulang di ruang
rehabilitasi karena timbul masalah yang sama saat dirawat di ruang rehabilitasi. Salah satu
penyebab yang muncul masalah yang sama adalah kurangnya motivasi klien untuk tidak
melakukan penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Hal lain yang juga berpersan timbulnya
masalah pada klien adalah kurangnya dukungan keluarga dalam membantu mengurangi
penyalahgunaan dan penggunaan zat.
Masalah keperawatan yang sering terjadi di ruang detoksifikasi adalah selain masalah
keperawatan yang berkaitan dengan fisik juga masalah keperawatan seperti :
Risiko terjadinya perubahan proses keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga pengguna NAPZA.

D. Intervensi Keperawatan
Intervensi untuk diagnose 1 :
Risiko terjadinya perubahan proses keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga terutama anggota keluarga pengguna NAPZA
Tujuan Khusus :
Keluarga mampu mengenal dengan baik anggota keluarga pengguna NAPZA.
Intervensi :
1. Bersama keluarga diskusikan tentang criteria remaja pengguna NAPZA
2. Latih keluarga mengenali remaja pengguna NAPZA
3. Motivasi keluarga untuk selalu mengenali remaja pengguna NAPZA
4. Berikan kesempatan bertanya hal yang belum mengerti
5. Evaluasi kembali hal-hal yang sudah didiskusikan
6. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga selama interaksi
Keluarga mampu mengambil keputusan terhadap remaja pengguna NAPZA
Intervensi :
1. Bersama keluarga diskusikan tentang akibat dari remaja pengguna NAPZA
2. Latih keluarga mengenali akibat dari remaja pengguna NAPZA
3. Motivasi keluarga untuk selalu mengenali akibat remaja pengguna NAPZA
4. Berikan kesempatan bertanya hal yang belum mengerti
5. Evaluasi kembali hal-hal yang sudah didiskusikan
6. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga selan
Keluarga mampu merawat keluarga dengan remaja pengguna NAPZA
Intervensi :
1. Bersama keluarga diskusikan tentang cara mencegah dan merawat remaja pengguna
NAPZA
2. Latih keluarga cara mencegah dan merawat remaja pengguna NAPZA
3. Motivasi keluarga untuk selalu mencegah dan merawat remaja pengguna NAPZA
4. Berikan kesempatan bertanya hal yang belum mengerti
5. Evaluasi kembali hal-hal yang sudah didiskusikan
6. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga selama interaksi
Keluarga mampu memodifikasi remaja pengguna NAPZA
Intervensi :
1. Bersama keluarga diskusikan tentang cara memodifikasi lingkungan rumah remaja
pengunaan NAPZA
2. Latih keluarga cara memodifikasi dari remaja pengguna NAPZA
3. Motivasi keluarga untuk selalu melakukan modifikasi remaja pengguna NAPZA
4. Berikan kesempatan bertanya hal yang belum mengerti
5. Evaluasi kembali hal-hal yang sudah didiskusikan
6. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga selan
Keluarga mampu menggunakan sumber daya untuk penanganan remaja pengguna NAPZA
Intervensi :
1. Bersama keluarga diskusikan tentang penggunaan sumber daya masy untuk remaja
pengguna NAPZA
2. Latih keluarga menggunakan sumber daya untuk remaja pengguna NAPZA
3. Motivasi keluarga untuk selalu menggunakan sumber daya untuk remaja pengguna
NAPZA
4. Berikan kesempatan bertanya hal yang belum mengerti
5. Evaluasi kembali hal-hal yang sudah didiskusikan
6. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga selama interaksi

E. Evaluasi
Evaluasi penyalahgunaan dan ketergantungan zat tergantung pada penanganan yang
dilakukan perawat terhadap klien dengan mengacu kepada tujuan khusus yang ingin dicapai.
Sebaliknya perawat dan klien bersama-sama melakukan evaluasi terhadap keberhasilan yang
telah dicapai dan tindak lanjut yang diharapkan untuk dilakukan selanjutnya.
Jika penanganan yang dilakukan tidak berhasil maka perlu dilakukan evaluasi kembali
terhadap tujuan yang dicapai dan proritas penyelesaian masalah apakah sudah selesai dengan
kebutuhan klien. Klien relaps tidak bisa disamakan dengan klien yang mengalami kegagalan
pada sistem tubuh. Tujuan penanganan pada klien relaps adalah meningkatkan kemampuan
untuk hidup lebih lama bebas dari penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Perlunya evaluasi
yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan, akan lebih baik perawat bersama-
sama klien dalam menentukan tujuan kea rah perencanaan pencegahan relaps.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus-menerus bahkan sampai setelah
terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap
sebagai penyakit. Adikisi umumnya merujak pada perilaku psikososial yang berhubungan
dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologic terhadap obat.
Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus
zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik.

B. SARAN
Diharapkan kepada semua pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya agar bermanfaat
untuk kita semua terutama bagi kami penulis. Harapannya tujuan dari makalah ini dapat
memasyarakat dan terimplementasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1995). Buku Saku Daignosa Keperawatan. Edisi 6. (terjemahan). Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Depkes. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana
Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif Lainnya (NAPZA). Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Hawari,D. (2000). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotik, Alkohol dan Zat
Adiktif). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

S-ar putea să vă placă și