Sunteți pe pagina 1din 22

Efektivitas Distraksi Virtual Reality Terhadap Kecemasan dan Ketakutan

Anak Usia 6 – 12 Tahun Pada Pencabutan Gigi Sulung di RSKGM Provinsi


Sumatera Selatan

1
Bertha Aulia
2
Marisya Pratiwi
3
Nurma Ghina Atika
1
Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2
Dosen Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
3
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Abstract
Background: dental anxiety starts from childhood (51%) and teenage  (22%). Excessive anxiety
of   the   patient   can   bother   dentist   performance   on   dental   extraction   procedure,   so   anxiety
management  is  needed. One of anxiety management  is  passive  distraction.  Watching movies
using ipad and virtual reality are examples of passive distractions. The purpose of this study was
to research about the effectiveness of virtual reality towards anxiety and fear of children aged 6­
12   years   when   primary   tooth   extracted   at   the   Dental   and   Oral   Hospital   of   South   Sumatra
Province.  Method:   a   quasi­experimental   study   with   a   pre­test   and   post­test   control   group
design. Samples were patients aged 6­12 years who would have their primary tooth extracted at
the Dental and Oral Hospital of South Sumatra Province and never had tooth extraction before.
The   anxiety   level   used   the   Dental   Anxiety   and   Fear   Index   (IDAF­4C   +)   questionnaire.
Measurements were taken before and after distraction using virtual reality and ipad. Data was
analyzed  with paired t­test and independent t­test.  Results: The result of paired t­test was the
provision   of   distraction   using   virtual   reality   and   ipad   had   significant   effect   on   anxiety   in
pediatric patients aged 6­12 years when primary tooth extracted (p <0.05). Independent t­test
test results, significant difference between the distraction group using virtual reality and using
the  ipad to  pediatric patients  aged 6­12  years  old  when  primary  tooth extracted  (p <0.05).
Conclusion: Distraction using virtual reality was significantly more effective than using Ipad
towards reducing anxiety and fear in pediatric patients aged 6­12 years when extracting primary
teeth.
Keywords: dental anxiety, passive distraction, ipad, virtual reality.

Abstrak
Latar Belakang : Kecemasan terhadap perawatan gigi biasanya berawal dari masa anak-anak
(51%) dan remaja (22%). Kecemasan pasien yang berlebihan dapat menghambat kinerja dokter
gigi dalam melakukan prosedur ekstraksi gigi sehingga perlu penangganan kecemasan. Salah
satu bentuk penanganan kecemasan adalah distraksi pasif. Menonton film menggunakan ipad dan
virtual reality salah satu distraksi pasif. Tujuan dari penelitian ini untuk meneliti tentang
efektivitas virtual reality terhadap kecemasan dan ketakutan anak usia 6-12 tahun saat
pencabutan gigi sulung di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Provinsi Sumatera Selatan. Metode :
penelitian quasi experiment dengan desain penelitian pre-test and post-test control group.
Sampel adalah pasien anak usia 6-12 tahun yang akan melakukan ekstraksi gigi sulung di Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Provinsi Sumatera Selatan dan belum pernah melakukan ekstraksi gigi di
dokter gigi sebelumnya. Tingkat kecemasan diukur menggunakan kuisioner Index of Dental
Anxiety and Fear (IDAF-4C+). Pengukuran kecemasan dilakukan sebelum dan sesudah
dilakukan distraksi menggunakan virtual reality dan ipad. Analisis data dengan uji paired t t-test
dan uji independent t-test. Hasil : hasil uji paired t-test Pemberian distraksi virtual reality dan
distraksi ipad berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan pada pasien anak umur 6-12
tahun saat pencabutan gigi sulung (p<0,05). Hasil uji independent t-test perbedaan yang
signifikan antara kelompok distraksi menggunakan virtual reality dan menggunakan ipad
terhadap kecemasan pada pasien anak 6-12 tahun saat pencabutan gigi sulung (p<0,05).
Kesimpulan : Distraksi menggunakan virtual reality secara signifikan lebih efektif menurunkan
1
kecemasan dan ketakutan pada pasien anak usia 6 – 12 tahun saat pencabutan gigi sulung
disbanding menggunakan ipad.
Kata kunci :kecemasan dental, distraksi pasif, ipad, virtual reality.

2
Kecemasan perawatan gigi biasanya panjang karena pengobatan ini bersifat
berawal dari masa anak-anak (51%) dan toleransi dan ketergantungan.5
remaja (22%). Tingkat kecemasan tinggi Secara non farmakologi antara lain,
ditemukan paling banyak pada usia 6-8
tahun (20,48%), sedangkan yang dengan komunikasi pengaturan suara dalam
tingkat kecemasan rendah ditemukan pada berkomunikasi dapat mempengaruhi
usia 9-12 tahun (47,74%).1 Dari data yang
terlihat kecemasan terhadap perawatan gigi perhatian anak , modeling dilakukan
lebih tinggi pada masa anak-anak. dengan cara mengajak anak mengamati
Kecemasan dental menurut Klingberg anak lain, hal ini bertujuan agar anak dapat
dan Broberg adalah suatu keadaan tentang
keprihatinan bahwa sesuatu yang bersikap kooperatif seperti yang
mengerikan akan terjadi sehubungan ditunjukkan oleh model, tell-show-do suatu
dengan perawatan gigi atau aspek tertentu cara pendekatan yang berurutan, dokter
dari perawatan gigi.1
Data Riset Kesehatan Dasar terlebih dahulu memberikan penjelasan
(RISKESDAS) tahun 2007 tentang tentang apa yang akan dilakukan pada
indikator status kesehatan gigi (DMF-T) anak, selanjutnya dokter memperkenalkan
penduduk Indonesia menunjukkan hasil
sebesar 4.85, berarti rata-rata kerusakan instrumen yang akan digunakan selama
gigi sebanyak 5 gigi per orang. Komponen perawatan gigi, kemudian dokter
yang terbesar adalah gigi yang diekstraksi
(M-T) sebesar 3.86, berarti terdapat 4 gigi melakukan prosedur sesuai dengan apa
yang sudah diekstraksi atau menjadi yang telah dijelaskan dan diperlihatkan
indikasi ekstraksi gigi. Tingginya angka pada anak, HOME (Hand Over Mouth
tindakan ekstraksi gigi berdasarkan data
RISKESDAS, tentunya sebanding dengan Exercise) tehnik ini hanya digunakan
jumlah pasien yang menjalani prosedur sebagai usaha terakhir bila usaha-usaha
ekstraksi gigi.2
lain tidak memberikan hasil, dan teknik
Penelitian yang dilakukan oleh Wardle
tahun 1982 menunjukkan bahwa prosedur distraksi.6
ekstraksi gigi merupakan pencetus pertama Distraksi adalah suatu teknik proses
kecemasan seseorang.3 Kecemasan pada pengalihan perhatian yang tidak
prosedur ekstraksi gigi sering disebabkan menyenangkan ke stimulus lain. Distraksi
oleh penggunaan benda-benda tajam dibagi menjadi dua yaitu distraksi aktif dan
seperti jarum, elevator (bein) dan tang, pasif. Menonton film merupakan salah satu
yang dimasukkan secara berurutan maupun distraksi pasif. Film merupakan media
bergantian ke dalam mulut.4
audiovisual yang melibatkan indera
Kecemasan pasien yang berlebihan
penglihatan dan indera pendengaran secara
dapat menghambat kinerja dokter gigi
bersama. Menonton film menggunakan
dalam melakukan prosedur ekstraksi gigi,
virtual reality mulai digunakan di dunia
sehingga kecemasan perlu ditangani.
kesehatan.8Virtual Reality adalah teknologi
Penanganan kecemasan dapat dilakukan
yang memungkinkan seseorang melakukan
dengan cara farmakologi dan non
simulasi terhadap suatu objek nyata
farmakologi. Dalam farmakologi
dengan menggunakan komputer yang
digunakan obat anti ansietas terutama
mampu membangkitkan suasana 3 dimensi
benzodiazepin, digunakan untuk jangka
sehingga pemakai seolah-olah melihat
pendek, tidak digunakan untuk jangka
secara fisik atau nyata. Virtual reality

3
merupakan alat yang digunakan untuk dokter gigi di Rumah Sakit A.K Ghani
memodulasi nyeri yang dibuat oleh sebanyak 30 sampel hasil uji validitas
Hoffman, dimana alat ini sangat efektif dalam rentang 0,848-0,952. Hasil
untuk mengurangi nyeri dan rasa takut. pengujian validitas kuesioner dikatakan
Selama ini masih sedikit penelitian valid jika nilai r hitung untuk semua item
menggunakan virtual reality sebagai alat pertanyaan lebih besar dari nilai r tabel
distraksi, maka peneliti bermaksud untuk (person product moment), dan nilai hasil
meneliti tentang efektivitas virtual reality pada uji validitas ini lebih besar daripada
terhadap kecemasan dan ketakutan anak nilai ketetapan r tabel untuk 30 sampel
usia 6-12 tahun saat pencabutan gigi yaitu 0,361, artinya kuesioner modifikasi
sulung di Rumah Sakit Gigi dan Mulut IDAF-4C ini valid. Berdasarkan uji
Provinsi Sumatera Selatan reliabilitas yang menggunakan rumus
METODE PENELITIAN koefisien reliabilitas Alpha Cronbach,
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuesioner dinyatakan semakin reriabel
quasy eksperiment dengan desain apabila koefisian reliabilitas alpha
penelitian pre test and post test control mendekati 1,00. Koefisien reliabilitas
grup. Penelitian ini dilakukan di Rumah kuesioner modifikasi IDAF-4C sebesar
Sakit Gigi dan Mulut Provinsi Sumatera 0,982.
Selatan pada tanggal 13 september – 11 Penelitian ini diawali dengan
oktober 2018. jumlah sampel 32 pasien mengaju-kan ijin melakukan
yang terbagi menjadi masing – masing 16 penelitian.Peneliti melakukan sosialisasi
sampel untuk pasien yang menonton film kepada pasien anak yang akan melakukan
menggunakan virtual reality (kelompok A) pencabutan gigi sulung tentang prosedur
dan kelompok yang menonton film tanpa penelitian,jika wali/pasien menrtujui maka
menggunakan virtual reality (kelompok pasien dibantu wali diminta
B).Kriteria inklusi terdiri dari anak usia 6- menandatangani inform consent. Pasien-
12 tahun, pasien yang akan ekstraksi gigi pasien yang bersedia menjadi sampel dan
sulung metode infiltrasi dengan alat memenuhi kriteria inklusi kemudian dibagi
anastesi sitojek, dan pasien yang belum menajdi dua kelompok yaitu kelopok
pernah melakukan pencabutan gigi. distraksi menonton film menggunakan
Kriteria ekslusi yaitu pasien yang memiliki virtual reality (kelompok A) dan distraksi
penyakit psikiatri, hendak melakukan menonton film memnggunakan ipad
perawatan lain, menolak menjadi sampel (kelompok B). Sebelum tindakan, sampel
penelitian, pasien dengan gangguan melakukan (pretest) pengisian lembar
sistemik, pasien dengan gangguan kuesioner menggunakan teknik wawancara
pendengaran, dan pasien dengan gangguan terpimpin untuk memperoleh data awal
penglihatan tingkat kecemasan. Sampel memasuki
Penelitian ini menggunakan kuesioner ruang perawatan pada kelompok A
modifikasi IDAF-4c yang telah diuji diberikan distraksi virtual reality dan
validitas dan reliabilitasnya dengan kelompok B diberikan distraksi ipad,
bantuan perhitungan SPSS. Berdasarkan kemudian sampel melakukan ekstraksi
hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner gigi. Setelah selesai ekstraksi gigi sampel
modifikasi IDAF-4c yang dilakukan pada di instruksikan kembali mengisi kuesioner
tanggal 15 Agustus hingga 3 September IDAF-4C (posttest) menggunakan teknik
2018 pada pasien 6 – 12 tahun yang akan wawancara terpimpin untuk memperoleh
dilakukan pencabutan gigi sulung oleh data tingkat kecemasan setelah pemberian
distraksi. Data dianalisis menggunakan

4
HASIL PENELITIAN dengan rata-rata skor kecemasan pasien
Pada penelitian ini sampel terdiri dari sebelum diberikan distraksi ipad adalah
16 pasien perempuan (50%) dan 16 pasien 2,9375, sedangkan setelah diberikan
laki-laki (50%) (table 1). Sebelum data adalah 2,2025 (Tabel 2). Terjadi penurunan
diolah dilakukan uji normalitas dan skor kecemasan pada kelompok distraksi
homogenitas, hasilnya data berdistribusi ipad dari sebelum diberikan distraksi ipad
normal dan bersifat homogen. Kemudian yang di kategorikan tingkat kecemasan
data dianalisin menggunakan uji sedang dan setelah diberikan distraksi
parametrik yaitu independent t-test dan ipad dikategorikan pada tingkat
paired t-test. kecemasan rendah. Dari hasil analisis uji
skor kecemasan dan ketakutan pasien t-dependent didapatkan nilai p = 0,002 (p-
sebelum diberikan distraksi virtual reality value < 0,05). Maka secara statistik ada
adalah 2,9527, sedangkan setelah perbedaan signifikan antara hasil skor
diberikan adalah 1,6717 (Tabel 2). Terjadi kecemasan pasien sebelum dan setelah
penurunan skor kecemasan dan ketakutan distraksi ipad. Perbandingan pengaruh
pada kelompok distraksi virtual reality dari distraksi virtual reality dan distraksi ipad
sebelum diberikan distraksi virtual reality terhadap tingkat kecemasan pasien
yang di kategorikan tingkat kecemasan dianalisis dengan menggunakan uji t-
sedang dan setelah diberikan distraksi independent, dengan cara membandingkan
virtual reality dikategorikan pada tingkat selisih skor pretest dan posttest antara
kecemasan rendah. Dari hasil analisis uji kedua kelompok. Hasil perhitungan
paired- T test didapatkan nilai p = 0,000 didapatkan nilai p = 0,036 (p < 0.05), maka
(p-value < 0,05). Maka secara statistik ada secara statistik ada perbedaan signifikan
perbedaan signifikan antara hasil skor antara tingkat kecemasan pasien pada
kecemasan pasien sebelum dan setelah pasien yang diberikan distraksi virtual
distraksi virtual reality.Sama halnya reality dan distraksi ipad (Tabel 3).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin


Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Persentase
A Pria 8 25%
(Distraksi Virtual
Reality) Wanita 8 25%
B Pria 8 25%
(Distraksi Ipad) Wanita 8 25%
Total 32 100%

Tabel 2. Hasil Analisis Uji paired-T test pada Kelompok Virtual Reality dan Ipad
Rata-rata ± SD Selisih ± SD p-value
Distraksi Virtual Reality
Kecemasan sebelum (n=16) 2.9527 ± 0.94413 1.28104 ± 0.75803 0.000
Kecemasan setelah (n=16) 1.6717 ± 0.49008

Distraksi Ipad
Kecemasan sebelum (n=16) 2.9375 ± 0.85391 0,73500 ± 0.20070 0.002
Kecemasan setelah (n=16) 2.2025 ± 0.83565

5
Tabel 3. Hasil Analisis Uji t-independent Perbandingan Pengaruh distraksi
Virtual Reality dan Distraksi Ipad terhadap kecemasan pasien.
Rata-rata ± SD Selisih ± SD p-value
Distraksi Virtual Reality 1.28104 ± 0.75803 0.53083 ± 0.24219 0.036

Distraksi Ipad 0.73500 ± 0.80280 0.27000 ± 0.24219 0.036

PEMBAHASAN sehingga menyebabkan terhambatnya


Penelitian ini menunjukkan bahwa impuls cemas ke otak (cemas berkurang
ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum atau tidak dirasakan). Stimulus sensori
dan setelah diberikan distraksi yang menyenangkan akan merangsang
menggunakan Ipad (p<0,05). Nilai rata- sekresi endorfin, sehingga stimulus cemas
rata kecemasan sebelum diberikan distraksi yang dirasakan oleh pasien menjadi
ipad adalah 2,9375 dan nilai rata-rata berkurang. Sedangkan ketika mendapatkan
kecemasan setelah diberikan distraksi ipad teknik distraksi audio visual yaitu
adalah 2,2025. Dengan demikian terjadi pengalihan ke stimulus yang lain, akan
penurunan nilai kecemasan pasien sebesar mengakibatkan lebih sedikit stimulus
0,735 pada kelompok distraksi ipad. Hasil cemas yang ditransmisikan ke otak
penelitian ini mendukung dengan sehingga dapat mempengaruhi respon
penelitian Lee (2012) bahwa menonton tubuh seperti : tekanan darah menurun atau
film kartun menggunakan tab/ipad dapat kembali normal, nadi dalam batas normal,
mengurangi kecemasan karena dan nafas menjadi teratur.
memfokuskan pasien anak dengan hal lain Zat endorfin dapat menimbulkan efek
selain nyeri yang dirasakan. Distraksi analgesia sehingga dapat mengurangi
audio visual adalah salah satu teknik tingkat kecemasan pasien.7
distraksi yang cukup baik karena mudah Pada kelompok distraksi virtual
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Cara reality juga menunjukan perbedaan
yang dilakukan yaitu dengan penurunan kecemasan yang signifikan
memfokuskan perhatian pada suatu hal antara sebelum dan setelah diberikan
yang disukai oleh anak, misalnya distraksi virtual reality (p<0,05). Nilai
menonton film kartun menggunakan ipad. rata-rata kecemasan pasien sebelum
Penelitian yang sejalan dengan diberikan distraksi virtual reality adalah
penelitian ini yaitu oleh Florella (2010) 2,9527 dan nilai rata-rata setelah diberikan
yang menunjukkan bahwa distraksi distraksi virtual reality adalah 1,6717. Hal
menonton film kartun yang diberikan ini menunjukan terjadi penurunan nilai
selama perawatan dental menunjukkan kecemasan sebesar 1,281 pada kelompok
hasil yang signifikan dalam menurunkan distraksi virtual reality.
tingkat kecemasan. Hasil penelitian ini mendukung
Menonton film merupakan media penelitian Aminabadi (2012) bahwa
audiovisual yang melibatkan indera distraksi menggunakan virtual reality dapat
penglihatan dan indera pendengaran secara mengurangi kecemasan dental pasien anak,
bersama. Teknik distraksi audio visual dimana penggunaan virtual reality efektif
dapat mengatasi cemas berdasarkan teori dikarenakan Proyeksi gambaran langsung
aktivasi retikuler, yaitu menghambat di depan mata penguna dan menghalangi
stimulus nyeri ketika menerima masukan rangsangan dunia nyata ( visual,
sensori yang cukup atau berlebihan, pendengaran, atau keduanya).22

6
Berdasarkan hasil penelitian, baik Hasil penelitian ini sesuai dengan
distraksi dengan ipad maupun distraksi penelitian yang dilakukan aminabadi
dengan virtual reality sama-sama (2012) dimana penggunaan virtual reality
menunjukkan penurunan kecemasan pasien lebih efektif dengan disktraksi audiovisual
anak yang signifikan sebelum dan setelah lainnya dikarenakan Proyeksi gambaran
diberikan distraksi. Dan ditemukan langsung di depan mata penguna dan
perbedaan yang signifikan antara kedua menghalangi rangsangan dunia nyata
metode distraksi tersebut. Hasil analisis ( visual, pendengaran, atau keduanya).
uji t-independent menunjukkan ada Virtual reality bahkan dapat
perbedaan yang signifikan antara menggabungkan modalitas sensorik audio,
kelompok distraksi ipad dan distraksi visual, kinestetik. Oleh karena itu,
virtual reality (p<0,05). Selisih nilai rata- perhatian anak difokuskan pada apa yang
rata pre test dan post test kelompok terjadi di dunia maya daripada di
distraksi menggunakan ipad adalah 0,735 lingkungan sekitarnya. Penggunaan virtual
sedangkan kelompok distraksi reality tidak perlu mengiinstruksi pasien
menggunakan virtual reality adalah seperti teknik hypnosis dan mudah
1,6717. digunakan pada anak-anak dan dewasa
Hal ini berarti, kelompok distraksi dengan modifikasi berbagai ukuran.
menggunakan virtual reality mengalami Hasil penelitian ini menunjukkan
penurunan kecemasan yang lebih banyak distraksi menggunakan virtual reality
di banding kelompok distraksi mengalami penurunan kecemasan dan
menggunakan ipad. Dan secara statistik ketakutan yang lebih tinggi daripada
ada perbedaan yang signifikan antara distraksi menggunakan ipad, hal ini dapat
kedua kelompok tersebut. disebabkan karena kelemahan dari
Hal ini berarti, kelompok distraksi distraksi menggunakan ipad yaitu proyeksi
menggunakan virtual reality mengalami gambar tidak langsung di depan mata
penurunan kecemasan dan ketakutan yang pengguna dan tidak terlalu menghalangi
lebih tinggi daripada kelompok distraksi rangsangan dari dunia nyata, dimana fokus
menggunakan ipad. Hasil penelitian ini dan konsentrasi anak kepada satu kegiatan
menunjukkan ada perbedaan yang kurang lebih 5 – 10 menit, ketika anak
bermakna antara kedua metode distraksi. mendapat gerakan atau aktivitas dari dunia
luar maka fokus anak akan beralih.

KESIMPULAN
1. Distraksi virtual reality secara signifikan lebih efektif dalam menurunkan kecemasan dan
ketakutan pada anak usia 6 – 12 tahun saat pencabutan gigi sulung dibanding distraksi
ipad.
2. Tingkat kecemasan dan ketakutan anak usia 6 – 12 tahun sebelum distraksi virtual reality
dikategorikan tingkat kecemasan sedang ( dengan nilai rata-rata 2,9527) dan setelah
diberikan distraksi virtual reality menjadi tingkat kecemasan rendah (dengan nilai rata-
rata 1,6717).
3. Tingkat kecemasan dan ketakutan anak usia 6 – 12 tahun sebelum distraksi ipad
dikategorikan tingkat kecemasan sedang (dengan nilai rata-rata 2,9375) dan setelah
diberikan distraksi ipad menjadi tingkat kecemasan rendah (dengan nilai rata-rata
4. 2,2025).

7
SARAN
1. Diharapkan tenaga kesehatan yaitu dokter gigi dan instansi kesehatan seperti rumah sakit
dapat melakukan distraksi menggunakan virtual reality maupun ipad untuk penanganan
kecemasan dan ketakutan pada anak
usia 6 -12 tahun.
2. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan berupa penelitian distraksi aktif terhadap
kecemasan dan ketakutan saat perawatan gigi sehingga seperti bermain game
menggunakan virtual reality.

8
DAFTAR PUSTAKA
1. Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional 2001.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (serial online).
2013. p. 135-40. [cited 2016 Mar]. Available from: www. litbang.depkes.go.id.
2. Yustinus S. Teori Kepribadian dan Terapi
Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius, 2006; p. 44-5.
3. Ediasri TA. Perkembangan Anak. Suatu Tinjauan dari Sudut Psikologi Perkembangan. In: Gunarsa
SD, Gunarsa YSD Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
4. McDonald RE, Avery DR, Dean JA, editors. Dentistry for Child and Adolescence (8th ed). USA: Mosby,
2005; p. 205-6.
5. Nicolas E, Bessadet M, Collado V, Carrasco P, Roger L. Factors affecting dental fear in French children
aged 5-12 years. Int J Paeditr Dent. 2010;20;366-73.
6. Alaki S, Alotaibi A, Almabadi E, Alanquri E. Dental anxiety in middle school
children and their caregivers: prevalences and severity. J Dent Oral Hyg. 2012;4(1):6-11.
7. Hertanto M. Perbedaan tingkat kecemasan dental berdasarkan usia dan jenis
kelamin terhadap lingkungan perawatan dental pada anak usia 6 dan
9 tahun. 2008. [cited 2016 May 19].
Available from: http://www. lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail. jsp?id=125717&lokasi=lokal
8. Soesilo S.
Distraksi sebagai salah
.
satu
195
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 5 Nomor 2, Juli-Desember 2017
pendekatan yang dilakukan dalam pencapaian perawatan gigi anak. Dentika. 2010;15(1):91-5.
9. Goran K, Poulsen S. Pediatric Dentistry a Clinical Approach (2nd ed). Oxford: Wiley-Blackwell,
2009; p. 35.
10. Rafdi A. Gambaran kecemasan anak usia 7-14 tahun terhadap perawatan gigi di SD Inpres Tamalanrea
Makassar dan SDN 6 Mentirotiku Toraja Utara [Skripsi]. Makassar: Fakultas Kedokteran Gigi
Univeristas Hasanuddin; 2014.
11. Lickona T. Mendidik untuk Membentuk Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012; p. 17-20.
12. Boman UW, Lundgren J, Elfstrom ML, Berggren U. Common use a fear survey schedule for
assessment of dental fear among children and adults. Int J Paediatr Dent. 2008;18:70-6.
13. Pinkham JR. Dynamic of changes. In: Pinkham JR, Cassa Massimo PS, editors. Pediatric
Dentistry-Infancy through Adolescence (4th ed). Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005; p.
469-71.
14. Mohammad RB, Lalithamma T, Varma DM, Sudhakar KNV, Srinivas B, Krishnamraju PV, et
al. Prevalence of dental anxiety and its relation to age and gender in coastal Andhra
(Visakhaptanam) population, India. J Nat Sci Biol Med. 2014:5(2):409-14.
15. Trismiati. Perbedaan tingkat kecemasan antara pria dan wanita akseptor kontrasepsi mantap di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Psyche. 2004; 1(1):103-5.
16. Cuthbert MI, Melamed BG. A screening device: children at risk for dental fears and management
problems. ASDC J Dent Child. 1982;49(6):432-6.
17. Christian H. Perbedaan tingkat kecemasan dental berdasarkan usia dan jenis
kelamin terhadap lingkungan perawatan dental pada anak usia 8 dan
11 tahun. 2012. Available from: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=1 24935&lokasi=lokal.
18. Suprabha BS, Rao A, Choudhary S, Shenoy R. Child dental fear and behavior: The role of
environmental factors in a hospital cohort. Journal of Indian Soc Pedod Prev Dent.
2011;29(2):95-101.
19. Brukiene V. Is dental treatment experience
related to dental anxiety? Stomatologija. 2006;8(4):108-15.
20. Al-Far M, Habahbeh N, Al-Saddi R, Rassas E. The relationship between dental anxiety and
reported dental treatment experience in children aged 11 to 14 years. JRMS. 2010;19 (2):44-9.
21. Asokan A, Rao AP, Mohan G, Reddy NV, Kumar K.. A pain perception comparison of intraoral
dental anesthesia with 26 and 30 gauge needles in 6-12-year-old children. Journal of Pediatric
Dentistry. 2014;2(2):56-60.
22. Amrullah AA. Tingkat kecemasan anak sekolah dasar usia 6, 9, dan 12 tahun terhadap perawatan
gigi. Makassar: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin; 2012.
23. Turner S, Chambers SA, Freeman R.
Measuring dental anxiety in childrenwith complex and additional support need using Modified
Child
Dental Anxiety Scale (faces) (MCDASf). Journal of Disability and Oral Health. 2012;13(1):3-
10.
196

S-ar putea să vă placă și