Sunteți pe pagina 1din 8

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

RESIKO BUNUH DIRI

A. Pengkajian
1. Identitas klien :
Nama : Tn.
Usia : 23 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : -
Alamat : -
2. Keluhan Utama :
Seorang remaja yang dahulu mempunyai teman tetapi satu-satu temanya
meningglakan klien. Sejak seminggu trakhir klien sering menyendiri dikamar dan
menyatakan tidak memiliki semangat hidup
3. Faktor Predisposisi :
Sejak seminggu lali klien sering menyendiri di kamar dan menyatakan tidak
memiliki semangat hidup.
B.

Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :


Riwayat masa lalu :
 Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
 Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
 Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
 Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
 Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid,
antisosial
 Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka

2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
4. Riwayat pengobatan.
5. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu
dengan gangguan mood.
7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
 Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.
 Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan
cara- cara melaksanakan rencana tersebut.
 Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah,
keparahan gangguan mood.
 Sistem pendukung yang ada.
 Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat
penyalahgunaan zat.
 Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien,
atau keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan
mood, tanda-tanda kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
8. Symptom yang menyertainya
1. Ide bunuh diri

2. Ancaman bunuh diri

3. Percobaan bunuh diri

4. Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja

Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia


dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka
sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya :

1. Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan


2. . Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau
perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya.
3. Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
merencanakan dan mengagas
4. Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu diakses
oleh klien
Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat
kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :

a. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik


b. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
c. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong
komunikasi terbuka
d. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang dimengerti
klien
e. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
f. Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
g. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
h. Peroleh riwayat penyakit fisik klien

Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang memiliki resiko apabila


menunjukkan perilaku sebagai berikut :

1. Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri


2. Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.
3. Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
4. Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
5. Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
6. Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol
7. Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
8. Menunjukkan impulsivitas dan agressif
9. Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang
bertubi-tubi dan secara bersamaan
10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol,
obat, racun
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan
pengobatan
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial

Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu memahami
petunjuk dalam melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan data
yang akurat. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah :
1. Tentukan tujuan secara jelas : Dalam melakukan wawancara, perawat tidak
melakukan diskusi secara acak, namun demikian perawat perlu melakukannya
wawancara yang fokus pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan dengan
bunuh diri.
2. Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu diobservasi dari
komunikasi non verbal. Hal ini perawat tetap memperhatikan indikasi terhadap
kecemasan dan distress yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien yang di
hindari atau diabaikan.
3. Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena hal
ini akan mempengaruhi penilaian profesional
4. Jangan terlalu tergesa – gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu membangun
hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dank lien.
5. Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu mempengaruhi
emosional klien
6. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan membuat
kabur penilaian profesional.

3.2 Masalah keperawatan :


 Risiko bunuh diri
 Keputus asaan
 Ketidak berdayaan
 Gangguan konsep diri : HDR
 Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh.
 Kecemasaan.
 Berduka disfungsional
 Koping individu tak efektif.
 Penatalaksanaan regimen therapeutik in efektif
 Koping keluarga tak efektif : Ketidakmampuan.

3.3 Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya
saat ini (here and now). Perawat juga meniali diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai
kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.

3.3 Diagnosa Keperawatan :


 Resiko Bunuh Diri
 Gangguan Interaksi Sosial (Menarik diri)
 Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
Ada 5 gejala yang timbul setiap hari selama 2 minggu yaitu :
1. Mood depresi, kehilangan minat & kesenangan.
2. Berat badan turun, insomnia, hipersomnia, gangguan psokomotur,
kelelahan, merasa tidak berharga atau bersalah, tidak mampu berpikir, sering
ingin mati.
3.4 Perencanaan:
Tujuan :
1. Mencegah menyakiti diri sendiri.
2. Meningkat harga diri klien
3. Menggali masalah dalam diri klien.
4. Mengajarkan koping yang sehat.

3.5 Intervensi :

Perawat harus menyadari responsnya terhadap suicide supaya bersikap


obyektif.Proteksi (mencegah menyakiti diri)
Mengatakan kepada klien bahwa tim kesehatan akan mencegah klien untuk mencoba bunuh
diri.

1. Verbal
2. Nonverbal : Menghilangkan benda – benda berbahaya seperti : Ikat pinggang,
benda tajam.
3. Observasi Perilaku (Mencegah klien melukai dirinya)
4. Perhatikan verbal & nonverbal klien
5. Ditempatkan ditempat aman, bukan diisolasi dan semua tindakan dijelaskan
6. Pengawasan selama 24 jam (Menemani pasien terus-menerus sampai Dia
dapat dipindahkan ketempat yang aman)
7. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
8. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
9. Intervensi krisis klien tetap waspada.
10. Kadang – kadang klien merasa baik, dan berhenti tapi karena kambuh lagi
1. Pada klien yang anoreksia, awasi klien pada saat makan, agar banyak yang
dimakan.

. Meningkatkan harga diri


- Setiap kegiatan / prilaku positif segera dipuji.
- Menghilangkan rasa bersalah & menyalahkan
- Sediakan waktu untuk klien sehingga klien merasa dirinya penting
- Bantu untuk mengekspresikan perasaan positif/negatif, beri reinforcement
- Identifikasi sumber kepuasan dan rencana aktivitas yang cepat berhasil
- Dorong klien menuliskan hasil yang telah dicapai
2. Menguatkan koping yang sehat. Membuat klien bertanggung jawab terhadap
perilakunya
a. Modifikasi Prilaku
dibutuhkan dengan prilaku yg responsif.
b. Misal : Pada anoreksia
c. Boleh dikunjungi keluarga bila berat badan naik ½ Kg.
d. Bila tidak mau makan, pasang NGT.
3. Eksplorasi perasaan.
Tujuan membuat klien memahami proses penyakitnya/ masalahnya.
- Mengeksplorisasi faktor predisposisi & pencetus.
- Mengikuti terapi kelompok.
- Mengarah pada masalahnya.
Misal : Klien marah, belajar marah konstruktif.
4. Mengatur batasan dan kontrol
- Membuat daftar perilaku yang mesti diubah / dikontrol.
- Dibuat berstruktur dan batasan yang jelas
Misal : Dalam 2 hari ini tidak ada usaha meerusak diri.

6. Mengarahkan dukungan sosial.


Karena Klien tidak punya sumberdaya internal dan eksternal, maka :
- Melibatkan keluarga & teman.
- Mengajarkan tentang pola – pola suicide & cara mengatasinya.
- Keluarga mencurahkan perasaan dan membuat rencana masa depan.
- Kalau perlu terapi keluarga.
- Buat pusat penanganan krisis.
5. Pendidikan mental
- Pendidikan gizi bagi A. Nervosa dan bulimia.
- Pentingnya patuh pada prigram pengobatan.
- Penyakit kronis yand diderita.
Perawatan selama di rumah sakit
Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri

Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri


a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan : Melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat
melakukan tindakan berikut:
1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
4. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri
1. SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh dir
a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri
b. Tindakan:
1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian
2. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar pasien
3. Mendiskusikan dengan keluarga perlunya melibatkan pasien agar tidak sering
melamun sendiri
4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur
 SP 1 Keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba
bunuh diri. Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah diri :
1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri
a. Tujuan:
 Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
 Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
 Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
2. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b. Tindakan keperawatan :
 Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri,
yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
 Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b. Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
e. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan

S-ar putea să vă placă și