Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Efek Variasi Beban Pendinginan Terhadap Coefficient Of Performance (Cop) Alat Uji
Pengukuran Koefisien Evaporasi Menggunakan Refrigeran R-134A
(The Effect Of Cooling Load Variation Toward Coefficient Of Performance (Cop) Of The Evaporative Heat
Transfer Coefficient Equipment Using Refrigerant R-134A)
ABSTRACT
memindahkan kalor yang banyak dalam satu mensimulasikan performansi suatu mesin-mesin
ruangan. Salah satu usaha untuk meningkatkan pendingin apabila terjadi variasi beban
kapasitas pendinginan adalah dengan pendinginan. Dari penelitian ini diharapkan
memvariasikan beban pendinginan. dapat membantu mengetahui beban
Beban pendinginan adalah jumlah kalor pendinginan yang sesuai agar tercipta mesin
yang dipindahkan oleh sistem pengkondisian pendingin yang efektif dan efisien dalam
udara tiap satuan waktu (Anwar, 2010). Beban konsumsi energinya.
pendinginan terdiri dari panas ruangan dan
tambahan panas yang berasal dari penerangan,
METODE PENELITIAN
alat elektronik, dan makhluk hidup. Beban
pendinginan secara langsung akan berpengaruh
Bahan Penelitian
terhadap performa mesin pengkondisian udara.
Pengkajian pengaruh beban pendinginan Bahan yang digunakan pada penelitian ini
terhadap Coefficient of Performance (COP) adalah refrigeran dan air. Dalam hal ini
sangat penting dilakukan. Karena suatu mesin refrigeran berfungsi sebagai fluida penghantar
pendingin yang memiliki nilai COP tinggi itu panas di seluruh sistem refrigerasi, sedangkan
artinya memiliki kapasitas pendinginan yang air sebagai sumber kalor bagi evaporator.
besar namun menggunakan daya kompresor Evaporator direndam dalam air tersebut untuk
yang kecil. menyerap kalor yang berasal dari air. Pada
penelitian ini digunakan bahan atau fluida kerja
Alat uji yang digunakan adalah alat uji
yaitu Refrigeran R-134a yang dimasukkan
pengukuran koefisien evaporasi. Alat uji ini
dalam alat uji hingga fase refrigeran yang
menggunakan prinsip sistem kompresi uap yang
terlihat pada sight glass adalah cair sepenuhnya.
dimodifikasi dengan menambahkan beberapa
Refrigeran ini dibeli di Toko Yogya Teknik
alat ukur untuk memantau parameter yang akan
Sentul. Refrigeran ini buatan PT Polarin
dikur. Alat uji ini digunakan untuk mengetahui
Xinindo dengan merek KLEA.
pengaruh berbagai variasi terhadap perubahan
koefisien evaporasi suatu refrigeran. Antara lain TABEL 1. Sifat-sifat dari Refrigeran R-134a
laju beban pendinginan, kualitas uap refrigeran, (polarin.co.id/klea/)
dan laju aliran massa refrigeran. Tujuan akhir Freon
dari pembuatan alatini adalah untuk Spesifikasi
KLEA
mendapatkan hasil penelitian yang mendukung Komposisi: HFC134a (100%)
perancangan sebuah evaporator yang efektif Berat molekul: 102
dan efisien. Dalam alat uji koefisien evaporasi Titik didih pada tekanan 1 atm: -
ini memungkinkan untuk dilakukan pengujian 26,2oC
R- Tekanan uap (MPa(gauge)@25 oC):
Coefficient of Performance (COP). Dengan 134a 0,565
memvariasikan beban pendinginan pada Berat jenis uap (kg/m3@nBpt): 5,23
evaporator lalu diteliti pengaruhnya agar ODP (Ozone Depleting Potential): 0
mampu mencapai kapasitas pendinginan yang GWP (Global Warming Potential):
maksimal. Selain kapasitas pendinginan, diteliti 1430
pula pengaruhnya terhadap daya kompresor
Pengisian Refrigeran
agar konsumsi listrik tidak boros. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek variasi Setelah dipastikan alat tidak bocor, alat uji
pembebanan pendinginan terhadap COP divakumkan dengan pompa vakum hingga full
(Coefficient of Performance) alat uji pengukur vacuum yaitu 0 psi (absolut) untuk
koefisien evaporasi menggunakan refrigeran r- menghilangkan sisa udara. Untuk mencegah
134a. Alat uji ini digunakan untuk raksa dalam manometer terhisap keluar, katup
195
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017
manometer ditutup penuh. Selanjutnya air di terlaksana, naikkan frekuensi inverter hingga
dalam tangki utama dialirkan menuju ke semua variasi inverter terlaksana.
kondensor dan evaporator menggunakan pompa
air. Debit air menuju evaporator ditetapkan 1,4 2. Tahap Pengambilan Data
LPM, sedangkan debit kondensor Tahapan dalam pengambilan data yaitu
menyesuaikan dengan posisi katup menuju menyetel inverter pada frekuensi 16 Hz dan laju
kondensor terbuka penuh. Blower dinyalakan beban pendinginan 1 LPM, biarkan selama lima
penuh untuk mengaliri udara pada seksi uji, menit. Setelah alat uji beroperasi selama lima
katup menuju seksi uji dan kipas blower dibuka menit, catat data tekanan P1 hingga P6, data
penuh. temperatur T1 hingga T20, putaran motor dan
Setelah air bersirkulasi dengan baik, nyalakan kompresor, arus dan tegangan keluaran inverter,
motor listrik sehingga kompresor mulai bekerja. dan perubahan ketinggian air raksa pada
Refrigeran dimasukkan ke kompresor sambil manometer U.
mengamati perubahan tekanan pada pressure Selanjutnya naikkan laju beban pendinginan
gauge sisi tekan kompresor, sesekali mengamati menjadi 1,2 LPM dan catat parameter seperti
sight glass. Pengisian refrigeran dikatakan langkah sebelumnya. Ulangi untuk data beban
penuh apabila di dalam sight glass sudah penuh pendinginan 1.4, 1.6, 1.8, dan 2 LPM.
terisi cairan refrigeran dan tidak terdapat
Selanjutnya ulangi pengujian dengan
gelembung udara yang menandakan bahwa fasa
menaikkan frekuensi inverter menjadi 18 Hz
uap telah seluruhnya menjadi fasa cair setelah
dan mengembalikan laju beban pendinginan
keluar kondensor. Refrigeran sebelum masuk
menjadi 1 LPM dan lakukan untuk beban
orifice harus berfasa cair untuk pengukuran laju
pendingan yang lain, yaitu 1.4, 1.6, 1.8, dan 2
aliran massanya. Buka katup manometer pelan-
LPM. Terus lakukan pengujian untuk semua
pelan sehingga terlihat beda ketinggian raksa
variabel frekuensi inverter.
pada manometer. Biarkan sistem beroperasi
sampai kondisi steady.
3. Persamaan yang digunakan
Besarnya panas yang dibuang kondensor merupakan perbandingan antara besarnya panas
dapat dihitung dengan persamaan (2): yang diserap evaporator dengan kerja
kompresor, keduanya memiliki satuan yang
............................. (2) sama yaitu (kJ/kg) maka bila dibagi akan
menciptakan bilangan tanpa dimensi.Persamaan
Dengan: yang digunakan untuk menentukan nilai COP
qkond = kalor yang dibuang kondensor yaitu persamaan (4). Nilai wkomp dihitung
(Watt) dengan menggunakan persamaan (1) dan nilai
ṁ = laju aliran massa fluida (kg/s) qevap didapatkan dengan menggunakan
h2 = entalpi refrigeran saat keluar persamaan energi panas yang dimodifikasi
kompresor (kJ/kg) sesuai kondisi alat uji yaitu:
h3 = entalpi refrigeran saat keluar
kondensor (kJ/kg) Q̇evap = ṁair .Cpair . ΔT ………………………...
(5)
3) qevap (kapasitas pendinginan)
Dengan:
Besarnya panas yang diserap evaporator tiap
Q̇evap = Energi Panas (Joule)
satuan massa disebut kapasitas pendinginan
ṁair = Laju aliran massa air yang
atau dampak refrigerasi. Dampak refrigerasi
masuk evaporator (kg/s)
dapat dihitung dengan persamaan (3):
Cpair = Kalor jenis air (4.200 J/kg.K)
ΔT = Selisih temperatur air masuk
………………….. (3) dan keluar evaporator (K)
Dari grafik pada gambar 2 dapat dilihat bahwa massa refrigeran mempengaruhi tekanan dan
terjadi kenaikan Coefficient of Performance temperatur pada sisi isap kompresor, tekan
(COP) pada saat cooling load ditambah dari 1 kompresor, dan sisi masuk katup ekspansi.
LPM hingga 2 LPM dengan selisih
Dengan kenaikan tekanan evaporasi dan laju
penambahan 0,2 LPM. Kenaikan COP
aliran massa refrigeran, tekanan dan temperatur
dipengaruhi oleh besarnya cooling load yang
pada sisi-sisi tersebut akan naik karena
diberikan kepada evaporator, semakin tinggi
perpindahan refrigeran yang semakin cepat
debit aliran air yang masuk ke dalam bak
sehingga penurunan temperatur pada sisi
evaporator maka kapasitas pendinginan (qevap)
evaporator semakin rendah. Perubahan tekanan
meningkat, sebaliknya nilai daya kompresor
dan temperatur pada titik-titik tersebut
(wkomp) akan semakin mengecil. Penjelasan
menyebabkan perubahan entalpi. Pengaruh
tentang pengaruh variasi cooling load terhadap
variasi cooling load terhadap temperatur dan
wkomp dan qevapakan dijelaskan dalam sub-judul
tekanan evaporasi akan dijelaskan dalam sub-
3.4. Maka hal ini berpengaruh terhadap nilai
judul 3.2. Naiknya cooling load juga
Coefficient of Performance (COP) nya. Bisa
menyebabkan turunnya daya kompresor karena
ditarik kesimpulan bahwa semakin besar debit
pada saat cooling load naik maka akan
air masukan ke evaporator berarti cooling load
membuka katup ekspansi lebih lebar akibat
dalam bak evaporator semakin tinggi. Semakin
mengembangnya uap pada pipa kapiler katup
tingginya cooling load pada evaporator
ekspansi. Semakin besar lubang pipa kapiler
mempengaruhi kondisi katup ekspansi, secara
yang terbuka maka akan menurunkan hambatan
desain katup ekspansi yang terpasang pada alat
alir refrigeran sehingga kebutuhan daya untuk
uji apabila sensor temperatur yang masuk ke
mengalirkan refrigeran menurun yang berarti
dalam bak evaporator mengalami kenaikan
daya kompresor akan turun. Variasi frekuensi
temperatur yang diakibatkan cooling load yang
inverter akan mengubah putaran kompresor
naik maka akan membuat uap pada pipa kapiler
yang selanjutnya akan menaikkan laju aliran
katup ekspansi mengembang lalu menekan
massa refrigeran. Dengan naiknya frekuensi
membran katup lalu membuat katup ekspansi
inverter, laju aliran massa refrigeran semakin
semakin membuka lebar dan membuat tekanan
besar sehingga akan menaikkan kerja
evaporasi serta laju aliran massa refrigeran akan
kompresor. Dengan naiknya kerja kompresor,
meningkat. Penjelasan mengenai pengaruh
maka nilai COP akan turun.
variasi cooling load terhadap laju aliran massa
refrigeran akan dijelaskan dalam sub-judul 3.3. Dari pembahasan-pembahasan yang telah
Kenaikan tekanan evaporasi dan laju aliran diraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan
199
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017
bahwa dengan naiknya beban pendinginan pada mengembang dan menekan membran katup
suatu frekuensi inverter tertentu, nilai COP akan ekspansi yang akhirnya akan membuka katup
naik. Dengan variasi frekuensi inverter pada ekspansi semakin lebar. Melebarnya katup
suatu beban pendinginan yang sama, dengan ekspansi mengakibatkan laju aliran massa
naiknya frekuensi inverter maka laju aliran refrigeran membesar dan menaikkan tekanan
massa refrigeran akan naik sehingga menaiknya pada bagian keluar katup ekspansi. Kondisi
daya kompresor yang selanjutnya dapat inilah yang mengakibatkan naiknya tekanan
menurunkan nilai COP. evaporasi akibat bertambahnya cooling load.
Dari gambar 4 bisa dilihat bahwa kenaikan
Hubungan antara Cooling Load dengan
cooling load berpengaruh bagi temperatur
Temperatur dan Tekanan Evaporasi
evaporasi, pada frekuensi 16 Hz temperatur
Temperatur dan tekanan evaporasi merupakan evaporasi berada pada nilai yang terendah dan
tekanan yang berada pada sisi keluar katup pada frekuensi 24 Hz temperatur evaporasi
ekspansi yang memiliki fase campuran sebelum berada pada nilai yang tertinggi semakin
masuk ke evaporator untuk diubah menjadi uap dinaikkan frekuensi nya berarti semakin besar
jenuh. Grafik hubungan cooling load dengan pula laju aliran massa refrigeran yang melewati
tekanan evaporasi ditunjukkan pada gambar 3 jalur. Cooling load mempengaruhi pada
dan Grafik hubungan cooling load dengan temperatur evaporator, cooling load yang naik
temperatur evaporasi ditunjukkan pada gambar akan membuat uap pada pipa kapiler katup
4. ekspansi mengembang dan menekan membran
Dari gambar 3 bisa dilihat bahwa kenaikan katup ekspansi yang akhirnya akan membuka
cooling load berpengaruh bagi tekanan katup ekspansi semakin lebar. Melebarnya
evaporasi, pada frekuensi 16 Hz tekanan katup ekspansi mengakibatkan laju aliran massa
evaporasi berada pada nilai yang terendah dan refrigeran membesar dan menaikkan tekanan
pada frekuensi 24 Hz tekanan evaporasi berada pada bagian keluar katup ekspansi. Secara
pada nilai yang tertinggi semakin dinaikkan alamiah pada kondisi naiknya tekanan
frekuensi nya berarti semakin besar pula laju evaporasi maka akan diiringi oleh kenaikan
aliran massa refrigeran yang melewati jalur. temperatur. Kondisi inilah yang mengakibatkan
Cooling load mempengaruhi pada temperatur naiknya temperatur evaporasi akibat
evaporator, cooling load yang naik akan bertambahnya cooling load.
membuat uap pada pipa kapiler katup ekspansi
Hubungan antara Cooling Load dengan Laju katup ekspansi semakin lebar. Membukanya
Aliran Massa Refrigeran (ṁr) katup ekspansi secara otomatis pasti akan
membuat laju aliran massa akan semakin besar.
Grafik hubungan laju aliran massa refrigeran Pada suatu beban pendinginan yang sama,
dengan cooling load dapat dilihat pada gambar variasi frekuensi inverter akan mengubah
5. putaran motor listrik dan kompresor yang
selanjutnya akan menaikkan laju aliran massa
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa grafik
refrigeran. Hal ini dapat dilihat di gambar 5.
mayoritas menunjukkan bahwa kenaikan
cooling load akan menaikkan laju aliran massa
Hubungan Cooling Load dengan Daya
refrigeran, kenaikan itu dikarenakan desain
Kompresor (wkomp) dan kapasitas
katup ekspansi. Cooling load mempengaruhi
pendinginan (qevap)
pada temperatur evaporator, cooling load yang
naik akan membuat uap pada pipa kapiler katup
Daya Kompresor (wkomp) adalah daya masukan
ekspansi mengembang dan menekan membran
yang diserap kompresor, sedangkan kapasitas
katup ekspansi yang akhirnya akan membuka
pendinginan (qevap) adalah kalor yang diserap
201
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017
oleh evaporator untuk mengubah refrigerant mengecil. Ini dikarenakan pada saat cooling
menjadi uap. Grafik hubungan cooling load load naik maka akan membuka katup ekspansi
dengan kapasitas pendinginan (qevap) lebih lebar akibat mengembangnya uap pada
ditunjukkan pada gambar 6, sedangkan grafik pipa kapiler katup ekspansi. Semakin besar
hubungan cooling load dengan kerja kompresor lubang pipa kapiler yang terbuka maka akan
(wkomp) ditunjukkan pada gambar 7. menurunkan hambatan alir refrigeran sehingga
kebutuhan daya untuk mengalirkan refrigeran
Dari gambar 6 bisa dilihat bahwa tren grafik
menurun yang bererti daya kompresor akan
pada setiap frekuensi mengalami penurunan.
turun. Ini yang menyebabkan nilai wkomp
Semakin besar cooling load yang diberikan
semakin mengecil.
maka daya kompresor (wkomp) akan semakin
Pendingin Dengan Refrigeran R12 dan Wastam. 2010. “Pengaruh Variasi Kerja Fan,
LPG”. Jember: Universitas Jember. Boiler, dan Pre-Heater pada Mesin Air
Conditioning Laboratory Unit A660
Nadjib, Muhammad. 2005. “Buku Ajar Teknik
Terhadap Coefficient of Performance”.
Refrigerasi dan Kriogenik” Yogyakarta:
Yogyakarta: Universitas
Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta.
https://www.ohio.edu/mechanical/thermo/Intro/
Pitts, Donald., Sissom, Leighton. 2011.
Chapt.1_6/Chapter4c.html diakses pada
“Schaums’s Outline: Perpindahan
17 Juni 2017 pukul 04.49 WIB
Kalor, Edisi Kedua”. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
PENULIS:
Santosa, Tito Hadji. 2003. “Pengukuran
Koefisien Perpindahan Kalor Evaporasi Tito Hadji Agung Santosa
Refrigeran Petrozon Rossy 12 di Dalam
Saluran Halus Horisontal”. Yogyakarta: Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan
Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Stoecker, W.F., Jerold W. Jones, Supratman Yogyakarta 55183.
Hara. 1996. “Refrigerasi dan
Pengkondisian Udara Edisi Kedua”. Email: titohas@yahoo.com
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Muhammad Nadjib
Subarkah, Agus. 2011. “Sejarah Sistem
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Pengkondisian Udara/Air
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan
Conditioning”. http://agus-
Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
subarkah.blogspot.co.id/2011/10/sejara
Yogyakarta 55183.
h-sistem-pengkondisian-udara.html
diakses pada 17 Juni 2017 pukul 04.43 Email: nadjibar@yahoo.com
WIB
Thoharuddin
Wicaksono, Bartholomeus D.A. 2014.
“Pemanfaatan Panas Buang Mesin Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Pendingin Untuk Pengering Pakaian”. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan
Yogyakarta: Universitas Sanata Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Dharma. Yogyakarta 55183.