Sunteți pe pagina 1din 11

JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA 193

Vol. 20, No.2, 193-203, November 2017

Efek Variasi Beban Pendinginan Terhadap Coefficient Of Performance (Cop) Alat Uji
Pengukuran Koefisien Evaporasi Menggunakan Refrigeran R-134A

(The Effect Of Cooling Load Variation Toward Coefficient Of Performance (Cop) Of The Evaporative Heat
Transfer Coefficient Equipment Using Refrigerant R-134A)

TITO HADJI AGUNG SANTOSA, MUHAMMAD NADJIB, THOHARUDDIN,


MUHAMMAD AKHID RIZA

ABSTRACT

Investigation of the cooling load effect toward Coefficient of Performance (COP) is


important to conduct. The Coefficient of Performance (COP) is related with
compressor work and refrigeration capacity in order to produce a refrigeration
system which have a high COP. The high COP value can be reached with minimum
compressor work, however it has a maximum refrigeration capacity. This research is
to know the effect of cooling load variation toward the performance of experimental
device of evaporation heat transfer measurement. By knowing the changing of
performance toward cooling load variation, it can be useful in design of an effective
and efficient air conditioning system.The method of coolecting data is by
experimental method that is by varying water mass flowrate (cooling load) which is
flowed to evaporator. An evaporator is soak in a 30 xm x 15 cm x 20 cm water box.
Water flowrate can be varied and be masured by a water rotameter. Refrigerant is
using Freon R-134a. Experiment is conducted with an evaporation heat transfer
coefficient device. The device is a model of modified refrigeration system by adding
instruments : an orifice, a test section, and an electric heater. Thermocouple and
some pressure gauges is installed at some points which has been determined.
Thermocouple and pressure gauges is used to collect temperature and pressure data.
After conducting an experiment by evaporator cooling load variation, temperature
and pressure data is got. Furthermore based on the temperature and pressure data,
the enthalpy is got and can be used to counting the compressor power. Refrigeration
capacity can be counted from total heat absorbed by evaporator from water and is
divided refrigerant mass flowrate. In this research is got results that cooling load
given in evaporator enfluences the COP of the experiment device. By increasing in
cooling load at the determined variation, the Coefficient of Performance (COP) of
the device is increase. In this research it get results increasing of COP at some
refrigerant mass flowrate. The maximum result is get at minimum range inverter
variation, that is 16 Hz (ṁr = 9,4 g/s - 10,26 g/s) and the maximum cooling load
variation is 2 LPM with COP of 4,96. Whereas the minimum results is get at the
maximum inverter range variation, that is 24 Hz (ṁr = 11,83 g/s - 12,25 g/s) and the
minimum cooling load variation is 1 LPM with COP of 1,98. This research give
some information, if a cooling load of an air conditioning room is chanhing, then it
will change the parameter (temperature and pressure) and COP of the air
conditioning system in a room.
Keywords : Evaporation Coefficient Device, R-134a, Cooling load, Coefficient of
Performance (COP)

PENDAHULUAN kenyamanan termal. Tujuan utama sistem


pengkondisian udara adalah untuk menjaga
Sistem pengkondisian udara mutlak diperlukan keadaan udara di dalam ruangan agar tetap
pada lingkungan yang tidak mampu nyaman. Temperatur ruangan menjadi salah
dikondisikan hanya dengan sistem ventilasi satu kriteria penting dalam usaha mencapai
biasa. Indonesia berada di wilayah khatulistiwa, kenyamanan termal. Kemampuan suatu mesin
pada waktu tertentu wilayah Indonesia berada pendingin dalam memindahkan kalor disebut
pada kondisi termal yang panas. Maka kapasitas pendinginan. Mesin pengkondisian
diperlukan sistem pengkondisian udara udara yang memiliki kapasitas pendinginan
khususnya sistem pendinginan untuk mencapai yang besar tentunya dicari agar bisa
194
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017

memindahkan kalor yang banyak dalam satu mensimulasikan performansi suatu mesin-mesin
ruangan. Salah satu usaha untuk meningkatkan pendingin apabila terjadi variasi beban
kapasitas pendinginan adalah dengan pendinginan. Dari penelitian ini diharapkan
memvariasikan beban pendinginan. dapat membantu mengetahui beban
Beban pendinginan adalah jumlah kalor pendinginan yang sesuai agar tercipta mesin
yang dipindahkan oleh sistem pengkondisian pendingin yang efektif dan efisien dalam
udara tiap satuan waktu (Anwar, 2010). Beban konsumsi energinya.
pendinginan terdiri dari panas ruangan dan
tambahan panas yang berasal dari penerangan,
METODE PENELITIAN
alat elektronik, dan makhluk hidup. Beban
pendinginan secara langsung akan berpengaruh
Bahan Penelitian
terhadap performa mesin pengkondisian udara.
Pengkajian pengaruh beban pendinginan Bahan yang digunakan pada penelitian ini
terhadap Coefficient of Performance (COP) adalah refrigeran dan air. Dalam hal ini
sangat penting dilakukan. Karena suatu mesin refrigeran berfungsi sebagai fluida penghantar
pendingin yang memiliki nilai COP tinggi itu panas di seluruh sistem refrigerasi, sedangkan
artinya memiliki kapasitas pendinginan yang air sebagai sumber kalor bagi evaporator.
besar namun menggunakan daya kompresor Evaporator direndam dalam air tersebut untuk
yang kecil. menyerap kalor yang berasal dari air. Pada
penelitian ini digunakan bahan atau fluida kerja
Alat uji yang digunakan adalah alat uji
yaitu Refrigeran R-134a yang dimasukkan
pengukuran koefisien evaporasi. Alat uji ini
dalam alat uji hingga fase refrigeran yang
menggunakan prinsip sistem kompresi uap yang
terlihat pada sight glass adalah cair sepenuhnya.
dimodifikasi dengan menambahkan beberapa
Refrigeran ini dibeli di Toko Yogya Teknik
alat ukur untuk memantau parameter yang akan
Sentul. Refrigeran ini buatan PT Polarin
dikur. Alat uji ini digunakan untuk mengetahui
Xinindo dengan merek KLEA.
pengaruh berbagai variasi terhadap perubahan
koefisien evaporasi suatu refrigeran. Antara lain TABEL 1. Sifat-sifat dari Refrigeran R-134a
laju beban pendinginan, kualitas uap refrigeran, (polarin.co.id/klea/)
dan laju aliran massa refrigeran. Tujuan akhir Freon
dari pembuatan alatini adalah untuk Spesifikasi
KLEA
mendapatkan hasil penelitian yang mendukung Komposisi: HFC134a (100%)
perancangan sebuah evaporator yang efektif Berat molekul: 102
dan efisien. Dalam alat uji koefisien evaporasi Titik didih pada tekanan 1 atm: -
ini memungkinkan untuk dilakukan pengujian 26,2oC
R- Tekanan uap (MPa(gauge)@25 oC):
Coefficient of Performance (COP). Dengan 134a 0,565
memvariasikan beban pendinginan pada Berat jenis uap (kg/m3@nBpt): 5,23
evaporator lalu diteliti pengaruhnya agar ODP (Ozone Depleting Potential): 0
mampu mencapai kapasitas pendinginan yang GWP (Global Warming Potential):
maksimal. Selain kapasitas pendinginan, diteliti 1430
pula pengaruhnya terhadap daya kompresor
Pengisian Refrigeran
agar konsumsi listrik tidak boros. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek variasi Setelah dipastikan alat tidak bocor, alat uji
pembebanan pendinginan terhadap COP divakumkan dengan pompa vakum hingga full
(Coefficient of Performance) alat uji pengukur vacuum yaitu 0 psi (absolut) untuk
koefisien evaporasi menggunakan refrigeran r- menghilangkan sisa udara. Untuk mencegah
134a. Alat uji ini digunakan untuk raksa dalam manometer terhisap keluar, katup
195
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017

manometer ditutup penuh. Selanjutnya air di terlaksana, naikkan frekuensi inverter hingga
dalam tangki utama dialirkan menuju ke semua variasi inverter terlaksana.
kondensor dan evaporator menggunakan pompa
air. Debit air menuju evaporator ditetapkan 1,4 2. Tahap Pengambilan Data
LPM, sedangkan debit kondensor Tahapan dalam pengambilan data yaitu
menyesuaikan dengan posisi katup menuju menyetel inverter pada frekuensi 16 Hz dan laju
kondensor terbuka penuh. Blower dinyalakan beban pendinginan 1 LPM, biarkan selama lima
penuh untuk mengaliri udara pada seksi uji, menit. Setelah alat uji beroperasi selama lima
katup menuju seksi uji dan kipas blower dibuka menit, catat data tekanan P1 hingga P6, data
penuh. temperatur T1 hingga T20, putaran motor dan
Setelah air bersirkulasi dengan baik, nyalakan kompresor, arus dan tegangan keluaran inverter,
motor listrik sehingga kompresor mulai bekerja. dan perubahan ketinggian air raksa pada
Refrigeran dimasukkan ke kompresor sambil manometer U.
mengamati perubahan tekanan pada pressure Selanjutnya naikkan laju beban pendinginan
gauge sisi tekan kompresor, sesekali mengamati menjadi 1,2 LPM dan catat parameter seperti
sight glass. Pengisian refrigeran dikatakan langkah sebelumnya. Ulangi untuk data beban
penuh apabila di dalam sight glass sudah penuh pendinginan 1.4, 1.6, 1.8, dan 2 LPM.
terisi cairan refrigeran dan tidak terdapat
Selanjutnya ulangi pengujian dengan
gelembung udara yang menandakan bahwa fasa
menaikkan frekuensi inverter menjadi 18 Hz
uap telah seluruhnya menjadi fasa cair setelah
dan mengembalikan laju beban pendinginan
keluar kondensor. Refrigeran sebelum masuk
menjadi 1 LPM dan lakukan untuk beban
orifice harus berfasa cair untuk pengukuran laju
pendingan yang lain, yaitu 1.4, 1.6, 1.8, dan 2
aliran massanya. Buka katup manometer pelan-
LPM. Terus lakukan pengujian untuk semua
pelan sehingga terlihat beda ketinggian raksa
variabel frekuensi inverter.
pada manometer. Biarkan sistem beroperasi
sampai kondisi steady.
3. Persamaan yang digunakan

Prosedur Penelitian Perhitungan qcond, qevap, dan Wkomp dijelaskan


dalam poin-poin berikut:
1. Tahap Pengujian
1) wkomp (kerja kompresor)
Tahapan yang dilakukan saat memulai
Kerja kompresor dapat dihitung dengan
pengujian pengambilan data COP yaitu
persamaan (1):
menyiapkan tabel pengamatan dengan
parameter-parameter yang diamati. Pemanas
listrik diset pada kondisi mati. Variabel yang ……………….. (1)
digunakan yaitu debit pendinginan evaporator
pada 1, 1.2, 1.4, 1.6, 1.8, dan 2 LPM. Frekuensi
Dengan:
inverter yang digunakan adalah 16, 18, 20, 22,
wkomp = kerja kompresor (Watt)
dan 24 Hz.
ṁ = laju aliran massa fluida (kg/s)
Selanjutnya inverter dan pompa air disetel pada h1 = entalpi refrigeran saat masuk
tiap variabel. Diamkan selama lima (5) menit kompresor (kJ/kg)
agar kondisi mendekati tunak. h2 = entalpi refrigeran saat keluar
Naikkan laju debit pendinginan di evaporator kompresor (kJ/kg)
hingga semua variabel debit pendinginan.
Setelah semua variasi laju debit pendinginan 2) qkond (panas yang dibuang kondensor)
196
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017

Besarnya panas yang dibuang kondensor merupakan perbandingan antara besarnya panas
dapat dihitung dengan persamaan (2): yang diserap evaporator dengan kerja
kompresor, keduanya memiliki satuan yang
............................. (2) sama yaitu (kJ/kg) maka bila dibagi akan
menciptakan bilangan tanpa dimensi.Persamaan
Dengan: yang digunakan untuk menentukan nilai COP
qkond = kalor yang dibuang kondensor yaitu persamaan (4). Nilai wkomp dihitung
(Watt) dengan menggunakan persamaan (1) dan nilai
ṁ = laju aliran massa fluida (kg/s) qevap didapatkan dengan menggunakan
h2 = entalpi refrigeran saat keluar persamaan energi panas yang dimodifikasi
kompresor (kJ/kg) sesuai kondisi alat uji yaitu:
h3 = entalpi refrigeran saat keluar
kondensor (kJ/kg) Q̇evap = ṁair .Cpair . ΔT ………………………...
(5)
3) qevap (kapasitas pendinginan)
Dengan:
Besarnya panas yang diserap evaporator tiap
Q̇evap = Energi Panas (Joule)
satuan massa disebut kapasitas pendinginan
ṁair = Laju aliran massa air yang
atau dampak refrigerasi. Dampak refrigerasi
masuk evaporator (kg/s)
dapat dihitung dengan persamaan (3):
Cpair = Kalor jenis air (4.200 J/kg.K)
ΔT = Selisih temperatur air masuk
………………….. (3) dan keluar evaporator (K)

Setelah mendapatkan nilai kalor yang diberikan


Dengan:
air ke evaporator dengan menggunakan
qevap = kapasitas pendiginan (Watt)
persamaan (5), nilai kalor yang diserap
ṁ = laju aliran massa fluida (kg/s)
refrigeran tiap satuan massa refrigeran (qevap) di
h1 = entalpi refrigeran saat masuk
modifikasi dari persamaan (5) yaitu dengan
kompresor (kJ/kg)
membagi energi panas yang diserap evaporator
h4 = entalpi refrigeran saat masuk
(Q̇evap) dengan laju aliran massa refrigeran (ṁr)
evaporator (kJ/kg)
yaitu:
Coefficient of Performance (COP) adalah Q̇evap
bilangan tanpa dimensi untuk menyatakan nilai
unjuk kerja dari siklus refrigerasi (Stoecker dan ……………………….....(6)
Jones, 1996). Besarnya nilai COP dirumuskan
dengan persamaan (4) sebagai berikut: Setelah mendapatkan nilai qevap, persamaan (6)
disubtitusikan ke persamaan (4) menjadi:
Q̇evap
………..(4)

Dengan: ………………….. (7)


COP = Performa (unjuk kerja) mesin
pendingin Persamaan (7) bisa ditulis menjadi:
qevap = Kalor yang diserap evaporator (Watt) Q̇evap
wkomp = Kerja kompresor (Watt)
….….…………(8)
Persamaan (4) tidak memiliki dimensi karena
Setelah mendapatkan nilai COPR dan variasi
197
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017

Q̇evap, hasil perhitungan ditabelkan dan diplot HASIL DAN PEMBAHASAN


menjadi grafik untuk selanjutnya dianalisa.
Hubungan cooling load dengan coefficient of
Diagram Alir Penelitian performance (COP)

Hasil perhitungan Cooling Load dan Coefficient


of Performance (COP) ditunjukkan pada tabel
1.

TABEL 1. Hubungan nilai cooling load (Q̇evap)


terhadap COP
Frekuensi V̇air, eva Coefficient Cooling
Inverter (LPM) of Load
(Hz) Performance (Q̇evap)
(COP) (J/s)
1 2,92 412,57
1,2 3,24 486,88
16 1,4 3,80 568,03
1,6 4,13 627,29
1,8 4,57 656,46
2 4,96 702,04
1 2,49 460,43
1,2 3,09 577,13
1,4 3,50 663,75
18
1,6 3,92 736,68
1,8 4,12 779,52
2 4,40 852,45
1 2,63 535,64
1,2 3,09 683,79
1,4 3,39 759,46
20
1,6 3,45 758,54
1,8 3,95 865,66
2 3,87 893,46
1 2,22 562,98
1,2 2,89 716,60
1,4 3,28 826,46
22
1,6 3.56 889,82
1,8 3,63 902,57
2 3,81 975,49
1 1,98 590,32
1,2 2,57 757,62
1,4 2,94 864,74
24
1,6 3,17 922,62
1,8 3,39 988,71
2 3,49 1043,86

Dari tabel 1 diatas, data hubungan antara


Coefficient of Performance (COP) dan Cooling
GAMBAR 1. Diagram Alir Penelitian Load (Q̇evap) disajikan dalam bentuk grafik yang
ditunjukkan pada gambar 2.
198
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017

GAMBAR 2. Grafik Hubungan Cooling Load dengan Coefficient of Performance (COP)


pada beberapa frekuensi inverter

Dari grafik pada gambar 2 dapat dilihat bahwa massa refrigeran mempengaruhi tekanan dan
terjadi kenaikan Coefficient of Performance temperatur pada sisi isap kompresor, tekan
(COP) pada saat cooling load ditambah dari 1 kompresor, dan sisi masuk katup ekspansi.
LPM hingga 2 LPM dengan selisih
Dengan kenaikan tekanan evaporasi dan laju
penambahan 0,2 LPM. Kenaikan COP
aliran massa refrigeran, tekanan dan temperatur
dipengaruhi oleh besarnya cooling load yang
pada sisi-sisi tersebut akan naik karena
diberikan kepada evaporator, semakin tinggi
perpindahan refrigeran yang semakin cepat
debit aliran air yang masuk ke dalam bak
sehingga penurunan temperatur pada sisi
evaporator maka kapasitas pendinginan (qevap)
evaporator semakin rendah. Perubahan tekanan
meningkat, sebaliknya nilai daya kompresor
dan temperatur pada titik-titik tersebut
(wkomp) akan semakin mengecil. Penjelasan
menyebabkan perubahan entalpi. Pengaruh
tentang pengaruh variasi cooling load terhadap
variasi cooling load terhadap temperatur dan
wkomp dan qevapakan dijelaskan dalam sub-judul
tekanan evaporasi akan dijelaskan dalam sub-
3.4. Maka hal ini berpengaruh terhadap nilai
judul 3.2. Naiknya cooling load juga
Coefficient of Performance (COP) nya. Bisa
menyebabkan turunnya daya kompresor karena
ditarik kesimpulan bahwa semakin besar debit
pada saat cooling load naik maka akan
air masukan ke evaporator berarti cooling load
membuka katup ekspansi lebih lebar akibat
dalam bak evaporator semakin tinggi. Semakin
mengembangnya uap pada pipa kapiler katup
tingginya cooling load pada evaporator
ekspansi. Semakin besar lubang pipa kapiler
mempengaruhi kondisi katup ekspansi, secara
yang terbuka maka akan menurunkan hambatan
desain katup ekspansi yang terpasang pada alat
alir refrigeran sehingga kebutuhan daya untuk
uji apabila sensor temperatur yang masuk ke
mengalirkan refrigeran menurun yang berarti
dalam bak evaporator mengalami kenaikan
daya kompresor akan turun. Variasi frekuensi
temperatur yang diakibatkan cooling load yang
inverter akan mengubah putaran kompresor
naik maka akan membuat uap pada pipa kapiler
yang selanjutnya akan menaikkan laju aliran
katup ekspansi mengembang lalu menekan
massa refrigeran. Dengan naiknya frekuensi
membran katup lalu membuat katup ekspansi
inverter, laju aliran massa refrigeran semakin
semakin membuka lebar dan membuat tekanan
besar sehingga akan menaikkan kerja
evaporasi serta laju aliran massa refrigeran akan
kompresor. Dengan naiknya kerja kompresor,
meningkat. Penjelasan mengenai pengaruh
maka nilai COP akan turun.
variasi cooling load terhadap laju aliran massa
refrigeran akan dijelaskan dalam sub-judul 3.3. Dari pembahasan-pembahasan yang telah
Kenaikan tekanan evaporasi dan laju aliran diraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan
199
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017

bahwa dengan naiknya beban pendinginan pada mengembang dan menekan membran katup
suatu frekuensi inverter tertentu, nilai COP akan ekspansi yang akhirnya akan membuka katup
naik. Dengan variasi frekuensi inverter pada ekspansi semakin lebar. Melebarnya katup
suatu beban pendinginan yang sama, dengan ekspansi mengakibatkan laju aliran massa
naiknya frekuensi inverter maka laju aliran refrigeran membesar dan menaikkan tekanan
massa refrigeran akan naik sehingga menaiknya pada bagian keluar katup ekspansi. Kondisi
daya kompresor yang selanjutnya dapat inilah yang mengakibatkan naiknya tekanan
menurunkan nilai COP. evaporasi akibat bertambahnya cooling load.
Dari gambar 4 bisa dilihat bahwa kenaikan
Hubungan antara Cooling Load dengan
cooling load berpengaruh bagi temperatur
Temperatur dan Tekanan Evaporasi
evaporasi, pada frekuensi 16 Hz temperatur
Temperatur dan tekanan evaporasi merupakan evaporasi berada pada nilai yang terendah dan
tekanan yang berada pada sisi keluar katup pada frekuensi 24 Hz temperatur evaporasi
ekspansi yang memiliki fase campuran sebelum berada pada nilai yang tertinggi semakin
masuk ke evaporator untuk diubah menjadi uap dinaikkan frekuensi nya berarti semakin besar
jenuh. Grafik hubungan cooling load dengan pula laju aliran massa refrigeran yang melewati
tekanan evaporasi ditunjukkan pada gambar 3 jalur. Cooling load mempengaruhi pada
dan Grafik hubungan cooling load dengan temperatur evaporator, cooling load yang naik
temperatur evaporasi ditunjukkan pada gambar akan membuat uap pada pipa kapiler katup
4. ekspansi mengembang dan menekan membran
Dari gambar 3 bisa dilihat bahwa kenaikan katup ekspansi yang akhirnya akan membuka
cooling load berpengaruh bagi tekanan katup ekspansi semakin lebar. Melebarnya
evaporasi, pada frekuensi 16 Hz tekanan katup ekspansi mengakibatkan laju aliran massa
evaporasi berada pada nilai yang terendah dan refrigeran membesar dan menaikkan tekanan
pada frekuensi 24 Hz tekanan evaporasi berada pada bagian keluar katup ekspansi. Secara
pada nilai yang tertinggi semakin dinaikkan alamiah pada kondisi naiknya tekanan
frekuensi nya berarti semakin besar pula laju evaporasi maka akan diiringi oleh kenaikan
aliran massa refrigeran yang melewati jalur. temperatur. Kondisi inilah yang mengakibatkan
Cooling load mempengaruhi pada temperatur naiknya temperatur evaporasi akibat
evaporator, cooling load yang naik akan bertambahnya cooling load.
membuat uap pada pipa kapiler katup ekspansi

GAMBAR 3. Grafik Hubungan Cooling Load dengan


Tekanan Evaporasi
200
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017

GAMBAR 4. Grafik Hubungan Cooling Load


dengan Temperatur Evaporasi

GAMBAR 5. Grafik Hubungan Cooling Load


dengan Laju Aliran Massa Refrigeran

Hubungan antara Cooling Load dengan Laju katup ekspansi semakin lebar. Membukanya
Aliran Massa Refrigeran (ṁr) katup ekspansi secara otomatis pasti akan
membuat laju aliran massa akan semakin besar.
Grafik hubungan laju aliran massa refrigeran Pada suatu beban pendinginan yang sama,
dengan cooling load dapat dilihat pada gambar variasi frekuensi inverter akan mengubah
5. putaran motor listrik dan kompresor yang
selanjutnya akan menaikkan laju aliran massa
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa grafik
refrigeran. Hal ini dapat dilihat di gambar 5.
mayoritas menunjukkan bahwa kenaikan
cooling load akan menaikkan laju aliran massa
Hubungan Cooling Load dengan Daya
refrigeran, kenaikan itu dikarenakan desain
Kompresor (wkomp) dan kapasitas
katup ekspansi. Cooling load mempengaruhi
pendinginan (qevap)
pada temperatur evaporator, cooling load yang
naik akan membuat uap pada pipa kapiler katup
Daya Kompresor (wkomp) adalah daya masukan
ekspansi mengembang dan menekan membran
yang diserap kompresor, sedangkan kapasitas
katup ekspansi yang akhirnya akan membuka
pendinginan (qevap) adalah kalor yang diserap
201
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017

oleh evaporator untuk mengubah refrigerant mengecil. Ini dikarenakan pada saat cooling
menjadi uap. Grafik hubungan cooling load load naik maka akan membuka katup ekspansi
dengan kapasitas pendinginan (qevap) lebih lebar akibat mengembangnya uap pada
ditunjukkan pada gambar 6, sedangkan grafik pipa kapiler katup ekspansi. Semakin besar
hubungan cooling load dengan kerja kompresor lubang pipa kapiler yang terbuka maka akan
(wkomp) ditunjukkan pada gambar 7. menurunkan hambatan alir refrigeran sehingga
kebutuhan daya untuk mengalirkan refrigeran
Dari gambar 6 bisa dilihat bahwa tren grafik
menurun yang bererti daya kompresor akan
pada setiap frekuensi mengalami penurunan.
turun. Ini yang menyebabkan nilai wkomp
Semakin besar cooling load yang diberikan
semakin mengecil.
maka daya kompresor (wkomp) akan semakin

GAMBAR 6. Grafik Hubungan Cooling Load


dengan Daya Kompresor

GAMBAR 7. Grafik Hubungan Cooling Load


dengan Kapasitas Pendinginan
202
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017

4. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa


kapasitas beban pendinginan
Dari gambar 7 bisa dilihat bahwa semakin besar mempengaruhi nilai Coefficient of
cooling load yang diberikan maka semakin Performance (COP). Hasil tertinggi
besar pula qevap yang dihasilkan. Apabila didapatkan pada range variasi Inverter
cooling load yang diberikan semakin besar, terendah yaitu 16 Hz dan variasi beban
sesuai dengan persamaan (7) maka nilai qevap pendinginan tertinggi yaitu 2 LPM dengan
akan semakin besar pada frekuensi konstan. nilai COP 4,96. Sedangkan hasil terendah
Kapasitas pendinginan terbesar justru terjadi didapatkan pada range variasi Inverter
pada frekuensi terkecil dan kapasitas tertinggi yaitu 24 Hz dan variasi beban
pendinginan terkecil terjadi pada frekuensi pendinginan terendah yaitu 1 LPM dengan
terbesar. Ini dikarenakan apabila frekuensi nilai COP 1,98.
semakin besar maka akan menghasilkan ṁr
yang besar dan memperkecil qevap. Sebaliknya, DAFTAR PUSTAKA
pada frekuensi kecil akan mengakibatkan ṁr
kecil dan akan memperbesar kapasitas Anwar, Khairil. 2010. “Efek Beban Pendingin
pendinginan. Terhadap Performa Sistem Mesin
Pendingin”. Palu: Universitas Tadulako.
Cengel Y.A., Boles M.A. 1989.
KESIMPULAN
“Thermodynamics: An Engineering
1. Laju pembebanan pendinginan Approach”. Mc Graw-Hill
berpengaruh pada semua titik tekanan dan Dewitt D.P., Incropera, F.P. 2002. “Fundamental
temperatur. Tekanan dan temperatur pada of Heat and Mass Transfer”. Jefferson
sisi masuk katup ekspansi naik cukup City: John Wiley & Sons Inc.
signifikan sehingga kapasitas pendinginan
Hariyanto, Agus. 2015. “Perpindahan Panas”.
(qevap) semakin membesar.
Yogyakarta: Innosain.
2. Laju aliran air yang melewati bak
evaporator yang semakin besar artinya Kuncara, Purba. 2013. “Cara Menghitung
sumber kalor evaporator semakin Kapasitas AC Berdasarkan Besar
membesar pula. Semakin besar beban Ruangan.
pendinginan yang diberikan pada rentang http://purbakuncara.com/cara-
variasi yang digunakan, maka laju aliran menghitung-kapasitas-ac-berdasar-
massa refrigeran akan semakin membesar. besar-ruangan/ diakses pada 18 Juni
Hal ini membuat kapasitas pendinginan 2017 pukul 16.01 WIB
evaporator semakin besar dan membuat
Kharagpur. 2008. “Refrigeration and Air
kerja kompresor semakin kecil. Hal ini
Conditioning”. Version I ME. India
karena hambatan alir refrigeran pada katup
ekspansi berkurang akibat membukanya Kurniawan, Bayu Abdi. 2007. “Analisis Termal
ketup ekspansi. Unjuk Kerja Heat Exchanger 11-E-7 Di
3. Kerja pendinginan atau kapastias Kilang Fuel Oil Complex IPT
pendinginan (qevap) yang semakin besar Pertamina UP IV Cilacap”. Yogyakarta:
dan kerja kompresor (wkomp) yang semakin Universitas Muhammadiyah
mengecil maka akan menghasilkan nilai Yogyakarta.
Coefficient of Performance (COP) yang Moch. Rizal A.Y., Ilminnafik, Listyadi. 2013.
semakin tinggi pula. “Pengaruh Variasi Beban Pendingin
Terhadap Prestasi Kerja Mesin
203
T. H. A. Santosa, et al./Semesta Teknika, Vol. 20, No. 2, 193-203, November 2017

Pendingin Dengan Refrigeran R12 dan Wastam. 2010. “Pengaruh Variasi Kerja Fan,
LPG”. Jember: Universitas Jember. Boiler, dan Pre-Heater pada Mesin Air
Conditioning Laboratory Unit A660
Nadjib, Muhammad. 2005. “Buku Ajar Teknik
Terhadap Coefficient of Performance”.
Refrigerasi dan Kriogenik” Yogyakarta:
Yogyakarta: Universitas
Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta.
https://www.ohio.edu/mechanical/thermo/Intro/
Pitts, Donald., Sissom, Leighton. 2011.
Chapt.1_6/Chapter4c.html diakses pada
“Schaums’s Outline: Perpindahan
17 Juni 2017 pukul 04.49 WIB
Kalor, Edisi Kedua”. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
PENULIS:
Santosa, Tito Hadji. 2003. “Pengukuran
Koefisien Perpindahan Kalor Evaporasi Tito Hadji Agung Santosa
Refrigeran Petrozon Rossy 12 di Dalam
Saluran Halus Horisontal”. Yogyakarta: Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan
Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Stoecker, W.F., Jerold W. Jones, Supratman Yogyakarta 55183.
Hara. 1996. “Refrigerasi dan
Pengkondisian Udara Edisi Kedua”. Email: titohas@yahoo.com
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Muhammad Nadjib
Subarkah, Agus. 2011. “Sejarah Sistem
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Pengkondisian Udara/Air
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan
Conditioning”. http://agus-
Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
subarkah.blogspot.co.id/2011/10/sejara
Yogyakarta 55183.
h-sistem-pengkondisian-udara.html
diakses pada 17 Juni 2017 pukul 04.43 Email: nadjibar@yahoo.com
WIB
Thoharuddin
Wicaksono, Bartholomeus D.A. 2014.
“Pemanfaatan Panas Buang Mesin Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Pendingin Untuk Pengering Pakaian”. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan
Yogyakarta: Universitas Sanata Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Dharma. Yogyakarta 55183.

Yasmin. 2011. “Beban Pendinginan dan Email: thoharudin@ft.umy.ac.id


Penghematannya”. Pelatihan Dasar
Muhammad Akhid Riza
audit Energi dan Komisioning Gedung
B2TE-BPPT. Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan
Yunianto, Bambang. 2005. “Pengaruh
Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Perubahan Temperatur Evaporator
Yogyakarta 55183.
Terhadap Prestasi Air Cooled Chiller
Dengan Refrigeran R-134a, Pada Email: Muhammad.akhid.2013@ft.umy.ac.id
Temperatur Kodensor Tetap”.
Semarang: Universitas Diponegoro.

S-ar putea să vă placă și