Sunteți pe pagina 1din 19

HERNIA INGUINALIS

A. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang
lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi
di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Brunner & Sudartth, 2013).
Hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
atas cincin, kantong, dan isi hernia (Joyce, 2016).
Sedangkan menurut Tambayong (2012), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen
yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih)
memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau organ tubuh
dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga
lainnya (kanalis inguinalis).

B. Klasifikasi Hernia
1. Berdasarkan Terjadinya
a. Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut
dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus
ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua
kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita / didapat,
terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang dewasa. Proses
terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni
penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui
penyebabnya
2. Berdasarkan sifatnya
a. Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus
b. Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga
disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa
nyeri ataupun tanda sumbatan usus
c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang
berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan
nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya
perlu mendapat pertolongan segera
3. Berdasarkan Letaknya
a. Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.
Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia
femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira
4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama
pada waktu melakukan aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti
mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk
hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam
kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang
kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita daripada
pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan
secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih
masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi
dengan tipe hernia ini.
b. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi
lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan
perempuan. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga
perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen,
biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat
jarang terjadi inkarserasi. Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada
wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien
gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi,
nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.
c. Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan
anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang
bersangkutan
d. Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat
turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat
sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan
didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien wanita. Pada pria,
hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda spermatika keluar
dari perut dan masuk ke dalam skrotum.
Hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
1) Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut,
tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia
berada di dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens
dan struktur lain dalam tali sperma .
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui
kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya
tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering
turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu
tidur. Bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien
berdiri dapat timbul kembali.
2) Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui
segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentuminguinale di bagian
inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di
bagian medial. Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang
diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-
kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis,
karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya tidak
disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal
seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia.
Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena
defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus
inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien
berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke
skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan
funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat
adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila
pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang
sekali menjadi ireponibilis.

C. Etiologi
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hernia adalah :
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada Anak
– anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk
menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia
lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut.
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia
Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh
proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena
penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik.
Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi
hernia keluar dari otot yang lemah tersebut.
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya
saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit
kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu
terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian
perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat
menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di
bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya
hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang
lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga
memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis
tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan
mengalaminya lagi.

D. Manifestasi Klinis
1. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang
hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya
mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang
secara spontan.
2. Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia. Bila usus tidak dapat
kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan
gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara
klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.

3. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.


Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada Inspeksi : saat pasien
mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio
ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Palpasi: kantong hernia yang
kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung
tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi
organ maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet
) atau ovarium.Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia
dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau
samping jari menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi
wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari ovarium.

E. Patofisiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital (bayi baru lahir) atau
sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki
ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu
masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong
dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah
adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal
pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan lokus
minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus
Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi. Pada hernia akan terjadi
prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh
kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila
usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum, kemudian
akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik
abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah). Isi hernia dapat kembali ke rongga
peritoneum disebut hernia inguinal reponibilis, bila tidak dapat kembali disebut hernia
inguinal ireponibilis. Pada hernia reponibilis, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan
di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan
di daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia.
Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi
gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini
disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus
menerus. Terjadi gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah. Hernia
strangulata lebih sering terjadi bila hernia di sebelah kanan. Pembuluh darah yang terjepit
juga akan mengakibatkan penimbunan racun yang akan berakibat terjadinya infeksi dalam
tubuh. Infeksi ini akan menjadi sumber infeksi ke seluruh dinding usus yang akan
berakibat buruk yaitu kematian.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus / obstruksi usus
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (
peningkatan hematokrit ), peningkatan sel darah putih (10000-18000/ul ) dan
ketidakseimbangan elektrolit
3. Laparoskopi : Untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada sisi yang
berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak.
4. EKG: terjadi peningkatan nadi akibat adanya nyeri
5. USG abdomen : untuk menentukan isi hernia
6. Radiografi : terdapat banyangan udara pada thoraks

G. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam :
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan
gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan
selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat
memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan
isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit
ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniography : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup
celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus
ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
H. Pencegahan
1. Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat
Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
2. Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi
Seperti : Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum sangat
disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak serat yang
membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan di bagian perut.
3. Hindari mengangkat barang yang terlalu berat
Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur tubuh
yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan hindari
membungkuk untuk mengurangi tekanan.
4. Hindari tekanan Intra abdomen
Seperti batuk kronis dan mengejan yang dapat mencetuskan hernia.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien.
Pengkajian meliputi :
1. Identitas ( Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll).
2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan, nyeri hilang
timbul seperti ditusuk sekitar 10-15 menit, skala nyeri 6
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering kembung dan
muntah , tidak nafsu makan apabila BAB atau mengejan timbul benjolan
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia tahun 1988 dan sudah
operasi di tanjung pinang, operasi hernia kembali tahun 2012 di RS Harapan
Bunda Batam diposisi yang sama. Apabila digunakan untuk mengangkat benda
berat sering sakit di selangkangannya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa dahulu abangnya pernah menderita hernia.
3. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan,
konjungtiva anemis.
b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-22x/menit), dada simetris, ada
tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang
O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 205/90mmHg , tidak ada oedema, tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pada
skortum.tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar , adanya disuria.
e. Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena adanya benjolan
diselangkangan.
f. Abdomen :
Inspeksi : abdomen keras
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi : ada benjolan
Perkusi : hypertimpani

4. Pengkajian fungsional Gordon


a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang
sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan mual muntah .
Minum: minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
BB:
c. Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah satu
ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.
e. Pola istirahat tidur
Klien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di selangkangan
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Klien sudah mengerti tentang keadaannya dan merasa harus segera berobat
g. Pola hubungan dengan orang lain
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya
klien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h. Pola reproduksi / seksual
Klien berjenis kelamin laki –laki dan diselangkangannya ada benjolan yang
beberapa minggu ini mengganggu, sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan
seksualitas
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
j. Pola mekanisme koping
Klien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis
kesakitan

k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan


Klien beragama islam dan yakin bahwa ini adalah cobaan dari Allah SWT

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi, krisis situasional,
perubahan status kesehatan.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologi, kimia
3) Risiko cidera berhubungan dengan kelemahan tubuh, efek obat anastesi, tindakan
pembedahan
4) Risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
penurunan asupan cairan
b. Intra operasi
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologi, kimia
3) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4) Risiko cidera berhubungan dengan kelemahan tubuh, efek obat anastesi, tindakan
pembedahan
5) Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi
6) Risiko hipotermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan eksternal
7) Risiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh primer tidak adekuat
c. Post operasi
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
2) Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik, biologi, kimia
3) Risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
4) Risiko cidera berhubungan dengan kelemahan tubuh, efek obat anastesi, tindakan
pembedahan

3. Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan kriteria Rasional
Keperawatan Intervensi
hasil
Ansietas NOC : anxiety level NIC : Anxiety Reduction
berhubungan dengan Kecemasan pada Anxiety Reduction
 Klien dapat mengungkapkan
krisis situasi ditandai klien berkurang
 Mendengarkan penyebab kecemasannya
dengan gelisah,
penyebab sehingga perawat dapat
melamun
kecemasan klien menentukan tingkat kecemasan
dengan penuh klien dan menentukan intervensi
perhatian untuk klien selanjutnya.
 Observasi tanda  Mengobservasi tanda verbal dan
verbal dan non non verbal dari kecemasan klien
verbal dari dapat mengetahui tingkat
kecemasan klien kecemasan yang klien alami.

Calming Technique Calming Technique

 Menganjurkan  Dukungan keluarga dapat


keluarga untuk memperkuat mekanisme koping
tetap mendampingi klien sehingga tingkat
klien ansietasnya berkurang
 Mengurangi atau  Pengurangan atau penghilangan
menghilangkan rangsang penyebab kecemasan
rangsangan yang dapat meningkatkan ketenangan
menyebabkan pada klien dan mengurangi
kecemasan pada tingkat kecemasannya
klien
Coping enhancement
Coping
 Peningkatan pengetahuan tentang
enhancement
penyakit yang dialami klien dapat
 Meningkatkan membangun mekanisme koping
pengetahuan klien klien terhadap kecemasan yang
mengenai kanker. dialaminya
 Menginstruksikan  Tekhnik relaksasi yang diberikan
klien untuk pada klien dapat mengurangi
menggunakan ansietas
tekhnik relaksasi

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan kriteria Rasional
Keperawatan Intervensi
hasil
Risiko Infeksi NOC label : Tissue NIC label : Wound Care NIC label : Wound Care
Berhubungan dengan Integrity: Skin and
1. Monitor karakteristik, 1. Untuk mengetahui
pertahanan tubuh Mucous
warna, ukuran, cairan keadaan luka dan
primer tidak adekuat membranes
dan bau luka perkembangannya
2. Bersihkan luka dengan 2. Normal salin merupakan
1. Integritas kulit
normal salin cairan isotonis yang
klien normal
3. Rawat luka dengan sesuai dengan cairan di
2. Temperatur
konsep steril tubuh
kulit klien
4. Ajarkan klien dan 3. Agar tidak terjadi infeksi
normal
keluarga untuk dan terpapar oleh kuman
3. Tidak adanya
melakukan perawatan atau bakteri
lesi pada kulit
luka 4. Memandirikan pasien dan
NOC label: 5. Berikan penjelasan keluarga
Wound healing: kepada klien dan 5. Agar keluarga pasien
primary and keluarga mengenai mengetahui tanda dan
secondary tanda dan gejala dari gejala dari infeksi
jaringan: infeksi 6. Pemberian antibiotic
6. Kolaborasi pemberian untuk mencegah
1. Tidak ada tanda-
antibiotik timbulnya infeksi
tanda infeksi
2. Menunjukkan
pemahaman
dalam proses NIC label : Infection NIC label : Infection
perbaikan kulit Control Control
dan mencegah
1. Bersihkan lingkungan 1. Meminimalkan risiko
terjadinya cidera
setelah dipakai klien infeksi
berulang
lain 2. meminimalkan patogen
3. Menunjukkan
2. Instruksikan yang ada di sekeliling
terjadinya
pengunjung untuk pasien
proses
mencuci tangan saat
penyembuhan
mengurangi mikroba bakteri
berkunjung dan
luka
yang dapat menyebabkan
setelah berkunjung
infeksi
3. Gunakan sabun anti
mikroba untuk cuci
tangan
4. Cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan
5. Gunakan universal
precaution dan
gunakan sarung
tangan selma kontak
dengan kulit yang
tidak utuh
6. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
7. Observasi dan
laporkan tanda dan
gejala infeksi seperti
kemerahan, panas,
nyeri, tumor
8. Kaji temperatur tiap 4
jam
9. Catat dan laporkan
hasil laboratorium,
WBC
10. Kaji warna kulit,
turgor dan tekstur,
cuci kulit dengan hati-
hati
11. Ajarkan keluarga
bagaimana mencegah
infeksi

Diagnosa Rencana Keperawatan


Rasional
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Nyeri akut NOC : NIC : Mandiri
Berhubungan -Pain level - Lakukan - Informasi memberikan data
dengan agens -Pain control pengkajian nyeri dasar untuk mengevaluasi
cedera fisik -Comfort level secara kebutuhan atau keefektifan
Setelah dilakukan tindakan komprehensif, intervensi. Pengalaman nyeri
keperawatan selama 1 x 24 termasuk lokasi, adalah individual yang
jam nyeri klien berkurang karakteristik, digabungkan dengan baik respon
dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, fisik dan emosional.
- Mampu mengontrol nyeri kualitas dan factor
- Melaporkan nyeri presipitasi
berkurang - Observasi reaksi - Meningkatkan relaksasi dan
- Mampu mengenali nyeri nonverbal dan membantu memfokuskan
- Menyatakan rasa nyaman ketidaknyamanan kembali perhatian
setelah nyeri berkurang - Kaji tipe dan - Dengan mengetahui tipe dan
sumber nyeri untuk sumber nyeri, dapat membantu
- Tanda vital dalam menentukan menentukan intervensi
rentang normal intervensi selanjutnya
- Anjarkan tentang - Selain dengan obat, therapy
teknik non farmakologi dapat membantu
farmakologi: nafas meredakan nyeri
dalam, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/dingin
- Monitor vital sign - Dengan vital sign dapat
sebelum dan mengidentifikasi nyeri klien,
sesudah pemberian baik sebelum atau sesudah
analgesik pemberian analgesic

Kolaborasi
- Berikan analgesic - Pemberian analgesic untuk
untuk mengurangi mengurangi nyeri dilakukan
nyeri: farpain dengan kolaborasi dengan
injeksi dan tramset dokter
oral
- Berikan informasi - nyeri adalah komplikasi sering
tentang nyeri dari kanker, meskipun respon
seperti penyebab individual berbeda. Saat
nyeri,berapa lama perubahan penyakit atau
nyeri akan pengobatan terjadi, penilaian
berkurang dan dosis dan pemberian akan
antisipasi diperlukan. Adiksi atau
ketidaknyamanan ketergantungan pada obat bukan
dari prosedur masalah.

S-ar putea să vă placă și