Sunteți pe pagina 1din 11

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Dasar

1.1 Pengertian
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229). Kejang adalah pembebasan
listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex serebral yang ditandai
dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes. 1999.252)

1.2 Etiologi
Penyebab dari kejang demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu :
a. Obat – obatan racun, alkhohol, obat yang diminum berlebihan
b. Ketidak seimbangan kimiawi hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis
c. Demam (paling sering terjadi pada anak balita)
d. Patologis otak (akibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan
TIK)
e. Eklampsia (hipertensi prenatal, toksemia gravidarum)
f. Idiopatik (penyebab tidak diketahui)

1.3 Manifestasi Klinis


Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu :

a. Kejang demam sementara


a. Umur antara 6 bulan – 4 tahun
b. Lama kejang lebih dari 15 menit
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam
e. Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium
f. Eeg normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
b. Kejang demam komplikata
a. Diluar kriteria tersebut diatas

1.4 Komplikasi
a. Kejang berulang
b. Epilepsi
c. Hemiparese
d. Gangguan mental dan belajar

1.5 Pemeriksaan Diagnostik


a. Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N
<>BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan
indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
b. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda
infeksi, pendarahan penyebab kejang.
c. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan
adanya lesi
d. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB
masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu
khusus untuk transiluminasi kepala.
e. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak
yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya
normal.
f. CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma,
cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras

1.6 Penatalaksanaan
a. Pemberian diazepam
dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/ kg bb/ dosis iv (perlahan)
bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosisi ulangan
setelah 20 menit.
b. Turunkan demam
anti piretik : para setamol atau salisilat 10 mg/ kg bb/ dosis
kompres air biasa
c. Penanganan suportif
bebaskan jalan nafas
beri zat asam
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :

1. Data subyektif
o Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial
anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, alamat.
o Riwayat Penyakit
1. Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :
Apakah betul ada kejang ?
Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan
gerakan kejang si anak
2. Apakah disertai demam ?
Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka
diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya
bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam.
3. Lamaserangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu
berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui
kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.
4. Pola serangan
 Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola
serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
 Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran
seperti epilepsi mioklonik ?
 Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan
kesadaran seperti epilepsi akinetik ?
 Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi
sementara tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme
infantilePada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
5. Frekuensi serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang
terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun.
Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur
muda dan bangkitan kejang sering timbul.
6. Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu
yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit
kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya.
Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur,
kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
7. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada
penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA,
Morbili dan lain-lain.
8. Riwayat penyakit dahulu
 Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah
penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat
kejang terjadi untuk pertama kali ?
 Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan
lain-lain.
9. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami
infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per
vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama
hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan
tindakan (forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain.
Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau
menetek, dan kejang-kejang.
10. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta
umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya
setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang
dapat menimbulkan kejang.
11. Riwayat perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
 Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
 Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,
memegang suatu benda, dan lain-lain.
 Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh.
 Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
12. Riwayat kesehatan keluarga.
 Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita
kejang demam mempunyai faktor turunan)
 Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau
lainnya?
 Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare
atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya
kejang demam.
13. Riwayat sosial
 Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu
dikaji siapakah yanh mengasuh anak?
 Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya
?
14. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
 Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
 Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
 Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
 Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan
tindakan medis ?
 Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang
sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
15. Pola nutrisi
 Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ?
 Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera
makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
16. Pola eliminasi
 BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta
ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
 BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana
konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?
17. Pola aktivitas dan latihan
 Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya?
 Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam?
 Aktivitas apa yang disukai?
18. Pola tidur/istirahat
 Berapa jam sehari tidur?
 Berangkat tidur jam berapa?
 Bangun tidur jam berapa?
 Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang
2. Data Obyektif
o Pemeriksaan Umum

Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran,


tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam
sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah
kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan
neurologi.

o Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk
kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-
ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup
atau belum ?
2. Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien
dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang,
kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan
rasa sakit pada pasien.
3. Muka/ wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal
bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat.
Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada
gangguan nervus cranial ?
4. Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
5. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan
dari telinga, berkurangnya pendengaran.
6. Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan
napas? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
7. Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan
lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada
caries gigi?
8. Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi
faring, cairan eksudat ?
9. Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah
pembesaran vena jugulans ?
10. Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostale? Pada
auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
11. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah
bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
12. Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ?
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus?
Adakah pembesaran lien dan hepar ?
13. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah
terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
14. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?
Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
15. Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-
tanda infeksi ?
3. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan I : Risiko trauma fisik berhubungan dengan
kurangnya koordinasi otot/kejang
Tujuan : Risk detection.
Kriteria Hasil :
 Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
 Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
 Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang
 Pengetahuan tentang risiko
 Memonitor faktor risiko dari lingkungan

Intervensi NIC : Pencegahan jatuh

 Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur
yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
 Tinggalah bersama klien selama fase kejang..
Rasional : meningkatkan keamanan klien.
 Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
 Letakkan klien di tempat yang lembut.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas
ketika kontrol otot volunter berkurang.
 Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang
terganggu.
 Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang
Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal.
Diagnosa Keperawatan II : Hipertermia berhubungan dengan proses
infeksi
Tujuan : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
 Suhu tubuh dalam rentang normal
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi : NIC : Fever treatment

 Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.


Rasional : Mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena
penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu
tubuh.

 Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali


Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan keperawatan yang selanjutnya.

 Pertahankan suhu tubuh normal


Rasional : Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu
lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau
dinginnya tubuh.

 Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala /


ketiak
Rasional : Proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan
perantara.

 Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal
dan tidak dapat menyerap keringat.
 Atur sirkulasi udara ruangan.

Rasional : Penyediaan udara bersih


 Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh
meningkat.

 Batasi aktivitas fisik


Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan
panas.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
1.1 Identitas
Nama : An. M.F
Umur : 3 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Suku :-
Agama : Islam
Alamat : gg. Lestari
Tanggal masuk : 24-03-2019
Diagnosa : KDs ec IBA
Keluhan utama : Kejang di rumah ± 30 menit, panas

1.2 Riwayat Perawatan


a) Riwayat penyakit sebelumnya
Orang tua klien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita sakit
seperti ini.
b) Riwayat Penyakit sekarang
Orang tua klien mengatakan bahwa anaknya sudah kejang dirumah 1 kali,
mata mendelik ke atas, kaki dan tangan kaku. Anak juga disertai batuk
dan pilek.
c) Riwayat penyakit keluarga
Orang tua klien mengatakan di keluarga belum pernah ada yg menderita
sakit ini.

1.3 Observai dan pemeriksaan fisik


a) Keadaan umum
Klien sakit sedang, akral teraba hangat, kesadaran composmentis,
mukosa bibir agak kering, turgor kulit sedang, tonsil hyperemesis. Infus
terpasang di tangan kiri cairan D5 ½ NS 52-53 tpm
b) Tanda-Tanda Vital
Suhu : 39,2 oC, Nadi : 136 x/mnt
Respirasi : 26 x/mnt
c) Kepala : konjungtiva simentris, sclera tidak tampak icteric
d) Leher : tidak ada pembesaran
e) Dada : SImetris kiri dan kanan
Jantung : Bising negative
Paru : tidak ada suara wheezing
f) Perut : Datar, lemas
g) Hati dan Limpa : Normal
h) Ekstremitas : acral hangat
i) Kulit : Normal
1.4 Data Penunjang
Hasil pemeriksaan darah lengkap tanggal 24-03-2019
Leukosit : 52.600/mm3
Trombosit : 335.000/ mm3

Terapi yang didapat oleh An. M.F selama opname di RS CAhaya Sangatta
adalah :
a. Terapi obat oral : pulv (diaz), L-Bio, Ottopan drop,Diazepam pulv
b. Terapi injeksi : inj. Meropenem

2. Analis Data
NO DATA (S,O) PENYEBAB MASALAH
1. DS : Orang tua klien mengatakan Proses infeksi HIpertermi
kejang dirumah sebanyak 1 kali.

DO :
1. Suhu klien 39,2 oC
2. Hasil pemeriksaan lab :
Leukosit 13.600/mm3
2. DS: Orang tua klien mengatakan kurangnya Resiko
saat kejang mata mendelik ke atas, koordinasi Trauma Fisik
kaki dan tangan kaku. otot/kejang

DO :
1. Klien tampak lemas (saat di
UGD)
2. Klien terbaring di tempat
tidur dan terpasang
penyangga
3. Orangtua berada di samping
pasien saat terbaring

3. Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas


c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
d. Resiko Trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot

S-ar putea să vă placă și