Sunteți pe pagina 1din 132

i

ABSTRACT

THE EFFECT OF SUSTAINABILITY REPORT DISCLOSURE AND GCG


TOWARD FIRM VALUE MODERATED BY INFORMATION ASYMMETRY
IN CGPI PARTICIPANTS 2012-2015

In many occasion, threat to firm reputation surfaced, usually caused by


negative publication regarding firm’s business activity. Especially, regarding firm
who breach it’s ethical conduct. Several cases in Indonesia and abroad shows that
when a firm hit by those negative publication, firm’s value went down. One way to
fix those negative reputation is by issuing sustainability report and showing good
corporate governance practice. Some companies in Indonesia voluntarily issue
sustainability report and participate in Corporate Governance Perception Index
(CGPI) to be assessed by The Indonesian Institute for Corporate Governance
(IICG). Therefore, this study examines the effect of those sustainability report
disclosure and GCG toward firm value moderated by information asymmetry in
CGPI participants 2012-2015. The purpose of this study is to figure out how big
the influence of sustainability report disclosure and GCG toward firm value
moderated by information asymmetry in CGPI participants 2012-2015.
The research method used in this study is descriptive quantitative. The
population in this research is a firm that participate on CGPI during 2012-2015
period, there are 11 firms. Sampling method used is purposive sampling method.
Based on the results of purposive sampling there are 8 firms that fit into the criteria
during observation period of 2012-2015, so there are 32 samples in this research.
This research also use size, leverage, and profitability as control variables. Data
analysis technique used in this research is multiple linear regression analysis and
moderated regression analysis by using SPSS 23 software.
Based statistical test, concluded that sustainability report disclosure
has significant positive effect towards firm value, GCG has no significant effect
towards firm value, information asymmetry moderated the effect of sustainability
report towards firm value, and information asymmetry did not moderated the effect
of GCG towards firm value. Based on the results of the research, the researcher
suggested that the regulatory organization to issue regulation about mandatory
sustainability report. Also, suggested that the next researcher to use other proxy to
measure GCG beside CGPI without losing it’s comprehensiveness and with added
internal and qualitative information and to expand the scope of the sample (not
limited to CGPI participant).
Keywords: Sustainability Report, GCG, Firm Value, and Information
Asymmetry.
ii

ABSTRAK

PENGARUH PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT DAN GCG


TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN DIMODERASI OLEH
ASIMETRI INFORMASI PADA PERUSAHAAN PESERTA CGPI TAHUN
2012-2015

Dalam banyak kejadian, ancaman pada reputasi muncul, antara lain


karena adanya publikasi negatif terkait kegiatan perusahaan, atau adanya persepsi
negatif terhadap perusahaan. Publikasi negatif ini khususnya terkait kegiatan
perusahaan yang melanggar etika. Beberapa kasus di Indonesia dan di luar negeri
menunjukkan bahwa ketika perusahaan didera publikasi negatif, nilai perusahaan
menjadi turun. Salah satu cara untuk memperbaiki reputasi negatif tersebut adalah
dengan menerbitkan sustainability report dan menunjukkan praktek GCG.
Beberapa perusahaan di Indonesia secara sukarela menerbitkan sustainability
report dan mengikuti Corporate Governance Perception Index (CGPI) untuk
dinilai oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Oleh
karena itu, penelitian ini meneliti mengenai pengaruh pengungkapan sustainability
report dan GCG terhadap nilai perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri
informasi pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengungkapan sustainability
report dan GCG terhadap nilai perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri
informasi pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang mengikuti
penilaian CGPI selama periode 2012-2015. Metode pemilihan sampel yang
digunakan adalah metode purposive sampling. Berdasarkan purposive sampling,
terdapat 8 perusahaan yang masuk ke dalam kriteria selama masa observasi 2012-
2015, sehingga terdapat 32 sampel. Penelitian ini juga menggunakan size, leverage,
dan profitabilitas sebagai variabel kontrol. Teknik analisis data dilakukan dengan
multiple linear regression analysis dan moderated regression analysis
menggunakan software SPSS 23.
Berdasarkan hasil uji statistik, disimpulkan bahwa pengungkapan
sustainability report berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai
perusahaan, GCG tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan,
pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap nilai perusahaan dimoderasi
oleh asimetri informasi, dan pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan tidak
dimoderasi oleh asimetri informasi. Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti
menyarankan agar badan regulasi mewajibkan perusahaan untuk menerbitkan
sustainability report. Serta, disarankan agar peneliti selanjutnya menggunakan alat
ukur lain untuk mengukur GCG selain CGPI tanpa menghilangkan unsur
kelengkapan dan juga agar ditambahkan informasi kualitatif dan dapat memperluas
ruang lingkup sampel (tidak terbatas pada peserta CGPI).
Kata Kunci: Sustainability Report, GCG, Nilai Perusahaan, dan Asimetri
Informasi.
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah


memberikan banyak kenikmatan, untuk setiap nafas yang terhembus, kekuatan, dan
hidayah-Nya. Shalawat serta Salam tercurah limpahkan pada baginda Rasulullah
Muhammad S.A.W, untuk suri tauladan yang paling sempurna bagi seluruh umat
manusia.
Atas kehendak-Nya dan ijin-Nya lah akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis ini yang merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam proses penyelesaian studi pada program Magister Akuntansi
Universitas Padjadjaran dengan judul: “PENGARUH PENGUNGKAPAN
SUSTAINABILITY REPORT DAN GCG TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN DIMODERASI OLEH ASIMETRI INFORMASI
PADA PERUSAHAAN PESERTA CGPI TAHUN 2012-2015”.
Tesis ini berisi mengenai seberapa besar pengaruhnya pengungkapan
sustainability report dan GCG terhadap nilai perusahaan pada perusahaan peserta
CGPI tahun 2012 hingga 2015. Selain itu juga, tesis ini meneliti mengenai besarnya
pengaruh pengungkapan sustainability report dan GCG terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012 hingga 2015 dengan dimoderasi oleh
asimetri informasi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan
bimbingan, bantuan dan saran serta dukungan dalam proses penyusunan tesis ini
hingga dapat terselesaikannya, yaitu kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan karunia-Nya yang
begitu besar kepada penulis.
2. Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad, dr., selaku Rektor Universitas
Padjadjaran.
iv

3. Dr. Nury Effendi, SE, MA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran yang telah memberikan kesempatan untuk
menempuh pendidikan pada Program Magister Akutansi Konsentrasi
Auditing dan Pelaporan Keuangan.
4. Dr. Hj. Tettet Fitrijanti, S.E., M.Si., Ak., CA., Selaku ketua program studi
Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran.
5. Evita Puspitasari, S.E., M.Si., Ak., Selaku sekertaris Program Studi
Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran.
6. Dr. H. Memed Sueb, SE., M.Si., Ak., selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan selalu memberikan saran serta arahan
kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih banyak Pak.
7. Dede Abdul Hasyir, SE., M.Ak., Ak, selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan selalu memberikan pengarahan kepada
penulis dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih banyak Pak.
8. Almarhum orang tua yang harapannya semasa hidup menjadi motivasi
utama penulis, Alm. Rosid Widjaja dan Alm. Enok Ellih. Al-Fatihah
kupanjatkan untukmu. Bapak dan Ibu Mertua, Achmad Sukarman dan Sri
Mujiyati yang doanya selalu menyertai.
9. Suami, Hana Abriyansyah, adik, Gavinella Desijayanti serta kakak, Eka Sari
Anggraeni Wijayanti serta suaminya Sofyan Alisyahbana yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis.
10. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program
Studi Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran, terima kasih untuk ilmu
yang diberikan selama masa perkuliahan.
11. Seluruh staff akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran yang telah melayani masa
perkuliahan.
12. Teman-teman di Magister Akuntansi Angkatan 2015 Kelas Reguler B dan
Kelas Auditing dan Pelaporan Keuangan yang selalu membantu dan
memberikan saran bagi penulis.
v

13. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam
kesempatan ini, yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis
ini.

Semoga Allah SWT, melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan membalas


semua kebaikan yang penulis dapatkan selama ini, dan semoga tesis ini
memberikan manfaat kepada penulis dan semua pihak pada umumnya.

Penulis

Pera Yulianingsih
vi

DAFTAR ISI

ABSTRACT ............................................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ...................................................... 10
1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ....................................................................................................... 13
2.1. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 13
2.1.1. Stakeholder Theory ........................................................................ 13
2.1.2. Agency Theory ............................................................................... 15
2.1.3. Konsep Voluntary dan Mandatory Reporting ............................... 17
2.1.4. Sustainability Report ..................................................................... 19
2.1.5. Good Corporate Governance ........................................................ 24
2.1.6. Asimetri Informasi......................................................................... 34
2.1.7. Nilai Perusahaan ............................................................................ 36
2.1.8. Ukuran Perusahaan ........................................................................ 37
2.1.9. Leverage ........................................................................................ 38
2.1.10. Profitabilitas .................................................................................. 39
2.1.11. Penelitian Sebelumnya .................................................................. 39
2.2 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 43
2.2.1. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Nilai
Perusahaan ..................................................................................... 43
2.2.2. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan .................................. 45
2.2.3. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Dimoderasi Oleh Asimetri Informasi ........... 48
2.2.4. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Dimoderasi
Oleh Asimetri Informasi ................................................................ 49
2.3 Hipotesis ........................................................................................ 51
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ................................................ 53
3.1. Objek Penelitian ............................................................................ 53
3.2. Metode Penelitian .......................................................................... 53
3.2.1. Metode Penelitian yang Digunakan............................................... 53
3.2.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................. 53
3.2.3. Unit Analisis, Populasi dan Sampel .............................................. 55
vii

3.2.3.1. Unit Analisis ............................................................................. 55


3.2.3.2. Populasi ..................................................................................... 55
3.2.3.3. Teknik Pengambilan Sampel..................................................... 56
3.2.4. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 57
3.2.4.1. Jenis Data .................................................................................. 57
3.2.4.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 57
3.2.5. Rancangan Pengujian Hipotesis .................................................... 58
3.2.5.1. Analisis Data ............................................................................. 58
3.2.5.2. Pengujian Hipotesis ................................................................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 69
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 69
4.1.1 Analisis Deskriptif ............................................................................... 69
4.1.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ....................................................... 69
4.1.1.2 Pengungkapan Sustainability Report ............................................ 73
4.1.1.3 Good Corporate Governance........................................................ 74
4.1.1.4 Ukuran Perusahaan........................................................................ 76
4.1.1.5 Leverage ........................................................................................ 78
4.1.1.6 Profitabilitas .................................................................................. 80
4.1.1.7 Asimetri Informasi ........................................................................ 81
4.1.1.8 Nilai Perusahaan............................................................................ 83
4.1.2 Analisis Asosiatif ................................................................................. 85
4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 85
4.1.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda ................................................. 90
4.1.2.3 Moderated Regression Analysis .................................................. 101
4.2 Pembahasan ................................................................................. 105
4.2.1 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Peserta CGPI Tahun 2012-2015. .. 105
4.2.2 Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Peserta CGPI Tahun 2012-2015. ................................................. 107
4.2.3 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Dimoderasi oleh Asimetri Informasi Pada
Perusahaan Peserta CGPI Tahun 2012-2015. .............................. 109
4.2.4 Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan dengan Dimoderasi
oleh Asimetri Informasi Pada Perusahaan Peserta CGPI Tahun
2012-2015. ................................................................................... 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 113
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 113
5.2 Saran ............................................................................................ 114
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 116
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Agency Theory Overview .................................................................... 15


Tabel 2.2 Katagori dan Aspek Pedoman GRI G4 ............................................... 23
Tabel 2.3 Peran Akuntansi dalam Memastikan Penerapan GCG ....................... 27
Tabel 2.4 Item Penilaian Self Assesment CGPI................................................... 31
Tabel 2.5 Penelitian Sebelumnya ........................................................................ 38
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ................................................................... 52
Tabel 3.2 Populasi ............................................................................................... 53
Tabel 3.3 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ...................................... 54
Tabel 3.4 Daftar Perusahaan yang Masuk dalam Kriteria .................................. 55
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Masuk dalam Kriteria .................................. 68
Tabel 4.2 Sustainability Reporting Disclosure Index ......................................... 71
Tabel 4.3 Corporate Governance Perception Index ........................................... 73
Tabel 4.4 Total Aset Perusahaan ......................................................................... 75
Tabel 4.5 Debt to Equity Ratio............................................................................ 76
Tabel 4.6 Return on Asset ................................................................................... 78
Tabel 4.7 Asimetri Informasi .............................................................................. 79
Tabel 4.8 Cost of Equity ...................................................................................... 81
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 84
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................ 85
Tabel 4.11 Persamaan Regresi Linear Berganda ................................................ 86
Tabel 4.12 Koefisien Determinasi Simultan ....................................................... 89
Tabel 4.13 Koefisien Determinasi Parsial ........................................................... 90
Tabel 4.14 Pengujian Hipotesis Parsial X1 ......................................................... 92
Tabel 4.15 Pengujian Hipotesis Parsial X2 ......................................................... 93
Tabel 4.16 Pengujian Hipotesis Parsial X3 ......................................................... 94
Tabel 4.17 Pengujian Hipotesis Parsial X4 ......................................................... 95
Tabel 4.18 Pengujian Hipotesis Parsial X5 ......................................................... 96
Tabel 4.19 Pengujian Hipotesis Simultan ........................................................... 97
Tabel 4.20 Koefisien Determinasi Interaksi Pertama ......................................... 98
Tabel 4.21 Pengujian Hipotesis Simultan ........................................................... 99
Tabel 4.22 Pengujian Hipotesis Parsial ............................................................... 100
Tabel 4.23 Koefisien Determinasi Interaksi Kedua ............................................ 101
Tabel 4.24 Pengujian Hipotesis Simultan ........................................................... 101
Tabel 4.25 Pengujian Hipotesis Parsial ............................................................... 102
ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Survey Sustainability Report........................................................... 5


Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 49
Gambar 3.1 Model Penelitian ............................................................................. 61
Gambar 4.1 Grafik Sustainability Reporting Disclosure Index .......................... 72
Gambar 4.2 Grafik Corporate Governance Perception Index ............................ 74
Gambar 4.3 Grafik Total Aset Perusahaan ......................................................... 75
Gambar 4.4 Grafik Debt to Equity Ratio ............................................................ 77
Gambar 4.5 Grafik Return on Asset Ratio .......................................................... 79
Gambar 4.6 Grafik Asimetri Informasi ............................................................... 80
Gambar 4.7 Grafik Cost of Equity ...................................................................... 82
Gambar 4.8 Hasil Uji Normalitas........................................................................ 83
Gambar 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 86
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, pengguna internet khususnya sosial

media di setiap negara semakin bertambah, informasi dapat dengan cepat menyebar

dan bisa berdampak langsung terhadap pihak yang terkait (Kipp, 2017:2). Informasi

tersebut diantaranya dapat terkait dengan reputasi perusahaan. Reputasi yang baik

bisa mendongkrak nilai perusahaan, namun sebaliknya, reputasi yang buruk akan

mengurangi nilai perusahaan.

Dalam banyak kejadian, ancaman pada reputasi muncul, antara lain

karena adanya publikasi negatif terkait kegiatan perusahaan, atau adanya persepsi

negatif terhadap perusahaan. Publikasi negatif ini khususnya terkait kegiatan

perusahaan yang melanggar etika.

Salah satu contohnya adalah United Airlines. Pada bulan April 2017,

tersebar video seorang penumpang diturunkan paksa dengan cara diseret karena

kapasitas pesawat yang overbooking, sehari setelah video tersebut menyebar,

saham United Airlines anjlok sebesar 6,3% dalam pre-market trading, turun

sebanyak $ 1,4 miliar dari kapitalisasi pasar perusahaan sebesar $ 21 miliar.

(Dikutip dari http://fortune.com/2017/04/11/united-airlines-stock-drop/ diakses

pada tanggal 12 April 2017 pukul 16.04). Contoh di dalam negeri terjadi pada PT

Agung Podomoro Land Tbk (APL). Pada tanggal 1 April 2016, KPK menetapkan

Direktur Utama APL, Ariesman Widjaja sebagai tersangka pemberi suap kepada
2

anggota Komisi Pembangunan DPRD DKI Jakarta. Lalu, saat perdagangan dibuka

pada senin tanggal 4 April 2016, saham APL anjlok 10,00% atau 30 poin ke Rp 270

dan juga masuk dalam jajaran top losers di papan bursa. (Dikutip dari

https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-3178824/bosnya-ditahan-kpk-saham-

agung-podomoro-anjlok-10 diakses pada tanggal 2 Mei pukul 18.31).

Selain itu, pada berita yang ditulis di Situs Tempo (diakses dari

https://bisnis.tempo.co/read/news/2015/10/13/090709146/akibat-kabut-asap-5-

perusahaan-ini-diboikot-singapura, pada tanggal 10 November pukul 18.47),

Dewan Lingkungan Singapura (SEC) menyerukan boikot atas produk lima

perusahaan Indonesia. Kelima perusahaan itu adalah PT Rimba Hutani Mas, PT

Sebangun Bumi Andalas Wood Industries, PT Bumi Sriwijaya Sentosa, PT

Wachyuni Mandira, dan Asia Pulp and Paper (APP) Company. Manager Director

PT Sinar Mas Gandi Sulistiyanto menyampaikan kekhawatirannya pada Tempo

bahwa, langkah Singapura akan diikuti negara lain yang mengimpor kertas dari dari

Indonesia. Sebab, saat ini Indonesia adalah produsen kertas terbesar kedelapan di

dunia. Tiap tahun, nilai ekspor kertas Indonesia mencapai sekitar US$ 5,6 miliar.

Pukulan terhadap APP yang merupakan salah satu perusahaan kertas terbesar di

Indonesia dikhawatirkan berdampak buruk terhadap keseluruhan industri yang

menyerap 2,1 juta tenaga kerja ini (dikutip dari https://bisnis.tempo.co/

read/news/2015/10/12/090708818/diboikot-singapura-sinar-mas-nilainya-tak-

seberapa diakses pada tanggal 10 November 2016 pukul 18.30). Sehingga tentunya,

tuntutan konsumen akan praktek ramah lingkungan tersebut apabila tidak dipenuhi

memberi dampak buruk bagi nilai perusahaan.


3

Dari berbagai fakta di atas menunjukkan bahwa publikasi negatif

menyebabkan investor memiliki persepsi negatif sehingga berpengaruh terhadap

nilai perusahaan. Cara mengatasi persepsi negatif tersebut, perusahaan dapat

meningkatkan akuntabilitas dengan menerbitkan sustainability report dan

menerapkan praktik good corporate governance (GCG).

Djatmiko dalam Majalah SWA (2015:26) menyebutkan apabila dilihat

dalam skala yang lebih luas, belakangan, para investor asing yang akan berinvestasi

di Indonesia biasanya pertama-tama melihat dulu sejauh mana penerapan GCG di

perusahaan yang akan digandeng sebagai mitra bisnis atau menyuntikkan modal

mereka. Hal ini sudah menjadi tren global selama hampir dua dasawarsa terakhir.

Lo Kheng Hong mengatakan bahwa cara termudah untuk melihat sejauh mana

suatu perusahaan yang akan dibeli sahamnya itu betul-betul dikelola oleh orang–

orang yang jujur dan professional. Selanjutnya dia mencermati terlebih dahulu

konsistensi perusahaan tersebut dalam menerapkan GCG.

Jemmy Paul Wawointana, Direktur Investasi PT Sucorinvest Asset

Management, dikutip dari artikel di Majalah SWA (2016:62), mengemukakan salah

satu kiat Sucorinvest mencapai imbal hasil yang tinggi adalah menempatkan dana

nasabah ke saham perusahaan yang konsisten menerapkan praktik GCG yang baik.

Selanjutnya Jemmy menegaskan bahwa sekitar 90% dari jumlah portofolio

Sucorinvest ditempatkan ke perusahaan yang menerapkan GCG. Untuk investasi

jangka panjang, dia pasti menggunakan penilaian GCG. Lucky Bayu Purnomo

(2016:63), Analis PT Danareksa Sekuritas dalam artikel yang sama menyampaikan,

investor institusi dan ritel akan melakukan aksi beli saham perusahaan yang
4

mempraktikkan GCG serta transparan mengumumkan aksi merger, akuisisi, dan

ekspansi usaha. Perusahaan akan mendapat nilai plus di mata para investor karena

menawarkan return yang menjanjikan sebagai hasil rangkaian pelaksanaan GCG.

Otoritas Jasa Keuangan mengungkapkan, penerapan GCG akan

meningkatkan harga saham dari perusahaan terbuka atau emiten. Salah satu

contohnya anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang harga

sahamnya melejit 10 kali lipat sejak melakukan penawaran umum saham perdana

(initial public offering/IPO). Pada artikel yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas

Pasar Modal OJK, Nurhaida mengatakan, saham anak usaha BUMN tersebut naik

dari Rp127 per saham menjadi Rp1.400 per saham. Tentunya ini memberikan nilai

tambah bagi perusahaan dan investor (dikutip dari http://ekbis.sindonews.com

/read/1153483/32/good-corporate-governance-tingkatkan-harga-saham-emiten-

1478526363 diakses pada tanggal 25 Januari 2017 pukul 13.25).

Budi G. Sadikin, Dirut Bank Mandiri dalam wawancara di Majalah

SWA (2015:29), mengemukakan “Setelah Bank Mandiri menerapkan GCG dengan

benar, banyak nilai finansial yang berhasil diciptakan. Tahun 2006 nilai kapitalisasi

pasar Bank Mandiri baru sekitar Rp. 15 triliun. Tapi kini sudah hampir Rp. 200

triliun”. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa GCG juga

memengaruhi nilai perusahaan.

Direktur The Sustainability Accounting Standard Board, Elisse Walter

yang mengungkapkan, “Investors are pushing harder and harder for this

information…They are doing this through an increasing number of shareholder

proposal” (dikutip dari http://blogs.wsj.com/cfo/2016/09/26/investors-demand-


5

more-sustainability-disclosures-from-companies/ diakses 10 November 2016 pukul

18.42). Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh

Ernest & Young dan Boston College sebagai berikut:

Gambar 1.1
Survey Sustainability Report

Pada penelitian tersebut, terungkap bahwa hampir 60% responden menyatakan

bahwa sustainability report memberikan nilai terhadap peningkatan reputasi

perusahaan. Dengan meningkatnya reputasi perusahaan tentu berarti pandangan

investor tentang perusahaan semakin baik dan akhirnya nilai perusahaan semakin

meningkat.

Namun, terdapat fenomena menarik yang terjadi. PT. Garuda Indonesia

tbk yang pernah mendapat predikat Most Trusted Company tahun 2010 sampai

dengan 2013 dan 2015, berdasarkan peringkat Corporate Governance Index

Perception (CGPI) yang dinilai oleh The Indonesian Institute for Corporate

Governance (IICG) dan Majalah SWA, mantan CEOnya diduga melakukan praktik
6

suap. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan mantan CEO PT.

Garuda Indonesia Tbk tersebut, Emirsyah Satar, sebagai tersangka suap pembelian

mesin pesawat dari Rolls Royce Inggris (dikutip dari

http://economy.okezone.com/read/2017/01/19/320/1595733/emirsyah-satar-jadi-

tersangka-begini-jawaban-garuda-indonesia diakses 23 Januari 2017 pukul 19.36).

Padahal apabila dilihat dari nilai CGPI, PT. Garuda Indonesia Tbk telah

menjalankan praktik GCG dengan peringkat yang tinggi, tetapi mantan CEO

menjadi tersangka kasus suap, tentunya hal ini akan menimbulkan reputasi buruk

bagi perusahaan yang akan membuat nilai perusahaan menurun.

CGPI merupakan program riset dan pemeringkatan penerapan GCG

pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui perancangan riset yang

mendorong perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate

governance (CG) melalui perbaikan yang berkesinambungan (continuous

improvement) dengan melaksanakan evaluasi dan benchmarking (Laporan CGPI,

2012). CGPI bukan suatu program mandatory, tetapi voluntary. Sehingga,

perusahan-perusahaan yang berinisiatif mengikuti CGPI merupakan perusahaan

yang memiliki komitmen terhadap GCG.

Selain PT. Garuda Indonesia Tbk, kasus serupa menimpa PT. Bank

Central Asia Tbk, salah satu Bank dengan penerapan GCG yang selalu mendapat

predikat Most Trusted Company. Ketua KPK, Agus Rahardjo, memastikan KPK

kembali mengusut kasus dugaan korupsi terkait pajak PT. Bank Central Asia Tbk

yang melilit Dirjen Pajak Hadi Purnomo, mengapa seluruh keberatan pajak BCA
7

akhirnya diterima (dikutip dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/857008-

kpk-lanjutkan-usut-kasuspajak-bca diakses 23 Januari 2017 pukul 18.45).

Tidak hanya itu, terdapat juga inkonsistensi penelitian yang

menyebutkan bahwa GCG tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Haat et al

(2008), melakukan penelitian di Malaysia yang menyimpulkan bahwa GCG tidak

berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap nilai perusahaan yang

diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. GCG pada penelitian tersebut diukur

dengan menilai independensi dewan komisaris, cross-directorship dewan, dan

kepemilikan manajerial. Penelitian yang dilakukan oleh Nuswandari (2009) yang

menguji pengaruh CGPI terhadap nilai Tobin’s Q pada perusahaan yang terdaftar

di BEI menemukan bahwa variabel CGPI secara statistik tidak berpengaruh. Lalu,

Riandi dan Siregar (2011) membuktikan bahwa penerapan GCG tidak berpengaruh

terhadap terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan ROA. Gherghina (2015),

Fatchan dan Trisnawati (2016) mengemukakan juga bahwa ternyata GCG tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian mengenai pengaruh sustainability report terhadap nilai

perusahaan juga terdapat hasil yang menunjukkan tidak adanya pengaruh. Dobre,

et al (2015) yang meneliti di Romania menyatakan bahwa environmental dan social

performance tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Siew, et al (2013) yang

meneliti pengaruh sustainability practices membuktikan bahwa tidak ada hubungan

positif yang kuat antara luasnya praktik non-keuangan dan kinerja keuangan. Hal

serupa juga disampaikan oleh Byus, et al (2010) dan Dagiliené (2015).


8

Selain itu, Hasil survey Nielsen Global Corporate Sustainability Report

2015 di ASEAN, menunjukkan penjualan produk konsumsi dari merek-merek yang

terbukti memiliki komitmen pada sustainability tumbuh lebih dari 4% secara global

dibandingkan dengan tahun lalu. Angka tersebut tentu relatif kecil untuk dapat

memengaruhi nilai perusahaan. Hal ini juga menunjukkan adanya kecenderungan

masyarakat di ASEAN, berlawanan dengan teori maupun hasil penelitian pada

umumnya bahwa mereka tidak memperdulikan komitmen perusahaan terhadap

sustainability dalam memilih produk konsumsi. Kemudian survey yang diadakan

oleh Ethical Corporation menyebutkan bahwa hanya 25% pakar sustainability

percaya bahwa CFO perusahaannya meyakini adanya value dari sustainability

report.

GCG yang berfungsi sebagai alat kontrol dalam perusahaan mampu

mencegah/mengurangi terjadinya konflik keagenan dalam perusahaan, sehingga

hal itu dipersepsi positif oleh investor (Randi dan Juniarti, 2013). Berdasarkan

agency theory, yang dimaksud dengan konflik keagenan dalam perusahaan adalah

asimetri informasi (Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga, ketika asimetri

informasi bisa ditekan atau diturunkan, maka investor dapat mengetahui bahwa

implementasi penerapan GCG telah dilakukan dan menandakan bahwa perusahaan

sudah dikelola dengan efisien sesuai dengan keinginan pemegang saham. Persepsi

positif oleh investor membuat investor bereaksi positif terhadap saham perusahaan

tersebut sehingga harga saham perusahaan akan meningkat tentunya hal ini berarti

nilai perusahaan meningkat.


9

Di satu sisi, investor ingin memaksimalkan return investasi mereka dan

di sisi lain, manajemen ingin memaksimalkan nilai perusahaan. Bahmani

(2014:110) menjelaskan, manajemen memiliki dorongan untuk mengungkapkan

lebih banyak informasi mengenai kondisi keuangan dan prospek perusahaan

mereka saat ini secara sukarela dan karena itu mengurangi asimetri ini. Contohnya

dengan menerbitkan sustainability report dan pemeringkatan praktek GCG.

Sehingga, asimetri informasi dapat memoderasi hubungan antara sustainability

report dan pemeringkatan praktek GCG terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memutuskan untuk mencari

tahu apakah pengungkapan sustainability report dan GCG berpengaruh terhadap

nilai perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri informasi? Oleh karena itulah

peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengungkapan

Sustainability Report dan GCG Terhadap Nilai Perusahaan dengan

Dimoderasi oleh Asimetri Informasi Pada Perusahaan Peserta CGPI Tahun

2012-2015”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015.

2. Seberapa besar pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015.


10

3. Seberapa besar pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap

nilai perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri informasi pada

perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015.

4. Seberapa besar pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan dengan

dimoderasi oleh asimetri informasi pada perusahaan peserta CGPI tahun

2012-2015.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang

diuraikan di atas, maka maksud penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015.

2. Mengetahui pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

peserta CGPI tahun 2012-2015.

3. Mengetahui pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap nilai

perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri informasi pada perusahaan

peserta CGPI tahun 2012-2015.

4. Mengetahui pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan dengan dimoderasi

oleh asimetri informasi pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjelaskan

signifikansi pengaruh pengungkapan sustainability report dan good corporate


11

governance terhadap nilai perusahaan dengan asimetri informasi sebagai variabel

moderating pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Praktis

a. Bagi investor dan calon investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

b. Bagi regulator

Sebagai masukan mengenai pentingnya pengungkapan sustainability report karena

hingga saat ini belum terdapat standar dan peraturan mengenai sustainability

reporting. Mengingat di Amerika Serikat telah ada Sustainability Accounting

Standard Boards (SASB), diharapkan di Indonesia dapat mengadopsi standar

tersebut.

c. Bagi pembaca dan peneliti lain

Dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan lebih luas mengenai

pengungkapan sustainability report, good corporate governance, asimetri

informasi dan nilai perusahaan, serta dapat digunakan sebagai bahan referensi dan

bahan kajian dalam penelitian yang lebih luas.

d. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengembangan ilmu bagi penulis mengenai

pengungkapan sustainability report, good corporate governance, asimetri

informasi, dan nilai perusahaan.


12

1.4.2. Kegunaan Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat dan sumbangan

referensi dalam ilmu ekonomi, terutama dalam kajian akuntansi dan keuangan.
13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Stakeholder Theory

Freeman (1983) menyebutkan, istilah stakeholder awalnya

diperkenalkan oleh Stanford Research Institute (SRI), yakni “those groups without

whose support the organization would cease to exist”. Inti dari pemahaman tersebut

mengarah pada keberadaan suatu organisasi (dalam kasus ini adalah perusahaan)

sangat dipengaruhi oleh dukungan kelompok – kelompok yang memiliki hubungan

dengan organisasi tersebut. Freeman (1983), kemudian mengembangkan

stakeholder theory dan memperkenalkan konsep tersebut dalam dua model, yaitu:

model kebijakan dan perencanaan bisnis; dan model tanggung jawab sosial

perusahaan dan manajemen stakeholder.

Kebijakan dan perencanaan bisnis, berfokus pada pengembangan dan

evaluasi persetujuan keputusan strategis perusahaan dengan kelompok-kelompok

yang dukungannya diperlukan untuk kelangsungan usaha perusahaan. Sedangkan

pada model tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen stakeholder,

perencanaan perusahaan dan analisis diperluas dengan memasukkan pengaruh

eksternal yang mungkin berlawanan bagi perusahaan. Kelompok berlawanan ini

termasuk badan regulator (government), lingkungan dan/atau kelompok


14

(communities) dengan kepentingan khusus yang memiliki kepedulian terhadap

permasalahan sosial.

Donaldson dan Preston (1995) berpendapat bahwa stakeholder theory

merupakan hal yang berkenaan dengan pengelolaan atau ketatalaksanaan

(managerial) dan merekomendasikan sikap, struktur, dan praktik, dimana apabila

dilaksanakan bersama-sama akan membentuk sebuah filosofi manajemen

stakeholder. Menurut Donaldson dan Preston (1995:73), teori stakeholder dibagi

dalam tiga aspek, yaitu:

a. The stakeholder theory is unarguably descriptive. It presents a


model describing what the corporation is. It describes the
corporation as a constellation of cooperative and competitive
interests possessing intrinsic value.
b. The stakeholder theory is also instrumental. establishes a framework
for examining the connections, if any, between the practice of
stakeholder management and the achievement of various corporate
performance goals. The principal focus of interest here has been the
proposition that corporations practicing stakeholder management
will, other things being equal, be relatively successful in
conventional performance terms (profitability, stability, growth,
etc.).
c. Its fundamental basis is normative and involves acceptance of the
following ideas:
1) Stakeholders are persons or groups with legitimate interests in
procedural and/or substantive aspects of corporate activity.
Stakeholders are identified by their interests in the corporation,
whether the corporation has any corresponding functional
interest in them.
2) The interests of all stakeholders are of intrinsic value. That is,
each group of stakeholders merits consideration for its own sake
and not merely because of its ability to further the interests of
some other group, such as the shareowners.”

Sama et.al (2004: 146) menunjukkan bahwa mengintegrasikan

suistainability dalam filsafat perusahaan adalah perpanjangan alami dari teori

stakeholder. Mereka memperluas konsep lingkungan alam di luar makhluk hidup


15

yang disebut silent stakeholder, dari mana perusahaan memperoleh sumber daya

dan harus bertanggung jawab atas dampak, baik positif maupun negatif atas

perolehan sumber daya tersebut.

Terdapat prinsip dasar dari stakeholder theory. Jones dan Wicks dalam

Belal (2008) merumuskan prinsip tersebut sebagai berikut:

a. perusahaan memiliki hubungan dengan banyak kelompok konstituen yang

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan-keputusannya;

b. teori ini berkaitan dengan sifat dari hubungan tersebut baik dari segi proses

dan hasil untuk perusahaan dan para stakeholder;

c. kepentingan seluruh stakeholder memiliki nilai intrinsik, dan tidak ada

kepentingan untuk mendominasi orang lain; dan

d. teori ini berfokus pada pengambilan keputusan manajerial.

2.1.2. Agency Theory

Teori lainnya yang berkaitan erat dengan praktek GCG dalam

perusahaan adalah agency theory. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa

hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan

orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan

wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Sebagai agent, manajer

bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal),

namun disisi yang lain manajer juga memiliki kepentingan untuk memaksimumkan

kesejahteraan mereka. Terjadi konflik kepentingan (conflict of interest) sehingga

ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik

principal (Jensen dan Meckling, 1976).


16

Agar hubungan ini dapat berjalan dengan baik, pemilik akan

mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada manajer. Eisenhardt

(1989) menyatakan bahwa agency theory berkaitan dengan menyelesaikan dua

masalah yang dapat terjadi pada suatu hubungan. Yang pertama adalah masalah

keagenan yang timbul ketika:

a. keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen konflik dan

b. sulit atau mahal bagi prinsipal untuk memverifikasi apa yang sesungguhnya

agen lakukan.

Prinsipal tidak dapat memverifikasi bahwa agen telah berperilaku tepat atau tidak.

Yang kedua adalah masalah pembagian risiko yang timbul ketika prinsipal dan agen

memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko. Masalahnya di sini adalah bahwa

kepala sekolah dan agen dapat memilih tindakan yang berbeda karena preferensi

risiko yang berbeda-beda.

Selanjutnya Eisenhardt (1989:58) menyusun ringkasan mengenai

agency theory pada tabel berikut.

Tabel 2.1
Agency Theory Overview
Key idea principal-agent relationship should
reflect efficient organization of
information and risk-bearing costs.
Unit of analysis Contracy between principal and agent
Human assumptions 1. Self-interest
2. Bounded rationality
3. Risk aversion
Organizational assumptions 1. Partial goal conflict among
participants
2. Efficiency as the effectiveness
criterion
3. Information asymmetry between
principal and agent
17

Information assumption Information as a purchasable


commodity
Contracting problems Agency (moral hazard and adverse
selection)
Problem domain Relationship in which the principal
and agent have partly differing goals
and risk preferences (e.g.,
compensation, regulation, leadership,
impression management, whistle-
blowing, vertical integration, transfer
pricing)
Sumber: Eisenhardt (1989:58)

Secara keseluruhan Eisenhardt (1989) menyimpulkan bahwa, agency

theory adalah hubungan yang mencerminkan struktur lembaga dasar dari principal

dan agen yang terlibat dalam perilaku kooperatif, namun memiliki perbedaan tujuan

dan sikap yang berbeda terhadap risiko.

2.1.3. Konsep Voluntary dan Mandatory Reporting

Sebelum membahas mengenai sustainability report, terlebih dahulu

akan dijelaskan mengenai kosenp voluntary dan mandatory reporting. Suwardjono

(2005) menyatakan pengungkapan merupakan bagian yang terintegral dengan

pelaporan. Selanjutnya, Suwardjono menyebutkan bahwa pengungkapan wajib

(mandatory) merupakan pengungkapan yang diatur dalam peraturan yang berlaku

sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary) merupakan pengungkapan yang

tidak diatur dalam peraturan yang berlaku.

Mandatory reporting atau pelaporan wajib dapat menjamin komparabilitas

antar perusahaan dan menghindari proliferasi standar yang saat ini ada di ranah

voluntary (Scholtz et al., 2014). Dengan menguraikan pedoman khusus bagi

perusahaan untuk diikuti, perusahaan akan dapat membandingkan laporan secara


18

“apple to apple” dalam suatu negara (Lydenberg et al., 2010). Mandatory reporting

yang pemerintah wajibkan akan menempatkan setiap perusahaan pada level

kompetisi yang sama berkenaan dengan komunikasi kinerja sustainability.

Terdapat perbandingan yang lebih mudah diterapkan saat perusahaan

melaporkan pengungkapan yang dipersyaratkan dengan sama. Hal ini bisa juga

memiliki efek pasar yang positif, melalui penciptaan persaingan atas informasi

berkualitas. Menurut Lydenberg et al (2010:98),

"Kemampuan untuk mengukur kinerja keberlanjutan yang dapat timbul


dari persyaratan pelaporan minimum yang diwajibkan dapat menjadi
elemen penting dalam memfasilitasi pergerakan menuju persaingan
terhadap keberlanjutan, selain masalah keuangan."

Sulkowski & Waddock (2014) menjelaskan bahwa mandatory reporting

mencegah investor disesatkan oleh kegagalan untuk melaporkan dan melaporkan

secara berlebihan (over-reporting), masalah umum yang seringkali terjadi pada

voluntary sustainability report. Ha ini juga membantu investor dan regulator

memproyeksikan keadaan yang dapat menyebabkan krisis di masa depan yang

mungkin dihadapi perusahaan (Lydenberg et al., 2010:98).

Meskipun memiliki keuntungan untuk membangun level kompetisi

yang sama, memberikan informasi yang kredibel, dan melindungi investor, ada

terdapat kekurangan dalam mandatory sustainability report. Diantaranya adalah

item-item yang diwajibkan untuk diungkapkan dapat dilihat sebagai check list

untuk memenuhi kepatuhan, yang dapat mencegah inovasi, dan peningkatan kinerja

perusahaan. (Scholtz et al., 2014).

Kekurangan lainnya yang dihadapi oleh mandatory reporting adalah

kesulitan dalam penegakan peraturan. Penegakan peraturan seringkali lemah karena


19

biaya pemantauan dan logistik yang tidak pasti seputar mandatory reporting

(Lydenberg et al., 2010). Sanksi yang jelas dapat memperkuat sistem peraturan

yang ada, karena mandatory reporting menghadapi masalah informasi yang

menyesatkan (misleading), penipuan, dan pengabaian terhadap norma masyarakat

(Sulkowski dan Waddock, 2014).

Voluntary reporting seringkali diperdebatkan sebagai sistem pelaporan

yang ideal karena memungkinkan pemain pelaporan yang unggul untuk

menampilkan kinerja positif mereka dibandingkan perusahaan lain (Sulkowski dan

Waddock, 2014). Pelaporan sukarela dapat menjadi kepentingan industri yang

terbaik, karena mereka dapat menguraikan masalah material untuk industri tertentu

mereka, dan menciptakan standar sukarela untuk kepentingan kolektif semua

anggota industri (Scholtz et al., 2014).

Kekurangan dari voluntary reporting adalah beragam indikator dan

metrik mempersulit pengguna informasi untuk membandingkan kinerja (Lydenberg

et al., 2010). Proliferasi standar dan rangking ini menciptakan keadaan ambiguitas

yang dapat menyebabkan under-reporting yang berdampak negatif pada

pengambilan keputusan investor atau bahkan over-reporting yang berdampak

negatif terhadap pemangku kepentingan yang lebih luas yang melalui data yang

berlebihan (Sulkowski dan Waddock, 2014).

2.1.4. Sustainability Report

Secara harfiah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sustainable

atau berkelanjutan adalah berlangsung terus-menerus atau berkesinambungan.

Namun definisi tersebut sebetulnya tidak tepat, karena menurut Brundtland Report
20

yang diterbitkan oleh WCED (World Comission on Environment and Development)

(1987:34) sustainability seharusnya dipandang sebagai “development that meets the

needs of present (species) without compromising the ability of future generations

to meet their own needs.”

Szekely (2005) menyatakan bahwa sustainability adalah bagaimana

membangun masyarakat dimana ekonomi, sosial dan tujuan ekologi harus

seimbang. Bateh et al., (2014:1) menyebutkan bahwa “sustainability might refer to

social responsibility, ethics, or a larger piece of the strategic management rubric

and has also been tied to strategic decision-making.” Sustainability menurut

American Institute of CPAs (AICPA):

“Sometimes used interchangeably with the term corporate social


responsibility, the most widely accepted definition of sustainability that
has emerged over time is the “triple bottom-line” consideration of
1) economic viability,
2) social responsibility, and
3) environmental responsibility.
While environmental considerations are often the focus of attention, the
triple-bottom-line definition of sustainability is a broad concept. In
addition to preservation of the physical environment and stewardship
of natural resources, sustainability considers the economic and social
context of doing business and also encompasses the business systems,
models and behaviors necessary for long-term value creation.”

Muller dan Pfleger (2014) juga menyatakan, tindakan sustainability dapat memiliki

implikasi sosial (misalnya, mengenai kesetaraan kesempatan), lingkungan

(misalnya, mengenai kualitas ekosistem), dan ekonomi (misalnya, menyangkut

ekonomi yang stabil dan sehat untuk memastikan kondisi hidup). Elkington (1997)

dalam Muller dan Pfleger (2014) menyebut ketiga implikasi tersebut merupakan
21

dimensi yang mewakili tiga pilar utama sustainability dan juga dikenal sebagai

konsep ''triple-bottom-line'.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sustainability merupakan suatu

kemampuan untuk bagaimana perusahaan dapat menjalankan aktivitas

operasionalnya dengan memanfaatkan sumber daya yang terbatas dengan efektif,

efisien dan ekonomis untuk kelangsungan perusahaan dan kepentingan generasi

saat ini dan masa yang akan datang.

Sedangkan sustainability report menurut Global Reporting Initiative

(GRI, 2013:13) adalah sebagai berikut:

“A report published by a company or organization about the economic,


environmental and social impacts caused by its everyday activities. A
sustainability report also presents the organization's values and
governance model, and demonstrates the link between its strategy and
its commitment to a sustainable global economy.
Sustainability reporting can help organizations to measure, understand
and communicate their economic, environmental, social and
governance performance, and then set goals, and manage change more
effectively. A sustainability report is the key platform for
communicating sustainability performance and impacts – whether
positive or negative.
Sustainability reporting can be considered as synonymous with other
terms for non-financial reporting; triple bottom line reporting,
corporate social responsibility (CSR) reporting, and more. It is also an
intrinsic element of integrated reporting; a more recent development
that combines the analysis of financial and non-financial
performance.”

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sustainability report adalah

suatu laporan yang diterbitkan oleh entitas yang berisi informasi mengenai kinerja

ekonomi, lingkungan, dan sosial perusahaan yang dilakukan dengan sumber daya

terbatas untuk kelangsungan perusahaan dan kepentingan generasi saat ini dan masa

yang akan datang.


22

Dari 250 perusahaan terbesar di dunia, sebanyak 92% perusahaan melaporkan

kinerja sustainability-nya. 74% dari perusahaan–perusahaan tersebut menggunakan

pedoman pengungkapan dari Global Reporting Iniative (GRI) untuk menyusun

suistainability report. 35 negara telah menggunakan GRI untuk kebijakan

sustainability mereka dan menjadikannya pedoman sustainability reporting yang

paling banyak digunakan di dunia. Selain itu GRI telah berkolaborasi dengan lebih

dari 20 organisasi internasional seperti The United Nations Global Compact

(UNGC), OECD, Kelompok Kerja PBB tentang Bisnis & Hak Asasi Manusia dan

National Center for Sustainability Reporting (NCSR) di Indonesia (dikutip dari

https://www.globalreporting.org/information/sustainabilityreporting/Pages/default

.aspx pada tanggal 10 November 2016 pukul 21.15).

Oleh karena itu juga, peneliti menggunakan GRI Guidelines sebagai

pedoman untuk mengukur pengungkapan sustainability report. Berikut rumus

untuk mengukur pengungkapan sustainability report (Nugroho dan Arjowo, 2014).

SRDI = Sustainability Report Disclosure Index

V = Jumlah item yang diungkapkan

M = Jumlah item yang seharusnya diungkapkan

Berikut kategori dan aspek dalam pedoman GRI G4.


23

Tabel 2.2
Kategori dan Aspek Pedoman GRI G4
Kategori Ekonomi Lingkungan

Aspek  Kinerja Ekonomi  Bahan


 Keberadaan di Pasar  Energi
 Dampak Ekonomi Tidak  Air
Langsung  Keanekaragaman hayati
 Praktik Pengadaan  Emisi
 Efluen dan Limbah
 Produk dan Jasa
 Kepatuhan
 Transportasi
 Lain-lain
 Asesmen Pemasok atas
Lingkungan
 Mekanisme Pengaduan
Masalah Lingkungan

Kategori Sosial
Sub- Praktik
Kategori Ketenagakerjaan Tanggung
Hak Asasi
dan Jawab atas
Manusia Masyarakat
Kenyamanan Produk
Bekerja

Aspek  Kepegawaian  Investasi  Masyarakat  Kesehatan


 Hubungan  Non- Lokal dan
Industrial diskriminasi  Anti- Keselamatan
 Kesehatan dan  Kebebasan korupsi Pelanggan
 Keselamatan Berserikat  Kebijakan  Pelabelan
Kerja dan Publik Produk dan
 Pelatihan dan Perjanjian  Anti- Jasa
 Pendidikan Kerja persaingan  Komunikasi
 Keberagamaan Bersama  Kepatuhan Pemasaran
dan (PKB)  Asesmen  Privasi
 Kesetaraan  Pekerja Pemasok Pelanggan
Peluang Anak atas  Kepatuhan
 Kesetaraan  Pekerja Dampak
Remunerasi Paksa atau terhadap
 Perempuan dan Wajib Kerja Masyarakat
Laki-laki  Praktik  Mekanisme
 Asesmen Pengamanan Pengaduan
Pemasok atas  Hak Adat Dampak
 Asesmen
24

 Praktik  Asesmen terhadap


Ketenagakerjaan pemasok Masyarakat
 Mekanisme atas
Pengaduan  Hak Asasi
Masalah Manusia
Ketenagakerjaan  Mekanisme
Pengaduan
Masalah
HAM
Sumber: Pedoman GRI G4 (2013:37)

2.1.5. Good Corporate Governance

Dikutip dari Bambang Subroto SR (2005), istilah governance berasal

dari bahasa Perancis Kuno gouvernance yang berarti pengendalian atau control,

sehingga keadaan berada dalam kondisi terkendali (the state of being governed).

Sedangkan menurut A.C. Fernando (2006:56),

“The earliest definition of corporate governance in its narrow sense is


from the Economist and Nobel Laureate, Milton Friedman. According
to him, ‘corporate governance is to conduct the business in accordance
with the owner’s or shareholders’ desires, which generally will be to
make as much money as possible, while conforming to the basic rules
of the society embodied in law and local customs”.

International Auditing and Assurance Standards Board (2013:216)

menyebutkan bahwa:

“governance describes the role of person(s) or organization(s) with


responsibility for overseeing the strategic direction of the entity and
obligations related to the accountability of the entity.”

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa good

corporate governance adalah suatu mekanisme yang mengelola hubungan

shareholders, board of directors, top management, karyawan, pemerintah, para


25

pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal dengan mengutamakan

prinsip fairness, transparency, accountability, dan responsibility.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam

Agoes dan Ardana (2014) mencoba untuk mengembangkan beberapa prinsip yang

dijadikan acuan baik oleh pemerintah maupun para pelaku bisnis dalam mengatur

mekanisme hubungan antar para pemangku kepentingan tersebut. Prinsip-prinsip

OECD tersebut mencakup lima bidang utama, yaitu: hak-hak para pemegang saham

dan pengungkapan yang akurat dan tepat waktu; transparansi terkait dengan

struktur dan operasi perusahaan; serta tanggung jawab dewan komisaris dan dewan

direksi terhadap perusahaan, pemegang saham, dan pihak-pihak yang

berkepentingan lainnya. Secara ringkas, prinsip-prinsip tersebut dapat dirangkum

sebagai berikut:

a. Perilaku yang setara antar pemangku kepentingan (fairness)

b. Transparansi (transparency)

c. Akuntabilitas (accountability)

d. Tanggung jawab (responsibility)

Kementerian BUMN juga menyebutkan prinsip GCG dalam Surat

Keputusan Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan GCG. Prinsip yang

disebutkan hampir sama dengan prinsip GCG yang disebutkan oleh OECD, tetapi

terdapat 1 perbedaan. Berikut lima prinsip menurut Kementerian BUMN:

a. Kewajaran (fairness)

b. Transparansi (transparency)

c. Akuntabilitas (accountability)
26

d. Pertanggungjawaban (responsibility)

e. Kemandirian (independence)

Selanjutnya, National Committee on Governance (NGC) (2006) disebutkan dalam

Agoes dan Ardana (2014), mempublikasikan Indonesia’s Code of GCG.

Dinyatakan juga bahwa walaupun kode GCG tersebut bukan merupakan suatu

peraturan, tetapi dapat menjadi pedoman dasar bagi seluruh perusahaan di

Indonesia dalam menjalankan usaha agar kelangsungan hidup perusahaan lebih

terjamin dalam jangka panjang dalam koridor etika bisnis yang pantas. Dalam kode

GCG ini, NCG mengemukakan lima prinsip GCG yaitu:

a. Transparansi (transparency)

b. Akuntabilitas (accountability)

c. Tanggungjawab (responsibility)

d. Independensi (independence)

e. Kesetaraan (fairness)

Berikut penjelasan singkat atas masing-masing prinsip yang telah

dikemukakan:

a. Perlakuan yang setara (fairness) merupakan prinsip agar para pengelola

memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan setara, baik

pemangku kepentingan primer (pemasok, pelanggan, karyawan, pemodal)

maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah, masyarakat, dan

yang lainnya). Hal inilah yang memunculkan konsep stakeholder (seluruh

kepentingan pemangku kepentingan), bukan hanya kepentingan stockholder

(pemegang saham saja).


27

b. Transparansi (transparency), artinya kewajiban bagi para pengelola untuk

menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian

informasi. Keterbukaan dalam menyampaikan informasi juga mengandung

arti bahwa informasi yang disampaikan harus lengkap, benar, dan tepat

waktu kepada semua pemangku kepentingan. Tidak boleh ada hal-hal yang

dirahasiakan, disembunyikan, ditutup-tutupi, atau ditunda-tunda

pengungkapannya.

c. Akuntabilitas (accountability) adalah prinsip dimana para pengelola

berkewajiban untuk membina sistem akuntansi yang efektif untuk

menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Untuk itu,

diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban setiap

bagian sehingga pengelolaan berjalan efektif.

d. Pertanggungjawaban (responsibility) adalah prinsip ketika para pengelola

wajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam

mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud

kepercayaan yang diberikan kepadanya. Prinsip tanggung jawab ada

sebagai konsekuensi logis dari kepercayaan dan wewenang yang diberikan

oleh para pemangku kepentingan kepada para pengelola perusahaan.

e. Kemandirian (independence) sebagai tambahan prinsip dalam mengelola

perusahaan, artinya suatu keadaan ketika para pengelola dalam mengambil

suatu keputusan bersifat professional, mandiri, bebas dari konflik

kepentingan, dan bebas dari tekanan/pengaruh dari mana pun yang


28

bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

pengelolaan yang sehat.

Dalam menjalankan penerapan GCG tersebut, setiap bagian di perusahaan

memiliki peran, salah satunya oleh akuntan. Pada tabel 2.2, Shil (2008)

memberikan gambaran alasan terjadinya konflik antara pemangku kepentingan

yang menimbulkan peningkatan krisis (governance yang buruk) dan bagaimana

akuntan dapat mengatasi krisis tersebut. Selanjutnya Shil (2008) berpendapat

bahwa gambaran dibawah ini memiliki ruang lingkup yang cukup luas sehingga

bisa disesuaikan tergantung situasi yang dihadapi. Beberapa masalah yang sering

ditemui biasanya adalah masalah keagenan, krisis kekuasaan, ketidakpatuhan, dan

sebagainya.

Tabel 2.3
Peran Akuntansi dalam Memastikan Penerapan GCG
Complex Remedies
Stakeholder Point of Nature of
Relationship (Accountant’s
Groups Conflict Conflict
with others point of view)

Shareholders Boards are Agency May work to


Shareholders/ Vs. Board highly paid Problem streamline the
Owners as compared payment, based
with their on the study on
functions. salaries at
Board and
Shareholders Management Management
Vs. is highly paid level.
Management as compared
with their
functions.

Shareholders Controlling Tunneling May reduce the


Vs. shareholders gap by
Shareholders expropriate appropriate
the firm’s disclosure,
assets at the like, Minority
expense of
29

minority Interest.
shareholders

Board
 Vs. Boards are Reverse May work to


Board of held Agency streamline the
Shareholders
Directors responsible Problem payment on the
for basis of job
sustainability study.
but not
rewarded
accordingly.

Board Vs. Management Goal May help


Management is not Congruence management to
capable Crisis carry out the
enough to policies timely
carry out the by Strategic
policy as set Planning &
and Budgeting.
delegated by
the Board.

Board Vs. Regulatory National Professional


Regulatory authorities Policy accounting
Authorities are not Crisis bodies may
supportive help the
rather slow regulatory
and authorities to
sometimes, frame
disturb the supportive
activities. rules, codes
and
regulations.

Management Management Board always Power May work as


Vs. Board wants to Crisis an
exercise and intermediary

exert power
consummate
on
the so-called
management
power that
that widens
gives rise to
the gap
confliction.
between these
two
important
interacting
30

parties.

Management Management Mini- May resolve


Vs. is held agency the problem by
Shareholders responsible Problem helping to
for devise
maximizing authority-
values for the responsibility-
owners but duty
not paid relationship in
accordingly. a proper way.

Regulatory Regulatory Confliction Non- May act as a


Authorities Authorities arises on the compliance compliance
Vs. Board ground of expert to
compliance suggest the
Regulatory of various Board and
Authorities rules, codes, Management
Vs. principles etc regarding the
Management that various ways of
regulatory complying
authorities various
requires. requirements,
as they are a
part of
designing such
requirements.
31

Customers Customers Can justify the


Customers Vs. Board want quality Demand – commitment of
product at a Supply the Board or
cheaper Mismanage Management
price, but the ment to the
Board or customers, if
Management any, through
never give disclosures like
respect to the ‘Value Added
‘Voice of Statement’,
Customers’ ‘Boards
that results Commitment to
massive Customer’, to
dissatisfactio reduce the
n. dissatisfaction
to a greater
extent

Sumber: Shil, N.C, 2008: 27

Kualitas GCG perusahaan tentunya harus dapat diukur. Salah satu

indikatornya adalah Corporate Governance Perception Index (CGPI). Dikutip dari

Laporan CGPI (2012), CGPI adalah program riset dan pemeringkatan penerapan

GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui perancangan riset yang

mendorong perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate

governance (CG) melalui perbaikan yang berkesinambungan (continuous

improvement) dengan melaksanakan evaluasi dan benchmarking. CGPI telah

diselenggarakan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)

bekerjasama dengan Majalah SWA. IICG merupakan suatu institut yang

diprakarsai oleh Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), praktisi dan

profesional, serta tokoh masyarakat yang memiliki visi dan kepedulian terhadap

masa depan Indonesia yang lebih baik. IICG dibentuk untuk memasyarakatkan

konsep corporate governance dan manfaat penerapan prinsip-prinsip GCG seluas-


32

luasnya dalam rangka mendorong terciptanya dunia usaha Indonesia yang beretika

dan bermartabat. (Laporan CGPI, 2012)

CGPI telah diselenggarakan sebagai program rutin tahunan sejak tahun

2001 sebagai bentuk penghargaan terhadap inisiatif dan hasil upaya perusahaan

dalam mewujudkan bisnis yang beretika dan bermartabat. Kepesertaan CGPI

bersifat sukarela dan melibatkan peran aktif perusahaan bersama seluruh

stakeholders dalam memenuhi tahapan pelaksanaan program CGPI, dan hal

tersebut menunjukkan komitmen bersama dalam memasyarakatkan GCG, karena

program CGPI berupaya mendorong dan menuntut perusahaan peserta untuk

melakukan perbaikan atau peningkatan praktik GCG di lingkungannya. (Laporan

CGPI, 2012)

Metodologi penilaian pada setiap kegiatan riset dan pemeringkatan

CGPI dikembangkan oleh para peneliti senior dengan acuan berbagai referensi dari

Indonesia maupun Internasional yang terkait dengan GCG berdasarkan perspektif

stakeholders sebagai alat ukur, dan disesuaikan dengan tema sentral yang

ditetapkan. Penilaian yang dilakukan terhadap implementasi GCG secara terbatas

mencakup aspek komitmen dan aturan main perusahaan, sedangkan implementasi

GCG secara luas mencakup aspek komitmen dan hubungan antara perusahaan

dengan stakeholders. Cara pandang seperti ini akan memperluas orientasi dan

cakupan implementasi GCG yang memiliki konsekuensi pada waktu dan upaya

yang dibutuhkan dalam proses mewujudkan praktik terbaik. (Laporan CGPI, 2012).

Penilaian CGPI terdiri dari empat tahapan, yaitu self assessment,

penilaian dokumen, penilaian makalah, dan observasi. Berikut penjelasan singkat


33

atas setiap tahapan. Self assessment adalah penilaian mandiri oleh seluruh organ,

anggota, dan stakeholders perusahaan mengenai kualitas pelaksanaan GCG di

perusahaan. Item-item yang dinilai pada bagian self assessment adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.4
Item Penilaian Self Assesment CGPI
No. Item Penilaian Self Assesment No. Item Penilaian Self Assesment

1. Komitmen 11. Strategi

2. Transparansi 12. Etika

3. Akuntabilitas 13. Budaya

4. Responsibilitas 14. Risiko

5. Independensi 15. Kapabilitas Organisasi

6. Keadilan 16. Iklim Etika*

7. Kompetensi 17. Budaya Risiko*

8. Kepemimpinan 18. Manajemen Pengetahuan*

9. Visi Misi 19. Organisasi Pembelajar*

10. Kerjasama/Kolaborasi 20. Penciptaan Nilai*

21. Keberlanjutan*

*Merupakan tema-teman dari penerapan GCG di Indonesia untuk


penskoran CGPI yang tiap tahun berbeda tema, pada tahun 2010 sampai
sekarang tema tersebut menjadi kriteria self assessment.
Sumber: Majalah SWA Edisi 20 Desember 2016 – 4 Januari 2017, hal. 34

Kelengkapan dokumen adalah pemenuhan persyaratan penilaian

dengan menyerahkan berbagai dokumen yang telah dimiliki perusahaan dalam

pelaksanaan GCG. Penyusunan makalah merupakan salah satu pemenuhan

persyaratan penilaian yang menjelaskan serangkaian proses dan program

implementasi GCG di perusahaan. Observasi adalah tahapan akhir penilaian


34

sebagai salah satu bagian penting dari proses riset dan pemeringkatan CGPI, berupa

peninjauan langsung ke perusahaan oleh tim penilai CGPI untuk memastikan proses

pelaksanaan serangkaian program pelaksanaan GCG (Laporan CGPI, 2012).

Tahapan – tahapan penilaian CGPI yang mencakup berbagai aspek dan

memiliki bagian yang paling penting yaitu observasi. Dimana tim penilai

melakukan diskusi tanya jawab dengan Dewan Komisaris, Direksi dan Manajemen

serta pihak lain yang terkait perusahaan. Di samping itu tim penilai dapat langsung

melakukan verifikasi data-data dan dokumentasi perusahaan yang dibutuhkan

untuk kepentingan penilaian CGPI yang lebih akurat (Laporan CGPI, 2012). Oleh

karena itu, peneliti memutuskan untuk menggunakan CGPI sebagai indikator

penerapan GCG pada penelitian ini.

2.1.6. Asimetri Informasi

Pada penelitian ini, hubungan antara pengungkapan sustainability

report dan GCG dimoderasi oleh asimetri informasi. Menurut Mishkin dan Eakins

(2015:180), definisi asimetri informasi adalah sebagai berikut:

“A situation that arises when one party’s insufficient knowledge about the other

party involved in a transaction makes it impossible to make accurate decisions

when conducting the transactions.”

Hal ini berarti, asimetri informasi terjadi ketika dalam suatu transaksi, salah satu

pihak tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pihak lain yang terlibat.

Sehingga menjadikan pengambilan keputusan dengan akurat sesuatu yg mustahil.


35

Akerlof (1970) menyebutkan bahwa keberadaan asimetri informasi menyebabkan

munculnya masalah adverse selection dan moral hazard.

Adverse selection adalah masalah yang disebabkan oleh asimetri informasi

sebelum transaksi terjadi (Mishkin dan Eakins, 2015:180). Selanjutnya Mishkin

dan Eakins menjelaskan bahwa moral hazard adalah masalah yang disebabkan oleh

asimetri informasi setelah transaksi terjadi. Sehingga dapat disimpulkan contoh

dalam perusahaan adalah masalah adverse selection, ketika manajer perusahaan dan

para pihak internal lainnya, lebih mengetahui mengenai kondisi saat ini dan

proyeksi masa depan perusahaan dibandingkan para investor.

Atas masalah adverse selection yang terjadi pada investor tersebut, proxy

untuk mengukur asimetri informasi yang digunakan adalah bid-ask spread.

Diebecker dan Sommer (2016:479) menyebutkan:

“The relative bid-ask spread is the most explicit method of measuring


IA because it directly addresses the adverse selection that arises from
transacting in firm shares in the presence of asymmetrically informed
investor.”

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa bid-ask spread secara langsung

menggambarkan adverse selection yang muncul dari transaksi penjualan saham

ketika terdapat investor yang mengalami asimetri informasi.

Hal tersebut juga didukung oleh Cho, et al (2013) dan Cheng, et al

(2011) yang menggunakan bid-ask spread sebagai alat ukur asimetri informasi

dalam penelitiannya. Bid-ask spread dihitung dengan selisih antara bid price

dengan ask price pada hari observasi. Karena data historis bid dan ask price tidak

tersedia, maka digunakan data high price dan low price. Pernyataan ini didukung

oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Corwin dan Schultz (2012).
36

2.1.7. Nilai Perusahaan

Cukup sulit untuk mendefinisikan nilai perusahaan secara harfiah,

namun Hticher dalam bukunya yang berjudul Financial Valutaion: Application and

Model, menyatakan bahwa premis dari nilai adalah: “an assumption regarding the

most likely set of transactional circumstances that may be applicable to the subject

valuation.” (2017:6) Sehingga, ketika diaplikasikan pada perusahaan, nilai

perusahaan merupakan suatu asumsi mengenai sekumpulan situasi transaksional

ketika suatu perusahaan menjadi subjek penilaian.

Ketika berinvestasi, tujuannya adalah untuk membeli saham yang

undervalued dan menghindari saham yang overvalued (Jones, 2013:261). Oleh

karena itu, investor akan melihat seberapa besar cost of equity dari suatu

perusahaan. Cost of equity capital adalah merupakan required rate of return dari

suatu saham. Required rate of return sendiri adalah nilai minimal yang diperlukan

untuk mendorong investor agar membeli suatu saham (Jones, 2013: 265).

Terdapat beberapa cara untuk menghitung cost of equity capital,

diantaranya adalah Buildup Method (BUM), Capital Asset Pricing Model (CAPM),

Weighted Average Cost of Capital (WACC), dan P/E Method (Hitchner, 2017:

153). Adapula yang berpendapat untuk penilaian perusahaan dapat menggunakan

Earning per Share (EPS), tetapi Jones (2013:266) berargumen bahwa dibandingkan

EPS, Dividend Discount Model lebih feasible. Selanjutnya, Jones menjelaskan,

EPS adalah konsep akuntansi, sedangkan dividen merupakan pembayaran tunai.

Investor tidak bisa mengeluarkan EPS, tapi mereka bisa membelanjakan dividen
37

yang diterima. Pemegang saham mungkin berencana untuk menjual saham mereka

di masa depan, sehingga menghasilkan arus kas dari harga jual.

Jika investor memikirkan aliran arus kas dari saham biasa sebagai

kombinasi antara dividen dan harga di masa depan dimana saham dapat dijual, ini

setara dengan mengevaluasi arus semua dividen yang akan diterima. Oleh karena

itu, kita dapat berkonsentrasi pada perkiraan dividen masa depan perusahaan dan

required rate of return yang sesuai. (Jones, 2013:266). Berikut rumus untuk

menghitung cost of equity capital dengan dividend discount model.

Keterangan:

k = cost of equity capital

D1 = dividen

P0 = harga saham

g = dividend growth rate

2.1.8. Ukuran Perusahaan

Pada penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel

kontrol. Menurut Hitchner (2017), ukuran perusahaan merupakan dimana dapat

diklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan. Selanjutnya Hitchner

menunjukkan bahwa seringkali pada literatur keuangan, peneliti mengukur

perusahaan dengan market value. Padahal market value tidak hanya berfungsi

sebagai ukuran perusahaan tetapi juga discount rate (Hitchner, 2017:238).


38

Sehingga, tidak tepat apabila menggunakan market value sebagai proxy ukuran

perusahaan.

Ukuran perusahaan lebih tepat menggunakan ukuran akuntansi yang

fundamental, seperti yang diungkapkan oleh Hitchner (2017:238):

“The use of fundamental accounting measures such as assets may have


the practical applied benefit of removing the need to make a
“guesstimate” of size for comparative purposes.”

Penggunaan ukuran akuntansi yang fundamental lebih memiliki kegunaan yang

praktis untuk menghilangkan estimasi atau perkiraan agar proxy ukuran perusahaan

tersebut dapat dibandingkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan total

nilai aset sebagai proxy untuk ukuran perusahaan.

2.1.9. Leverage

Selain ukuran perusahaan, pada penelitian ini juga menggunakan rasio

leverage sebagai variabel kontrol. Menurut Hitchner (2017:1281) rasio leverage

mengukur paparan risiko dari kreditor suatu bisnis versus pemegang sahamnya.

Selanjutnya Hitchner menjelaskan, perusahaan yang telah dijaminkan

mengakrualkan kelebihan returns ke pemegang saham mereka selama tingkat

pengembalian atas investasi yang dibiayai oleh hutang lebih besar daripada biaya

hutang.

Rasio leverage yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER).

DER dipilih karena menurut Hitchner (2017:1282), rasio ini menggambarkan

tingkatan perlindungan yang diberikan oleh perusahaan kepada krediturnya.

Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dapat membayar


39

hutangnya dengan ekuitas yang dimiliki. Rumus untuk menghitung DER adalah

total hutang dibagi dengan total ekuitas perusahaan.

2.1.10. Profitabilitas

Variabel kontrol lainnya pada penelitian ini adalah profitabilitas.

Menurut Hitchner (2017:1282) profitabilitas merupakan suatu rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemegang

saham. Salah satu rasio profitabilitas adalah Return on Asesets (ROA).

Dengan melihat ROA suatu perusahaan, investor dapat mengetahui

seberapa besar tingkat efisiensi manajemen dalam mengelola sumber daya yang

tersedia di perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (Hitcher, 2017:1282).

Secara umum, semakin tinggi ROA suatu perusahaan, semakin baik kinerja

perusahaan tersebut. ROA diukur dengan membandingkan laba bersih sebelum

pajak dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan.

2.1.11. Penelitian Sebelumnya

Berikut dibawah ini adalah beberapa penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya mengenai sustainability report, GCG dan nilai perusahaan.

Tabel 2.5
Penelitian Sebelumnya
Peneliti dan
Variabel
No. Judul Tahun Kesimpulan
Penelitian
Penelitian
1 Corporate Governance, M. Hassan X: Corporate CG memiliki kekuatan
Transparency and Che Haat, Governance pengaruh yang kuat
Performance of Rashidah Y: Kinerja terhadap kinerja
Malaysian Companies Abdul Perusahaan perusahaan.
Rahman,
Sakthi
Mahenthiran
(2008)
40

2 Environmental Natalia X1: Kinerja lingkungan dan


Performance and Firm SemeNova, Enviromental sosial berpengaruh positif
Value: Evidence from larS G. Performance terhadap nilai perusahaan.
Dow Jones Sustainability HaSSel, X2: Social
Index Europe HeNrik Performance
NilSSoN. Y: Nilai
(2009) Perusahaan
4 Doing well by doing Kent Byus, X1: CSR Tidak ada hubungan
good: corporate social Donald Deis, Y: signifikan antara CSR dan
responsibility and Bo Ouyang Profitabilitas kinerja keuangan.
profitability (2010)
5 Voluntary Nonfinancial Dan S. X: Pengungkapan CSR
Disclosure and the Cost Dhaliwal, Pengungkapan berpengaruh positif
of Equity Capital: The Oliver Zhen CSR terhadap nilai perusahaan.
Initiation Li, Albert Y: Nilai Perusahaan yang memiliki
of Corporate Social Tsang, Yong Perusahaan inisiatif atas
Responsibility Reporting George Yang (Cost of Equity pengungkapan CSR
(2011) Capital) memiliki kemungkinan
yang lebih besar dalam
mendapatkan tambahan
modal dibandingkan
dengan perusahaan yang
tidak memiliki inisiatif
atas pengungkapan CSR.
6 Pengaruh Penerapan Riandi dan X: GCG Penerapan GCG tidak
Good Corporate Siregar (2011) Y: ROA, berpengaruh terhadap
Governance terhadap NPM, dan EPS terhadap nilai perusahaan
ROA, NPM dan EPS yang diukur dengan ROA
pada Perusahaan yang
Terdaftar di CGPI
7 Firm Value and the Kaveen X: Kualitas Kualitas Sustainability
Quality of Sustainability Bachoo, Sustainability Reporting berpengaruh
Reporting in Australia Rebecca Tan Reporting negatif secara signifikan
& Mark Y1: Nilai tehadap nilai perusahaan
Wilson (2013) Perusahaan dan memiliki pengaruh
Y2: Expected positif secara signifikan
Future terhadap Expected Future
Performance Performance.
8 Pengaruh Penerapan Vincentius X: GCG GCG mempunyai
Good Corporate Randy dan Y: Nilai pengaruh positif
Governance Terhadap Juniarti (2013) Perusahaan signifikan terhadap nilai
Nilai Perusahaan yang perusahaan.
Terdaftar di BEI 2007-
2011
9 The Relationship Renard Y.J X: Tidak ada hubungan
Between Sustainability Siew, Maria Sustainability positif yang kuat antara
Practices And Financial C.A Balatbbat, Practices luasnya praktik non-
Performance Of David G. Y: Financial keuangan dan kinerja
Construction Companies Carmichael Performance keuangan.
(2013)
10 The Influence of Lina Dagiliené X: CSR Perusahaan dengan tingkat
Corporate Social (2013) Reporting pelaporan CSR yang tinggi
Reporting to Company’s Y: Company’s tidak memiliki nilai
Value in a Developing Value perusahaan yang tinggi
Economy baik dari sisi akuntansi
41

maupun market based


valuation.
11 Corporate Social Seong Y. Cho, X: CSR Both positive and negative
Responsibility Cheol Lee, Performance CSR performance scores
Performance and Ray J. Pfeiffer Y: Information appear to provide
Information Asymmetry Jr (2013) Asymmetry information that reduces
information asymmetry.
12 Corporate Governance Stijn Literature Better corporate
In Emerging Markets: A Claessens, B. review governance benefit firms
Survey Burcin through greater access to
Yurtoglu financing, lower cost of
(2013) capital, better
performance, and more
favorable treatment of all
stakeholders
13 Corporate Governance Chen-Wen X: Corporate GCG berpengaruh secara
Under Asymmetric Chen, Victor Governance, signifikan terhadap nilai
Information: Theory and W. Liu (2013) Audit, perusahaan, dengan
Evidence Information asimetri informasi yang
Disclosed semakin
Y: Asymmetric ditekan/berkurang
Information,
Company
Value, CG
Provisions
14 The Impact of Adrie Putra X1: GCG Variabel X1, X2, dan X3
Implementation Good dan Royhisar X2: Earning memiliki pengaruh positif
Corporate Governance Martahan Management signifikan terhadap nilai
to Firm Value Simanungkalit. X3: perusahaan.
(2014) Pengungkapan
Laporan
Keuangan
Y: Nilai
Perusahaan
15 The Effects of Paskah Ika X: Pengungkapan
Sustainability Report Nugroho, Irine Pengungkapan Sustainability Report
Disclosure Towards Stephanie Sustainability berpengaruh positif
Financial Performance Arjowo. Report terhadap ROA tetapi tidak
(2014) Y: Kinerja memiliki pengaruh
Perusahaan signifikan terhadap CR,
Y1: ROA DER, IT, dan DPR.
Y2: Current
Ratio
Y3: DER
Y4: Inventory
Turnover
16 Corporate Governance Feifei Zhu X: GCG GCG berpengaruh
and the Cost of Capital: (2014) Y: Cost of terhadap cost of capital
An International Study Capital
17 The Effect of Corporate Nurul X1: Corporate Corporate Governance
Governance and Firm Badriyah, Ria Governance dan Firm Characteristics
Characteristics on Firm Nelly Sari, X2: Firm terbukti mempengaruhi
Performance and Risk Yesi Mutia Characteristics Risk Management dan
Management as an Basri. (2015) Y: Firm keberadaan Risk
Intervening Variable Performance Management
42

Intervening mempengaruhi Firm


Var: Risk Performance.
Management
18 Corporate Governance Ştefan Cristian X: Corporate CG Rating tidak
Ratings and Firm Value: Gherghina. Governance berpengaruh terhadap
Empirical Evidence from (2015) Rating nilai perusahaan.
the Bucharest Stock Y: Nilai
Exchange Perusahaan
19 The Influence of Elena Dobre, X1: Terdapat pengaruh yang
Environmental and Georgiana Environmental tidak signifikan antara
Social Performance on Oana Stanila, X2: Social Environmental dan Social
Financial Performance: Laura Brad Performance Performance terhadap
Evidence from (2015) Y: Financial Financial Performance
Romania’s Listed Performance
Entities
20 The Relationship Shamsaldin X: Information There is a negative and
between Information Jamalinesari, Asymmetry significant relationship
Asymmetry and Hossein Y: between the percentage of
Mechanisms of Soheili (2015) Mechanisms of institutional investments
Corporate Governance Corporate and the independence of
of Companies in Tehran Governance board members, and bid-
Stock Exchange ask spread
21 Voluntary Environmental Marlene X: Voluntary Voluntary Environmental
Disclosure Quality and Plumlee, Environmental Disclosure Quality
Firm Value: Further Darrell Brown, Disclosure berpengaruh terhadap
Evidence Rachel M. Quality Expected Future Cash
Hayes, R. Y1: Expected Flows dan Cost of Equity
Scott Marshall future cash
(2015) flows
Y2: Cost of
equity

22 Corporate Governance Shafie X: Corporate Board size berpengaruh


Practices and Firm Mohamed Governance negatif yang memiliki
Performance: Evidence Zabri, Y: Firm signifikansi lemah
from Top 100 Public Kamilah Performance terhadap ROA, tetapi
Listed Companies in Ahmadb, terbukti tidak signifikan
Malaysia Khaw Khai terhadap ROE
Wah. (2016)
23 Pengaruh Good Ilham Nuryana X: Sustainability Report
Corporate Governance Fatchan.dan Sustainability berpengaruh signifikan
Pada Hubungan Antara Rina Report terhadap nilai perusahaan.
Sustainability Report Trisnawati. Y: Nilai Namun, GCG tidak
Dan Nilai Perusahaan (2016) Perusahaan berpengaruh baik sbg
Variabel variabel moderating
Moderating: maupun independen.
GCG
24 The Impact Of Corporate Jan Diebecker, X: Corporate CSP berpengaruh negatif
Sustainability Friedrich Sustainability terhadap asimetri
Performance On Sommer. Performance informasi.
Information Asymmetry: (2016) Y: Information
The Role Of Institutional Asymmetry
Differences
43

25 The Causal Link Jennifer X: CSR CSR Disclosure


Between CSR Disclosure Martinez- Disclosure berpengaruh terhadap
and Information Ferrero, David Performance asimetri informasi.
Asymmetry: The Ruiz-Cano, Y: Information
Moderating Role of the Isabela-Maria Asymmetry
Stakeholder Protection Garcia-
Context Sanchez.
(2016)
Dari tabel penelitian sebelumnya di atas, terlihat bahwa belum ada yang menjadikan

asimetri informasi sebagai treatment dalam hubungan antara pengungkapan

sustainability report dan GCG terhadap nilai perusahaan. Oleh sebab itu, novelty

dari penelitian ini terletak pada model penelitian dengan adanya asimetri informasi

sebagai variabel moderating.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Nilai


Perusahaan

Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability

report memiliki peran dalam penciptaan nilai perusahaan. Seperti Bachoo, et al

(2013) di Australia. Mereka menyebutkan bahwa investor yang berinvestasi pada

perusahaan yang menerbitkan sustainability report yang baik mendapatkan tingkat

keyakinan yang lebih baik dan risiko yang lebih rendah dibanding dengan

berinvestasi pada perusahaan yang melakukan hal sebaliknya. Plumlee, et al (2015)

menyampaikan bukti yang sama, voluntary environmental disclosure quality

memiliki pengaruh terhadap nilai perusaaan yang diukur oleh dua komponen

expected future cash flow dan cost of equity capital, dengan ukuran perusahaan

sebagai salah satu variabel kontrolnya.


44

Hal serupa disampaikan oleh Semenova et al (2014:287) yang

melakukan penelitian di Swedia. Menurutnya, perusahaan dengan tingkat

pengungkapan sustainability report pada aspek lingkungan dan sosial yang tinggi,

cenderung memiliki harga saham yang tinggi juga. Hasil penelitian di Indonesia

yang dilakukan oleh Fatchan dan Trisnawati (2016) juga membuktikan bahwa

sustainability report berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pernyataan-

pernyaatan tersebut menunjukkan bahwa sustainability report memiliki pengaruh

terhadap nilai perusahaan.

Namun, berbeda dengan yang ditemukan oleh Dobre, et al (2015) yang

menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan dari kinerja lingkungan dan

sosial terhadap kinerja keuangan. Sependapat dengan Dobre, et al, penelitian yang

dilakukan oleh Siew, et al (2013) dan Byus, et al (2010) menunjukkan tidak ada

hubungan positif yang kuat antara luasnya praktik non-keuangan dan kinerja

keuangan. Serta Dagilienė (2013) yang melakukan penelitian di Lithuania tentang

pengaruh CSR reporting terhadap nilai perusahaan, membuktikan bahwa

perusahaan dengan score pelaporan CSR yang tinggi, tidak memiliki nilai

perusahaan yang tinggi juga.

Bachoo, et al (2013) menggunakan size atau ukuran perusahaan dalam

penelitiannya sebagai variabel kontrol. Selanjutnya mereka mengungkapkan bahwa

size diikutsertakan dalam penelitian karena perusahaan besar cenderung memiliki

cost of equity capital yang rendah, dimungkinkan karena risiko yang lebih rendah

(Bachoo, et al, 2013:75). Sehingga pada penelitian ini digunakan size atau ukuran
45

perusahaan sebagai variabel kontrol dalam melihat pengaruh pengungkapan

sustainability report terhadap nilai perusahaan.

2.2.2. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan teori keagenan terdapat konflik antara principal dan agen

yang terjadi. GCG dapat mengurangi masalah keagenan tersebut dan melindungi

stakeholder minoritas terhadap expropriation oleh manager dan controlling

shareholders (Zhu, 2014). Selanjutnya Zhu menyampaikan bahwa:

“It has been widely recognized that firms with better corporate
governance are associated with higher firm value and accounting
profitability. Strong governance practice can also lower investors’
required rate of return by enhancing financial reporting quality and
reducing the monitoring costs (2014:393)”

Hal tersebut berarti bahwa perusahaan yang dikenal dengan praktek corporate

governance yang baik berhubungan dengan nilai perusahaan yang lebih tinggi dan

profitabilitas yang lebih besar. Praktek governance yang kuat juga dapat

menurunkan required rate of return investor dengan meningkatkan kualitas

pelaporan keuangan dan mengurangi biaya monitoring. Dengan demikian,

penerapan GCG dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Implementasi penerapan GCG yang bagus menandakan bahwa

perusahaan sudah dikelola dengan efisien sesuai dengan keinginan pemegang

saham. Persepsi positif oleh investor membuat investor bereaksi positif terhadap

saham perusahaan tersebut sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

(Randi & Juniarti, 2013:310).


46

Putra dan Simanungkalit (2014) menyebutkan bahwa GCG adalah

jembatan untuk kedua pemangku kepentingan dalam suatu perusahaan, principal

dan agent. Menurut hasil penelitian yang mereka lakukan, pelaksanaan good

corporate governance secara tidak langsung berdampak pada peningkatan nilai

perusahaan.

Sepakat dengan Zhu (2014), peneliti dari Jerman dan Belanda,

Claessens dan Yurtoglu (2012) juga menyebutkan bahwa kualitas dari kerangka

corporate governance yang baik memengaruhi nilai perusahaan. Lebih lanjutnya

Claessens dan Yurtoglu (2012:13) mengungkapkan bahwa:

“The country and firm level studies suggest that better corporate
governance improves market valuations. Two forces are at work here.
First, better governance practices can be expected to improve the
efficiency of firms' investment decisions, thus improve the companies'
future cash flows which can be distributed to shareholders. The second
channel works through a reduction of the cost of capital which is used
to discount the expected cash flows. Better corporate governance
reduces agency risk and the likelihood of minority shareholders'
expropriation and possibly leads to higher dividends, making minority
rights shareholders more willing to provide external financing.”

Hal tersebut memiliki makna bahwa penelitian tingkat negara dan perusahaan

menunjukkan bahwa corporate governance meningkatkan nilai pasar. Terdapat dua

faktor penting yang bekerja. Pertama, governance yang lebih baik dapat diharapkan

untuk meningkatkan efisiensi keputusan investasi perusahaan, dengan demikian,

akan meningkatkan future cash flow perusahaan yang akan didistribusikan kepada

shareholders. Kedua, yaitu melalui pengurangan cost of capital yang digunakan

untuk mendiskontokan expected cash flows. Corporate governance yang lebih baik

mengurangi risiko keagenan dan kemungkinan expropriation dari shareholder


47

minoritas dan kemungkinan mengarah pada dividen yang lebih besar, membuat

shareholder minoritas lebih bersedia untuk menyediakan pendanaan eskternal.

Namun, ternyata ada beberapa penelitian sebelumnya yang

menyebutkan bahwa GCG tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Haat, et al

(2008) melakukan penelitian di Malaysia yang menyimpulkan bahwa GCG tidak

berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap nilai perusahaan yang

diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. GCG pada penelitian tersebut diukur

dengan menilai independensi dewan komisaris, cross-directorship dewan, dan

kepemilikan manajerial.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nuswandari (2009) yang

menguji pengaruh CGPI terhadap nilai Tobin’s Q pada perusahaan yang terdaftar

di BEI menemukan bahwa variabel CGPI secara statistik tidak berpengaruh. Lalu,

Siregar dan Riandi (2011) membuktikan bahwa penerapan GCG tidak berpengaruh

terhadap terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan ROA. Gherghina (2015)

mengemukakan juga bahwa ternyata GCG tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Seperti yang disampaikan oleh Zhu (2014) di atas, praktek corporate

governance yang lebih baik dapat dihubungkan dengan nilai perusahaan dan

profitabilitas. Selanjutnya dalam penelitiannya Zhu (2014) mengikutsertakan

profitabilitas sebagai variabel kontrol, karena profitabilitas dianggap dapat

meningkatkan juga nilai perusahaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini juga

menggunakan profitabilitas sebagai variabel kontrol.


48

Selain profitabilitas, Zhu (2014) juga menggunakan leverage

sebagai variabel kontrol. Kemudian Zhu (2014:400) menjelaskan, bukti empiris

menunjukkan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi menjadi subjek atas

kewajiban utang yang berat dan memiliki risiko default yang tinggi. Tentunya hal

tersebut akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu, pada

penelitian ini juga menggunakan leverage sebagai variabel kontrol.

2.2.3. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Nilai


Perusahaan Dengan Dimoderasi Oleh Asimetri Informasi

Dari berbagai pemaparan di atas, pengungkapan sustainability report

dapat disimpulkan sebagai suatu usaha perusahaan dalam menyampaikan informasi

kepada investor mengenai kondisi perusahaan sehingga dapat meningkatkan

perusahaan. Pengungkapan sustainability report dapat dilihat sebagai bentuk usaha

dalam menekan atau mengurangi asimetri informasi, ketika asimetri informasi

berkurang hal tersebut dipersepsi positif oleh investor yang akhirnya akan

meningkatkan nilai perusahaan.

Pendukung teori stakeholder berpendapat bahwa perilaku

memaksimalkan laba mungkin dapat menyesuaikan dengan kerangka sosial di

tempat institusi yang berfungsi dengan baik menetapkan peraturan dan insentif

fiskal yang tepat untuk merekonsiliasi individu dan sosial dengan optimal. Namun,

tidak bertahan dalam lingkungan ekonomi yang penuh dengan konflik kepentingan,

biaya agensi dan asimetri informasi pada lembaga yang lemah tidak dapat

menjalankan tugasnya (Becchetti dan Ciciretti, 2008:3).


49

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa asimetri informasi

menjadi salah satu faktor yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan

antara pengungkapan sustainability report terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut

didukung oleh Diebecker dan Sommer (2016:515) yang menguji hubungan antara

corporate sustainability performance dan asimetri informasi di Bursa Efek Eropa.

Mereka menemukan bahwa corporate sustainability performance lebih berguna

dalam mengurangi asimetri informasi di negara-negara di mana aktivitas corporate

sustainability performance berfungsi sebagai pengganti bentuk kelembagaan

partisipasi stakeholder. Namun, informasi corporate sustainability performance,

khususnya pengungkapan, juga memiliki efek komplementer atau efek pelengkap.

Hal ini dipertegas oleh Martinez-Ferrero, et al (2016:229) yang

menunjukkan bahwa dengan pengungkapan sukarela seperti CSR dapat menekan

asimetri informasi yang kemudian bisa meningkatkan kepercayaan pasar modal dan

akhirnya meningkatkan nilai perusahaan. Dari berbagai penelitian diatas dapat

disimpulkan bahwa pengaruh pengunkapan sustainability report terhadap nilai

perusahaan dapat dimoderasi oleh asimetri informasi.

2.2.4. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Dimoderasi Oleh


Asimetri Informasi

Selain pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap nilai

perusahaan yang dimoderasi oleh asimetri informasi, penelitian ini juga mencari

tahu bagaimana pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan yang dimoderasi oleh

asimetri informasi. Menurut Jamalinesari dan Soheili (2015:505), sesuai dengan

standar akuntansi, tujuan utama penyusunan laporan keuangan adalah


50

mengungkapkan informasi keuangan dan memberikan informasi yang berguna

mengenai status keuangan dan hasil usaha unit usaha.

Selanjutnya Jamalinesari dan Soheili (2015:506) menekankan bahwa

hampir tidak ada yang bisa mengabaikan pentingnya transparansi dalam pelaporan

keuangan, karena pemegang saham dan kreditur membuat keputusan investasi

penting berdasarkan informasi keuangan perusahaan. Mereka menuntut kuantitas

dan transparansi yang lebih tinggi dalam informasi tentang kinerja organisasi.

Pengungkapan laporan keuangan secara lengkap dan transparan dapat

memberikan kondisi yang aman dan meningkatkan kepercayaan investor. Hal

tersebut didukung oleh pernyataan Jamalinesari dan Soheili (2015:506) yang

menyebutkan bahwa transparansi memiliki dampak positif terhadap kinerja

perusahaan dan dapat melindungi kepentingan pemegang saham. Laporan

keuangan yang tidak jelas, akan menyembunyikan jumlah hutang organisasi,

terutama saat perusahaan berada di ambang kebangkrutan. Oleh karena itu

transparansi sangat menarik bagi pemegang saham.

Konsep transparansi ini berkaitan erat dengan asimetri informasi, ketika

tingkat asimetri informasinya rendah, berarti transparansi perusahaan melalui

mekanisme GCG telah dilakukan dengan baik yang akhirnya akan meningkatkan

nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh Chen dan Liu (2013), yang melakukan

penelitian tentang pengaruh praktek corporate governance mempengaruhi nilai

perusahaan dibawah kondisi asimetri informasi. Chen dan Liu (2013:289)

menemukan bahwa dampak dari GCG berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan, dengan asimetri informasi yang semakin ditekan/berkurang.


51

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

H1: Pengungkapan sustainability report berpengaruh secara signifikan terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015.

H2: GCG berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015.

H3: Pengungkapan sustainability report berpengaruh secara signifikan terhadap

nilai perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri informasi pada perusahaan

peserta CGPI tahun 2012-2015.


52

H4: GCG berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dengan

dimoderasi oleh asimetri informasi pada perusahaan peserta CGPI tahun

2012-2015.
53

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pengungkapan

Sustainability Report (X1), Good Corporate Governance (X2), Size (X3), Leverage

(X4), Profitabilitas (X5), Asimetri Informasi (Z) dan Nilai Perusahaan (Y) pada

perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015.

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Metode Penelitian yang Digunakan

Dalam melakukan penyusunan tesis ini, penulis menggunakan metode

penelitian deskriptif dan asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan metode

ini penulis mengumpulkan data historis dan mengamati aspek-aspek tertentu yang

berkaitan erat dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data-data yang

menunjang penyusunan laporan penelitian.

Data yang diperoleh tersebut kemudian diproses, dianalisis lebih lanjut

dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh informasi

mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang

diteliti.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Sesuai dengan judul tesis ini yaitu “Pengaruh Pengungkapan

Sustainability Report dan Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan

Dengan Dimoderasi Oleh Asimetri Informasi Pada Perusahaan Peserta CGPI Tahun
54

2012-2015”, serta adanya variabel kontrol yaitu, size, leverage, dan profitabilitas.

Maka definisi dari setiap variabel adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel.
Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
Pengungkapan A report published by a company
Sustainability or organization about the
SRDI (Sustainability
Report sebagai economic, environmental and
Report Disclosure Rasio
Variabel social impacts caused by its
Index)
Independen (X1) everyday activities. (GRI,
2013:13)
Good Corporate Suatu struktur yang terdiri atas
Governance para pemegang saham, direktur,
sebagai Variabel manajer, seperangkat tujuan yang
CGPI (Corporate
Independen (X2) ingin dicapai perusahaan, dan alat-
Governanve Perception Rasio
alat yang akan digunakan dalam
Index)
mencapai tujuan dan memantau
kinerja. (OECD dalam Agoes dan
Ardana, 2014: 102)
Ukuran Ukuran perusahaan merupakan
Perusahaan suatu ukuran dimana dapat Size=log(Book Value of
Rasio
sebagai Variabel diklasifikasikan besar kecilnya Assets)
Kontrol (X3) suatu perusahaan (Hitchner, 2017)
Leverage sebagai Tingkatan perlindungan yang DER = Total Debt
Variabel diberikan oleh perusahaan kepada Total Equity Rasio
Kontrol (X4) krediturnya (Hitcher, 2017:1282)
Profitabilitas Suatu rasio yang mengukur
sebagai Variabel kemampuan perusahaan dalam ROA = Pretax Income
Kontrol (X5) menghasilkan keuntungan bagi Total Assets Rasio
para pemegang saham (Hitcher,
2017:1282)
Asimetri A situation that arises when one
Informasi party’s insufficient knowledge
sebagai Variabel about the other party involved in
Moderating (Z) a transaction makes it impossible Bid-Ask Spread Rasio
to make accurate decisions when
conducting the transactions
(Mishkins dan Eakins, 2015: 180)
Nilai An assumption regarding the
Perusahaan most likely set of transactional
sebagai Variabel circumstances that may be Cost of Equity Capital Rasio
Dependen (Y) applicable to the subject valuation
(Hitchner, 2017:6)
55

3.2.3. Unit Analisis, Populasi dan Sampel

3.2.3.1. Unit Analisis

Unit analisis mengacu pada tingkat agregasi data yang dikumpulkan

selama tahap analisis data (Sekaran dan Bougie, 2013:347). Unit analisis pada

penelitian ini adalah Sustainability Report, Annual Report, dan laporan CGPI.

3.2.3.2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang menjadi

peserta pemeringkatan CGPI dari mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2015,

yaitu sebanyak 44 (11 perusahaan setiap tahunnya selama 4 tahun).

Tabel 3.2
Populasi
No. Nama Perusahaan

1 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk

2 PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero)

3 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

4 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

5 PT. Bank OCBC NISP Tbk

6 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

7 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

8 PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

9 PT. Jasa Marga (Persero) Tbk

10 PT. Krakatau Tirta Industri

11 PT. Timah (Persero) Tbk


56

3.2.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability

sampling dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian yang diambil

adalah berdasarkan kriteria-kriteria berikut:

1. Perusahaan go public yang mengikuti pemeringkatan CGPI selama tahun

2012-2015.

2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012

sampai dengan 2015.

3. Perusahaan yang menerbitkan sustainability report selama periode 2012

sampai dengan 2015.

4. Perusahaan yang membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya.

Tabel 3.3
Proses Seleksi Sample Berdasarkan Kriteria
Pelanggaran
No. Keterangan Akumulasi
Kriteria
1 Perusahaan go public yang mengikuti 11
pemeringkatan CGPI selama tahun 2012-2015.
2 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek -2 9
Indonesia selama periode 2012-2015.
3 Perusahaan yang menerbitkan sustainability 0 9
report selama periode 2012-2015.
4 Perusahaan yang membayarkan dividen kepada -1 8
pemegang sahamnya.
Jumlah perusahaan sample 8
Tahun pengamatan dalam penelitian 4
Jumlah sample total selama periode penelitian 32

Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh jumlah sampel untuk

tahun 2012-2015 yang selanjutnya akan digunakan dalam penelitian adalah

sebanyak 32 sampel.
57

Tabel 3.4
Daftar Perusahaan yang Masuk Dalam Kriteria
No. Nama Perusahaan

1 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk

2 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

3 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

4 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

5 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

6 PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

7 PT. Jasa Marga (Persero) Tbk

8 PT. Timah (Persero) Tbk

8 Perusahaan x 4 tahun = 32 sampel penelitian.

3.2.4. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.2.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

dan kualitatif. Untuk data pengungkapan sustainability report dan good corporate

governance berupa data kualitatif yang diolah secara kuantitatif, sementara asimetri

informasi dan nilai perusahaan berupa data kuantitatif. Sedangkan sumber data

berupa data sekunder.

3.2.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian

lapangan secara tidak langsung (field research).


58

Penulis berusaha untuk memperoleh berbagai informasi sebanyak-

banyaknya untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan untuk mengolah data

dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan mengkaji literatur-literatur

berupa buku-buku, jurnal, makalah, maupun penelitian-penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Sedangkan field research yaitu mengunjungi secara tidak langsung

perusahaan-perusahaan yang diteliti dengan cara mengakses situs perusahaan-

perusahaan tersebut dan mengakses situs BEI yaitu www.idx.co.id.

3.2.5. Rancangan Pengujian Hipotesis

3.2.5.1. Analisis Data

Analisis data yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

Dalam analisis ini dilakukan pembahasan mengenai data yang dimiliki dan tidak

bermaksud menguji hipotesis. Data tersebut diantaranya adalah perkembangan

sustainability report, GCG, asimetri informasi dan nilai perusahaaan peserta CGPI

tahun 2012-2015.

2. Analisis Asosiatif

Analisis asosiatif yang digunakan pada penelitian ini analisis regresi berganda dan

Moderated Regression Analysis (MRA). Peneliti memilih menggunakan MRA

karena dalam penelitian ini terdapat variabel moderating (Sekaran dan Bougie,

2013).
59

a. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi

klasik. Asumsi klasik yang harus terpenuhi yaitu residual terdistribusi normal, tidak

adanya multikolinearitas, tidak adanya heteroskedastisitas, dan tidak adanya

autokorelasi pada model regresi. Apabila ada satu saja syarat yang tidak terpenuhi

maka hasil analisis regresi tidak dapat dikatakan bersifat BLUE (Best Linear

Unbiased Estimator).

1. Uji Nomalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model

regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data

normal/mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan

analisis statistik.

Analisis grafik, yaitu dengan melihat grafik Histogram dan grafik P-

Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Dasar pengambilan keputusannya adalah:

(1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonalnya, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

(2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.


60

Analisis statistik, yaitu dengan melihat uji statistik Non-Parametrik

Kolmogorov-Smirnov. Dasar pengambilan keputusan dilakukan

dengan menggunakan uji Kolmogorov - Smirnov (K-S), yaitu:

(1) Jika nilai Kolmogorov-Smirnov Z ≤ Ztabel, atau nilai

signifikansi variabel residual > α, dengan α = 0.05, maka

data residual terdistribusi normal.

(2) Jika nilai Kolmogorov-Smirnov Z > Ztabel , atau nilai

signifikansi variabel residual < α, dengan α = 0.05, maka

data residual terdistribusi tidak normal.

Berdasarkan probabilitas (asymptotic significance (2 tailed)), dasar

pengambilan keputusannya yaitu:

(1) Nilai Sig. atau Signifikansi atau Nilai Probabilitas < 0,05

maka, distribusi adalah tidak normal.

(2) Nilai Sig. atau Signifikansi atau Nilai Probabilitas > 0,05

maka, distribusi adalah normal.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah pengujian untuk melihat apakah dalam regresi

linier terdapat korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t

dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika

terjadi korelasi, maka persamaan regresi yang terbentuk nanti tidak

dapat digunakan untuk meramalkan pergerakan variabelnya.

Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu

berkaitan satu dengan yang lainnya. Masalah ini timbul karena


61

kesalahan penggangu tidak bebas dari satu observasi lainnya. Untuk

mendeteksi adanya autokorelasi atau tidak maka digunakan uji Durbin-

Watson, dengan kriteria sebagai berikut:

(1) Angka D-W di bawah - 2 berarti ada autokorelasi positif.

(2) Angka D-W di antara – 2 sampai +2, berarti tidak ada

autokorelasi.

(3) Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

3. Uji Multikolineritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan linier antar variabel independen dalam model regresi. Untuk

mengetahui ada atau tidaknya kolinearitas dalam penelitian ini, maka

dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan

aturan variance inflation factor (VIF) dan tolerance, apabila VIF

melebihi angka 10 atau tolerance kurang dari 0,10 maka dinyatakan

terjadi gejala multikolinieritas. Sebaliknya apabila nilai VIF kurang

dari 10 atau tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi

gejala multikolinieritas. Sebagai dasar pengambilan keputusannya

yaitu:

(1) Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar

variabel bebas dalam model regresi.


62

(2) Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka

dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar

variabel bebas dalam model regresi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas berguna untuk mengetahui apakah pada

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu

pengamatan dengan pengamatan lainnya. Untuk menguji ada tidaknya

masalah heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat apakah

terdapat pola tertentu pada garfik scatterplot antara SRESID dan

ZPRED. Apabila terdapat pola tertentu secara teratur pada grafik

scatterplot maka terdapat indikasi bahwa terdapat heterokedastisitas.

Apabila tidak terdapat pola yang jelas, maka tidak terdapat

heterokedastisitas.

b. Analisis Regresi

Penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Berganda dan Moderated Regression

Analysis (MRA) karena terdapat variabel moderating dalam model penelitiannya.

Berikut persamaan yang digunakan berdasarkan model hubungan antar variabel

regresi dengan variabel moderating.


63

Gambar 3.1 Model Penelitian

Y= 𝛼1 + 𝛽1X1 + 𝛽2X2 + 𝛽3X3 + 𝛽4X4 + 𝛽5X5 + 𝜀

Y= 𝛼1 + 𝛽1X1 + 𝛽3X3 + 𝛽4X4 + 𝛽5X5 + 𝛽6ZX1 + 𝜀

Y= 𝛼1 + 𝛽2X2 + 𝛽3X3 + 𝛽4X4 + 𝛽5X5 + 𝛽7ZX2 + 𝜀

Keterangan:

Y = Nilai Perusahaan

X1 = Pengungkapan Sustainability Report

X2 = Good Corporate Governance (GCG)

X3 = Size

X4 = Leverage

X5 = Profitabilitas
64

Z = Asimetri Informasi

𝛼 = Konstanta

𝛽1 𝛽2 𝛽3𝛽4 𝛽5 = Koefisien regresi variabel independen

𝜀 = Standar Error

Jika variabel Z merupakan variabel moderating, maka koefisien 𝛽6 dan 𝛽7 harus

signifikan pada 0,05.

3.2.5.2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara

parsial (uji t) dan secara simultan (uji F).

a. Uji Parsial (t-test)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya

konstan. Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

sendiri-sendiri terhadap variabel dependennya. Uji t ini dilakukan dengan

membandingkan antara t-statistik (nilai t yang dihasilkan dari proses regresi) dan

nilai t yang diperoleh dari tabel. Langkah-langkah pengujian hipotesis secara

parsial adalah sebagai berikut:

a. Menentukan pernyataan hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada

tidaknya pengaruh antara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y

(variabel terikat). Dimana hipotesis nol (Ho) yaitu hipotesis tentang

tidak adanya pengaruh. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan


65

hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing

hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. H0 : β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas

terhadap variabel terikat.

2. H1 : β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh antara variabel bebas

terhadap variabel terikat.

b. Menentukan tingkat signifikansi (α)

Tingkat signifikan (significant level) yang sering digunakan adalah

sebesar 5% atau 0,05 karena dinilai cukup ketat alam menguji

hubungan variabel-variabel yang diuji atau menunjukan bahwa korelasi

antara kedua variabel cukup nyata. Tingkat signifikansi 0,05 artinya

adalah kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai

probabilitas 95% atau toleransi kesalahan sebesar 5%. Untuk dapat

mengetahui berpengaruh atau tidaknya, maka dapat membandingkan

antara thitung dengan ttabel. Untuk mengetahui daerah ttabel sebagai batas

daerah penerimaan dan penolakan, maka derajat kebebasan dalam

penelitian dihitung dengan rumus:

(dk) = n-k-1. Kemudian untuk menghitung nilai thitung menurut

Sugiyono (2012) dapat menggunakan rumus:

√n – 2
t hitung = r

√1 - r²
66

Keterangan:

r : Korelasi parsial

k : jumlah variabel independen

n : Jumlah sampel

c. Hasil thitung dibandingkan dengan ttabel dengan kriteria:

1. Jika thitung< ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak

berpengaruh)

2. Jika thitung>ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima (berpengaruh)

b. Uji Simultan (F-test)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Uji ini dapat dilakukan dengan

membandingkan signifikansi antara Fhitung dengan Ftabel. Langkah-langkah

pengujian dengan menggunakan uji F adalah:

a. Menentukan pernyataan hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada

atau tidaknya pengaruh secara simultan variabel independen

mempengaruhi variabel dependen. Dimana hipotesis nol (Ho) yaitu

hipotesis tentang tidak adanya pengaruh, umumnya diformulasikan

untuk ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (H1) merupakan hipotesis

yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis

tersebut dijabarkan sebagai berikut:


67

H0 : β0 = β1 = β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan secara

simultan antara variabel independen yaitu pengungkapan

sustainability report (X1) dan GCG (X2) terhadap variabel dependen,

yaitu nilai perusahaan (Y).

H1: β0 = β1 = β2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan secara

simultan antara variabel independen yaitu pengungkapan

sustainability report (X1) dan GCG (X2) terhadap variabel dependen,

yaitu nilai perusahaan (Y).

b. Menentukan tingkat signifikan (α)

Tingkat signifikan (significant level) yang sering digunakan adalah

sebesar 5% atau 0,05 karena dinilai cukup ketat dalam menguji

hubungan variabel-variabel yang diuji atau menunjukan bahwa korelasi

antara kedua variabel cukup nyata. Tingkat signifikansi 0,05 artinya

adalah kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai

probabilitas 95% atau toleransi kesalahan sebesar 5%. Untuk dapat

mengetahui berpengaruh atau tidaknya, maka Fhitung dibandingkan

dengan Ftabel. Untuk mengetahui daerah Ftabel sebagai batas daerah

penerimaan dan penolakan, maka derajat kebebasan dalam penelitian

dihitung dengan rumus (dk)= n-k-1 Kemudian untuk menghitung nilai

Fhitung adalah:

R2 k

1  R   nk 1
F
2
68

Keterangan:

R2 : Koefisien determinasi gabungan

k : Jumlah variabel independen

n : Jumlah sampel

c. Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria:

1. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak

berpengaruh).

2. Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima (berpengaruh).

c. Koefisien Determinasi R2

Koefisien Determinasi mengukur seberapa baik garis regresi cocok dengan

datanya atau mengukur persentase total variasi Y yang dijelaskan oleh garis regresi.

Nilai R² menunjukan besarnya variasi variabel-variabel independen dalam

mempengaruhi variabel dependen. Nilai R² berati semakin besar variasi variabel

dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen.

Sedangkan semakin kecil nilai R² berarti semakin kecil variasi variabel dependen

yang dapat dijelaskan oleh variasi varibel-variabel independen. Infomasi yang

dapat diperoleh dari koefisien determinasi R² adalah untuk mengetahui seberapa

besar variabel indpenden dalam menjelaskan variabel-variabel dependen.


69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Deskriptif

Setelah mengumpulkan data dari situs resmi setiap sampel dan dari situs

resmi Bursa Efek Indonesia, berikut hasil pengolahan data yang telah dikumpulkan.

4.1.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3, sampel penelitian yang

diambil berdasarkan kriteria-kriteria berikut:

1. Perusahaan go public yang mengikuti pemeringkatan CGPI selama tahun

2012-2015.

2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012

sampai dengan 2015.

3. Perusahaan yang menerbitkan sustainability report selama periode 2012

sampai dengan 2015.

4. Perusahaan yang membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh jumlah sampel untuk

tahun 2012-2015 yang selanjutnya akan digunakan dalam penelitian adalah

sebanyak 32 sampel.
70

Tabel 4.1
Daftar Perusahaan yang Masuk Dalam Kriteria
No. Nama Perusahaan

1 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk

2 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

3 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

4 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

5 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

6 PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

7 PT. Jasa Marga (Persero) Tbk

8 PT. Timah (Persero) Tbk

8 Perusahaan x 4 tahun = 32 sampel penelitian.

Berikut gambaran ringkas mengenai profil perusahaan yang menjadi

sampel dalam penelitian ini yang diambil dari Sustainability Report tahun 2015

yang diterbitkan oleh tiap perusahaan:

a. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTAM)

ANTAM pertama kali didirikan dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka

Tambang” di Republik Indonesia pada tanggal 5 Juli 1968. Kegiatan usaha

ANTAM mencakup eksplorasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, serta

pemasaran bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit, alumina, batu bara dan

jasa pemurnian logam mulia.

b. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (MANDIRI)

PT Bank Mandiri (Persero) atau MANDIRI didirikan pada 2 oktober 1998 yang

merupakan bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan


71

oleh pemerintah Indonesia. Tahun 2015, Bank Mandiri melakukan transformasi

bisnis terhadap produk dan jasa Perusahaan, yang terdiri dari Wholesale

Banking, Export & Import Advisory dan Retail Banking.

c. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI)

PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI, didirikan pada tanggal 5

Juli 1946 merupakan bank pertama milik Pemerintah setelah kemerdekaan

Indonesia. Sejak pemerintah mengadakan program divestasi saham, BNI

menerbitkan saham baru di tahun 2007 dan 2010.

d. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI)

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI didirikan pada 16 Desember

1895. Sebagai perbankan yang fokus terhadap segmen usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM), BRI melayani 60.639.642 nasabah hingga ke pelosok

negeri dengan 92.574 pekerja dan 10.612 unit kerja, termasuk 4 kantor cabang

yang berada di luar negeri.

e. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN)

PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN didirikan pertama kali pada

masa pemerintahan Belanda yaitu tahun 1897 dengan nama Postpaarbank. Pada

era kemerdekaan yaitu tahun 1950, Pemerintah Republik Indonesia melakukan

perubahan nama menjadi Bank Tabungan Pos. Selanjutnya, terjadi perubahan

nama lagi menjadi Bank Tabungan Negara pada tahun 1963.

f. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

Keberadaan PT Bukit Asam (Persero) tak lepas dari pertambangan batubara di

Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Penambangan di lokasi ini dimulai sejak 1919,
72

saat pemerintah kolonial Belanda masih menjajah Indonesia. Saat itu, di lokasi

pertama, yakni di Tambang Air Laya, penambangan dilakukan dengan metode

penambangan terbuka. Setelah kekuasaan kolonial Belanda berakhir pada 1950,

Pemerintah RI mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang

Bukit Asam (PN TABA). Selanjutnya, pada 1981, PN TABA berubah status

menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam

(Persero) Tbk.

g. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk

PT Jasa Marga (Persero) Tbk atau Jasa Marga merupakan BUMN yang bergerak

dalam bidang usaha pengelolaan, pemeliharaan dan pengadaan jaringan jalan tol,

dengan berkantor pusat di Plaza Tol Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Jasa

Marga berdiri sejak tahun 1978 dengan nama, “PT Jasa Marga (Indonesia

Highway Corporation)”, yang kemudian diubah pada tanggal 19 Mei 1981

menjadi “PT Jasa Marga (Persero)”

h. PT. Timah (Persero) Tbk

PT Timah (Persero) Tbk adalah BUMN yang bergerak dalam bidang usaha

pertambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan,

peleburan dan pengolahan hingga pemasaran dan distribusi. Pada era kolonial,

terdapat tiga perusahaan penambangan timah yang didirikan Pemerintah Hindia

Belanda. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya sekitar tahun 1953- 1958,

Pemerintah Indonesia menasionalisasikan ketiga perusahaan tersebut menjadi

tiga Perusahaan Negara. Tahun 1968, ketiga entitas perusahaan tersebut bersama

dengan BPU dikonsolidasikan menjadi Perusahaan Negara (PN) Tambang


73

Timah. Lalu pada tanggal 2 Agustus 1976, nama PN Tambang Timah berubah

menjadi PT Tambang Timah (Persero).

4.1.1.2 Pengungkapan Sustainability Report

Pengungkapan Sustainability Report diukur dengan Sustainability

Reporting Disclosure Index (SRDI). Skor SRDI selama 4 tahun mengalami

fenomena yang menarik. Pada tahun 2012 rata-rata skor SRDI mencapai 76%,

sementara 3 tahun berikutnya di angka kisaran 50%-an. Meski demikian, pada

tahun 2012, skor terendah pada 2012 adalah 39.20%.

Tabel 4.2
Sustainability Reporting Disclosure Index
2012 2013 2014 2015

ANTAM 91.20% 59.06% 53.69% 77.85%

MANDIRI 51.20% 42.95% 52.35% 48.99%

BNI 64.00% 35.57% 38.93% 38.26%

BRI 91.20% 66.44% 59.06% 47.65%

BTN 39.20% 35.20% 65.77% 61.07%

BUKIT ASAM 91.20% 67.11% 51.68% 81.88%

JASA MARGA 88.80% 39.60% 38.26% 36.91%

TIMAH 91.20% 89.60% 58.39% 61.74%

Rata-rata
76.00% 54.44% 52.27% 56.80%
Nilai Tertinggi
91.20% 89.60% 65.77% 81.88%
Nilai Terendah
39.20% 35.20% 38.26% 36.91%

Seperti yang bisa dilihat pada gambar 4.1, warna kuning menunjukkan

skor SRDI di tahun 2015 menggambarkan bahwa terjadi peningkatan. Dengan rata-
74

rata terbesar kedua setelah tahun 2012, yaitu 56,80%. Sedangkan skor terendah

dimiliki oleh BNI pada tahun 2014 dengan skor sebesar 35,20%.

Gambar 4.1
Grafik Sustainability Reporting Disclosure Index

4.1.1.3 Good Corporate Governance

Pada penelitian ini pengukuran GCG menggunakan skor Corporate

Governance Perception Index (CGPI) yang diterbitkan oleh IICG dengan Majalah

SWA. Penerapan praktek GCG pada perusahaan peserta CGPI menunjukkan nilai

yang cenderung sangat baik. Hampir seluruh perusahaan mendapat peringkat

perusahaan sangat terpercaya (skor CGPI lebih dari atau sama dengan 85) yaitu

sebanyak 24 sampel atau 75% dari total sampel. Sedangkan sisanya sebesar 25%

atau 8 sampel mendapatkan peringkat perusahaan terpercaya (skor CGPI lebih dari

atau sama dengan 70).


75

Tabel 4.3
Corporate Governance Perception Index
2012 2013 2014 2015
ANTAM 88.71 88.92 89.12 88.64
MANDIRI 91.88 92.36 92.88 93.3
BNI 86.06 87.19 87.46 87.74
BRI 85.56 86.43 86.92 87.74
BTN 85.43 84.94 85.75 86.59
BUKIT ASAM 83.8 84.09 85.25 85.54
JASA MARGA 84.53 85.16 85.47 85.81
TIMAH 77.81 80.1 81.7 82.15

Rata-rata 85.47 86.15 86.82 87.19


Nilai Tertinggi 91.88 92.36 92.88 93.30
Nilai Terendah 77.81 80.10 81.70 82.15

Perusahaan yang konsisten selama 4 tahun berada pada posisi terdepan

adalah Mandiri. Dengan skor CGPI tertinggi yang pernah dirain adalah sebesar

93.30. Selain itu, pada Laporan CGPI tahun 2015 juga ditemukan bahwa Mandiri

merupakan perusahaan yang konsisten selalu mengikuti penilaian CGPI sejak tahun

2001 hingga 2015. Hal ini menunjukkan komitmen yang tinggi atas transparansi

praktek GCG yang dilakukan oleh Mandiri.


76

Gambar 4.2
Corporate Governance Perception Index

Sedangkan skor terendah dimiliki oleh Timah pada tahun 2012 dengan skor 77.81.

Meski demikian, perusahaan tersebut tetap termasuk kategori perusahaan

terpercaya. Selain itu, pada tahun-tahun berikutnya menunjukkan kecenderungan

perbaikan yang konsisten, dimana pada tahun 2013-2015 berhasil berubah menjadi

perusahaan dengan predikat sangat terpercaya.

4.1.1.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan pada penelitian ini menggunakan total aset yang

dimiliki. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa perusahaan perbankan memimpin 4

terbesar dalam hal total aset. Sedangkan Timah memiliki total aset yang paling

sedikit dibanding perusahaan lainnya dengan nilai sebesar 6.101.007 juta rupiah

pada tahun 2012.


77

Tabel 4.4
Total Aset Perusahaan*
2012 2013 2014 2015
ANTAM 19,708,541 21,865,117 22,044,202 30,356,851
MANDIRI 635,618,708 733,099,762 855,039,673 910,063,409
BNI 333,303,506 386,654,815 416,573,708 508,595,288
BRI 551,336,790 626,182,926 801,955,021 878,426,312
BTN 111,748,593 131,169,730 144,582,353 171,807,592
BUKIT ASAM 12,728,981 11,677,155 14,812,023 16,894,043
JASA MARGA 24,753,551 28,366,345 31,857,948 36,724,982
TIMAH 6,101,007 7,883,294 9,752,477 9,548,631

Rata-rata 211,912,460 243,362,393 287,077,176 320,302,139


Nilai Tertinggi 635,618,708 733,099,762 855,039,673 910,063,409
Nilai
Terendah 6,101,007 7,883,294 9,752,477 9,548,631
*dalam jutaan rupiah

Total aset terbesar dimiliki oleh Mandiri pada tahun 2015 dengan nilai

sebesar 910.063.409 juta rupiah. Hampir seluruh sampel mengalami perkembangan

yang meningkat tiap tahunnya kecuali Timah. Pada tahun 2015, total aset Timah

menurun sebesar 203.846 juta rupiah.


78

Gambar 4.3
Total Aset Perusahaan

Variabel Kontrol: Total Aset


1,000,000,000
900,000,000
800,000,000
700,000,000
600,000,000
500,000,000
400,000,000
300,000,000
200,000,000
100,000,000
-
ANTAM MANDIRI BNI BRI BTN BUKIT ASAM JASA TIMAH
MARGA

2012 2013 2014 2015

4.1.1.5 Leverage

Leverage pada penelitian ini dihitung dengan rasio debt to equity. Pada

Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa perusahaan perbankan memimpin 4 terbesar dalam

rasio debt to equity. Lalu, ketiga perusahaan yang bergerak di bidang

pertambangan, yaitu Antam, Bukit Asam, dan Timah memiliki rasio debt to equity

dibawah 1,00.

Tabel 4.5
Debt to Equity Ratio
2012 2013 2014 2015
ANTAM 0.54 0.71 0.85 0.66
MANDIRI 7.31 7.26 7.16 6.16
BNI 6.66 7.11 5.59 5.26
BRI 7.5 6.89 7.21 6.76
BTN 9.87 10.35 10.8 11.4
BUKIT ASAM 0.5 0.55 0.71 0.82
79

JASA MARGA 1.53 1.61 1.79 1.97


TIMAH 0.34 0.61 0.74 0.73
Rata-rata 4.28 4.39 4.36 4.22
Nilai Tertinggi 9.87 10.35 10.80 11.40
Nilai Terendah 0.34 0.55 0.71 0.66

Antam memiliki rasio debt to equity yang terendah dibanding

perusahaan lainnya dengan nilai sebesar 0.34 pada tahun 2012. Rasio debt to equity

tertinggi dimiliki oleh BTN pada tahun 2015 dengan nilai sebesar 11,40. Apabila

dilihat dari nilai rata-rata dari rasio debt to equity 8 perusahaan dalam 4 tahun ini,

berada pada kisaran angka 4,31.

Gambar 4.4
Grafik Debt to Equity Ratio
Variabel Kontrol: Debt to Equity Ratio
12

10

0
ANTAM MANDIRI BNI BRI BTN BUKIT ASAM JASA MARGA TIMAH

2012 2013 2014 2015


80

4.1.1.6 Profitabilitas

Dalam penelitian ini, untuk mengukur profitabilitas menggunakan rasio

return on asset (ROA). Sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 4.5, Antam

mengalami penurunan secara drastis dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 Antam

memiliki ROA sebesar 15,19%, lalu anjlok pada tahun 2013 1,87%. Terjadi lagi

penurunan pada tahun 2014, hingga nilai return on aset mencapai -3,52%, sampai

akhirnya turun kembali pada 2015 dengan nilai -4,75%.

Tabel 4.6
Return on Asset Ratio
2012 2013 2014 2015
ANTAM 15.19% 1.87% -3.52% -4.75%
MANDIRI 2.52% 2.57% 2.42% 2.32%
BNI 2.11% 2.34% 2.60% 1.80%
BRI 3.39% 3.41% 3.02% 2.89%
BTN 1.22% 1.19% 0.79% 1.08%
BUKIT ASAM 22.86% 15.88% 13.63% 12.06%
JASA MARGA 6.20% 4.36% 3.81% 3.59%
TIMAH 7.07% 6.53% 6.54% 1.09%
Rata-rata 7.57% 4.77% 3.66% 2.51%
Nilai Tertinggi 22.86% 15.88% 13.63% 12.06%
Nilai Terendah 1.22% 1.19% -3.52% -4.75%

ROA tertinggi dimiliki oleh Bukit Asam pada tahun 2012, dengan nilai

sebesar 22,86%. Walaupun pada tahun-tahun berikutnya terus-menerus menurun,

tetapi tetap selalu menempati peringkat tertinggi dibandingkan dengan perusahaan

lainnya yang menjadi sampel. Hal serupa juga terjadi pada Jasa Marga, yang mana
81

pada tahun 2012 dengan ROA sebesar 6,20% kemudian berangsur menurun hingga

menyentuh angka 3,59% pada tahun 2015.

Pada Gambar 4.5 di bawah terlihat bahwa pada perusahaan di industri

perbankan, ROA tidak pernah mencapai angka 5%. Perubahan yang terjadi tidak

terlalu drastis, menunjukkan bahwa perusahaan di industri perbankan ini memiliki

ROA yang stabil selama 4 tahun berturut-turut.

Gambar 4.5
Grafik Return on Asset Ratio
Variabel Kontrol: Return on Asset Ratio
25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
ANTAM MANDIRI BNI BRI BTN BUKIT JASA TIMAH
ASAM MARGA
-5.00%

-10.00%

2012 2013 2014 2015

4.1.1.7 Asimetri Informasi

Asimetri informasi pada penelitian ini diukur menggunakan bid-ask

spread. Bid-ask spread dihitung dengan selisih antara bid price dengan ask price

pada hari observasi. Karena data historis bid dan ask price tidak tersedia, maka

digunakan data high price dan low price. Apabila dilihat pada tabel 4.4, nilai
82

asimetri informasi tertinggi sebesar 3,55% dan terendah sebesar 1,76% keduanya

dimiliki oleh Timah.

Tabel 4.7
Asimetri Informasi
2012 2013 2014 2015
ANTAM 2.46% 3.46% 2.69% 3.53%
MANDIRI 2.23% 3.10% 1.98% 2.33%
BNI 2.03% 3.24% 2.35% 2.78%
BRI 2.31% 2.87% 2.13% 2.46%
BTN 2.59% 3.44% 3.14% 2.79%
BUKIT ASAM 2.53% 3.53% 2.80% 3.48%
JASA MARGA 2.29% 2.87% 2.02% 2.49%
TIMAH 1.76% 2.51% 2.84% 3.55%

Rata-rata 2.28% 3.13% 2.49% 2.93%


Nilai
Tertinggi 2.59% 3.53% 3.14% 3.55%
Nilai
Terendah 1.76% 2.51% 1.98% 2.33%

Apabila dilihat pada Gambar 4.4, nilai asimetri informasi mengalami

fluktuasi yang sangat beragam. Selama 4 tahun terjadi perubahan turun naik yang

tidak terpola. Namun, apabila dirata-ratakan, asimetri informasi ini stabil pada

angka 2-3%.
83

Gambar 4.6
Asimetri Informasi

4.1.1.8 Nilai Perusahaan

Untuk mengukur nilai perusahaan pada penelitian ini menggunakan

cost of equity capital dengan dividend discount model. Semakin rendah cost of

equity capital suatu perusahaan, semakin tinggi nilai perusahaan tersebut. Pada

Tabel 4.5 dapat terlihat bahwa nilai cost of equity tertinggi dimiliki oleh Mandiri

pada tahun 2013 sebesar 27,11%. Sedangkan nilai cost of equity terendah dimiliki

oleh Jasa Marga pada tahun 2015 sebesar 0,83%

Tabel 4.8
Cost of Equity
2012 2013 2014 2015
ANTAM 9.38% 5.89% 5.00% 5.00%
MANDIRI 23.30% 24.54% 24.17% 24.30%
BNI 19.69% 20.87% 20.39% 20.90%
BRI 25.76% 27.11% 26.21% 26.58%
84

BTN 13.75% 16.45% 15.68% 13.63%


BUKIT ASAM 4.64% 7.07% 3.70% 7.17%
JASA MARGA 1.45% 1.99% 1.12% 0.83%
TIMAH 5.79% 2.68% 4.58% 5.09%

Rata-rata 12.97% 13.32% 12.60% 12.94%


Nilai
Tertinggi 25.76% 27.11% 26.21% 26.58%
Nilai
Terendah 1.45% 1.99% 1.12% 0.83%

Rata-rata nilai cost of equity setiap tahunnya berkisar antara 12,60%

hingga 13,32%. Angka rata-rata ini tentunya kurang bisa menjelaskan keseluruhan

nilai sampel karen ada perbedaan yang cukup besar diantara tiap sampel. Pada

Gambar 4.5 tergambar bahwa nilai cost of equity yang tinggi didominasi oleh

perusahaan perbankan.

Gambar 4.7
Cost of Equity
85

Hal tersebut menunjukkan untuk dapat berinvestasi di perusahaan tersebut, investor

harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi juga dibandingkan perusahaan yang

lain.

4.1.2 Analisis Asosiatif

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tujuan

utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengungkapan

sustainability report dan GCG terhadap nilai perusahaan dengan dimoderasi oleh

asimetri informasi pada perusaahaan CGPI tahun 2012–2015. Untuk menjawab

permasalahan tersebut digunakan analisis regresi berganda dan moderated

regression analysis dengan metode pure moderator dengan terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi klasik.

4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang dilakukan terdiri dari uji normalitas, uji

autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas.

i. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang

baik adalah yang memiliki distribusi data normal/mendekati normal. Cara untuk

mendeteksi normalitas adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal dari grafik normal probability plot dengan ketentuan sebagai berikut:
86

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas.

Gambar 4.8
Hasil Uji Normalitas

Gambar di atas menunjukan hasil pengujian normalitas data

menggunakan metode grafik p-plot. Dari hasil tersebut terlihat titik –titik yang

diperoleh masih mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data

yang digunakan memiliki sebaran data yang terdistribusi secara normal. Dengan

demikian asumsi normalitas data terpenuhi.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah pengujian untuk melihat apakah dalam regresi

linier terdapat korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan


87

kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

persamaan regresi yang terbentuk nanti tidak dapat digunakan untuk meramalkan

pergerakan variabelnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun

sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi adanya

tidaknya pelanggaran autokorelasi dapat dilihat dengan menggunakan uji Durbin

Watson dengan kriteria sebagai berikut:

1. Nilai D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.

2. Nilai D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi.

3. Nilai D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi

Tabel di atas menjelaskan hasil pengujian autokorelasi dengan

menggunakan metode Durbin Watson. Dari table tersebut terlihat bahwa nilai

Durbin Watson yang diperoleh sebesar 0,909. Nilai tersebut berada diantara -2 dan

2. Sesuai dengan kriteria pengujian dapat dikatakan bahwa data yang digunakan

tidak memiliki masalah autokorelasi, baik itu autokorelasi positif ataupun

autokorelasi negatif.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan linier antar variabel independen dalam model regresi. Untuk mengetahui

ada atau tidaknya kolinearitas dalam penelitian ini, maka dapat dilihat dari nilai
88

Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan aturan variance inflation factor

(VIF) dan tolerance, apabila VIF melebihi angka 10 atau tolerance kurang dari 0,10

maka dinyatakan terjadi gejala multikolinieritas. Sebaliknya apabila nilai VIF

kurang dari 10 atau tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala

multikolinieritas.

Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinieritas

Tabel di atas menunjukan hasil pengujian multikolinieritas data. Dari

data yang disajikan pada table di atas, terlihat bahwa nilai tolerance yang diperoleh

masing-masingvariabel bebas sebesar > 0,1 dan Variance Inflation Factor (VIF)

kurang dari 10. Hal ini menunjukan bahwa tidak ditemukan adanya korelasi yang

kuat diantara variabel bebas, sehingga asumsi multikolinieritas data terpenuhi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas berguna untuk mengetahui apakah pada model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan dengan

pengamatan lainnya. Jika varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah

adalah model yang homokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya pelanggaran


89

heteroskedastisitas, dapat dilihat dengan menggunakan metode scatter plot dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk

suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian

menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas

b. jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah

angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Gambar di atas menunjukan hasil pengujian heteroskedastisitas dengan

menggunakan metode grafik scatter plot. Dari gambar tersebut terlihat bahwa titik-

titik yang diperoleh membentuk pola acak tidak beraturan serta menyebar diatas

dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, sehingga dalam model regresi tidak

ditemukan adanya pelanggaran heteroskedastisitas, dengan kata varians residual

bersifat homokedastisitas.
90

4.1.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Model persamaan regresi linier berganda yang akan dibentuk adalah

sebagai berikut:

Y= a + β1X1 + β2X2+ β3X3 + β4X4 + β5X5

Keterangan:

a : Konstanta X2 : GCG

Y : Nilai Perusahaan X3 : Size (Kontrol)

X1 : Pengungkapan Sustainability X4 : Leverage (Kontrol)

Report (SRDI) X5 : Profitabilitas (Kontrol)

β1-β5 : Koefisien regresi

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.11
Persamaan Regresi Linear Berganda

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)

Berdasarkan tabel output di atas, diperoleh nilai a sebesar -74,535, β1

sebesar 0,071, β2 sebesar -0,286, β3 sebesar 13,541, β4 sebesar -0,286 dan β3 sebesar
91

13,541. Dengan demikian, maka dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda

sebagai berikut:

Y = -74,535 + 0,071X1 - 0,286X2 + 13,541X3 + 0,019X4 + 0,13X5


Dari hasil persamaan regresi linier berganda tersebut masing-masing

variabel dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar -74,535 menunjukan prediksi nilai perusahaan ketika

variabel bebas bernilai nol (0).

b. Variabel X1 yaitu SRDI memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,071

menunjukan bahwa ketika pengungkapan SRDI ditingkatkan 1%, diprediksi

akan meningkatkan nilai perusahaan sebanyak 0,071 persen.

c. Variabel X2 yaitu GCG memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,286

menunjukan bahwa ketika GCG ditingkatkan 1 kali, diprediksikan akan

menurunkan nilai perusahaan sebesar 0,286 persen.

d. Variabel X3 yaitu size memiliki nilai koefisien regresi sebesar 13,541,

menunjukan bahwa ketika size ditingkatkan 1 juta, diprediksikan akan

meningkatkan nilai perusahaan sebesar 13,541 persen.

e. Variabel X4 yaitu leverage memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,019,

menunjukan bahwa ketika leverage ditingkatkan 1 kali, diprediksikan akan

meningkatkan nilai perusahaan sebesar 0,019 persen.

f. Variabel X5 yaitu profitabilitas memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,13,

menunjukan bahwa ketika profitabilitas ditingkatkan 1% diprediksikan

akan meningkatkan nilai perusahaan sebesar 0,13 persen.


92

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan utnuk mencari seberapa besar variasi

variabel independen dapat menjelaskan secara keseluruhan variasi variabel

dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variabel-variabel dependen sangat kecil pula. Nilai R2 yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dari

hasil pengolahan data, diperoleh hasil koefisien determinasi sebagai berikut:

Tabel 4.12
Koefisien Determinasi Simultan

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa nilai koefisien

korelasi atau (R) yang diperoleh sebesar 0,960. Dengan demikian koefisien

determinasi dapat dihitung sebagai berikut:

Kd = (𝑟)2 x 100 %
Kd = (0,960)2 x 100 %
Kd = 92,16%

Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa nilai koefisien determinasi

yang diperoleh sebesar 92,16%. Hal ini menunjukan bahwa pengungkapan

sustainability report (SRDI) dan Good Corporate Governance (GCG) memberikan

kontribusi terhadap nilai perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012–2015

sebesar 92,16%, sedangkan sisanya sebesar 7,84% lainnya merupakan kontribusi


93

dari variabel lain yang tidak diteliti. Sedangkan untuk melihat besarnya kontribusi

pengaruh yang diberikan oleh masing-masing variabel bebas terhadap variabel

terikat dapat dilihat dengan cara mengalikan nilai beta dengan nilai zero order

sebagai berikut:

Tabel 4.13
Koefisien Determinasi Parsial

Berdasarkan output di atas dilakukan perhitungan sebagai berikut:


Pengaruh X1 terhadap Y = 0,146 x -0,256 = -0,0374 atau -3,74%
Pengaruh X2 terhadap Y = -0,105 x 0,548 = -0,0575 atau -5,75%
Pengaruh X3 terhadap Y = 1,102 x 0,840 = 0,9257 atau 92,57%
Pengaruh X4 terhadap Y = 0,007 x 0,762 = 0,0053 atau 0,53%
Pengaruh X5 terhadap Y = 0,079 x -0,313 = -0.0247 atau -2,47%

Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa variabel size (X3)

memberikan kontribusi paling dominan terhadap nilai perusahaan dengan

kontribusi yang diberikan sebesar 92,57%, diikuti berturut-turut oleh leverage (X4),

profitabilitas (X5), pengungkapan SRDI (X1) sbeesar -3,74% dan GCG (X2) sebesar

-5,75%.
94

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)


Pengujian Hipotesis Parsial X1
H0 : β1= 0 Artinya, secara parsial pengungkapan Sutainability Report (SRDI)

tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012 – 2015.

H1 : β1 ≠ 0 Artinya, secara parsial pengungkapan Sutainability Report (SRDI)

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

peserta CGPI periode tahun 2012 – 2015.

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X1 sebagai

berikut:

Tabel 4.14
Pengujian Hipotesis Parsial X1

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai thitung yang diperoleh

pengungkapan SRDI sebesar 2,228. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel
95

pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=32-5-1=26, untuk pengujian dua

sisi diperoleh nilai ttabel sebesar ± 2,056. Dari nilai-nilai tersebut terlihat bahwa nilai

thitung yang diperoleh sebesar 2,228. Berada diluar nilai ttabel (-2,048 dan 2,048).

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,

artinya secara parsial pengungkapan sustainability report signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012 – 2015.

Pengujian Hipotesis Parsial X2


H0 : β2= 0 Artinya, secara parsial GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012-

2015.

H1 : β2 ≠ 0 Artinya, secara parsial GCG berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012-

2015.

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X2 sebagai

berikut:
96

Tabel 4.15
Pengujian Hipotesis Parsial X2

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai thitung yang diperoleh GCG

sebesar -1,289. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel pada tabel distribusi

t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=32-5-1=26, untuk pengujian dua sisi diperoleh nilai

ttabel sebesar ±2,056. Dari nilai-nilai tersebut terlihat bahwa nilai thitung yang

diperoleh sebesar -1,289. Berada diantara nilai ttabel (-2,056 dan 2,056). Sesuai

dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara

parsial GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012 – 2015.

Pengujian Hipotesis Parsial X3


H0 : β3= 0 Artinya, secara parsial ukuran perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI

periode tahun 2012 – 2015.

H1 : β3 ≠ 0 Artinya, secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode

tahun 2012 – 2015.

Dengan taraf signifikansi 0,05


97

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X3

sebagai berikut:

Tabel 4.16
Pengujian Hipotesis Parsial X3

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai thitung yang diperoleh

ukuran perusahaansebesar 8,857. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel

pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=32-5-1=26, untuk pengujian dua

sisi diperoleh nilai ttabel sebesar ±2,056. Dari nilai-nilai tersebut terlihat bahwa nilai

thitung yang diperoleh sebesar 8,857. Berada diluar nilai ttabel (-2,048 dan 2,048).

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,

artinya secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012 – 2015.

Pengujian Hipotesis Parsial X4


H0 : β4= 0 Artinya, secara parsial leverage tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode

tahun 2012-2015.
98

H1 : β4 ≠ 0 Artinya, secara parsial leverage berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012-

2015.

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X2 sebagai

berikut:

Tabel 4.17
Pengujian Hipotesis Parsial X4

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai thitung yang diperoleh

leverage sebesar 0,072. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel pada tabel

distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=32-5-1=26, untuk pengujian dua sisi

diperoleh nilai ttabel sebesar ±2,056. Dari nilai-nilai tersebut terlihat bahwa nilai

thitung yang diperoleh sebesar 0,072. Berada diantara nilai ttabel (-2,056 dan 2,056).

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 diterima dan H1 ditolak,

artinya secara parsial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012 – 2015.


99

Pengujian Hipotesis Parsial X5


H0 : β5= 0 Artinya, secara parsial profitabilitas tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode

tahun 2012-2015.

H1 : β5 ≠ 0 Artinya, secara parsial profitabilitas berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode

tahun 2012-2015.

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X2 sebagai

berikut:

Tabel 4.18
Pengujian Hipotesis Parsial X5

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai thitung yang diperoleh

profitabilitas sebesar 1,202. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel pada

tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=32-5-1=26, untuk pengujian dua sisi

diperoleh nilai ttabel sebesar ±2,056. Dari nilai-nilai tersebut terlihat bahwa nilai
100

thitung yang diperoleh sebesar 1,202. Berada diantara nilai ttabel (-2,056 dan 2,056).

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 diterima dan H1 ditolak,

artinya secara parsial profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012 – 2015.

Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)


H0 : β1= β2 = 0 Artinya, secara simultan pengungkapan Sutainability Report dan

GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012 – 2015.

H1 : β1 ≠ β2 ≠ 0 Artinya, secara simultan pengungkapan Sutainability Report dan

GCG berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012 – 2015.

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika Fhitung > dari Ftabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis simultan sebagai

berikut:

Tabel 4.19
Pengujian Hipotesis Simultan
101

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai Fhitung yang diperoleh

sebesar 60,850. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai Ftabel pada tabel distribusi

F. Untuk pengujian dua sisi diperoleh nilai Ftabel sebesar ±4,74. Dari nilai-nilai

tersebut terlihat bahwa nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel. Sesuai dengan kriteria

pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara simultan

pengungkapan sustainabilty report dan GCG berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012 – 2015.

4.1.2.3 Moderated Regression Analysis

Rumusan masalah ketiga pada penelitian ini adalah mengetahui

seberapa besar pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap nilai

perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri informasi. Untuk menjawab

permasalahan tersebut, digunakan regresi moderasi dengan metode pure moderator

yaitu menggunakan metode interaksi tanpa mengikut sertakan variabel moderasi

dalam model. Dari hasil pengolahan data menggunakan software SPSS, diperoleh

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.20
Koefisien Determinasi Interaksi Pertama
102

Berdasarkan tabel output di atas, terlihat bahwa nilai koefisien

determinasi yang diperoleh sebesar 0,919 atau 91,9%. Hal ini menunjukan bahwa

pengungkapan sustainability report dan interaksi pengungkapan sustainability

report dengan asimetri informasi memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan

sebesar 91,9%, sedangkan sisanya sebesar 8,1% lainnya merupakan kontribusi dari

variabel lain yang tidak diteliti.

Tabel 4.21
Pengujian Hipotesis Simultan

Dari hasil pengujian hipotesis simultan di atas terlihat bahwa nilai F-

hitung yang diperoleh sebesar 59,136 dan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar

0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa secara simultan,

pengungkapan sustainability report dan interaksi antara pengungkapan

sustainability report dengan asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan peserta CGPI tahun 2012 – 2015.


103

Tabel 4.22
Pengujian Hipotesis Parsial

Berdasarkan tabel output di atas, terlihat bahwa nilai t-hitung yang

diperoleh interaksi antara pengungkapan sustainability report dengan asimetri

informasi sebesar 2,972 dengan nilai signifikansi sebesar 0,034 < 0,05. Dengan

demikian dapat diambil kesimpulan bahwa secara parsial, pengungkapan

sustainability report dan interaksi antara pengungkapan sustainability report

dengan asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan peserta

CGPI tahun 2012 – 2015.

Rumusan masalah keempat pada penelitian ini adalah mengetahui

seberapa besar pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan

dengan asimentri informasi sebagai variabel moderasi. Untuk menjawab

permasalahan tersebut, digunakan regresi moderasi dengan metode pure moderator

yaitu menggunakan metode interaksi tanpa mengikut sertakan variabel moderasi

dalam model. Dari hasil pengolahan data menggunakan software SPSS, diperoleh

hasil sebagai berikut:


104

Tabel 4.23
Koefisien Determinasi Interaksi Kedua

Berdasarkan tabel output di atas, terlihat bahwa nilai koefisien

determinasi yang diperoleh sebesar 0,914 atau 91,4%. Hal ini menunjukan bahwa

GCG dan interaksi GCG dengan asimetri informasi memberikan kontribusi

terhadap nilai perusahaan sebesar 91,4%, sedangkan sisanya sebesar 8,6% lainnya

merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak diteliti.

Tabel 4.24
Pengujian Hipotesis Simultan

Dari hasil pengujian hipotesis simultan di atas terlihat bahwa nilai F-

hitung yang diperoleh sebesar 55,061 dan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar

0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa secara simultan,

GCG dan interaksi antara GCG dengan asimetri informasi berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan peserta CGPI tahun 2012 – 2015.


105

Tabel 4.25
Pengujian Hipotesis Parsial

Berdasarkan tabel output di atas, terlihat bahwa nilai t-hitung yang

diperoleh interaksi antara GCG dengan asimetri informasi sebesar 1,500 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,146 > 0,05 yang menunjukan bahwa asimetri informasi

memperlemah hubungan antara GCG dengan nilai perusahaan pada perusahaan

peserta CGPI tahun 2012 – 2015.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Nilai


Perusahaan Pada Perusahaan Peserta CGPI Tahun 2012-2015.

Hasil pengujian hipotesis uji t diperoleh bahwa variabel X1 yaitu

Pengungkapan Sustainability Report menunjukkan nilai thitung sebesar 2,228. Nilai

ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel pada tabel distribusi t, dengan nilai

ttabel sebesar 2,056. Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan

H1 diterima, artinya secara parsial pengungkapan sustainability report signifikan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012-2015.

Hal tersebut berarti semakin tinggi nilai pengungkapan sustainability report


106

semakin tinggi juga nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun

2012-2015.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor memiliki persepsi

positif atas kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga investor lebih

tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Pernyataan tersebut didukung

oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Bachoo, et al (2013), serta Fatchan dan

Trisnawati (2016). Selain itu, hal ini juga membuktikan bahwa inisiatif manajer

dalam meningkatkan nilai perusahaan dengan menerbitkan sustainability report

menunjukkan adanya kelangsungan perusahaan (going-concern).

Bachoo, et al (2013), serta Fatchan dan Trisnawati (2016) menyebutkan

bahwa investor yang berinvestasi pada perusahaan yang menerbitkan sustainability

report yang baik mendapatkan tingkat keyakinan yang lebih baik dan risiko yang

lebih rendah dibanding dengan berinvestasi pada perusahaan yang melakukan hal

sebaliknya. Peneliti lain yang menemukan hal yang serupa diantaranya adalah

Plumlee, et al (2015). Plumlee, et al (2015) menyampaikan bukti yang sama dari

hasil analisis regresi yang dilakukannya. Menurutnya, voluntary environmental

disclosure quality memiliki pengaruh terhadap nilai perusaaan yang diukur oleh

dua komponen expected future cash flow dan cost of equity capital, dengan ukuran

perusahaan sebagai salah satu variabel kontrolnya. Penelitian Plumlee, et al (2015)

dilakukan di Amerika Serikat dengan jumlah sampel 474 dengan jangka waktu 6

tahun dari tahun 2000-2005, lintas industri (oil & gas, chemical, food/beverage,

pharmaceutical, dan electric utilities).


107

Namun, hasil pengujian ini bertolak belakang penelitian yang telah

dilakukan oleh Dobre, et al (2015) dan Dagilienė (2013). Mereka membuktikan

bahwa pengungkapan sustainability report tidak memiliki pengaruh terhadap nilai

perusahaan. Serta Dagilienė (2013) yang melakukan penelitian di Lithuania tentang

pengaruh CSR reporting terhadap nilai perusahaan, membuktikan bahwa

perusahaan dengan score pelaporan CSR yang tinggi, tidak memiliki nilai

perusahaan yang tinggi juga.

Berdasarkan hasil statistik yang telah dilakukan dan didukung oleh

hasil penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya inisiatif

perusahaan untuk menerbitkan sustainability report memberikan sinyal positif bagi

investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Selain itu, pengungkapan

sustainability report yang semakin tinggi (tingkat pengungkapannya), memberikan

tingkat keyakinan yang lebih baik dan risiko yang lebih rendah dibanding dengan

berinvestasi pada perusahaan yang melakukan hal sebaliknya.

4.2.2 Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Peserta


CGPI Tahun 2012-2015.

Hasil pengujian hipotesis uji t diperoleh bahwa variabel X2 yaitu GCG

menunjukkan nilai thitung sebesar -1,289. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan

nilai ttabel pada tabel distribusi t, dengan nilai ttabel sebesar 2,056. Hal ini berarti

bertolak belakang dengan hipotesis yang dibangun. Artinya, secara parsial GCG

tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan peserta

CGPI periode tahun 2012 – 2015.


108

Hal ini menunjukkan bahwa konsep fairness, transparency,

accountability, responsibility, yang diharapkan tercermin melalui rating CGPI

dapat meningkatkan nilai perusahaan, tidak tercapai. Hasil pengujian ini

mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Haat, et al (2008), Nuswandari

(2009), Siregar dan Riandi (2011), Zabri, et al (2016), serta Gherghina (2015).

Mereka membuktikan bahwa GCG tidak memiliki pengaruh terhadap nilai

perusahaan. Gherghina (2015) meneliti pengaruh corporate governance ratings

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang listing di Bucharest Stock

Exchange (BSE). Proxy yang digunakan Gherghina (2016) untuk mengukur nilai

perusahaan terdiri dari dua, yaitu accounting-based firm value measures

(menggunakan ROA dan ROE) dan market-based firm value measures

(menggunakan EPS). Sedangkan untuk pengukuran corporate governance ratings

menggunakan Principal Component Analysis (PCA).

Ditolaknya hipotesis ini menunjukkan bahwa investor tidak menjadikan

GCG sebagai pertimbangan dalam keputusan investasi suatu perusahaan yang

akhirnya menentukan nilai perusahaan. Hal tersebut dapat disebabkan karena

investor tidak mendapatkan informasi mengenai GCG yang cukup hanya dari skor

CGPI saja. Mengingat bahwa skor CGPI ini dipublikasikan pada Majalah SWA,

tetapi laporannya sendiri tidak dipublikasikan terkecuali perusahaan meminta data

tersebut secara langsung kepada IICG sebagai pihak penilai. Sehingga tidak semua

investor mendapatkan informasi yang sama.

Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Haat et al (2008). Penelitian yang dilakukan di Malaysia ini menunjukkan bahwa


109

salah satu penyebab investor tidak menggunakan informasi GCG dalam

pengambilan keputusan investasi diantaranya karena investor tidak mendapat

informasi mengenai praktek GCG yang komprehensif pada suatu perusahaan.

Penelitian ini dapat menambah pustaka mengenai tidak adanya

pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan, karena mayoritas dari penelitian

sebelumnya menunjukkan hal yang sebaliknya, salah satunya adalah Zhu (2014).

Zhu (2014) menyimpulkan bahwa GCG memiliki pengaruh terhadap nilai

perusahaan. Zhu (2014) melakukan penelitian dengan data corporate governance

yang didapat dari database Institutional Shareholder Services (ISS) periode 2003-

2006. Database ISS melacak 55 atribut corporate governance yang berbeda dari

22 negara maju kecuali Amerika Serikat, dan menyediakan 61 atribut corporate

governance dari Amerika Serikat (Zhu, 2017:397). Kemudian Zhu (2017:3970

menyebutkan, “The wide spectrum of governance attributes allows the construction

of an overall governance rating as well as several subratings for different aspects

of a firm’s corporate governance practice.” Sehingga untuk penelitian selanjutnya

dapat dipertimbangkan untuk menggunakan atribut rating yang lebih komprehensif

dalam mengukur GCG suatu perusahaan.

4.2.3 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Nilai


Perusahaan Dengan Dimoderasi oleh Asimetri Informasi Pada
Perusahaan Peserta CGPI Tahun 2012-2015.

Hasil pengujian hipotesis uji t diperoleh nilai t-hitung yang diperoleh

adalah sebesar 2,972 dengan nilai signifikansi sebesar 0,034 < 0,05. Hal tersebut

menunjukkan bahwa secara parsial, pengungkapan sustainability report dan


110

interaksi antara pengungkapan sustainability report dengan asimetri informasi

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan peserta CGPI tahun 2012 – 2015.

Sehingga, semakin tinggi pengungkapan sustainability report semakin tinggi nilai

perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri informasi.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa masalah yang timbul dari

agency theory dalam praktek ilmu akuntansi yaitu adanya gap antara manajer dan

prinsipal (asimetri informasi) salah satunya dapat diatasi dengan inisiatif manajer

menerbitkan suatu voluntary disclosure, dalam hal ini berupa sustainability report.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martinez-Ferrero, et al

(2016). Hasil penelitiannya menujukkan bahwa dengan pengungkapan sukarela

seperti CSR dapat menekan asimetri informasi yang kemudian bisa meningkatkan

kepercayaan pasar modal dan akhirnya meningkatkan nilai perusahaan (Martinez-

Ferrero, et al, 2016:229).

Pengungkapan sustainability report dianggap mampu

mengkomunikasikan informasi yang selama ini tidak didapat oleh investor dari

laporan keuangan perusahaan atau laporan tahunan. Hal ini didukung oleh temuan

Martinez-Ferrero, et al, (2016:230):

“Through CSR or sustainability reports, shareholders obtain


information that solves the shortcomings of the financial statements
which lack of information on social and environmental issues, which
are increasingly valued by shareholders in their investment decisions
and decreasing information asymmetries derived from the principal-
agent relationship.”

Dari pernyataan diatas, Martinez-Ferrero, et al, (2016) menekankan bahwa melalui

laporan CSR maupun sustainability report investor mendapatkan informasi

lingkungan dan sosial yang sebelumnya tidak ada pada laporan keuangan. Hal
111

tersebut dapat mengurangi asimetri informasi yang timbul dari masalah keagenan.

Kemudian, inisiatif tersebut dinilai oleh investor sehingga menjadi pertimbangan

penting dalam pengambilan keputusan investasi.

Bagi investor lainnya, informasi yang terkandung dalam sustainability

report memberi mereka bukti yang diperlukan untuk memiliki pengetahuan tentang

komitmen manajerial terhadap masalah sosial. Jadi, perusahaan berhasil memenuhi

kebutuhan berbagai pemangku kepentingan, melegitimasi tindakan dan kebijakan

dari kegiatan operasional bisnis mereka kepada masyarakat.

4.2.4 Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan dengan Dimoderasi oleh


Asimetri Informasi Pada Perusahaan Peserta CGPI Tahun 2012-2015.

Hasil pengujian hipotesis uji t diperoleh bahwa interaksi antara GCG

dengan asimetri informasi sebesar 1,500 dengan nilai signifikansi sebesar

0,146>0,05. Hal tersebut menunjukan bahwa asimetri informasi tidak memoderasi

pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI tahun

2012–2015.

Penelitian ini dapat memperkaya pustaka yang membahas tentang

pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan dengan asimetri informasi sebagai

variabel moderating yang masih sedikit ditemukan. Penelitian yang sejalan dengan

hasil temuan ini salah satunya adalah Jamalinesari dan Soheili (2015) serta Daines,

et al (2010). Jamalinesari dan Soheili (2015) melakukan penelitian pada 145

perusahaan dari from 22 industri selama tahun 2008-2013, yang menunjukkan

bahwa terdapat salah satu mekanisme GCG yang tidak berpengaruh terhadap

asimetri informasi.
112

Asimetri informasi tidak memoderasi pengaruh GCG terhadap nilai

perusahaan pada penelitian ini bisa disebabkan oleh skor CGPI yang dianggap tidak

bisa memprediksi nilai perusahaan di masa depan. Hal ini didukung oleh hasil

penelitian yang dilakukan oleh Daines, et al (2010:460) yang menyebutkan bahwa:

“Prior evidence on individual ratings has generally been backward-


looking, raising the distinct possibility that the ratings reflect past firm
performance but are unable to predict future outcomes. We find that
these governance ratings have either limited or no success in predicting
firm performance or other outcomes of interest to shareholders.
Moreover, even when there is a statistical association with future out-
comes, the substantive economic effect is small.”

Atas pernyataan Daines, et al (2010) tersebut dan hasil penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa investor tidak bisa mengandalkan skor CGPI sebagai solusi atas

asimetri informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan

investasi. Sehingga asimetri informasi tidak memoderasi pengaruh GCG terhadap

nilai perusahaan.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Chen dan

Liu (2013). Mereka melakukan penelitian tentang pengaruh praktek corporate

governance mempengaruhi nilai perusahaan dibawah kondisi asimetri informasi.

Kemudian membuktikan bahwa dampak dari GCG berpengaruh secara signifikan

terhadap nilai perusahaan, dengan asimetri informasi yang semakin

ditekan/berkurang.
113

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengungkapan sustainability report berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015. Hal ini dibuktikan

dengan nilai thitung sebesar 2,228 dengan ttabel sebesar 2,056. Berarti, semakin

tinggi pengungkapan sustainability report, semakin tinggi juga nilai perusahaan.

2. Pengungkapan GCG tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015. Hal ini dibuktikan

dengan nilai thitung sebesar -1,289 dengan ttabel sebesar 2,056.

3. Pengungkapan sustainability report berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri informasi pada perusahaan peserta

CGPI tahun 2012-2015. Hal ini dibuktikan dengan nilai t-hitung yang diperoleh

sebesar 2,972 dengan ttabel sebesar 2,056. Serta nilai signifikansi sebesar

0,034<0,05. Berarti semakin tinggi pengungkapan sustainability report,

semakin tinggi juga nilai perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri informasi.

4. Pengungkapan GCG tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri informasi pada perusahaan peserta

CGPI tahun 2012-2015. Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung sebesar 1,500

dengan ttabel sebesar 2,056 dan dengan nilai signifikansi sebesar 0,146>0,05.
114

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya,

saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini mendukung hipotesis bahwa pengungkapan sustainability report

berpengaruh terhadap nilai perusahaan, oleh karena itu disarankan agar badan

regulasi di Indonesia mulai mewajibkan perusahaan untuk menerbitkan

sustainability report. Serta agar terdapat standar sustainability report sebagai

pedoman yang sama bagi setiap perusahaan. Dengan harapan sustainability

report dapat dibandingkan antar perusahaan (comparable).

2. Alat ukur GCG pada penelitian ini adalah CGPI sehingga kriteria sampel yang

harus dipenuhi salah satunya harus menjadi peserta pemeringkatan CGPI,

sementara pemeringkatan/penilaian CGPI merupakan kegiatan voluntary. Hal

ini mengakibatkan terbatasnya jumlah sampel. Sehingga disarankan untuk

menggunakan alat ukur GCG yang lain namun tetap komprehensif dan

independen, atau dapat ditambah dengan wawancara sebagai konfirmasi dan

informasi tambahan dari praktek GCG suatu perusahaan.

3. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur content

analysis untuk pengungkapan sustainability report, disarankan peneliti

berikutnya apabila memungkinan menggunakan pendekatan yang lebih

menggambarkan praktek di lapangan, seperti studi kasus proses penyusunan

sustainability report.

4. Penelitian mengenai pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan telah banyak

dilakukan baik di Indonesia maupun di luar Indonesia, namun penelitian yang


115

juga menyertakan asimetri informasi didalamnya masih sedikit. Oleh karena itu,

disarankan pada peneliti lainnya agar menyertakan asimetri informasi sebagai

variabel moderating agar dapat memperdalam hasil penelitian ini yang

menunjukkan bahwa asimetri informasi tidak dapat memoderasi hubungan

pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan.


116

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno., Ardana, Cenik. 2014. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya Edisi Revisi Salemba Empat 2014 Jakarta

Akerlof, George A. (1970) The Market for "Lemons": Quality Uncertainty and the
Market Mechanism. The Quarterly Journal of Economics, Vol. 84, No. 3.
(Aug., 1970), pp. 488-500.

Bachoo, Kaveen., Tan, Rebecca., Wilson, Mark. 2013. Firm Value and the Quality
of Sustainability Reporting in Australia. Australian Accounting Review No.
64 Vol. 23 Issue 1 2013 pp 67-87.

Bahmani, Dariush. 2014. The Relation between Disclosure Quality and Information
Asymmetry: Empirical Evidence from Iran. Journal of Financial Research.
Vol. 5 No. 2 2014 pp 110-114.

Bateh, Justin., Horner, Donald H., Broadbent, Ardell., Fish, David. 2014. Towards
A Theoretical Integration of Sustainability: A Literature Review and
Suggested Way Forward. Journal of Sustainability Management – June 2014
Volume 2, Number 1 hal 35-42

Becchetti, Leonardo., Ciciretti, Rocco. 2008. Corporate Social Responsibility and


Stock Market Performance. CSR Paper 34.2008 pp 1-30

Belal, Ataur Rahman. 2008. CSR Reporting in Developing Countries: The Case of
Bangladesh. Ashgate Publishing. New York, USA.

Byus, Kent., Deis, Donald., Ouyang, Bo. 2010. Doing Well by Doing Good:
Corporate Social Responsibility and Profitability. S.A.M. Advanced
Management Journal; Winter 2010; 75, 1; pp. 44

Carroll, Archie B. Rutgers, Ann K. Buchholtz. 2015. Business and Society: Ethics,
Sustainability, and Stakeholder Management, 9th Edition. Cengage Learning

Cho SY, Lee C, Pfeiffer RJ Jr. 2013. Corporate Social Responsibility Performance
and Information Asymmetry. Journal of Accounting and Public Policy 32:71–
83

Chen, Chen-Wen., Liu, Victor W. 2013. Corporate Governance Under Asymmetric


Information: Theory and Evidence. Economic Modelling 33 (2013) pp 280–
291

Cheng, M., Dhaliwal, D., Neamtiu, M. 2011. Asset Securitization, Securitization


Recourse, and Information Uncertainty. The Accounting Review 86 (2), 541–
586.
117

Claessens., Yurtoglu, Burcin. 2013. Corporate Governance in Emerging Markets:


A Survey. Emerging Markets Review 15 2013 pp. 1–33.

Corwin, S.A., Schultz, P., 2012. A Simple Way to Estimate Bid-Ask Spreads from
Daily High and Low Prices. Journal of Finance 67 (2), 719–760.

Dagilienė , Lina. (2013) The Influence of Corporate Social Reporting to Company’s


Value in A Developing Economy. Procedia Economics and Finance 5 (2013)
212 – 221

Daines, Robert M., Gow, Ian D., Larcker, David F. (2010). Rating the Ratings: How
Good Are Commercial Governance Ratings? Journal of Financial Economics
98 (2010) 439–461.

Dhaliwal, Dan S., Li, Oliver Zhen., Tsang, Albert. (2011) Voluntary Nonfinancial
Disclosure and the Cost of Equity Capital: The Initiation of Corporate Social
Responsibility Reporting. The Accounting Review Vol. 86, No. 1 pp. 59–100

Diebecker, Jan., Sommer, Friedrich. (2017). The Impact of Corporate


Sustainability Performance on Information Asymmetry: The Role of
Institutional Differences. Review of Managerial Science, 2017, vol. 11, issue
2, pages 471-517

Djatmiko, Harmanto Edy. “Integritas, Modal Utama Bisnis Berkelanjutan” SWA,


Edisi 20 Desember 2016–4 Januari 2017, hlm. 27.

Dobre, Elena., Stanila, Georgiana Oana., Brad, Laura (2015). The Influence of
Environmental and Social Performance on Financial Performance: Evidence
from Romania’s Listed Entities. Sustainability Journal 2015, 7, 2513-2553

Donaldson, Thomas., Preston, Lee E. (1995). The Stakeholder Theory of the


Corporation: Concepts, Evidence, And Implications. The Academy of
Management Review, Vol. 20, No. 1 (Jan., 1995), pp. 65-91

Eisenhardt, K.M., 1989. Agency theory: An assessment and review. Academy of


management review, 14(1), pp.57-74.

EY and Boston College (2016). Value of Sustainability Reporting: A Study by EY


and Boston College Center for Corporate Citizenship. EY & The Carroll
School of Management Center for Corporate Citizenship at Boston College
2016.

Fatchan, Ilham N., Trisnawati, Rina. (2016). Pengaruh Good Corporate


Governance Pada Hubungan Antara Sustainability Report Dan Nilai
Perusahaan. Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia 1 (1) 2016 hal 25-34.
118

Fernando, A.C. (2006). Corporate Governance Principles, Policies and Practices.


Dorling Kindersley Pvt. Ltd, licensees of Pearson Education in South Asia
2006

Freeman, R. Edward., and Reed David L. (1983). Stockholders and Stakeholders:


A New Perspective on Corporate Governance. Management Review, Vol. 25
No. 3, Spring 1983.

GRI. (2013) GRI G4 Sustainability Reporting Guidelines: Reporting Principles and


Standard Disclosures. Global Sustainability Standards Board.

Gherghina, Ştefan Cristian. (2015). Corporate Governance Ratings and Firm


Value: Empirical Evidence from The Bucharest Stock Exchange.
International Journal of Economics and Financial Issues Vol. 5, No. 1, 2015,
pp.97-110

Haat, M Hassan Che., Rahman, Rashidah Abdul., Mahenthiran, Sakhti (2008).


Corporate Governance, Transparency and Performance of Malaysian
Companies. Managerial Auditing Journal Vol. 23 No. 8, pp. 744-778.

Hitchner, James R. (2017) Financial Valuation: Application and Model. John Wiley
& Sons, Inc. New Jersey, USA.

Jamalinesari, Shamsaldin., Soheili, Hossein (2015) “The Relationship between


Information Asymmetry and Mechanisms of Corporate Governance of
Companies in Tehran Stock Exchange” Procedia - Social and Behavioral
Sciences 205 (2015) pp 505 – 509.

Jensen, Michael C., Meckling, William H. (1976) “Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure” Journal of Financial
Economics. Volume 3, Issue 4, October 1976, Pages 305-360

Jones, Charles P. (2013) Investments Analysis and Management 12th Edition. John
Wiley & Sons, Inc.USA.

Kipp, Peter and Tadesse, Amanuel F., Zhang, Yibo James. (2017) The Impact of
Social Media Message Features on Investors’ Perception of Firm Value: The
Mediating Effect of Social Media Interactions (January 23, 2017). Available
at SSRN: https://ssrn.com/abstract=2904677

Laporan Program Riset dan Pemeringkatan Corporate Governance Perception


Index 2012: Good Corporate Governance dalam Perspektif Pengetahuan

Lindblom, C.K. (1994), “The Implications of Organizational Legitimacy for


Corporate Social Performance and Disclosure”, paper presented at the
119

Critical Perspectives on Accounting Conference, New York, USA.


Lydenberg, S., Rogers, J., Wood, D. (2010). From Transparency to Performance:


Industry-Based Sustainability Reporting on Key Issues (p. 96). Initiative for
Responsible Investment, The Hauser Center for Nonprofit Organizations.

Martinez-Ferrero J, Ruiz-Cano D, Garcia-Sanchez IM (2016). The Causal Link


Between CSR Disclosure and Information Asymmetry: The Moderating Role
of the Stakeholder Protection Context. Corporate Social Responsibility and
Environmental Managemebt 23:319–332.

Mishkin, Frederic S., Eakins, Stanley G. (2015). Financial Markets and Institutions
8th Edition. United States: Pearson Education.

Muller, Anna-Luisa., Pfleger, Regina. 2014. Business Transformation Towards


Sustainability. Business Research (2014) 7, pp 313–350.

Nugroho, Paskah Ika., Arjowo, Irine Stephanie. 2014. The Effects of Sustainability
Report Disclosure Towards Financial Performance. International Journal of
Business and Management Studies. Vol 03 (03) pp 225-239.

Nuswandari, Cahyani. (2009). Pengaruh Corporate Governance Perception Index


terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 16(2), hal. 70- 84.

Pertiwi, Tri Kartika., Pratama, Ferry Madi Ika. (2012). Pengaruh Kinerja
Keuangan, Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food
and Beverage. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 14, No 2 (2012)
page. 118-127.

Plumlee, Marlene., Brown, Darrel., Hayes, Rachel M., Marshall, R. Scott. (2015).
Voluntary Environmental Disclosure Quality and Firm Value: Further
Evidence. Journal of Accounting and Public Policy Vol. 34, Issue 4, July–
August 2015, pp 336–361.

Putra, Adrie., Simanungkalit, Royhisar Martahan. (2014). The Impact of


Implementation Good Corporate Governance to Firm Value (Evidence from
Indonesia Public Banking Sector). Review of Integrative Business &
Economics Research Vol 4 (1) 2014 pp 95-102.

Rachman, Vicky. “Konsisten Praktikkan GCG, Kepercayaan Investor Makin


Tinggi” SWA, Edisi 20 Desember 2016 – 4 Januari 2017, hlm. 62.

Randy, Vincentius., Juniarti (2013). Pengaruh Penerapan Good Corporate


Governance Terhadap Nilai Perusahaan Yang Terdaftar di BEI 2007-2011.
Business Accounting Review, Vol. 1, No. 2, 2013
120

Reddya, Krishna., Gordon, Lucus W. (2010). The Effect of Sustainability Reporting


on Financial Performance: An Empirical Study Using Listed Companies.
Journal of Asia Entrepreneurship and Sustainability Refereed Edition Vol VI,
Issue 2, December 2010, pp 19-42.

Riandi, Dani., Siregar, Hasan Sakti. (2011). Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance terhadap ROA, NPM dan EPS pada Perusahaan yang Terdaftar
di CGPI. Jurnal Ekonomi Volume 14 Nomor 3.

Retno, Reny Dyah., Priantinah, M. Denies. (2012). Pengaruh Good Corporate


Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap
Nilai Perusahaan. Jurnal Nominal / Volume I Nomor I / Tahun 2012.

Sama, Linda M., Welcomer, Stephanie A., Gerde, Virginia W. (2004) Who Speaks
for the Trees? Invoking an Ethic of Care to Give Voice to the Silent
Stakeholder. Stakeholders, the Environment and Society: New Perspectives
in Research on Corporate Sustainability. Edward Edgar Publishing.

Scholtz, B. M., Calitz, A. P., Marx Gómez, J., & Fischer, F. (2014). Voluntary and
Mandatory Company Sustainability Reporting: A Comparison of
Approaches. In 28th EnviroInfo 2014 Conference. Oldenburg, Germany:
BIS-Verlag.

Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. 2013. Research Methods for Business: A Skill-
Building Approach. Sixth Edition. John Wiley & Sons Ltd. West Sussex, UK.

SemeNova, Natalia., HaSSel, LarS G., NilSSoN, HeNrik (2009). The Value
Relevance of Environmental and Social Performance: Evidence from
Swedish SIX 300 Companies. LTA 3/10 p. 265–292.

Setiono, Benny Agus. 2015. Teori Perusahaan: Kajian Tentang Teori Bagi Hasil
Perusahaan (Profit and Loss Sharing) dalam Perspektif Ekonomi Syariah.
Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 2, Maret
2015. Hal. 153-169.

Shil, N. C. (2008). Accounting for Good Corporate Governance, JOAAG, Vol. 3.


No. 1

Siew, Renard Y.J., Balatbbat, Maria C.A., Carmichael, David G. (2013) The
Relationship Between Sustainability Practices and Financial Performance of
Construction Companies. Smart and Sustainable Built Environment Vol. 2
No. 1, 2013 pp. 6-27

Siregar, Hasan Sakti., Riandi, Dani. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate
121

Governance terhadap ROA, NPM dan EPS pada Perusahaan yang Terdaftar
di CGPI. Jurnal Ekonomi Volume 14 Nomor 3.

Subroto, Bambang. (2005). Praktik Terbalik Good Corporate Governance:


Corporate Governanve or Good Corruption Governance? Pemaparan Kisah
Klasik yang Inspiratif. Penerbit PT Elex Media Komputindo 2005 Jakarta

Sudiyatno, Bambang., et. al. (2012). The Company's Policy, Firm Performance,
and Firm Value: An Empirical Research on Indonesia Stock Exchange.
American International Journal of Contemporary Research Vol. 2 No. 12;
December 2012.

Sugiarsono, Joko. “Menyelaraskan Penerapan GCG dengan Penciptaan Nilai”


SWA, Edisi 21 Desember 2015–6 Januari 2016, hlm. 29.

Sulkowski, A., Waddock, S. (2014). Beyond Sustainability Reporting: Integrated


Reporting is Practiced, Required, and More Would Be Better. University of
St. Thomas Law Journal, 10(4), 1060–1085.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi


Ketiga. Yogyakarta: BPFE UGM

Székely, Francisco and Knirsch, Marianna. 2005. Leadership and Corporate


Responsibility Metrics for Sustainable Corporate Performance. Working
Paper Series on Responsible Leadership and Sustainability Center for
Responsible Leadership and Sustainable Futures European School of
Management and Technology, Berlin.

The Bruntland Report. 1987. Report of the United Nation World Commission on
Environment and Development (WCED): Our Common Future.

The State of CSR Reporting and Communications 2016: The Ethical Corporation
CSR Reporting and Communications Report 2016. Ethical Corporation
London, UK 2016.

Tobin, James (1969). A General Equilibrium Approach to Monetary Theory.


Journal of Money, Credit and Banking, Vol. 1, No. 1 (Feb., 1969), pp. 15-29

Wibisono, Y (2007). “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”. Fascho Publishing.


Gresik.

Zabri, Shafie Mohamed et al., (2016) Corporate Governance Practices and Firm
Performance: Evidence from Top 100 Public Listed Companies in Malaysia.
Procedia Economics and Finance 35 (2016) page 287 – 296.
122

Media Online

Afrianto, Dedy (2017) “Emirsyah Satar Jadi Tersangka, Begini Jawaban Garuda
Indonesia” diakses dari
http://economy.okezone.com/read/2017/01/19/320/1595733/emirsyah-satar-
jadi-tersangka-begini-jawaban-garuda-indonesia pada tanggal 20 Januari
2017 Pukul 20.40

AICPA (2016) “Sustainability Accounting and Reporting” diakses dari


https://www.aicpa.org/InterestAreas/BusinessIndustryAndGovernment/Reso
urces/Sustainability/Pages/SustainabilityFAQs.aspx pada tanggal 10
November 2016 pukul 21.07

Aria, Pingit (2015) “Akibat Asap 5, Perusahaan Ini Diboikot Singapura” diakses
dari https://bisnis.tempo.co/read/news/2015/10/13/090709146/akibat-kabut-
asap-5-perusahaan-ini-diboikot-singapura, pada tanggal 10 November 2016
pukul 18.47

Aria, Pingit (2015) “Diboikot Singapura, Sinar Mas: Nilainya Tak Seberapa”
diakses dari
https://bisnis.tempo.co/read/news/2015/10/12/090708818/diboikot-
singapura-sinar-mas-nilainya-tak-seberapa pada tanggal 10 November 2016
pukul 18.30

Caroline Damanik (2016) “Kebakaran Hutan di Riau, Dua Perusahaan Sawit Jadi
Tersangka” diakses dari http://regional.kompas.com/read/2016/
09/15/15573291/kebakaran.hutan.di.riau.dua.perusahaan.sawit.jadi.tersangk
a pada tanggal 12 Januari 2017 pukul 15.05

GRI (2016) “About Sustainability Reporting” diakses dari


https://www.globalreporting.org/information/sustainabilityreporting/Pages/d
efault.aspx pada tanggal 10 November 2016 pukul 21.15

Kusuma, Dewi Rachmat (2016) “Bosnya Ditahan KPK, Saham Agung Podomoro
Anjlok 10%” diakses dari https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-
3178824/bosnya-ditahan-kpk-saham-agung-podomoro-anjlok-10 pada
tanggal 2 Mei 2017 pukul 18.31.

Ngazis, Amal Nur., Firdaus, Edwin (2016) “KPK Lanjutkan Usut Kasus Pajak
BCA” diakses dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/857008-kpk-
lanjutkan-usut-kasus-pajak-bca pada tanggal 23 Januari 2017 pukul 20.02

Riezqi, Yanuar (2016) “Good Corporate Governance Tingkatkan Harga Saham


Emiten” diakses dari http://ekbis.sindonews.com/read/1153483/32/good-
corporate-governance-tingkatkan-harga-saham-emiten-1478526363 pada
tanggal 25 Januari 2017 pukul 13.25
123

Shen, Lucinda (2017) “United Airlines Stock Drops $1.4 Billion After Passenger-
Removal Controversy” diakses dari http://fortune.com/2017/04/11/united-
airlines-stock-drop/, pada tanggal 12 April 2017 pukul 16.04

Shumsky, Tatyana (2016) “Investors Demand More Sustainability Disclosures


From Companies” diakses dari http://blogs.wsj.com/cfo/2016/09/26/
investors-demand-more-sustainability-disclosures-from-companies/ pada
tanggal 10 November 2016 pukul 19.14

Septania, Rizky C (2015) “Sustainability, Momentum Penting Konsumen ASEAN”


diakses dari http://swa.co.id/swa/trends/business-research/sustainability-
momentum-penting-konsumen-asean pada tanggal 10 November 2016 pukul
17.15

S-ar putea să vă placă și