Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ABSTRACT
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
3. Dr. Nury Effendi, SE, MA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran yang telah memberikan kesempatan untuk
menempuh pendidikan pada Program Magister Akutansi Konsentrasi
Auditing dan Pelaporan Keuangan.
4. Dr. Hj. Tettet Fitrijanti, S.E., M.Si., Ak., CA., Selaku ketua program studi
Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran.
5. Evita Puspitasari, S.E., M.Si., Ak., Selaku sekertaris Program Studi
Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran.
6. Dr. H. Memed Sueb, SE., M.Si., Ak., selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan selalu memberikan saran serta arahan
kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih banyak Pak.
7. Dede Abdul Hasyir, SE., M.Ak., Ak, selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan selalu memberikan pengarahan kepada
penulis dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih banyak Pak.
8. Almarhum orang tua yang harapannya semasa hidup menjadi motivasi
utama penulis, Alm. Rosid Widjaja dan Alm. Enok Ellih. Al-Fatihah
kupanjatkan untukmu. Bapak dan Ibu Mertua, Achmad Sukarman dan Sri
Mujiyati yang doanya selalu menyertai.
9. Suami, Hana Abriyansyah, adik, Gavinella Desijayanti serta kakak, Eka Sari
Anggraeni Wijayanti serta suaminya Sofyan Alisyahbana yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis.
10. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program
Studi Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran, terima kasih untuk ilmu
yang diberikan selama masa perkuliahan.
11. Seluruh staff akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran yang telah melayani masa
perkuliahan.
12. Teman-teman di Magister Akuntansi Angkatan 2015 Kelas Reguler B dan
Kelas Auditing dan Pelaporan Keuangan yang selalu membantu dan
memberikan saran bagi penulis.
v
13. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam
kesempatan ini, yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis
ini.
Penulis
Pera Yulianingsih
vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ...................................................... 10
1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ....................................................................................................... 13
2.1. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 13
2.1.1. Stakeholder Theory ........................................................................ 13
2.1.2. Agency Theory ............................................................................... 15
2.1.3. Konsep Voluntary dan Mandatory Reporting ............................... 17
2.1.4. Sustainability Report ..................................................................... 19
2.1.5. Good Corporate Governance ........................................................ 24
2.1.6. Asimetri Informasi......................................................................... 34
2.1.7. Nilai Perusahaan ............................................................................ 36
2.1.8. Ukuran Perusahaan ........................................................................ 37
2.1.9. Leverage ........................................................................................ 38
2.1.10. Profitabilitas .................................................................................. 39
2.1.11. Penelitian Sebelumnya .................................................................. 39
2.2 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 43
2.2.1. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Nilai
Perusahaan ..................................................................................... 43
2.2.2. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan .................................. 45
2.2.3. Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Dimoderasi Oleh Asimetri Informasi ........... 48
2.2.4. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Dimoderasi
Oleh Asimetri Informasi ................................................................ 49
2.3 Hipotesis ........................................................................................ 51
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ................................................ 53
3.1. Objek Penelitian ............................................................................ 53
3.2. Metode Penelitian .......................................................................... 53
3.2.1. Metode Penelitian yang Digunakan............................................... 53
3.2.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................. 53
3.2.3. Unit Analisis, Populasi dan Sampel .............................................. 55
vii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
media di setiap negara semakin bertambah, informasi dapat dengan cepat menyebar
dan bisa berdampak langsung terhadap pihak yang terkait (Kipp, 2017:2). Informasi
tersebut diantaranya dapat terkait dengan reputasi perusahaan. Reputasi yang baik
bisa mendongkrak nilai perusahaan, namun sebaliknya, reputasi yang buruk akan
karena adanya publikasi negatif terkait kegiatan perusahaan, atau adanya persepsi
Salah satu contohnya adalah United Airlines. Pada bulan April 2017,
tersebar video seorang penumpang diturunkan paksa dengan cara diseret karena
saham United Airlines anjlok sebesar 6,3% dalam pre-market trading, turun
pada tanggal 12 April 2017 pukul 16.04). Contoh di dalam negeri terjadi pada PT
Agung Podomoro Land Tbk (APL). Pada tanggal 1 April 2016, KPK menetapkan
Direktur Utama APL, Ariesman Widjaja sebagai tersangka pemberi suap kepada
2
anggota Komisi Pembangunan DPRD DKI Jakarta. Lalu, saat perdagangan dibuka
pada senin tanggal 4 April 2016, saham APL anjlok 10,00% atau 30 poin ke Rp 270
dan juga masuk dalam jajaran top losers di papan bursa. (Dikutip dari
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-3178824/bosnya-ditahan-kpk-saham-
Selain itu, pada berita yang ditulis di Situs Tempo (diakses dari
https://bisnis.tempo.co/read/news/2015/10/13/090709146/akibat-kabut-asap-5-
Wachyuni Mandira, dan Asia Pulp and Paper (APP) Company. Manager Director
bahwa, langkah Singapura akan diikuti negara lain yang mengimpor kertas dari dari
Indonesia. Sebab, saat ini Indonesia adalah produsen kertas terbesar kedelapan di
dunia. Tiap tahun, nilai ekspor kertas Indonesia mencapai sekitar US$ 5,6 miliar.
Pukulan terhadap APP yang merupakan salah satu perusahaan kertas terbesar di
read/news/2015/10/12/090708818/diboikot-singapura-sinar-mas-nilainya-tak-
seberapa diakses pada tanggal 10 November 2016 pukul 18.30). Sehingga tentunya,
tuntutan konsumen akan praktek ramah lingkungan tersebut apabila tidak dipenuhi
dalam skala yang lebih luas, belakangan, para investor asing yang akan berinvestasi
perusahaan yang akan digandeng sebagai mitra bisnis atau menyuntikkan modal
mereka. Hal ini sudah menjadi tren global selama hampir dua dasawarsa terakhir.
Lo Kheng Hong mengatakan bahwa cara termudah untuk melihat sejauh mana
suatu perusahaan yang akan dibeli sahamnya itu betul-betul dikelola oleh orang–
orang yang jujur dan professional. Selanjutnya dia mencermati terlebih dahulu
satu kiat Sucorinvest mencapai imbal hasil yang tinggi adalah menempatkan dana
nasabah ke saham perusahaan yang konsisten menerapkan praktik GCG yang baik.
jangka panjang, dia pasti menggunakan penilaian GCG. Lucky Bayu Purnomo
investor institusi dan ritel akan melakukan aksi beli saham perusahaan yang
4
ekspansi usaha. Perusahaan akan mendapat nilai plus di mata para investor karena
meningkatkan harga saham dari perusahaan terbuka atau emiten. Salah satu
contohnya anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang harga
sahamnya melejit 10 kali lipat sejak melakukan penawaran umum saham perdana
(initial public offering/IPO). Pada artikel yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas
Pasar Modal OJK, Nurhaida mengatakan, saham anak usaha BUMN tersebut naik
dari Rp127 per saham menjadi Rp1.400 per saham. Tentunya ini memberikan nilai
/read/1153483/32/good-corporate-governance-tingkatkan-harga-saham-emiten-
benar, banyak nilai finansial yang berhasil diciptakan. Tahun 2006 nilai kapitalisasi
pasar Bank Mandiri baru sekitar Rp. 15 triliun. Tapi kini sudah hampir Rp. 200
triliun”. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa GCG juga
yang mengungkapkan, “Investors are pushing harder and harder for this
18.42). Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh
Gambar 1.1
Survey Sustainability Report
investor tentang perusahaan semakin baik dan akhirnya nilai perusahaan semakin
meningkat.
tbk yang pernah mendapat predikat Most Trusted Company tahun 2010 sampai
Perception (CGPI) yang dinilai oleh The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) dan Majalah SWA, mantan CEOnya diduga melakukan praktik
6
suap. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan mantan CEO PT.
Garuda Indonesia Tbk tersebut, Emirsyah Satar, sebagai tersangka suap pembelian
http://economy.okezone.com/read/2017/01/19/320/1595733/emirsyah-satar-jadi-
Padahal apabila dilihat dari nilai CGPI, PT. Garuda Indonesia Tbk telah
menjalankan praktik GCG dengan peringkat yang tinggi, tetapi mantan CEO
menjadi tersangka kasus suap, tentunya hal ini akan menimbulkan reputasi buruk
Selain PT. Garuda Indonesia Tbk, kasus serupa menimpa PT. Bank
Central Asia Tbk, salah satu Bank dengan penerapan GCG yang selalu mendapat
predikat Most Trusted Company. Ketua KPK, Agus Rahardjo, memastikan KPK
kembali mengusut kasus dugaan korupsi terkait pajak PT. Bank Central Asia Tbk
yang melilit Dirjen Pajak Hadi Purnomo, mengapa seluruh keberatan pajak BCA
7
menguji pengaruh CGPI terhadap nilai Tobin’s Q pada perusahaan yang terdaftar
di BEI menemukan bahwa variabel CGPI secara statistik tidak berpengaruh. Lalu,
Riandi dan Siregar (2011) membuktikan bahwa penerapan GCG tidak berpengaruh
terhadap terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan ROA. Gherghina (2015),
Fatchan dan Trisnawati (2016) mengemukakan juga bahwa ternyata GCG tidak
perusahaan juga terdapat hasil yang menunjukkan tidak adanya pengaruh. Dobre,
positif yang kuat antara luasnya praktik non-keuangan dan kinerja keuangan. Hal
terbukti memiliki komitmen pada sustainability tumbuh lebih dari 4% secara global
dibandingkan dengan tahun lalu. Angka tersebut tentu relatif kecil untuk dapat
report.
hal itu dipersepsi positif oleh investor (Randi dan Juniarti, 2013). Berdasarkan
agency theory, yang dimaksud dengan konflik keagenan dalam perusahaan adalah
informasi bisa ditekan atau diturunkan, maka investor dapat mengetahui bahwa
sudah dikelola dengan efisien sesuai dengan keinginan pemegang saham. Persepsi
positif oleh investor membuat investor bereaksi positif terhadap saham perusahaan
tersebut sehingga harga saham perusahaan akan meningkat tentunya hal ini berarti
mereka saat ini secara sukarela dan karena itu mengurangi asimetri ini. Contohnya
nilai perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri informasi? Oleh karena itulah
2012-2015”
2012-2015.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan
b. Bagi regulator
hingga saat ini belum terdapat standar dan peraturan mengenai sustainability
tersebut.
informasi dan nilai perusahaan, serta dapat digunakan sebagai bahan referensi dan
d. Bagi penulis
referensi dalam ilmu ekonomi, terutama dalam kajian akuntansi dan keuangan.
13
BAB II
HIPOTESIS PENELITIAN
diperkenalkan oleh Stanford Research Institute (SRI), yakni “those groups without
whose support the organization would cease to exist”. Inti dari pemahaman tersebut
mengarah pada keberadaan suatu organisasi (dalam kasus ini adalah perusahaan)
stakeholder theory dan memperkenalkan konsep tersebut dalam dua model, yaitu:
model kebijakan dan perencanaan bisnis; dan model tanggung jawab sosial
permasalahan sosial.
yang disebut silent stakeholder, dari mana perusahaan memperoleh sumber daya
dan harus bertanggung jawab atas dampak, baik positif maupun negatif atas
Terdapat prinsip dasar dari stakeholder theory. Jones dan Wicks dalam
b. teori ini berkaitan dengan sifat dari hubungan tersebut baik dari segi proses
perusahaan adalah agency theory. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa
hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan
orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan
namun disisi yang lain manajer juga memiliki kepentingan untuk memaksimumkan
ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik
masalah yang dapat terjadi pada suatu hubungan. Yang pertama adalah masalah
b. sulit atau mahal bagi prinsipal untuk memverifikasi apa yang sesungguhnya
agen lakukan.
Prinsipal tidak dapat memverifikasi bahwa agen telah berperilaku tepat atau tidak.
Yang kedua adalah masalah pembagian risiko yang timbul ketika prinsipal dan agen
memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko. Masalahnya di sini adalah bahwa
kepala sekolah dan agen dapat memilih tindakan yang berbeda karena preferensi
Tabel 2.1
Agency Theory Overview
Key idea principal-agent relationship should
reflect efficient organization of
information and risk-bearing costs.
Unit of analysis Contracy between principal and agent
Human assumptions 1. Self-interest
2. Bounded rationality
3. Risk aversion
Organizational assumptions 1. Partial goal conflict among
participants
2. Efficiency as the effectiveness
criterion
3. Information asymmetry between
principal and agent
17
theory adalah hubungan yang mencerminkan struktur lembaga dasar dari principal
dan agen yang terlibat dalam perilaku kooperatif, namun memiliki perbedaan tujuan
antar perusahaan dan menghindari proliferasi standar yang saat ini ada di ranah
“apple to apple” dalam suatu negara (Lydenberg et al., 2010). Mandatory reporting
melaporkan pengungkapan yang dipersyaratkan dengan sama. Hal ini bisa juga
memiliki efek pasar yang positif, melalui penciptaan persaingan atas informasi
yang sama, memberikan informasi yang kredibel, dan melindungi investor, ada
item-item yang diwajibkan untuk diungkapkan dapat dilihat sebagai check list
untuk memenuhi kepatuhan, yang dapat mencegah inovasi, dan peningkatan kinerja
biaya pemantauan dan logistik yang tidak pasti seputar mandatory reporting
(Lydenberg et al., 2010). Sanksi yang jelas dapat memperkuat sistem peraturan
terbaik, karena mereka dapat menguraikan masalah material untuk industri tertentu
et al., 2010). Proliferasi standar dan rangking ini menciptakan keadaan ambiguitas
negatif terhadap pemangku kepentingan yang lebih luas yang melalui data yang
Namun definisi tersebut sebetulnya tidak tepat, karena menurut Brundtland Report
20
Muller dan Pfleger (2014) juga menyatakan, tindakan sustainability dapat memiliki
ekonomi yang stabil dan sehat untuk memastikan kondisi hidup). Elkington (1997)
dalam Muller dan Pfleger (2014) menyebut ketiga implikasi tersebut merupakan
21
dimensi yang mewakili tiga pilar utama sustainability dan juga dikenal sebagai
konsep ''triple-bottom-line'.
suatu laporan yang diterbitkan oleh entitas yang berisi informasi mengenai kinerja
ekonomi, lingkungan, dan sosial perusahaan yang dilakukan dengan sumber daya
terbatas untuk kelangsungan perusahaan dan kepentingan generasi saat ini dan masa
paling banyak digunakan di dunia. Selain itu GRI telah berkolaborasi dengan lebih
(UNGC), OECD, Kelompok Kerja PBB tentang Bisnis & Hak Asasi Manusia dan
https://www.globalreporting.org/information/sustainabilityreporting/Pages/default
Tabel 2.2
Kategori dan Aspek Pedoman GRI G4
Kategori Ekonomi Lingkungan
Kategori Sosial
Sub- Praktik
Kategori Ketenagakerjaan Tanggung
Hak Asasi
dan Jawab atas
Manusia Masyarakat
Kenyamanan Produk
Bekerja
dari bahasa Perancis Kuno gouvernance yang berarti pengendalian atau control,
sehingga keadaan berada dalam kondisi terkendali (the state of being governed).
menyebutkan bahwa:
Agoes dan Ardana (2014) mencoba untuk mengembangkan beberapa prinsip yang
dijadikan acuan baik oleh pemerintah maupun para pelaku bisnis dalam mengatur
OECD tersebut mencakup lima bidang utama, yaitu: hak-hak para pemegang saham
dan pengungkapan yang akurat dan tepat waktu; transparansi terkait dengan
struktur dan operasi perusahaan; serta tanggung jawab dewan komisaris dan dewan
sebagai berikut:
b. Transparansi (transparency)
c. Akuntabilitas (accountability)
disebutkan hampir sama dengan prinsip GCG yang disebutkan oleh OECD, tetapi
a. Kewajaran (fairness)
b. Transparansi (transparency)
c. Akuntabilitas (accountability)
26
d. Pertanggungjawaban (responsibility)
e. Kemandirian (independence)
Dinyatakan juga bahwa walaupun kode GCG tersebut bukan merupakan suatu
terjamin dalam jangka panjang dalam koridor etika bisnis yang pantas. Dalam kode
a. Transparansi (transparency)
b. Akuntabilitas (accountability)
c. Tanggungjawab (responsibility)
d. Independensi (independence)
e. Kesetaraan (fairness)
dikemukakan:
arti bahwa informasi yang disampaikan harus lengkap, benar, dan tepat
waktu kepada semua pemangku kepentingan. Tidak boleh ada hal-hal yang
pengungkapannya.
memiliki peran, salah satunya oleh akuntan. Pada tabel 2.2, Shil (2008)
bahwa gambaran dibawah ini memiliki ruang lingkup yang cukup luas sehingga
bisa disesuaikan tergantung situasi yang dihadapi. Beberapa masalah yang sering
sebagainya.
Tabel 2.3
Peran Akuntansi dalam Memastikan Penerapan GCG
Complex Remedies
Stakeholder Point of Nature of
Relationship (Accountant’s
Groups Conflict Conflict
with others point of view)
minority Interest.
shareholders
parties.
Laporan CGPI (2012), CGPI adalah program riset dan pemeringkatan penerapan
profesional, serta tokoh masyarakat yang memiliki visi dan kepedulian terhadap
masa depan Indonesia yang lebih baik. IICG dibentuk untuk memasyarakatkan
luasnya dalam rangka mendorong terciptanya dunia usaha Indonesia yang beretika
2001 sebagai bentuk penghargaan terhadap inisiatif dan hasil upaya perusahaan
CGPI, 2012)
CGPI dikembangkan oleh para peneliti senior dengan acuan berbagai referensi dari
stakeholders sebagai alat ukur, dan disesuaikan dengan tema sentral yang
GCG secara luas mencakup aspek komitmen dan hubungan antara perusahaan
dengan stakeholders. Cara pandang seperti ini akan memperluas orientasi dan
cakupan implementasi GCG yang memiliki konsekuensi pada waktu dan upaya
yang dibutuhkan dalam proses mewujudkan praktik terbaik. (Laporan CGPI, 2012).
atas setiap tahapan. Self assessment adalah penilaian mandiri oleh seluruh organ,
perusahaan. Item-item yang dinilai pada bagian self assessment adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.4
Item Penilaian Self Assesment CGPI
No. Item Penilaian Self Assesment No. Item Penilaian Self Assesment
21. Keberlanjutan*
sebagai salah satu bagian penting dari proses riset dan pemeringkatan CGPI, berupa
peninjauan langsung ke perusahaan oleh tim penilai CGPI untuk memastikan proses
memiliki bagian yang paling penting yaitu observasi. Dimana tim penilai
melakukan diskusi tanya jawab dengan Dewan Komisaris, Direksi dan Manajemen
serta pihak lain yang terkait perusahaan. Di samping itu tim penilai dapat langsung
untuk kepentingan penilaian CGPI yang lebih akurat (Laporan CGPI, 2012). Oleh
report dan GCG dimoderasi oleh asimetri informasi. Menurut Mishkin dan Eakins
“A situation that arises when one party’s insufficient knowledge about the other
Hal ini berarti, asimetri informasi terjadi ketika dalam suatu transaksi, salah satu
pihak tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pihak lain yang terlibat.
dan Eakins menjelaskan bahwa moral hazard adalah masalah yang disebabkan oleh
dalam perusahaan adalah masalah adverse selection, ketika manajer perusahaan dan
para pihak internal lainnya, lebih mengetahui mengenai kondisi saat ini dan
Atas masalah adverse selection yang terjadi pada investor tersebut, proxy
(2011) yang menggunakan bid-ask spread sebagai alat ukur asimetri informasi
dalam penelitiannya. Bid-ask spread dihitung dengan selisih antara bid price
dengan ask price pada hari observasi. Karena data historis bid dan ask price tidak
tersedia, maka digunakan data high price dan low price. Pernyataan ini didukung
oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Corwin dan Schultz (2012).
36
namun Hticher dalam bukunya yang berjudul Financial Valutaion: Application and
Model, menyatakan bahwa premis dari nilai adalah: “an assumption regarding the
most likely set of transactional circumstances that may be applicable to the subject
karena itu, investor akan melihat seberapa besar cost of equity dari suatu
perusahaan. Cost of equity capital adalah merupakan required rate of return dari
suatu saham. Required rate of return sendiri adalah nilai minimal yang diperlukan
untuk mendorong investor agar membeli suatu saham (Jones, 2013: 265).
diantaranya adalah Buildup Method (BUM), Capital Asset Pricing Model (CAPM),
Weighted Average Cost of Capital (WACC), dan P/E Method (Hitchner, 2017:
Earning per Share (EPS), tetapi Jones (2013:266) berargumen bahwa dibandingkan
Investor tidak bisa mengeluarkan EPS, tapi mereka bisa membelanjakan dividen
37
yang diterima. Pemegang saham mungkin berencana untuk menjual saham mereka
Jika investor memikirkan aliran arus kas dari saham biasa sebagai
kombinasi antara dividen dan harga di masa depan dimana saham dapat dijual, ini
setara dengan mengevaluasi arus semua dividen yang akan diterima. Oleh karena
itu, kita dapat berkonsentrasi pada perkiraan dividen masa depan perusahaan dan
required rate of return yang sesuai. (Jones, 2013:266). Berikut rumus untuk
Keterangan:
D1 = dividen
P0 = harga saham
perusahaan dengan market value. Padahal market value tidak hanya berfungsi
Sehingga, tidak tepat apabila menggunakan market value sebagai proxy ukuran
perusahaan.
praktis untuk menghilangkan estimasi atau perkiraan agar proxy ukuran perusahaan
tersebut dapat dibandingkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan total
2.1.9. Leverage
mengukur paparan risiko dari kreditor suatu bisnis versus pemegang sahamnya.
pengembalian atas investasi yang dibiayai oleh hutang lebih besar daripada biaya
hutang.
hutangnya dengan ekuitas yang dimiliki. Rumus untuk menghitung DER adalah
2.1.10. Profitabilitas
seberapa besar tingkat efisiensi manajemen dalam mengelola sumber daya yang
Secara umum, semakin tinggi ROA suatu perusahaan, semakin baik kinerja
Tabel 2.5
Penelitian Sebelumnya
Peneliti dan
Variabel
No. Judul Tahun Kesimpulan
Penelitian
Penelitian
1 Corporate Governance, M. Hassan X: Corporate CG memiliki kekuatan
Transparency and Che Haat, Governance pengaruh yang kuat
Performance of Rashidah Y: Kinerja terhadap kinerja
Malaysian Companies Abdul Perusahaan perusahaan.
Rahman,
Sakthi
Mahenthiran
(2008)
40
sustainability report dan GCG terhadap nilai perusahaan. Oleh sebab itu, novelty
dari penelitian ini terletak pada model penelitian dengan adanya asimetri informasi
keyakinan yang lebih baik dan risiko yang lebih rendah dibanding dengan
memiliki pengaruh terhadap nilai perusaaan yang diukur oleh dua komponen
expected future cash flow dan cost of equity capital, dengan ukuran perusahaan
pengungkapan sustainability report pada aspek lingkungan dan sosial yang tinggi,
cenderung memiliki harga saham yang tinggi juga. Hasil penelitian di Indonesia
yang dilakukan oleh Fatchan dan Trisnawati (2016) juga membuktikan bahwa
menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan dari kinerja lingkungan dan
sosial terhadap kinerja keuangan. Sependapat dengan Dobre, et al, penelitian yang
dilakukan oleh Siew, et al (2013) dan Byus, et al (2010) menunjukkan tidak ada
hubungan positif yang kuat antara luasnya praktik non-keuangan dan kinerja
perusahaan dengan score pelaporan CSR yang tinggi, tidak memiliki nilai
cost of equity capital yang rendah, dimungkinkan karena risiko yang lebih rendah
(Bachoo, et al, 2013:75). Sehingga pada penelitian ini digunakan size atau ukuran
45
yang terjadi. GCG dapat mengurangi masalah keagenan tersebut dan melindungi
“It has been widely recognized that firms with better corporate
governance are associated with higher firm value and accounting
profitability. Strong governance practice can also lower investors’
required rate of return by enhancing financial reporting quality and
reducing the monitoring costs (2014:393)”
Hal tersebut berarti bahwa perusahaan yang dikenal dengan praktek corporate
governance yang baik berhubungan dengan nilai perusahaan yang lebih tinggi dan
profitabilitas yang lebih besar. Praktek governance yang kuat juga dapat
saham. Persepsi positif oleh investor membuat investor bereaksi positif terhadap
dan agent. Menurut hasil penelitian yang mereka lakukan, pelaksanaan good
perusahaan.
Claessens dan Yurtoglu (2012) juga menyebutkan bahwa kualitas dari kerangka
“The country and firm level studies suggest that better corporate
governance improves market valuations. Two forces are at work here.
First, better governance practices can be expected to improve the
efficiency of firms' investment decisions, thus improve the companies'
future cash flows which can be distributed to shareholders. The second
channel works through a reduction of the cost of capital which is used
to discount the expected cash flows. Better corporate governance
reduces agency risk and the likelihood of minority shareholders'
expropriation and possibly leads to higher dividends, making minority
rights shareholders more willing to provide external financing.”
Hal tersebut memiliki makna bahwa penelitian tingkat negara dan perusahaan
faktor penting yang bekerja. Pertama, governance yang lebih baik dapat diharapkan
akan meningkatkan future cash flow perusahaan yang akan didistribusikan kepada
untuk mendiskontokan expected cash flows. Corporate governance yang lebih baik
minoritas dan kemungkinan mengarah pada dividen yang lebih besar, membuat
kepemilikan manajerial.
menguji pengaruh CGPI terhadap nilai Tobin’s Q pada perusahaan yang terdaftar
di BEI menemukan bahwa variabel CGPI secara statistik tidak berpengaruh. Lalu,
Siregar dan Riandi (2011) membuktikan bahwa penerapan GCG tidak berpengaruh
terhadap terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan ROA. Gherghina (2015)
perusahaan.
governance yang lebih baik dapat dihubungkan dengan nilai perusahaan dan
meningkatkan juga nilai perusahaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini juga
menunjukkan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi menjadi subjek atas
kewajiban utang yang berat dan memiliki risiko default yang tinggi. Tentunya hal
tersebut akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu, pada
berkurang hal tersebut dipersepsi positif oleh investor yang akhirnya akan
tempat institusi yang berfungsi dengan baik menetapkan peraturan dan insentif
fiskal yang tepat untuk merekonsiliasi individu dan sosial dengan optimal. Namun,
tidak bertahan dalam lingkungan ekonomi yang penuh dengan konflik kepentingan,
biaya agensi dan asimetri informasi pada lembaga yang lemah tidak dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan
didukung oleh Diebecker dan Sommer (2016:515) yang menguji hubungan antara
asimetri informasi yang kemudian bisa meningkatkan kepercayaan pasar modal dan
perusahaan yang dimoderasi oleh asimetri informasi, penelitian ini juga mencari
tahu bagaimana pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan yang dimoderasi oleh
hampir tidak ada yang bisa mengabaikan pentingnya transparansi dalam pelaporan
dan transparansi yang lebih tinggi dalam informasi tentang kinerja organisasi.
mekanisme GCG telah dilakukan dengan baik yang akhirnya akan meningkatkan
nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh Chen dan Liu (2013), yang melakukan
menemukan bahwa dampak dari GCG berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
berikut:
2012-2015.
53
BAB III
Sustainability Report (X1), Good Corporate Governance (X2), Size (X3), Leverage
(X4), Profitabilitas (X5), Asimetri Informasi (Z) dan Nilai Perusahaan (Y) pada
ini penulis mengumpulkan data historis dan mengamati aspek-aspek tertentu yang
berkaitan erat dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data-data yang
mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang
diteliti.
Dengan Dimoderasi Oleh Asimetri Informasi Pada Perusahaan Peserta CGPI Tahun
54
2012-2015”, serta adanya variabel kontrol yaitu, size, leverage, dan profitabilitas.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel.
Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
Pengungkapan A report published by a company
Sustainability or organization about the
SRDI (Sustainability
Report sebagai economic, environmental and
Report Disclosure Rasio
Variabel social impacts caused by its
Index)
Independen (X1) everyday activities. (GRI,
2013:13)
Good Corporate Suatu struktur yang terdiri atas
Governance para pemegang saham, direktur,
sebagai Variabel manajer, seperangkat tujuan yang
CGPI (Corporate
Independen (X2) ingin dicapai perusahaan, dan alat-
Governanve Perception Rasio
alat yang akan digunakan dalam
Index)
mencapai tujuan dan memantau
kinerja. (OECD dalam Agoes dan
Ardana, 2014: 102)
Ukuran Ukuran perusahaan merupakan
Perusahaan suatu ukuran dimana dapat Size=log(Book Value of
Rasio
sebagai Variabel diklasifikasikan besar kecilnya Assets)
Kontrol (X3) suatu perusahaan (Hitchner, 2017)
Leverage sebagai Tingkatan perlindungan yang DER = Total Debt
Variabel diberikan oleh perusahaan kepada Total Equity Rasio
Kontrol (X4) krediturnya (Hitcher, 2017:1282)
Profitabilitas Suatu rasio yang mengukur
sebagai Variabel kemampuan perusahaan dalam ROA = Pretax Income
Kontrol (X5) menghasilkan keuntungan bagi Total Assets Rasio
para pemegang saham (Hitcher,
2017:1282)
Asimetri A situation that arises when one
Informasi party’s insufficient knowledge
sebagai Variabel about the other party involved in
Moderating (Z) a transaction makes it impossible Bid-Ask Spread Rasio
to make accurate decisions when
conducting the transactions
(Mishkins dan Eakins, 2015: 180)
Nilai An assumption regarding the
Perusahaan most likely set of transactional
sebagai Variabel circumstances that may be Cost of Equity Capital Rasio
Dependen (Y) applicable to the subject valuation
(Hitchner, 2017:6)
55
selama tahap analisis data (Sekaran dan Bougie, 2013:347). Unit analisis pada
penelitian ini adalah Sustainability Report, Annual Report, dan laporan CGPI.
3.2.3.2. Populasi
peserta pemeringkatan CGPI dari mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2015,
Tabel 3.2
Populasi
No. Nama Perusahaan
2012-2015.
Tabel 3.3
Proses Seleksi Sample Berdasarkan Kriteria
Pelanggaran
No. Keterangan Akumulasi
Kriteria
1 Perusahaan go public yang mengikuti 11
pemeringkatan CGPI selama tahun 2012-2015.
2 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek -2 9
Indonesia selama periode 2012-2015.
3 Perusahaan yang menerbitkan sustainability 0 9
report selama periode 2012-2015.
4 Perusahaan yang membayarkan dividen kepada -1 8
pemegang sahamnya.
Jumlah perusahaan sample 8
Tahun pengamatan dalam penelitian 4
Jumlah sample total selama periode penelitian 32
sebanyak 32 sampel.
57
Tabel 3.4
Daftar Perusahaan yang Masuk Dalam Kriteria
No. Nama Perusahaan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
dan kualitatif. Untuk data pengungkapan sustainability report dan good corporate
governance berupa data kualitatif yang diolah secara kuantitatif, sementara asimetri
informasi dan nilai perusahaan berupa data kuantitatif. Sedangkan sumber data
banyaknya untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan untuk mengolah data
Analisis data yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Analisis Deskriptif
Dalam analisis ini dilakukan pembahasan mengenai data yang dimiliki dan tidak
sustainability report, GCG, asimetri informasi dan nilai perusahaaan peserta CGPI
tahun 2012-2015.
2. Analisis Asosiatif
Analisis asosiatif yang digunakan pada penelitian ini analisis regresi berganda dan
karena dalam penelitian ini terdapat variabel moderating (Sekaran dan Bougie,
2013).
59
Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi
klasik. Asumsi klasik yang harus terpenuhi yaitu residual terdistribusi normal, tidak
autokorelasi pada model regresi. Apabila ada satu saja syarat yang tidak terpenuhi
maka hasil analisis regresi tidak dapat dikatakan bersifat BLUE (Best Linear
Unbiased Estimator).
1. Uji Nomalitas
residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan
analisis statistik.
asumsi normalitas.
(2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
(1) Nilai Sig. atau Signifikansi atau Nilai Probabilitas < 0,05
(2) Nilai Sig. atau Signifikansi atau Nilai Probabilitas > 0,05
2. Uji Autokorelasi
autokorelasi.
3. Uji Multikolineritas
dari 10 atau tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi
yaitu:
(1) Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka
(2) Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka
4. Uji Heteroskedastisitas
heterokedastisitas.
b. Analisis Regresi
Keterangan:
Y = Nilai Perusahaan
X3 = Size
X4 = Leverage
X5 = Profitabilitas
64
Z = Asimetri Informasi
𝛼 = Konstanta
𝜀 = Standar Error
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
membandingkan antara t-statistik (nilai t yang dihasilkan dari proses regresi) dan
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
antara thitung dengan ttabel. Untuk mengetahui daerah ttabel sebagai batas
√n – 2
t hitung = r
√1 - r²
66
Keterangan:
r : Korelasi parsial
n : Jumlah sampel
berpengaruh)
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
Fhitung adalah:
R2 k
1 R nk 1
F
2
68
Keterangan:
n : Jumlah sampel
berpengaruh).
c. Koefisien Determinasi R2
datanya atau mengukur persentase total variasi Y yang dijelaskan oleh garis regresi.
Sedangkan semakin kecil nilai R² berarti semakin kecil variasi variabel dependen
BAB IV
Setelah mengumpulkan data dari situs resmi setiap sampel dan dari situs
resmi Bursa Efek Indonesia, berikut hasil pengolahan data yang telah dikumpulkan.
2012-2015.
sebanyak 32 sampel.
70
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan yang Masuk Dalam Kriteria
No. Nama Perusahaan
sampel dalam penelitian ini yang diambil dari Sustainability Report tahun 2015
ANTAM pertama kali didirikan dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka
pemasaran bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit, alumina, batu bara dan
PT Bank Mandiri (Persero) atau MANDIRI didirikan pada 2 oktober 1998 yang
bisnis terhadap produk dan jasa Perusahaan, yang terdiri dari Wholesale
PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI, didirikan pada tanggal 5
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI didirikan pada 16 Desember
1895. Sebagai perbankan yang fokus terhadap segmen usaha mikro, kecil dan
negeri dengan 92.574 pekerja dan 10.612 unit kerja, termasuk 4 kantor cabang
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN didirikan pertama kali pada
masa pemerintahan Belanda yaitu tahun 1897 dengan nama Postpaarbank. Pada
Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Penambangan di lokasi ini dimulai sejak 1919,
72
saat pemerintah kolonial Belanda masih menjajah Indonesia. Saat itu, di lokasi
Bukit Asam (PN TABA). Selanjutnya, pada 1981, PN TABA berubah status
(Persero) Tbk.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk atau Jasa Marga merupakan BUMN yang bergerak
dalam bidang usaha pengelolaan, pemeliharaan dan pengadaan jaringan jalan tol,
dengan berkantor pusat di Plaza Tol Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Jasa
Marga berdiri sejak tahun 1978 dengan nama, “PT Jasa Marga (Indonesia
PT Timah (Persero) Tbk adalah BUMN yang bergerak dalam bidang usaha
peleburan dan pengolahan hingga pemasaran dan distribusi. Pada era kolonial,
tiga Perusahaan Negara. Tahun 1968, ketiga entitas perusahaan tersebut bersama
Timah. Lalu pada tanggal 2 Agustus 1976, nama PN Tambang Timah berubah
fenomena yang menarik. Pada tahun 2012 rata-rata skor SRDI mencapai 76%,
Tabel 4.2
Sustainability Reporting Disclosure Index
2012 2013 2014 2015
Rata-rata
76.00% 54.44% 52.27% 56.80%
Nilai Tertinggi
91.20% 89.60% 65.77% 81.88%
Nilai Terendah
39.20% 35.20% 38.26% 36.91%
Seperti yang bisa dilihat pada gambar 4.1, warna kuning menunjukkan
skor SRDI di tahun 2015 menggambarkan bahwa terjadi peningkatan. Dengan rata-
74
rata terbesar kedua setelah tahun 2012, yaitu 56,80%. Sedangkan skor terendah
dimiliki oleh BNI pada tahun 2014 dengan skor sebesar 35,20%.
Gambar 4.1
Grafik Sustainability Reporting Disclosure Index
Governance Perception Index (CGPI) yang diterbitkan oleh IICG dengan Majalah
SWA. Penerapan praktek GCG pada perusahaan peserta CGPI menunjukkan nilai
perusahaan sangat terpercaya (skor CGPI lebih dari atau sama dengan 85) yaitu
sebanyak 24 sampel atau 75% dari total sampel. Sedangkan sisanya sebesar 25%
atau 8 sampel mendapatkan peringkat perusahaan terpercaya (skor CGPI lebih dari
Tabel 4.3
Corporate Governance Perception Index
2012 2013 2014 2015
ANTAM 88.71 88.92 89.12 88.64
MANDIRI 91.88 92.36 92.88 93.3
BNI 86.06 87.19 87.46 87.74
BRI 85.56 86.43 86.92 87.74
BTN 85.43 84.94 85.75 86.59
BUKIT ASAM 83.8 84.09 85.25 85.54
JASA MARGA 84.53 85.16 85.47 85.81
TIMAH 77.81 80.1 81.7 82.15
adalah Mandiri. Dengan skor CGPI tertinggi yang pernah dirain adalah sebesar
93.30. Selain itu, pada Laporan CGPI tahun 2015 juga ditemukan bahwa Mandiri
merupakan perusahaan yang konsisten selalu mengikuti penilaian CGPI sejak tahun
2001 hingga 2015. Hal ini menunjukkan komitmen yang tinggi atas transparansi
Gambar 4.2
Corporate Governance Perception Index
Sedangkan skor terendah dimiliki oleh Timah pada tahun 2012 dengan skor 77.81.
perbaikan yang konsisten, dimana pada tahun 2013-2015 berhasil berubah menjadi
dimiliki. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa perusahaan perbankan memimpin 4
terbesar dalam hal total aset. Sedangkan Timah memiliki total aset yang paling
sedikit dibanding perusahaan lainnya dengan nilai sebesar 6.101.007 juta rupiah
Tabel 4.4
Total Aset Perusahaan*
2012 2013 2014 2015
ANTAM 19,708,541 21,865,117 22,044,202 30,356,851
MANDIRI 635,618,708 733,099,762 855,039,673 910,063,409
BNI 333,303,506 386,654,815 416,573,708 508,595,288
BRI 551,336,790 626,182,926 801,955,021 878,426,312
BTN 111,748,593 131,169,730 144,582,353 171,807,592
BUKIT ASAM 12,728,981 11,677,155 14,812,023 16,894,043
JASA MARGA 24,753,551 28,366,345 31,857,948 36,724,982
TIMAH 6,101,007 7,883,294 9,752,477 9,548,631
Total aset terbesar dimiliki oleh Mandiri pada tahun 2015 dengan nilai
yang meningkat tiap tahunnya kecuali Timah. Pada tahun 2015, total aset Timah
Gambar 4.3
Total Aset Perusahaan
4.1.1.5 Leverage
Leverage pada penelitian ini dihitung dengan rasio debt to equity. Pada
Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa perusahaan perbankan memimpin 4 terbesar dalam
pertambangan, yaitu Antam, Bukit Asam, dan Timah memiliki rasio debt to equity
dibawah 1,00.
Tabel 4.5
Debt to Equity Ratio
2012 2013 2014 2015
ANTAM 0.54 0.71 0.85 0.66
MANDIRI 7.31 7.26 7.16 6.16
BNI 6.66 7.11 5.59 5.26
BRI 7.5 6.89 7.21 6.76
BTN 9.87 10.35 10.8 11.4
BUKIT ASAM 0.5 0.55 0.71 0.82
79
perusahaan lainnya dengan nilai sebesar 0.34 pada tahun 2012. Rasio debt to equity
tertinggi dimiliki oleh BTN pada tahun 2015 dengan nilai sebesar 11,40. Apabila
dilihat dari nilai rata-rata dari rasio debt to equity 8 perusahaan dalam 4 tahun ini,
Gambar 4.4
Grafik Debt to Equity Ratio
Variabel Kontrol: Debt to Equity Ratio
12
10
0
ANTAM MANDIRI BNI BRI BTN BUKIT ASAM JASA MARGA TIMAH
4.1.1.6 Profitabilitas
mengalami penurunan secara drastis dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 Antam
memiliki ROA sebesar 15,19%, lalu anjlok pada tahun 2013 1,87%. Terjadi lagi
penurunan pada tahun 2014, hingga nilai return on aset mencapai -3,52%, sampai
Tabel 4.6
Return on Asset Ratio
2012 2013 2014 2015
ANTAM 15.19% 1.87% -3.52% -4.75%
MANDIRI 2.52% 2.57% 2.42% 2.32%
BNI 2.11% 2.34% 2.60% 1.80%
BRI 3.39% 3.41% 3.02% 2.89%
BTN 1.22% 1.19% 0.79% 1.08%
BUKIT ASAM 22.86% 15.88% 13.63% 12.06%
JASA MARGA 6.20% 4.36% 3.81% 3.59%
TIMAH 7.07% 6.53% 6.54% 1.09%
Rata-rata 7.57% 4.77% 3.66% 2.51%
Nilai Tertinggi 22.86% 15.88% 13.63% 12.06%
Nilai Terendah 1.22% 1.19% -3.52% -4.75%
ROA tertinggi dimiliki oleh Bukit Asam pada tahun 2012, dengan nilai
lainnya yang menjadi sampel. Hal serupa juga terjadi pada Jasa Marga, yang mana
81
pada tahun 2012 dengan ROA sebesar 6,20% kemudian berangsur menurun hingga
perbankan, ROA tidak pernah mencapai angka 5%. Perubahan yang terjadi tidak
Gambar 4.5
Grafik Return on Asset Ratio
Variabel Kontrol: Return on Asset Ratio
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
ANTAM MANDIRI BNI BRI BTN BUKIT JASA TIMAH
ASAM MARGA
-5.00%
-10.00%
spread. Bid-ask spread dihitung dengan selisih antara bid price dengan ask price
pada hari observasi. Karena data historis bid dan ask price tidak tersedia, maka
digunakan data high price dan low price. Apabila dilihat pada tabel 4.4, nilai
82
asimetri informasi tertinggi sebesar 3,55% dan terendah sebesar 1,76% keduanya
Tabel 4.7
Asimetri Informasi
2012 2013 2014 2015
ANTAM 2.46% 3.46% 2.69% 3.53%
MANDIRI 2.23% 3.10% 1.98% 2.33%
BNI 2.03% 3.24% 2.35% 2.78%
BRI 2.31% 2.87% 2.13% 2.46%
BTN 2.59% 3.44% 3.14% 2.79%
BUKIT ASAM 2.53% 3.53% 2.80% 3.48%
JASA MARGA 2.29% 2.87% 2.02% 2.49%
TIMAH 1.76% 2.51% 2.84% 3.55%
fluktuasi yang sangat beragam. Selama 4 tahun terjadi perubahan turun naik yang
tidak terpola. Namun, apabila dirata-ratakan, asimetri informasi ini stabil pada
angka 2-3%.
83
Gambar 4.6
Asimetri Informasi
cost of equity capital dengan dividend discount model. Semakin rendah cost of
equity capital suatu perusahaan, semakin tinggi nilai perusahaan tersebut. Pada
Tabel 4.5 dapat terlihat bahwa nilai cost of equity tertinggi dimiliki oleh Mandiri
pada tahun 2013 sebesar 27,11%. Sedangkan nilai cost of equity terendah dimiliki
Tabel 4.8
Cost of Equity
2012 2013 2014 2015
ANTAM 9.38% 5.89% 5.00% 5.00%
MANDIRI 23.30% 24.54% 24.17% 24.30%
BNI 19.69% 20.87% 20.39% 20.90%
BRI 25.76% 27.11% 26.21% 26.58%
84
hingga 13,32%. Angka rata-rata ini tentunya kurang bisa menjelaskan keseluruhan
nilai sampel karen ada perbedaan yang cukup besar diantara tiap sampel. Pada
Gambar 4.5 tergambar bahwa nilai cost of equity yang tinggi didominasi oleh
perusahaan perbankan.
Gambar 4.7
Cost of Equity
85
harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi juga dibandingkan perusahaan yang
lain.
sustainability report dan GCG terhadap nilai perusahaan dengan dimoderasi oleh
Uji asumsi klasik yang dilakukan terdiri dari uji normalitas, uji
i. Uji Normalitas
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
baik adalah yang memiliki distribusi data normal/mendekati normal. Cara untuk
mendeteksi normalitas adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik normal probability plot dengan ketentuan sebagai berikut:
86
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis
asumsi normalitas.
Gambar 4.8
Hasil Uji Normalitas
menggunakan metode grafik p-plot. Dari hasil tersebut terlihat titik –titik yang
diperoleh masih mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
yang digunakan memiliki sebaran data yang terdistribusi secara normal. Dengan
b. Uji Autokorelasi
kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
persamaan regresi yang terbentuk nanti tidak dapat digunakan untuk meramalkan
sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi adanya
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi
menggunakan metode Durbin Watson. Dari table tersebut terlihat bahwa nilai
Durbin Watson yang diperoleh sebesar 0,909. Nilai tersebut berada diantara -2 dan
2. Sesuai dengan kriteria pengujian dapat dikatakan bahwa data yang digunakan
autokorelasi negatif.
c. Uji Multikolinieritas
hubungan linier antar variabel independen dalam model regresi. Untuk mengetahui
ada atau tidaknya kolinearitas dalam penelitian ini, maka dapat dilihat dari nilai
88
(VIF) dan tolerance, apabila VIF melebihi angka 10 atau tolerance kurang dari 0,10
kurang dari 10 atau tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala
multikolinieritas.
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinieritas
data yang disajikan pada table di atas, terlihat bahwa nilai tolerance yang diperoleh
masing-masingvariabel bebas sebesar > 0,1 dan Variance Inflation Factor (VIF)
kurang dari 10. Hal ini menunjukan bahwa tidak ditemukan adanya korelasi yang
d. Uji Heteroskedastisitas
yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
a. jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk
b. jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah
Gambar 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas
menggunakan metode grafik scatter plot. Dari gambar tersebut terlihat bahwa titik-
titik yang diperoleh membentuk pola acak tidak beraturan serta menyebar diatas
dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, sehingga dalam model regresi tidak
bersifat homokedastisitas.
90
sebagai berikut:
Keterangan:
a : Konstanta X2 : GCG
Tabel 4.11
Persamaan Regresi Linear Berganda
sebesar 0,071, β2 sebesar -0,286, β3 sebesar 13,541, β4 sebesar -0,286 dan β3 sebesar
91
13,541. Dengan demikian, maka dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
a. Koefisien Determinasi
Tabel 4.12
Koefisien Determinasi Simultan
korelasi atau (R) yang diperoleh sebesar 0,960. Dengan demikian koefisien
Kd = (𝑟)2 x 100 %
Kd = (0,960)2 x 100 %
Kd = 92,16%
dari variabel lain yang tidak diteliti. Sedangkan untuk melihat besarnya kontribusi
terikat dapat dilihat dengan cara mengalikan nilai beta dengan nilai zero order
sebagai berikut:
Tabel 4.13
Koefisien Determinasi Parsial
kontribusi yang diberikan sebesar 92,57%, diikuti berturut-turut oleh leverage (X4),
profitabilitas (X5), pengungkapan SRDI (X1) sbeesar -3,74% dan GCG (X2) sebesar
-5,75%.
94
b. Pengujian Hipotesis
Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya
berikut:
Tabel 4.14
Pengujian Hipotesis Parsial X1
pengungkapan SRDI sebesar 2,228. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel
95
sisi diperoleh nilai ttabel sebesar ± 2,056. Dari nilai-nilai tersebut terlihat bahwa nilai
thitung yang diperoleh sebesar 2,228. Berada diluar nilai ttabel (-2,048 dan 2,048).
2015.
2015.
Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya
berikut:
96
Tabel 4.15
Pengujian Hipotesis Parsial X2
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai thitung yang diperoleh GCG
sebesar -1,289. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel pada tabel distribusi
ttabel sebesar ±2,056. Dari nilai-nilai tersebut terlihat bahwa nilai thitung yang
diperoleh sebesar -1,289. Berada diantara nilai ttabel (-2,056 dan 2,056). Sesuai
dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara
Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya
sebagai berikut:
Tabel 4.16
Pengujian Hipotesis Parsial X3
ukuran perusahaansebesar 8,857. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel
sisi diperoleh nilai ttabel sebesar ±2,056. Dari nilai-nilai tersebut terlihat bahwa nilai
thitung yang diperoleh sebesar 8,857. Berada diluar nilai ttabel (-2,048 dan 2,048).
tahun 2012-2015.
98
2015.
Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya
berikut:
Tabel 4.17
Pengujian Hipotesis Parsial X4
leverage sebesar 0,072. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel pada tabel
diperoleh nilai ttabel sebesar ±2,056. Dari nilai-nilai tersebut terlihat bahwa nilai
thitung yang diperoleh sebesar 0,072. Berada diantara nilai ttabel (-2,056 dan 2,056).
tahun 2012-2015.
tahun 2012-2015.
Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya
berikut:
Tabel 4.18
Pengujian Hipotesis Parsial X5
profitabilitas sebesar 1,202. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel pada
diperoleh nilai ttabel sebesar ±2,056. Dari nilai-nilai tersebut terlihat bahwa nilai
100
thitung yang diperoleh sebesar 1,202. Berada diantara nilai ttabel (-2,056 dan 2,056).
Kriteria : Tolak H0 jika Fhitung > dari Ftabel, terima dalam hal lainnya
berikut:
Tabel 4.19
Pengujian Hipotesis Simultan
101
sebesar 60,850. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai Ftabel pada tabel distribusi
F. Untuk pengujian dua sisi diperoleh nilai Ftabel sebesar ±4,74. Dari nilai-nilai
tersebut terlihat bahwa nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel. Sesuai dengan kriteria
dalam model. Dari hasil pengolahan data menggunakan software SPSS, diperoleh
Tabel 4.20
Koefisien Determinasi Interaksi Pertama
102
determinasi yang diperoleh sebesar 0,919 atau 91,9%. Hal ini menunjukan bahwa
sebesar 91,9%, sedangkan sisanya sebesar 8,1% lainnya merupakan kontribusi dari
Tabel 4.21
Pengujian Hipotesis Simultan
hitung yang diperoleh sebesar 59,136 dan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar
0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa secara simultan,
Tabel 4.22
Pengujian Hipotesis Parsial
informasi sebesar 2,972 dengan nilai signifikansi sebesar 0,034 < 0,05. Dengan
dalam model. Dari hasil pengolahan data menggunakan software SPSS, diperoleh
Tabel 4.23
Koefisien Determinasi Interaksi Kedua
determinasi yang diperoleh sebesar 0,914 atau 91,4%. Hal ini menunjukan bahwa
terhadap nilai perusahaan sebesar 91,4%, sedangkan sisanya sebesar 8,6% lainnya
Tabel 4.24
Pengujian Hipotesis Simultan
hitung yang diperoleh sebesar 55,061 dan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar
0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa secara simultan,
GCG dan interaksi antara GCG dengan asimetri informasi berpengaruh signifikan
Tabel 4.25
Pengujian Hipotesis Parsial
diperoleh interaksi antara GCG dengan asimetri informasi sebesar 1,500 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,146 > 0,05 yang menunjukan bahwa asimetri informasi
4.2 Pembahasan
ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel pada tabel distribusi t, dengan nilai
ttabel sebesar 2,056. Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun 2012-2015.
semakin tinggi juga nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI periode tahun
2012-2015.
positif atas kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga investor lebih
oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Bachoo, et al (2013), serta Fatchan dan
Trisnawati (2016). Selain itu, hal ini juga membuktikan bahwa inisiatif manajer
report yang baik mendapatkan tingkat keyakinan yang lebih baik dan risiko yang
lebih rendah dibanding dengan berinvestasi pada perusahaan yang melakukan hal
sebaliknya. Peneliti lain yang menemukan hal yang serupa diantaranya adalah
disclosure quality memiliki pengaruh terhadap nilai perusaaan yang diukur oleh
dua komponen expected future cash flow dan cost of equity capital, dengan ukuran
dilakukan di Amerika Serikat dengan jumlah sampel 474 dengan jangka waktu 6
tahun dari tahun 2000-2005, lintas industri (oil & gas, chemical, food/beverage,
perusahaan dengan score pelaporan CSR yang tinggi, tidak memiliki nilai
tingkat keyakinan yang lebih baik dan risiko yang lebih rendah dibanding dengan
menunjukkan nilai thitung sebesar -1,289. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan
nilai ttabel pada tabel distribusi t, dengan nilai ttabel sebesar 2,056. Hal ini berarti
bertolak belakang dengan hipotesis yang dibangun. Artinya, secara parsial GCG
(2009), Siregar dan Riandi (2011), Zabri, et al (2016), serta Gherghina (2015).
Exchange (BSE). Proxy yang digunakan Gherghina (2016) untuk mengukur nilai
investor tidak mendapatkan informasi mengenai GCG yang cukup hanya dari skor
CGPI saja. Mengingat bahwa skor CGPI ini dipublikasikan pada Majalah SWA,
tersebut secara langsung kepada IICG sebagai pihak penilai. Sehingga tidak semua
sebelumnya menunjukkan hal yang sebaliknya, salah satunya adalah Zhu (2014).
yang didapat dari database Institutional Shareholder Services (ISS) periode 2003-
2006. Database ISS melacak 55 atribut corporate governance yang berbeda dari
adalah sebesar 2,972 dengan nilai signifikansi sebesar 0,034 < 0,05. Hal tersebut
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan peserta CGPI tahun 2012 – 2015.
agency theory dalam praktek ilmu akuntansi yaitu adanya gap antara manajer dan
prinsipal (asimetri informasi) salah satunya dapat diatasi dengan inisiatif manajer
menerbitkan suatu voluntary disclosure, dalam hal ini berupa sustainability report.
seperti CSR dapat menekan asimetri informasi yang kemudian bisa meningkatkan
mengkomunikasikan informasi yang selama ini tidak didapat oleh investor dari
laporan keuangan perusahaan atau laporan tahunan. Hal ini didukung oleh temuan
lingkungan dan sosial yang sebelumnya tidak ada pada laporan keuangan. Hal
111
tersebut dapat mengurangi asimetri informasi yang timbul dari masalah keagenan.
report memberi mereka bukti yang diperlukan untuk memiliki pengetahuan tentang
pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan pada perusahaan peserta CGPI tahun
2012–2015.
variabel moderating yang masih sedikit ditemukan. Penelitian yang sejalan dengan
hasil temuan ini salah satunya adalah Jamalinesari dan Soheili (2015) serta Daines,
bahwa terdapat salah satu mekanisme GCG yang tidak berpengaruh terhadap
asimetri informasi.
112
perusahaan pada penelitian ini bisa disebabkan oleh skor CGPI yang dianggap tidak
bisa memprediksi nilai perusahaan di masa depan. Hal ini didukung oleh hasil
Atas pernyataan Daines, et al (2010) tersebut dan hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa investor tidak bisa mengandalkan skor CGPI sebagai solusi atas
nilai perusahaan.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Chen dan
ditekan/berkurang.
113
BAB V
5.1 Kesimpulan
perusahaan pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015. Hal ini dibuktikan
dengan nilai thitung sebesar 2,228 dengan ttabel sebesar 2,056. Berarti, semakin
perusahaan pada perusahaan peserta CGPI tahun 2012-2015. Hal ini dibuktikan
CGPI tahun 2012-2015. Hal ini dibuktikan dengan nilai t-hitung yang diperoleh
sebesar 2,972 dengan ttabel sebesar 2,056. Serta nilai signifikansi sebesar
semakin tinggi juga nilai perusahaan dengan dimoderasi oleh asimetri informasi.
CGPI tahun 2012-2015. Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung sebesar 1,500
dengan ttabel sebesar 2,056 dan dengan nilai signifikansi sebesar 0,146>0,05.
114
5.2 Saran
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, oleh karena itu disarankan agar badan
2. Alat ukur GCG pada penelitian ini adalah CGPI sehingga kriteria sampel yang
menggunakan alat ukur GCG yang lain namun tetap komprehensif dan
sustainability report.
juga menyertakan asimetri informasi didalamnya masih sedikit. Oleh karena itu,
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno., Ardana, Cenik. 2014. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya Edisi Revisi Salemba Empat 2014 Jakarta
Akerlof, George A. (1970) The Market for "Lemons": Quality Uncertainty and the
Market Mechanism. The Quarterly Journal of Economics, Vol. 84, No. 3.
(Aug., 1970), pp. 488-500.
Bachoo, Kaveen., Tan, Rebecca., Wilson, Mark. 2013. Firm Value and the Quality
of Sustainability Reporting in Australia. Australian Accounting Review No.
64 Vol. 23 Issue 1 2013 pp 67-87.
Bahmani, Dariush. 2014. The Relation between Disclosure Quality and Information
Asymmetry: Empirical Evidence from Iran. Journal of Financial Research.
Vol. 5 No. 2 2014 pp 110-114.
Bateh, Justin., Horner, Donald H., Broadbent, Ardell., Fish, David. 2014. Towards
A Theoretical Integration of Sustainability: A Literature Review and
Suggested Way Forward. Journal of Sustainability Management – June 2014
Volume 2, Number 1 hal 35-42
Belal, Ataur Rahman. 2008. CSR Reporting in Developing Countries: The Case of
Bangladesh. Ashgate Publishing. New York, USA.
Byus, Kent., Deis, Donald., Ouyang, Bo. 2010. Doing Well by Doing Good:
Corporate Social Responsibility and Profitability. S.A.M. Advanced
Management Journal; Winter 2010; 75, 1; pp. 44
Carroll, Archie B. Rutgers, Ann K. Buchholtz. 2015. Business and Society: Ethics,
Sustainability, and Stakeholder Management, 9th Edition. Cengage Learning
Cho SY, Lee C, Pfeiffer RJ Jr. 2013. Corporate Social Responsibility Performance
and Information Asymmetry. Journal of Accounting and Public Policy 32:71–
83
Corwin, S.A., Schultz, P., 2012. A Simple Way to Estimate Bid-Ask Spreads from
Daily High and Low Prices. Journal of Finance 67 (2), 719–760.
Daines, Robert M., Gow, Ian D., Larcker, David F. (2010). Rating the Ratings: How
Good Are Commercial Governance Ratings? Journal of Financial Economics
98 (2010) 439–461.
Dhaliwal, Dan S., Li, Oliver Zhen., Tsang, Albert. (2011) Voluntary Nonfinancial
Disclosure and the Cost of Equity Capital: The Initiation of Corporate Social
Responsibility Reporting. The Accounting Review Vol. 86, No. 1 pp. 59–100
Dobre, Elena., Stanila, Georgiana Oana., Brad, Laura (2015). The Influence of
Environmental and Social Performance on Financial Performance: Evidence
from Romania’s Listed Entities. Sustainability Journal 2015, 7, 2513-2553
Hitchner, James R. (2017) Financial Valuation: Application and Model. John Wiley
& Sons, Inc. New Jersey, USA.
Jensen, Michael C., Meckling, William H. (1976) “Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure” Journal of Financial
Economics. Volume 3, Issue 4, October 1976, Pages 305-360
Jones, Charles P. (2013) Investments Analysis and Management 12th Edition. John
Wiley & Sons, Inc.USA.
Kipp, Peter and Tadesse, Amanuel F., Zhang, Yibo James. (2017) The Impact of
Social Media Message Features on Investors’ Perception of Firm Value: The
Mediating Effect of Social Media Interactions (January 23, 2017). Available
at SSRN: https://ssrn.com/abstract=2904677
Mishkin, Frederic S., Eakins, Stanley G. (2015). Financial Markets and Institutions
8th Edition. United States: Pearson Education.
Nugroho, Paskah Ika., Arjowo, Irine Stephanie. 2014. The Effects of Sustainability
Report Disclosure Towards Financial Performance. International Journal of
Business and Management Studies. Vol 03 (03) pp 225-239.
Pertiwi, Tri Kartika., Pratama, Ferry Madi Ika. (2012). Pengaruh Kinerja
Keuangan, Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food
and Beverage. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 14, No 2 (2012)
page. 118-127.
Plumlee, Marlene., Brown, Darrel., Hayes, Rachel M., Marshall, R. Scott. (2015).
Voluntary Environmental Disclosure Quality and Firm Value: Further
Evidence. Journal of Accounting and Public Policy Vol. 34, Issue 4, July–
August 2015, pp 336–361.
Riandi, Dani., Siregar, Hasan Sakti. (2011). Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance terhadap ROA, NPM dan EPS pada Perusahaan yang Terdaftar
di CGPI. Jurnal Ekonomi Volume 14 Nomor 3.
Sama, Linda M., Welcomer, Stephanie A., Gerde, Virginia W. (2004) Who Speaks
for the Trees? Invoking an Ethic of Care to Give Voice to the Silent
Stakeholder. Stakeholders, the Environment and Society: New Perspectives
in Research on Corporate Sustainability. Edward Edgar Publishing.
Scholtz, B. M., Calitz, A. P., Marx Gómez, J., & Fischer, F. (2014). Voluntary and
Mandatory Company Sustainability Reporting: A Comparison of
Approaches. In 28th EnviroInfo 2014 Conference. Oldenburg, Germany:
BIS-Verlag.
Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. 2013. Research Methods for Business: A Skill-
Building Approach. Sixth Edition. John Wiley & Sons Ltd. West Sussex, UK.
SemeNova, Natalia., HaSSel, LarS G., NilSSoN, HeNrik (2009). The Value
Relevance of Environmental and Social Performance: Evidence from
Swedish SIX 300 Companies. LTA 3/10 p. 265–292.
Setiono, Benny Agus. 2015. Teori Perusahaan: Kajian Tentang Teori Bagi Hasil
Perusahaan (Profit and Loss Sharing) dalam Perspektif Ekonomi Syariah.
Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 2, Maret
2015. Hal. 153-169.
Siew, Renard Y.J., Balatbbat, Maria C.A., Carmichael, David G. (2013) The
Relationship Between Sustainability Practices and Financial Performance of
Construction Companies. Smart and Sustainable Built Environment Vol. 2
No. 1, 2013 pp. 6-27
Siregar, Hasan Sakti., Riandi, Dani. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate
121
Governance terhadap ROA, NPM dan EPS pada Perusahaan yang Terdaftar
di CGPI. Jurnal Ekonomi Volume 14 Nomor 3.
Sudiyatno, Bambang., et. al. (2012). The Company's Policy, Firm Performance,
and Firm Value: An Empirical Research on Indonesia Stock Exchange.
American International Journal of Contemporary Research Vol. 2 No. 12;
December 2012.
The Bruntland Report. 1987. Report of the United Nation World Commission on
Environment and Development (WCED): Our Common Future.
The State of CSR Reporting and Communications 2016: The Ethical Corporation
CSR Reporting and Communications Report 2016. Ethical Corporation
London, UK 2016.
Zabri, Shafie Mohamed et al., (2016) Corporate Governance Practices and Firm
Performance: Evidence from Top 100 Public Listed Companies in Malaysia.
Procedia Economics and Finance 35 (2016) page 287 – 296.
122
Media Online
Afrianto, Dedy (2017) “Emirsyah Satar Jadi Tersangka, Begini Jawaban Garuda
Indonesia” diakses dari
http://economy.okezone.com/read/2017/01/19/320/1595733/emirsyah-satar-
jadi-tersangka-begini-jawaban-garuda-indonesia pada tanggal 20 Januari
2017 Pukul 20.40
Aria, Pingit (2015) “Akibat Asap 5, Perusahaan Ini Diboikot Singapura” diakses
dari https://bisnis.tempo.co/read/news/2015/10/13/090709146/akibat-kabut-
asap-5-perusahaan-ini-diboikot-singapura, pada tanggal 10 November 2016
pukul 18.47
Aria, Pingit (2015) “Diboikot Singapura, Sinar Mas: Nilainya Tak Seberapa”
diakses dari
https://bisnis.tempo.co/read/news/2015/10/12/090708818/diboikot-
singapura-sinar-mas-nilainya-tak-seberapa pada tanggal 10 November 2016
pukul 18.30
Caroline Damanik (2016) “Kebakaran Hutan di Riau, Dua Perusahaan Sawit Jadi
Tersangka” diakses dari http://regional.kompas.com/read/2016/
09/15/15573291/kebakaran.hutan.di.riau.dua.perusahaan.sawit.jadi.tersangk
a pada tanggal 12 Januari 2017 pukul 15.05
Kusuma, Dewi Rachmat (2016) “Bosnya Ditahan KPK, Saham Agung Podomoro
Anjlok 10%” diakses dari https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-
3178824/bosnya-ditahan-kpk-saham-agung-podomoro-anjlok-10 pada
tanggal 2 Mei 2017 pukul 18.31.
Ngazis, Amal Nur., Firdaus, Edwin (2016) “KPK Lanjutkan Usut Kasus Pajak
BCA” diakses dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/857008-kpk-
lanjutkan-usut-kasus-pajak-bca pada tanggal 23 Januari 2017 pukul 20.02
Shen, Lucinda (2017) “United Airlines Stock Drops $1.4 Billion After Passenger-
Removal Controversy” diakses dari http://fortune.com/2017/04/11/united-
airlines-stock-drop/, pada tanggal 12 April 2017 pukul 16.04