Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Endang Poerwanti
Estu Widodo
Masduki
Yuni Pantiwati
Ainur Rofieq
Dwi Priyo Utomo
Penelaah Materi
Aloysius Mering
Penyunting Bahasa
A.A. Ketut Budiastra
Layout
Arie Susanty
Tinjauan Mata kuliah
D alam pembelajaran, ada tiga kemampuan pokok yang harus dimiliki guru
sebagai pendidik yaitu: kemampuan merencanakan materi pembelajaran,
melaksanakan dan mengelola pembelajaran serta menilai proses dan hasil belajar.
Sebab itu, calon guru ataupun guru yang sudah mengajar perlu bekal pengetahuan
dan keterampilan tentang asesmen pembelajaran. Mata kuliah Asesmen
Pembelajaran Sekolah Dasar dengan bobot 3 SKS, merupakan pendukung standar
kompetensi guru kelas SD/MI sebagai bekal guru agar mampu menilai proses dan hasil
pembelajaran yang mengacu pada tujuan utuh pendidikan. Setelah menyelesaikan
perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memahami hakekat asesmen (assessment)
pembelajaran, fungsi, jenis, tujuan, teknik-teknik pelaksanaannya, merencanakan dan
menentukan aspek-aspek asesmen pada semua mata pelajaran dan kelas, serta
mampu membuat laporan hasil asesmen dan menindaklanjuti hasil tersebut.
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan tatap muka dan belajar mandiri dengan
menggunakan bahan ajar cetak, media audio visual maupun web. Dengan demikian
secara utuh mahasiswa dapat mempelajari konsep-konsep dan contoh serta ilustrasi
bagaimana melaksanakan asesmen, dan menerapkan langkah-langkah
pelaksanaannya dalam pembelajaran mulai dari analisis tujuan pembelajaran,
menetapkan indikator keberhasilan, menyusun instrumen, melakukan asesmen,
menganalisis, melakukan refleksi, menyusun laporan sampai menindaklanjuti hasil
asesmen. Dengan demikian, penilaian yang dilakukan dengan tes tertulis dan tugas
diharapkan dapat mengungkap hasil belajar mahasiswa dalam aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Jika mata kuliah ini dikaitkan dengan pengembangan profil kompetensi lulusan
dengan mengacu pada Standar Kompetensi Guru Kelas SD-MI, maka mata kuliah
asesmen mendukung rumpun kompetensi penyelenggaraan pembelajaran yang
mendidik, meskipun tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan kompetensi guru kelas
SD-MI. Kompetensi guru kelas SD/MI tersebut dikelompokkan ke dalam empat
rumpun kompetensi (core-competencies), yang mencakup: (1) pengenalan peserta
didik secara mendalam, (2) penguasaan bidang studi, (3) penyelenggaraan
pembelajaran yang mendidik, dan (4) pengembangan kemampuan profesional secara
Paket bahan ajar PJJ S1 PGSD ini tidak hanya berisi materi kajian, tetapi juga
pengalaman belajar yang dirancang untuk dapat memicu mahasiswa untuk dapat
belajar secara aktif, bermakna, dan mandiri. Paket bahan ajar ini dikemas secara
khusus dalam bentuk bahan ajar hybrid yang meliputi:
Seluruh paket bahan ajar ini dikembangkan oleh Konsorsium PJJ S1 PGSD yang
terdiri dari 23 Perguruan Tinggi (PT), yaitu Universitas Sriwijaya, Universitas
Katolik Atmajaya, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri
Yogyakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang,
Universitas Tanjungpura, Universitas Nusa Cendana, Universitas Negeri Makassar,
Universitas Cendrawasih, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA,
Universitas Pattimura, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Negeri
Gorontalo, Universitas Negeri Jember, Universitas Lampung, Universitas Lambung
Mangkurat, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Mataram, Universitas
Negeri Semarang, Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Negeri Solo, dan
Universitas Haluoleo. Proses pengembangan bahan ajar ini difasilitasi oleh
SEAMOLEC.
Semoga paket bahan ajar ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terlibat
dalam penyelenggaraan program PJJ S1 PGSD di tanah air.
Muchlas Samani
NIP. 0130516386
aldo
Unit 1
KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN
Endang Poerwanti
Pendahuluan
K ompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua
tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan
bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai
tingkatan sekolah. Misalnya, Gagne (1974) mengemukakan bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar, terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru
yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta menilai
hasil belajar siswa. Dalam buku yang disusun oleh Tim PPPG (Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru) dikemukakan 10 kompetensi mengajar yaitu:
1. Kemampuan menguasai landasan kependidikan,
2. Kemampuan menguasai bahan ajaran,
3. Kemampuan mengelola proses belajar mengajar,
4. Kemampuan mengelola kelas,
5. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar,
6. Kemampuan menilai hasil belajar,
7. Kemampuan mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
8. Kemampuan menyelenggarakan Administrasi Pendidikan,
9. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar, dan
10. Kemampuan menafsirkan hasil penelitian untuk kepentingan pengajaran.
Sejalan dengan kompetensi yang diuraikan tersebut Stanford University
mengembangkan kemampuan mengajar yang dikenal dengan STCAG (Stanford
Teacher Competence Appraisal Guide). Kemampuan mengajar tersebut digolongkan
ke dalam empat kelompok yang meliputi: (1) kelompok kemampuan merencanakan
pengajaran, (2) kelompok kemampuan penampilan mengajar, (3) kemampuan
mengevaluasi hasil belajar, dan (4) kemampuan profesionalitas dan kemasyarakatan.
1-2 Unit 1
Subunit 1
Pengantar
Pengukuran
Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang
dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau
benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat untuk melakukan
pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter, kilogram, liter dan
sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat relatif, seperti depa,
jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran guru juga
melakukan pengukuran terhadap proses dan hasil belajar yang hasilnya berupa
angka-angka yang mencerminkan capaian dan proses dan hasil belajar tersebut.
Angka 50, 75, atau 175 yang diperoleh dari hasil pengukuran proses dan hasil
pembelajaran tersebut bersifat kuantitatif dan belum dapat memberikan makna apa-
apa, karena belum menyatakan tingkat kualitas dari apa yang diukur. Angka hasil
pengukuran ini biasa disebut dengan skor mentah. Angka hasil pengukuran baru
mempunyai makna bila dibandingkan dengan kriteria atau patokan tertentu.
1-4 Unit 1
Evaluasi
Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil
pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan
kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran
tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan
sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan
minimal yang dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan
rata-rata unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa
batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat
mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acua Kriteria
(PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan
dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penialain
Acuan Norma/ Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR)
Tes
Adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan
yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan
tujuan pengajaran tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tes
merupakan alat ukur yang sering digunakan dalam asesmen pembelajaran disamping
alat ukur yang lain.
Dalam melaksanakan proses asesmen pembelajaran, guru selalu berhadapan
dengan konsep-konsep evaluasi, pengukuran, dan tes yang dalam penerapannya
sering dilakukan secara simultan. Sebab itu, dalam praktik ketiganya sering tidak
dirasakan pemisahannya, karena melakukan asesmen berarti telah pula melakukan
ketiganya. Waktu melaksanakan asesmen guru pasti telah menciptakan alat ukur
berupa tes maupun nontes seperti soal-soal ujian, observasi proses pembelajaran dan
sebagainya. Melakukan pengukuran, yaitu mengukur atau memberi angka terhadap
proses pembelajaran ataupun pekerjaan siswa sebagai hasil belajar yang merupakan
cerminan tingkat penguasaan terhadap materi yang dipersyaratkan, kemudian
membandingkan angka tersebut dengan kriteria tertentu yang berupa batas
penguasaan minimum ataupun berupa kemampuan umum kelompok, sehingga
munculah nilai yang mencerminkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Akhirnya diambillah keputusan oleh guru tentang kualitas proses dan hasil belajar.
1-6 Unit 1
keberhasilan untuk setiap taget pembelajaran; masing masing target pembelajaran
memerlukan pemilihan teknik asesmen yang berbeda, misalnya untuk dapat
melakukan asesmen kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dalam matematika
tentu akan sangat berbeda dengan kemampuan membaca atau mendengarkan, dan
berbeda pula untuk pemecahan masalah IPS yang memerlukan diskusi; (3) memilih
teknik asesmen untuk setiap target pembelajaran, pemilihan teknik asesmen harus
didasarkan pada kebutuhan praktis di lapangan dan efisiensi. Teknik asesmen ini
harus dapat mengungkapkan kemampuan khusus serta untuk mengembangkan
kemampuan siswa, sehingga ketika memilih teknik asesmen harus pula
dipertimbangkan manfaatnya untuk umpan balik bagi siswa. Sebab itu, ketika
melakukan interpretasi dari hasil asesmen haruslah dengan cermat, dengan
menghindari berbagai keterbatasan yang bersumber dari subyektifitas pelaksana
asesmen.
Dengan berlandaskan pada uraian di atas, Anda dapat membuat suatu
pemahaman yang lebih pasti tentang asesmen pembelajaran yaitu:
1) Asesmen merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, sehingga tujuan
asesmen harus sejalan dengan tujuan pembelajaran; sebagai upaya utuk
mengumpulkan berbagai informasi dengan berbagai teknik; sebagai bahan
pertimbangan penentuan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran;
oleh karenanya asesmen hendaknya dilakukan dengan perencanaan yang cermat.
2) Asesmen harus didasarkan pada tujuan pembelajaran secara utuh dan memiliki
kepastian kriteria keberhasilan, baik kriteria dari keberhasilan proses belajar yang
dilakukan siswa, ataupun kriteria keberhasilan dari kegiatan mengajar yang
dilakukan oleh pendidik, serta keberhasilan program pembelajaran secara
keseluruhan.
3) Untuk memperoleh hasil asesmen yang maksimal yang dapat menggambarkan
proses dan hasil yang sesungguhnya, asesmen dilakukan sepanjang kegiatan
pengajaran ditujukan untuk memotivasi dan mengembangkan kegiatan belajar
anak, kemampuan mengajar guru dan untuk kepentingan penyempurnaan
program pengajaran.
4) Terkait dengan evaluasi, asesmen pada dasarnya merupakan alat (the means) dan
bukan merupakan tujuan (the end), sehingga asesmen merupakan sarana yang
digunakan sebagai alat untuk melihat dan menganalisis apakah siswa telah
mencapai hasil belajar yang diharapkan serta untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran telah sesuai dengan tujuan atau masih memerlukan pengembangan
dan perbaikan.
1-8 Unit 1
Latihan
Setelah menelaah konsep-konsep di atas cobalah melakukan analisis
kekurangan dan kelebihan dari kegiatan asesmen yang sudah Anda lakukan selama
ini!
Rangkuman
Asesmen merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Banyak yang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi
(evaluation), penilaian (assessment), pengukuran (measurement), dan tes (test),
padahal keempatnya memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda. Evaluasi adalah
kegiatan mengidentifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk
melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan
nilai (value judgement). Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh
mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang siswa. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau
usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa
telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif dan
nilai kuantitatif. Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan
nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan
kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi
syarat-syarat tertentu yang jelas. Hubungan antara berbagai istilah tersebut adalah
sebagai berikut.
EVALUASI
Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan dengan contoh pengertian pengukuran dalam konteks asesmen
pembelajaran!
2. Jelaskan dengan contoh pengertian kriteria dalam konteks asesmen
pembelajaran!
3. Jelaskan dengan contoh pengertian penilaian dalam konteks asesmen
pembelajaran!
4. Bagaimanakah keterkaitan antara pengukuran, penilaian dan tes dalam konteks
asesmen pembelajaran!
5. Jelaskan berbagai keterbatasan pelaksanaan asesmen pembelajaran!
1 - 10 Unit 1
Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Jawablah pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan dengan
kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau Anda
belum merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena
kesepahaman tentang pengertian ini akan mendasari dan mempengaruhi langkah dan
kegiatan dalam menyelesaikan mata kuliah ini.
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 11
Subunit 2
Pengantar
1 - 12 Unit 1
bagian ini secara berturut-turut akan dibahas tentang pengertian, fungsi, tujuan dan
prinsip penilaian berbasis kelas.
1. Penilaian Kelas
Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang
terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil
belajar peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk kepentingan itu
dilakukan pengumpulan data sebagai informasi akurat untuk pengambilan keputusan.
Pengumpulan data dengan prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan
kompetensi dasar atau indikator yang akan dinilai yang dalam subunit terdahulu kita
sebut dengan asesmen. Dari proses asesmen ini, pendidik akan memperoleh potret
atau profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) masing-masing sekolah.
Ketika Anda berdiri sebagai seorang guru, maka dalam melaksanakan penilaian
kelas Anda harus paham bahwa penilaian kelas merupakan suatu proses yang
dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian,
pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti untuk menunjukkan pencapaian hasil
belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar
peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik, seperti penilaian
unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test),
penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja peserta
didik (portfolio), dan penilaian diri (self assessment).
Sebagai pendidik, Anda harus dapat mengupayakan agar proses penilaian hasil
belajar yang Anda lakukan baik secara formal maupun informal dapat dilaksanakan
dalam suasana yang menyenangkan. Hal ini penting diperhatikan sehingga
memungkinkan peserta didik secara optimal dapat mengaktualisasikan apa saja yang
sudah dipahami dan apa yang telah mampu dikerjakannya. Dalam pelaksanaan
penilaian kelas ini pendidik akan membandingkan hasil belajar peserta didik dalam
periode waktu tertentu dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya
atau dengan kriteria tertentu dan sebaiknya, hasil belajar siswa ini tidak
dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Pembandingan semacam ini disebut
dengan penilaian acuan patokan atau penilaian acuan kriteria.
Mungkin Anda bertanya, mengapa penilaian kelas atau asesmen berbasis kelas
ini dianjurkan untuk digunakan. Alasannya adalah karena penilaian kelas mempunyai
beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh model asesmen yang lain (sumber
Balitbang Depdiknas, 2006), seperti berikut:
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 13
a. Dalam asesmen berbasis kelas, pengumpulan data sebagai informasi kemajuan
belajar baik formal maupun informal harus selalu dilaksanakan dalam suasana
yang menyenangkan, hal ini memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik
bagi siswa untuk menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya.
b. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan dengan
hasil belajar siswa lain ataupun prestasi kelompok, tetapi dengan prestasi atau
kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau dengan kompetensi yang
dipersyaratkan, sehingga dengan demikian siswa tidak terdiskriminasi dalam
klasifikasi lulus atau tidak lulus, pintar atau bodoh, bisa masuk ranking berapa,
dan sebagainya, tetapi lebih diarahkan pada fungsi motivasi, dan bantuan agar
siswa dapat mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
c. Pengumpulan informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus dilakukan
dengan menggunakan variasi cara, dilakukan secara berkesinambungan sehingga
gambaran kemampuan siswa dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret secara
akurat.
d. Dalam pelaksanaannya siswa tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang
tersedia, tetapi lebih dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri
untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah
yang dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.
e. Proses pengumpulan informasi untuk dapat menentukan ada tidaknya kemajuan
belajar yang dicapai siswa dan perlu tidaknya siswa diberikan bantuan secara
terencana, bertahap, dan berkesinambungan, sehingga dengan demikian siswa
diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya, dengan pemberian bantuan
dan bimbingan yang sesuai.
f. Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM) tetapi
dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses). Hasil
kerja atau karya siswa yang berbentuk 2 dimensi yang dapat dikumpulkan dalam
portofolio dan yang berbentuk 3 dimensi (produk) terutama dihasilkan melalui
PBM. Karya tersebut dapat juga bersumber atau berasal dari berbagai kegiatan
ekstrakurikuler, kegiatan sekolah, kegiatan OSIS, kegiatan lomba antar sekolah,
bahkan kegiatan hobi pribadi. Dengan demikian, penilaian kelas mengurangi
dikhotomi antara PBM dan kegiatan penilaian serta antara kegiatan intrakurikuler
dan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
g. Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas, dikompromikan antara guru dengan
para siswa sebelum karya itu mulai dikerjakan; dengan demikian siswa
mengetahui kriteria yang akan digunakan dalam penilaian, agar berusaha
1 - 14 Unit 1
mencapai harapan (expectations) (standar yang dituntut) guru, dan mendorong
siswa untuk mengarahkan karya-karya nya sesuai dengan kriteria yang telah
disepakati.
Pertanyaan yang kemudian muncul untuk Anda adalah apakah Anda tahu
secara persis apakah sebenarnya tujuan dari penilaian kelas. Secara rinci tujuan
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang
dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses
pembelajaran berlangsung.
b. Saat melaksanakan asesmen ini, Anda sebagai pendidik juga akan bisa langsung
memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak pelu lagi menunda
atau menunggu ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
c. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus menerus dapat
melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik,
sekaligus Anda dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik
sehingga secara tepat dapat menentukan siswa mana yang perlu pengayaan dan
siswa yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan.
d. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus
menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik bagi Anda untuk
memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan,
sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa.
e. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat Anda jadikan sebagai landasan
untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk
digunakan pada materi tertentu dan pada mata pelajaran tertentu, yang sudah
barang tentu akan berbeda. Anda sebagai pendidik yang tahu persis
pertimbangan pemilihannya
f. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan
komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir
semester atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua dan komite
harus dijalin dan dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 15
3. Fungsi Asesmen Berbasis kelas
Kita semua telah tahu bahwa tugas pendidik adalah mendesain materi dan
situasi di kelas agar siswa dapat belajar untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan. Setelah Anda mempelajari apa keunggulan dan tujuan dari asesmen
khusunya asesmen berbasis kelas, maka perlu pula diketahui fungsi dari penilaian
kelas tersebut. Secara rinci fungsi dari penilaian kelas dapat dijelaskan sebagai
berikut (Diknas, 2006):
a. Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi maupun
kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat menggambarkan sejauhmana
seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
b. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan pelaksanaan
evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik
memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk
pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan,
dalam hal ini terkait erat dengan peran guru sebagai pendidik sekaligus
pembimbing.
c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka salah satu
fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar dan
kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat
diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang siswa perlu
mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
d. Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk
dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah
dilakukan ataupun yang sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya dapat
digunakan sebagai dasar penentuan langkah perbaikan proses pembelajaran
berikutnya, guna peningkatan capaian hasil belajar siswa .
e. Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik dan
semua stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran
kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.
1 - 16 Unit 1
Latihan
Lakukanlah analisis tentang penilaian yang sudah Anda lakukan di kelas,
apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan tujuan dan fungsi tersebut!
Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen berbasis
kelas adalah patokan yang harus dipedomani ketika Anda sebagai guru melakukan
asesmen hasil dan proses belajar. Terdapat ada enam prinsip dasar asesmen hasil
belajar yang harus dipedomani (Depdiknas, 2004 dan 2006) yaitu:
a. Prinsip Validitas
Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam
melakukan penilaian harus ”menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat
penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai
dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi”.
Sebagai contoh:
Jika guru menilai kompetensi A dan alat penilaian yang digunakan adalah X,
penilaian ini valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat
penilaian X, dalam kenyataan yang dinilai bukan kompetensi A tetapi B,
penilaian ini tidak valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat
penilaian X, dalam kenyataan yang dipakai justru alat penilaian Y, penilaian
ini tidak valid.
b. Prinsip Reliabilitas
Pengertian Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil
penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang
reliable, menjamin konsistensi, dan keterpercayaan. Misal, dalam menilai unjuk
kerja, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 17
unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin
reliabilitas petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas.
Contoh yang lain adalah dalam menguji kompetensi siswa dalam melakukan
eksperimen di laboratorium. Sepuluh siswa melakukan eksperimen dan masing-
masing menulis laporannya. Penilaian ini reliable jika guru dapat
membandingkan taraf penguasaan 10 siswa itu dengan kompetensi eksperimen
yang dituntut dalam kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 siswa yang sama
mengulangi eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan hasilnya
ternyata sama. Kondisi yang sama misalnya:
1) tidak ada siswa yang sakit
2) penerangan/pencahayaan dalam laboratorium sama
3) suhu udara dalam lab sama
4) alat yang digunakan sama
Penilaian tersebut tidak reliable jika ada kondisi yang berubah, misalnya ada 3
siswa yang sakit tetapi dipaksa melakukan eksperimen yang sama, dan ternyata
hasilnya berbeda.
d. Prinsip Komprehensif
Dalam proses pembelajaran, Anda sebagai pendidik pasti telah menyusun
rencana pembelajaran yang secara jelas menggambarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa serta indikator yang
menggambarkan keberhasilannya. Untuk itu penilaian yang dilakukan harus
menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi
dasar dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam
kompetensi atau kemampuan siswa sehingga tergambar profil kemampuan siswa.
1 - 18 Unit 1
e. Prinsip Objektivitas
Obyektif dalam konteks penilaian di kelas adalah bahwa proses penilaian
yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan
subyektif dari penilai. Dalam implementasinya penilaian harus dilaksanakan
secara obyektif. Dalam hal tersebut, penilaian harus adil, terencana,
berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa, dan
menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian
angka (skor).
f. Prinsip Mendidik
Prinsip ini sangat perlu Anda pahami bahwa penilaian dilakukan bukan
untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa,
tetapi untuk mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat
kemajuan atau posisi masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian
suatu kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran
kemampuan siswa, bukan gambaran ketidakmampuannya. Jadi, penilaian yang
mendidik artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik,
dimana hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi
kepada peserta didik untuk lebih giat belajar. Pada akhirnya Proses dan hasil
penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses
pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta
didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dalam asesmen berbasis kelas untuk pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi serta implementasi dari standar penilaian dari BSNP perlu
ditambahkan pedoman penilaian pada setiap kelompok mata pelajaran yang
secara rinci dirumuskan sebagai berikut (Depdiknas, 2006):
a. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan
melalui:
• Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik.
• Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek
kognitif siswa.
b. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang
sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 19
c. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
d. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan dilakukan melalui:
• Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik; dan
• Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik.
Rangkuman
Materi subunit ini bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan
dilaksanakan untuk itu beberapa langkah yang dapat Anda pahami dan
lakukan adalah:
1. Lakukan tes/ulangan sebagai alat bantu mengajar.
2. Tetapkan kompetensi dasar dan indikator pencapaiannya.
3. Tumbuhkan sikap positif dari murid.
4. Buat kalendar jadwal ulangan disertai: a) pengumuman tanggal ulangan/tes
walaupun setiap murid telah memiliki kalendar jadwal ulangan, karena siswa
membutuhkan waktu luang yang cukup banyak untuk belajar, b) tentukan
lingkup topik yang akan di uji dan informasikan kepada murid format
ulangan dan garis besar topik yang akan ditanyakan, c) bantu murid untuk
menyusun jadwal belajar mereka. Rencanakan bersama jawal belajar harian
di rumah dengan para murid, kemudian minta mereka untuk menyalinnya di
buku tugas mereka. Dengan cara ini maka keahlian murid dalam belajar akan
meningkat sekaligus sebagai panduan bagi orangtua dalam membantu anak
mereka belajar.
5. Dalam melaksanakan penilaian, guru sebaiknya:
a. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian
sebagai cermin diri.
c. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran
untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta
didik.
d. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
1 - 20 Unit 1
e. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi
dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik.
f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas
dapat dilakukan dengan cara penilaian unjuk kerja, penilaian sikap,
penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri.
g. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif
mungkin.
Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan dengan contoh pengalaman saudara tentang tujuan asesmen berbasis
kelas!
2. Jelaskan fungsi dari asesmen berbasis kelas!
3. Jelaskan prinsip-prinsip yang harus dipedomani dalam pelaksanaan asesmen
berbasis kelas!
4. Jelaskan disertai contoh apa yang harus dilakukan pendidik untuk menjamin
bahwa penilaian yang dilakukannya obyektif!
5. Bagaimanakah penilaian yang harus dilakukan pada setiap kelompok mata
pelajaran!
Umpan Balik
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 21
Subunit 3
Pengantar
1 - 22 Unit 1
dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan
atau dikembangkan oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
sekolah/daerah masing-masing. Indikator-indikator yang dikembangkan tersebut
merupakan acuan yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi dasar
bersangkutan. Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan
karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar yang
diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur
dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Seperti diuraikan di atas, umumnya tujuan pembelajaran mengikuti
pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956, yaitu
cognitive, affective, dan psychomotor. Benjamin Bloom (1956) mengelompokkan
kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama yaitu ranah kognitif dan
ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
ranah afektif dan ranah psikomotor. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang
mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
a. Ranah Kognitif
Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang
tempat utama, terutama dalam tujuan pengajaran di SD, SMTP, dan SMU. Aspek
kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu aspek pengetahuan, pemahanan,
penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
1) Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat
mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus
mengerti atau dapat menggunakannya. Kata-kata operasional yang
digunakan, yaitu: mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan,
mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan mereproduksi.
2) Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami
atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan menjadi
tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, dan (c)
mengekstrapolasi. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain:
memperhitungkan, memperkirakan, menduga, menyimpulkan, membedakan,
menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan.
3) Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 23
prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata-kata
operasional yang digunakan antara lain: mengubah, menghitung,
mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan.
4) Analisis (analysis adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang untuk
dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur
atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok, yaitu; (a) analisis unsur, (b) analisis hubungan, (c)
analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata-kata operasional yang
umumnya digunakan antara lain: memperinci, mengilustrasikan,
menyimpulkan, menghubungkan, memilih, dan memisahkan.
5) Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat
menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai
faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme.
Kata operasional yang digunakan terdiri dari: mengkatagorikan,
memodifikasikan, merekonstruksikan, mengorganisasikan, menyusun,
membuat design, menciptakan, menuliskan, dan menceritakan.
6) Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat
menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu
kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar
atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu. Kata-kata operasional yang dapat
digunakan antara lain: menafsirkan, menentukan, menduga,
mempertimbangkan, membenarkan, dan mengkritik.
b. Ranah Afektif
Secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang
menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar
tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian
menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah
lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu:
1) Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi fenomena
atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran
kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata-kata operasional
yang digunakan antara lain: menanyakan, memilih, mendeskripsikan,
memberikan, mengikuti, menyebutkan.
1 - 24 Unit 1
2) Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi
juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa
untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata-kata
operasional yang digunakan antara lain: menjawab, membantu, melakukan,
membaca, melaporkan, mendiskusikan, dan menceritakan.
3) Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena
atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. Kata-kata operasional
yang digunakan antara lain; melengkapi, menerangkan, membentuk,
mengusulkan, mengambil bagian, memilih, dan mengikuti.
4) Organisasi (organization), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-
nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk suatu
sistem nilai. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah,
mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan,
menggeneralisasikan, dan memodifikasikan.
c. Ranah Psikomotor
Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu
sekurang-kurangnya 30 menit. Kata operasional untuk aspek psikomotor harus
menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati, yang meliputi:
1) Muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil,
melompat, menggerakkan, dan menampilkan.
2) Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk.
3) Neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan,
menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan
menggunakan.
(Poerwanti E., 2001)
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 25
Apabila dikaji kembali, hafalan merupakan kemampuan seseorang dalam
tingkatan yang paling rendah dalam taksonomi Bloom. Orin A. dan David R. (2001),
menyatakan, dalam taksonomi Bloom kemampuan seseorang diklasifikasikan
menjadi tingkat tinggi dan tingkat rendah. Tingkat rendah terdiri dari; pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi, sedang kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis,
sintesis, evaluasi, dan kreativitas. Johnson dan Harris (2002) mengemukakan,
berpikir tingkat tinggi terdiri dari berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif
adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, merubah, atau
mengulang-ngulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Adapun kemampuan
berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu
dan mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Lemahnya
keterampilan siswa dalam berpikir bahkan hanya terampil dalam menghafal tidak
terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi akhir siswa yang hanya
mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui tes tertulis (paper and pencil
test). Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan
kesempatan untuk mengembangkan dan tidak diarahkan maka kemampuannya tidak
dapat berkembang.
Berkaitan dengan kegiatan asesmen, perlu dipahami implikasi dari penerapan
standar kompetensi pada proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang
bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu dalam
menerapkan standar kompetensi harus dikembangkan penilaian berkelanjutan
(continous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan
kompetensi. Guru diberi kebebasan merancang pembelajarannya dan melakukan
penilaian (assesment) terhadap prestasi siswa termasuk di dalamnya merancang
sistem pengujiannya. Permasalahan ini akan dibahas tersendiri pada Unit 5. Paparan
tersebut dapat dicermati dalam Tabel berikut yang menggambarkan pengertian dan
cakupan dari ranah asesmen (Depdiknas, 2004).
1 - 26 Unit 1
Tingkatan Domain Kognitif
Tingkat Deskripsi
I. Pengetahuan Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun,
daftar, rumus, teori, dan kesimpulan.
II. Pemahaman Arti: Pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep, dan antar-data,
hubungan sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan.
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 27
Tingkat Deskripsi
perubahan, menulis laporan, membahas suatu kasus, menyarankan strategi
baru.
1 - 28 Unit 1
Tingkat Deskripsi
Contoh kegiatan belajar: rajin, tepat waktu, berdisiplin diri, mandiri dalam
bekerja secara independen, objektif dalam memecahkan masalah,
mempertahankan pola hidup sehat, menilai masih pada fasilitas umum dan
mengajukan saran perbaikan, menyarankan pemecahan masalah HAM,
menilai kebiasaan konsumsi, dan mendiskusikan cara-cara menyelesaikan
konflik antar-teman.
II. Gerakan dasar Arti: Gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik,
(Basic fundamental Gerakan ini terpola dan dapat ditebak.
movements)
Contoh kegiatan belajar:
Contoh gerakan tak berpindah; bergoyang, membungkuk, merentang,
mendorong, menarik, memeluk, berputar.
Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, meluncur,
berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting,
menggambar dengan crayon, memegang dan melepas objek, blok, atau
mainan.
Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
III. Gerakan persepsi Arti: Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual.
(Perceptual
abilities) Contoh kegiatan belajar: menangkap bola, mendrible bola, melompat dari
satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga keseimbangan,
memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi,
membaca, melihat terbangnya bola pingpong, melihat gerak pendulum,
menggambar simbol geometri, menulis alfabet, mengulangi pola gerak tarian,
memukul bola tenis, pingpong, membedakan bunyi beragam alat musik,
membedakan suara berbagai binatang, mengulangi ritme lagu yang pernah
didengar, membedakan berbagai tekstur dengan meraba.
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 29
Tingkat Deskripsi
IV. Gerakan Arti: Gerak lebih efisien, Berkembang melalui kematangan dan belajar.
kemampuan fisik
(Psysical abilities) Contoh kegiatan belajar: menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu
tertentu, berlari jauh, mengangkat beban, menarik-mendorong, melakukan
push-ups, kegiatan memperkuat lengan, kaki, dan perut, menari, melakukan
senam, melakukan gerak pesenam, pemain biola, pemain bola.
V. Gerakan terampil Arti: Dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak, terampil, tangkas, cekatan
(Skilled melalukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks).
movements)
Contoh kegiatan belajar: melakukan gerakan terampil berbagai cabang
olahraga, menari, berdansa, membuat kerajinan tangan, menggergaji,
mengetik, bermain piano, memanah, skating, melakukan gerak, akrobatik,
melakukan koprol yang sulit.
VI.Gerakan indah dan Arti: Mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan, Gerak estetik: gerakan-
kreatif (Non- gerakan terampil yang efisien dan indah, Gerak kreatif: gerakan-gerakan
discursive pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran.
communication)
Contoh kegiatan belajar: kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis,
menari balet, melakukan senam tingkat tinggi, bermain drama (acting),
keterampilan olahraga tingkat tinggi.
1 - 30 Unit 1
batas lulus atau minimum passing level. Dengan pendekatan ini begitu koreksi
dilakukan, pengajar segera dapat mengambil keputusan lulus atau tidak lulus
serta nilai diperoleh. Dalam pendekatan kriteria dituntut penanganan yang lebih
detail dan terencana sebelum proses pengajaran berlangsung, pengajar harus
telah mengkomunikasikan cakupan materi pengajaran dan kriteria keberhasilan
serta kompetensi yang harus dikuasai peserta didik yang tercermin dalam
tujuan pengajaran atau Indikator pencapaian.
3. Jenis-jenis Evaluasi
Jenis evaluasi selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi. Ada
bermacam jenis evaluasi yang secara garis besar setidaknya dapat dibagi menjadi 5
jenis yaitu :
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 31
a. Evaluasi Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok
bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
pokok bahasan tertentu. Informasi dari evaluasi formatif dapat dipakai sebagai
umpan balik bagi pengajar mengenai proses pengajaran.
b. Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program
tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat
prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara lebih
khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan
penentuan kenaikan kelas.
c. Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan
siswa dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya, dilakukan untuk
keperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remidial, sehingga
aspek yang dinilai meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek yang
melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami anak serta berbagai kondisi
khusus siswa.
d. Evaluasi penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk
menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, misalnya
dalam pemilihan jurusan atau menempatkan anak pada kerja kelompok dan
pemilihan kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi bakat, minat,
kesanggupan, kondisi phisik, kemampuan dasar, keterampilan dan aspek
khusus yang berhubungan dengan proses pengajaran.
e. Evaluasi Seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau
memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Evaluasi
ini dilakukan kapan saja diperlukan. Aspek yang dinilai dapat beraneka ragam
disesuaikan dengan tujuan seleksi, sebab tujuannya adalah memilih calon untuk
posisi tertentu, karena itu analisis dari evaluasi ini biasanya menggunakan
kriteria yang bersifat relatif atau berdasar norma kelompok.
1 - 32 Unit 1
bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan
ulangan kenaikan kelas. Penilaian oleh pendidik ini digunakan untuk (1)
menilai pencapaian kompetensi peserta didik, (b) bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar, dan (c) memperbaiki proses pembelajaran.
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 33
c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan
pendidikan;
d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
5. Teknik Asesmen
Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan menjadi
dua macam yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes namun pada umumnya
pengajar lebih banyak menggunakan tes sebagai alat ukur dengan rasional bahwa
tingkat obyektivitas evaluasi lebih terjamin, hal ini tidak sepenuhnya benar. Anda
bisa lebih jauh mencermati pada unit-unit selanjutnya.
a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang
dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat
ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes sebagai
alat ukur sangat banyak macamnya dan luas penggunaannya. Uraian lebih
jauh tentang teknik tes ini secara khusus dibahas pada Unit 4.
b. Teknik nontes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung
ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula dilakukan
dengan Sosiometri, teknik non tes digunakan sebagai pelengkap dan
digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan keputusan
penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih menyeluruh
pada semua aspek kehidupan anak. Dalam KBK teknik nontes disarankan
untuk banyak digunakan. Uraian lebih jauh tentang teknik tes ini secara
khusus dibahas pada Unit 5.
Rangkuman
1. Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil
belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956, yaitu cognitive,
affective dan psychomotor. Kognitif adalah ranah yang menekankan pada
pengembangan kemampuan dan ketrampilan intelektual. Afektif adalah
ranah yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap nilai dan
emosi dan ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan atau ketrampilan motorik.
2. Kriteria atau pendekatan dalam evaluasi hasil belajar dapat berupa kriteria
yang bersifat mutlak, kriteria relatif atau kriteria performa.
1 - 34 Unit 1
3. Jenis evaluasi selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi, yang
meliputi (1) Evaluasi Formatif (2) Evaluasi Sumatif (3) Evaluasi
Diagnostik (4) Evaluasi penempatan, dan (5) Evaluasi Seleksi.
4. Menurut PP. 19 tahun 2005, penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) penilaian hasil belajar
oleh pendidik; (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan (3)
penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
5. Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan
menjadi dua macam yaitu dengan teknik tes dan nontes.
Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan dengan contoh asesmen pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Dalam melakukan evaluasi, hasil asesmen perlu dibandingkan dengan kriteria
tertentu. Jelaskan dengan contoh, kriteria apa saja yang dapat digunakan!
3. Jelaskan dengan contoh jenis evaluasi yang digunakan dalam bidang pendidikan!
4. Jelaskan fungsi penilaian yang dilakukan oleh pendidik berdasarkan pengalaman
saudara di lapangan!
5. Teknik apa saja yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran!
Umpan Balik
Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru Anda
cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum
sesuai atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat
diperlukan karena pemahaman terhadap Unit ini akan mendasari dan mempengaruhi
langkah dan kegiatan dalam menyelesaikan mata kuliah ini.
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 35
Kunci Jawaban Tes Formatif
1 - 36 Unit 1
(penentuan kualitas) tidak dapat dilakukan tanpa didahului dengan proses
pengukuran.
5. Keterbatasan Asesmen dalam pembelajaran :
5.1. Untuk pengukuran konstruk psikologis termasuk pembelajaran yang bersifat
abstrak tidak ada pendekatan tunggal yang dapat diberlakukan dan diterima
secara universal, sehingga harus digunakan bermacam pendekatan dan
dalam berbagai kesempatan sepanjang rentang waktu berlangsungnya
proses pembelajaran.
5.2. Proses dan hasil pembelajaran pada umumnya dikembangkan berdasarkan
atas sampel tingkah laku yang terbatas, sehingga untuk dapat menjadi
sumber informasi yang akurat, asesmen dilakukan dengan perencanaan
yang matang dan dilakukan dengan cermat, dengan memperhatikan
perolehan sampel yang memadai dari domain tingkah laku dalam
pengembangan prosedur dan alat ukur yang baik.
5.3. Pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam asesmen proses dan hasil belajar
mengandung kekeliruan. Angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran
(dengan menggunakan tes ataupun nontes) berupa: Thrue score + Error,
untuk itu kegiatan pengukuran dalam prosedur asesmen yang baik harus
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kekeliruan
(error).
5.4. Hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhadap materi,
sedang tes pengukuran hasil belajar, pengajar diharuskan memberikan
kuantitas yang berupa angka-angka pada kualitas dari suatu gejala yang
bersifat abstrak.
5.5. Konstruk psikhologis termasuk proses dan hasil pembelajaran tidak dapat
didifinisikan secara tunggal, tetapi selalu berhubungan dengan konstruk
yang lain.
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 37
c. Hasil pemantauan dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki
metode, pendekatan, kegiatan, sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan
kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa, dan landasan memilih alternatif
jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan pada materi
tertentu.
d. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester atau akhir tahun.
1 - 38 Unit 1
4. Dalam melaksanakan penilaian, guru sebaiknya:
a. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai
cermin diri.
c. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk
menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik.
d. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
e. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam
pengamatan kegiatan belajar peserta didik.
f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi.
g. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin.
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 39
Jawaban Tes Formatif 3
1. Ranah dalam Asesmen
a. Ranah Kognititf : adalah daya pikir, yang dibedakan atas enam jenjang, yaitu
aspek pengetahuan (mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah
tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.), pemahanan (mengerti apa
yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat
memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain),
penerapan (kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-
metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret), analisis
(menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau
komponen pembentuknya), sintesis (dapat menghasilkan sesuatu yang baru
dengan cara menggabungkan berbagai faktor) dan penilaian (dapat menilai suatu
situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu).
b. Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah
pertumbuhan batiniah. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu: menerima
(peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu), menjawab
(bereaksi terhadap salah satu cara, menilai (dapat menilai suatu obyek, fenomena
atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten), oganisasi (menyatukan nilai-
nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah dan membentuk suatu
sistem nilai).
1 - 40 Unit 1
b. Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR) : adalah
kriteria relatif, yakni pada kemampuan kelompok pada umumnya. Sehingga
lulus dan tidaknya peserta didik bergerak dalam batas yang relatif.
c. Penilaian Dengan Pendekatan Performa (Performance): diarahkan pada
pembinaan kemajuan belajar dari waktu ke waktu. Pendekatan ini cocok untuk
pelaksanaan pengajaran remedial atau untuk latihan keterampilan tertentu.
3. Jenis-jenis Evaluasi :
a. Evaluasi Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok
bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
pokok bahasan tertentu.
b. Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program
tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat
prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program.
c. Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan
siswa dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab, dilakukan untuk
keperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remidial.
d. Evaluasi penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk
menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, misalnya
dalam pemilihan jurusan atau menempatkan anak pada kerja kelompok dan
pemilihan kegiatan tambahan.
e. Evaluasi Seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau
memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Evaluasi
ini dilakukan kapan saja diperlukan.
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 41
5. Teknik apa saja yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran.
a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang
dites, dan berdasar hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik
kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut.
b. Teknik nontes : dapat berupa observasi baik secara langsung ataupun tak
langsung, angket ataupun wawancara ataupun sosiometri.
1 - 42 Unit 1
Daftar Pustaka
Silverius, S. (2001). Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Gramedia
Widya Sarana.
Asesmen pembelajaran di SD 1 - 43
Glosarium
1 - 44 Unit 1
Unit 2
STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR
NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)
Endang Poerwanti
Pendahuluan
2-2 Unit 2
Subunit 1
Pengantar
2-4 Unit 2
c. Standar kompetensi lulusan: adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi
lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan, yang meliputi kompetensi untuk
seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan: adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
e. Standar sarana dan prasarana: adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain,
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
f. Standar pengelolaan: adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan: adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Dijelaskan bahwa pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya
operasi, dan biaya personal.
h. Standar penilaian pendidikan: adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik.
Dari uraian tersebut nampak jelas bahwa standar penilaian
merupakan salah satu dari 8 aspek standar nasional pendidikan, selanjutnya
sesuai dengan orientasi dari buku ajar ini maka pembahasan selanjutnya
akan lebih terfokus pada standar penilaian pendidikan.
2-6 Unit 2
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 64 ayat (1) bahwa penilaian hasil belajar
yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk
memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
Selanjutnya pada pasal 65 dijelaskan beberapa pokok pikiran mengenai
penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang dikelompokkan menjadi 5
kelompok mata pelajaran, pada ayat (1) dikemukakan secara tegas bahwa
penilaian pada satuan pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada pasal 63 ayat
(1) butir b; bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan
untuk semua mata pelajaran, sedang ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil
belajar sebagaimana dijelaskan pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, kelompok
mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan, merupakan penilaian akhir
untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Berikutnya
pada ayat (3) dinyatakan bahwa penilaian akhir sebagaimana dimaksudkan pada
ayat (2) mempertimbangkan hasil penilaian hasil belajar peserta didik oleh
pendidik, sebagaimana dimaksud pada ayat 64.
Berikutnya pada ayat (4) dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar untuk
semua mata pelajaran pada mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu
dan teknologi dilakukan melalui Ujian Sekolah/Madrasah untuk menentukan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, yang dilanjutkan pada ayat (5)
yang menjelaskan bahwa untuk dapat mengikuti ujian Sekolah/Madsarah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), peserta didik harus mendapatkan nilai yang
sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh
BSNP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika
serta kelompok mata pelajaran jasmani olahraga dan kesehatan.
Sedangkan untuk memberikan penilaian pencapaian kompetensi lulusan
secara Nasional pada kelompok mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata
pelajaran ilmu dan teknologi menurut menurut PP No. 19 Pasal 66, dinyatakan
secara tegas; akan dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional yang dilakukan
secara obyektif berkeadilan dan akuntabel serta diadakan sekurang-kurangnya
satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun.
2-8 Unit 2
a. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan;
b. menyelenggarakan ujian nasional;
c. memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah
dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan;
d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Ditambahkan, pada Pasal 77 bahwa dalam menjalankan tugasnya, BSNP
didukung dan berkoordinasi dengan departemen yang menangani urusan
pemerintahan di bidang agama, dan dinas yang menangani pendidikan di
provinsi/kabupaten/kota.
Latihan
Apakah Anda semua telah membaca Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ini, khususnya tentang standar penilaian
pendidikan. Kalau belum cobalah untuk segera membaca dan memahami isi dari
standar evaluasi tersebut. Kemudian bersama teman-teman yang telah membaca
cobalah analisis dan berikan komentar apa yang ada di sekolah Anda terkait dengan
standar tersebut!
Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman.
Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan delapan jenis standar Nasioanl pendidikan yang diamanatkan oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2005!
2. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri apa yang menjadi landasan filosofis
Standar Penilaian Pendidikan!
3. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri apa yang menjadi landasan Yuridis
Standar Penilaian Pendidikan!
4. Apa dan siapakah BSNP itu?
5. Jelaskan tugas-tugas yang diamanatkan kepada BSNP!
2 - 10 Unit 2
Subunit 2
Pengantar
Pada setiap seri panduan khusus kelompok mata pelajaran ini berisikan rambu-
rambu penilaian yang harus dilakukan oleh guru kelompok mata pelajaran dalam
menyusun kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran, kisi-kisi untuk ulangan akhir semester, cara menentukan skor akhir
dan kriteria dari siswa yang dapat dikualifikasikan “baik” dan dapat dinyatakan lulus
pada kelompok mata pelajaran tertentu.
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 11
Tahukah Anda bahwa menurut BSNP penilaian adalah prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik,
hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi yaitu pengambilan keputusan
terhadap ketuntasan belajar siswa dan efektivitas proses pembelajaran. Informasi
tentang prestasi dan kinerja siswa tersebut merupakan proses pengolahan data yang
diperoleh melalui kegiatan asesmen baik dengan pengukuran maupun non
pengukuran. Dapat dikatakan bahwa proses pengukuran dan non pengukuran untuk
memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu ini disebut
dengan asesmen. Hasil pengukuran akan selalu berupa angka-angka atau data
numerik, sedang hasil non pengukuran akan berupa data kualitatif. Informasi tersebut
dapat digunakan oleh pendidik untuk berbagai keperluan pembelajaran diantaranya
adalah: (1) Menilai kompetensi peserta didik; (2) Bahan penyusunan laporan hasil
belajar; dan (3) Landasan memperbaiki proses pembelajaran.
2 - 12 Unit 2
f. Sistematis, yaitu penilaian harus dilakukan secara terencana dan bertahap
serta berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran tentang
perkembangan belajar siswa.
g. Berkesinambungan, yaitu evaluasi harus dilakukan secara terus menerus
sepanjang rentang waktu pembelajaran.
h. Adil, mengandung pengertian bahwa dalam proses penilaian tidak ada
siswa yang diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar belakang sosial
ekonomi, agama, budaya, bahasa, suku bangsa, warna kulit, dan gender.
i. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu
menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 13
7) Pendidik harus selalu memeriksa dan memberi balikan kepada peserta didik
atas hasil kerjanya sebelum memberikan tugas lanjutan;
8) Pendidik harus memiliki catatan komulatif tentang hasil penilaian untuk
setiap siswa yang berada di bawah tanggung jawabnya. Pendidik harus pula
mencatat semua kinerja siswa, untuk menentukan pencapaian kompetensi
siswa;
9) Pendidik melakukan ulangan tengah dan akhir semester untuk menilai
penguasaan kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam Standar kompetensi
(SI) dan standar Lulusan (SL);
10) Pendidik yang diberi tugas menangani pengembangan diri harus melaporkan
kegiatan siswa kepada wali kelas untuk dicantumkan jenis kegiatan
pengembangan diri pada buku laporan pendidikan;
11) Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi siswa dan tidak disampaikan pada
pihak lain tanpa seijin yang bersangkutan meupun orang tua/ wali murid.
2 - 14 Unit 2
c. Standar pelaksanaan penilaian oleh pendidik
Menurut pedoman umum penilaian yang disusun oleh BSNP, standar
pelaksanaan penilaian oleh pendidik meliputi:
1) Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan rencana penilaian yang
telah disusun diawal kegiatan pembelajaran;
2) Pendidik menganalisis kualitas instrumen dengan mengacu pada persyaratan
instrumen serta menggunakan acuan kriteria;
3) Pendidik menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian yang bebas dari
kemungkinan terjadi tindak kecurangan;
4) Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik
dan komentar yang bersifat mendidik.
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 15
2) Pendidik menyampaikan balikan kepada peserta didik tentang tingkat capaian
hasil belajar pada setiap KD disertai dengan rekomendasi tindak lanjut yang
harus dilakukan;
3) Bagi siswa yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik harus
melakukan pembelajaran remidial, agar setiap siswa dapat mencapai standar
ketuntasan yang dipersyaratkan;
4) Kepada siswa yang telah mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan,
dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat memberikan layanan
pengayaan;
5) Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektifitas
kegiatan pembelajaran dan merencanakan berbagai upaya tindak lanjut.
2 - 16 Unit 2
b. Standar Penentuan Kelulusan
Dalam menetapkan standar Penetuan Kelulusan, BSNP membuat ketetapan
yang meliputi:
1) Pada akhir jenjang pendidikan satuan pendidikan menyelenggarakan ujian
sekolah pada kelompok mata pelajaran IPTEKS;
2) Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidik untuk
menentukan nilai akhir peserta didik pada (a) Kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia (b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian (c) kelompok mata pelajaran estetika dan (d) kelompok
mata pelajaran jasmani olehraga dan kesehatan untuk menentukan
kelulusan;
3) Satuan pendidikan menentukan kelulusan peserta didik berdasarkan kriteria
kelulusan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005, Pasal 72 ayat (1) yang menyatakan bahwa Peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan
menengah setelah; (a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran, (b)
memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan,
(c) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan (d) lulus ujian nasional.
Latihan
Apakah dalam melakukan penilaian di kelas, anda merasa telah menerapkan
prinsip penilaian BSNP? Kaji dan diskusikan dengan teman hambatan yang ada di
lapangan untuk menerapkan prinsip penilaian yang ditetapkan BSNP.
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 17
Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Menurut BSNP siapa saja yang berhak melakukan evaluasi hasil belajar?
2. Standar apa sajakah yang perlu dipatuhi pendidik dalam melakukan evaluasi?
3. Standar apa sajakah yang perlu dipatuhi satuan pendidikan dalam melakukan
evaluasi?
4. Jelaskan prinsip-prinsip umum evaluasi menurut BSNP?
5. Lakukan analisis kesenjangan antara evaluasi yang sudah anda lakukan di kelas
dengan ketentuan BSNP!
Umpan Balik
2 - 18 Unit 2
Subunit 3
Pengantar
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 19
standar maka harus mengikuti pengajaran remidi sampai dapat mencapai
standar kompetensi minimal yang dipersyaratkan;
d. Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut; tindakan
lanjutan dari penilaian dapat berupa perbaikan proses pembelajaran,
program remidi bagi peserta didik yang tingkat pencapaian hasil belajarnya
berada di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta
didik yang telah mencapai kriteria ketuntasan; dan
e. Penilaian harus sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dengan
proses pembalajaran. Hal ini terkait erat dengan pemahaman bahwa
penilaian tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.
Sesuai dengan amanat PP No. 19 Tahun 2005, penilaian dalam proses
pendidikan terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: penilaian hasil belajar oleh
pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil
belajar oleh pemerintah. Mekanisme dan prosedur dari masing-masing jenis
penilaian dapat dijelaskan sebagai berikut:
2 - 20 Unit 2
untuk mengajar dan mendidik dengan lebih baik dan meningkatkan
akuntabilitas sekolah. Sejalan dengan PP No. 19 Tahun 2005, pasal 64,
yang menyatakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik oleh pendidik
diarahkan untuk memantau proses, kamajuan dan perbaikan hasil
pembelajaran, maka dalam berbagai literature dikemukakan bahwa
penilaian yang dilakukan pendidik dalam kegiatan pembelajaran disebut
dengan asesmen kelas atau classroom assessment yang tujuan utamanya
bersifat formatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran;
d. Sesuai dengan berbagai kajian teori yang telah dibahas pada Unit 1, jelas
bahwa fungsi penilaian dalam kegiatan pembelajaran ataupun pendidikan
diharapkan akan mampu menyediakan informasi yang membantu pendidik
meningkatkan kemampuannya dalam mengajar, serta membantu siswa
untuk mencapai perkembangan optimal dalam proses dan hasil
pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut maka kegiatan penilaian harus
dipandang dan digunakan sebagai cara atau teknik untuk menilai proses dan
hasil pembelajaran, sehingga bukan hanya sekedar menilai keberhasilan
siswa dalam penguasaan kompetensi. Untuk itu penilaian seharusnya
terintegrasi dengan proses pembelajaran dan terencana sejak awal, bersama-
sama dengan kegiatan perencanaan pembelajaran secara utuh, dengan
menggunakan berbagai teknik dan instrumen sesuai kebutuhan, baik yang
di desain secara khusus maupun yang dilakukan secara informal. Penilaian
proses dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan ulangan harian,
ulangan tengah semester maupun ulangan kenaikan kelas, dengan
menggunakan pendekatan penilaian berbasis kelas;
e. Penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis
kompetensi. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan
informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa
berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil
kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum. Penilaian kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan
belajar-mengajar. Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana formal
maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan
belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus. Hal ini juga
sesuai dengan pendapat para ahli yang mengemukakan bahwa keberhasilan
dan efektifitas proses pembelajaran tergantung pada penilaian kelas yang
dilakukan. Oleh karenanya kegiatan penilaian berbasis kelas harus didesain
dan dilakukan secara sistematik dan berlangsung terus menerus sebagai
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 21
strategi pendukung dan peningkatan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas
yang baik akan mampu memberikan informasi yang bermanfaat bagi guru
untuk meningkatkan efektivitas mengajar guru dan meningkatkan mutu
kegiatan proses dan hasil belajar siswa.
Untuk dapat mencapai hasil optimal tersebut guru harus menyediakan
dan mengkomunikasikan hasil penilaian kelas serta umpan baliknya secara
periodik kepada orang tua/wali kelas untuk dapat meningkatkan ataupun
mempertahankan proses dan hasil belajar yang sudah dicapai oleh peserta didik.
Setiap upaya guru di dalam kelas harus diarahkan pada satu tujuan yaitu
membantu siswa belajar agar terjadi perubahan perilaku yang signifikan ke arah
pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran. Sayangnya masih banyak pendidik
di sekolah yang melakukan penilaian kelas hanya untuk menentukan nilai atau
angka yang akan ditulis dalam laporan pendidikan atau buku rapor. Hal ini terkait
erat dengan pengetahuan dan pemahaman guru tentang asesmen, penilaian
ataupun tes sebagai proses untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam
menentukan tingkat pencapaian siswa terhadap kompetensi yang harus dikuasai
sebagai tujuan pembelajaran. Sehingga manfaat penilaian lebih diarahkan pada
tujuan administratif saja, padahal banyak sekali manfaat potensial dari kegiatan
asesmen dan penilaian, termasuk kurangnya perhatian guru terhadap kemajuan
belajar siswa dalam tataran kualitatif yang sebenarnya akan sangat membantu
siswa maupun orang tua memahami kemajuan belajar siswa.
2 - 22 Unit 2
menyelesaikan dan memilih program belajarnya dengan kecepatan masing-
masing, dimana ada siswa yang dapat menyelesaikan beban belajar lebih
cepat karena memiliki kemampuan dan kemauan yang tinggi, tetapi ada
pula siswa yang membutuhkan waktu lebih lama dibanding teman yang
lain.
b. Sistem kenaikan kelas (grade) adalah sistem yang program belajar siswanya
terstruktur dalam paket-paket kelas. Dalam sistem ini ada dua tradisi
kenaikan kelas yang dikembangkan yaitu: (1) tradisi kenaikan kelas secara
otomatis dan (2) sistem kenaikan kelas. Pada sistem persekolahan di
Indonesia pada umumnya masih menggunakan sistem kenaikan kelas
dengan kriteria tertentu.
Secara konseptual kegiatan kenaikan kelas memegang peranan strategis
untuk pengendalian kualitas pendidikan (quality control) dan sekaligus menjadi
motivasi atau pressure to achieve bagi siswa dan pendidik dalam upaya
peningkatan kualitas pembelajarannya. Dalam kenaikan kelas dengan kriteria
tertentu ini akan dapat dibedakan antara siswa yang sudah menguasai
kemampuan minimal yang dipersyarat kan dengan siswa yang harus tinggal
kelas karena belum menguasai kompetensi minimum (acceptable performance)
tersebut. Siswa yang belum memenuhi standar kemampuan minimal dapat
diperlakukan dengan tiga model yaitu: (1) mengulang kelas, dan belajar
bersama-sama dengan teman-teman yang baru naik kelas dari kelas di
bawahnya, (2) bisa naik ke kelas yang lebih tinggi sambil mengulang mata
pelajaran yang belum dikuasai, atau (c) mengikuti pengajaran remidial pada
beberapa mata pelajaran sebelum siswa dinyatakan naik ke kelas yang lebih
tinggi.
Penentuan tingkat pencapaian minimal ini didasarkan pada hasil tes hasil
belajar atau THB atau ulangan umum pada setiap akhir tahun pelajaran, nilai
pada semester 1 dan 2 dan hasil ulangan harian yang dilakukan oleh masing
masing guru. Dengan mendasarkan diri pada beberapa hasil asesmen dan
penilaian secara konseptual, seharusnya penilaian semacam ini dapat
menghasilkan informasi yang komprehensif tentang kemajuan belajar siswa
sebagai dasar pengambilan keputusan, hanya saja ada beberapa permasalahan
yang sering muncul di lapangan yaitu: (1) Rentang variasi tingkat kesulitan dan
kedalaman soal soal yang dikembangkan dan digunakan dalam ulangan antar
guru ataupun antar sekolah, dan (2) Masih banyak sekolah yang berusaha
meminimalkan jumlah siswa yang tidak naik kelas dengan cara-cara yang tidak
jujur dan berkeadilan (fair).
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 23
Dijelaskan lebih jauh dalam panduan penilaian BSNP tersebut bahwa
secara teoritik sistem kenaikan kelas semacam ini dapat dilakukan dalam
beberapa bentuk yaitu:
1) Menggunakan kriteria untuk dapat membedakan antara yang sudah dapat
mencapai standar kemampuan minimal dengan siswa yang belum mencapai
standar kompertensi minimal tersebut. Pada umumnya sekolah
menggunakan pendekatan yang pertama, tetapi cara ini menyebabkan
meningkatnya angka mengulang, dan mungkin juga angka putus sekolah,
sehingga sebagian sekolah kemudian memilih cara dengan menaikkan nilai
siswa agar memenuhi standar yang ditetapkan atau menempuh cara lain
yaitu menurunkan indikator pencapaian kompetensi dasar dengan
menurunkan tingkat kesulitan soal, sehingga semua siswa secara semu
dianggap telah mencapai standar minimal.
2) Menerapkan prinsip kenaikan kelas secara otomatis, dimana setiap siswa
dapat naik kelas secara otomatis pada setiap akhir tahun pelajaran, dengan
predikat-predikat tertentu. Cara ini sangat riskan dalam pengendalian mutu
pendidikan, apalagi bila satuan pendidikan belum menerapkan penjaminan
mutu pada setiap tahap kegiatannya termasuk dalam proses pembelajaran.
3) Menggunakan bentuk perpaduan dari dua pendekatan tersebut, dimana
siswa pada prinsipnya bisa naik kelas secara otomatis pada setiap akhir
tahun pelajaran, tetapi harus mengulang atau memperbaiki sejumlah mata
pelajaran yang dianggap belum memenuhi standar kemampuan minimal.
Meskipun cukup bagus, tetapi hal ini sulit dilakukan dalam sistem
tradisional karena keterbatasaan kuantitas dan kualitas guru. Di samping itu
guru juga dituntut untuk bekerja ekstra baik dalam perubahan perencanaan,
penjadwalan, kegiataan sekolah, pandanaan maupun managemennya.
Untuk meminimalkan kelemahan dari sistem kenaikan kelas ini
adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 22 dan 23 Tahun
2006, ditetapkan adanya standar isi dan standar kompetensi lulusan yang
kemudian merupakan landasan strategis dalam mengendalikan penjaminan
mutu pendidikan secara nasional, hal ini ditindaklanjuti dengan sistem ujian
kenaikan kelas yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
yang dimaksudkan untuk meminimalkan keragaman mutu pendidikan antar
sekolah. Sehingga diperlukan adanya pembentukan pusat pengujian pendidikan
di tingkat kabupaten /kota yang bersifat independen.
Kenaikan pada umumnya dilakukan pada akhir tahun pelajaran, kriteria
untuk kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait,
2 - 24 Unit 2
namun secara umum siswa dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah setelah: (a) Menyelesaikan seluruh
program pembelajaran; (b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian
akhir untuk seluruh mata pelajaran pada 5 kelompok mata pelajaran, dengan
kriteria untuk aspek kognitif dan psikomotor minimal 75, sedang untuk aspek
afektif kriteria “baik” digunakan bila sebagian orang menyatakan bahwa siswa
memang baik; (c) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan teknologi; dan (d) Lulus Ujian nasional.
Selanjutnya ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian
sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri dengan usulan
BSNP.
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 25
5. Teknik Penilaian menurut BSNP
Proses memperoleh data proses dan hasil belajara; pendidik dapat
menggunakan berbagai teknik penilaian secara komplementer sesuai dengan
kompetensi yang dinilai. Menurut Pedoman umum BSNP, teknik penilaian yang
dapat digunakan secara komplementer ataupun sendiri-sendiri sesuai dengan
kompetensi yang akan dinilai antara lain:
a. Tes Kinerja
Tes Kinerja dalam hal ini adalah berbagai jenis tes yang dapat berbentuk
tes keterampilan tertulis, tes identifikasi, tes simulasi, uji petik kerja, dan
sebagainya. Melalui tes kinerja ini peserta didik mendemonstrasikan
unjuk kerja sebagai perwujudan kompetensi yang telah dikuasainya.
b. Demonstrasi
Teknik demonstrasi dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data
kuantitatif dan kualitatif sesuai kompetensi yang dinilai.
c. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen
yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan
belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan
oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.
d. Penugasan
Penugasan adalah bentuk evaluasi yang dapat dilakukan dengan model
proyek yang berupa sejumlah kegiatan yang dirancang, dilakukan dan
diselesaikan oleh peserta didik di luar kegiatan kelas dan harus
dilaporkan baik secara tertulis maupun lisan. Penugasan ini dapat pula
berbentuk tugas rumah yang harus diselesaikan peserta didik.
e. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik
dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,
perkembangan belajar dan prestasi siswa.
f. Tes tertulis
Tes tertulis merupakan teknik penilaian yang paling banyak digunakan
oleh pendidik, adalah tes yang bisa berupa tes dengan jawaban pilihan
atau isian, baik pilihan ganda benar salah ataupun menjodohkan, serta tes
yang jawabannya berupa isian ataupun uraian.
2 - 26 Unit 2
g. Tes Lisan
Tes dapat pula berupa tes lisan, yaitu tes yang dilaksanakan melalui
komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik dengan satu atau
beberapa penguji. Pertanyaan ataupun jawabannya disampaikan secara
langsung atau spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan
pedoman penskoran.
h. Jurnal
Jurnal pada dasarnya merupakan catatan siswa selama berlangsungnya
proses pembelajaran, sehingga jurnal berisi deskripsi proses
pembelajaran dengan kekuatan dan kelemahan siswa terkait dengan
kinerja ataupun sikap.
i. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang
diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau
aspek kepribadian peserta didik.
j. Inventori
Inventori adalah skala psikologis yang digunakan untuk mengungkap
sikap, minat dan persepsi peserta didik terhadap obyek psikologis,
ataupun fenomena yang terjadi, antara lain berupa skala Likert dan
sebagainya.
k. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang digunakan agar peserta
didik dapat mengemukakan kelebihan dan kekurangan diri dalam
berbagai hal.
l. Penilaian antar Teman (penilaian sejawat)
Penilaian antar teman ini dilakukan dengan meminta siswa
mengemukakan kelebihan dan kekurangan teman dalam berbagai hal.
Penilaian ini dapat pula berupa sosiometri untuk mendapat informasi
anak-anak yang favorit dan anak-anak yang terisolasi dalam
kelompoknya.
Berbagai teknik penilaian tersebut dapat dilakukan secara kombinasi untuk bisa
memperoleh informasi yang selengkap dan sedetail mungkin tentang proses,
kemajuan dan hasil belajar peserta didik.
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 27
Latihan
Cobalah Anda lakukan refleksi, teknik apa sajakah yang pernah dan belum
pernah Anda gunakan dalam melakukan penilaian di kelas? Analisis dan diskusikan
dengan teman Anda tentang hambatan-hambatan yang ada di lapangan untuk
menerapkan teknik teknik tersebut!
Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan manfaat evaluasi yang dilakukan oleh pendidik!
2. Jelaskan manfaat evaluasi yang dilakukan oleh satuan pendidikan!
3. Jelaskan manfaat evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah!
4. Jelaskan jenis penilaian yang dapat digunakan!
Umpan Balik
2 - 28 Unit 2
Subunit 4
Pengantar
A nda semua telah memahami bahwa sebenarnya Ujian Nasional adalah wujud
dari evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui BSNP sebagai lembaga
independen yang diserahi tugas untuk melaksanakan Ujian Nasional tersebut.
Evaluasi yang dilakukan pemerintah ini dapat digunakan untuk: (1) Pemetaan mutu
program dan atau satuan pendidikan; (2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan
berikutnya; (3) Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan
pendidikan; dan (4) Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan
dalam upayanya untuk meneningkatkan mutu pendidikan.
Sebenarnya bukan baru sekarang pemerintah melakukan evaluasi hasil belajar
secara nasional, namun sebagai suatu kebijakan, sudah barang tentu implementasinya
akan selalu dihadapkan pada sikap pro dan kontra dari berbagai kalangan atas dasar
kepentingan yang berbeda. Pada bagian ini akan dikupas bagaimana perjalanan
evaluasi hasil belajar yang dilakukan pemerintah ini dari tahun ke tahun dan
bagaiman sikap pro dan kontra dalam pelaksanaannya.
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 29
yang muncul ini pemerintah mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai
lapisan yang kemudian menjadi landasan dikeluarkannya Surat Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 011/U/2002, Tanggal 28 Januari 2002
yang isinya penghapusan EBTANAS untuk Sekolah Dasar, Sekolah Dasar Luar
Biasa, Sekolah Luar Biasa tingkat Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Meskipun
tetap muncul pro dan kontra terhadap munculnya Surat Keputusan ini, namun
keputusan pemerintah ini tetap dilaksanakan atas dasar pertimbangan dan logika
kebijakan dengan pilihan yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko
yang paling kecil. Hal ini sejalan pula dengan program pemerintah, yaitu: (1)
Program wajib belajar sembilan tahun, (2) Pertimbangan bahwa jumlah Sekolah
Dasar sangat besar dan lokasinya tersebar sampai ke daerah pelosok dan
terpencil sehingga penyelenggaraan EBTANAS untuk Sekolah Dasar menjadi
sangat besar, dan (3) Mobilitas lulusan Sekolah Dasar belum begitu tinggi. Hal
ini akan dapat dilihat perbedaannya dengan EBTANAS untuk Sekolah Lanjutan
Pertama dan SLTA, sehingga hampir bersamaan dengan Surat Keputusan
tersebut, juga dikeluarkan Surat Keputusan Mendiknas Nomor: 047/U/2002,
Tanggal, 4 April 2002 yang berisi pernyataan bahwa Nama EBTANAS untuk
tingkat SLTP, SLTPLB, SMU, SMLB, MA, dan SMK diganti dengan menjadi
Ujian Akhir Nasional atau disebut dengan UAN. Dalam Surat Keputusan tersebut
dijelaskan bahwa tujuan penyelenggaraan UAN adalah:
a. Untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa;
b. Mengukur tingkat pendidikan pada tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota
dan sekolah;
c. Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional,
propinsi, kabupaten/kota dan sekolah kepada masyarakat.
Dijelaskan lebih lanjut tentang fungsi UAN yang dijabarkan dalam Pasal 3
Surat Keputusan tersebut, bahwa UAN dapat memiliki multi fungsi yang dirinci
sebagai berikut:
a. Alat pengendali mutu pendidikan secara nasional, dengan
diselenggarakannya UAN ini diharapkan mutu pendidikan secara nasional
dapat dikendalikan, hanya saja UAN tidak digunakan untuk pengelompokan
sekolah bermutu dan sekolah yang kurang bermutu, karena hal ini akan
semakin memperlebar jurang pemisah dalam kualitas sekolah yang secara
nasional memang rentang variasi kualitas sekolah ini sudah sangat panjang.
b. Mendorong peningkatan mutu pendidikan, dengan penyelenggaraan UAN ini
diharapkan memotivasi sekolah untuk meningkatkan kualitas
pembelajarannya dan berusaha untuk mencapai hasil UAN yang optimal.
2 - 30 Unit 2
c. Bahan pertimbangan untuk menentukan tamat belajar dan predikat prestasi
siswa, UAN dijadikan bahan pertimbangan penentuan kelulusan dan
penentuan predikat prestasi siswa, UAN menjadi kriteria yang akurat dan
general (berlaku nasional) untuk menentukan predikat dan prestasi siswa.
d. Pertimbangan dalam seleksi penerimaan siswa baru pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, butir-butir soal UAN sudah disusun untuk mampu
membedakan antara siswa yang telah memenuhi standar kompetensi dan
siswa yang belum, maka akan sangat tepat bila digunakan juga untuk
mengetahui potensi calon siswa untuk mengikuti pembelajaran di sekolah
yang dipilihnya.
Untuk bisa memenuhi fungsi tersebut, soal-soal dalam UAN harus mampu
membedakan antara siswa yang sudah menguasai dan siswa yang belum
menguasai materi yang diujikan. Butir soal untuk seleksi harus dapat memilah
secara tepat siswa yang mampu diterima dan mengikuti pembelajaran di sekolah
lanjutan. Dengan demikian idealnya soal UAN harus berbeda dengan soal
seleksi. Perubahan fungsi UAN menjadi alat seleksi dan salah satu pertimbangan
dalam penerimaan siswa baru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
dianggap sebagai suatu keputusan yang tepat.
Pada Tahun 2004 UAN juga banyak mendapat kecaman dari berbagai
kalangan masyarakat bahkan ada sebagian besar anggota DPR tidak
menyetujuinya, ketidak setujuan anggota Dewan ini terutama terhadap besarnya
usulan anggaran peleksanaan UAN. Kecaman-kecaman dalam pelaksanaan UAN
tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi permasalahan utama,
yaitu:
1) UAN dianggap bertentangan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003,
Pasal 58. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses kemajuan dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Namun bila
dicermati lebih jauh pada Ayat 2, dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menilai
pencapaian standar nasional diperlukan evaluasi yang dilakukan oleh
lembaga mandiri. Hal inilah yang digunakan sebagai landasan
penyelenggaraan Ujian Nasional.
2) UAN dianggap tidak bermanfaat dan hanya menghambur-hamburkan biaya.
Kecaman ini kemudian dijawab dengan hasil penelitian Mardapi, dkk. (2004)
yang menunjukkan bahwa hasil UAN sangat bermanfaat dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan motivasi mengajar guru,
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 31
perhatian kepala sekolah beserta semua staf sekolah, dan orang tua terhadap
pembelajaran siswa.
3) Konversi skor yang digunakan dalam pelaksanaan UAN dianggap
membodohi masyarakat, karena memotong skor anak pandai diberikan
kepada siswa yang kurang.
Menanggapi berbagai kritikan tersebut hasil penelitian Mardapi juga
merekomendasikan perlunya kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk
penyempurnaan pelaksanaan UAN diantaranya adalah:
a. Dalam Penyelenggaan UAN hendaknya:
1) Mengikutsertakan daerah dalam penyusunan soal,
2) Biaya ujian sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah,
3) Peningkatan kualitas soal,
4) Peningkatan obyektivitas sistem skoring,
5) Peningkatan keamanan soal,
6) Pengamanan dan koreksi silang antar sekolah yang setingkat,
7) Pengiriman hasil UAN sesegera mungkin,
8) Pemenuhan fasilitas minimum dalam penyelenggaraan UAN.
b. Diperlukan adanya pelatihan penyusunan soal bagi guru daerah, untuk
meningkatkan kualitas soal ujian.
c. Perlunya inovasi dalam pembelajaran dengan menggunakan berbagai media
untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk mempelajari materi
yang dianggap sulit.
d. Analisis UAN secara rinci sesegera mungkin disampaikan ke sekolah agar
informasi tentang pokok bahasan atau materi yang sulit dapat diketahui pihak
sekolah dan para guru dapat mengambil strategi untuk mengatasinya.
e. Sosialisasi dan informasi UAN perlu dilakukan seawal mungkin yang
meliputi kisi-kisi ujian (standar kompetensi lulusan), bentuk soal ujian,
proses penskoran, dan kriteria kelulusannya sehingga sekolah maupun siswa
dapat lebih mempersiapkan diri menghadapi UAN.
f. Pemerintah perlu membantu fasilitas dan peralatan yang memadai dalam
pelaksanaan ujian sehingga mata pelajaran yang memerlukan media tertentu
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan UAN.
2 - 32 Unit 2
2. Pro dan Kontra pelaksanaan Ujian Nasional
Selanjutnya, upaya mengurangi berbagai kelemahan dan menjawab kritik
terhadap pelaksanaan UAN, dan sebagai pelaksanaan dari apa yang diamanahkan
oleh Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 58, Ayat (2) serta
pelaksanaan dari Pasal 66 ayat (1), Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 yang menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan
untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi
dan dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional. Hal ini sejalan dengan Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa penyelenggara
Ujian Nasional adalah Lembaga Independen. Dalam pelaksanaannya BSNP
menyelenggarakan Ujian Nasional yang harus diikuti oleh peserta didik pada
setiap satuan pendidikan jalur formal. Pendidikan dasar dan menengah, serta
jalur non formal kesetaraan. Dalam menyelenggarakan ujian nasional ini BSNP
akan bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan pemerintah, pemerintah
propinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta satuan pendidikan.
Pelaksanaan Ujian Nasional tahun pelajaran 2006/2007 didasarkan pada
Peraturan Menteri Pandidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2006. Dalam peraturan
tersebut dijelaskan bahwa standar kompetensi lulusan atau SKL merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang disusun sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006. Adapun Standar Isi
mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang standar isi.
Dengan mempertimbangkan bahwa dalam pengembangan pembelajaran di
berbagai sekolah di Indonesia masih menggunakan kurikulum yang bervariasi, di
mana sebagian sekolah masih menggunakan Kurikulum 1994, ada sekolah yang
secara bertahap menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada
kelas tertentu dan kelas yang lain masih menggunakan kurikulum 1994, ada pula
sekolah yang secara keseluruhan telah melaksanakan KBK, dan ada sekolah yang
telah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan
mulai diberlakukannya PP 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, maka dalam
sosialisasi pelaksanaan Ujian Nasional telah pula dijelaskan bahwa; soal-soal
ujian yang dikembangkan untuk Ujian Nasional Tahun 2007, didasarkan pada
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 33
irisan antara: (1) Kurikulum Berbasis Kompetensi, (2) Kurikulum 1994, dan (3)
Standar Isi, yang secara visual dapat digambarkan berikut ini.
KURIKULUM
1994
KBK
KTSP/
STANDAR ISI
2 - 34 Unit 2
selalu akan menjadi pusat perhatian, namun tetap selalu menjadi permasalahan
yang tak kunjung terjembatani.
Persoalan sebenarnya bukan ujian nasional itu sendiri, tetapi perlu
kajian dari berbagai sudut pandang diantaranya, adalah: (1) ketidaksiapan siswa,
guru ataupun sekolah menghadapi kenyataan dari “cermin prestasi diri” yang
disebut ujian nasional tersebut, (2) proses pendidikan yang selama ini
berlangsung banyak memberi kemudahan, termasuk dalam pembelajaran, yang
menyebabkan banyak pihak baik siswa, guru maupun orang tua yang terbuai oleh
keberhasilan semu yang berupa angka-angka yang bisa dibuat oleh siapa saja, (3)
adanya kecenderungan umum bahwa evaluasi yang kehilangan makna, karena
evaluasi yang seharusnya menjadi sarana atau cermin kemampuan diri, selama
ini bukan lagi menjadi sarana tetapi menjadi tujuan. Proses pembelajaran di
tahun akhir program satuan pendidikan lebih diarahkan pada persiapan
menghadapi ujian dengan drill soal, bukan giat untuk pencapaian standar
kompetensi yang dipersyaratkan dan bahkan mungkin dengan menghalalkan
berbagai cara membocorkan soal, membantu siswa mengerjakan soal ujian. Yang
paling utama adalah sikap mental mencari jalan pintas menjadi sebab dari semua
persoalan di atas. Meskipun perlu pula mengakomodasi pendapat yang
menyatakan bahwa ujian nasional belum merupakan langkah evaluasi yang
terbaik dan perlu dikaji ulang dalam prosedur dan teknik pelaksanaan atau
perubahan fungsinya yang demikian mutlak. Misalnya saja ujian nasional tetap
dilaksanakan dengan kriteria ketuntasan yang terus ditingkatkan, tetapi fungsinya
bukan penentu kelulusan, tetapi lebih diarahkan pada pemetaan kualitas sekolah.
Hanya saja kriteria dan hasil pemetaan harus disosialisasikan secara transparan
dan akuntabel agar masyarakat, dapat menentukan pilihan dan tidak terkecoh
oleh nilai kelulusan yang bersifat lokal. Memang ada 1001 alasan untuk gagal,
tetapi dibutuhkan hanya satu keputusan untuk sukses, yaitu kerja keras dan
kesungguhan.
Selanjtnya, yang perlu mendapat perhatian adalah upaya sosialisasi dan
penyadaran kepada semua stakeholder tentang pemahaman fungsi UNAS dan
Standar Kompetensi Lulusan kepada siswa, orang tua guru maupun semua staf
sekolah. Agar semua termotivasi untuk mengarahkan pembelajaran ke
pencapaian standar kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa; orang tua
akan memotivasi dan membimbing belajar anaknya, guru akan mengoptimalkan
proses pembelajarannya untuk membelajarkan siswa mencapainya, demikian
juga seluruh staf sekolah maupun berbagai pihak terkait. Bila secara nyata
standar kompetensi ini telah tercapai, kapanpun di evaluasi, siapapun yang
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 35
melakukan evaluasi, bentuk soal manapun, termasuk penyelenggaraan UNAS
bukan lagi menjadi permasalahan yang besar.
Tes Formatif 4
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 4. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
Pro dan kontra pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang diselenggarakan pemerintah,
terus bermunculan.
a. Analisislah sikap pro dan kontra yang ada di lingkungan kabupaten daerah Anda
dengan segala kelebihan dan kelemahan masin-masing!
b. Analisislah juga kekurangan atau kecurangan yang saudara ketahui dalam
pelaksanaan UNAS!
2 - 36 Unit 2
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 37
3. Landasan Yuridis
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 57 Ayat (1) dan Ayat (2)
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 58 Ayat (1) dan Ayat (2)
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Pasal 63, Ayat (1) yang menyatakan
bahwa penilaian pendidikan khususnya penilaian hasil belajar peserta didik
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) penilaian hasil
belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (3)
penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
4. BSNP adalah lembaga independen yang diberi tugas pemerintah untuk mengawal
pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan, anggotanya terdiri dari 15 orang pakar
di bidangnya masing-masing. Anggota BSNP terdiri atas ahli-ahli di bidang
psikometri, evaluasi pendidikan, kurikulum, dan manajemen pendidikan yang
memiliki wawasan, pengalaman, dan komitmen untuk peningkatan mutu
pendidikan.. BSNP dapat membentuk panitia ad hock sesuai dengan kebutuhan.
5. BSNP mempunyai kewenangan untuk:
a. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan;
b. menyelenggarakan ujian nasional;
c. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dalam
penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Tes Formatif 2
2 - 38 Unit 2
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yakni keputusan diambil
berdasar apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran.
c. Penilaian dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan.
d. Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran, program remidi dan pengayaan.
e. Penilaian harus sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dengan proses pembalajaran.
5. Menganalisis kesenjangan antara evaluasi yang sudah Anda lakukan di kelas
dengan ketentuan BSNP sesuai dengan kondisi masing masing sekolah.
Tes Formatif 3
Tes Formatif 4
Berupa tugas untuk menganalisis pelaksanaan UNAS di daerah masing-masing.
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 39
DAFTAR PUSTAKA
2 - 40 Unit 2
Glosarium
Asesmen pembelajaran di SD 2 - 41
Learning journal : atau jurnal belajar adalah prosedur self-report
(laporan diri) dimana siswa membuat catatan-
catatan personal dan bersifat naratif terkait dengan
aspek-aspek materi atau bidang studi yang
dipelajarinya yang memiliki nilai dan relevansi
khusus bagi dirinya. Catatan-catatan itu bisa hasil
dari pengamatan, perasaan, dan pendapat pribadi
dalam merespon apa yang dibaca, dilihat, dan
dialaminya
Standar nasional pendidikan : adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Standar isi : adalah ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar Kompetensi Lulusan : adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar Kompetensi : adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta
Kelompok Mata Pelajaran didik pada setiap kelompok mata pelajaran.
Standar Kompetensi Mata : adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta
Pelajaran didik yang menggambarkan penguasaan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester
untuk mata pelajaran tertentu
Struktur kurikulum : adalah merupakan pola dan susunan mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
pada satuan pendidikan dalam kegiatan
pembelajaran.
2 - 42 Unit 2
Unit 3
STRATEGI DAN PROSEDUR PENILAIAN
Estu Widodo
Pendahuluan
formatif di akhir unit ini. Akan tetapi, diupayakan jangan melihat kunci
jawaban sebelum Anda menyelesaikan semua soal yang disediakan.
Pada unit ini Anda juga disediakan bahan ajar non cetak melalui web yang
bisa Anda akses, sedangkan video tidak diperlukan dalam unit ini. Semoga Anda
berhasil menyelesaikan Unit 3 dengan baik.
Selamat Belajar
3-2 unit 3
Subunit 1
Langkah-Langkah Pokok
Asesmen Pembelajaran
Pengantar
A nda telah mempelajari bahwa proses asesmen tidak bisa dipisahkan dengan
proses pembelajaran. Bahkan proses asesmen itu sendiri harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran sehingga hasil akhir dari asesmen akan mendorong lahirnya
berbagai keputusan dan kebijakan yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Oleh karena itulah Anda harus benar-benar memahami sejumlah langkah pokok
yang harus Anda lakukan agar tujuan dilakukannya asesmen bisa tercapai.
LATIHAN 3.1:
1. Menurut Anda apakah kegiatan asesmen pembelajaran perlu
direncanakan? Mengapa?
2. Menurut pengalaman dan pengamatan Anda, apa yang perlu
dipersiapkan seorang guru yang hendak melakukan asesmen
pembelajaran?
Tulis jawaban Anda di buku belajar, selanjutnya ikutilah uraian materi. Tulis
jawaban Anda di buku belajar. Jangan lupa cocokkan jawaban Anda dengan materi
bahasan.
Mungkin sebagian dari jawaban Anda sama dengan bahasan berikut, dan
sebagian yang lain berbeda. Bila itu yang terjadi, bisa jadi karena Anda mempunyai
pengalaman yang berbeda, atau Anda melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.
Saudara, tentunya Anda setuju bahwa dalam melakukan asesmen proses dan hasil
pembelajaran ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Dari berbagai
3-4 unit 3
(f). Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau evaluasi (kapan,
berapa kali, dan berapa lama).
(g) Mereviu tugas-tugas asesmen
Setelah Anda menyusun tugas asesmen, seyogyanya Anda meminta
bantuan pihak lain untuk mencermatinya sebelum mencantumkannya pada
instrumen asesmen. Dengan meminta bantuan pihak lain, Anda akan
mengetahui apakah kalimat Anda bisa dipahami orang lain, apakah struktur
kalimat yang kita gunakan sudah tepat, apakah tidak terjadi pengulangan, dan
seterusnya.
3-6 unit 3
- (meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor);
- memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan;
- dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati;
- menggunakan kata kerja operasional.
Lalu, tahukah Anda dengan yang dimaksud indikator? Indikator pada
hakekatnya adalah ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang
berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Oleh karena
itu indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, membedakan, menghitung,
menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan, mendemonstrasikan,
dan mendeskripsikan.
Tahukah Anda siapa yang mengembangkan indikator pencapaian hasil
belajar? Ya, Anda lah sebagai guru yang mengembangkan dengan
memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik, bahkan
kondisi daerah dan sekolah masing-masing. Anda bisa mengembangkan setiap
kompetensi dasar menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar.
Hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut.
Indikator-indikator yang Anda buat itulah pencapaian hasil belajar dari setiap
kompetensi dasar yang digunakan untuk melakukan penilaian.
b. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi penilaian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan
perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Di dalam silabus, harus jelas keterkaitan antara SK, KD, materi
pokok/materi pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar di satu sisi, dengan
indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik penilaian dan
bentuk instrumen yang digunakan.
Di bawah ini ada beberapa contoh format kisi-kisi penilaian
menurut Badan Standar Nasional Pendidikan.
Contoh 2:
Silabus Pembelajaran
Sekolah : ...............................
Mata Pelajaran : ...............................
Kelas/Semester : ................................
Standar Kompetensi: .........................................
Kompetensi Materi Pokok/ Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber
Dasar Materi Pembelajaran Pencapaian Teknik Bentuk Waktu Belajar
Pembelajaran Penilaia Instrume
3-8 unit 3
E. Skenario/Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1: .............................................
Pertemuan 2: ............................................. dst.
F. Sumber Belajar
G. Penilaian
3 - 10 unit 3
asesmen yang memungkinkan Anda dapat memberikan umpan balik yang
bermakna terhadap pembelajar.
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 11
keputusan yang didasarkan pada informasi hasil asesmen, sejumlah
kelemahan atau keterbatasan yang ada harus tetap diperhitungkan.
Senada dengan penjelasan di atas, ada beberapa pakar menyebutkan
beberapa karakteristik yang harus dimiliki prosedur asesmen dan penting untuk
dipertimbangkan manakala Anda hendak menentukan desain asesmen dan
pemilihan prosedur asesmen yang tepat adalah:
- sesuai dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dan
memberikan hasil yang berguna.
- memiliki kualitas teknik yang baik, artinya secara statistik valid dan reliabel
- komprehensif, mengukur seluruh skills yang terkait.
- dipilih berdasarkan kebutuhan siswa secara individu. Asesmen yang tidak
diperlukan harus dihindari.
- efektif dan efisien (pelaksanaan, penskoran, dan interpretasi).
- asesmen yang bersifat khusus dan lebih mendalam hanya dilakukan untuk
permasalahan yang telah teridentifikasi.
- mencakup asesmen tentang dimensi utama: siswa, tugas belajar, dan
lingkungan belajar.
- mengukur seberapa jauh siswa mengetahui dan bagaimana siswa mengerjakan
tugas.
- disusun dari yang umum ke yang khusus dan saling terkait.
- prosedur tidak boleh membeda-bedakan atas dasar ras, jenis kelamin, bahasa,
agama, dsb.
LATIHAN 3.2:
1. Apakah ada perbedaan aspek-aspek yang dinilai antara pembelajaran
di SD dan Sekolah Lanjutan? Berikan sebuah contoh!
2. Apakah yang menyebabkan perbedaan tersebut?
3 - 12 unit 3
Tulis jawaban Anda pada buku catatan, dan lanjutkan dengan membaca
bahasan berikut sambil mencocokkan jawaban Anda. Setelah mengkaji beberapa
bahasan terhadulu, tentunya Anda sudah paham bahwa asesmen yang Anda lakukan
sangat tergantung dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu prosedur
asesmen yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak akan berbeda dengan asesmen
yang dilakukan di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, hingga Perguruan Tinggi.
Untuk siswa Sekolah Dasar, kegiatan asesmen sebagian besar dilakukan
dengan cara:
a. Melakukan observasi atau pengamatan terhadap berbagai kegiatan praktik
dan memecahkan masalah yang dilakukan secara formal.
b. Melakukan kegiatan lisan, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung
dengan anak.
c. Melakukan kegiatan tertulis, baik dengan cara mengajukan pertanyaan
secara langsung maupun menulis.
d. Memberikan tes, baik sifatnya informal (disusun oleh guru) maupun yang
formal (Black, et. al., 1989 dalam Conner, 1991)
Sementara itu, menurut Duncan dan Dunn (1985), sebagaimana dikutip oleh
Conner (1991), fokus asesmen yang dilakukan di sekolah dasar adalah:
a. pemerolehan beraneka macam pengetahuan, konsep, dan prinsip.
b. kemampuan mengaplikasikan konsep dan prinsip ke dalam situasi baru.
c. kemampuan berkomunikasi.
d. kemampuan memecahkan masalah.
e. pengembangan sikap (Duncan dan Dunn, 1985).
Beberapa bentuk asesmen yang biasa digunakan di sekolah dasar adalah sebagai
berikut.
Yang dilakukan oleh siswa:
1. kegiatan menulis (menguraikan secara mendalam, melengkapi
kalimat, pilihan berganda - menggunakan huruf dan angka),
2. kegiatan menggambar (benda, diagram, peta),
3. kegiatan lisan dan aural (menggunakan indera pendengaran),
4. kegiatan fisik/perilaku/unjuk kerja (menunjukkan pemahaman
dengan melakukan sesuatu),
5. kegiatan evaluasi diri (profil).
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 13
uraian, mendengarkan, bercakap-cakap, melakukan diskusi)
2. asesmen formal melalui tes, kuis, kegiatan terstruktur, tes yang
dipublikasikan, inventori, skala rating (rating scale) dan checklist,
3. observasi atau pengamatan.
Rangkuman
3 - 14 unit 3
Beberapa Prinsip dalam Menentukan Prosedur Asesmen
a. Sasaran pembelajaran yang akan dinilai asesmen harus jelas.
b. Teknik-teknik asesmen yang Anda pilih harus benar-benar sesuai dengan
masing-masing sasaran pembelajaran.
c. Teknik-teknik asesmen yang dipilih harus benar-benar memenuhi kebutuhan
pembelajar.
d.Jika memungkinkan, untuk masing-masing sasaran pembelajaran harus
digunakan berbagai indikator prestasi pembelajar.
e. Ketika Anda menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap hasil
asesmen, Anda harus mempertimbangkan kelemahan-kelemahannya.
Tes Formatif
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Siapakah yang mengembangkan indikator pencapaian hasil belajar?
Bagaimanakah caranya?
2. Ada lima aspek yang menjadi fokus asesmen pembelajaran di Sekolah Dasar.
Sebutkan!
3. Benarkah ketika kita menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap hasil
asesmen kita juga harus mempertimbangkan kelemahan-kelemahannya?
Jelaskan jawaban Anda!
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 15
Subunit 2
Pengantar
1. Teknik Tes
Jenis-jenis Tes
Berbicara mengenai tes yang dapat dipergunakan di sekolah tentunya Anda
semua mempunyai segudang pengalaman. Untuk menyegarkan kembali ingatan
Anda, sebaiknya cobalah pertanyaan berikut.
LATIHAN 3.3:
1. Jenis-jenis tes apakah yang pernah Anda kenal ketika Anda duduk di
bangku Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan?
2. Apa yang mendasari lahirnya berbagai jenis tes?
Anda pasti setuju bahwa sesungguhnya ada banyak jenis tes baik yang
dipergunakan di Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan maupun di Perguruan Tinggi.
Ada beberapa jenis tes yang bisa dipergunakan untuk ketiga jenjang tersebut,
namun ada juga beberapa jenis tes yang hanya dapat dipergunakan untuk jenjang
tertentu. Oemar Hamalik (1989) menyebutkan beberapa jenis tes yang bisa
digunakan di Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan, dan Perguruan Tinggi.
Tes yang digunakan di Sekolah Dasar
a. Tes Membaca
Di Sekolah Dasar, tes membaca memperoleh tempat yang paling utama
karena kecakapan membaca (reading skill) mempunyai peran kunci untuk
3 - 16 unit 3
memperoleh segala macam pengetahuan. Meskipun alat dan sumber belajar yang
dapat digunakan peserta didik semakin beraneka ragam (seperti televisi, radio,
situs bersejarah, dan sebagainya), namun buku dan berbagai macam sumber
bacaan lainnya tetap menempati prioritas tertinggi di dalam upaya
mengembangkan ilmu pengetahuan. Kenyataan menunjukkan bahwa kecakapan
membaca yang semakin baik untuk memahami berbagai sumber bacaan semakin
diperlukan ketika seseorang menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi. Hal inilah yang mendasari pentingnya sedini mungkin mengidentifikasi
kemampuan membaca peserta didik.
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 17
yang dihadapi peserta didik sifatnya sangat pribadi, maka tes intelegensi
individual menjadi sebuah pilihan yang tepat.
3 - 18 unit 3
Inventori kepribadian dan penyesuaian diri digunakan untuk kepentingan
bimbingan dan penyuluhan individu siswa tertentu. Oleh karena itulah tes ini
hanya.
2. Teknik Non Tes
Saudara, sebelum kita mengkaji bahasan mengenai teknik non tes lebih jauh,
sebaiknya Anda menjawab pertanyaan berikut.
LATIHAN 3.4:
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman Anda, adakah kegiatan asesmen
pembelajaran yang dilakukan tanpa bermaksud “menguji” peserta didik?
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 19
itulah mengamati para siswa ketika mereka sedang beraktivitas atau menjawab
soal-soal yang Anda berikan merupakan salah satu prosedur yang sangat
penting.
Jika Anda sebagai guru ingin menggunakan observasi sebagai alat
asesmen, maka Anda harus benar-benar memahami tentang:
- dasar-dasar observasi.
- bagaimana mempersiapkan observasi.
- bagaimana melakukan observasi.
- bagaimana merangkum data sehingga bisa digunakan oleh para
siswa dan para stakeholder lain.
3 - 20 unit 3
Kedua, Anda perlu mengajarkan setiap social skill kepada para siswa.
Tunjukkan pentingnya keterampilan yang akan mereka pelajari dan
perlunya memiliki keterampilan tersebut. Ciptakan situasi praktik di mana
para siswa dapat menggunakan keterampilan itu. Jangan lupa memberi
umpan balik (feedback).
Sebagaimana telah banyak dibahas di bagian lain buku ini, asesmen bisa
dilakukan terhadap proses maupun hasil belajar. Namun demikian, asesmen
terhadap proses kurang begitu dipahami oleh sebagian dari mereka yang
berkecimpung di dunia pendidikan. Oleh karena unit ini memberi perhatian yang
lebih besar mengenai prosedur asesmen proses belajar.
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 21
Sebenarnya observasi merupakan proses yang alami karena kita semua
sering melakukannya baik secara sadar maupun tidak sadar di dalam kehidupan
sehari-hari. Di dalam kelas, guru seringkali harus melihat, mengamati dan
melakukan interpretasi. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun kita
melakukan asesmen terhadap orang lain. Pentingnya kegiatan observasi di
dalam kegiatan asesmen membuat guru harus belajar mempertanyakan
judgement atau penilaian kita, bertindak secara reflektif dan menggunakan
komentar orang lain sebagai informasi untuk membantu kita membuat
judgement yang lebih reliabel, jadi bukan menggunakan komentar orang lain
sebagai kritik yang sifatnya personal.
Dalam kehidupan sehari-hari judgement yang kita buat tidak selalu akurat
terutama jika informasi atau bukti yang kita miliki tidak cukup. Namun sebagai
guru yang profesional Anda harus mempunyai cukup informasi sebagai dasar
bagi Anda untuk membuat judgement. Oleh karena itu para guru harus terus
mengembangkan praktik membuat judgement dalam kegiatan di kelas sehari-
hari sehingga judgement yang dibuat bisa seabsah mungkin (Dean, 1990).
3 - 22 unit 3
Jenis-jenis Observasi
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 23
• Open Observation (Observasi Terbuka dan Tidak Spesifik)
Banyak dari upaya untuk melakukan observasi di kelas termasuk dalam jenis
ini. Observasi ini memberi kesempatan untuk melihat dan mengamati apa
yang sedang terjadi. Contoh observasi terbuka adalah manakala seorang guru
mengamati bagaimana anak-anak berpindah-pindah mengelilingi ruangan,
bagaimana mereka menggunakan berbagai fasilitas yang ada, apa yang
menyebabkan kesulitan bagi mereka dan mengganggu kelancaran belajar
mereka. Kemudian guru tersebut membuat sebuah diagram skala dari ruang
beserta perabotannya, dan bersama anak-anak membuat model penataan
alternatif atau layout yang memungkinkan, sambil mencoba beberapa
kemungkinan. Selanjutnya guru memusatkan perhatiannya pada beberapa
efek dari sejumlah perubahan yang dilakukannya, termasuk keberhasilan dia
melibatkan anak-anak dalam observasi tersebut. Ternyata hal tersebut
memberi mereka banyak informasi.
Merekam Anekdot
Observasi kelas merupakan sumber informasi yang penting di dalam evaluasi. Agar
mudah mengamati dan mencatat apa yang terjadi di dalam kelas guru bisa
menggunakan selembar kertas yang cukup lebar dan selanjutnya menuliskan nama-
nama siwa yang diletakkan dalam kotak-kotak yang telah dibuat sebelumnya.
Lembar observasi seperti itu memiliki sejumlah kelebihan, antara lain membantu
guru untuk mengetahui apakah yang terjadi di kelas untuk masing-masing siswa
sudah tercatat dengan baik. Dengan demikian kotak yang berisi nama-nama siswa
bisa terus diisi dengan catatan baru dan guru pun bisa membagi perhatiannya pada
kotak-kotak yang belum terisi secara optimal yang berarti ada aspek-aspek dari
kegiatan siswa tertentu yang belum tercatat. Selain itu, ruangan tempat mencatat
yang terbatas harus menjadi pertimbangan sehingga catatan yang sifatnya ringkas
dan teratur lebih diutamakan.
3 - 24 unit 3
b. Interviews (interviu)
Ciri-ciri:
- Dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah
diakses dengan cara lain.
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 25
c. Angket
Ciri-ciri:
- Dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah
diakses dengan cara lain.
- Hasilnya berupa data deskriptif.
- Biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires).
3 - 26 unit 3
e. Task Analysis (Analisis Tugas)
Ciri-ciri:
- Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu
tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai.
- Hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang
diperlukan.
f. Checklists dan Rating Scales
Ciri-ciri:
- Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi
terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain.
- Data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif,
tergantung format yang dipergunakan.
Checklists
Setidaknya ada dua manfaat yang bisa Anda peroleh dengan adanya
checklists. Pertama checklist dapat membantu Anda untuk mengingat-ingat
apa yang harus diamati. Kedua, Anda juga dapat menggunakan checklist untuk
memberi informasi kepada para stakeholder lainnya mengenai jenis-jenis
perilaku yang diamati. Oleh karena itulah, membuat atau merumuskan sebuah
checklist sebenarnya membantu Anda menentukan secara tepat perilaku apa
saja yang menunjukkan pembelajaran yang berhasil untuk konteks tertentu.
Namun demikian, yang harus diwaspadai adalah kemungkinan perilaku
penting justru belum tercakup di dalam checklist yang Anda buat, sehingga
Anda tidak boleh terbatasi oleh apa yang sudah tertulis pada checklist tersebut.
Rating Scales
Rating scales memiliki sejumlah kelebihan dan kelemahan seperti yang
ada pada checklists. Metode ini dapat membuat guru semakin mudah dalam
mencatat frekuensi atau kualitas perilaku tertentu. Namun sisi lain yang harus
diwaspadai adalah bahwa rating dengan menggunakan angka mau tidak mau
mengharuskan Anda melakukan penjumlahan antar perilaku, yang
menghasilkan “skor” observasi.
Hal semacam itu bisa dianggap sebagai sesuatu yang tidak bijak karena
hal tersebut mensyaratkan bahwa daftar butir-butir pada skala itu bersifat
menyeluruh dan masing-masing perilaku itu mempunyai nilai yang setara.
Namun yang perlu dicatat bahwa checklists dan rating scales sangat baik
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 27
digunakan untuk membuat penilaian kualitatif. Kedua cara pengumpulan
tersebut bisa dikembangkan bersama dengan anak-anak yang akan kita nilai.
g. Portofolio
Ciri-ciri:
- Siswa menjabarkan tugas atau karyanya.
- Memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari dan
dicapai siswa
3 - 28 unit 3
• dibuat oleh siswa secara individu.
• bisa dibuat oleh siswa secara individu dengan masukan dan bantuan
dari kelompok cooperative learning.
• atau dibuat oleh siswa di dalam kelompok, sehingga hasilnya ada
yang sifatnya individual atau sebagai anggota kelompok dan ada pula
yang kelompok (cooperative base groups).
Langkah kedua: mengatur portofolio selama satu semester atau selama suatu
pelajaran disajikan dengan cara-cara berikut.
1. Proses Portofolio
Guru menjelaskan kepada siswa kategori dari sampel kerja (work sample)
yang akan ditulis atau dimasukkan ke dalam portofolio.
2. Rubrik
Guru atau pihak sekolah mengembangkan rubrik untuk menilai sampel kerja
(work sample) yang dilakukan atau dikerjakan siswa.
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 29
3. Tugas
Siswa menyelesaikan tugas. Mereka diberitahu bahwa sebagian atau seluruh
dari tugas itu akan dimasukkan ke dalam portofolio akhir. Semua tugas bisa
disimpan di dalam sebuah “portofolio kerja” selama masa penskoran.
4. Evaluasi Diri
Siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kualitas dan kuantitas kerja
dan kemajuan dikaitkan dengan tujuan belajarnya.
Langkah ketiga: mengatur dan menjalankan proses portofolio pada akhir masa
penskoran.
1. Anda sebagai guru menentukan jumlah dan jenis produk yang akan
dimasukkan ke dalam portofolio akhir.
2. Siswa memutuskan apa saja yang akan dimasukkan ke dalam portofolio
mereka.
3. Siswa menggambarkan kemajuan yang telah dilakukan dalam mencapai
tujuan belajar selama masa penskoran.
4. Kelompok cooperative learning menggambarkan kemajuan yang telah
dicapainya selama masa penskoran.
5. Guru melakukan evaluasi sumatif. Dalam kesempatan ini guru memberikan
nilai atau skor.
6. Konferensi, yang bisa dilakukan oleh:
- siswa dan guru,
- siswa dan kelompok cooperative learning,
- siswa (dan kelompok cooperative learning) dan orang tua (disertai
guru),
- siswa dan pengunjung/tamu pada pameran portofolio.
3 - 30 unit 3
menimbulkan permasalahan tersendiri di dalam proses asesmen terutama
di sisi guru, karena Anda harus membaca komposisi satu per satu, selain juga
mendengarkan semua presentasi satu demi satu disertai dengan memberikan umpan
balik (feedback) yang bermanfaat bagi mereka. Untuk itulah penggunaan kelompok
cooperative learning untuk melakukan asesmen performa anggota kelompok
tersebut dapat mencapai empat tujuan sekaligus pada kesempatan yang sama.
Kelompok cooperative learning memungkinkan para siswa sering terlibat di dalam
unjuk kerja, menerima umpan balik secara langsung dan mendetil atas segala
upaya yang dilakukan, mengamati dari dekat penampilan teman-temannya untuk
mengetahui apa yang baik dan apa yang masih kurang.
Salah satu aspek standar pada setiap bidang studi adalah membuat para siswa
kreatif dan memiliki daya cipta dalam mengintegrasikan berbagai
pengetahuan (knowledge) dan kecakapan (skills). Hal ini menjadi sangat
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 31
penting manakala Anda sebagai guru ingin menilai multiple
intelligences siswa dan kemampuan mereka melakukan berbagai prosedur
yang kompleks di dalam proses pembelajaran. Proyek memang
memungkinkan siswa untuk menggunakan beraneka macam cara belajar.
Dengan diterapkannya cooperative learning melalui kelompok-kelompok
menjadikan proyek benar-benar lebih kompleks dibandingkan jika siswa
melakukan kegiatan belajar sendiri.
3 - 32 unit 3
Sejumlah langkah di atas diperuntukkan untuk proyek individu. Sedangkan
untuk proyek kelompok ada sedikit penambahan langkah. Disamping melakukan
langkah-langkah di atas, prosedur proyek kelompok juga mencakup:
1. Para siswa diberi tugas sebuah proyek awal dan ditempatkan dalam
kelompok-kelompok cooperative learning untuk menyelesaikannya.
2. Kelompok mengerjakan dan menyelesaikan proyek. Pastikan seluruh
anggota kelompok memberikan kontribusinya, membuat
kesepakatan, dan dapat menjelaskan hasilnya. Anda sebagai guru
secara sistematis mengamati masing-masing kelompok dan
memberikan umpan balik serta arahan.
3. Kelompok menyerahkan laporan kepada guru; masing-masing
menyajikan hasilnya kepada teman-teman di luar kelompoknya.
Dalam kesempatan ini, masing-masing anggota bisa dites terkait
dengan content proyek.
4. Tugas yang telah diberikan itu bisa Anda kembangkan lagi dengan
menyajikan prosedur, konsep, atau teori yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek tersebut. Siswa bisa diminta untuk
menerapkan apa yang baru saja dipelajarinya ke dalam sebuah
proyek yang lebih kompleks.
Rangkuman
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 33
Tes Formatif 2
Berikan tanda silang pada Huruf B, jika pernyataan berikut benar, atau pada Huruf S,
jika pernyataan itu salah.
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap betul.
5) Peran guru sangat penting pada saat portofolio digunakan untuk asesmen, terutama ...
A. sebelum pembelajaran.
B. selama pembelajaran atau pada saat penskoran.
C. segera setelah unit pembelajaran atau masa penskoran.
D. jawaban A, B, dan C benar.
6) Yang tidak termasuk kegiatan mempersiapkan observasi adalah ...
A. mewawancarai siswa yang hendak kita observasi.
B. menentukan kegiatan atau tindakan yang akan diobservasi.
C. menentukan siapa yang akan mengobservasi.
D. menentukan rencana sampling.
7) Di antara pernyataan-pernyataan berikut yang tidak sesuai dengan proyek adalah
…
A. pengetahuan dan keterampilan peserta didik dapat diintegrasikan.
B. bisa digunakan dengan cooperative learning.
C. kurang dapat membangkitkan kreativitas dan daya cipta peserta didik.
D. bisa digunakan untuk individu maupun kelompok.
8) Kegiatan asesmen untuk siswa SD sebagian besar dilakukan
dengan cara …
A. Melakukan tanya jawab secara langsung dengan anak
B. Memberikan tes, baik sifatnya informal maupun yang formal
C. Mengamati kegiatan memecahkan masalah yang dilakukan siswa
D. Jawaban A, B, dan C benar.
3 - 34 unit 3
Kunci Jawaban
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 35
Daftar Pustaka
Conner, Colin. (1991). Assessment and Testing in the Primary School. Hampshire:
The Falmer Press.
Nitko, A.J. and S.M. Brookhart. (2007). Educational Assessment of Students. Fifth
Edition. New Jersey: Pearson.
3 - 36 unit 3
Glosarium
Asesmen pembelajaran di SD 3 - 37
Rubrik : indikator-indikator dari suatu kriteria dengan tingkatan
yang berbeda-beda untuk menilai kinerja.
Social skills : keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk
berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
Stakeholders : orang-orang atau sekelompok orang yang berkepentingan
dengan hasil asesmen, biasanya karena mereka akan
terpengaruh oleh adanya keputusan yang dibuat
berdasarkan hasil asesmen. Biasanya mereka memiliki
keterlibatan atau investasi di dalam suatu organisasi.
3 - 38 unit 3
Unit 4
MENGEMBANGKAN TES SEBAGAI
INSTRUMEN EVALUASI
Endang Poerwanti
Masduki
PENDAHULUAN
4-2 Unit 4
Subunit 1
Pengertian dan Jenis Tes Sebagai
Instrumen Asesmen
Pengantar
s audara, setelah kita mengetahui hakekat tes, yaitu sebagai alat ukur, perlu
kiranya kita membahas jenis-jenis tes. Perlu kita bersama mengetahui bahwa
para ahli dalam bidang tes tidak semuanya seragam dalam mengklasifikasikan tes.
Heaton (1988), misalnya, membagi jenis tes menjadi 4 bagian utama, yaitu: (1) tes
hasil belajar (achievement test), (2) tes penguasaan (proficiency test), (3) tes bakat
(aptitude test), dan (4) tes diagnostik (diagnostic test). Sementara itu, Brown (2004)
melengkapi satu lagi jenis tes terhadap penggolongan yang telah dilakukan oleh
Heaton, yaitu tes penempatan (placement test). Nampaknya, penggolongan jenis tes
tersebut hanya mengacu kepada satu kriteria saja yaitu tujuan penyelenggaraan tes.
Saudara diajak untuk mencermati pembagian jenis-jenis tes. Pembagian yang ia
tawarkan nampak lebih luas dan rinci dengan mengacu pada sejumlah criteria.
Kriteria yang dapat digunakan untuk membedakan jenis tes meliputi: 1) tujuan
penyelenggaraan, 2) tahapan/waktu penyelenggaraan, 3) cara mengerjakan, 4) cara
menyusun, 5) bentuk jawaban, 6) cara penilaian, dan 7) acuan penilaian. Uraian
tentang jenis tes berikut dilengkapi dengan uraian mengenai arti, cakupan,ciri-ciri
serta contohnya
1. Pengertian Tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang
harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas
yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek
tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah
indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu “testum”
yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir,
batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan
untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan
mengukur dan menemukan peserta Tes yang memenuhi kriteria tertentu. Cronbach
(dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for
4-4 Unit 4
proses pembelajaran yang berupa kemampuan awal yang diperlukan untuk mengikuti
proses pembelajaran, (2) sejauhmanakah kemampuan dan keterampilan yang telah
dicapai peserta didik terhadap pembelajaran yang direncanakan. Keduanya akan
menentukan keputusan guru dalam merancang materi dan metode pembelajaran yang
direncanakan.
Tes dapat pula digunakan selama proses pembelajaran (tes formatif). Tes
formatif dapat diberikan baik dalam bentuk tes tulis maupun tes lisan, baik dengan
jawaban uraian maupun tes obyektif.
Tes formatif yang diberikan guru pada akhir pembelajaran ditujukan untuk
mengetahui apakah kompetensi dasar yang dirumuskan dalam program pembelajaran
(satuan pembelajaran) telah tercapai atau belum. Jadi, fungsi tes pada akhir
pembelajaran adalah untuk mengukur daya serap siswa pada materi pembelajaran.
Sehingga guru dapat merencanakan tindak lanjut terhadap rencana, proses, media,
metode, dan suasana pembelajaran. Seperti penilaian selama proses keputusan akhir
pembelajaran dapat berasal dari informasi tes obyektif atau tes subyektif.
2. Jenis-jenis Tes
Bila kita membahas jenis-jenis tes, Anda akan dapat mencermati dalam lima
jenis atau cara pembagian yaitu:
a. Pembagian jenis tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan.
b. Jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan.
c. Pembagian jenis tes berdasarkan cara mengerjakan.
d. Pembagian jenis tes berdasarkan cara penyusunan.
e. Pembagian jenis tes berdasarkan bentuk jawaban.
Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut.
Saudara, Anda bisa memahami hakekat dari tes seleksi ini dari arti kata “seleksi”
itu sendiri, yaitu memilih. sederhana bukan? Jadi, tes seleksi diselenggarakan
untuk memilih peserta guna diikutsertakan dalam kegiatan yang menuntut
kemampuan tertentu. Penentuan jenis kemampuan dan tingkat penguasaan pada
tes seleksi, sepenuhnya tergantung pada kebutuhan akan kemampuan yang
dibutuhkan untuk dapat mengikuti kegiatan. Dengan demikian, berdasarkan
hasil tes seleksi, seseorang dapat dinyatakan diterima atau berhasil dan tidak
diterima atau tidak lolos untuk mengikuti program kegiatan yang direncanakan.
Sebagai contoh, jika kita menyelenggarakan tes seleksi untuk pemandu wisata,
maka akan lebih baik menitikberatkan kemampuan berbicara daripada
kemampuan menulis.
Latihan
4-6 Unit 4
b) Tes Penempatan (Placement Test)
Tes hasil belajar tentu tidak lagi asing bagi Saudara. Brown (2004) memberikan
pengertian tes hasil belajar merupakan “a test to see how far students achieve
materials addressed in a curriculum within a particular time frame”. Hasil
belajar yang diungkap lewat tes hasil belajar dapat mengacu pada hasil
pengajaran secara keseluruhan pada akhir penyelenggaraan atau pada kurun
waktu tertentu.
Sebagai tes yang memfokuskan pada hasil yang telah dapat dicapai oleh suatu
bentuk pengajaran, tes hasil belajar memiliki kaitan yang erat dengan apa yang
telah diajarkan (kurikulum). Kaitan itu terutama dalam hal isi tes. Isi tes harus
secara jelas mencerminkan isi pengajaran yang secara nyata telah
diselenggarakan.
Apabila Saudara sebagai seorang guru pasti pernah mengembangkan tes. Tes
yang dikembangkan belum tentu memenuhi kualifikasi sebagai tes yang “baik”
dalam arti luas. Untuk mengetahui apakah tes yang dikembangkan bagus, perlu
serangkaian uji coba, untuk memperoleh informasi, tidak hanya tentang ciri-ciri tes
yang penting, seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, dan tingkat pembeda,
melainkan juga segi-segi lain, seperti kecukupan waktu, kejelasan tulisan maupun
perintah tes, dan lain sebagainya.
4-8 Unit 4
menentukan keberhasilan belajar dan untuk mengetahui keberhasilan proses
pembelajaran.
Kata dari “sumatif” adalah “sum” yang berarti “total obtained by adding
together items, numbers or amounts”. Dengan demikian, tes sumatif diselenggarakan
untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total). Konsekuensi dari tes
yang menekankan hasil pengajaran secara keseluruhan, maka item tes sumatif atau
bahan cakupannya meliputi seluruh materi yang telah disampaikan. Tes sumatif
diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Tingkat keberhasilan dinyatakan dengan skor atau nilai,
pemberian sertifikat, dan sejenisnya.
Saudara, secara umum, tes dapat dikerjakan secara tertulis dan secara lisan.
Selanjutnya, Saudara dapat mencermati pembahasan berikut ini.
a) Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal
maupun jawabannya, namun tes yang disampaikan secara lisan dan dikerjakan secara
tertulis masih digolongkan ke dalam jenis tes tertulis. Sebaliknya, tes yang soalnya
diberikan dalam bentuk tulisan sedangkan jawabannya berbentuk lisan tidak dapat
dikategorikan ke dalam bentuk tes tertulis.
Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam
bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu
penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi
informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.
Saudara, dari istilah yang digunakan saja, barangkali Anda sudah bisa
memperkirakan apa yang dimaksud dengan tes terstandar. Benar, tes terstandar
adalah tes yang dikembangkan dengan mengikuti prosedur serta prinsip
pengembangan tes secara ketat. Semua prosedur pengembangan tes dikuti sehingga
ciri-ciri tes sebagai alat ukur yang baik senantiasa dapat dipenuhi. Dengan demikian,
tingkat validitas, reliabilitas, kepraktisan, maupun daya beda sudah bukan menjadi
masalah lagi. Bagaimana cara mengembangkan tes sebagai alat ukur yang baik,
Saudara bisa membaca bagian lain dari Bahan Ajar ini.
4-10 Unit 4
5) Jenis Tes Berdasarkan Bentuk Jawaban
Saudara, jika kita melihat bentuk jawaban yang diberikan oleh peserta tes, kita
dapat membedakan tiga jenis tes, yaitu; (a) tes esei, (b) tes jawaban pendek, dan (c)
tes obyektif. Untuk lebih jelasnya, cobalah perhatikan bahasan berikut ini.
Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-
gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam
bentuk tulisan. Keunggulan tes uraian, guru dapat mengukur kemampuan siswa
dalam hal mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan
mengekspresikan gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat sendiri.
Sedang keterbatasannya adalah cakupan materi pelajaran yang terbatas, waktu
pemeriksaan jawaban yang lama, penskorannya cenderung subyektif dan umumnya
kurang handal dalam pengukuran.
Saudara, tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes
diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan
jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas,
maupun angka-angka. Termasuk ke dalam tes jenis ini adalah tes yang mewajibkan
siswa untuk mengisi bagian yang kosong dari sebuah kalimat atau teks. Sehingga
diharapkan dapat memberikan jawabannya sesingkat mungkin.
c) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk
menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes
pilihan jawaban (selected response test). Butir soal telah mengandung kemungkinan
Rangkuman
4-12 Unit 4
Tes Formatif 1
Pengantar
4-14 Unit 4
1. Atribut psikologis termasuk hasil belajar bersifat abstrak dan laten sehingga apa
yang diukur adalah suatu kontrak yang memang tidak dapat diukur secara
langsung, sehingga dilakukan berdasarkan indikator perilaku yang mungkin
belum tentu mewakili domain yang tepat, karena batasan dari konstruk tersebut
tidak mungkin dapat dijabarkan dalam akurasi yang sempurna.
2. Dalam atribut yang bersifat laten atau abstrak sering kali didasari pada indikator
yang jumlahnya terbatas, keterbatasan dalam menjabarkan indikator perilaku ini
menyebabkan hasil pengukuran menjadi kurang komprehansif, di samping itu
penjabaran indikator perilaku tersebut masih mungkin terjadi tumpang tindih
dengan indikator dari atribut psikologis yang lain.
3. Respon yang diberikan oleh siswa sebagai subyek sedikit banyak akan
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak relevan, baik yang bersumber dari dirinya
sendiri maupun dari variabel dari luar dirinya, seperti misalnya suasana hati,
sakit, kondisi dan situasi sekitar, cetakan yang tidak jelas, pengawasan waktu
pengerjaan, sistem administrasi dan sebagainya.
4. Atribut psikologis termasuk hasil belajar yang terdapat pada diri siswa, sering
kali bersifat tidak stabil dan mudah sekali berubah, seiring dengan perubahan
situasi dan kondisi sesaat hingga interpretasi terhadap hasil tes sebagai alat ukur
hanya dapat dilakukan secara normatif, dalam pengertian banyak sekali sumber
bias yang harus diperhitungkan.
Anda juga harus memahami bahwa keterbatasan-keterbatasan dalam
melakukan pengukuran hasil belajar dengan menggunakan tes ini menjadikan kita
sebagai pendidik yang juga penyusun tes harus mempersiapkan semuanya secara
lebih teliti, karena prosedur konstruksi psikologis lebih rumit sehingga harus
dilakukan dengan perencanaan yang sangat teliti dan mengikuti langkah-langkah
yang sitematis untuk meminimalkan berbagai sumber kesalahan yang mungkin
terjadi.
a) Perencanaan Tes
Dalam langkah perencanaan tes ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan
guru sebagai pendidik yaitu:
(1) Menentukan cakupan materi yang akan diukur yang menyangkut penetapan
cakupan materi dan aspek (ranah) kemampuan yang akan diukur. Penetapan ini
penting mengingat bahwa kemampuan belajar merupakan proses yg kompleks
dan menyangkut pemahaman yang bersifat abstrak, sehingg harus jelas pada
bagian mana cakupan materi yang akan diukur dan dikembangkan dalam soal
tes, langkah ini biasanya dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar
spesifikasi, Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistem
penilaian berbasis kompetensi dasar, yaitu; (1) Menulis kompetensi dasar, (2)
Menulis materi pokok, (3) Menentukan indikator, dan (4) Menentukan jumlah
soal.
(2) Bentuk Tes: Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila
didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk
memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata
pelajaran yang diujikan. Misalnya, bentuk tes objektif pilihan ganda dan bentuk tes
benar salah cocok digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi
singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Bentuk tes objektif lebih
cocok digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas, misalnya mata
pelajaran Matematika, Biologi, dan sebagainya. Dalam memilih teknik tes
mana yang akan digunakan Pendidik juga harus mempertimbangkan ciri
indikator, contoh, apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka teknik
penilaiannya adalah tes unjuk kerja (performance), sedang bila tuntutan
indikator berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaiannya
adalah tes tertulis. Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes
harus mencakup mulai yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang
sebanding sesuai dengan jenjang pendidikan.
(3) Menetapkan panjang Tes: langkah menetapkan panjang tes, meliputi berapa
waktu yang tersedia untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan penetapan
4-16 Unit 4
jumlah item-item tes yang akan dikembangkan. Apabila oleh pendidik ada
materi yang dinilai lebih penting dan mempunyai tingkat kesulitan yang lebih
tinggi, guru bisa memberikan pembobotan yang berbeda dari setiap soal yang
disusun. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah
soal, yaitu bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi,
keandalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia.
(1) Menulis draft soal: Menulis soal bagi Anda pasti sudah menjadi pekerjaan rutin
sebelum ulangan, tetapi seharusnya Anda perlu mencermatinya karena langkah
ini juga memerlukan kecermatan dalam memilih kalimat-kalimat yang mudah
dimengerti dan tidak menimbulkan interpretasi ganda. Ada dua hal yang perlu
mendapat perhatian dalam penulisan butir pertanyaan yaitu format pertanyaan
dan alternatif jawaban. Dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa hal yaitu, (1)
apakah pertanyaan mudah dimengerti? (2) apakah sudah sesuai dengan indikator
(3) apakah tata letak keseluruhan baik? (4) apakah perlu pembobotan (5) apakah
kunci jawaban sudah benar?
(2) Memantapkan Validitas Isi (Content Validity): Content validity atau validitas
isi pada dasarnya merupakan koefisien yang menunjukkan kesesuaian antara
draft tes yang telah disusun dengan isi dari konsep dan kisi-kisi yang telah
disusun, apakah semua materi telah terjabar dalam item, dan apakah soal yang
disusun telah pula sesuai ranah atau kawasan yang akan diukur. Langkah ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya diskusi dengan sesama pendidik
ataupun dengan cara mencermati kembali substansi dari konsep yang akan
diukur.
(3) Melakukan Uji Coba (try out): Mungkin Anda mengira bahwa try out hanya
digunakan untuk tes standard dan tidak perlu dilakukan untuk tes buatan guru.
Anggapan itu kurang benar karena uji coba tetap diperlukan dalam penyusunan
tes buatan guru, try out tidak harus dilakukan secara formal dan dalam skala
besar, yang perlu Anda perhatikan adalah bahwa try out dapat dilakukan untuk
berbagai kepentingan diantaranya adalah untuk; (1) analisis item, (2) bagaimana
Sekarang tes sebagai instrumen sudah selesai disusun! Apa saja yang harus
Anda lakukan selanjutnya? Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan pada saat
menyelenggarakan tes untuk siswa yaitu:
4-18 Unit 4
(3) Melakukan Analisis Hasil Tes
Setelah semua pekerjaan siswa dikoreksi langkah berikutnya adalah melakukan
analisis terhadap skor hasil tes. Materi tentang ini akan secara khusus dibahas
pada UNIT 6.
Contoh 1
Mata pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
Kelas/Semester : IV/1
Contoh 2
Mata pelajaran : IPS
Kelas/Semester : I/1
Contoh 3
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : III/2
Indikator*: dikembangkan oleh guru sekolah sesuai dengan kondisi daerah dan sekolah masing-
masing. Satu KD dapat dikembangkan menjadi satu atau lebih indikator .
Sumber: Pedoman Penilaian SD (Depdiknas, 2006).
4-20 Unit 4
dipertimbangkan; (1) materi, misalnya kesesuian soal dengan kompetensi dasar dan
indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, (2) konstruksi,
misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas, (3) bahasa, misalnya
rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda,
dan (4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku
dari berbagai bentuk soal penilaian. Rancangan penilaian ini diinformasikan kepada
siswa pada awal pertemuan (awal semester). Dengan demikian sistem penilaian yang
dilakukan guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip-prinsip
penilaian.
Dalam pembelajaran di SD Anda dapat melihat beberapa contoh di bawah ini
yang secara jelas memberikan paparan tentang keterkaitan hubungan antara
pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Teknik Penilaian
yang bersumber dari Model Penilaian Kelas SD (Depdiknas 2006).
Contoh 1
Mata Pelajaran: Matematika
Kelas/Semester: II/1
Bentuk Isian
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat !
Skor: Setiap jawaban benar diberi nilai 2.
1. Satuan panjang Centimeter dan Meter adalah contoh alat ukur .......
2. Satuan panjang langkah kaki, depa dan jengkal termasuk alat ukur ….
3. Karena menggunakan alat ukur tidak baku, maka hasil pengukurannya ….
Pemberian Skor:
Banyak jawaban benar
Nilai = x 100
Banyak soal
Contoh 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : IV / 2
• Siswa dapat
4-22 Unit 4
No. Standar Kompetensi Indikator Aspek Tehnik
Kompetensi Dasar penilaian
memberikan salah satu
contoh pengaruh
negatif globalisasi
bidang kebudayaan
Untuk Standar kompetensi , kompetensi dasar dan indikator materi diatas dan
dengan didasarkan kemapuan penalaran anak kelas 4 SD maka ditetapkan tes isian
dan jawaban uraian sebagai berikut:
Isilah titik–titik pada soal di bawah ini dengan jawaban singkat dan tepat!
Pemberian Skor:
Banyak jawaban benar
Nilai = x 100
Banyak soal
Depdiknas 2006
Latihan
1. Buatlah contoh tes tertulis tentang penguasaan konsep dan tes unjuk kerja dari
Standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator materi di atas dan dengan
didasarkan kemampuan penalaran anak kelas 4 SD!
2. Setelah soal tersusun diskusikan dengan teman Anda, sebagai bentuk
pemantapan internal validity dan uji-coba terbatas!
Mungkin masih ada anggapan termasuk mungkin juga anggapan Anda bahwa
tes tertulis khususnya dalam bentuk tes obyektif hanya cocok untuk mengukur
pencapaian hasil belajar pada kawasan kognitif saja. Anggapan itu tidak bisa
dibenarkan karena dengan pemahaman yang tinggi terhadap cakupan materi maupun
teknik evaluasi, pendidik akan dapat mengembangkan tes tertulis yang dapat meliput
dua kawasan yang lain yaitu afektif maupun psikomotor. Marilah bersama-sama kita
cermati penjelasan berikut.
4-24 Unit 4
a. Mengembangkan Tes pada Domain Kognitif
Pada dasarnya akan sangat mudah mengembangkan tes untuk mengukur
indikator pencapaian hasil belajar pencapaian kawasan (domain) kognitif, hampir
semua jenis tes dengan berbagai bentuk soal dapat digunakan untuk mengukur
kawasan ini seperti misalnya:
1) Tes Lisan
Pertanyaan secara lisan masih sering digunakan untuk mengukur daya serap
peserta didik pada kawasan kognitif. Yang perlu Anda ingat tes lisan harus
disampaikan dengan jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang
sama. Beberapa prinsip yang harus dipedomani adalah memberi waktu untuk
berpikir, baru menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Tingkat berpikir untuk
pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.
Jawaban salah satu siswa harus dikembalikan ke forum kelas untuk ditanggapi siswa
yang lain.
4-26 Unit 4
b. Mengembangkan Tes pada Domain Afektif
Anda dapat mengembangkan tes pada domain afektif ini, untuk beberapa fokus
sikap diantaranya adalah:
Latihan
Cobalah menyusun tes domain afektif yang berupa sikap siswa pada peristiwa factual
yang ada di sekitar lingkungan sekolah!
4-28 Unit 4
diraba, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja dsb. dan (2)
motor chaining, siswa sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan
dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misal memukul bola, menggergaji,
menggunakan jangka sorong. Pada tingkat rule using siswa sudah dapat
menggunakan hukum-hukum dan atau pengalaman-pengalaman untuk melakukan
keterampilan yang komplek, misal bagaimana memukul bola yang tepat agar
dengan tenaga yang sama namun hasilnya lebih keras. Gagne (1977) berpendapat
bahwa ada 2 kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan yaitu
kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara,
yakni (a) mengingatkan kembali sub-sub keterampilan yang sudah dipelajari dan (b)
mengingatkan prosedur-prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah
dikuasainya. Untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan: (a) instruksi verbal,
(b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik.
Soal untuk ranah psikomotor juga harus mengacu pada standar kompetensi
yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar. Setiap butir standar kompetensi
dijabarkan menjadi 3 sampai dengan 6 butir kompetensi dasar. Selanjutnya setiap
butir kompetensi dasar dapat dijabarkan menjadi 3 sampai dengan 6 indikator dan
setiap indikator harus dapat dibuat lebih dari satu butir soal. Namun, ada kalanya satu
butir soal ranah psikomotor terdiri dari beberapa indikator. Instrumen psikomotor ini
terdiri dari dua macam, yaitu (1) soal dan (2) lembar yang digunakan untuk
mengamati dan menilai jawaban siswa terhadap soal tersebut.
1) Menyusun Soal
Menyusun soal dapat diawali dengan mencermati kisi-kisi instrumen
psikomotor yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan
memperhatikan materi pokok dan pengalaman belajar. Namun adakalanya soal ranah
psikomotor untuk ujian blok yang biasanya sudah mencapai tingkat psikomotor
manipulasi, mencakup beberapa indikator.
Tulis Subjektif
No TINGKATAN Tulis Objektif
Tingkah laku
Belajar aktif
Unjuk kerja
Tradisional
Portofolio
DOMAIN
Produk
Lisan
KOGNITIF
VI. Evaluasi - v - v - v - v v
V. Sintesis - v - v - v - v v
IV. Analisis - v - v - v - v v
III. Aplikasi - v - v v v v v v
II. Pemahaman v v v v v v v v v
I. Pengetahuan v v v v v v v v v
AFEKTIF
V. Karakterisasi - v - - - - - v -
IV. Organisasi - v - - - v - v -
III. Acuan nilai - v - - - v v v v
II. Responsi v v - - - v v v v
I. Penerimaan v v - - - v v v v
PSIKOMOTOR
VI. Gerakan indah - v - - - v v - -
dan kreatif
V. Gerakan terampil - v - - - v v - -
IV. Gerakan - v - - - v v - -
kemampuan fisik
III. Gerakan persepsi - v - - - v v v -
II. Gerakan dasar v v - - - v v v -
I. Gerakan refleks v v - - - v v v v
Jumlah 6 17 2 8 3 16 12 14 10
Persentase 35% 100% 12% 47% 18% 94% 71% 82% 59%
(Depdiknas 2006)
4-30 Unit 4
Rangkuman
1. Perencanaan Tes
4-32 Unit 4
Subunit 3
Kriteria Tes Yang Baik
Pengantar
D alam proses pembelajaran, tes merupakan alat ukur dalam proses asesmen
maupun evaluasi yang memiliki peranan sangat penting untuk mengetahui
keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah. Dalam hal ini, tes memiliki fungsi
ganda, yaitu mengukur tingkat pencapaian siswa pada kompetensi yang
dipersyaratkan, yang terjabar dalam indikator pencapaian, dan mengukur
keberhasilan program pengajaran sekaligus kualitas pendidik dalam mengelola
proses pembelajaran. Untuk bisa memberikan data yang akurat, sesuai dengan
fungsinya maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, untuk dapat
dikatakan sebagai tes yang baik. Secara umum tes yang baik memiliki syarat-syarat
antara lain (1) hanya mengukur satu aspek saja. Tes yang baik memiliki sebuah
aspek saja yang akan di ukur, jadi tes matematika misalnya hanya menguji
kemampuan matematika seseorang, (2) handal dalam pengukuran; kehandalan ini
meliputi ketepatan hasil pengukuran dan keajegan hasil pengukuran.
Dengan memahami betapa pentingnya tes dalam kegiatan asesmen
pembelajaran di sekolah, pastilah Anda sebagai pendidik menjadi penasaran untuk
lebih dalam mempelajari apa sebenarnya persyaratan atau kriteria dari tes yang baik.
Rasa penasaran Anda akan terlunasi dengan mencermati uraian pada subunit ini.
Pemahaman itu akan semakin sempurna bila Anda mengerjakan semua soal latihan
dan tes formatif yang ada di akhir subunit ini. Anda juga disarankan untuk membaca
referensi lain serta mendiskusikannya dengan teman-teman Anda .
b. Relevan
Tes yang relevan mengandung soal-soal yang dapat mengukur kemampuan
belajar sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam indikator
pencapaian hasil belajar (Ranah kognitif, afektif dan psikhomotor). Bila
kompetansi dasar dan indikator bertujuan mengungkap ranah afektif, pertanyaan
soal harus pula mengarah ke sikap dan seterusnya.
c. Spesifik
Soal harus direncanakan sedemikian rupa agar jawabannya pasti dan tidak
menimbulkan ambivalensi atau spakulasi dalam memberikan jawaban. Kesulitan
soal tidak saja kesulitan materi juga bisa ditambah kesulitan dalam memahami
soal bila soal tidak disusun secara spesifik.
d. Representatif
Soal tes sebaiknya dikembangkan dari satuan materi yang jelas cakupannya, dan
bersifat komprehensif dalam pengertian materi tes harus mencakup seluruh
materi pengajaran, untuk itu seluruh pokok bahasan (sub pokok bahasan)
idealnya harus terwakili dalam soal tes. Syarat ini akan dapat mengurangi error
terhadap hasil pengukuran.
e. Seimbang
Dalam proses pengajaran dosen akan tahu persis, bahwa setiap pokok bahasan
memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, soal tes dikatakan seimbang bila pokok
bahasan yang terpenting mendapat porsi terbanyak dalam soal. Kalau dalam
keadaan terpaksa hal tersebut tidak dapat dilakukan maka keseimbangan dapat
dicapai dengan memberikan bobot yang berbeda pada pokok bahasan yang
memiliki tingkat kesulitan yang berbeda.
4-34 Unit 4
f. Sensitif
Syarat ini berkait erat dengan taraf kesukaran soal, butir tes yang baik harus
memiliki sensitivitas untuk membedakan siswa yang benar-benar menguasai
materi dengan yang tidak, hal ini tidak akan tercapai bila soal terlalu sulit
sehingga semua siswa tidak dapat mengerjakan, atau soal yang terlalu gampang
sehingga semua siswa dapat mengerjakan dengan benar.
g. Fair
Tes hasil ujian hendaklah bersifat terbuka dalam pengertian tidak mengandung
jebakan, jelas cakupan materinya, kejalasan norma yang dipakai serta kriteria
keberhasilannya. Dalam pelaksanaannya obyektif, tidak merugikan kelompok
tertentu.
h. Praktis
Dalam pengertian bahwa tes tidak sulit untuk dilaksanakan dilihat dari segi
pembiayaan maupun pelaksanaanya. Tes yang baik harus efisien dan mudah
untuk dilaksanakan.
1) Validitas Permukaan (Face Validity): Validitas ini sering pula disebut sebagai
validitas tampang. Validitas jenis ini menggunakan kriterium yang paling
sederhana karena yang menjadi kriterianya hanya tampang atau penampakan dari
instrumen itu sendiri. Apabila tes sebagai instrumen pengukuran, berdasar
pengamatan sepintas telah dapat mengungkap fenomena yang akan dicari, bila
secara sepintas sudah dianggap baik, maka alat tersebut sudah dapat dianggap
memenuhi kriteria face validity, sehingga tidak diperlukan adanya pertimbangan
mendalam.
4-36 Unit 4
pula disebut sebagai logical Validity. Penggunaan validitas logis terutama dalam
pengukuran-pengukuran gejala perilaku yang abstrak misalnya ukuran tentang
kesetiakawanan, kematangan emosi, sikap terhadap KB, motivasi dan
sebagainya.
3) Validitas Isi (Content Validity): Sesuai dengan namanya validitas ini disebut
pula sebagai validitas isi, pada validitas ini yang menjadi kriterium untuk
menetapkan valid atau tidaknya alat ukur adalah isi/substansi dari variabel yang
akan diukur, sehingga pada umumnya validitas ini hanya digunakan untuk
mengukur variabel dengan cakupan materi yang jelas, misalnya saja dalam tes
hasil belajar, alat ukur digunakan untuk dapat mengukur penguasaan siawa
terhadap kompetensi bidang studi yang dipersyaratkan. Derajad validitas
menunjuk pada kemampuan tes dalam menggambarkan topik-topik dan ruang
lingkup cakupan materi yang akan diukur. Apabila alat ukur yang dikembangkan
telah representatif, dalam arti mewakili semua cakupan materi, maka alat ukur
tersebut telah memenuhi syarat content validity. Karena secara umum cakupan
materi bidang studi biasanya berpedoman pada kurikulum yang telah ditetapkan
maka content validity sering pula disebut sebagai “Curriculair Validity”.
5) Factorial Validity: Dalam kegiatan penelitian, tidak jarang terjadi sebuah skala
pengukuran variabel terdiri dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diperoleh
berdasar demensi/indikator dari variabel/gejala yang diukur, sesuai yang
terungkap dalam konstruksi teoritisnya. Meskipun variabel terdiri dari beberapa
faktor, prinsip homogenitas untuk keseluruhan faktor harus tetap dipertahankan.
Disamping perlu dicegah adanya overlap antara satu faktor dengan faktor yang
lain. Sehingga kriterium yang digunakan dalam factorial validity ini dapat dilihat
dengan menghitung homogenitas skor setiap faktor dengan total skor, serta
homogenitas antara skor dari faktor yang satu dengan skor dari faktor yang lain.
b. Reliabilitas
Pengertian yang paling sederhana dari reliabilitas adalah kemantapan alat
ukur dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut dapat diandalkan atau memiliki
keajegan hasil. Pada dasarnya hubungan antara validitas dan reliabilitas dapat
dikemukakan bahwa alat ukur yang valid akan cenderung menghasilkan pengukuran
yang reliabel, sebaliknya alat ukur yang reliabel sama sekali tidak menunjuk pada
validitas alat ukur tersebut. Masalah validitas dan reliabilitas alat ukur nampak
sangat jelas penggunaannya pada penelitian dengan pendekatan kauntitatif, karena
penghitungan tingkat valititas dan reliabilitas pada umumnya juga menggunakan
teknik statistik.
Kerlinger (1986: 443) mengemukakan bahwa reliabilitas dapat ukur dari tiga
kriteria yaitu: (1) Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegan
(konsistensi) hasil yang ditunjukan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama,
pada waktu yang berbeda; (2) Dependability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri
pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan; (3)
Predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan
berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat diramalkan
hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya.
Dengan mencermati pendapat di atas, maka batas reliabilitas atau keajegan
dapat diartikan sebagai konsistensi skor yang diperoleh dari orang yang sama, pada
gejala yang sama. Untuk itu ada kemungkinan skor pembanding, mungkin berupa
skor yang diperoleh dari alat ukur yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau
skor yang diperoleh dari alat ukur lain yang seimbang. Kerlinger menyatakan
bahwa reliabilitas instrumen dikatakan baik bila alat tersebut dikenakan pada obyek
yang sama, akan mendapatkan hasil yang sama pada beberapa kesempatan yang
berbeda. Hal yang menjadi permasalahan dalam reliabilitas adalah kesalahan dalam
penggunaan suatu alat ukur, semakin kecil kemungkinan kesalahan terjadi, maka
akan semakin reliabel alat ukur tersebut. Dijelaskan lebih jauh bahwa reliabilitas alat
ukur dapat ditingkatkan dengan cara memperbanyak butir item, dengan alasan bahwa
secara statistik jumlah item yang banyak akan meningkatkan reliabilitas alat ukur.
Meningkatkan reliabilitas alat ukur dapat pula dilakukan dengan menggunakan
petunjuk pengerjaan yang jelas dan dengan menggunakan istilah-istilah yang jelas,
4-38 Unit 4
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan bahasa responden, sehingga tidak
menimbulkan keraguan atau kesalahpahaman dalam pengisian.
Pengukuran reliabilitas mendasarkan diri pada “measurement error” yaitu
kesalahan yang bersumber dari proses pengukuran. Sehingga kesalahan dapat
disebabkan oleh alat ukur ataupun dari perubahan-perubahan gejala yang diukur.
Dalam penelitian sosial termasuk perilaku, sumber kesalahan pengukuran dapat
ditengarai dari berbagai faktor diantaranya adalah (Kartono, 1996: 125): (1) hakekat
dari gejala perilaku yang mudah sekali berubah, dan tidak dapat diulang dengan
kondisi dan hasil yang sama, sebagai akibatnya hasil pengukuran perilaku juga akan
selalu mengalami fluktuasi sejalan dengan perubahan waktu, dan kondisi-kondisi
yang ada di sekitarnya; (2) kondisi pribadi yang ada pada diri seseorang bersifat
tidak menetap, baik yang menyangkut tingkat kelelahan, suasana hati, dan
sebagainya. Hal ini akan mempengaruhi perilaku, dan hasil pengukurannya; dan (3)
ketidakmantapan hasil pengukuran juga dapat disebabkan oleh validitas alat ukur
yang rendah, situasi pengukuran yang berubah-ubah, ketidakmantapan dalam
pelaksanaan pengukuran maupun interpretasi terhadap hasil pengamatan serta
kecermatan dalam pengadminstrasian perlu mendapat perhatian.
Dengan mendasarkan diri pada keterbatasan penelitian sosial dan perilaku,
maka dipahami bahwa angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran gejala sosial
dan perilaku akan selalu berupa True score + error. Error yang terjadi bisa berarti
skor yang diperoleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sumber error (kesalahan atau
penyimpangan) dapat berasal dari alat ukur, kondisi responden, pelaksanaan
pengukuran ataupun interpretasi dan pengadministrasian. Langkah-langkah untuk
menguji reliabilitas alat ukur pada dasarnya merupakan upaya untuk dapat
mengetahui seberapa besar “salah ukur” dalam upaya mengukur gejala perilaku
sebagai variabel penelitian. Hasil yang diperoleh disebut dengan “Indeks
Reliability”. Koefisien reliabilitas selalu berada dalam rentangan 0 sampai dengan 1
yang menunjuk pada persentase varian error dengan sumber variasi yang berbeda.
Misalnya koefisien reliabilitas menunjukkan 0.74 berarti 74 % varian skor yang
bersumber pada keadaan yang diukur, sedang 26 % adalah kesalahan atau varian
error yang bersumber dari keadaan di luar variabel yang diukur.
Cara mencari koefisien reliabilitas alat ukur, dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa cara, yang masing-masing mempunyai kekurangan dan
keunggulan. Berbagai pilihan tentang cara menetapkan tingkat reliabilitas alat ukur
tersebut adalah:
4-40 Unit 4
3) Teknik belah dua (Split Half reliability)
Teknik belah dua ini dikembangkan dengan menggunakan satu jenis alat ukur,
dan hanya diberikan satu kali pada subyek, kemudian hasilnya diolah sedemikian
rupa. Yaitu dengan cara mengelompokkan butir-butir itemnya menjadi dua bagian
sama besar (belah dua). Pembagian item menjadi dua kelompok sama besar dapat
dilakukan dengan cara acak atau pengelompokan berdasar nomor ganjil-genap,
dapat pula dengan cara membagi menjadi separo kelompok bagian awal dan separo
bagian akhir dalam jumlah yang sama. Setelah itu skor yang berasal dari belahan
yang pertama dikorelasikan dengan skor pada belahan yang kedua. Koefisien
korelasi yang diperoleh mencerminkan derajad ekuivalensi antara dua belahan
tersebut. Teknik ini baru mencerminkan koefisien reliabilitas dari masing-masing
belahan tersebut. Oleh karenanya untuk mendapatkan gambaran koefisien secara
keseluruhan, koefisien antar belahan tersebut masih perlu dikoreksi dengan rumus
sebagai berikut:
N r x1 x2
Reliability =
1 + r x1 x2
Dimana x1 adalah skor dari belahan satu, x2 adalah skor dari belahan kedua, dan n adalah
banyaknya subyek pada setia bagian (belahan). Rumus tersebut didasarkan pada asumsi bahwa
kedua belahan mengukur hal yang sama, yang memiliki varian yang sama.
RA - RB
Is = ⎯⎯⎯
T
RA = Jumlah peserta didik yang menjawab benar setelah mengikuti proses
pembelajaran
RB = Jumlah peserta didik yang menjawab benar sebelum mengikuti proses
pembelajaran
T = Jumlah peserta didik yang mengikuti ujian
Rangkuman
Untuk dapat menjadi alat ukur yang baik dan dapat memberikan informasi yang
akurat maka setiap soal sebagai bagian dari konstruksi tes harus dijaga kualitasnya.
Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang
berkualitas yaitu; (1) valid, (2) relevan, (3) spesifik, (4) representatif, (5) seimbang
(6) sensitif, (7) fair, dan (8) praktis
Validitas sebagai kriteria mutlak tes sebagai instrument terbagi menjadi 5 jenis yaitu;
(1) validitas permukaan (face validity), (2) validitas konsep (construct validity), (3)
validitas isi (content validity), (4) concurrent validity, dan (5) factorial validity.
4-42 Unit 4
Tes Formatif 3
Jawablah pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan dengan
kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau Anda
belum merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena
kesepahaman tentang pengertian ini akan mendasari dan mempengaruhi langkah dan
kegiatan dalam menyelesaikan mata kuliah ini.
Tes Formatif 1
4-44 Unit 4
perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esei adalah
tugas peserta tes (testee) dalam merespons tes. Pada tes objektif, tugas testee
adalah memanipulasikan data yang telah ada dalam butir soal. Oleh
karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif.
Sedang Tes Esei (Essay-type Test) : Adalah tes bentuk uraian yang
menghendaki siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya
dalam bentuk tulisan. Keunggulan tes uraian adalah dapat mengukur
kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan
pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan
kata-kata atau kalimat sendiri. Sedang keterbatasannya adalah cakupan materi
pelajaran yang terbatas, waktu pemeriksaan jawaban yang lama,
penskorannya subyektif dan umumnya kurang handal dalam pengukuran.
Tes Formatif 2
Tes Formatif 3
2. Jenis-jenis validitas tes : Validitas adalah kriteria mutlak tes sebagai instrumen.
Ada 5 jenis validitas yang dapat dipedomani yaitu yaitu; (1) validitas
permukaan (face validity), (2) validitas konsep (construct validity), (3)
validitas isi (content validity), (4) concurrent validity, dan (5) factorial
validity.
3. Content validity sering pula disebut sebagai validitas kurikulum.
Derajad validitas isi (content validity) menunjuk pada kemampuan tes dalam
menggambarkan topik-topik dan ruang lingkup cakupan materi yang akan diukur.
Apabila alat ukur yang dikembangkan telah representatif, dalam arti mewakili
4-46 Unit 4
semua cakupan materi, maka alat ukur tersebut telah memenuhi syarat Content
validity. Karena secara umum cakupan materi bidang studi biasanya
berpedoman pada kurikulum yang telah ditetapkan maka content validity sering
pula disebut sebagai “Curriculair Validity”.
4. Jenis-jenis ukuran Reliabilitas
a. Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegan (konsistensi) hasil yang
ditunjukan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang
berbeda;
b. Dependability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri pada kemantapan alat
ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan;
c. Predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan
berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat
diramalkan hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala
selanjutnya.
5. Keterkaitan antara validitas dan reliabilitas.
Validitas menyangkut ketepatan tes dalam mengukur gejala yang diukur, sedang
reliabilitas menunjuk pada konsistensi hasil pengukuran dari waktu ke waktu
maupun antar bagian dari tes tersebut, sehingga tes yang valid yang dapat
mengukur apa yang seharusnya dapat diukur pasti akan menunjukkan hasil yang
konsisten atau reliabel tetapi hasil pengukuran yang konsisten tidak dapat
menunjukkan dukungannya terhadap validitas, misalnya mengukur tingkat
kecerdasan siswa dengan mengukur lingkar kepala, hasilnya akan selalu
konsisten dan reliabel, tetapi ukuran tersebut sama sekali tidak valid
4-48 Unit 4
Glosarium
_____________________________________________
S audara, seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya bahwa asesmen merupakan
proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan
informasi itu (Blaustein, D. et al., 1999 dalam Ibrohim, 2002). Karena merupakan
suatu proses, maka kita perlu mengikuti jalannya proses tersebut sebelum sampai
pada pengambilan keputusan. Keputusan ini sangat berarti bagi peserta didik, oleh
karena itu kita harus berhati-hati dan memberikan keputusan berdasarkan data yang
akurat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Coba saudara ingat,
selama ini keputusan hasil belajar peserta didik apakah sudah ditetapkan berdasarkan
berbagai informasi tentang kemampuan yang dimiliki peserta didik? Benarkah kita
sudah mengukur semua kemampuan siswa, baik kognitif, afektif, dan psikomotor?
Jika kita kaji kembali alat ukur yang digunakan guru pada umumnya menggunakan
tes tulis jenis obyektif dan sedikit esei. Alat ukur ini selalu kita gunakan untuk
mengumpulkan informasi yang selanjutnya digunakan untuk memberikan keputusan
terhadap hasil belajar peserta didik. Dapatkah alat ini memberikan informasi secara
menyeluruh tentang kemampuan siswa? Bukankah tes tulis hanya dapat memberikan
informasi kemampuan kognitif semata. Nah, dengan demikian bagaimana
kemampuan afektif dan psikomotor diukur? Apakah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan secara menyeluruh? Bagaimana melakukan pengukurannya?
Telah kita ketahui bersama bahwa tujuan pendidikan tidak hanya terbatas pada
produk saja tetapi lebih dari itu juga menyangkut proses dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Untuk mengukur upaya siswa mencapai tujuan seperti yang
tercantum dalam kurikulum, menghendaki pengembangan cara-cara penilaian baru.
Asesmen ini diharapkan dapat melengkapi alat penilaian paper and pencil test yang
umumnya hanya dapat mengungkapkan kemampuan kognitif siswa, yang dapat
memberi bukti berapa banyak informasi yang telah dapat dikumpulkan siswa.
Dengan demikian diharapkan penilaian yang dilakukan lebih komprehensif sehingga
dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang profil siswa secara utuh.
5-2 Unit 5
Subunit 1
Pengantar
T elah kita ketahui bersama asesmen yang dilakukan guru di dalam kelas jelas
bermaksud untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Selama ini umumnya guru menggunakan tes tertulis (paper and pencil test) dalam
melakukan penilaian walau diketahui paper and pencil test mempunyai banyak
kelemahan disamping kelebihan-kelebihan. Ketika kita melakukan asesmen
menggunakan paper and pencil test, kemampuan peserta didik yang kita ukur adalah
kemampuan kognitif saja sedang kemampuan afektif dan psikomotor belum terukur,
walau demikian guru sudah dapat menyimpulkan bagaimana kemampuan peserta
didik tersebut. Dengan demikian sungguh kita tidak adil melakukan evaluasi dengan
cara demikian. Asesmen alternatif merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi
tes, sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir (end
product) tetapi yang lebih penting merupakan bagian penting dalam proses
pembelajaran. Asesmen alternatif tidak dipersiapkan sebagai pengganti tes obyektif
buatan guru tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran. Jadi, asesmen alternatif harus mampu menghilangkan berbagai
kelemahan tes, seperti menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, mengkategori
peserta didik secara permanen, menghukum peserta didik yang kreatif, atau
mendeskriminasi peserta didik dari golongan minoritas .
5-4 Unit 5
Berdasarkan uraian di atas kita sadari bahwa asesmen alternatif menuntut
guru untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat mengembangkan instrumen untuk
mengukur kemampuan siswa dengan cara yang lebih baik. Menurut Hart (1994)
kalau guru mengubah cara mengases siswa, maka guru juga akan mengubah
bagaimana dia mengajar dan bagaimana siswa belajar. Perubahan ini tidak hanya
penting untuk peningkatan pendidikan, tetapi juga penting bagi siswa, guru, dan
orang tua.
Apabila Anda akan mengembangkan asesmen masih ada lagi arah
pengembangan yang haruis Anda perhatikan agar pengembangan asesmen lebih
terarah dan tujuan yang kita inginkan dapat tercapai. Berikut diuraikan arah
pengembangan asesmen seperti tercantum dalam Tabel 5.1.
5-6 Unit 5
memberikan informasi bagaimana siswa membuat hubungan dari apa yang mereka
ketahui.
Perlu Anda ketahui bahwa ada berbagai macam cara dalam mengajukan
pertanyaan, tipe pertanyaan yang paling baik diajukan kepada siswa untuk mengases
pengetahuan mereka adalah pertanyaan ujung terbuka. Hal tersebut akan
memberikan siswa peluang untuk berfikir tentang mereka sendiri dan untuk
mendemonstrasikan pemahaman mereka terhadap suatu masalah atau situasi yang
lain. Melalui pengajuan pertanyaan semacam itu akan lebih banyak diperoleh
informasi yang menarik tentang apa yang siswa ketahui dan pahami. Pertanyaan
semacam ini juga memungkinkan siswa untuk menunjukkan originalitas (keaslian)
dan kreativitasnya. Contoh-contoh pertanyaan ujung terbuka biasanya menggunakan
kata-kata sebagai berikut jelaskan, bandingkan, katakan, analisislah, ujilah,
tunjukkanlah, demonstrasikanlah, buatlah sketsa, selidikilah, buatlah ilustrasi,
bedakanlah, selidikilah, ramalkanlah, buatlah definisi operasional (Hibbard, 2000).
Saudara juga dapat mengajukan pertanyaan atau meminta kepada siswa seperti
berikut ini:
1) Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil pengamatanmu!
2) Selidikilah penyebab kerusakan........!
3) Bandingkan bagian 1 dan 2!
Seperti halnya pengamatan, pertanyaan merupakan bagian integral dari proses
pengajaran. Fakta menunjukkan bahwa pengamatan seringkali merupakan hasil dan
pengajuan pertanyaan yang benar. Pertanyaan dapat diarahkan kepada siswa secara
individual, kelompok kecil atau kepada seluruh kelas. Jawaban siswa dapat
digunakan untuk tujuan asesmen, membimbing pengajaran atau untuk
mengidentifikasi kesalahan.
Agar Anda lebih memahami bagaimana cara menggunakan asesmen
pertanyaan, berikut ini diberikan contoh pertanyaan yang berhubungan dengan
pemecahan masalah, keterampilan laboratorium, penalaran, dan hubungan.
Contoh pertanyaan untuk pemecahan masalah:
1) Jelaskan, masalah yang kamu hadapi!
2) Apakah masalah tersebut menarik bagimu?
3) Bagaimana cara kamu memecahkan masalah tersebut?
4) Apakah membuat gambar atau sketsa dapat membantumu memecahkan masalah
tersebut?
5) Jelaskan tahap-tahap yang akan kamu ikuti dalam memecahkan masalah!
2. Jurnal
Guru mempunyai banyak pilihan dalam mengases kemajuan belajar siswa.
Salah satu cara yang dapat Anda gunakan yaitu menggunakan jurnal belajar.
Menurut Susilo (2004) jurnal belajar adalah tulisan yang dibuat siswa untuk mencatat
apa yang telah dipelajarinya. Pendapat lain menyatakan jurnal adalah rekaman
tertulis tentang apa yang dibuat siswa terhadap apa yang telah dipelajari oleh siswa.
Jurnal dapat digunakan untuk merekam atau meringkas aspek-aspek yang
berhubungan dengan topik-topik kunci yang dipelajari, seperti misalnya perasaan
siswa terhadap sains, kesulitan yang dialami, atau keberhasilan di dalam
memecahkan masalah atau topik tertentu atau berbagai macam catatan lain, komentar
yang dibuat oleh siswa. Membuat jurnal adalah cara yang paling baik untuk siswa
berpraktik dan meningkatkan kemampuan menulis mereka karena jurnal membantu
siswa memiliki sikap selalu memuliskan apa yang dikerjakan.
5-8 Unit 5
Keuntungan menggunakan Jurnal adalah manakala siswa belajar sains secara
independen, maka jurnal sangat membantu dalam mengembangkan kemampuan
refleksi dan introspeksi. Menggunakan jurnal sangat kondusif untuk melatih berpikir
tentang mengapa sesuatu dilakukan. Di dalam jurnal dapat digunakan untuk menulis
pernyataan, kesuksesan, pemikiran, maupun rasa frustasi. Menggunakan jurnal dapat
memperoleh informasi tentang sejarah siswa ketika belajar secara independen.
Anda mungkin mempertanyakan kegiatan apa saja yang dapat digunakan untuk
membuat jurnal. Dalam kegiatan belajar mengajar banyak peristiwa yang dapat
ditulis oleh siswa, berikut kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengisi
jurnal menurut Moore (1994):
1. memulai pertemuan di kelas atau memulai diskusi,
2. meringkas pembelajaran,
3. interupsi/memfokuskan kembali diskusi kelas,
4. menanyakan persetujuan atas suatu pernyataan,
5. mendiskusikan bagaimana pembelajaran hari ini terkait dengan topik-topik lain,
6. merespon suatu tugas,
7. meningkatkan konsentrasi siswa,
8. mencek kesiapan/pendapat siswa,
9. mencatat hasil kerja laboratorium.
Dalam menggunakan jurnal belajar awalnya memang tidak mudah karena siswa
belum terbiasa, siswa mungkin tidak merespon, menulis sesukanya, enggan menulis
atau bahkan tidak menuliskan apapun. Hal-hal seperti ini bisa terjadi pada kegiatan
awal, tetapi Anda perlu mengatur strategi dengan mempertimbangkan waktu, kondisi
siswa/kelas, materi pembelajaran, dan komponen-komponen pembelajaran lainnya.
Perlu Saudara ketahui bahwa semakin sering kita menggunakan jurnal belajar maka
siswa semakin berpengalaman, seperti diungkapkan Hibbard (1999) dengan semakin
berpengalamannya siswa memikirkan proses dan gaya belajarnya, mereka akan
menjadi pebelajar mandiri yang lebih baik. Selanjutnya Hibbard mengusulkan isian
dalam jurnal belajar berupa hal-hal sebagai berikut:
1. gambar atau sketsa dengan komentar,
2. pertanyaan yang ingin ditanyakan siswa beserta upaya awal untuk menjawab
pertanyaan tersebut,
3. hasil pengamatan secara rinci,
4. pertanyaan ”Andaikan......? yang ditanyakan siswa pada awal merencanakan
suatu eksperimen,
5. sketsa dan catatan mengenai model-model dan temuan-temuan,
6. peta pikiran yang dibuat siswa,
Tabel 5.2. Format Penilaian Proses Belajar dengan Menggunakan Jurnal Belajar
No. Elemen yang dinilai Skor Penilaian
maksimal Siswa Guru
1 Semua aspek disampaikan/ditulis lengkap 10
2 Penulisan dengan kalimat yang jelas dan lengkap 10
3 Penyampaian ide secara jelas 10
4 Pertanyaan dikemukakan dengan rinci 10
5 Hasil pengamatan atau pemikiran diungkapkan 10
dengan jelas
6 Penyampaian refleksi menggambarkan pemikiran 10
kemajuan belajar
7 Mengomentari pembelajaran dengan benar 10
8 Penyimpulan materi pembelajaran dengan baik 10
dan benar
9 Ilustrasi penyampaian materi dengan menarik 10
10 Secara keseluruhan lengkap, sistematis dan 10
menarik
Jumlah 100
5-10 Unit 5
sebagai proyek dan investigasi yang dilakukan siswa. Perlu Anda ketahui bahwa
dalam melakukan kegiatan ini dapat melibatkan siswa secara individual atau
kelompok kecil dua sampai empat anak dalam satu kelompok, sedang waktu yang
dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas dua sampai tiga minggu. Tetapi dapat
juga projek yang bersifat lebih substansial dan dapat memakan waktu sampai dua
bulan, waktu ideal untuk suatu projek adalah empat sampai lima minggu. Tugas
tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian,
pengevaluasian, hingga penyajian data.
Kegiatan projek adalah cara yang amat baik untuk melibatkan siswa dalam
pemecahan masalah karena bersifat sangat ilmiah apalagi ditunjang dengan kegiatan
yang berhubungan dengan dunia nyata. Projek dapat melibatkan siswa secara aktif
dan menemukan situasi baru yang dapat mendorong siswa menemukan suatu
masalah sehingga dapat menuntun mereka merumuskan hipotesis yang
membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Untuk sekolah tingkat dasar melalui projek
juga menyediakan peluang bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide ilmiah dengan
menggunakan materi fisik atau teknologi baru. Siswa dapat diarahkan untuk
melakukan investigasi permasalahan yang ada di sekitar kehidupan siswa baik
lingkungan sekolah maupun tempat tinggal siswa. Projek yang diberikan dalam
konten (isi) pemecahan masalah, dapat digunakan siswa untuk melakukan eksplorasi
belajar dan berpikir tantang ide yang mengembangkan pemahaman mereka dalam
berbagai area isi kurikulum.
Apabila Anda menggunakan proyek, seperti instrumen yang lain kita juga harus
memikirkan sistem penilaiannya. Di kelas, Anda mungkin menekankan penilaian
proyek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan
dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan
menganalisis proyek. Dalam konteks ini siswa dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan pada suatu topik, memformulasikan pertanyaan, dan menyelidiki topik
tersebut melalui bacaan, wisata, dan wawancara. Kegiatan mereka kemudian dapat
digunakan untuk menilai kemampuannya dalam hal bekerja independen atau
kelompok. Anda dapat juga menggunakan produk suatu proyek untuk menilai
kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan temuan-temuan dengan bentuk yang
tepat dan mempresentasikannya. Apabila Anda akan mengambil nilai proyek pada
penilaian sumatif, fokus biasanya terletak pada produknya.
Dalam pembelajaran proyek dinilai pada berbagai konteks untuk berbagai
tujuan, dari penilaian formatif dan diagnostik berupa tugas bersama hingga penilaian
sumatif berupa penilaian individu. Disamping itu, melalui proyek juga dapat
dilakukan penilaian terhadap keterampilan tertentu maupun pengetahuan di dalam
5-12 Unit 5
No Aspek * Skor (1 – 5)**
1 Perencanaan
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 Pelaksanaan
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data/Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 Laporan Proyek
a. Performa
b. Presentasi / Penguasaan
Total Skor
* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek dan kondisi siswa/sekolah
** Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban
yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan skor.
5-14 Unit 5
Catatan:
Guru menyarankan kepada peserta didik untuk menyatakan secara jujur sesuai kemampuan
yang dimilikinya, karena tidak berpengaruh terhadap nilai akhir. Hanya bertujuan untuk
perbaikan proses pembelajaran.
5-16 Unit 5
Berdasarkan cara melakukan wawancara, jenis wawancara dapat dibagi
menjadi beberapa jenis. Wawancara dengan pertanyaan terstruktur dapat dilakukan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan satu topik tertentu yang
telah disediakan pewawancara dan jawaban tinggal dikelompokkan kepada
kemungkinan jawaban yang telah tersedia. Sebagai contoh, suatu wawancara
pemecahan masalah, akan menghadapkan siswa pada masalah dan memintanya
untuk memecahkannya. Sedang wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
dimana pertanyaan yang disediakan memberi kebebasan interviewee untuk
menjawab atau mengemukakan pendapatnya. Kedua jenis wawancara ini tentunya
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, dalam
menggunakannya Anda diharapkan dapat mempertimbangkan jenis mana yang akan
digunakan dengan menyesuaikan tujuan Anda melakukan wawancara. Bahkan Anda
dapat juga memadukan kedua jenis wawancara tersebut yaitu pertanyaan yang
disediakan merupakan kombinasi antara pertanyaan terstruktur dengan pertanyaan
tidak terstruktur. Selanjutnya tentang konferensi, bila dilinjau dari definisinya,
konferensi adalah diskusi tidak formal yang melibatkan guru dengan seorang siswa.
Beberapa saran yang bermanfaat untuk melaksanakan wawancara dan konferensi: 1)
Siaplah dengan pertanyaan, 2) Tempatkan siswa dalam keadaan santai, 3) Jelaskan
bahwa Anda akan mencari hasil berpikir kreatif, 4) Ajukan masalah, 5) Buatlah
catatan, 6) Jadilah pendengar yang baik
Latihan
Coba Anda buat pedoman pertanyaan observasi untuk kegiatan siswa yang sedang
melakukan pengamatan terhadap suatu percobaan
Rambu Pengerjaan
Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Sebutkan beberapa tipe asesmen alternatif!
2. Berikan penjelasan bagaimana cara menggunakan jurnal belajar!
3. Sebutkan jenis dari pertanyaan dalam wawancara!
4. Apakah manfaat yang didapatkan bagi guru maupun siswa jika menggunakan
asesmen evaluasi diri?
5. Sebutkan 3 contoh topik kegiatan yang dapat digunakan untuk tugas proyek dan
investigasi!
5-18 Unit 5
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Apakah Anda telah mencoba mengerjakan Tes Formatif 1 di atas? Jika sudah,
terima kasih. Selanjutnya, bandingkalah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang
telah disiapkan pada akhir unit ini. Sangat mudah bukan? Jika Anda telah menjawab
pertanyaan dengan benar (minimal 80%), Anda layak untuk mempelajari subunit
selanjutnya. Sebaliknya, bila masih terdapat jawaban yang salah janganlah berkecil
hati. Bacalah kembali uraian sebelumnya terutama bagian yang Anda belum pahami.
Kemudian cobalah untuk menjawab kembali pertanyaan tersebut.
Asesmen Kinerja
Pengantar
5-20 Unit 5
Uraian
Saudara mungkin pernah mendengar atau mempelajari tentang asesmen
autentik, nah asesmen kinerja pada hakekatnya adalah asesmen autentik karena
dalam asesmen ini siswa dituntut untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan temuan
mereka, melakukan penalaran dan keterampilan. Jika dibandingkan dengan asesmen
konvensional, asesmen kinerja memiliki beberapa perbedaan.
a. Validitas
Karakteristik dan kompleksitas (complexity) dari performance assessment
biasanya menimbulkan masalah dalam pengumpulan data untuk membuktikan
validatas (validity evidence) tidak seperti dalam pengembangan tes pilihan ganda.
Kompleksnya tugas dan kemampuan yang akan diukur dalam performance
assessment dapat menimbulkan masalah dalam penskoran dan keterwakilannya
domain yang hendak diukur. Suatu tugas dalam performance assessment yang
sepertinya terlihat lebih kompleks tidak memerlukan proses penilaian yang
kompleks, juga sebaliknya, ada tugas yang memerlukan lebih dari satu kemampuan,
seperti kompetensi bahasa dan kemampuan matematika. Persoalan dalam matematika
memerlukan domain pengetahuan yang relevan dan keterampilan dalam
menggunakan informasi tentang komponen-komponen kemampuan yang akan
diukur. Selain penskorannya juga harus direviu untuk melihat sejauh mana penskoran
tersebut sudah mencakup kemampuan yang kompleks.
b. Reliabilitas
Pertanyaan kunci tentang reliabilitas adalah sampai sejauh mana skor siswa
dapat merefleksikan kemampuan siswa yang sebenarnya (true ability) dan bukan
akibat dari kesalahan pengukuran. Tujuan dari pengembang tes adalah mendesain
penulisan, membuat kondisi pelaksanaan tes dan penskorannya tidak terhambat pada
5-22 Unit 5
situasi yang tidak berkembang dengan kemampuan yang hendak diukur. Masalah
pada penilaian performance biasanya adalah:
1. Penskoran (rating) dan pemberi skor performance assessment;
2. Siswa tidak mengenali alat-alat performance assessment yang dimanipulasi;
3. Siswa tidak mengenal topik yang dikembangkan dalam performance assessment.
Tetapi dari beberapa penelitian ternyata kesalahan yang disebabkan penskor
(rater) dapat diminimalkan apabila pedoman penskoran performance assessment
dibuat dan didefinisikan sebaik mungkin dan juga sebelum dimulai penskoran
diadakan pelatihan penskor (rater) terlebih dahulu.
c. Fairness
Tiga permasalahan dalam pelaksanaan performance assessment yang
berhubungan dengan ‘fairness” yaitu (1) perbandingan dalam penulisan, (2)
ketersediaan alat-alat yang diperlukan, dan (3) kesempatan untuk belajar dan
berlatih. Apabila tugas dalam performance assessment ada beberapa pilihan, maka
harus ada bukti validitas perbandingan dan tugas-tugas tersebut. Setiap tes yang
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa harus mempertimbangkan bahwa
setiap siswa mempunyai akses yang sama dalam menggunakan alat-alat yang
dibutuhkan dalam mengerjakan tugas dalam tes. Agar mendapatkan alat evaluasi
yang valid tugas-tugas kinerja harus memiliki kriteria berikut (Nur, 2001): (1)
memusatkan pada elemen-elemen pengajaran yang penting, (2) sesuai dengan isi
kurikulum yang diacu, (3) mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan
kebiasaan kerja, (3) melibatkan siswa, (4) mengaktifkan kemauan siswa untuk
bekerja, (5) layak dan pantas untuk seluruh siswa, (6) ada keseimbangan antara kerja
kelompok dan kerja individu, (7) terstruktur dengan baik untuk memudahkan
pemahaman, (8) memiliki proses dan produk yang autentik, (9) memasukkan
penilaian diri, (10) memungkinkan umpan balik dari orang lain.
5-24 Unit 5
Memilih daftar tugas-tugas asesmen
kinerja yang cocok dari produk atau
proses yang dinilai di dalam tugas siswa Tunjukkan dan diskusikan contoh-contoh atau model
pekerjaan dengan kualitas tinggi yang serupa tapi
tidak sama dengan tugas yang akan dikerjakan.
Kaitkan elemen dari contoh atau model ini dengan
elemen yang tercantum di dalam Daftar Asesmen
Tugas Kinerja (DATK)
Siswa diminta menyelesaikan tugas itu
dengan dibimbing oleh DTAK
Siswa diminta untuk melakukan penilaian diri atas
produk atau proses dengan menggunakan DTAK
Rubrik
Setelah Anda mempelajari langkah-langkah melakukan penilaian kinerja,
selanjutnya perlu Anda pahami bagaimana cara membuat rubrik. Untuk menilai
kualitas menyeluruh pekerjaan siswa digunakan rubrik. Setelah siswa menyelesaikan
sejumlah produk, siswa diminta untuk melakukan penilaian diri sendiri bagaimana
mereka secara menyeluruh menyelesaikan salah satu tugas produk tersebut, dengan
acuan perangkat standar kualitas produk itu untuk tingkat kelas tertentu. Siswa dapat
menentukan dimana tepatnya pekerjaan mereka pada suatu rentang kualitas
(kontinum kualitas). Siswa diminta untuk menetapkan skor rubrik dan menjelaskan
mengapa memilih skor itu. Daftar asesmen tugas kinerja (performance task
assessment list) dapat digunakan untuk menjelaskan skor rubrik.
Kriteria performa merupakan indikator dari performa unjuk kerja yang baik dan
tepat dalam sebuah tugas, tentukan dahulu proses, produk atau keduanya karena ini
(1) Meletakkan gelas ukur di atas tempat yang datar, skala menghadap
pengamat ( ………)
(2) Menuangkan air ke dalam gelas ukur sampai akhir mencapai
100 ml, penuangan dihentikan (……….)
(3) Menambah volume air setetes demi setetes menggunakan pipet
sampai mencapai 100 ml (……….)
(4) Membaca air di dalam gelas ukur dengan posisi sejajar mata (……….)
(5) Mencatat hasil pengukuran dengan benar (……….)
Total skor = ………
5-26 Unit 5
2) Rubrik dengan skala penilaian (rating scale)
Jika guru mengembangkan rubrik skala penilaian, maka guru menunjukkan
beberapa derajat standar yang telah dicapai. Pada Halaman berikut diberikan contoh
penggunaan skala penilaian untuk menilai keterampilan siswa dengan menggunakan
rubrik.
Tugas:
Ukurlah volume air sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur!
Panduan untuk melatih siswa dan penilaian kinerja mengukur volume air
menggunakan gelas ukur.
Berilah skor:
4 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
3 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tapi lama
2 bila aspek tersebut dilakukan selesai tapi salah
1 bila dilakukan tapi tidak selesai
(0 bila tidak ada usaha sama sekali)
Penilaian dengan “rating scale” dikenal ada tiga jenis, yaitu: (1) numerical
rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3) descriptive rating scale. Contoh ketiga
“rating scale” diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.6. Instrumen Penilaian Berpidato dengan menggunakan Graphic Rating Scale
Nama: ...............................................
Petunjuk:
Tulislah X pada garis dimana kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato!
Latihan
1. Bagaimana kedudukan asesmen autentik, asesmen alternatif, dan asesmen
kinerja?
2. Bagaimana cara menilai kemampuan kinerja siswa?
5-28 Unit 5
Pedoman Jawaban Latihan
Rangkuman
Tes Formatif
Latihan dan tes formatif yang Anda kerjakan ditujukan untuk melatih
pemahaman dan keterampilan Anda. Jika telah menjawab pertanyaan dengan benar
(minimal 80%), Anda layak untuk mempelajari subunit selanjutnya. Berlatihlah
mengembangkan rubrik untuk tugas-tugas dalam mata pelajaran yang Anda bina.
5-30 Unit 5
Subunit 3
Portofolio
Pengantar
1. Pengertian Portofolio
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan
mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat
berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru,
catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan
5-32 Unit 5
c. Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi
yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain.
d. Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh
pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik.
e. Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu
(misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat atau level kemampuan mereka
tetapi sama-sama menuju tujuan umum).
f. Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi
siswa itu sendiri, orang tua, dan yang lainnya.
Penilaian portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan lainnya seperti
yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer (1995: 184) berikut ini.
a. Mendomentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu.
b. Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
c. Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
d. Mendorong tanggungjawab siswa untuk belajar.
Banyak keuntungan yang kita peroleh jika menggunakan portofolio. Namun
perlu kita ketahui perbedaan luaran menggunakan tes standar dan portofolio, seperti
yang dikemukakan oleh Popham (1995) yaitu:
Tabel 5.7. Perbedaan Luaran Asesmen antara Portofolio dengan Tes Standar
5-34 Unit 5
3. Bentuk-bentuk Portofolio
Saudara, telah banyak informasi dan uraian mengenai portolio beserta prinsip-
prinsip yang harus diperhatikan. Sekarang kita akan berinovasi membuat tagihan
portofolio yang baik. Untuk lebih jelasnya Anda dapat mempelajari beberapa bentuk
portofolio berikut ini. Portofolio dapat berupa artefak (produk nyata karya siswa),
artikel, jurnal, dan refleksi yang mewakili apa yang telah dilakukan oleh siswa dalam
mata pelajaran. Portofolio dapat digunakan untuk mengases kinerja siswa selama
sekolah. Asesmen portofolio dapat dibuat bersama oleh guru dan siswa. Pertama
siswa mengumpulkan semua hasil pekerjaannya selama dua sampai tiga minggu.
Selanjutnya direviu untuk menentukan dasar seleksi contoh-contoh pekerjaan siswa
yang akan dijadikan asesmen. Portofolio digunakan selain sebagai asesmen, juga
dapat dipakai untuk membantu siswa merefleksikan apa yang telah mereka pelajari.
Ada tiga macam portofolio, yaitu portofolio perkembangan, portofolio pamer,
dan portofolio komprehensif. Portofolio perkembangan adalah portofolio yang
sengaja dikumpulkan untuk melihat perkembangan siswa dalam area tertentu.
Misalnya perkembangan kemampuan siswa membuat laporan praktikum. Maka
portofolio ini terdiri dan sejumlah laporan praktikum siswa semenjak awal sampai
akhir. Untuk mengases portofolio ini, siswa dapat memilih sendiri portofolionya
yang terbaik sesuai kriteria yang ditentukan dan diberikan kepada guru. Portofolio
perkembangan adalah hasil kerja terbaik siswa yang bertujuan untuk dipamerkan
pada saat tertentu seperti misalnya saat sekolah melakukan pertemuan dengan orang
tua, pameran dan sebagainya. Portofolio komprehensif adalah portofolio keseluruhan
dan hasil karya siswa yang didokumentasikan menurut tujuan tertentu. Beberapa
contoh portofolio:
1) Laporan tertulis projek atau penyelidikan individual.
2) Contoh masalah atau penyelidikan yang dirumuskan oleh siswa.
3) Jawaban terhadap pertanyaan ujung terbuka.
4) Kontribusi siswa kepada laporan kelompok.
5) Daftar cek yang telah dibuat guru yang menunjukkan pertumbuhan ilmiah siswa.
6) Autobiografi ilmiah.
7) Penerapan sains pada disiplin lain.
8) Penjelasan siswa terhadap setiap item pada portofolio.
4. Penilaian Portofolio
Penggunaan portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah berikut.
a. Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya
merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk
5-36 Unit 5
Kriteria pemecahan masalah dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja siswa
dalam area berikut.
Contoh kriteria mengevaluasi Portofolio untuk pemecahan masalah
1) Pemahaman masalah.
2) Menggunakan berbagai strategi untuk membuat rencana pemecahan masalah.
3) Dapat melaksanakan rencana menggunakan model atau teknologi.
4) Pendekatan kreatif untuk masalah kompleks.
Contoh Kriteria Mengevaluasi Portofolio untuk Penalaran
1) Melaksanakan inkuiri.
2) Mendokumentasikan hasil.
3) Menganalisis hasil.
4) Mengkritisi ide dan prosedur.
5) Membangun, memperluas, dan menerapkan ide.
Contoh Kriteria Mengevaluasi Portofolio yang lain
1) Pengembangan sikap positif.
2) Menggunakan evaluasi diri dan koreksi diri tentang kerjanya.
3) Interpretasi ide.
4) Teknologi.
5) Konsep dan prosedur.
6) Kelompok kerja..
Berikut ini adalah contoh format untuk menulis komentar fortofolio siswa.
Format berikut ini, dapat digunakan untuk menulis komentar portofolio siswa.
Asesmen portofolio
Siswa :
Guru :
Tanggal :
Pertumbuhan Pemahaman:
2 Membuat
resensi
buku
Catatan: karya siswa sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan aspek yang
dinilai
5-38 Unit 5
(1) Gunakan folder siswa untuk mengumpulkan semua pekerjaan mereka dalam
suatu portofolio kerja.
(2) Tanyakan kepada siswa apa yang menurut mereka perlu ditambahkan ke dalam
portofolio ini.
(3) Diskusikan tentang format portofolio yang bagus, diketik atau ditulis dengan
tinta, ada daftar isinya, pengantar yang menjelaskan mengapa setiap lembar
portofolio ini disertakan di dalam folder ini.
(4) Buatlah beragam asesmen sehingga portofolio itu dapat merefleksikan variasi itu.
Misalnya kerja kelompok, proyek, penyelidikan, jurnal dan sebagainya.
(5) Tugaskan siswa untuk mereviu portofolio temannya, sehingga siswa diharapkan
mendapat ide tentang apa yang dikerjakan oleh teman sekelasnya.
(6) Diskusikan bagaimana cara portofolio itu dievaluasi.
Mengevaluasi portofolio akan memberi peluang kepada guru dan siswa untuk
masuk ke dalam dialog tentang apa yang telah dipelajari siswa. Harus selalu diingat
bahwa setiap lembar yang ada di dalam portofolio itu adalah hasil pilihan siswa
sebagai wakil dan pekerjaan terbaiknya. Jadi portofolio sesungguhnya adalah
evaluasi diri oleh siswa yang telah membuatnya. Tujuan guru melakukan asesmen
menggunakan portofolio adalah untuk membantu siswa meningkatkan
pemahamannya terhadap kinerja ilmiah atas tugas yang dipamerkan di dalam
portofolio.
Latihan
1. Apakah hakekat dari portofolio?
2. Apakah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk portofolio?
Tes formatif 3
5-40 Unit 5
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Tes Formatif 1
Tes Formatif 2
5-42 Unit 5
2. Asesmen kinerja pada prinsipnya menekankan tidak hanya kemampuan kognitif,
tetapi juga produk, membutuhkan waktu lama tetapi dapat dipakai berulang,
dapat mendiagnosis dan meremidi, dan fokus pada pembelajaran unjuk kerja.
Sedang asesmen konvensional mengutamkan pemahaman konsep, waktu tidak
efektif, diagnosis dan remidi hanya untuk soal uraian, fokus pembelajaran pada
materi.
3. Kriteria tugas kinerja yang valid: aktivitas berpusat pada siswa dengan sistem
penilaian autentik.
4. Contoh rubrik untuk menilai kegiatan siswa dalam melakukan percobaan erosi.
Tentukan (1) komponen terjadinya erosi seperti air, tanah, tanaman (rumput); (2)
kondisi terjadinya peristiwa erosi meliputi minimnya tanaman dengan debit air
tinggi, (3) pembuatan laporan, (4) pelaksanaan diskusi.
Tes Formatif 3
5-44 Unit 5
Glosarium
____________________________________________________________________
Pendahuluan
P ada unit ini Anda akan mempelajari teknik pemberian skor (penskoran) dan
prosedur mengubah skor ke dalam nilai standar pada metode tes. Ada tiga
bagian dalam unit ini, yaitu subunit 1 teknik pemberian skor, subunit 2 mengubah
skor dengan penilaian acuan patokan, dan subunit 3 mengubah skor dengan
penilaian acuan normatif. Pada setiap subunit disajikan uraian dan contoh yang
berhubungan langsung dengan proses penskoran dan penilaian dalam pembelajaran.
Pada akhir pembahasan setiap subunit disajikan tes formatif dan umpan balik untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda setelah mempelajari subunit tersebut. Untuk
membantu Anda dalam menentukan skor pada setiap tes formatif, pada akhir
pembahasan unit disajikan kunci jawaban setiap tes formatif.
Adapun kompetensi yang harus Anda kuasai setelah mempelajari unit ini
adalah Anda sebagai mahasiswa Program PJJ S1 PGSD mampu membuat pedoman
penskoran dan melakukan analisis hasil penilaian proses dan hasil pembelajaran
dengan metode tes. Oleh sebab itu, setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda
memiliki kemampuan untuk:
1. Memberi skor pada berbagai soal metode tes;
2. Mengubah skor menjadi nilai standar dengan berbagai skala dengan
menggunakan pendekatan PAP;
3. Mengubah skor menjadi nilai standar dengan berbagai skala dengan
menggunakan pendekatan PAN.
Latihan soal disiapkan baik di tengah uraian ataupun di akhir uraian yang
dapat Anda kerjakan. Untuk mengetahui dan mengecek hasil pekerjaan Anda,
6-2 Unit 6
Subunit 1
Teknik Pemberian Skor
Pengantar
S etelah Anda melakukan kegiatan tes terhadap siswa, kegiatan berikutnya adalah
memberikan skor pada setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan ini harus
dilakukan dengan cermat karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes
sampai menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes, sebaiknya Anda sudah
menyusun teknik pemberian skor (penskoran). Bahkan sebaiknya Anda sudah
berpikir strategi pemberian skor sejak perumusan kalimat pada setiap butir soal. Pada
kegiatan belajar ini akan disajikan pemberian skor pada tes domain kognitif, afektif,
dan psikomotor sesuai dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh Diknas (2004)
yang telah dimodifikasi.
Membuat pedoman penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk
uraian dalam tes domain kognitif supaya subjektivitas Anda dalam memberikan skor
dapat diperkecil. Pedoman menyusun skor juga akan sangat penting ketika Anda
melakukan tes domain afektif dan psikomotor peserta didik. Karena sejak tes belum
dimulai, Anda harus dapat menentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan
dari peserta didik dalam menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.
6-4 Unit 6
( Bi xbi )
Skor = ∑ St
x 100%
Contoh:
Pada suatu soal tes matapelajaran IPA berjumlah 40 butir yang terdiri dari
enam tingkat domain kognitif diberi bobot sebagai berikut: pengetahuan bobot
1, pemahaman 2, penerapan 3, analisis 4, sintesis 5, dan evaluasi 6.
Yoyok dapat menjawab benar 8 butir soal domain pengetahuan dari 12 butir, 12
butir dari 20 butir soal pehamanan, 2 butir soal penerapan dari 4 butir, 1 butir
soal analisis dari 2 butir, dan 1 butir soal sintesis dan evaluasi masing-masing 1
butir. Berapakah skor yang diperoleh Yoyok?
Untuk mempermudah memberi skor disusun Tabel 6.1. sebagai berikut.
= 63,9 %
Jadi skor yang diperoleh Yoyok adalah 63,9%, artinya Yoyok dapat menguasai
tes matapelajaran IPA sebesar 63,9%
Indikator : peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan
mengubah satuan ukurannya.
Butir soal:
Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar 80 cm,
dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk menjawabnya
tuliskan langkah-langkahnya!)
6-6 Unit 6
c. Penskoran Soal Bentuk Uraian Non-Objektif
Prinsip penskoran soal bentuk uraian non-objektif sama dengan bentuk uraian
objektif yaitu menentukan indikator kompetensinya. Perhatikan contoh berikut.
Pedoman penskoran:
Jawaban boleh bermacam-macam namun pada pokok jawaban tadi dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
Contoh: Suatu ulangan terdiri dari 20 bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan,
dan 4 buah soal bentuk uraian. Titi dapat menjawab benar soal pilihan ganda
16 butir dan salah 4 butir, sedang bentuk uraian bisa dijawab benar 20 dari skor
maksimum 40. Apabila bobot pilihan ganda adalah 0,40 dan bentuk uraian
0,60, maka skor yang diperoleh Titi dapat dihitung sebagai berikut.
a. skor pilihan ganda tanpa koreksi jawaban dugaan : (16/20)x100 = 80
b. skor bentuk uraian adalah : (20/40)x100 = 50
c. skor akhir adalah : 0,4 x (80) + 0,6 x (50) = 62
6-8 Unit 6
Contoh:
Instrumen untuk mengukur minat peserta didik yang telah berhasil dibuat ada
10 butir. Jika rentangan yang dipakai adalah 1 sampai 5, maka skor terendah
seorang peserta didik adalah 10, yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi sebesar 50,
yakni dari 10 x 5. Dengan demikian, mediannya adalah (10 + 50)/2 atau sebesar
30. jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-20 termasuk tidak berminat,
21 sampai 30 kurang berminat, 31 – 40 berminat, dan skala 41 – 50 sangat
berminat.
Dari contoh cara pengukuran suhu badan menggunakan skala penilaian, ada 6
butir soal yang dipakai untuk mengukur kemampuan seorang peserta didik jika untuk
butir 1 peserta didik yang bersangkutan memperoleh skor 5 berarti sempurna/benar,
butir 2 memperoleh skor 4 berarti benar tetapi kurang sempurna, butir 3 memperoleh
skor 4 berarti juga benar tetapi kurang sempurna, butir 4 memperoleh skor 3 berarti
kurang benar, butir 5 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, dan butir 6 juga
memperoleh skor 3 berarti kurang benar, maka total skor yang dicapai peserta didik
Rangkuman
Apabila Anda membuat penskoran dan pembobotan butir soal suatu tes, maka
yang harus diperhatikan adalah tingkatan dalam setiap domain (kognitif, afektif, dan
psikomotor). Bentuk perangkat tes yang baik adalah tes yang butir-butir soalnya
disusun dengan memperhatikan komponen-komponen tingkatan dalam suatu domain
dan tersusun lebih dari satu bentuk tes.
Sebelum atau selama pembuatan soal tes, Anda harus merencanakan bentuk-
bentuk penskoran yang akan diberlakukan. Hal ini akan dapat membantu Anda
dalam melaksanakan prinsip objektif dan metodik dalam kegiatan penskoran
sehingga tidak terkesan asal memberi skor. Hasil penskoran yang terencana akan
memudahkan kegiatan berikutnya dalam penilaian, yaitu mengkonversi skor hasil
belajar menjadi skor prestasi atau nilai standar
6-10 Unit 6
Tes Formatif 1
Rumus:
Jumlahskor *
Tingkat penguasaan = x100%
70
* Jumlah skor = penjumlahan skor jawaban benar pada setiap item soal
Ketentuan: jumlah skor setiap item tidak melebihi bobot soalnya
Apabila tingkat penguasaan Anda 80% ke atas maka Anda dapat meneruskan
pembelajaran pada subunit berikutnya. Bila tingkat penguasaan anda di bawah 80%
maka Anda harus mengulang kegiatan belajar subunit ini terutama pada bagian yang
belum Anda kuasai.
6-12 Unit 6
Subunit 2
Mengubah Skor dengan Penilaian Acuan
Patokan
Pengantar
S etelah Anda memahami dan menguasai konsep dan aplikasi pembuatan skor
pada bagian sebelumnya maka diharapkan Anda dapat melangkah pada kegiatan
berikutnya yaitu mengubah skor prestasi dengan nilai standar dengan menggunakan
pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penialian Acuan Normatif (PAN).
Langkah ini bermanfaat untuk menentukan kualitas pembelajaran dan prestasi
peserta didik secara objektif dan meningkatkan kebermaknaan hasil penilaian yang
telah dilakukan baik dari sisi guru maupun peserta didik.
2. Pendekatan PAP
Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) disebut juga penilaian dengan
norma absolut atau kriteria. Pendekatan PAP berarti membandingkan skor-skor hasil
tes peserta didik dengan kriteria atau patokan yang secara absolut/mutlak telah
ditetapkan oleh guru. Jadi skor peserta didik tidak dibandingkan dengan
kelompoknya tetapi skor-skor itu akan dikonversi menjadi nilai-nilai berdasarkan
skor teoritisnya.
Umumnya seorang guru yang menggunakan PAP sudah dapat menyusun
pedoman konversi skor-skor menjadi nilai standar sebelum tes dimulai. Oleh sebab
itu, umumnya hasil pengukuran dari periode ke periode berikutnya dalam kelompok
berbeda maupun yang sama akan dapat dipertahankan keajegannya atau
konsistensinya.
Hasil penerapan PAP dalam penilaian peserta didik akan dapat Anda ramalkan
dengan terlebih dahulu melihat skor teoritis dan kualitas para peserta didik dalam
kelompok atau kelas. Misal pada penilaian dengan skala-5, PAP Anda berlakukan
pada kelompok/kelas yang kurang pandai maka diperkirakan banyak peserta didik
mendapatkan nilai prestasi kurang, yaitu ditandai dengan banyaknya peserta didik
dengan nilai E, D, serta C sedangkan nilai B dan A lebih sedikit seperti pada kurva-A
berikut.
6-14 Unit 6
E D C B A E D C B A
Kurva-A Kurva-B
Berdasarkan tabel di atas skor teoritis perangkat tes adalah 85. Peserta didik
yang mengikuti ada 40 anak, setelah mereka mengerjakan perangkat tes dilakukan
penskoran oleh guru. Hasil skor itu selanjutnya diolah dengan PAP, hasilnya sebagai
berikut (yang ditampilkan hanya 10 peserta tes).
6-16 Unit 6
Tabel 6.6. Skor Peserta Tes (Rekayasa) untuk Diolah dengan Pendekatan PAP
No Nama Peserta Skor Keterangan*
1. Hadi 53 -
2. Suyono 68 -
3. Jamil 61 -
4. Fatma 75 -
5. Joko 82 Skor tertinggi
6. Romlah 65 -
7. Imam 50 -
8. Yoyok 60 -
9. Nila 45 Skor terendah
10. Tiyas 54 -
Hasil Penilaian
No. Nama Peserta Skor Penghitungan
Nilai (%) Kualifikasi *
1. Hadi 53 53/85 x 100% 62 Tuntas
2. Suyono 68 68/85 x 100% 80 Tuntas
3. Jamil 61 61/85 x 100% 72 Tuntas
4. Fatma 75 75/85 x 100% 88 Tuntas
5. Joko 82 82/85 x 100% 97 Tuntas
6. Romlah 65 65/85 x 100% 77 Tuntas
7. Imam 50 50/85 x 100% 59 Tidak Tuntas
8. Yoyok 60 60/85 x 100% 71 Tuntas
9. Nila 45 45/85 x 100% 53 Tidak Tuntas
10. Tiyas 54 54/85 x 100% 64 Tuntas
Melalui tabel di atas berarti setiap skor peserta didik harus dikonversi menjadi
nilai huruf dan kualifikasi, hasil konversinya sebagai berikut.
6-18 Unit 6
memuaskan karena nilainya di bawah batas minimal kualifikasi 60% atau nilai C.
Keadaan yang sama juga terjadi pada Nila dengan nilai D dan kualifikasi kurang
memuaskan.
Bagaimanakah dengan peserta berkualifikasi kurang memuaskan? Anda dapat
melakukan langkah berikutnya yaitu memberikan keputusan kepada Iman dan Nila
untuk mengikuti remedial, mengulang pada semester berikutnya (kalau di perguruan
tinggi) atau melakukan tes ulang.
Apabila hasil PAP dengan pedoman konversi skala-100 dan skala-5 Anda
gunakan untuk mengkonversi skor-skor hasil tes prestasi pada kelas/kelompok lain
maka hasilnya akan tetap reliabel dengan catatan perangkat tes yang digunakan sama
dengan kelompok/kelas sebelumnya.
Latihan
Peserta tes sebanyak 40 anak, tentukan berapakah nilai dan kualifikasi 10 orang
peserta didik berikut apabila menggunakan pendekatan PAP skala-100.
Rangkuman
Pendekatan PAP dan PAN adalah dua pendekatan penilaian yang digunakan
untuk mengubah skor mentah menjadi nilai standar. Umumnya PAP digunakan untuk
menilai kualifikasi prestasi siswa dengan tolok ukur pada skor teoritis perangkat tes
dan batas minimal ketuntasan, sedangkan PAN digunakan untuk menilai kualifikasi
siswa dengan membandingkan nilai prestasi mereka dengan sesama teman di
kelas/kelompoknya.
Pendekatan PAP sebaiknya digunakan pada pelaksanaan tes yang
menggunakan perangkat tes terstandar secara reliabilitas dan validitas. Untuk
menyusun pedoman konversi skor-skor kasar menjadi nilai dan kualifikasinya dapat
dilakukan dengan model skala-100 dan skala-5
Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 2.
6-20 Unit 6
2. Apa yang dimaksud dengan skor teoritis?
A. skor yang diperoleh pada setiap butir/item soal.
B. skor yang memperhatikan bobot.
C. skor maksimal bila menjawab benar semua butir soal dalam suatu perangkat
tes.
D. semua jawaban di atas benar.
5. Suatu perangkat tes matapelajaran IPS terdiri dari beberapa bentuk soal seperti
pada tabel berikut.
6. Melalui hasil penilaian pada soal no. 5., apakah kuaifikasi nilai Yono?
A. tidak tuntas. B. tuntas. C. memuaskan . E. semua benar.
8. Melalui hasil penilaian pada soal no. 7., apakah kuaifikasi nilai Jamil?
A. tidak tuntas. B. tuntas. C. memuaskan. E. semua benar.
Rumus:
Jumlah jawaban benar
Tingkat penguasaan = x 100
8
Apabila tingkat penguasaan Anda 80% ke atas maka Anda dapat meneruskan
pembelajaran pada subunit berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda di bawah 80%
maka Anda harus mengulangi kegiatan belajar subunit ini terutama pada bagian yang
belum Anda kuasai.
6-22 Unit 6
Subunit 3
Mengubah Skor dengan Penilaian Acuan Normatif
Pengantar
Setelah Anda memahami dan menguasai konsep dan aplikasi penilaian PAP
dengan model skala-100 dan skala-5 maka diharapkan Anda dapat melangkah pada
kegiatan berikutnya yaitu mengubah skor prestasi dengan nilai standar dengan
menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Normatif (PAN). Seperti langkah pada
PAP, cara penilaian PAN juga bermanfaat untuk menentukan kualitas pembelajaran
dan prestasi peserta didik secara objektif dan meningkatkan kebermaknaan hasil
penilaian yang telah dilakukan baik dari sisi guru maupun peserta didik.
Data statistik tersebut kita gunakan untuk menghitung nilai Zscore Rudi dan Bobi
x − x
dengan menggunakan Zscore = . Melalui rumus itu dapat dihitung Zrudi = 3,4
s
dan Zbobi = 3,2 dengan demikian pernyataan bahwa Rudi tidak lebih unggul dalam
bidang IPA daripada Bobi di kelas masing-masing adalah kurang berdasar.
Demikian halnya dengan nilai suatu matapelajaran yang sama tetapi diperoleh
dalam kurun waktu yang berbeda akan memiliki makna yang berbeda. Hal ini
disebabkan oleh variasi nilai, kondisi kelompok, dll.
Melalui analogi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu nilai prestasi hasil
pengolahan dengan pendekatan PAN memiliki sifat relatif, oleh sebab itu pendekatan
PAN disebut juga pendekatan penilaian norma relatif atau norma empirik. Artinya
secara statistika, pendekatan PAN menggunakan dasar asumsi normalitas. Apabila
Anda memiliki kumpulan skor/nilai pada kelas/kelompok yang heterogen maka
distribusinya akan membentuk kurva normal sebagai berikut (perhatikan gambar
kurva normal di bawah ini)
Sedang
Rendah Tinggi
6-24 Unit 6
2. Langkah pendekatan PAN
Seperti pada PAP, pendekatan penilaian PAN dapat digunakan juga pada
sistem penilaian skala-100 dan skala-5. Bahkan pada PAN, Anda dapat
mengembangkan menjadi skala-9 dan skala-11. Pada skala-100 berangkat dari
persentase yang mengartikan skor prestasi sebagai proporsi penguasaan peserta didik
pada suatu perangkat tes dengan batas minimal angka 0 sampai 100 persen (%).
Pada skala-5 berarti skor prestasi diwujudkan dalam nilai A, B, C, D, dan E atau
berturutan mewakili nilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Adapun langkah-langkah pendekatan PAN
sebagai berikut.
Rumus x =
∑ xi
n
Rumus x =
∑ fi.xi
∑ fi
xi = tanda kelas
fi = frekuensi yang sesuai dengan xi
2) Menghitung standar deviasi ( s ) skor prestasi
Untuk data tidak berkelompok
n∑ xi 2 − (∑ xi )
2
Rumus s =
n(n − 1)
xi = nilai ke-i
Untuk data berkelompok
∑ fixi ⎛ ∑ fixi' ⎞
'2 2
Rumus s = i −⎜ ⎟
n ⎜ n ⎟
⎝ ⎠
xi = nilai ke-i
fi = frekuensi ke-i
C
E D B A
Kurva normal tersebut terbagi menjadi lima daerah dan setiap daerah
menunjukkan kualifikasi atau nilai dari kanan ke kiri A, B, C, D dan
E. Berdasarkan pembagian itu, pedoman konversi skala-5 disusun
sebagai berikut.
A
x +1,5s
B
x + 0,5s
C
x - 0,5s
D
x - 1,5s
E
6-26 Unit 6
Pedoman konversi skala-9
Pedoman konversi skala-9 berarti membagi nilai standar menjadi
sembilan skala, sembilan angka/huruf atau sembilan kualifikasi. Cara
menyusun skala sembilan sama dengan skala lima yaitu dengan
membagi wilayah di bawah lengkung kurva normal menjadi sembilan
daerah, perhatikan kurva normal berikut.
5
1 2 3 4 6 7 8 9
x
x –0,25s x +0,25s
x – 0,75s x + 0,75s
x – 1,25s x +1,25s
x – 1,75s x +1,75s
9
x +1,75s
8
x + 1,25s
7
x + 0,75s
6
x + 0,25s
5
x - 0,25s
4
x - 0,75s
3
x - 1,25s
2
x - 1,75s
1
5
0 1 2 3 4 6 7 8 9 10
x
x –0,25s x +0,25s
x – 0,75s x + 0,75s
x – 1,25s x +1,25s
x – 1,75s x +1,75s
x – 2,25s x + 2,25s
10
x +2,25s
9
x +1,75s
8
x + 1,25s
7
x + 0,75s
6
x + 0,25s
5
x - 0,25s
4
x - 0,75s
3
x - 1,25s
2
x - 1,75s
1
x - 2,25s
6-28 Unit 6
0
Tscore = 50 + 10 × Z score
Jawab:
1) Menghitung x dan s
No Nama Peserta xi xi2
1. Hadi 53 2809
2. Suyono 68 4624
3. Jamil 61 3721
x =
∑ xi
n
624
=
10
= 62,4 (dibulatkan 62)
n∑ xi 2 − (∑ xi )
2
s =
n(n − 1)
10 × 40210 − 624 2
=
10(10 − 1)
6-30 Unit 6
Prestasi
No Nama Peserta
Skor Nilai
1. Hadi 53 D
2. Suyono 68 B
3. Jamil 61 C
4. Fatma 75 B
5. Joko 82 A
6. Romlah 65 C
7. Imam 50 D
8. Yoyok 71 B
9. Nila 45 D
10. Tiyas 54 D
9
x +1,75s = 62 + 1,75 . 12 83
8
x + 1,25s = 62 + 1,25 . 12 77
7
x + 0,75s = 62 + 0,75 . 12 71
6
x + 0,25s = 62 + 0,25 . 12 65
5
x - 0,25s = 62 - 0,25 . 12 59
4
x - 0,75s = 62 – 0,75 . 12 53
3
x - 1,25s = 62 – 1,25 . 12 47
2
x - 1,75s = 62 - 1,75 . 12 41
1
6-32 Unit 6
Mengkonversi skor menjadi nilai skala-11:
Prestasi
No Nama Peserta
Skor Nilai
1. Hadi 53 4
2. Suyono 68 6
3. Jamil 61 5
4. Fatma 75 7
5. Joko 82 8
6. Romlah 65 6
7. Imam 50 3
8. Yoyok 71 7
9. Nila 45 2
10. Tiyas 54 4
79 49 48 74 81 98 87 80
80 84 90 70 91 93 82 78
70 71 92 38 56 81 74 73
68 72 65 51 65 93 83 86
90 35 83 73 74 43 86 88
92 93 76 71 90 72 67 75
80 91 61 72 97 91 88 81
70 74 99 95 80 59 71 77
63 60 83 82 60 67 89 63
76 63 88 70 66 88 79 75
Jawab:
1) Menghitung x dan s
a. Menentukan rentang
Rentang (r) = data terbesar – data terkecil
= 99 – 35 = 64
b. Menentukan banyak kelas interval
Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 . log n
dimana n = banyak data
6-34 Unit 6
Dengan pajang kelas = 10 memiliki kelas interval terakhir 95 – 104,
dengan demikian semua data berat badan lebih dari 97 dapat masuk ke
dalam kelas interval terakhir.
Jadi sebaiknya menggunakan panjang kelas = 10. Selanjutnya disusun
tabel distribusi frekuensi kelompok seperti pada tabel dibawah ini.
Kelas Interval fi
35 – 44 3
45 – 54 3
55 – 64 8
65 – 74 22
75 – 84 20
85 – 94 20
95 – 104 4
Jumlah 80
e. Menentukan x dan s
Kelas Interval fi xi fixi xi ' fi xi ' fi xi ' 2
35 – 44 3 39,5 118.5 +3 +9 27
45 – 54 3 49,5 148.5 +2 +6 12
55 – 64 8 59,5 476 +1 +8 8
65 – 74 22 69,5 1529 0 0 0
75 – 84 20 79,5 1590 -1 -20 20
85 – 94 20 89,5 1790 -2 -40 80
95 – 104 4 99,5 398 -3 -12 36
Jumlah 80 - 6050 0 -49 183
maka x =
∑ fi.xi
∑ fi
6050
=
80
= 75.6 (dibulatkan 76)
∑ fixi ⎛ ∑ fixi' ⎞
'2 2
maka s = i −⎜ ⎟
n ⎜ n ⎟
⎝ ⎠
183 ⎛ − 49 ⎞
2
= 10 −⎜ ⎟
80 ⎝ 80 ⎠
= 10 (2,29 − 0,38)
= 13,82 (dibulatkan 14)
9
x +1,75s = 76 + 1,75 . 14 101
8
x + 1,25s = 76 + 1,25 . 14 94
7
x + 0,75s = 76 + 0,75 . 14 87
6
x + 0,25s = 76 + 0,25 . 14 80
5
x - 0,25s = 76 - 0,25 . 14 73
4
x - 0,75s = 76 – 0,75 . 14 66
6-36 Unit 6
3
x - 1,25s = 76 – 1,25 . 14 59
2
x - 1,75s = 76 - 1,75 . 14 52
1
10
x +2,25s = 76 + 2,25 . 14 108
9
x +1,75s = 76 + 1,75 . 14 101
8
x + 1,25s = 76 + 1,25 . 14 94
7
x + 0,75s = 76 + 0,75 . 14 87
6
x + 0,25s = 76 + 0,25 . 14 80
5
x - 0,25s = 76 - 0,25 . 14 73
6-38 Unit 6
Berarti nilai Toni adalah 0,4 dari rata-rata 76, jadi nilai Toni adalah
76,4
Latihan
Bandingkan hasil penilaian skala-5 yang diolah dengan PAP pada contoh-1 subunit
6.2 dan PAN pada contoh-1 subunit 6.3. Apakah yang dapat Anda simpulkan dari
perbandingan itu?
Rangkuman
Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
4. Berdasarkan soal 3, tentukan berapakah nilai yang diperoleh bila rerata Hadi
adalah 72?
A. nilai A. B. nilai B. C. nilai C. D. nilai D.
Rumus:
Jumlah jawaban benar
Tingkat penguasaan = x 100
5
6-40 Unit 6
Konversikan tingkat penguasaan Anda dengan pedoman berikut ini.
90% – 100% = Baik sekali
80% – 89% = Baik
70% – 79% = Cukup
69% kebawah = Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda 80% ke atas maka Anda dapat meneruskan
pembelajaran pada unit berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda di bawah 80%
maka Anda harus mengulang kegiatan belajar subunit ini terutama pada bagian yang
belum Anda kuasai.
...... skor15
(18 x0,5) + (12 x1) + (9 x1,5)
Skor = ∑ 47,5
x100%
= 72,6% %
6-42 Unit 6
Jadi skor yang diperoleh Darso adalah 72,6%, artinya Darso dapat menguasai
tes matapelajaran IPS sebesar 72,6% ...... skor10
3. Skor Darso apabila menggunakan metode penskoran tidak ada kriteria adalah:
B
Skor = x 100%
N
39
= x100%
50
= 78%
Jadi skor yang diperoleh Darso adalah 78%, artinya Darso dapat menguasai tes
matapelajaran IPS sebesar 78% ...... skor10
4. Yang dimaksud:
Tes paper and pencil adalah bentuk tes yang sasarannya adalah kemampuan
peserta didik dalam menampilkan karya, misal berupa desain alat, desain
grafis, dan sebagainya. ....... skor 5
Tes identifikasi adalah tes untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
mengindentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau
yang tidak berfungsi dari suatu alat. ....... skor 5
Tes simulasi adalah tes yang dilakukan jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta
didik, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah seseorang sudah
menguasai ketrampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga
seolah-olah menggunakan suatu alat. ....... skor 5
Tes unjuk kerja (performance test) adalah tes yang dilakukan dengan alat
yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. ....... skor 5
Tes Formatif 2 8. B.
1. A.
2. C. Tes Formatif 3
3. B. 1. A.
4. D. 2. C.
5. B. 3. B.
6. A. 4. C.
7. A. 5. B.
Sudijono Anas. (2006). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. (2004). Panduan Analsis Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Ibrahim Muslimin. (2003). Asesmen Alternatif. Bahan Pelatihan Terintegrasi
Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Depdiknas.
Majid, Abdul. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Poerwanti, Endang. (2001). Evaluasi Pembelajaran, Modul Akta Mengajar. UMM
Press.
Rofiq Ainur. (2002). Analisis Statistik. UMM Press
Thoha, M. Chabib. (1991). Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito
6-46 Unit 6
Unit 7
REFLEKSI PROSES DAN HASIL ASESMEN
Dwi Priyo Utomo
Pendahuluan
7-2 Unit 7
Subunit 1
Kriteria Keberhasilan Proses dan
Hasil Belajar
Pengantar
D alam pembelajaran, berbagai upaya kita lakukan agar siswa dapat berhasil dalam
belajar. Kita perlu memahami bilamana siswa dikatakan berhasil dan bilamana
belum berhasil. Apa kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan belajar itu?
Keberhasilan belajar siswa biasanya dapat diketahui dari hasil belajarnya. Apakah hasil
belajar siswa kita sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan ataukah belum? Lalu, untuk
apa proses belajar perlu juga diketahui keberhasilannya? Apa hubungan keberhasilan
proses belajar dengan keberhasilan hasil belajar?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita perhatikan ilustrasi
berikut. Untuk mengetahui keberhasilan seorang anak dalam belajar mengendarai
sepeda, dapat kita ketahui apakah dia (dengan mengendarai sepeda) bisa sampai ke
tempat tujuan dengan selamat (tanpa cedera sedikitpun). Kriteria ini mungkin dipandang
cukup untuk mengetahui keberhasilan dia dalam mengendarai sepeda. Tetapi cobalah
kita renungkan, apakah sebagai orangtua, kita tidak perlu mengetahui bagaimana cara ia
naik sepeda, bagaimana ia memegang kendali setir, kapan ia harus mempercepat laju
sepedanya, kapan ia harus mengerem, bagaimana cara menyeberang jalan, menyalip,
menikung dan lain sebagainya. Pokoknya sebagai orang tua, kita ingin meyakinkan diri
apakah anak kita memiliki keterampilan dalam mengendarai sepeda di jalan umum. Kita
menjadi yakin bahwa keberhasilannya sehingga dia bisa sampai ke rumah dengan
selamat bukan karena kebetulan, melainkan karena memang sudah berhasil/terampil
dalam mengendarai sepeda.
Di samping dari proses belajar, keberhasilan siswa juga dilihat dari hasil
belajarnya. Keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu kita
sebut dengan keberhasilan hasil belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita
dapat mengetahui, apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah siswa kita
dapat melakukan sesuatu, apakah siswa kita memiliki keterampilan atau kemahiran
7-4 Unit 7
tertentu. Keberhasilan-keberhasilan siswa sebagaimana disebutkan di atas merupakan
keberhasilan hasil belajar. Lazimnya, keberhasilan hasil belajar siswa ditunjukkan oleh
kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan
hasil belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran.
Hasil belajar siswa dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu (1)
domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan
logika – matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup
kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan
emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan
kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal). Dari hasil penilaian
terhadap hasil belajar siswa, dapat diketahui keberhasilan dari hasil belajar siswa.
Sebagai guru, kita dapat menetapkan kriteria apa saja yang masuk akal untuk
keberhasilan hasil kinerja siswa. Tentu saja, kita juga perlu memberikan penjelasan atau
alasan mengapa kriteria tersebut kita tetapkan seperti itu. Tingkat keberhasilan seperti:
sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik; atau kurang terampil, cukup terampil,
terampil, sangat terampil adalah contoh tingkatan yang dapat kita gunakan untuk menilai
hasil kinerja siswa. Bahkan, tingkat keberhasilan dapat dibuat lebih sederhana, misalnya:
menguasai, tidak menguasai atau terampil, tidak terampil. Tentu saja, kita perlu
membuat kriteria untuk mengelompokkan setiap siswa ada di tingkat mana ia berada.
Untuk mendapatkan informasi tentang keberhasilan siswa secara lebih lengkap
(komprehensif), penilaian dari satu atau dua aspek keberhasilan saja tidaklah cukup. Kita
dapat mengkombinasikan berbagai cara atau berbagai aspek yang dinilai sebagaimana
ada pada bagan berikut.
Melalui
kombinasi
cara berikut
Bukti Kinerja dari:
• Pengamatan di tempat Bukti tambahan, dari
kegiatan • Pertanyaan lisan
• Kumpulan contoh hasil • Tulisan terbuka (ringkas,
• Simulasi (tes kompetensi, Bukti/informasi dari hasil belajar panjang, esai, dsb.)
tes keterampilan, sebelumnya. • Tes pilihan ganda, dsb.
proyek/tugas (laporan, rancangan, hasil karya
siswa, dokumen dari sumber lain.
7-6 Unit 7
Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek hasil
belajarnya) jika skor hasil tes siswa tersebut berada pada tingkat baik. Siswa A dengan
skor hasil belajar 65 adalah siswa yang berhasil dan siswa B dengan skor 55 tidak/belum
berhasil.
Setelah dilakukan pengukuran terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas, misalnya kita menetapkan tingkat keberhasilan proses belajar
siswa adalah: kurang aktif, cukup aktif, aktif. Dengan skor keaktifan 0 – 100, misalkan
kita tetapkan kriteria sebagai berikut.
Tingkat kurang aktif, jika; skor keaktifan siswa < 35,
tingkat cukup aktif, jika 35 < skor keaktifan < 70,
tingkat aktif, jika skor keaktifan siswa > 70.
Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek proses
belajarnya) jika skor keaktivan siswa tersebut berada pada cukup aktif. Siswa C dengan
skor keaktifan 40 adalah siswa yang berhasil dan siswa B dengan skor 30 tidak/belum
berhasil.
Dari uraian di atas, perlu kita renungkan, apakah siswa yang berhasil dari aspek
proses belajarnya juga berhasil pada aspek hasil belajarnya. Bagaimana kalau misalnya
terjadi sebaliknya, seorang siswa berhasil dalam proses belajar tetapi tidak berhasil pada
aspek hasil belajarnya. Atau, seorang siswa yang gagal pada proses belajarnya tetapi
berhasil dalam aspek hasil belajarnya. Menurut pendapat Anda, mungkinkah pertanyaan-
pertanyaan di atas terjadi? Kalau mungkin, apakah ada yang salah dengan asesmen yang
kita lakukan? Ataukah Anda mempunyai penjelasan yang lain tentang kedua kategori
keberhasilan ini (keberhasilan proses dan keberhasilan hasil)?
Misalkan kita ingin melakukan analisis terhadap proses dan hasil belajar siswa.
Misalkan kita menggunakan skor hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa di kelas
sebagai hasil kinerja siswa (proses belajar). Kita gunakan skor hasil tes formatif dan
skor hasil tugas- praktek untuk menentukan hasil belajar siswa. Kemudian kita
menggabungkan kedua informasi itu untuk memperoleh gambaran keberhasilan proses
dan hasil belajar siswa.
Contoh hasil kinerja dan hasil belajar serta gabungan keduanya disajikan dalam tabel-
tabel berikut ini.
Keterangan :
Misalkan skor keaktifan diperoleh dari hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa
dalam:
a) mengerjakan tugas/LKS,
b) mengajukan atau menjawab pertanyaan, dan
c) menyimak penjelasan guru teman atau guru.
Misalkan skor; 1 untuk keaktifan sangat kurang; 2. kurang aktif; 3 cukup aktif; 4 untuk
aktif dan 5 untuk sangat aktif. Karena pengamatan dilakukan setiap pertemuan dan ada
8 kali pertemuan, maka skor maksimal adalah 8 x 5 = 40, dan skor minimal adalah 8 x 1
= 8.
Kriteria yang digunkan adalah:
”Sangat aktif” bila: 32 < skor keaktifan siswa ≤ 40
”Aktif” bila: 24 < skor keaktifan siswa ≤ 32
”Cukup aktif” bila : 16 < skor keaktifan siswa ≤ 24
”Kurang aktif bila : skor keaktifan siswa ≤ 16
Tabel 7.2. Skor Hasil Tes Fomatif Siswa Pada Topik “X” (Contoh)
No. Nama Skor Hasil Tes Formatif Hasil Penilaian
1. Wulan 90 Sangat baik
2. Arifin 75 Baik
3. Simon 40 Kurang
4. Wayan 60 Cukup
5. Tantri 75 Baik
dst …….. …….. ……………
7-8 Unit 7
Keterangan :
Misalkan skor hasil tes formatif di atas dimaksudkan sebagai hasil penguasaan siswa
terhadap topik tertentu yang telah diajarkan oleh guru.
Misalkan skor maksimal dari tes formatif tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0.
Kriteria yang digunakan adalah:
”Sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤ 100
”Baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
”Cukup baik”, bila: 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
”Kurang baik”, bila: 40 < skor tes formatif siswa ≤ 55
”Sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40
Keterangan :
Misalkan skor hasil tugas dan praktek di atas dimaksudkan sebagai hasil rata-rata dari
skor pemenuhan tugas dan skor praktek.
Misalkan skor maksimal dari tes formatif tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0.
Kriteria yang digunakan adalah :
”Sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤ 100
”Baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
”Cukup baik”, bila: 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
”Kurang baik”, bila: 40 < skor tes formatif siswa ≤ 55
”Sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40
Dari hasil penilaian pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa Wulan dan Arifin
(baik dari proses dan hasil belajar) termasuk siswa yang berhasil. Wayan cukup berhasil
dari sisi proses dan hasil belajar. Tantri cukup berhasil dari sisi proses dan berhasil pada
sisi hasil belajarnya. Simon kurang berhasil dari proses belajarnya, demikian pula hasil
belajarnya.
Dari hasil penilaian itu pula, kita dapat memberikan berbagai pemaknaan
(interpretasi) yang masuk akal. Mungkinkah hasil belajar yang kurang dari Simon
disebabkan oleh kurang aktifnya Simon selama mengikuti proses pembelajaran
Mungkinkah hasil belajar Tantri dapat ditingkatkan (dari baik menjadi sangat baik)
dengan jalan meningkatkan keaktifannya di kelas? Atau mungkin ada intepretasi yang
lain?
Latihan
Dengan pamahaman konsep di atas cobalah memberikan contoh bagaimana Anda
menetapkan tingkat keberhasilan proses belajar beserta kriterianya pada pembelajaran
topik tertentu (bidang studi apa saja). Tetapkan pula bilamana seorang siswa dikatakan
berhasil dalam proses belajarnya.
7-10 Unit 7
Rangkuman
Keberhasilan proses belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita
terhadap kinerja siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan keberhasilan
hasil belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil yang
diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa tersebut, terlebih dahulu harus
ditetapkan penilaian apa saja yang digunakan, menetapkan tingkat keberhasilan (baik
proses maupun hasil belajar), kemudian menetapkan kriteria keberhasilan siswa.
Untuk mempermudah mengingat pengertian masing-masing keberhasilan (proses
dan hasil belajar) serta langklah-langkah analisis keberhasilan belajar siswa, kita
gunakan skema berikut ini.
Keberhasilan
7-12 Unit 7
Subunit 2
Evaluasi-Diri Terhadap Proses Pembelajaran Yang
Telah Dilakukan
Pengantar
S etelah melaksanakan pengajaran, maka kita perlu mengetahui hasil dari pengajaran
yang telah kita lakukan. Apakah pengajaran yang kita lakukan berhasil ataukah
gagal? Apakah skenario pembelajaran yang kita buat dapat kita laksanakan dengan baik
atau tidak? Apakah tujuan pembelajaran yang ada dapat dicapai dengan baik atau tidak?
Karena tugas mengajar sudah menjadi tanggungjawab kita, maka tugas menilai
keberhasilan pengajaran yang kita lakukan, seyogyanya kita lakukan sendiri. Kita
membiasakan diri untuk melakukan evaluasi diri untuk pengajaran yang kita lakukan.
Hal ini penting, karena disamping untuk kepentingan supervisi yang dilakukan orang
lain kita juga ingin selalu mengetahui kelemahan-kelemahan yang kita lakukan dan
berupaya memperbaikinya. Proaktif dalam upaya melakukan inovasi pembelajaran dari
waktu ke waktu.
7-14 Unit 7
Informasi-informasi berupa hasil pengukuran tersebut di atas selanjutnya perlu
dianalisis. Menilai hasil-hasil pengukuran merupakan aktivitas analisis dimaksud. Jadi
proses analisis dimulai dari menilai hasil-hasil pengukuran (tes atau non tes), kemudian
kita tetapkan tingkat keberhasilan dari masing-masing aspek penilaian, menentukan
kriteria keberhasilan, dan selanjutnya menetapkan berhasil atau tidaknya aspek-aspek
yang dinilai tersebut. Tentu saja dari proses analisis ini dapat diketahui aspek mana yang
sudah berhasil dan aspek mana yang belum berhasil.
Proses selanjutnya adalah memberi makna (pemaknaan) atas hasil analisis yang
kita lakukan. Makna yang dapat diperoleh dari kegagalan proses belajar siswa dan
makna yang dapat diperoleh dari kegagalan hasil belajar siswa. Makna yang didapat dari
respon negatif yang diberikan siswa. Langkah selanjutnya adalah memberikan
penjelasan mengapa kegagalan itu bisa terjadi. Mengapa siswa-siswa kita memberikan
respon negatif atas pelaksanaan pembelajaran yang kita lakukan, mengapa proses belajar
siswa berjalan tidak sesuai harapan, demikian pula mengapa hasil belajar siswa justru
menurun dari periode sebelumnya, dan lain sebagainya.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, selanjutnya kita dapat memberikan kesimpulan-
kesimpulan yang masuk akal. Kesimpulan dapat kita kemukakan dalam bentuk
identifikasi faktor-kator penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.
Melakukan evaluasi diri terhadap pembelajaran yang kita lakukan tidaklah cukup
bila hanya mendasarkan diri pada hasil belajar siswa. Diperlukan informasi lain yang
lebih mendalam dan menyeluruh sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi
diri. Informasi-informasi tersebut kemudian dianalisis, dimaknai, dijelaskan dan
kemudian disimpulkan untuk menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan pembelajaran yang kita lakukan.
Misalkan kita ingin melakukan evaluasi diri pada pembelajaran yang telah kita
lakukan. Dalam mengevaluasi diri, disamping mendasarkan diri pada hasil belajar siswa
(proses dan hasil) kita juga perlu melengkapinya dengan respon siswa terhadap
pembelajaran yang telah mereka ikuti. Apabila ada pihak-pihak lain yang ikut
membantu, pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran yang kita lakukan akan
semakin melengkapi informasi yang kita perlukan. Tentu saja untuk tujuan pengamatan
tersebut harus dipersiapkan terlebih dulu lembar pengamatannya. Pada contoh berikut
hanya disajikan cara melakukan evaluasi diri berdasarkan hasil belajar siswa dan respon
siswa terhadap pembelajaran yang mereka ikuti.
Tabel 7.5. Hasil Pengamatan terhadap Kinerja dan Hasil Belajar Siswa (Gabungan)
No. Nama Skor keaktifan Hasil Penilaian Skor Hasil Skor Hasil Tugas Hasil
di kelas Tes Formatif & Praktek Penilaian
1. Wulan 35 Sangat Aktif 90 90 S. Baik
2. Arifin 30 Aktif 75 80 Baik
3. Simon 15 Kurang aktif 40 60 Kurang
4. Wayan 18 Cukup Aktif 60 75 Cukup
5. Tantri 20 Cukup Aktif 75 85 Baik
6. Yoga 16 Kurang aktif 35 45 Kurang
7. Made 30 Aktif 70 75 Baik
8. Rini 14 Kurang Aktif 80 75 Baik
9. Razak 25 Aktif 65 75 Cukup
10. Marni 10 Kurang Aktif 40 50 Kurang
dst ….. ………….. ………….. ……… ……. ……..
Rerata 18,5 Cukup Aktif 51 57 Kurang Baik
Skor
Dari hasil penilaian pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata keaktifan
siswa cukup baik. Hasil belajar siswa dari skor tes formatif kurang baik dan hasil belajar
dari skor tugas dan praktek cukup baik. Secara umum, hasil belajar siswa masing
tergolong kurang baik. Wulan dan Arifin (baik dari proses dan hasil belajar) termasuk
siswa yang berhasil. Simon, Yoga, dan Marni tergolong siswa yang selain kurang aktif
di kelas, mereka juga mendapatkan hasil belajar yang kurang baik. Yang menarik adalah
fenomena skor yang diperoleh Rini dan Tantri. Tantri hanya cukup aktif dari sisi
proses, namun berhasil pada sisi hasil belajar. Bahkan Rini yang kurang aktif dari
proses belajarnya, namun baik pada sisi hasil belajarnya.
Dari hasil penilaian itu pula, kita dapat memberikan berbagai pemaknaan
(interpretasi) yang masuk akal. Dari informasi pada tabel di atas, dapat dimaknai bahwa
walaupun keaktifan siswa sudah cukup baik (aktif), namun hasil belajar siswa, baik dari
segi penguasaan materi maupun dari tugas praktek masih belum baik. Secara umum,
juga dapat diketahui, bahwa hasil-hasil belajar siswa yang kurang baik dipengaruhi oleh
proses belajar mereka yang kurang baik. Artinya, proses belajar yang kurang baik akan
7-16 Unit 7
menyebabkan hasil belajar yang kurang baik pula. Dengan demikian, hasil belajar dapat
ditingkatkan dengan jalan meningkatkan kinerja (proses belajar) siswa. Demikian juga,
hasil belajar Rini dan Tantri mungkin dapat didongkrak naik menjadi sangat baik bila
keaktifan mereka di kelas (selama mengikuti pembelajaran) dapat ditingkatkan.
Seperti telah diuraikan di atas, untuk mendapatkan gambaran yang baik tentang
kinerja pembelajaran yang kita lakukan, kita memerlukan informasi hasil belajar siswa
(proses dan hasil) dan respon siswa terhadap pembelajaran yang telah mereka ikuti.
Contoh hasil rekapitulasi respon siswa diuraikan berikut ini.
Guru dapat meminta siswa untuk merespon tentang:
(1) sulit/tidaknya memahami perangkat pembelajaran yang ada (Buku Siswa dan
LKS) dan penjelasan guru,
(2) senang/tidaknya selama mengikuti pembelajaran, dan
(3) termotivasi/tidaknya siswa selama mengikuti pembelajaran.
Angket respon siswa dapat disusun sehingga bersifat setengah terbuka, artinya
selain memberikan jawaban ya/tidak, siswa dapat memberikan penjelasan mengapa ya
atau mengapa menjawab tidak. Dengan memberikan respon secara tertulis, kita dapat
mengetahui secara lebih baik mengapa mereka senang atau mengapa mereka tidak
senang atas aspek pembelajaran tertentu.
Misalkan kita memberikan angket yang berisi 10 butir pertanyaan. Kita meminta
setiap siswa untuk memberikan respon mereka terhadap berbagai aspek pembelajaran
yang ingin kita ukur melalui 10 pertanyaan tersebut. Misalkan hasil rekapitulasi respon
siswa adalah sebagai berikut.
Keterangan :
Misalkan butir 1 adalah pertanyaan yang meminta respon siswa terhadap
sulit/tidaknya Buku Siswa yang digunakan, butir 2 adalah pertanyaan yang meminta
respon siswa terhadap sulit/tidaknya LKS yang digunakan, butir 3 tentang sulit/tidaknya
guru menyampaikan materi. Butir 4 adalah pertanyaan yang meminta respon siswa
terhadap suka/tidaknya terhadap kerja kelompok yang diberikan, butir 5 tentang
suka/tidaknya terhadap bimbingan guru, butir 6 adalah pertanyaan yang meminta respon
siswa terhadap suka/tidaknya terhadap suasana belajar di kelas. Sedangkan butir 7, 8, 9,
dan 10 tentang termotivasi/tidaknya siswa terhadap berbagai aspek pembelajaran.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rerata persentase respon positif siswa
sebesar 60%. Dapat pula diberi makna (interpretasi) bahwa sebanyak 60% siswa
memberikan respon baik pada pembelajaran yang telah kita lakukan. Sementara itu,
masih banyak siswa (39%) yang merespon kurang baik pada pembelajaran yang telah
kita lakukan.
Dari tabel di atas, kita temukan pula bahwa pada butir 2 dan 6, lebih banyak siswa
yang memberikan respon negatif dibandingkan dengan yang memberikan respon positif.
Demikian pula, pada butir 5, banyaknya siswa yang memberikan respon positif hampir
sama dengan banyaknya siswa yang merespon negatif. Kita dapat mengecek kembali
7-18 Unit 7
aspek yang ingin kita ungkap dari butir 2, 5 dan 6 tersebut. Lebih jauh, kita dapat
melacak alasan yang mereka kemukakan terkait dengan respon negatif yang mereka
berikan.
Berdasarkan informasi di atas, kita dapat memaknai bahwa ada yang kurang
berhasil dari pembelajaran yang kita lakukan. Empat puluh persen adalah jumlah yang
cukup banyak. Oleh karena itu tidak cukup alasan dan sulit diterima untuk mengatakan
bahwa pembelajaran kita nilai berhasil. Di samping itu, kita juga dapat memberi makna
bahwa ada kegagalan pada aspek tertentu pada pembelajaran kita. Hal ini dapat
dicermati dari besarnya respon negatif yang diberikan siswa pada butir 2, 5 dan 6 di atas.
Dari contoh di atas, kita dapat memberikan berbagai penjelasan sebagai berikut.
Secara umum, pembelajaran yang kita lakukan masih belum berhasil. Hal ini
terlihat dari rerata hasil belajar yang kurang baik dan respon negatif siswa yang tinggi.
Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya perbaikan.
Tentu saja, ada aspek-aspek yang sudah berhasil dan ada aspek-aspek tertentu yang
belum berhasil. Pada aspek yang sudah baik perlu tetap dipertahankan, bahkan kalau
perlu dimantapkan. Sedangkan pada aspek-aspek yang belum baik perlu dicari
penyebabnya dan dilakukan upaya untuk memperbaikinya (remidi).
Secara umum, ada korelasi positif antara hasil belajar proses dan hasil belajar
produk. Karena itu, dengan meningkatkan kualitas kinerja siswa (seperti misalnya
peningkatan keaktifan siswa) kita harapkan akan meningkat pula hasil belajar siswa.
Dari butir 2, 5, dan 6 pada tabel 2.2 di atas, nampak bahwa respon negatif siswa
terhadap pembelajaran yang kita lakukan masih tinggi. Kita segera mengetahui bahwa
siswa banyak yang merasa sulit memahami LKS yang digunakan, merasa tidak suka
pada bimbingan yang dilakukan guru, dan tidak suka pula pada suasana belajar dalam
kelas itu. Jika perlu kita lacak alasan mereka menolak (memberikan respon negatif) pada
butir-butir itu. Hasil pelacakan kita berdasarkan respon-respon itu akan memandu kita
pada penemuan aspek-aspek pembelajaran yang masih gagal kita laksanakan dan
mengapa kegagalan itu terjadi.
Informasi yang dipakai bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi diri
sebagaimana dikemukakan di atas hanya terbatas pada informasi yang berasal dari
siswa. Informasi lain yang berasal dari pengamat (mungkin guru serumpun) akan sangat
membantu dalam mendapatkan evaluasi diri yang lebih tajam dan menyeluruh. Berikut
ini adalah contoh lembar pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran yang kita
lakukan.
Tanggal :……………………
Kelas :……………………
Pert ke- :……………………
Nama Guru :……………………
Petunjuk :
Berilah tanda check (√) pada tempat yang disediakan sesuai dengan hasil pengamatan
Bapak/Ibu. Berikan tanda chek pada kolom kurang bila guru kurang baik dalam
melaksanakan komponen terkait, berikan tanda chek pada kolom cukup bila guru
cukup baik dalam melaksanakan komponen terkait, demikian pula berikan tanda chek
pada kolom baik bila guru baik dalam melaksanakan komponen terkait.
Pengamat,
(.................................................)
7-20 Unit 7
Latihan
Dengan memahami pengertian dan prosedur evaluasi-diri di atas, cobalah
memberikan contoh bagaimana Anda melakukan evaluasi diri atas pengajaran yang
telah Anda lakukan. Untuk memberikan contoh bagaimana melakukan evaluasi diri,
tentu saja Anda perlu melakukan berbagai pengukuran (tes maupun non tes) dan
melakukan penilaian terlebih dahulu. Setelah melakukan penilaian, mulailah dengan
menganalisis, memberikan pemaknaan, memberikan penjelasan dan terakhir menarik
kesimpulan.
Evaluasi diri adalah aktivitas menilai sendiri keberhasilan proses pengajaran yang
kita lakukan. Evaluasi diri merupakan bagian penting dalam aktivitas pembelajaran
untuk memahami dan memberi makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang
terjadi akibat adanya pengajaran yang kita lakukan. Hasil evaluasi diri digunakan untuk
menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan.
Proses evaluasi diri dimulai dari kegiatan menganalisis hasil penilaian, kemudian
memberi makna (pemaknaan) atas hasil analisis yang kita lakukan. Langkah selanjutnya
adalah memberikan penjelasan mengapa kegagalan itu bisa terjadi. Dari penjelasan-
penjelasan di atas, selanjutnya kita dapat memberikan kesimpulan-kesimpulan yang
masuk akal. Kesimpulan dapat kita kemukakan dalam bentuk identifikasi faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan. Langkah-langkah evaluasi diri
seperti diuraikan di atas dapat dibagankan sebagai berikut.
7-22 Unit 7
Subunit 3
Faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung
Keberhasilan dalam Pembelajaran
Pengantar
B erdasarkan hasil evaluasi diri terhadap pembelajaran yang telah kita lakukan, kita
akan mengetahui apakah pembelajaran yang telah kita lakukan berhasil atau gagal.
Biasanya, hasil evaluasi diri yang kita lakukan tidak menyimpulkan bahwa
pembelajaran kia gagal total atau berhasil secara sempurna. Karena pembelajaran
memiliki beberapa tahapan, maka mungkin ada tahap pembelajaran tertentu yang gagal,
atau mungkin hanya bagian tertentu dari tahap itu yang gagal.
Di samping kita dapatkan informasi pada tahap mana pembelajaran berhasil dan
pada tahap mana gagal, evaluasi diri hendaknya juga memberikan informasi tentang
faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dan faktor-faktor yang mendukung
keberhasilan itu.
7-24 Unit 7
Tabel 7.8. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Komponen Pengamatan Hasil Pengamatan
Kurang Cukup Baik
1. Penyampaian tujuan pembelajaran X
2. Pemberian motivasi belajar X
3. Penyampaian materi X
4. Pengorganisasian siswa dalam kelompok X
5. Penciptaan suasana belajar X
6. Pemberian bimbingan belajar X
7. Respon terhadap pertanyaan siswa X
8. Evaluasi pemahaman materi X
Berdasarkan informasi (1), (2), (3) di atas dan hasil pemaknaan (interpretasi) dan
penjelasan pada uraian sebelumnya (pada uraian subunit 7.2), maka dapat kita daftar
aspek-aspek kegagalan dan keberhasilan yang dapat kita temukan.
Aspek-aspek pembelajaran yang gagal dilaksanakan dengan baik adalah:
1) Hasil belajar siswa masih kurang baik, terlihat dari rerata skor tes dan tugas-praktek
kurang baik pada tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2.
2) Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas,
terlihat pada tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2.
3) Aspek pembelajaran tertentu (keterbacaan LKS, pemberian bimbingan belajar, dan
penciptaan suasana belajar yang kondusif) masih gagal dilaksanakan, terlihat dari
tingginya respon negatif pada butir 2,5, dan 6 pada tabel 2.2. Hal ini didukung oleh
hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada tabel 3.1 di atas.
7-26 Unit 7
Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan arti penting dari identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran!
2. Jelaskan langkah-langkah dalam melakukan evaluasi diri!
3. Jelaskan siapa saja yang dimungkinkan untuk membantu melakukan evaluasi
terhadap kegagalan dan keberhasilan kita dalam mengajar!
4. Jelaskan keuntungan dari kehadiran pihak terkait pada c) dalam meningkatkan
kualitas evaluasi!
Pengantar
S ebagai guru, kita senantiasa berupaya agar siswa mencapai keberhasilan belajar
sesuai yang kita harapkan. Keberhasilan proses belajar selalu kita kaitkan dengan
hasil belajar. Artinya, proses dapat kita katakan optimal manakala hasil yang diperoleh
(sebagai akibat dari proses) sesuai dengan yang kita harapkan. Bagaimana mengetahui
apakah proses belajar siswa sudah optimal dan bagaimana caranya agar proses belajar
siswa dapat berlangsung secara optimal adalah dua pertanyaan yang tidak mudah untuk
menjawabnya. Dengan melakukan evaluasi secara cermat oleh diri kita sendiri, akan
kita ketahui apakah proses belajar siswa sudah optimal atau belum. Dari evaluasi diri
tersebut, akan dapat kita identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan.
Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita lakukan mendasarkan diri pada hasil
identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang kita temukan.
Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan
akan kita tindak lanjuti dengan upaya-upaya mengoptimalkan proses dan hasil belajar
siswa.
7-28 Unit 7
optimal akan mengakibatkan hasil belajar yang optimal pula. Proses belajar siswa yang
optimal merupakan salah satu indikasi dari proses pembelajaran yang optimal pula.
2. Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
Optimalisasi proses dan hasil belajar mengacu pada berbagai upaya agar proses belajar
dapat berlangsung dengan baik sehingga para siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai
dengan yang kita harapkan. Dengan kata lain, optimalisasi proses dan hasil belajar
adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa mencapai
keberhasilan proses dan hasil belajar.
Para siswa dapat belajar dengan penuh semangat, aktif dalam belajar, berani
mengemukakan pendapatnya, mampu dan antusias dalam mengikuti pelajaran, terlibat
secara aktif dalam pemecahan masalah adalah beberapa indikasi dari proses belajar yang
berlangsung secara optimal. Demikian pula, bila siswa tuntas dalam belajarnya,
terampil melakukan suatu tugas, dan memiliki apresiasi yang baik terhadap pelajaran
tertentu; maka siswa yang demikian telah mencapai hasil belajar yang optimal.
Pencapaian hasil belajar yang optimal merupakan perolehan dari proses belajar yang
optimal pula. Tentu saja, proses maupun hasil belajar yang baik akan diperoleh bilamana
proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Oleh karena itu, agar proses dan
hasil belajar siswa optimal, maka mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan
pembelajaran, dan sampai pada tahap penilaian haruslah dipersiapkan dan dilaksanakan
secara baik pula.
Dalam praktek, betapapun baik kualitas pembelajaran yang kita lakukan, selalu saja ada
aspek-aspek yang masih belum sesuai harapan. Biasanya, masih ada siswa yang proses
belajarnya masih belum optimal atau ada beberapa siswa yang hasil belajarnya masih
belum tuntas. Oleh karena itulah, optimalisasi proses dan hasil belajar diarahkan agar
seluruh siswa dapat mencapai keberhasilan, baik proses maupun hasil belajarnya.
Dengan kata lain, optimalisasi proses dan hasil belajar bertujuan untuk meminimalkan
atau meniadakan siswa yang tidak berhasil, baik proses maupun hasil belajarnya.
3. Mengidentifikasi Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
Setelah faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan kita identifikasi,
maka kegiatan kita selanjutnya adalah mengidentifikasi upaya-upaya apa saja yang dapat
mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa. Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan
merancang dan mengajukan berbagai solusi alternatif berdasarkan faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan. Kita dapat menggunakan analogi
kerja dokter dalam mengobati pasiennya. Dokter akan mulai dengan mengajukan
7-30 Unit 7
kelas kurang baik. Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut kemudian
kita coba memberikan berbagai alternatif untuk memecahkan masalah (mengoptimalkan
proses dan hasil belajar siswa) seperti pada tabel berikut.
Dengan mengajukan berbagai alternatif upaya optimalisasi proses dan hasil belajar
melalui masing-masing faktor penyebab kegagalan akan membantu kita dalam memilih
alternatif mana yang kita pilih. Kesiapan siswa, kesiapan guru, kondisi lingkungan,
ketersediaan media adalah beberapa aspek yang perlu kita pertimbangkan untuk
menetapkan pilihan. Pilihan itulah yang kita anggap optimal untuk saat itu. Sementara
itu, kehadiran guru lain sebagai teman diskusi akan sangat membantu kita dalam
mengotimalkan proses dan hasil belajar siswa.
Latihan
Dengan memahami kaitan antara :
(a) informasi tentang faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan pada
proses dan hasil belajar, dan (b) alternatif upaya optimalisasi yang kita ajukan,
sebagaimana diuraikan di atas, cobalah memberikan contoh suatu faktor penyebab
kegagalan pada proses atau hasil belajar siswa, kemudian Anda kemukakan alternatif
upaya pemecahannya !
Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita lakukan harus mendasarkan diri pada
hasil identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang kita
temukan. Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan akan kita tindak lanjuti dengan upaya-upaya memantapkan keberhasilan
dan upaya-upaya memperbaiki kegagalan.
Optimalisasi proses dan hasil belajar adalah upaya memperbaiki proses
pembelajaran sehingga para siswa mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar.
Optimalisasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk memperbaiki aspek-aspek
pembelajaran yang masih kurang optimal. Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan
merancang dan mengajukan berbagai upaya alternatif berdasarkan faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.
Dari berbagai alternatif solusi yang telah kita ajukan, selanjutnya harus kita pilih
alternatif mana yang paling optimal. Alterntif yang optimal adalah alternatif yang paling
mungkin untuk dilaksanakan, ditinjau dari kesiapan siswa, kesiapan kita sebagai guru
untuk melaksanakan alternatif itu, kemungkinan dalam menyiapkan sarana dan
prasarana pendukung pembelajaran.
Bagan yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan identifikasi
optimalisasi proses pembelajaran digambarkan sebagai berikut ini.
Pemantapan
keberhasilan
7-32 Unit 7
Optimalisasi Upaya memperbaiki kegagalan proses
Proses belajar siswa
Upaya Optimalisasi
Proses dan Hasil Belajar
Optimalisasi Proses
Pembelajaran
Tes Formatif 4
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 4. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan hubungan antara keberhasilan proses belajar dan keberhasilan hasil belajar!
2. Jelaskan keterkaitan antara proses pembelajaran yang optimal dengan keberhasilan
proses dan hasil belajar !
3. Bagaimana mengupayakan agar proses dan hasil belajar siswa menjadi optimal?
7-34 Unit 7
Kunci Jawaban
Tes Formatif 1
1. Keberhasilan proses belajar adalah keberhasilan-keberhasilan yang dicapai siswa
selama mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan keberhasilan hasil belajar adalah
keberhasilan-keberhasilan yang didapat siswa setelah mengikuti satuan
pembelajaran tertentu. Keberhasilan proses belajar akan memberikan sumbangan
pada keberhasilan hasil belajar siswa.
2. Menetapkan tingkat keberhasilan proses belajar adalah memberikan keterangan yang
bersifat berjenjang terhadap hasil pengukuran yang diperoleh (melalui tes maupun
non tes) selama siswa mengikuti proses pembelajaran. Misalkan jenjang yang kita
tetapkan adalah : Tingkat kurang aktif, jika skor keaktifan siswa < 35, tingkat
cukup aktif, jika : 35 < skor keaktifan < 70, tingkat aktif, jika: skor keaktifan siswa
> 70. Kriteria keberhasilan proses belajar adalah jenjang minimal yang dapat
dilampaui siswa. Dalam hal ini, misalkan kriteria keberhasilan adalah bila skor siswa
lebih besar atau sama dengan 35.
3. Menetapkan tingkat keberhasilan hasil belajar adalah memberikan keterangan yang
bersifat berjenjang terhadap hasil pengukuran yang diperoleh (melalui tes maupun
non tes) setelah siswa mengikuti pembelajaran. Misalkan jenjang yang kita tetapkan
adalah: sangat baik, bila: 85 < skor hasil tes siswa ≤ 100, baik, bila: 70 < skor hasil
tes siswa ≤ 85, cukup baik, bila: 55 < skor hasil tes siswa ≤ 70, kurang baik, bila:
40 < skor hasil tes siswa ≤ 55, dan sangat kurang, bila: skor hasil tes siswa < 40.
Dalam hal ini, misalkan kriteria keberhasilan hasil belajar adalah bila skor siswa
lebih besar atau sama dengan 55.
Tes Formatif 2
1. Pemaknaan adalah aktivitas memberi makna (interpretasi) atas hasil analisis yang
kita lakukan. Pemaknaan (pemberian makna) kita berikan terhadap semua hasil
penilaian yang telah kita lakukan, baik penilaian atas hasil pengukuran tes maupun
non tes.
2. Penjelasan adalah aktivitas memberikan penjelasan (eksplanasi) dari hasil
pemaknaan yang kita buat. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan
Tes Formatif 3
1. Berdasarkan identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan,
kita dapat merancang berbagai alternatif pemecahan yang dapat memperbaiki
kelemahan dan memantapkan aspek–aspek pembelajaran yang telah baik.
2. Langkah-langkah dalam melakukan evaluasi diri adalah dimulai dari kegiatan
menganalisis hasil penilaian, kemudian memberi makna (pemaknaan) atas hasil
analisis yang kita lakukan. Langkah selanjutnya adalah memberikan penjelasan
mengapa kegagalan itu bisa terjadi. Selanjutnya memberikan kesimpulan-kesimpulan
yang masuk akal. Kesimpulan dapat kita kemukakan dalam bentuk identifikasi
faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.
3. Yang dapat membantu melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang kita
lakukan adalah guru mata pelajaran serumpun, supervisor, dan peneliti (ahli) bidang
pembelajaran.
4. Keuntungan dari bantuan pihak terkait dalam evaluasi diri adalah dapat membantu
dalam:
a. menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan, dan
b. upaya untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.
Tes Formatif 4
1. Keberhasilan proses belajar akan menentukan keberhasilan hasil belajar siswa. Agar
siswa memperoleh hasil belajar yang baik, maka proses belajar siswa harus
diupayakan optimal.
7-36 Unit 7
2. Optimalisasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan keberhasilan
proses dan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran dikatakan optimal bila proses
dan hasil belajar siswa optimal.
3. Berdasarkan hasil identifikasi faktor penyebab kegagalan proses dan hasil belajar,
kemudian dirancang dan diajukan berbagai upaya alternatif pemecahannya,
selanjutnya kita pilih alternatif mana yang paling optimal. Alterntif yang optimal
adalah alternatif yang paling mungkin untuk dilaksanakan
7-38 Unit 7
Glosarium
Miskonsepsi : pemahaman yang keliru terhadap suatu konsep.
Optimal : paling baik dan menguntungkan.
Refleksi : Perenungan kembali atas apa yang telah dilakukan untuk dijadikan
cermin (pedoman) perbaikan bagi aktivitas selanjutnya.
Pendahuluan
S etelah Anda mempelajari cara melakukan refleksi terhadap proses dan hasil
belajar, selanjutnya marilah kita pikirkan apa yang dapat kita perbuat
berdasarkan hasil refleksi itu. Hasil refleksi terhadap proses dan hasil belajar siswa
sangat kita perlukan untuk mengetahui ‘letak’ kesalahan/kelemahan dan mengetahui
penyebab kesalahan/kelemahan tersebut. Aktivitas berikutnya adalah mencari
upaya-upaya yang seharusnya kita lakukan untuk mengoptimalkan pembelajaran
kita. Kata pepatah: terperosok pada lubang yang sama adalah suatu kecerobohan.
Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses dan hasil asesmen, kita melakukan
tindak lanjut. Tindak lanjut hasil asesmen kita arahkan untuk memantapkan aspek-
aspek pembelajaran yang sudah baik dan memperbaiki aspek-aspek pembelajaran
yang kurang/lemah. Oleh karena itu, refleksi terhadap proses dan hasil asesmen
haruslah sampai pada ditemukannya faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan pembelajaran.
Berdasarkan identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan pembelajaran, akan dapat kita ketahui apakah kesalahan/kelemahan
pembelajaran berada pada tahap perencanaan, pelaksanaan, atau penilaian. Karena
pembelajaran merupakan suatu sistem, kesalahan salah satu tahap sangat mungkin
terkait dengan kesalahan pada tahap yang lain. Dengan demikian, tindak lanjut hasil
refleksi proses dan hasil asesmen haruslah memperhatikan setiap komponen sistem
dan keterkaitan antar komponen sistem itu. Dengan kata lain, kelemahan pada
sebagian aspek pelaksanaan pembelajaran sangat mungkin terkait dengan kesalahan
pada aspek perencanaan. Ingat, pelaksanaan pembelajaran harus berpedoman pada
rencana pembelajaran.
Aktivitas tindak lanjut dapat kita mulai dari merancang perbaikan rencana
pembelajaran, mengidentifikasi upaya-upaya mengoptimalkan proses pembelajaran,
dan kemudian merancang pembelajaran remidi.
8-2 Unit 8
Subunit 1
Perbaikan Rencana Pembelajaran
Pengantar
A gar kegiatan yang kita lakukan mencapai hasil sesuai dengan yang kita
harapkan, maka biasanya kita membuat perencanaan yang baik dan matang.
Dalam aktivitas pembelajaran, sebagaimana aktivitas yang lain, perencanaan
merupakan bagian yang penting yang akan menjadi pedoman dan panduan bagi
pelaksanaan aktivitas itu. Tidak akan dicapai hasil yang memuaskan tanpa melalui
perencanaan yang baik.
Memang, perencanaan yang baik dan matang saja belumlah cukup. Masih
diperlukan lagi kesungguhan dalam mengorganisasikan rencana itu, melaksanakan
kegiatan sesuai rencana, dan mengadakan penilaian hasil kegiatan. Aspek
perencanaan merupakan bagian penting yang tak terpisahkan dari pengelolaan
(manajerial) setiap kegiatan.
Dalam pembelajaran, kita tentu memahami fungsi dan peran dari rencana
pembelajaran, komponen pembelajaran serta prinsip-prinsip dalam menyusun
rencana pembelajaran. Kita juga hendaknya paham bagaimana cara menyusun
rencana pembelajaran, menilai baik/tidaknya rencana pembelajaran. Apa yang dapat
kita lakukan terhadap rencana pembelajaran bila hasil pembelajaran tidak sesuai
dengan harapan. Bagaimana cara memperbaiki rencana pembelajaran itu?
Sesungguhnya, kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan kegiatan
tak terpisahkan dari tugas guru sebagai pelaksana dan pengelola pembelajaran.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, maka seharusnya kita dahului dan kita
biasakan dengan kegiatan menyusun rencana pembelajaran. Sebagai penyusun,
seyogyanya, kita juga harus mampu menilai kualitas dari rencana yang kita susun.
Rencana pembelajaran yang berkualitas baik akan menjadi pedoman yang baik pula
dalam tataran pelaksanaannya.
Di samping mengetahui kualitas dari rencana pembelajaran yang kita buat,
seyogyanya kita juga mampu menganalisa pada bagian mana dari rencana
pembelajaran yang masih perlu dilakukan perbaikan. Tentu saja, dengan perbaikan
yang kita lakukan, kualitas proses pembelajaran juga akan menjadi lebih baik
dibanding sebelumnya.
8-4 Unit 8
tidak terlalu bertele-tele. Sampaikan pula materi prasyarat yang diperlukan
sebelum masuk pada materi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang kita
gunakan juga perlu dikemukakan. Strategi adalah cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan (indikator). Sedangkan metode adalah cara yang lebih
operasional untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik. Lazimnya, strategi yang
kita gunakan melibatkan berbagai metode. Demikian pula, metode tertentu
melibatkan beberapa teknik. Jadi, biasanya, teknik merupakan cara yang lebih
operasional dan digunakan untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik lagi
dibandingkan tujuan yang ingin dicapai oleh metode.
Media pembelajaran adalah sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan pada komponen penilaian, sampaikan
semua instrumen dan prosedur penilaian yang digunakan untuk menilai
pencapaian hasil belajar siswa. Sampaikan pula tindak lanjut yang ingin dilakukan
setelah mengetahui pencapaian hasil belajar siswa.
Pada kegiatan pembelajaran, sebaiknya kita sajikan langkah-langkah
pembelajaran, kegiatan siswa dan kegiatan guru pada setiap langkah itu.
Termasuk perkiraan/alokasi waktu yang kita rencanakan untuk masing-masing
langkah.
Berikut ini adalah contoh rencana pembelajaran untuk mata pelajaran
matematika di SD dengan menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK).
A. Standar Kompetensi
Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat dan
pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
B. Kompetensi Dasar :
Melakukan dan menggunakan operasi hitung bilangan bulat dalam
pemecahan masalah.
D. Materi Pembelajaran :
1. Bilangan bulat negatif.
2. Lawan suatu bilangan.
Kegiatan 1.
Berikan ilustrasi suhu air membeku atau suhu es di kutub untuk
mengenalkan bilangan negatif. Misalkan di daerah dekat kutub, burung
pinguin dapat bertahan hidup di bawah suhu 00 Celcius.
8-6 Unit 8
Kegiatan 2.
Gambarlah garis bilangan bulat yang sudah dibubuhkan beberapa bilangan bulat
0, 1, 2, 3, dst. Mintalah para siswa untuk meneruskan membubuhkan bilangan di
sebelah kiri 0. Bimbinglah mereka untuk dapat mengisi bilangan -1, -2, -3, dan
seterusnya pada tempat yang sesuai pada garis tadi. Mintalah siswa menunjukkan
(menyebutkan) nama-nama dari bilangan itu (dengan bimbingan).
Lawan Bilangan
Gunakan perubahan suhu udara di suatu tempat (misalkan di dekat kutub) dari -
10 0 Celcius kembali ke 00 Celcius untuk menjelaskan konsep lawan bilangan.
Gunakan pula aturan „perimbangan“ pada garis bilangan bulat untuk menjelaskan
konsep lawan bilangan.
Soal Latihan
Kuis
12 0 (2+5) -4 -7
J. Kegiatan Pembelajaran
8-8 Unit 8
juga menguraikan materi yang lebih lengkap dan rinci. Demikian pula, kita
mungkin merasa cukup hanya menyusun urutan langkah pembelajaran saja,
namun mungkin pula kita akan menguraikan langkah-langkah itu, kegiatan guru,
kegiatan siswa, bahkan mengalokasikan waktu untuk masing-msing langkah
tersebut.
8-10 Unit 8
Jenjang Pendidikan : Sekolah Dasar
Bidang Studi : Matematika
Kelas/Semester : IV/I
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 x pertemuan)
J. Kegiatan Pembelajaran
Latihan
Dengan memahami fungsi, peran, dan komponen rencana
pembelajaran sebagaimana diuraikan di atas, cobalah memberikan contoh
rencana pembelajaran untuk mata pelajaran yang Anda ampu dan cobalah
mengkritisi rencana pembelajaran yang dibuat orang lain untuk mata pelajaran
yang sama, kemudian cobalah merancang perbaikannya (atas dasar kritik yang
Anda berikan)!
Rangkuman
Rencana pembelajaran merupakan pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran. Rencana pembelajaran yang kita rancang hendaknya memuat
komponen-komponen:
(c) Identitas mata pelajaran, (b) Standar kompetensi dan kompetensi dasar,
(d) Indikator hasil belajar, (d) Materi pembelajaran, (e) Strategi pembelajaran,
8-12 Unit 8
(f) Media pembelajaran, (g) Penilaian dan tindak lanjut, (h) Kegiatan
Pembelajaran
Berdasarkan prinsip pengelolaan kegiatan, kita dapat melacak letak
kesalahan dari rangkaian pembelajaran yang kita lakukan, mulai dari
perencanaannya (rencana pembelajaran), pengorganisasian dan pelaksanaan
(pelaksanaan pembelajaran) dan penilaian.
Memperbaiki rencana pembelajaran dapat dilakukan dengan jalan
memeriksa kelengkapan komponen-komponennya, kesesuaian antara komponen
yang satu dengan komponen yang lain, kemungkinan melaksanakan rencana itu,
operasional/tidaknya indikator yang dibuat, kesesuaian indikator dengan
kompetensi dasar yang ada.
Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan komponen-komponen rencana pembelajaran yang seharusnya ada!
2. Jelaskan kesalahan-kesalahan atau kelemahan-kelemahan yang sering dilakukan
dalam menyusun rencana pembelajaran!
3. Jelaskan keterkaitan antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaan
pembelajaran dan hasil belajar siswa!
Pengantar
S ebagai guru, kita senantiasa berupaya agar proses pembelajaran yang kita
lakukan dapat berlangsung secara optimal. Proses yang optimal selalu kita
kaitkan dengan hasil. Artinya, proses dapat kita katakan optimal manakala hasil yang
diperoleh dari proses tersebut sesuai dengan yang kita harapkan. Bagaimana caranya
agar pembelajaran yang kita lakukan berlangsung secara optimal dan bagaimana
mengetahui apakah proses pembelajaran tersebut sudah optimal adalah dua
pertanyaan yang tidak mudah untuk menjawabnya.
Dengan melakukan evaluasi diri secara jujur dan cermat oleh diri sendiri atau
dibantu oleh orang lain (seperti telah dikemukakan pada unit sebelumnya) akan
diketahui apakah proses pembelajaran yang kita laksanakan sudah optimal atau
belum. Demikian pula, dengan mengetahui kegagalan dan keberhasilan pada aspek-
aspek pembelajaran tertentu akan dapat diidentifikasi faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan tersebut.
Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita lakukan mendasarkan diri pada hasil
identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang kita
temukan. Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan akan kita tindaklanjuti dengan upaya-upaya memantapkan keberhasilan
(pengayaan) dan upaya-upaya memperbaiki kegagalan (remidi). Dua jenis upaya
(upaya pengayaan dan upaya remidi) inilah yang kemudian kita namakan dengan
upaya optimalisasi proses pembelajaran.
8-14 Unit 8
A. Optimalisasi Proses Pembelajaran
Optimalisasi proses pembelajaran mengacu pada berbagai upaya agar proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga para siswa dapat mencapai
hasil belajar sesuai dengan yang kita harapkan. Dengan kata lain, optimalisasi proses
pembelajaran adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa
mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar.
Para siswa dapat belajar dengan penuh semangat, aktif dalam belajar, berani
mengemukakan pendapatnya, mampu dan antusias dalam mengikuti pelajaran,
terlibat secara aktif dalam pemecahan masalah adalah beberapa indikasi dari proses
pembelajaran yang berlangsung secara optimal. Demikian pula, misalnya para siswa
dapat mencapai hasil belajar yang baik dan tuntas dalam belajar untuk materi tertentu
merupakan indikasi lain dari proses pembelajaran yang optimal.
Dalam praktek, pembelajaran yang berhasil secara sempurna pada semua aspek
nampaknya masih sangat ideal. Biasanya, betapapun baiknya pembelajaran yang kita
lakukan selalu saja ada aspek-aspek yang masih belum sesuai harapan. Oleh karena
itulah, optimalisasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk memperbaiki aspek-
aspek pembelajaran yang masih kurang optimal.
8-16 Unit 8
Tabel : Identifikasi Optimalisasi Proses Pembelajaran
No. Faktor Berbagai Solusi Pertim-
Penyebab Kegagalan Alternatif Solusi Terpilih bangan
1.
2.
3.
Dst
Latihan
Dengan memahami kaitan antara: (a) informasi tentang faktor penyebab
kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam pembelajaran, (b) alternatif solusi
yang kita ajukan, serta (c) alternatif yang kita pilih; sebagaimana diuraikan di
atas, cobalah memberikan contoh faktor penyebab kegagalan dalam pembelajaran,
kemudian Anda kemukakan alternatif pemecahannya, serta upaya optimalisasi
proses pembelajaran yang dipilih untuk mata pelajaran yang Anda ampu.
Tambahkan alasan yang logis mengapa pilihan itu yang Anda ambil!
Rangkuman
Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita lakukan harus mendasarkan diri
pada hasil identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang
kita temukan. Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan akan kita tindaklanjuti dengan upaya-upaya memantapkan
keberhasilan dan upaya-upaya memperbaiki kegagalan (remidi).
Optimalisasi proses pembelajaran adalah upaya memperbaiki proses
pembelajaran sehingga para siswa mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar.
Optimalisasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk memperbaiki aspek-aspek
pembelajaran yang masih kurang optimal. Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan
merancang dan mengajukan berbagai solusi alternatif berdasarkan faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam pembelajaran. Upaya
menghilangkan kegagalan dapat berupa perbaikan (remidi) atas kegagalan yang telah
kita lakukan. Upaya menguatkan pendukung keberhasilan dapat berupa pemantapan
atas keberhasilan yang telah kita capai.
Dari berbagai alternatif solusi yang telah kita ajukan, selanjutnya harus kita pilih
alternatif mana yang paling optimal. Alternatif yang optimal adalah alternatif yang
paling mungkin untuk dilaksanakan, ditinjau dari kesiapan siswa, kesiapan kita
sebagai guru untuk melaksanakan alternatif itu, kemungkinan dalam menyiapkan
sarana dan prasarana pendukung pembelajaran. Bagan yang menggambarkan
8-18 Unit 8
langkah-langkah dalam melakukan identifikasi optimalisasi proses pembelajaran
adalah sebagai berikut.
Identifikasi Faktor
Alternatif Solusi
Penyebab Kegagalan dan Alternatif Terpilih
Pendukung Keberhasilan Yang Mungkin
Pemberian
pertimbangan
Upaya Optimalisasi
Proses Pembelajaran
Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan kembali langkah-langkah dalam melakukan identifikasi dalam
optimalisasi proses pembelajaran!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tindak lanjut hasil evaluasi-diri
pembelajaran! Apa saja kegiatan yang kita lakukan dalam tindak lanjut tersebut?
8-20 Unit 8
Subunit 3
Pembelajaran Remidi
Pengantar
S eringkali pembelajaran yang telah kita lakukan tidak berjalan sesuai harapan
kita. Apa yang telah kita rencanakan tidak dapat kita laksanakan sepenuhnya.
Banyak diantara yang kita persiapkan tidak kita gunakan. Demikian pula, waktu yang
tersedia tidak mencukupi untuk melaksanakan pembelajaran. Tujuan-tujuan
pembelajaran (indikator) yang telah kita tuangkan dalam rencana tidak dapat
diwujudkan oleh sebagian besar siswa kita. Dalam keadaan demikian tidak mungkin
kita memaksakan untuk melanjutkan ke materi pembelajaran berikutnya. Kita tidak
dapat mengabaikan kegagalan ini, karena bisa jadi kompetensi yang kita tuju adalah
kompetensi prasyarat untuk memasuki materi berikutnya. Apabila sebagian besar
siswa kita belum mencapai kompetensi yang diharapkan seharusnya kita segera
mengetahui dan mencari cara agar siswa-siswa tersebut dapat mencapai kompetensi
yang diharapakan. Perlu diupayakan agar siswa memperoleh perlakuan tertentu agar
memiliki kompetensi yang diharapkan. Sulit bagi siswa untuk dapat memahami
materi berikutnya tanpa memiliki kompetensi prasyarat tersebut. Bagaimana cara
mengetahui siapa saja siswa kita yang membutuhkan bantuan (remidi) dan
bagaimana melakukan perbaikan (remidi) terhadap siswa yang belum mencapai
kompetensi yang diharapkan adalah penting untuk kita pahami bersama.
1. Pembelajaran Remidi
Pembelajaran remidi dilakukan setelah kita mengetahui siapa saja siswa yang
gagal mencapai kompetensi, dimana letak dan sifat kesulitan yang mereka alami.
Apakah kesulitan tersebut bersumber pada aspek fisik atau psikis, dari lingkungan,
perangkat atau pengelolaan pembelajaran. Identifikasi semacam ini penting untuk
mencari solusi pemecahannya.
8-22 Unit 8
3. Melaksanakan Pembelajaran Remidial
Pada dasarnya, pembelajaran remidi yang kita laksanakan hampir sama dengan
pembelajaran reguler. Letak perbedaan antara keduanya adalah pada subjek
pembelajaran dan konsep yang dipilih untuk disampaikan (dari analisis kebutuhan).
Tabel berikut mungkin akan memperjelas kita bagaimana perbedaan antara kedua
pembelajaran itu.
8-24 Unit 8
dipisahkan dari jam pembelajaran reguler. Pada model ini, pembelajaran remidi
dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah jam pelajaran reguler. Model kedua
dilaksanakan terpisah dari jam pembelajaran reguler. Pada model ini,
pembelajaran remidi dilaksanakan di luar jam efektif, yaitu dengan membuat
jadwal tersendiri.
Contoh hasil evaluasi pada siswa yang mengalami kesulitan belajarnya
adalah sebagai berikut.
8-26 Unit 8
K. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa. Bila
standar kompetensi tercapai, pembelajaran dapat dilanjutkan ke topik
berikutnya. Bila standar kompetensi belum tercapai, perlu diadakan adaptasi
dan/atau perubahan pendekatan dalam pembelajaran.
Soal Latihan (tetap)
Kuis (tetap)
Latihan
Dengan memahami pengertian pembelajaran remidi, tujuan dan cara
melakukan pembelajaran remidi, cobalah memberikan contoh bagaimana
Anda melaksanakan pembelajaran remidi untuk mata pelajaran yang Anda
ampu. Mulailah dengan memberikan identifikasi kebutuhan siswa (identifikasi
kesulitan siswa).
Rangkuman
Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan kapan dan mengapa pembelajaran remidi dilakukan!
2. Apa saja penyebab sehingga para siswa mengalami kesulitan, sehingga
3. mengakibatkan mereka tidak tuntas belajar?
4. Jelaskan perbedaan pembelajaran remidi dengan pembelajaran reguler!
5. Mengapa pembelajaran remidi harus dimulai dari analisis kebutuhan siswa?
8-28 Unit 8
Kunci Jawaban
Tes Formatif 1
1. Komponen-komponen rencana pembelajaran :
a. Identitas mata pelajaran,
b. Standar kompetensi dan kompetensi dasar,
c. Indikator hasil belajar,
d. Materi pembelajaran,
e. Strategi pembelajaran,
f. Media pembelajaran,
g. Penilaian dan tindak lanjut,
h. Kegiatan Pembelajaran yang direncanakan, dan
i. Sumber bacaan
2. Kesalahan dan kelemahan yang sering terjadi dalam menyusun rencana
pembelajaran :
a. Indikator hasil belajar kurang operasional,
b. Indikator hasil belajar tidak/kurang sesuai dengan kompetensi dasar,
c. Komponen yang satu tak sesuai dengan komponen yang lain,
d. Media yang tertulis tak tersedia atau disediakan,
e. Ketepatan dalam menentukan kemampuan prasyarat,
f. Ketepatan dalam memilih buku siswa, dan
g. Keterbacaan lembar kerja siswa (LKS).
3. Keterkaitan antara rencana pembelajaran, proses pembelajaran, dan hasil
belajar.
Rencana pembelajaran dibuat agar siswa mencapai keberhasilan belajar.
Rencana pembelajaran disusun untuk dipedomani oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
Tes Formatif 2
1. Langkah-langkah dalam mengidentifikasi optimalisasi proses pembelajaran
adalah :
a. Identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan,
b. Mengajukan beberapa alternatif pemecahan yang mungkin,
c. Menetapkan pilihan disertai pemberian pertimbangan.
Tes Formatif 3
8-30 Unit 8
dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang ada dan sasaran
(subjek) pembelajarannya dalah seluruh siswa.
4). Analisis kebutuhan perlu dilakukan untuk menjamin pembelajaran remidi
dapat dilaksanakan secara optimal.
Kasbolah, Kasihani E.S. dan Sukaryana, I Wayan. (2001). Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru. Malang : Universitas Negeri Malang.
8-32 Unit 8
Glosarium
Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan
dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
Kolaboratif adalah kerjasama dengan orang lain dalam mengerjakan sesuatu.
Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten
sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki
oleh peserta didik.
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun
indikator kompetensi.
Metode : operasionalisasi strategi agar efektif.
Remidi : memperbaiki kelemahan.
Strategi : cara untuk mencapai tujuan.
Sintaks (syntax) : tahap-tahap pembelajaran
Pendahuluan
K etika Anda sebagai guru melakukan evaluasi terhadap anak didik, tentunya
ada informasi yang dihasilkan dan ditunggu-tunggu oleh banyak pihak yang
berkepentingan. Melaporkan hasil belajar merupakan salah satu bentuk tanggung
jawab Anda sebagai guru kepada para pemangku kepentingan atau stakeholders
untuk memberikan informasi tentang sejauhmana proses belajar berhasil mencapai
tujuan yang diidam-idamkan. Oleh karena itulah, begitu informasi mengenai seorang
siswa sudah terkumpul hingga akhirnya dianalisis dan diinterpretasi, maka implikasi
dari informasi tersebut harus dikomunikasikan. Agar informasi yang disajikan dapat
dipahami oleh berbagai pihak dengan baik, ada beberapa hal yang harus diikuti
dengan baik khususnya terkait dengan format dan pengguna laporan.
Topik-topik di atas akan disajikan dalam 2 Subunit, yaitu: Subunit 1: Jenis
dan Model Laporan Hasil Asesmen, dan Subunit 2: Mengkomunikasikan Laporan
Hasil Asesmen.
Pembahasan topik-topik di atas untuk mencapai indikator agar Anda dapat:
1. menjelaskan jenis dan model laporan asesmen proses dan hasil belajar;
2. menjelaskan pihak-pihak yang menjadi pengguna laporan asesmen;
3. menjelaskan beberapa metode untuk mengkomunikasikan laporan hasil asesmen
proses dan hasil belajar.
Latihan akan disiapkan baik di tengah uraian ataupun di akhir subunit yang
dapat Anda kerjakan. Untuk mengetahui dan mengecek hasil pekerjaan Anda,
disediakan rambu-rambu jawaban atau dijabarkan dalam uraian materi. Akan tetapi,
diusahakan jangan melihat rambu-rambu jawaban sebelum menyelesaikan soal-soal
latihan yang disediakan. Untuk mengetahui keberhasilan belajar Anda, dilaksanakan
tes formatif pada akhir subunit dan untuk mengecek hasil jawaban Anda, disediakan
9-2 Unit 9
Subunit 1
Jenis dan Model Laporan Hasil Asesmen
Pengantar
Uraian
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004), pelaporan hasil belajar
peserta didik memiliki sejumlah asas, yaitu:
memperkuat motivasi belajar siswa
memperkuat daya ingat dan meningkatkan kemampuan transfer hasil
belajarnya
memperbesar pemahaman siswa terhadap dirinya
memberikan umpan balik terhadap keefektifan pembelajaran.
1. Kriteria Pelaporan
Laporan hasil belajar disusun untuk memberikan informasi yang bermanfaat
mengenai kemampuan peserta didik kepada pihak-pihak tertentu yang
berkepentingan agar mereka turut meningkatkan kemampuan peserta didik. Oleh
karena itulah Departemen Pendidikan Nasional (2004) menentukan sejumlah kriteria
penyusunan laporan hasil belajar yang harus diikuti agar tujuan dari pelaporan itu
sendiri bisa tercapai dengan baik, yaitu:
a. menggunakan format dan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami.
Pelaporan hasil belajar haruslah mudah dibaca, dipahami, dan mudah
diterapkan sesuai dengan maksud dan tujuan laporan. Pelaporan juga harus
benar-benar komunikatif, artinya sajian laporan yang berupa naratif, tabel,
dan grafik benar-benar bisa dipahami dengan mudah oleh si penerima atau
pengguna laporan (siswa, orang tua, dan masyarakat luas) dan siapapun yang
berkepentingan dengan laporan;
Oleh karena itulah bentuk dan format laporan yang akan disampaikan harus
disesuaikan dengan pihak-pihak yang akan menerima laporan (dan juga
waktu pelaporan.
b. berkaitan erat dengan hasil belajar yang ingin dicapai siswa;
c. memuat hasil pengolahan data yang konsisten (ajeg);
d. menitikberatkan pada hasil yang dicapai siswa;
9-4 Unit 9
e. berisi informasi tingkat pencapaian hasil belajar dalam kaitannya dengan
standar kemampuan yang ditetapkan;
f. memberikan informasi kemampuan akademik (penguasaan standar
kemampuan mata pelajaran), sosial, emosional dan fisik yang dicapai siswa;
g. konsisten dengan pelaksanaan penilaian;
h. dapat memberikan informasi untuk melakukan diagnostik hasil belajar;
i. memberikan informasi yang dapat membantu orang tua untuk lebih
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa;
j. dapat memberikan informasi kemampuan siswa secara individu maupun kelas
dalam mencapai kompetensi dasar;
k. menarik dan memuat aspek-aspek yang berguna bagi peningkatan
kemampuan siswa.
Latihan 1
2. Beberapa Jenis dan Model Laporan Asesmen Proses dan Hasil Belajar
Sebelum membahas beberapa jenis dan model laporan asesmen pembelajaran
siswa, tentunya Anda sudah tidak asing lagi pada berbagai jenis dan model laporan
yang ada di lapangan. Untuk itulah, alangkah baiknya jika Anda mencoba menjawab
beberapa pertanyaan berikut.
Latihan 2
a. Menggunakan Angka
Yaitu ketika kita menggunakan angka 1 s.d. 10 atau 1 s.d. 100. Angka memang
banyak digunakan didalam melaporkan hasil asesmen belajar peserta didik karena
sejumlah pertimbangan. Setidaknya ada lima kelebihan sehingga nilai angka banyak
digunakan. Pertama, penggunaan angka cukup mudah dilakukan oleh siapa saja.
Kedua, banyak pihak yang meyakini bahwa menginterpretasikan angka cukup
mudah. Ketiga, angka dapat meringkas dan merepresentasikan kinerja secara
keseluruhan. Keempat, nilai yang ditulis dengan angka lebih bersifat kontinyu
dibandingkan dengan nilai yang dituliskan dengan menggunakan huruf. Kelima, nilai
angka bisa dipergunakan bersama dengan nilai huruf.
b. Menggunakan kategori
Dalam hal ini hasil belajar peserta didik dinyatakan dalam bentuk kategori
seperti: baik, cukup, kurang atau sudah memahami, cukup memahami, dan kurang
memahami. Ada beberapa kelebihan sehingga beberapa pihak terkadang
menggunakan kategori. Salah satu pertimbangannya adalah dampak dari kategori
tidak terlalu buruk bagi siswa yang duduk di tahun-tahun awal jika dibandingkan
dengan nilai angka, terutama jika hasil belajar mereka kurang sesuai dengan harapan.
Namun demikian, cara ini juga mengandung kelemahan. Salah satu kelemahan yang
cukup menonjol adalah bahwa kategori tidak mengkomunikasikan cukup informasi
mengenai kinerja siswa bagi pihak lain untuk menilai kemajuan yang telah dicapai.
c. Menggunakan Narasi
Laporan naratif memuat secara rinci apa yang telah dipelajari oleh seorang
siswa termasuk usaha yang telah dilakukan siswa dalam proses pembelajaran di
kelas. Diharapkan laporan naratif ini bisa mengatasi atau menutupi kekurangan yang
ada pada nilai dalam bentuk huruf, mengingat nilai dalam bentuk huruf cenderung
9-6 Unit 9
menyederhanakan informasi yang sangat banyak menjadi sebuah simbol. Di
samping itu, laporan naratif juga memungkinkan guru memasukkan berbagai
informasi yang bersifat unik mengenai proses yang dilakukan seorang siswa atau
sesuatu yang unik yang dilakukan oleh seorang guru. Kedua hal yang disebutkan
terakhir itu rasanya tidak akan muncul pada bentuk laporan yang standardized
(Power & Chandler, 1998).
Kelebihan laporan naratif yang lain adalah terkait dengan konsep pemberian
deskripsi yang komprehensif mengenai belajar dan perkembangan peserta didik.
Dalam laporan naratif aspek ini mendapat tempat yang cukup istimewa. Oleh karena
itu jika laporan naratif ini digarap dengan sangat baik, berbagai deskripsi yang
tertulis disana akan sangat berarti bagi para orang tua dan peserta didik sendiri
dibandingkan dengan ringkasan singkat seperti nilai.
Namun demikian, laporan naratif juga memiliki sejumlah keterbatasan,
terutama jika laporan tidak ditulis dengan baik dan mengabaikan aspek-aspek yang
sensitif. Harus diakui memang tidak mudah bagi guru untuk menulis sebuah laporan
naratif mengenai seorang siswa. Hal-hal yang sensitif itu biasanya terjadi manakala
seorang guru harus menggambarkan kemampuan atau sikap siswa yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Penulis laporan harus pandai-pandai memilih kata atau
istilah yang tepat untuk menggambarkan kelemahan siswa sehingga apa yang
disampaikan justru menjadi pendorong bagi siswa untuk berprestasi, bukan
sebaliknya. Harus selalu diingat oleh semua pihak bahwa tujuan asesmen pada
hakekatnya adalah melakukan perbaikan terkait dengan belajar siswa.
e. Menggunakan Grafik
Anda juga dapat menggunakan histogram untuk menampilkan skor nilai ujian
harian. Anda bisa melakukan hal ini pada akhir semester. Angka-angka yang berada
pada garis vertikal (lihat gambar), yaitu Frequency of scores (1, 2, 3, 4, dst.),
memperlihatkan skor tertinggi yang pernah dicapai siswa. Sementara angka-angka
yang berada pada garis horisontal menunjukkan ujian harian siswa. Dengan
demikian, histogram tersebut bisa memperlihatkan pokok bahasan yang telah
dikuasai siswa, dan pokok bahasan yang kurang dikuasai siswa.
Di samping menggunakan angka, kategori, grafik, narasi, dll. sebagaimana
tersebut di atas ada beberapa alternatif (lihat tabel 10.1) yang bisa Anda pilih yang
menurut Anda lebih efektif dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi di
lembaga tempat Anda bekerja.
Histogram
Selain histogram, ada
juga bentuk pelaporan lain
grafik radar juga bisa
digunakan untuk melaporkan
hasil belajar peserta didik
terutama terkait kelemahan dan
sekaligus kelebihan peserta
9-8 Unit 9
didik, tanpa melakukan penggabungan.
Latihan 3
FORMAT 1
Format Laporan Prestasi Siswa dalam Mata Pelajaran
Nilai
Kompetensi A B
No Deskripsi*)
Dasar
≥ 75 < 75
1
2
3
4
5
Dst
............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran
............................
Catatan:
*) Indikator pencapaian kompetensi yang belum dicapai siswa
**) Diisi oleh guru berkaitan dengan hal yang perlu mendapat perhatian khusus siswa/orang tua.
9-10 Unit 9
Dari format tersebut, diharapkan guru dapat meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran, sementara orang tua disisi lain juga dapat melihat apa yang telah
dicapai putra-putrinya untuk turut membantu meningkatkan prestasi yang telah
diraih.
FORMAT 2
Rekap Prestasi Siswa Dalam Mata Pelajaran
Mata Pelajaran :
Semester/kelas :
Sekolah :
Nama Kompetensi dasar*)
No Ket.
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keterangan *) jumlah kolom kompetensi dasar disesuaikan dengan kompetensi dasar setiap mata
pelajaran, artinya setiap mata pelajaran akan berbeda.
............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran
...........................................
Dengan menggunakan format 2 seperti di atas, guru atau siapapun bisa mengetahui
posisi kemampuan siswa dalam kelas dengan mudah:
FORMAT 3
Laporan Perkembangan Kemajuan Hasil Belajar dari Ulangan Harian
Mata pelajaran : ……………………….
Kelas :……………………….
Semester :………………………..
Sekolah :…………………..……
...........................................
FORMAT 4
Laporan Perkembangan Kemajuan Hasil Belajar dari Portofolio
............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran
..............................
FORMAT 5
Laporan Perkembangan Kemajuan Hasil Belajar dari praktik/proyek
9-12 Unit 9
............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran
...........................................
FORMAT 6
Rekap Perkembangan Kemajuan Hasil Belajar
Dalam Mata Pelajaran
Mata Pelajaran :
Semester/ Kelas :
Sekolah :
Aspek yang
dinilai
harian
Ulangan
\portofolio
\proyek
Rata-rata
Praktik
1
2
3
4
5
Dst
............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran
...........................................
FORMAT 7
Laporan Hasil Kegiatan Pengayaan
Mata pelajaran : ……………………….
Kelas :……………………….
Semester :……………………….
Sekolah :……………………….
Kompetensi Dasar : ........................................
FORMAT 8
Laporan Hasil Kegiatan Perbaikan
Mata pelajaran : ……………………….
Kelas : ……………………….
Semester : ……………………….
Sekolah : ……………………….
Kompetensi Dasar: .....................................
Nilai Perbaikan
Nama
No Sebelum Sesudah Sesudah Deskripsi
Siswa
Perbaikan Perbaikan 1 Perbaikan 2
1
2
3
4
5
Dst
............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran
..................................
9-14 Unit 9
FORMAT 9
Format Laporan Aktivitas dan Potensi Siswa
(Dalam Kegiatan Pembinaan)
Kelas : ……..…………………………..
Mata Pelajaran :……..…………………………..
Semester :…………………………………
Sekolah :…………………………………
Nilai Aktivitas
No. Nama siswa Sosial Emosional Fisik Deskripsi
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1.
2.
3
4
5
Dst
Keterangan : 4 : sangat baik, 3 : Baik, 2 : Cukup, 1 Kurang.
....................2007
Guru Mata Pelajaran
...............................
FORMAT 10
RAPOR HASIL BELAJAR SISWA
9-16 Unit 9
Mata Aspek Nilai
No. Catatan Guru
Pelajaran Penilaian Angka Huruf
7 Seni Budaya dan Apresiasi
Keterampilan
Kreasi
8 Pendidikan Kemampuan
Jasmani, gerak dasar
Olahraga dan
Kesehatan Keterampilan
cabang olahraga
Kebugaran dan
kesehatan
Pilihan:
Akuatik/Pend.Luar
Sekolah
9. Muatan
Lokal………
PERILAKU
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
PENGEMBANGAN DIRI
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
( …………………………) ( …………………………)
Fisik
LAPORAN HASIL BELAJAR SEMUA SISWA DALAM SELURUH MATA PELAJARAN
Kegiatan
…………………………..
Pembiasaan Emosional
…………….…, 2007
Sosial
Wali Kelas,
Praktek
Muatan Lokal Pengetahuan
Keterampilan/ Praktek
Teknologi
Informasi dan
Komunikasi Pengetahuan
Pilihan …..
Pendidikan Uji diri dan Senam
Jasmani
Pengembangan
KELAS ....... TAHUN AJARAN .......
Pend. Praktek
Kewarga
…………………………..
Mengetahui,
Praktek
Pendi.
Agama Pengetahuan
Rata-Rata
Nama Siswa
Dst
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9-18 Unit 9
Format 11 di atas digunakan ketika wali kelas hendak melaporkan hasil
belajar seluruh siswa untuk semua mata pelajaran, bersumber dari nilai mata
pelajaran yang diberikan masing-masing guru pelajaran.
Namun yang perlu Anda ingat adalah bahwa laporan ini dibuat oleh wali
kelas tidak untuk diperlihatkan pada siswa maupun pada orang tua siswa. Laporan
ini berfungsi memberikan informasi mengenai kemampuan siswa secara
menyeluruh dari mata pelajaran maupun seluruh siswa. Laporan ini biasanya
digunakan oleh guru/petugas pembimbing atau wali kelas sebagai dasar untuk
memberikan bimbingan pada siswa tertentu. Selain itu laporan ini juga bisa
dijadikan laporan perkembangan hasil belajar siswa oleh wali kelas kepada pihak
atasan.
FORMAT 12
Format Laporan Aktivitas Sosial
Kelas : ………………………………..
Semester : …………………………………
Sekolah : …………………………………
...................2007
Wali kelas
......................
Wali kelas
..................
FORMAT 14
Format Laporan Aktivitas Fisik
Kelas : ………………………………..
Semester : …………………………………
Sekolah : …………………………………
Wali kelas
......................
9-20 Unit 9
Format 12, 13, dan 14 di atas digunakan ketika wali kelas hendak
membuat laporan mengenai aktivitas dan potensi siswa. Dalam laporan ini wali
kelas dapat menyajikan informasi tentang kepribadian secara umum dalam:
• aspek sosial (kemampuan kerjasama, berinteraksi dengan orang lain,
gotong royong dll.)
• aspek emosional (tenang menghadapi masalah, tekun disiplin, dll)
• aktivitas fisik (tampil gesit, cekatan, trampil, dll.).
Untuk memperkaya laporan ini, wali kelas bisa menggunakan berbagai
informasi yang bersumber dari guru-guru mata pelajaran. Oleh karena itu wali
kelas juga bisa merekap laporan dari guru setiap mata pelajaran (seperti pada
format 9), selanjutnya diolah dan dirata-ratakan.
FORMAT 15
9-22 Unit 9
Tes Formatif
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum
dalam subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Apakah salah satu manfaat laporan hasil belajar bagi para orang tua siswa?
2. Bolehkah seorang guru membuat laporan hasil belajar siswa dengan
mengkombinasikan angka, kategori, dan narasi? Jelaskan!
3. Buatlah contoh laporan hasil belajar dalam bentuk uraian atau narasi!
Pengantar
S eperti telah Anda ketahui, laporan hasil asesmen proses dan hasil belajar
sangat penting artinya bagi pihak-pihak tertentu karena akan dijadikan dasar
untuk membuat keputusan dan kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran. Oleh karena itulah, Anda harus benar-benar memahami dan mampu
mengidentifikasi pihak-pihak mana saja yang merupakan pengguna laporan hasil
asesmen. Yang tidak kalah pentingnya pula adalah bagaimana
mengkomunikasikan laporan hasil asesmen kepada para pengguna tersebut
dengan baik sehingga tujuan mulia diadakannya asesmen pembelajaran peserta
didik bisa tercapai. Terlebih pada era sekarang ini dimana semakin banyak orang
yang memiliki kesadaran mengenai pentingnya akuntabilitas di dunia pendidikan,
sosialisasi hasil asesmen niscaya akan didukung oleh banyak pihak. Sebab
semakin banyak pihak, terutama orang tua, yang dapat memperoleh informasi
terkini terkait dengan perkembangan dan pengalaman belajar putra-putrinya.
Uraian
Tentunya Anda sudah memahami berbagai bentuk laporan penilaian proses
dan hasil belajar. Jika demikian, coba kerjakan latihan berikut
Latihan 4.
9-24 Unit 9
1. Pengguna Laporan Hasil Asesmen Proses dan Hasil belajar
Kepada siapakah pihak sekolah melaporkan hasil asesmen? Ada tiga pihak
utama yang merupakan pengguna laporan hasil asesmen pembelajaran. Yang
pertama dan paling sering adalah peserta didik sendiri. Melaporkan hasil asesmen
kepada peserta didik harus berlangsung setiap hari, baik secara lisan maupun
tertulis. Dalam hal ini Anda sebagai guru harus melaporkan kemajuan, kelebihan
dan kekurangan mereka disertai dengan penjelasan langkah-langkah yang harus
diambil pada tahap berikutnya di dalam proses belajar. Oleh karena itulah
dikatakan bahwa melaporkan hasil asesmen kepada peserta didik adalah yang
paling utama di dalam proses asesmen formatif (Headington, 2000).
Pihak pengguna laporan kedua adalah orang tua. Para orang tua perlu
mengetahui bagaimana putra-putri mereka mengalami perkembangan di sekolah.
Memang merupakan hak orang tua yang telah mengirim putra-putrinya ke suatu
sekolah untuk meyakini bahwa sekolah yang dipilihnya benar-benar mendidik
mereka. Telah diakui oleh semua pihak bahwa rumah dan sekolah sama-sama
membuat anak-anak berkembang. Oleh karena itulah jika para orang tua dan guru
memahami bagaimana anak bertindak dan melakukan reaksi dalam berbagai
konteks yang berbeda, maka kedua pihak dapat secara bersama-sama mendukung
perkembangan mereka.
Pihak pengguna ketiga adalah para profesional lainnya (masyarakat luas).
Mereka bisa seorang peneliti maupun seorang psikolog yang ingin mengetahui
banyak hal terkait dengan pembelajaran ataupun penilaian. Atau bisa jadi guru-
guru dari sekolah lain yang ingin belajar atau melakukan studi banding dalam
rangka mengembangkan belajar siswa di lingkungan mereka. Oleh karena itu,
semakin tinggi kedudukan pelapor, semakin umum pula bentuk dan format
laporan asesmen. Ketiga pihak tadi sama-sama membutuhkan informasi guru yang
diperoleh melalui proses asesmen, bukan pandangan-pandangan pribadi ataupun
spekulasi.
Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada para stakeholders,
maka proses asesmen sendiri juga harus memberi peluang terjadinya proses
komunikasi dengan para orang tua dan pihak-pihak lain di dalam upaya
pembelajaran yang dapat membuat mereka mendukung pembelajaran. Terkait
dengan komunikasi dengan orang tua, kesadaran akan pentingnya komunikasi
antara pihak sekolah dengan orang tua peserta didik itu sendiri berangkat dari tiga
keyakinan:
a. Para orang tua memiliki hak untuk mengetahui apa yang berlangsung di
sekolah tempat putra-putri mereka belajar.
2. Mempersiapkan Laporan
Secara umum, beberapa hal yang perlu Anda lakukan ketika mempersiapkan
pembuatan laporan asesmen adalah:
a. Menentukan pihak yang akan menerima laporan tersebut. Pihak-pihak
yang bisa menerima laporan tersebut adalah siswa, orang tua, dewan
sekolah, atau pun masyarakat.
b. Menentukan bagaimana hasil berbagai asesmen akan membantu sekolah
memperbaiki proses belajar mengajar.
c. Mengetahui kenapa hasil asesmen perlu dilaporkan. Pernyataan berupa
rasionalisasi dalam hal ini cukup penting untuk dilakukan.
d. Mengetahui dengan jelas informasi apa yang akan dikomunikasikan, untuk
tujuan apa, dan menggunakan teknik pelaporan apa. Yang perlu Anda
ingat, penggunaan berbagai strategi akan menjadikan pelaporan menjadi
lebih efektif (Roeber et al., 1980).
9-26 Unit 9
memilih strategi dan media yang tepat agar semua informasi yang ada di dalam
laporan bisa dipahami dengan baik oleh siapa saja yang membutuhkan.
9-28 Unit 9
anak-anak mereka, termasuk kemajuan dan kesulitan belajar yang dihadapi anak-
anak mereka di kelas.
Ada empat strategi yang bisa Anda lakukan dalam melaporkan hasil
asesmen kepada orang tua, yaitu:
(1) menyelenggarakan pertemuan antara guru dengan orang tua secara
individu.
(2) membuat laporan tertulis yang dibuat untuk masing-masing siswa dan
dikirim ke rumah.
(3) melakukan pertemuan dengan para orang tua secara bersama-sama.
(4) menulis artikel pada newsletter yang diperuntukkan bagi orang tua siswa.
Di antara berbagai alternatif yang ada, Anda bisa mempertimbangkan
mana yang menurut Anda lebih memungkinkan dan efektif. Pertemuan yang
dilakukan secara individu, misalnya, memang akan lebih bersifat personal dan
efektif, namun hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena berbagai faktor,
diantaranya keterbatasan waktu baik di pihak guru maupun orang tua karena
kesibukan masing-masing sehingga sulit menentukan kesempatan yang tepat
untuk kedua belah pihak. Terlebih lagi jika siswanya banyak, maka sangat tidak
memungkinkan rasanya bagi guru untuk membuat pertemuan dengan masing-
masing orang tua siswa dengan waktu cukup.
9-30 Unit 9
Akhirnya satu hal penting yang harus selalu diingat adalah bahwa jika para
guru, administrator sekolah, dan orang tua tidak belajar dari dan melakukan suatu
tindakan berdasarkan informasi dari berbagai kegiatan asesmen yang telah
dilakukan, maka seluruh proses yang telah dilalui itu hanya memberikan sedikit
manfaat atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali terhadap peserta didik. Sebab
tujuan yang paling utama dari asesmen pada hakekatnya adalah mendidik anak-
anak dengan lebih baik.
Tabel 9.1 Beberapa cara melaporkan hasil asesmen peserta didik beserta kelebihan dan
kekurangannya.
JENIS KODE
NAMA YANG KELEBIHAN KEKURANGAN
DIGUNAKAN
Nilai huruf A, B, C, dll, dan a. mudah dilakukan a. Makna nilai menjadi
bisa ditambah b. (diyakini) mudah sangat bervariasi pada
dengan “+” dan diinterpretasi subyek, guru, dan
“-“ c.dapat meringkas kinerja sekolah yang berbeda
secara keseluruhan b. Tidak menggambarkan
9-32 Unit 9
JENIS KODE
NAMA YANG KELEBIHAN KEKURANGAN
DIGUNAKAN
Laporan Tidak ada kode, a. Memberikan a. Memerlukan sangat
naratif namun bisa juga kesempatan pada guru banyak waktu
mengacu pada untuk menggambarkan b. memerlukan kecakapan
satu atau kemajuan siswa menulis yang sangat
beberapa b. Memperlihatkan baik dan kecakapan
seperti di atas; kemajuan siswa dalam berkomu-nikasi efektif di
namun biasanya bentuk standar, indikator pihak guru
tidak mengacu prestasi, sasaran belajar, c. Mungkin perlu
pada nilai atau kontinum diterjemahkan agar bisa
perkembangan dipahami orang tua, bisa
c. Memberikan terjadi kehilangan
kesempatan untuk makna
membuka dialog dan d. Orang tua yang tidak
jenis-jenis komunikasi cakap membaca bisa
lain dengan orang tua salah memahami atau
dan siswa tidak mau membaca
Surat kepada Tidak ada kode, a. merupakan suplemen a. Surat yang singkat tidak
orang tua namun bisa yang sangat membantu bisa secara optimal
mengacu pada metode-metode mengkomu-nikasikan
satu atau lebih pelaporan yang lain kemajuan siswa
kode di atas b. Memerlukan writing skill
yang sangat bagus dan
banyak waktu di pihak
guru
Diadaptasi dari: Nitko & Brookhart (2007)
9-34 Unit 9
Rangkuman
Setidaknya ada tiga pengguna utama dari laporan hasil asesmen: peserta
didik sendiri, orang tua, dan masyarakat luas. Peserta didik adalah yang paling
utama di dalam proses asesmen formatif. Semakin tinggi kedudukan pelapor,
semakin umum pula bentuk dan format laporan asesmen.
Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada para stakeholders,
maka proses asesmen sendiri juga harus memberi peluang terjadinya proses
komunikasi dengan para orang tua dan pihak-pihak lain di dalam upaya
pembelajaran yang dapat membuat mereka mendukung pembelajaran.
Tes Formatif
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum
dalam subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Ada beberapa pilihan terkait dengan bentuk penyajian laporan yang harus
dipertimbangkan ketika mempersiapkan laporan. Tolong jelaskan!
2. Kartu laporan (report card) telah lama digunakan di berbagai negara
sebagai media utama untuk mensosialisasikan informasi hasil asesmen dan
evaluasi oleh pihak sekolah kepada murid dan orang tua. Namun kartu
laporan ternyata memiliki sejumlah kelemahan. Tolong sebutkan
kelemahan-kelemahan tersebut!
Tes Formatif 2
1. Laporan bisa diberikan kepada seseorang secara langsung, secara tertulis,
atau gabungan keduanya. Laporan bisa disajikan dalam bentuk teks,
grafik, atau gabungan keduanya. Laporan bisa panjang dan rinci, atau
ringkas dan jelas.
2. Kelemahan kartu laporan: (1) sulit membuatnya, (2) komunikasi antara
pembuat dan pengguna laporan cenderung satu arah.
9-36 Unit 9
Daftar Pustaka
Conner, Colin. (1991). Assessment and Testing in the Primary School. London:
The Falmer Press.
Jalal, Fasli dan Dedi S. (Ed.). (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks
Otonomi Daerah. Jakarta: Bappenas-Depdiknas-Adicitra.
9-38 Unit 9
Glosarium