Sunteți pe pagina 1din 381

Penulis

Endang Poerwanti
Estu Widodo
Masduki
Yuni Pantiwati
Ainur Rofieq
Dwi Priyo Utomo

Penelaah Materi
Aloysius Mering

Penyunting Bahasa
A.A. Ketut Budiastra

Layout
Arie Susanty
Tinjauan Mata kuliah

D alam pembelajaran, ada tiga kemampuan pokok yang harus dimiliki guru
sebagai pendidik yaitu: kemampuan merencanakan materi pembelajaran,
melaksanakan dan mengelola pembelajaran serta menilai proses dan hasil belajar.
Sebab itu, calon guru ataupun guru yang sudah mengajar perlu bekal pengetahuan
dan keterampilan tentang asesmen pembelajaran. Mata kuliah Asesmen
Pembelajaran Sekolah Dasar dengan bobot 3 SKS, merupakan pendukung standar
kompetensi guru kelas SD/MI sebagai bekal guru agar mampu menilai proses dan hasil
pembelajaran yang mengacu pada tujuan utuh pendidikan. Setelah menyelesaikan
perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memahami hakekat asesmen (assessment)
pembelajaran, fungsi, jenis, tujuan, teknik-teknik pelaksanaannya, merencanakan dan
menentukan aspek-aspek asesmen pada semua mata pelajaran dan kelas, serta
mampu membuat laporan hasil asesmen dan menindaklanjuti hasil tersebut.
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan tatap muka dan belajar mandiri dengan
menggunakan bahan ajar cetak, media audio visual maupun web. Dengan demikian
secara utuh mahasiswa dapat mempelajari konsep-konsep dan contoh serta ilustrasi
bagaimana melaksanakan asesmen, dan menerapkan langkah-langkah
pelaksanaannya dalam pembelajaran mulai dari analisis tujuan pembelajaran,
menetapkan indikator keberhasilan, menyusun instrumen, melakukan asesmen,
menganalisis, melakukan refleksi, menyusun laporan sampai menindaklanjuti hasil
asesmen. Dengan demikian, penilaian yang dilakukan dengan tes tertulis dan tugas
diharapkan dapat mengungkap hasil belajar mahasiswa dalam aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Jika mata kuliah ini dikaitkan dengan pengembangan profil kompetensi lulusan
dengan mengacu pada Standar Kompetensi Guru Kelas SD-MI, maka mata kuliah
asesmen mendukung rumpun kompetensi penyelenggaraan pembelajaran yang
mendidik, meskipun tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan kompetensi guru kelas
SD-MI. Kompetensi guru kelas SD/MI tersebut dikelompokkan ke dalam empat
rumpun kompetensi (core-competencies), yang mencakup: (1) pengenalan peserta
didik secara mendalam, (2) penguasaan bidang studi, (3) penyelenggaraan
pembelajaran yang mendidik, dan (4) pengembangan kemampuan profesional secara

vii Tinjauan Mata Kuliah


berkelanjutan. Seperti telah dijelaskan, mata kuliah ini memiliki manfaat dan
relevansi dalam mendukung keempat kompetensi tersebut.
Dalam bahan ajar cetak ini kemampuan tersebut dijabarkan dalam sembilan
kompetensi dasar yang terurai dalan sembilan unit. Masing-masing unit tertata dalam
peta kompetensi yang disusun menurut urutan kemampuan yang harus dikuasai
mahasiswa yaitu:
Unit 1: membahas tentang konsep dasar asesmen yang berisikan: pengertian
pengukuran, penilaian, dan tes, fungsi, tujuan, prinsip-prinsip asesmen, ruang
lingkup, jenis, dan teknik asesmen pembelajaran serta taksonomi hasil
belajar.
Unit 2: membahas standar penilaian BSNP yang berisikan: latar belakang Standar
Penilaian Pendidikan sebagai standar nasional penilaian pendidikan,
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar menurut SNP,
serta bagaimana pro kontra pelaksanaan standar penilaian menurut SNP.
Unit 3: tentang prosedur asesmen pembelajaran di SD yang meliputi bagaimana
prosedur dan langkah pokok asesmen pembelajaran di SD.
Unit 4: membahas pengembangan tes sebagai instrumen asesmen, meliputi jenis-
jenis instrumen asesmen, pengertian, jenis, dan langkah-langkah menyusun
tes, kriteria tes yang baik, serta bagaimana mengembangkan tes.
Unit 5: membahas bagaimana mengembangkan instrumen non tes, yang meliputi
instrumen asesmen autentik dan asesmen alternatif serta bagaimana
mengembangkan dan melaksanakan instrumen non tes tersebut.
Unit 6: membahas analisis hasil asesmen yang meliputi pengertian skor dan nilai,
merubah skor menjadi nilai dengan berbagai skala, distribusi dan
standardisasi nilai serta menginterpretasikan hasil asesmen.
Unit 7: membahas refleksi terhadap proses dan hasil asesmen yang meliputi
pencermatan terhadap kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar,
bagaimana melakukan self evaluation terhadap proses belajar yang telah
dilakukan, faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan
bersama pihak-pihak terkait dan langkah-langkah optimalisasi proses dan
hasil belajar.
Unit 8: membahas tentang tindak lanjut hasil asesmen yang berupa perbaikan rencana
pembelajaran, upaya optimalisasi proses pembelajaran, serta pelaksanaan
pembelajaran remidi.
Unit 9: meliputi uraian tentang jenis dan model laporan asesmen proses dan hasil
belajar, siapa saja pengguna laporan asesmen, dan bagaimana
mengkomunikasikan berbagai jenis laporan asesmen proses dan hasil belajar.

viii Assesmen pembelajaran di SD


Bahan ajar cetak ini dapat bermanfaat secara maksimal dengan: (1) mengkaji
uraian konseptual, (2) mencermati contoh dan ilustrasi yang tersedia, (3)
mengerjakan evaluasi formatif yang ada pada setiap akhir unit, (4) melakukan latihan
sesuai dengan petunjuk yang ada dan buku ini dilengkapi dengan web dan video.
Untuk memperjelas hal di atas silakan Anda membaca silabus mata kuliah yang ada
di bagian lain buku ini.
Dalam buku ini ada tes formatif di setiap akhir subunit untuk melihat
ketercapaian kompetensi yang diharapkan. Kunci dan rambu-rambu jawaban ada di
akhir setiap unit, agar mahasiswa dapat membandingkan jawabannya dengan kunci
dan rambu-rambu yang sudah disiapkan. Evaluasi materi banyak menggunakan
portofolio untuk melihat perkembangan mahasiswa dengan tugas-tugas yang
diberikan dalam buku cetak ini. Tugas yang sudah Anda kerjakan dapat dikirimkan
lewat e-mail atau dikirim langsung ke dosen pembina mata kuliah.

ix Tinjauan Mata Kuliah


Kata Pengantar
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) memiliki ciri utama keterpisahan ruang dan waktu antara
mahasiswa dengan dosennya. Dalam PJJ, keberadaan bahan ajar memiliki peran
strategis. Melalui bahan ajar, mahasiswa secara mandiri mampu belajar, berefleksi,
berinteraksi, dan bahkan menilai sendiri proses dan hasil belajarnya.

Paket bahan ajar PJJ S1 PGSD ini tidak hanya berisi materi kajian, tetapi juga
pengalaman belajar yang dirancang untuk dapat memicu mahasiswa untuk dapat
belajar secara aktif, bermakna, dan mandiri. Paket bahan ajar ini dikemas secara
khusus dalam bentuk bahan ajar hybrid yang meliputi:

a. Bahan ajar cetak,


b. Bahan ajar audio,
c. Bahan ajar video, serta
d. Bahan ajar berbasis web.

Seluruh paket bahan ajar ini dikembangkan oleh Konsorsium PJJ S1 PGSD yang
terdiri dari 23 Perguruan Tinggi (PT), yaitu Universitas Sriwijaya, Universitas
Katolik Atmajaya, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri
Yogyakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang,
Universitas Tanjungpura, Universitas Nusa Cendana, Universitas Negeri Makassar,
Universitas Cendrawasih, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA,
Universitas Pattimura, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Negeri
Gorontalo, Universitas Negeri Jember, Universitas Lampung, Universitas Lambung
Mangkurat, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Mataram, Universitas
Negeri Semarang, Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Negeri Solo, dan
Universitas Haluoleo. Proses pengembangan bahan ajar ini difasilitasi oleh
SEAMOLEC.

Semoga paket bahan ajar ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terlibat
dalam penyelenggaraan program PJJ S1 PGSD di tanah air.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi


Direktur Ketenagaan,

Muchlas Samani
NIP. 0130516386
aldo

Unit 1
KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN
Endang Poerwanti

Pendahuluan

K ompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua
tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan
bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai
tingkatan sekolah. Misalnya, Gagne (1974) mengemukakan bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar, terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru
yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta menilai
hasil belajar siswa. Dalam buku yang disusun oleh Tim PPPG (Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru) dikemukakan 10 kompetensi mengajar yaitu:
1. Kemampuan menguasai landasan kependidikan,
2. Kemampuan menguasai bahan ajaran,
3. Kemampuan mengelola proses belajar mengajar,
4. Kemampuan mengelola kelas,
5. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar,
6. Kemampuan menilai hasil belajar,
7. Kemampuan mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
8. Kemampuan menyelenggarakan Administrasi Pendidikan,
9. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar, dan
10. Kemampuan menafsirkan hasil penelitian untuk kepentingan pengajaran.
Sejalan dengan kompetensi yang diuraikan tersebut Stanford University
mengembangkan kemampuan mengajar yang dikenal dengan STCAG (Stanford
Teacher Competence Appraisal Guide). Kemampuan mengajar tersebut digolongkan
ke dalam empat kelompok yang meliputi: (1) kelompok kemampuan merencanakan
pengajaran, (2) kelompok kemampuan penampilan mengajar, (3) kemampuan
mengevaluasi hasil belajar, dan (4) kemampuan profesionalitas dan kemasyarakatan.

Asesmen pembelajaran di SD 1-1


Demikian juga dalam Instrumen Penilaian Kemampuan Guru (IPKG) disebutkan 5
kemampuan pokok guru yaitu kemampuan untuk: (1) merumuskan indikator
keberhasilan belajar, (2) memilih dan mengorganisasikan materi, (3) memilih sumber
belajar, (4) memilih mengajar dan (5) melakukan penilaian. Masih banyak lagi
model yang menggambarkan kemampuan dasar mengajar ini, namun demikian
nampak dengan jelas bahwa pada semua profil kemampuan tersebut selalu
mencantumkan dan mempersyaratkan kemampuan tenaga pengajar untuk
mengevaluasi hasil belajar, sebab kemampuan mengevaluasi hasil belajar memang
merupakan kemampuan dasar yang mutlak dimiliki oleh tenaga pengajar.
Mengingat begitu pentingnya penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam
mengevaluasi kegiatan dan hasil belajar, maka dalam buku ini secara berurutan akan
dibahas prinsip-prinsip dasar serta langkah-langkah untuk mengantarkan para
pendidik mendalami pengetahuan dan pedoman tentang bagaimana cara
mempersiapkan dan melaksanakan evaluasi hasil belajar yang baik.
Pada bagian pertama ini akan dibahas secara umum hal-hal yang berkenaan
dengan prinsip dasar asesmen proses dan hasil belajar, yang meliputi: (1) pengertian
asesmen hasil belajar, (2) tujuan dilakukannya asesmen, (3) dan pelaksanaan
asesmen hasil belajar. Setelah membaca dan membahas uraian tersebut mahasiswa
diharapkan dapat mencapai indikator-indikator keberhasilan yaitu dapat:
1. menjelaskan manfaat mempelajari evaluasi bagi guru;
2. menjelaskan dengan contoh pengertian pengukuran, penilaian dan tes dalam
konteks asesmen;
3. menjelaskan fungsi asesmen;
4. menjelaskan tujuan asesmen;
5. menjelaskan prinsip-prinsip asesmen;
6. menjelaskan ruang lingkup asesmen;
7. menjelaskan jenis asesmen; dan
8. menjelaskan teknik asesmen pembelajaran.
Unit 1 ini dapat dipahami secara optimal melalui kegiatan tatap muka dan kerja
mandiri. Untuk keperluan tersebut unit ini dilengkapi dengan web. Setiap akhir unit
disertai dengan tes formatif untuk melihat ketercapaian kompetensi yang diharapkan.
Kunci dan rambu-rambu jawaban tes formatif ada di akhir setiap unit. Dengan
demikian setiap pebelajar dapat mencocokkan jawabannya. Untuk melihat
perkembangan mahasiswa atas tugas-tugas yang diberikan dalam buku ajar cetak ini,
evaluasi mata kuliah banyak menggunakan portofolio. Tugas yang sudah Anda
kerjakan dapat dikirimkan lewat e-mail dosen pengampu mata kuliah atau dikirim
langsung ke dosen pengampu mata kuliah.

1-2 Unit 1
Subunit 1

Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Tes

Pengantar

P roses pembelajaran di kelas diawali dengan merancang kegiatan pembelajaran.


Salah satu aspek yang harus ada dalam perencanaan tersebut adalah tujuan
pengajaran sebagai target yang diharapkan dari proses belajar mengajar dan cara
bagaimana tujuan dan proses belajar mengajar tersebut dapat dicapai dengan efektif.
Kemudian berdasarkan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan dilaksanakan
kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran selalu muncul pertanyaan,
apakah kegiatan pengajaran telah sesuai dengan tujuan, apakah siswa telah dapat
menguasai materi yang disampaikan, dan apakah proses pembelajaran telah mampu
membelajarkan siswa secara efektif dan efisien. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut perlu dilakukan asesmen pembelajaran. Asesmen pembelajaran merupakan
bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran, sehingga kegiatan asesmen
harus dilakukan pengajar sepanjang rentang waktu berlangsungnya proses
pembelajaran. Itulah sebabnya, kemampuan untuk melakukan asesmen merupakan
kemampuan yang dipersyaratkan bagi setiap tenaga pengajar. Hal ini terbukti bahwa
dalam semua referensi yang berkaitan dengan tugas pembelajaran, selalu ditekankan
pentingnya kemampuan melakukan asesmen bagi guru dan kemampuan ini selalu
menjadi salah satu indikator kualitas kompetensi guru. Untuk menghindari
kesalahan persepsi dan agar guru dapat mempersipakan dan melakukan asesmen
dengan benar perlu dijelaskan tentang apa sebenarnya pengertian dari asesmen
pembelajaran dan bagaimana kesalahan pengertian tersebut biasa terjadi di sekolah.

Pengertian Asesmen Pembelajaran


Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan
informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan
keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program
pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Keputusan
tentang siswa ini termasuk bagaimana guru mengelola pembelajaran di kelas,
bagaimana guru menempatkan siswa pada program- program pembelajaran yang

Asesmen pembelajaran di SD 1-3


berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan saran untuk studi lanjut.
Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah termasuk pengambilan keputusan
tentang efektifitas program dan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan
siswa dengan pengajaran remidi (remidial teaching). Keputusan untuk kebijakan
pendidikan meliputi; kebijakan di tingkat sekolah, kabupaten maupun nasional.
Pembahasan tentang kompetensi untuk melakukan asesmen tentang siswa akan
meliputi bagaimana guru mengkoleksi semua informasi untuk membantu siswa
dalam mencapai target pembelajaran dengan berbagai teknik asesmen, baik teknik
yang bersifat formal maupun nonformal, seperti teknik paper and pencil test, unjuk
kerja siswa dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas-tugas di laboratorium
maupun keaktifan diskusi selama proses pembelajaran. Semua informasi tersebut
dianalisis untuk kepentingan laporan kemajuan siswa.
Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non
pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan
tertentu. Dalam pelaksanaan asesmen pembelajaran, guru akan dihadapkan pada 3
(tiga) istilah yang sering dikacaukan pengertiannya, atau bahkan sering pula
digunakan secara bersama yaitu istilah pengukuran, penilaian dan test. Untuk lebih
jauh bisa memahami pelaksanaan asesmen pembelajaran secara keseluruhan, perlu
dipahami dahulu perbedaan pengertian dan hubungan di antara ketiga istilah
tersebut, dan bagaimana penggunaannya dalam asesmen pembelajaran.

Pengukuran
Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang
dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau
benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat untuk melakukan
pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter, kilogram, liter dan
sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat relatif, seperti depa,
jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran guru juga
melakukan pengukuran terhadap proses dan hasil belajar yang hasilnya berupa
angka-angka yang mencerminkan capaian dan proses dan hasil belajar tersebut.
Angka 50, 75, atau 175 yang diperoleh dari hasil pengukuran proses dan hasil
pembelajaran tersebut bersifat kuantitatif dan belum dapat memberikan makna apa-
apa, karena belum menyatakan tingkat kualitas dari apa yang diukur. Angka hasil
pengukuran ini biasa disebut dengan skor mentah. Angka hasil pengukuran baru
mempunyai makna bila dibandingkan dengan kriteria atau patokan tertentu.

1-4 Unit 1
Evaluasi
Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil
pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan
kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran
tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan
sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan
minimal yang dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan
rata-rata unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa
batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat
mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acua Kriteria
(PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan
dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penialain
Acuan Norma/ Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR)

Tes
Adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan
yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan
tujuan pengajaran tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tes
merupakan alat ukur yang sering digunakan dalam asesmen pembelajaran disamping
alat ukur yang lain.
Dalam melaksanakan proses asesmen pembelajaran, guru selalu berhadapan
dengan konsep-konsep evaluasi, pengukuran, dan tes yang dalam penerapannya
sering dilakukan secara simultan. Sebab itu, dalam praktik ketiganya sering tidak
dirasakan pemisahannya, karena melakukan asesmen berarti telah pula melakukan
ketiganya. Waktu melaksanakan asesmen guru pasti telah menciptakan alat ukur
berupa tes maupun nontes seperti soal-soal ujian, observasi proses pembelajaran dan
sebagainya. Melakukan pengukuran, yaitu mengukur atau memberi angka terhadap
proses pembelajaran ataupun pekerjaan siswa sebagai hasil belajar yang merupakan
cerminan tingkat penguasaan terhadap materi yang dipersyaratkan, kemudian
membandingkan angka tersebut dengan kriteria tertentu yang berupa batas
penguasaan minimum ataupun berupa kemampuan umum kelompok, sehingga
munculah nilai yang mencerminkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Akhirnya diambillah keputusan oleh guru tentang kualitas proses dan hasil belajar.

Asesmen pembelajaran di SD 1-5


Dengan uraian di atas, nampak jelas hubungan antara ketiga pengertian
tersebut dalam kegiatan asesmen pembelajaran, meskipun sering dilakukan oleh
guru secara simultan. Melakukan asesmen selalu diawali dengan menyusun tes atau
nontes sebagai alat ukur, hasil pengukuran berupa angka bersifat kuantitatif belum
bermakna bila tidak dilanjutkan dengan proses penilaian dengan membandingkan
hasil pengukuran dengan kriteria tertentu sebagai landasan pengambilan keputusan
dalam pembelajaran. Sebaliknya, penilaian (penentuan kualitas) tidak dapat
dilakukan tanpa didahului dengan proses pengukuran.
Jadi, dapat diartikan bahwa asesmen pembelajaran adalah proses untuk
mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk landasan
pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program
pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Keputusan
tentang siswa ini termasuk bagaimana guru mengelola pembelajaran di kelas,
bagaimana guru menempatkan siswa pada program-program pembelajaran yang
berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan mengarahkan mereka
pada studi lanjut. Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah, termasuk
pengambilan keputusan tentang efektifitas program ataupun langkah-langkah untuk
meningkatkan kemampuan siswa dengan remidial teaching. Kemudian, keputusan
untuk kebijakan pendidikan menyangkut kebijakan di tingkat sekolah, kabupaten,
maupun nasional. Sehingga ketika pembahasan tentang kompetensi untuk
melakukan asesmen tentang siswa akan meliputi bagaimana guru mengkoleksi
semua informasi untuk membantu siswa dalam mencapai target pembelajaran,
sehingga teknik-teknik asesmen yang digunakan untuk mengkoleksi informasi ini,
baik teknik yang bersifat formal maupun non formal dengan mengamati perilaku
siswa dengan menggunakan paper and pencil test, unjuk kerja siswa dalam
menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas-tugas di laboratorium maupun keaktifan
diskusi selama proses pembelajaran. Semua informasi tersebut dianalisis sebagai
laporan kemajuan siswa.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa asesmen pembelajaran bermanfaat
untuk: (1) memberi penjelasan secara lengkap tentang target pembelajaran yang
dapat dijelaskan; sebelum pendidik melakukan asesmen terhadap siswanya terlebih
dulu harus mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa, informasi yang
dibutuhkan tentang pengetahuan, keterampilan, dan performa siswa. Pengetahuan,
keterampilan dan performa siswa yang dibutuhkan dalam pembelajaran disebut
dengan target atau hasil pembelajaran; (2) memilih teknik asesmen untuk kebutuhan
masing-masing siswa, bila mungkin guru dapat menggunakan beberapa indikator

1-6 Unit 1
keberhasilan untuk setiap taget pembelajaran; masing masing target pembelajaran
memerlukan pemilihan teknik asesmen yang berbeda, misalnya untuk dapat
melakukan asesmen kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dalam matematika
tentu akan sangat berbeda dengan kemampuan membaca atau mendengarkan, dan
berbeda pula untuk pemecahan masalah IPS yang memerlukan diskusi; (3) memilih
teknik asesmen untuk setiap target pembelajaran, pemilihan teknik asesmen harus
didasarkan pada kebutuhan praktis di lapangan dan efisiensi. Teknik asesmen ini
harus dapat mengungkapkan kemampuan khusus serta untuk mengembangkan
kemampuan siswa, sehingga ketika memilih teknik asesmen harus pula
dipertimbangkan manfaatnya untuk umpan balik bagi siswa. Sebab itu, ketika
melakukan interpretasi dari hasil asesmen haruslah dengan cermat, dengan
menghindari berbagai keterbatasan yang bersumber dari subyektifitas pelaksana
asesmen.
Dengan berlandaskan pada uraian di atas, Anda dapat membuat suatu
pemahaman yang lebih pasti tentang asesmen pembelajaran yaitu:
1) Asesmen merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, sehingga tujuan
asesmen harus sejalan dengan tujuan pembelajaran; sebagai upaya utuk
mengumpulkan berbagai informasi dengan berbagai teknik; sebagai bahan
pertimbangan penentuan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran;
oleh karenanya asesmen hendaknya dilakukan dengan perencanaan yang cermat.
2) Asesmen harus didasarkan pada tujuan pembelajaran secara utuh dan memiliki
kepastian kriteria keberhasilan, baik kriteria dari keberhasilan proses belajar yang
dilakukan siswa, ataupun kriteria keberhasilan dari kegiatan mengajar yang
dilakukan oleh pendidik, serta keberhasilan program pembelajaran secara
keseluruhan.
3) Untuk memperoleh hasil asesmen yang maksimal yang dapat menggambarkan
proses dan hasil yang sesungguhnya, asesmen dilakukan sepanjang kegiatan
pengajaran ditujukan untuk memotivasi dan mengembangkan kegiatan belajar
anak, kemampuan mengajar guru dan untuk kepentingan penyempurnaan
program pengajaran.
4) Terkait dengan evaluasi, asesmen pada dasarnya merupakan alat (the means) dan
bukan merupakan tujuan (the end), sehingga asesmen merupakan sarana yang
digunakan sebagai alat untuk melihat dan menganalisis apakah siswa telah
mencapai hasil belajar yang diharapkan serta untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran telah sesuai dengan tujuan atau masih memerlukan pengembangan
dan perbaikan.

Asesmen pembelajaran di SD 1-7


Dalam pelaksanaannya, asesmen pembelajaran merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan mengukur dan menilai aspek psikis yang berupa proses dan hasil
belajar yang bersifat abstrak, karena itu asesmen hendaknya dilakukan dengan
cermat dan penuh perhitungan termasuk memperhatikan berbagai keterbatasan
sebagai berikut.
a. Untuk pengukuran suatu konstruk, khususnya konstruk psikologis yang bersifat
abstrak tidak ada pendekatan tunggal yang dapat diberlakukan dan diterima
secara universal, termasuk dalam kegiatan asesmen yang bertujuan untuk
mengukur proses pembelajaran dan pemahaman siswa terhadap seperangkat
materi yang dipersyaratkan, maka dalam pelaksanaannya harus digunakan
bermacam pendekatan untuk tujuan yang berbeda-beda dan dilakukan dalam
berbagai kesempatan sepanjang rentang waktu berlangsungnya proses
pembelajaran.
b. Pengukuran aspek psikologis termasuk pengukuran proses dan hasil
pembelajaran pada umumnya dikembangkan berdasar atas sampel tingkah laku
yang terbatas, sehingga untuk dapat menjadi sumber informasi yang akurat,
asesmen dilakukan dengan perencanaan yang matang dan dilakukan dengan
cermat, dengan memperhatikan perolehan sampel yang memadai dari domain
tingkah laku dalam pengembangan prosedur dan alat ukur yang baik.
c. Perlu dipahami bahwa hasil pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam asesmen
proses dan hasil belajar mengandung kekeliruan. Angka yang diperoleh sebagai
hasil pengukuran (dengan menggunakan tes ataupun nontes) berupa: Thrue score
+ Error, untuk itu kegiatan pengukuran dalam prosedur asesmen yang baik
harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kekeliruan
(error). Kesalahan dalam proses asesmen dapat bersumber dari alat ukur, dari
gejala yang diukur, maupun interpretasi terhadap hasil pengukuran tersebut.
d. Pendefinisian suatu satuan yang menyangkut kualitas/kemampuan psikologis
pada skala pengukuran merupakan masalah yang cukup pelik, mengingat bahwa
kenyataan hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhadap
materi, sedang dalam pelaksanaan tes pengukuran hasil belajar, pengajar
diharuskan memberikan kuantitas yang berupa angka-angka pada kualitas dari
suatu gejala yang bersifat abstrak.
e. Konstruk psikologis termasuk proses dan hasil pembelajaran tidak dapat
didifinisikan secara tunggal atau berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan
dengan konstruk yang lain. Dengan demikian dalam pelaksanaan evaluasi
diperlukan adanya kesungguhan dan kecermatan yang tinggi, sehingga berbagai
keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat dikurangi.

1-8 Unit 1
Latihan
Setelah menelaah konsep-konsep di atas cobalah melakukan analisis
kekurangan dan kelebihan dari kegiatan asesmen yang sudah Anda lakukan selama
ini!

Rangkuman
Asesmen merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Banyak yang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi
(evaluation), penilaian (assessment), pengukuran (measurement), dan tes (test),
padahal keempatnya memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda. Evaluasi adalah
kegiatan mengidentifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk
melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan
nilai (value judgement). Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh
mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang siswa. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau
usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa
telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif dan
nilai kuantitatif. Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan
nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan
kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi
syarat-syarat tertentu yang jelas. Hubungan antara berbagai istilah tersebut adalah
sebagai berikut.

Asesmen pembelajaran di SD 1-9


ASSESSMENT

Teknik Tes Teknik Non Tes

Skema Klasifikasi Skala angka


Disebut proses Skala kuantitatif dan
Kualitatif
Pengukuran
Skala Kualitatif
Skor hasil pengukuran

Dikombinasikan dengan menggunakan


Berbagai pertimbangan untuk
pengambilan Keputusan tentang
prestasi peserta didik

EVALUASI

Hubungan antara evaluasi, asesmen, pengukuran, dan tes

Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan dengan contoh pengertian pengukuran dalam konteks asesmen
pembelajaran!
2. Jelaskan dengan contoh pengertian kriteria dalam konteks asesmen
pembelajaran!
3. Jelaskan dengan contoh pengertian penilaian dalam konteks asesmen
pembelajaran!
4. Bagaimanakah keterkaitan antara pengukuran, penilaian dan tes dalam konteks
asesmen pembelajaran!
5. Jelaskan berbagai keterbatasan pelaksanaan asesmen pembelajaran!

1 - 10 Unit 1
Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Jawablah pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan dengan
kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau Anda
belum merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena
kesepahaman tentang pengertian ini akan mendasari dan mempengaruhi langkah dan
kegiatan dalam menyelesaikan mata kuliah ini.

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 11
Subunit 2

Fungsi, Tujuan, Dan Prinsip Asesmen

Pengantar

I mplikasi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan pada penilaian adalah perlunya penyesuaian
terhadap model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas. Penilaian kelas
terdiri atas penilaian eksternal dan internal. Penilaian ekternal merupakan penilaian
yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, yaitu
suatu lembaga independen, yang di antaranya mempunyai tujuan sebagai pengendali
mutu. Adapun penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan
oleh pengajar pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Pengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi dasar mencakup beberapa
hal, yaitu: (1) standar kompetensi, adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
lulusan dalam setiap mata pelajaran yang memiliki implikasi yang sangat signifikan
dalam perencanaan, metodologi dan pengelolaan penilaian, (2) kompetensi dasar,
adalah kemampuan minimal dalam rangka mata pelajaran yang harus dimiliki
lulusan; (3) rencana penilaian, jadwal kegiatan penilaian dalam satu semester
dikembangkan bersamaan dengan pengembangan silabus; (4) proses penilaian,
pemilihan dan pengembangan teknik penilaian, sistem pencatatan dan pengelolaan
proses; dan (5) proses implementasi menggunakan berbagai teknik penilaian.
Berdasarkan Pedoman Penilaian Kelas Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah yang dikeluarkan oleh Balitbang Depdiknas (2006), dinyatakan bahwa
salah satu penilaian internal yang disyaratkan adalah penilaian kelas. Penilaian kelas
merupakan bagian dari penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap
penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh pendidik, dan bertujuan untuk menilai
tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang dilaksanakan pada saat
pembelajaran berlangsung dan akhir pembelajaran. Penilaian hasil belajar ini
dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar
peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan
secara berkesinambungan. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada
guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran. Pada

1 - 12 Unit 1
bagian ini secara berturut-turut akan dibahas tentang pengertian, fungsi, tujuan dan
prinsip penilaian berbasis kelas.

1. Penilaian Kelas
Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang
terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil
belajar peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk kepentingan itu
dilakukan pengumpulan data sebagai informasi akurat untuk pengambilan keputusan.
Pengumpulan data dengan prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan
kompetensi dasar atau indikator yang akan dinilai yang dalam subunit terdahulu kita
sebut dengan asesmen. Dari proses asesmen ini, pendidik akan memperoleh potret
atau profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) masing-masing sekolah.
Ketika Anda berdiri sebagai seorang guru, maka dalam melaksanakan penilaian
kelas Anda harus paham bahwa penilaian kelas merupakan suatu proses yang
dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian,
pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti untuk menunjukkan pencapaian hasil
belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar
peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik, seperti penilaian
unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test),
penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja peserta
didik (portfolio), dan penilaian diri (self assessment).
Sebagai pendidik, Anda harus dapat mengupayakan agar proses penilaian hasil
belajar yang Anda lakukan baik secara formal maupun informal dapat dilaksanakan
dalam suasana yang menyenangkan. Hal ini penting diperhatikan sehingga
memungkinkan peserta didik secara optimal dapat mengaktualisasikan apa saja yang
sudah dipahami dan apa yang telah mampu dikerjakannya. Dalam pelaksanaan
penilaian kelas ini pendidik akan membandingkan hasil belajar peserta didik dalam
periode waktu tertentu dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya
atau dengan kriteria tertentu dan sebaiknya, hasil belajar siswa ini tidak
dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Pembandingan semacam ini disebut
dengan penilaian acuan patokan atau penilaian acuan kriteria.
Mungkin Anda bertanya, mengapa penilaian kelas atau asesmen berbasis kelas
ini dianjurkan untuk digunakan. Alasannya adalah karena penilaian kelas mempunyai
beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh model asesmen yang lain (sumber
Balitbang Depdiknas, 2006), seperti berikut:

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 13
a. Dalam asesmen berbasis kelas, pengumpulan data sebagai informasi kemajuan
belajar baik formal maupun informal harus selalu dilaksanakan dalam suasana
yang menyenangkan, hal ini memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik
bagi siswa untuk menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya.
b. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan dengan
hasil belajar siswa lain ataupun prestasi kelompok, tetapi dengan prestasi atau
kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau dengan kompetensi yang
dipersyaratkan, sehingga dengan demikian siswa tidak terdiskriminasi dalam
klasifikasi lulus atau tidak lulus, pintar atau bodoh, bisa masuk ranking berapa,
dan sebagainya, tetapi lebih diarahkan pada fungsi motivasi, dan bantuan agar
siswa dapat mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
c. Pengumpulan informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus dilakukan
dengan menggunakan variasi cara, dilakukan secara berkesinambungan sehingga
gambaran kemampuan siswa dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret secara
akurat.
d. Dalam pelaksanaannya siswa tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang
tersedia, tetapi lebih dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri
untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah
yang dihadapi dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.
e. Proses pengumpulan informasi untuk dapat menentukan ada tidaknya kemajuan
belajar yang dicapai siswa dan perlu tidaknya siswa diberikan bantuan secara
terencana, bertahap, dan berkesinambungan, sehingga dengan demikian siswa
diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya, dengan pemberian bantuan
dan bimbingan yang sesuai.
f. Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM) tetapi
dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses). Hasil
kerja atau karya siswa yang berbentuk 2 dimensi yang dapat dikumpulkan dalam
portofolio dan yang berbentuk 3 dimensi (produk) terutama dihasilkan melalui
PBM. Karya tersebut dapat juga bersumber atau berasal dari berbagai kegiatan
ekstrakurikuler, kegiatan sekolah, kegiatan OSIS, kegiatan lomba antar sekolah,
bahkan kegiatan hobi pribadi. Dengan demikian, penilaian kelas mengurangi
dikhotomi antara PBM dan kegiatan penilaian serta antara kegiatan intrakurikuler
dan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
g. Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas, dikompromikan antara guru dengan
para siswa sebelum karya itu mulai dikerjakan; dengan demikian siswa
mengetahui kriteria yang akan digunakan dalam penilaian, agar berusaha

1 - 14 Unit 1
mencapai harapan (expectations) (standar yang dituntut) guru, dan mendorong
siswa untuk mengarahkan karya-karya nya sesuai dengan kriteria yang telah
disepakati.

2. Tujuan Asesmen Berbasis kelas

Pertanyaan yang kemudian muncul untuk Anda adalah apakah Anda tahu
secara persis apakah sebenarnya tujuan dari penilaian kelas. Secara rinci tujuan
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang
dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses
pembelajaran berlangsung.
b. Saat melaksanakan asesmen ini, Anda sebagai pendidik juga akan bisa langsung
memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak pelu lagi menunda
atau menunggu ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
c. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus menerus dapat
melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik,
sekaligus Anda dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik
sehingga secara tepat dapat menentukan siswa mana yang perlu pengayaan dan
siswa yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan.
d. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus
menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik bagi Anda untuk
memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan,
sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa.
e. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat Anda jadikan sebagai landasan
untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk
digunakan pada materi tertentu dan pada mata pelajaran tertentu, yang sudah
barang tentu akan berbeda. Anda sebagai pendidik yang tahu persis
pertimbangan pemilihannya
f. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan
komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir
semester atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua dan komite
harus dijalin dan dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 15
3. Fungsi Asesmen Berbasis kelas
Kita semua telah tahu bahwa tugas pendidik adalah mendesain materi dan
situasi di kelas agar siswa dapat belajar untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan. Setelah Anda mempelajari apa keunggulan dan tujuan dari asesmen
khusunya asesmen berbasis kelas, maka perlu pula diketahui fungsi dari penilaian
kelas tersebut. Secara rinci fungsi dari penilaian kelas dapat dijelaskan sebagai
berikut (Diknas, 2006):
a. Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi maupun
kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat menggambarkan sejauhmana
seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
b. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan pelaksanaan
evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik
memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk
pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan,
dalam hal ini terkait erat dengan peran guru sebagai pendidik sekaligus
pembimbing.
c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka salah satu
fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar dan
kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat
diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang siswa perlu
mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
d. Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk
dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah
dilakukan ataupun yang sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya dapat
digunakan sebagai dasar penentuan langkah perbaikan proses pembelajaran
berikutnya, guna peningkatan capaian hasil belajar siswa .
e. Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik dan
semua stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran
kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.

1 - 16 Unit 1
Latihan
Lakukanlah analisis tentang penilaian yang sudah Anda lakukan di kelas,
apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan tujuan dan fungsi tersebut!

1. Prinsip-prinsip Asesmen Berbasis kelas

Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen berbasis
kelas adalah patokan yang harus dipedomani ketika Anda sebagai guru melakukan
asesmen hasil dan proses belajar. Terdapat ada enam prinsip dasar asesmen hasil
belajar yang harus dipedomani (Depdiknas, 2004 dan 2006) yaitu:

a. Prinsip Validitas
Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam
melakukan penilaian harus ”menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat
penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai
dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi”.
Sebagai contoh:

Kompetensi Alat Penilaian

A : Kemampuan siswa berbicara untuk X : Wawancara, observasi tes performa


menceritakan dirinya dan keluarganya
(dalam tema: Aku dan Keluargaku)
B : Kemampuan menggunakan mikroskop Y : Tes perbuatan (performa), observasi

Jika guru menilai kompetensi A dan alat penilaian yang digunakan adalah X,
penilaian ini valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat
penilaian X, dalam kenyataan yang dinilai bukan kompetensi A tetapi B,
penilaian ini tidak valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat
penilaian X, dalam kenyataan yang dipakai justru alat penilaian Y, penilaian
ini tidak valid.

b. Prinsip Reliabilitas
Pengertian Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil
penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang
reliable, menjamin konsistensi, dan keterpercayaan. Misal, dalam menilai unjuk
kerja, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 17
unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin
reliabilitas petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas.
Contoh yang lain adalah dalam menguji kompetensi siswa dalam melakukan
eksperimen di laboratorium. Sepuluh siswa melakukan eksperimen dan masing-
masing menulis laporannya. Penilaian ini reliable jika guru dapat
membandingkan taraf penguasaan 10 siswa itu dengan kompetensi eksperimen
yang dituntut dalam kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 siswa yang sama
mengulangi eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan hasilnya
ternyata sama. Kondisi yang sama misalnya:
1) tidak ada siswa yang sakit
2) penerangan/pencahayaan dalam laboratorium sama
3) suhu udara dalam lab sama
4) alat yang digunakan sama
Penilaian tersebut tidak reliable jika ada kondisi yang berubah, misalnya ada 3
siswa yang sakit tetapi dipaksa melakukan eksperimen yang sama, dan ternyata
hasilnya berbeda.

c. Terfokus pada kompetensi


Telah Anda pahami bahwa konsekuensi perubahan kurikulum juga akan
menuntut perubahan dalam sistem penilaiannya. Dalam pelaksanaan kurikulum
berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Untuk
bisa mencapai itu penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan, dimana
penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu
tertentu.

d. Prinsip Komprehensif
Dalam proses pembelajaran, Anda sebagai pendidik pasti telah menyusun
rencana pembelajaran yang secara jelas menggambarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa serta indikator yang
menggambarkan keberhasilannya. Untuk itu penilaian yang dilakukan harus
menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi
dasar dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam
kompetensi atau kemampuan siswa sehingga tergambar profil kemampuan siswa.

1 - 18 Unit 1
e. Prinsip Objektivitas
Obyektif dalam konteks penilaian di kelas adalah bahwa proses penilaian
yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan
subyektif dari penilai. Dalam implementasinya penilaian harus dilaksanakan
secara obyektif. Dalam hal tersebut, penilaian harus adil, terencana,
berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa, dan
menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian
angka (skor).

f. Prinsip Mendidik
Prinsip ini sangat perlu Anda pahami bahwa penilaian dilakukan bukan
untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa,
tetapi untuk mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat
kemajuan atau posisi masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian
suatu kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran
kemampuan siswa, bukan gambaran ketidakmampuannya. Jadi, penilaian yang
mendidik artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik,
dimana hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi
kepada peserta didik untuk lebih giat belajar. Pada akhirnya Proses dan hasil
penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses
pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta
didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dalam asesmen berbasis kelas untuk pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi serta implementasi dari standar penilaian dari BSNP perlu
ditambahkan pedoman penilaian pada setiap kelompok mata pelajaran yang
secara rinci dirumuskan sebagai berikut (Depdiknas, 2006):
a. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan
melalui:
• Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik.
• Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek
kognitif siswa.
b. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang
sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 19
c. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
d. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan dilakukan melalui:
• Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik; dan
• Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik.

Rangkuman

Materi subunit ini bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan
dilaksanakan untuk itu beberapa langkah yang dapat Anda pahami dan
lakukan adalah:
1. Lakukan tes/ulangan sebagai alat bantu mengajar.
2. Tetapkan kompetensi dasar dan indikator pencapaiannya.
3. Tumbuhkan sikap positif dari murid.
4. Buat kalendar jadwal ulangan disertai: a) pengumuman tanggal ulangan/tes
walaupun setiap murid telah memiliki kalendar jadwal ulangan, karena siswa
membutuhkan waktu luang yang cukup banyak untuk belajar, b) tentukan
lingkup topik yang akan di uji dan informasikan kepada murid format
ulangan dan garis besar topik yang akan ditanyakan, c) bantu murid untuk
menyusun jadwal belajar mereka. Rencanakan bersama jawal belajar harian
di rumah dengan para murid, kemudian minta mereka untuk menyalinnya di
buku tugas mereka. Dengan cara ini maka keahlian murid dalam belajar akan
meningkat sekaligus sebagai panduan bagi orangtua dalam membantu anak
mereka belajar.
5. Dalam melaksanakan penilaian, guru sebaiknya:
a. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian
sebagai cermin diri.
c. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran
untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta
didik.
d. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.

1 - 20 Unit 1
e. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi
dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik.
f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas
dapat dilakukan dengan cara penilaian unjuk kerja, penilaian sikap,
penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri.
g. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif
mungkin.

Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan dengan contoh pengalaman saudara tentang tujuan asesmen berbasis
kelas!
2. Jelaskan fungsi dari asesmen berbasis kelas!
3. Jelaskan prinsip-prinsip yang harus dipedomani dalam pelaksanaan asesmen
berbasis kelas!
4. Jelaskan disertai contoh apa yang harus dilakukan pendidik untuk menjamin
bahwa penilaian yang dilakukannya obyektif!
5. Bagaimanakah penilaian yang harus dilakukan pada setiap kelompok mata
pelajaran!

Umpan Balik

Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru


cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum
sesuai atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat
diperlukan, karena kesepahaman tentang pengertian dan penerapan asemen berbasis
kelas menjadi dasar dan mempengaruhi langkah dan kegiatan dalam menyelesaikan
mata kuliah ini

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 21
Subunit 3

Cakupan, Jenis dan


Teknik Asesmen Pembelajaran

Pengantar

S etelah memahami pengertian, tujuan maupun fungsi dari asesmen, maka


selanjutnya Anda perlu mencermati ruang lingkup, jenis dan teknik asesmen
pembelajaran. Penilaian hasil belajar idealnya dapat mengungkap semua aspek
pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, sebab siswa yang
memiliki kemampuan kognitif baik saat diuji , misalnya dengan paper-and-pencil
test belum tentu dapat menerapkan dengan baik pengetahuannya dalam mengatasi
permasalahan kehidupan (Green, 1975). Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Pada umumnya tujuan
pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom
pada tahun 1956, yaitu cognitive, affective dan psychomotor. Kognitif (cognitive)
adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan ketrampilan
intelektual. Afektif (affective) adalah ranah yang berkaitan dengan pengembangan
pengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi, sedangkan psikomotor
(psychomotor) adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau
keterampilan motorik. Anda perlu pula mempelajari jenis dan teknik asesmen ketiga
ranah hasil belajar tersebut . Semua itu akan terjawab dengan membaca Uraian pada
subunit 3 ini.

1. Cakupan Ranah Asesmen


Cakupan asesmen terkait dengan ranah hasil belajar dalam konteks
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan. Hal ini
merupakan penjabaran dari stándar isi dan stándar kompetensi lulusan. Di dalamnya
memuat kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran. Muatan dari stándar isi
pendidikan adalah stándar kompetensi dan kompetensi dasar. Satu stándar
kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar dan setiap kompetensi dasar

1 - 22 Unit 1
dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan
atau dikembangkan oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
sekolah/daerah masing-masing. Indikator-indikator yang dikembangkan tersebut
merupakan acuan yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi dasar
bersangkutan. Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan
karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar yang
diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur
dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Seperti diuraikan di atas, umumnya tujuan pembelajaran mengikuti
pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956, yaitu
cognitive, affective, dan psychomotor. Benjamin Bloom (1956) mengelompokkan
kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama yaitu ranah kognitif dan
ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
ranah afektif dan ranah psikomotor. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang
mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

a. Ranah Kognitif
Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang
tempat utama, terutama dalam tujuan pengajaran di SD, SMTP, dan SMU. Aspek
kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu aspek pengetahuan, pemahanan,
penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
1) Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat
mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus
mengerti atau dapat menggunakannya. Kata-kata operasional yang
digunakan, yaitu: mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan,
mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan mereproduksi.
2) Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami
atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan menjadi
tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, dan (c)
mengekstrapolasi. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain:
memperhitungkan, memperkirakan, menduga, menyimpulkan, membedakan,
menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan.
3) Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 23
prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata-kata
operasional yang digunakan antara lain: mengubah, menghitung,
mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan.
4) Analisis (analysis adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang untuk
dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur
atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok, yaitu; (a) analisis unsur, (b) analisis hubungan, (c)
analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata-kata operasional yang
umumnya digunakan antara lain: memperinci, mengilustrasikan,
menyimpulkan, menghubungkan, memilih, dan memisahkan.
5) Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat
menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai
faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme.
Kata operasional yang digunakan terdiri dari: mengkatagorikan,
memodifikasikan, merekonstruksikan, mengorganisasikan, menyusun,
membuat design, menciptakan, menuliskan, dan menceritakan.
6) Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat
menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu
kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar
atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu. Kata-kata operasional yang dapat
digunakan antara lain: menafsirkan, menentukan, menduga,
mempertimbangkan, membenarkan, dan mengkritik.

b. Ranah Afektif
Secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang
menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar
tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian
menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah
lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu:
1) Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi fenomena
atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran
kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata-kata operasional
yang digunakan antara lain: menanyakan, memilih, mendeskripsikan,
memberikan, mengikuti, menyebutkan.

1 - 24 Unit 1
2) Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi
juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa
untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata-kata
operasional yang digunakan antara lain: menjawab, membantu, melakukan,
membaca, melaporkan, mendiskusikan, dan menceritakan.
3) Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena
atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. Kata-kata operasional
yang digunakan antara lain; melengkapi, menerangkan, membentuk,
mengusulkan, mengambil bagian, memilih, dan mengikuti.
4) Organisasi (organization), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-
nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk suatu
sistem nilai. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah,
mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan,
menggeneralisasikan, dan memodifikasikan.

c. Ranah Psikomotor
Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu
sekurang-kurangnya 30 menit. Kata operasional untuk aspek psikomotor harus
menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati, yang meliputi:
1) Muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil,
melompat, menggerakkan, dan menampilkan.
2) Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk.
3) Neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan,
menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan
menggunakan.
(Poerwanti E., 2001)

Evaluasi terhadap ranah-ranah yang dikemukakan Bloom melalui prosedur tes


memiliki beberapa kelebihan, disamping juga memiliki banyak kekurangan, seperti;
(1) setiap soal yang digunakan dalam suatu tes umumnya mempunyai jawaban
tunggal, (2) tes hanya berfokus pada skor akhir dan tidak terfokus pada bagaimana
siswa memperoleh jawaban, (3) tes mengendalikan pembelajaran di kelas, (4) tes
kurang mampu mengungkapkan bagaimana siswa berpikir, (5) kadang-kadang tes
tidak mampu menggambarkan prestasi sebenarnya dari siswa, dan (6) tes tidak
mampu mengukur semua aspek belajar.

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 25
Apabila dikaji kembali, hafalan merupakan kemampuan seseorang dalam
tingkatan yang paling rendah dalam taksonomi Bloom. Orin A. dan David R. (2001),
menyatakan, dalam taksonomi Bloom kemampuan seseorang diklasifikasikan
menjadi tingkat tinggi dan tingkat rendah. Tingkat rendah terdiri dari; pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi, sedang kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis,
sintesis, evaluasi, dan kreativitas. Johnson dan Harris (2002) mengemukakan,
berpikir tingkat tinggi terdiri dari berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif
adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, merubah, atau
mengulang-ngulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Adapun kemampuan
berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu
dan mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Lemahnya
keterampilan siswa dalam berpikir bahkan hanya terampil dalam menghafal tidak
terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi akhir siswa yang hanya
mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui tes tertulis (paper and pencil
test). Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan
kesempatan untuk mengembangkan dan tidak diarahkan maka kemampuannya tidak
dapat berkembang.
Berkaitan dengan kegiatan asesmen, perlu dipahami implikasi dari penerapan
standar kompetensi pada proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang
bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu dalam
menerapkan standar kompetensi harus dikembangkan penilaian berkelanjutan
(continous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan
kompetensi. Guru diberi kebebasan merancang pembelajarannya dan melakukan
penilaian (assesment) terhadap prestasi siswa termasuk di dalamnya merancang
sistem pengujiannya. Permasalahan ini akan dibahas tersendiri pada Unit 5. Paparan
tersebut dapat dicermati dalam Tabel berikut yang menggambarkan pengertian dan
cakupan dari ranah asesmen (Depdiknas, 2004).

1 - 26 Unit 1
Tingkatan Domain Kognitif

Tingkat Deskripsi
I. Pengetahuan Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun,
daftar, rumus, teori, dan kesimpulan.

Contoh kegiatan belajar: mengemukakan arti, menamakan, membuat daftar,


menentukan lokasi, mendeskripsikan sesuatu, menceritakan apa yang terjadi,
menguraikan apa yang terjadi.

II. Pemahaman Arti: Pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep, dan antar-data,
hubungan sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan.

Contoh kegiatan belajar: mengungkapkan gagasan/pendapat dengan kata-kata


sendiri, membedakan, membandingkan, mengintepretasi data, mendiskripsikan
dengan kata-kata sendiri, menjelaskan gagasan pokok, menceritakan kembali
dengan kata-kata sendiri.
III. Aplikasi Arti: menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau
menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh kegiatan belajar: menghitung kebutuhan, melakukan percobaan,


membuat peta, membuat model, merancang strategi.
IV. Analisis Arti: Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian, atau
gagasan dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut.

Contoh kegiatan belajar: mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan


masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat
grafik, mengkaji ulang.
V. Sintesis Arti: menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau konsep
atau meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru.

Contoh kegiatan belajar: membuat desain, mengarang komposisi lagu,


menemukan solusi masalah, memprediksi, merancang model mobil-mobilan,
pesawat sederhana, menciptakan produk baru.

VI. Evaluasi Arti: Mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tak


bermanfaat.

Contoh kegiatan belajar: mempertahankan pendapat, beradu argumentasi,


memilih solusi yang lebih baik, menyusun kriteria penilaian, menyarankan

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 27
Tingkat Deskripsi
perubahan, menulis laporan, membahas suatu kasus, menyarankan strategi
baru.

Tingkatan Domain Afektif


Tingkat Deskripsi
I. Penerimaan Arti: Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena
(Receiving) dan stimuli atau menunjukkan perhatian yang terkontrol dan terseleksi.

Contoh kegiatan belajar: sering mendengarkan musik, senang membaca


puisi, senang mengerjakan soal matematika, ingin menonton sesuatu, senang
membaca cerita, senang menyanyikan lagu.
II. Responsi Arti: Menunjukkan perhatian aktif, melakukan sesuatu dengan/tentang
(Responding) fenomena, setuju, ingin, puas meresponsi (menanggapi).

Contoh kegiatan belajar: mentaati aturan, mengerjakan tugas,


mengungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, meminta maaf atas
kesalahan, mendamaikan orang yang bertengkar, menunjukkan empati,
menulis puisi, melakukan renungan, melakukan introspeksi.
III. Acuan nilai Arti: Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, Termotivasi
(Valuing) berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti, Tingkatan: menerima, lebih
menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai.

Contoh kegiatan belajar: mengapresiasi seni, menghargai peran,


menunjukkan keprihatinan, menunjukkan alasan perasaan jengkel,
mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik, melakukan upaya
pelestarian lingkungan hidup, menunjukkan simpati kepada korban
pelanggaran HAM, menjelaskan alasan senang membaca novel.
IV. Organisasi Arti: Mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam satu sistem,
Menentukan saling hubungan antar nilai, Memantapkan suatu nilai yang
dominan dan diterima di mana-mana.

Tingkatan: Konseptualisasi suatu nilai dan Organisasi suatu sistem nilai.

Contoh kegiatan belajar: bertanggung jawab terhadap perilaku, menerima


kelebihan dan kekurangan pribadi, membuat rancangan hidup masa depan,
merefleksi pengalaman dalam hal tertentu, membahas cara melestarikan
lingkungan hidup, merenungkan makna ayat kitab suci bagi kehidupan.
V. Karakterisasi Arti: Suatu nilai/sistem nilai telah menjadi karakter, Nilai-nilai tertentu telah
(menjadi karakter) mendapat tempat dalam hirarki nilai individu, diorganisasi secara konsisten,
dan telah mampu mengontrol tingkah laku individu.

1 - 28 Unit 1
Tingkat Deskripsi

Contoh kegiatan belajar: rajin, tepat waktu, berdisiplin diri, mandiri dalam
bekerja secara independen, objektif dalam memecahkan masalah,
mempertahankan pola hidup sehat, menilai masih pada fasilitas umum dan
mengajukan saran perbaikan, menyarankan pemecahan masalah HAM,
menilai kebiasaan konsumsi, dan mendiskusikan cara-cara menyelesaikan
konflik antar-teman.

Tingkatan Domain Psikomotor


Tingkat Deskripsi
I. Gerakan refleks Arti: Gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, Responsi
terhadap stimulus tanpa sadar, misalnya: melompat, menunduk, berjalan,
menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang.

Contoh kegiatan belajar: mengupas mangga dengan pisau, memotong dahan


bunga, menampilkan ekspresi yang berbeda, meniru gerakan polisi lalu lintas,
juru parkir, meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin.

II. Gerakan dasar Arti: Gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik,
(Basic fundamental Gerakan ini terpola dan dapat ditebak.
movements)
Contoh kegiatan belajar:
Contoh gerakan tak berpindah; bergoyang, membungkuk, merentang,
mendorong, menarik, memeluk, berputar.
Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, meluncur,
berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting,
menggambar dengan crayon, memegang dan melepas objek, blok, atau
mainan.
Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
III. Gerakan persepsi Arti: Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual.
(Perceptual
abilities) Contoh kegiatan belajar: menangkap bola, mendrible bola, melompat dari
satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga keseimbangan,
memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi,
membaca, melihat terbangnya bola pingpong, melihat gerak pendulum,
menggambar simbol geometri, menulis alfabet, mengulangi pola gerak tarian,
memukul bola tenis, pingpong, membedakan bunyi beragam alat musik,
membedakan suara berbagai binatang, mengulangi ritme lagu yang pernah
didengar, membedakan berbagai tekstur dengan meraba.

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 29
Tingkat Deskripsi

IV. Gerakan Arti: Gerak lebih efisien, Berkembang melalui kematangan dan belajar.
kemampuan fisik
(Psysical abilities) Contoh kegiatan belajar: menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu
tertentu, berlari jauh, mengangkat beban, menarik-mendorong, melakukan
push-ups, kegiatan memperkuat lengan, kaki, dan perut, menari, melakukan
senam, melakukan gerak pesenam, pemain biola, pemain bola.
V. Gerakan terampil Arti: Dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak, terampil, tangkas, cekatan
(Skilled melalukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks).
movements)
Contoh kegiatan belajar: melakukan gerakan terampil berbagai cabang
olahraga, menari, berdansa, membuat kerajinan tangan, menggergaji,
mengetik, bermain piano, memanah, skating, melakukan gerak, akrobatik,
melakukan koprol yang sulit.
VI.Gerakan indah dan Arti: Mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan, Gerak estetik: gerakan-
kreatif (Non- gerakan terampil yang efisien dan indah, Gerak kreatif: gerakan-gerakan
discursive pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran.
communication)
Contoh kegiatan belajar: kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis,
menari balet, melakukan senam tingkat tinggi, bermain drama (acting),
keterampilan olahraga tingkat tinggi.

2. Asesmen sebagai dasar Evaluasi


Skor yang diperoleh sebagai hasil pengukuran hasil belajar dalam pelaksanaan
asesmen seringkali belum bisa memberikan makna secara optimal, sebelum
diberikan kualitas dengan membandingkan skor hasil pengukuran tersebut dengan
kriteria tertentu. Kriteria atau pendekatan dalam evaluasi hasil belajar dapat berupa
kriteria yang bersifat mutlak, kriteria relatif atau kriteria performance. Meskipun
dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi ditegaskan penggunaan Acuan
Kriteria, tidaklah salah bila Anda sebagai pendidik mengetahui juga kriteria yang
lain.

a. Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK)


Penilaian Acuan Patokan didasarkan pada kriteria baku/mutlak, yaitu
kriteria yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan ujian dengan menetapkan

1 - 30 Unit 1
batas lulus atau minimum passing level. Dengan pendekatan ini begitu koreksi
dilakukan, pengajar segera dapat mengambil keputusan lulus atau tidak lulus
serta nilai diperoleh. Dalam pendekatan kriteria dituntut penanganan yang lebih
detail dan terencana sebelum proses pengajaran berlangsung, pengajar harus
telah mengkomunikasikan cakupan materi pengajaran dan kriteria keberhasilan
serta kompetensi yang harus dikuasai peserta didik yang tercermin dalam
tujuan pengajaran atau Indikator pencapaian.

b. Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR)


Penilaian Acuan Norma didasarkan pada kriteria relatif, yakni pada
kemampuan kelompok pada umumnya. Sehingga lulus dan tidaknya peserta uji
yang ditunjukkan dengan kategori nilai A, B, C bergerak dalam batas yang
relatif. Pada prinsipnya pendekatan norma menggunakan hukum yang ada pada
kurva normal, yang dibentuk dengan mengikutsertakan semua skor hasil
pengukuran yang diperoleh. Penentuan prestasi dan kedudukan siswa
didasarkan pada Mean (rerata) dan Standard Deviasi (simpangan baku) dari
keseluruhan skor yang diperoleh sekelompok mahasiswa, sehingga penilaian
dan penetapan kriteria baru dapat ditetapkan setelah koreksi selesai dilakukan.

c. Penilaian dengan Pendekatan Performa (Performance)


Pendekatan ini didasarkan pada performansi mahasiswa sebelumnya,
sehingga lebih diarahkan pada pembinaan kemajuan belajar dari waktu ke
waktu, untuk itu sangat diperlukan informasi tentang kemampuan awal siswa
serta potensi dasar yang dimiliki. Pendekatan ini sangat cocok untuk
pelaksanaan pengajaran remedial atau untuk latihan keterampilan tertentu
dimana dalam kegiatan semacam ini kemajuan anak dari waktu ke waktu
sangat perlu untuk diikuti dan dipantau secara teliti.
Masing-masing acuan penilaian memiliki kekurangan dan kelebihan.
Dalam pelaksanaan, pengajar dapat menentukan sendiri kriteria mana yang
dipilih dengan mempertimbangkan berbagai faktor terutama kondisi kelompok
peserta uji, sistem pendidikan yang ada, tingkat kemampuan yang diungkap,
tujuan penilaian dan berbagai pertimbangan lain sesuai dengan situasi kondisi.

3. Jenis-jenis Evaluasi
Jenis evaluasi selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi. Ada
bermacam jenis evaluasi yang secara garis besar setidaknya dapat dibagi menjadi 5
jenis yaitu :

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 31
a. Evaluasi Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok
bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
pokok bahasan tertentu. Informasi dari evaluasi formatif dapat dipakai sebagai
umpan balik bagi pengajar mengenai proses pengajaran.
b. Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program
tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat
prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara lebih
khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan
penentuan kenaikan kelas.
c. Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan
siswa dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya, dilakukan untuk
keperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remidial, sehingga
aspek yang dinilai meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek yang
melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami anak serta berbagai kondisi
khusus siswa.
d. Evaluasi penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk
menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, misalnya
dalam pemilihan jurusan atau menempatkan anak pada kerja kelompok dan
pemilihan kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi bakat, minat,
kesanggupan, kondisi phisik, kemampuan dasar, keterampilan dan aspek
khusus yang berhubungan dengan proses pengajaran.
e. Evaluasi Seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau
memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Evaluasi
ini dilakukan kapan saja diperlukan. Aspek yang dinilai dapat beraneka ragam
disesuaikan dengan tujuan seleksi, sebab tujuannya adalah memilih calon untuk
posisi tertentu, karena itu analisis dari evaluasi ini biasanya menggunakan
kriteria yang bersifat relatif atau berdasar norma kelompok.

4. Pelaksanaan Asesmen dan Penilaian Hasil Belajar


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2005 (PP No. 19/2005),
penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas; (1)
penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

a. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik


Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, perbaikan hasil dalam

1 - 32 Unit 1
bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan
ulangan kenaikan kelas. Penilaian oleh pendidik ini digunakan untuk (1)
menilai pencapaian kompetensi peserta didik, (b) bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar, dan (c) memperbaiki proses pembelajaran.

b. Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan


Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai
pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.
Penilaian hasil belajar ini berlaku untuk mata pelajaran pada kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan
kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan
penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan.
Penilaian akhir mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh
pendidik. Dilaksanakan untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu
pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Untuk dapat
mengikuti ujian sekolah/madrasah, peserta didik harus mendapatkan nilai
yang sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang
dirumuskan oleh BSNP pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani,
olah raga, dan kesehatan.

c. Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah


Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu
dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan
dalam bentuk ujian nasional. Ujian nasional dilakukan secara obyektif,
berkeadilan, akuntabel, dan diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan
sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran.
Penyelenggaraannya oleh pemerintah diserahkan kepada BSNP (lebih jauh
akan dibahas pada Unit 2).
Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk:
a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b. dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 33
c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan
pendidikan;
d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

5. Teknik Asesmen
Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan menjadi
dua macam yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes namun pada umumnya
pengajar lebih banyak menggunakan tes sebagai alat ukur dengan rasional bahwa
tingkat obyektivitas evaluasi lebih terjamin, hal ini tidak sepenuhnya benar. Anda
bisa lebih jauh mencermati pada unit-unit selanjutnya.
a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang
dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat
ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes sebagai
alat ukur sangat banyak macamnya dan luas penggunaannya. Uraian lebih
jauh tentang teknik tes ini secara khusus dibahas pada Unit 4.
b. Teknik nontes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung
ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula dilakukan
dengan Sosiometri, teknik non tes digunakan sebagai pelengkap dan
digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan keputusan
penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih menyeluruh
pada semua aspek kehidupan anak. Dalam KBK teknik nontes disarankan
untuk banyak digunakan. Uraian lebih jauh tentang teknik tes ini secara
khusus dibahas pada Unit 5.

Rangkuman
1. Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil
belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956, yaitu cognitive,
affective dan psychomotor. Kognitif adalah ranah yang menekankan pada
pengembangan kemampuan dan ketrampilan intelektual. Afektif adalah
ranah yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap nilai dan
emosi dan ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan atau ketrampilan motorik.
2. Kriteria atau pendekatan dalam evaluasi hasil belajar dapat berupa kriteria
yang bersifat mutlak, kriteria relatif atau kriteria performa.

1 - 34 Unit 1
3. Jenis evaluasi selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi, yang
meliputi (1) Evaluasi Formatif (2) Evaluasi Sumatif (3) Evaluasi
Diagnostik (4) Evaluasi penempatan, dan (5) Evaluasi Seleksi.
4. Menurut PP. 19 tahun 2005, penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) penilaian hasil belajar
oleh pendidik; (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan (3)
penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
5. Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan
menjadi dua macam yaitu dengan teknik tes dan nontes.

Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan dengan contoh asesmen pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Dalam melakukan evaluasi, hasil asesmen perlu dibandingkan dengan kriteria
tertentu. Jelaskan dengan contoh, kriteria apa saja yang dapat digunakan!
3. Jelaskan dengan contoh jenis evaluasi yang digunakan dalam bidang pendidikan!
4. Jelaskan fungsi penilaian yang dilakukan oleh pendidik berdasarkan pengalaman
saudara di lapangan!
5. Teknik apa saja yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran!

Umpan Balik

Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru Anda
cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum
sesuai atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat
diperlukan karena pemahaman terhadap Unit ini akan mendasari dan mempengaruhi
langkah dan kegiatan dalam menyelesaikan mata kuliah ini.

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 35
Kunci Jawaban Tes Formatif

Jawaban Tes Formatif I


1. Pengukuran : adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan
angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil
pengukuran akan selalu berupa angka. Alat untuk melakukan pengukuran ini
dapat berupa alat ukur standar seperti meter, kilogram, liter dan sebagainya,
termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat relatif, seperti depa, jengkal,
“sebentar lagi”, dan lain-lain. Di kelas guru juga melakukan pengukuran
terhadap proses dan hasil belajar yang hasilnya berupa angka-angka yang
mencerminkan capaian dan proses dan hasil belajar tersebut. Angka 50, 75, atau
175 yang diperoleh dari hasil pengukuran proses dan hasil pembelajaran tersebut
bersifat kuantitatif dan belum dapat memberikan makna apa-apa, karena belum
menyatakan tingkat kualitas dari apa yang diukur.
2. Kriteria : adalah pembanding yang dipergunakan sebagai alat untuk memberikan
kualitas terhadap hasil pengukuran. Dalam proses pembelajaran, kriteria yang
berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan
bersifat mutlak atau dapat pula berupa kriteria yang ditentukan setelah kegiatan
pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif
3. Penilaian : mempunyai arti yang sama dengan evaluasi yaitu proses pemberian
makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan
angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai
pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan
sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan
pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan minimal yang
dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata
unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain.
4. Keterkaitan pengertian : Melakukan asesmen selalu diawali dengan menyusun
tes atau nontes sebagai alat ukur, hasil pengukuran berupa angka bersifat
kuantitatif belum bermakna bila tidak dilanjutkan dengan proses penilaian
dengan membandingkan hasil pengukuran dengan kriteria tertentu sebagai
landasan pengambilan keputusan dalam pembelajaran. Sebaliknya, penilaian

1 - 36 Unit 1
(penentuan kualitas) tidak dapat dilakukan tanpa didahului dengan proses
pengukuran.
5. Keterbatasan Asesmen dalam pembelajaran :
5.1. Untuk pengukuran konstruk psikologis termasuk pembelajaran yang bersifat
abstrak tidak ada pendekatan tunggal yang dapat diberlakukan dan diterima
secara universal, sehingga harus digunakan bermacam pendekatan dan
dalam berbagai kesempatan sepanjang rentang waktu berlangsungnya
proses pembelajaran.
5.2. Proses dan hasil pembelajaran pada umumnya dikembangkan berdasarkan
atas sampel tingkah laku yang terbatas, sehingga untuk dapat menjadi
sumber informasi yang akurat, asesmen dilakukan dengan perencanaan
yang matang dan dilakukan dengan cermat, dengan memperhatikan
perolehan sampel yang memadai dari domain tingkah laku dalam
pengembangan prosedur dan alat ukur yang baik.
5.3. Pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam asesmen proses dan hasil belajar
mengandung kekeliruan. Angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran
(dengan menggunakan tes ataupun nontes) berupa: Thrue score + Error,
untuk itu kegiatan pengukuran dalam prosedur asesmen yang baik harus
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kekeliruan
(error).
5.4. Hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhadap materi,
sedang tes pengukuran hasil belajar, pengajar diharuskan memberikan
kuantitas yang berupa angka-angka pada kualitas dari suatu gejala yang
bersifat abstrak.
5.5. Konstruk psikhologis termasuk proses dan hasil pembelajaran tidak dapat
didifinisikan secara tunggal, tetapi selalu berhubungan dengan konstruk
yang lain.

Jawaban Tes Formatif 2


1. Tujuan penilaian berbasis kelas adalah (berikan contoh sesuai pengalaman)
a. Saat melaksanakan asesmen, pendidik bisa langsung memberikan umpan
balik kepada peserta didik.
b. Guru dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar setiap peserta didik,
sekaligus mendiagnosis kesulitan belajarnya sehingga secara tepat dapat
menentukan siswa mana yang perlu pengayaan dan siswa yang perlu
pembelajaran remedial.

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 37
c. Hasil pemantauan dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki
metode, pendekatan, kegiatan, sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan
kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa, dan landasan memilih alternatif
jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan pada materi
tertentu.
d. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester atau akhir tahun.

2. Fungsi Asesmen Berbasis kelas


a. Menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu
kompetensi.
b. Membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang
langkah pemilihan program, pengembangan kepribadian dan penjurusan.
c. Menemukan kesulitan belajar dan prestasi yang bisa dikembangkan serta
sebagai alat diagnosis perlu tidak siswa mengikuti remedial atau program
pengayaan.
d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah
dilakukan ataupun yang sedang berlangsung.

3. Prinsip Asesmen Berbasis kelas


a. Prinsip Validitas : ”menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian
yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan
menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi”.
b. Prinsip Reliabilitas : dengan menjaga konsistensi (keajegan) hasil penilaian.
Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang reliable,
menjamin konsistensi, dan keterpercayaan.
c. Prinsip Komprehensif : penilaian yang dilakukan harus menyeluruh
mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar
dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam
kompetensi.
d. Prinsip Objektivitas : proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan
pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai.
e. Prinsip Mendidik : penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa
(lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa tetapi untuk mendiferensiasi
siswa (sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi masing-
masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi).

1 - 38 Unit 1
4. Dalam melaksanakan penilaian, guru sebaiknya:
a. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai
cermin diri.
c. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk
menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik.
d. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
e. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam
pengamatan kegiatan belajar peserta didik.
f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi.
g. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin.

5. Keunggulan Penilaian berbasis kelas


a. Pengumpulan data kemajuan belajar baik formal maupun informal
dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga ada kesempatan
yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang dipahami dan mampu
dikerjakannya.
b. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan
dengan hasil belajar siswa lain ataupun prestasi kelompok, tetapi dengan
prestasi atau kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau dengan kompetensi
yang dipersyaratkan.
c. Pengumpulan informasi dilakukan dengan menggunakan variasi cara,
dilakukan secara berkesinambungan sehingga gambaran kemampuan siswa
dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret secara akurat.
d. Siswa dituntut untuk mengeksplorasi dan memotivasi diri mengerahkan
potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah yang dihadapi
dengan caranya sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki.
e. Siswa diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya, dengan pemberian
bantuan dan bimbingan yang sesuai.
f. Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM)
tetapi dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses).

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 39
Jawaban Tes Formatif 3
1. Ranah dalam Asesmen
a. Ranah Kognititf : adalah daya pikir, yang dibedakan atas enam jenjang, yaitu
aspek pengetahuan (mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah
tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.), pemahanan (mengerti apa
yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat
memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain),
penerapan (kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-
metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret), analisis
(menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau
komponen pembentuknya), sintesis (dapat menghasilkan sesuatu yang baru
dengan cara menggabungkan berbagai faktor) dan penilaian (dapat menilai suatu
situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu).
b. Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah
pertumbuhan batiniah. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu: menerima
(peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu), menjawab
(bereaksi terhadap salah satu cara, menilai (dapat menilai suatu obyek, fenomena
atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten), oganisasi (menyatukan nilai-
nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah dan membentuk suatu
sistem nilai).

c. Ranah Psikomotor : Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya


mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks meliputi: Muscular or motor
skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan &
menampilkan, Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk, Neuromuscular
coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng,
memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan.

2. Kriteria dalam melakukan Asesmen


a. Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK) : yaitu
kriteria yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan ujian dengan menetapkan
batas lulus atau minimum passing level, yang berupa kriteria keberhasilan atau
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.

1 - 40 Unit 1
b. Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR) : adalah
kriteria relatif, yakni pada kemampuan kelompok pada umumnya. Sehingga
lulus dan tidaknya peserta didik bergerak dalam batas yang relatif.
c. Penilaian Dengan Pendekatan Performa (Performance): diarahkan pada
pembinaan kemajuan belajar dari waktu ke waktu. Pendekatan ini cocok untuk
pelaksanaan pengajaran remedial atau untuk latihan keterampilan tertentu.

3. Jenis-jenis Evaluasi :
a. Evaluasi Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok
bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
pokok bahasan tertentu.
b. Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program
tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat
prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program.
c. Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan
siswa dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab, dilakukan untuk
keperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remidial.
d. Evaluasi penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk
menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, misalnya
dalam pemilihan jurusan atau menempatkan anak pada kerja kelompok dan
pemilihan kegiatan tambahan.
e. Evaluasi Seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau
memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Evaluasi
ini dilakukan kapan saja diperlukan.

4. Fungsi penilaian : (contoh sesuai dengan pengalaman)


a. Menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu
kompetensi.
b. Membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang
langkah pemilihan program, pengembangan kepribadian dan penjurusan.
c. Menemukan kesulitan belajar dan prestasi yang bisa dikembangkan serta
sebagai alat diagnosis perlu tidak siswa mengikuti remedial atau program
pengayaan.
d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah
dilakukan ataupun yang sedang berlangsung.

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 41
5. Teknik apa saja yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran.
a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang
dites, dan berdasar hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik
kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut.
b. Teknik nontes : dapat berupa observasi baik secara langsung ataupun tak
langsung, angket ataupun wawancara ataupun sosiometri.

1 - 42 Unit 1
Daftar Pustaka

Sudiyono, A. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Brookhart, Susan M. and Anthony, Nitko J.(2007). Educational Assesment of


Student. Fifth edition. New Jersey: Meril Prentice Hall.

Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta:


Depdiknas.

Poerwanti, E. (2001). Evaluasi pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press.

Koufman, R. and Thomas S. (1990). Evaluations Without Fear. New York: A.


Division of Franklin Watts.

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Silverius, S. (2001). Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Gramedia
Widya Sarana.

Asesmen pembelajaran di SD 1 - 43
Glosarium

Afektif : bagian dari ranah asesmen yang berkaitan dengan


sikap.
Asesmen : merupakan proses mengumpulkan informasi tentang
kemajuan siswa dengan menggunakan bermacam-
macam prosedur.
Kognitif : suatu bagian dari ranah asesmen yang berkaitan
dengan daya pikir.
Kompetensi : adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak
secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta
didik.
Psikomotor : bagian dari ranah asesmen yang berkaitan dengan
gerakan tubuh atau keterampilan

1 - 44 Unit 1
Unit 2
STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR
NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)
Endang Poerwanti

Pendahuluan

A pakah Anda telah melakukan pencermatan terhadap Peraturan Pemerintah


tentang Standar Nasional Pendidikan (PP-SNP)? PP ini disyahkan oleh
Presiden, dan bersama dengan itu 15 orang anggota Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) yang diberi tugas mengimplementasikan PP-SNP tersebut juga
sudah dilantik oleh Menteri Pendidikan Nasional. Standar Nasional Pendidikan
disusun agar dapat dijadikan Kriteria Minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga Standar Nasional
Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu. Dalam Pasal 1 ayat (17) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Yungto Pasal 1 Ayat (1) PP No. 19 2005 dinyatakan
bahwa lingkup dari Standar Nasional Pendidikan meliputi 8 standar yaitu: (1)
standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik
dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan,
(7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian.
Bila dicermati, Anda akan paham bahwa standar penilaian pendidikan adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Pada Peraturan Pemerintah tersebut
diamanatkan tiga jenis penilaian yaitu; (1) penilaian oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
pembelajaran, (2) penilaian oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian
standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran sesuai programnya sebagai

Asesmen pembelajaran di SD 2-1


bentuk transparansi, profesional, dan akuntabel lembaga, (3) penilaian oleh
pemerintah bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu. Penilaian oleh pemerintah, dalam pelaksanaannya diserahkan
kepada BSNP. Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan
untuk pemetaan mutu program, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya,
penentuan kelulusan peserta didik, pembinaan, dan pemberian bantuan kepada pihak
sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Standar penilaian merupakan salah satu bagian dari Standar Nasional
Pendidikan tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sebab itu, setiap pendidik harus memahami landasan yuridis
maupun filosofis yang melatarbelakangi munculnya standar penilaian, mekanisme,
dan prosedur evaluasi. Termasuk dalam hal tersebut, bagaimana pendidik
menetapkan indikator keberhasilan pembelajaran dan merancang pengalaman belajar
siswa.
Setelah mempelajari Unit 2, Anda diharapkan dapat memahami berbagai hal
yang terkait dengan standar penilaian menurut BSNP, dan dapat:
1. Menjelaskan latar belakang PP No. 19 Tahun 2005, khususnya tentang standar
penilaian.
2. Menjelaskan Standar Penilaian Pendidikan sebagai standar nasional penilaian di
bidang pendidikan.
3. Menjelaskan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik menurut BSNP.
4. Ujian Nasional Sebagai Standar Penilaian.
Materi pada unit ini lebih banyak kemasan baru dari buku pedoman penilaian
yang disusun oleh BSNP. Untuk memahami Unit 2 ini, akan bermanfaat secara
optimal bila mempelajarinya melalui tatap muka dan kerja mandiri. Untuk keperluan
tersebut unit ini dilengkapi dengan web. Selain itu, unit dilengkapi dengan tes
formatif yang diletakkan pada setiap akhir subunit yang bertujuan untuk melihat
ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Kunci dan rambu-rambu jawaban tes
formatif ada di akhir setiap unit. Evaluasi banyak menggunakan portofolio yang
berguna untuk melihat perkembangan mahasiswa atas tugas-tugas yang diberikan
dalam buku ajar cetak ini. Tugas yang sudah Anda kerjakan dapat dikirimkan lewat
e-mail dosen pengampu mata kuliah atau dikirim langsung ke dosen pengampu mata
kuliah.

2-2 Unit 2
Subunit 1

Latar Belakang Standar Penilaian Pendidikan

Pengantar

K ita semua telah mengetahui bahwa standar nasional pendidikan yang


dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pada dasarnya
merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan pemerintah ini lahir dalam rangka
melaksanakan ketentuan yang diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada beberapa pasal dari Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) diamanahkan perlunya standar
nasional pendidikan, seperti pada Pasal 35 dijelaskan tentang standar nasional
pendidikan yang terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Pada Pasal 35
juga dijelaskan bahwa standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
dan pembiayaan, selanjutnya ditegaskan bahwa pengembangan standar nasional
pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional
dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu
pendidikan.
Perlu pula Anda pahami bahwa untuk mengatur pelaksanaan standar penilaian
pendidikan, BSNP menyusun Penduan penilaian yang terdiri atas:
1. Naskah akademik: berisi kajian teoritis dan hasil penelitian yang relevan dengan
penilaian, baik penilaian oleh pendidik, satuan pendidikan atau pemerintah.
2. Panduan umum: berisi pedoman, panduan penilaian yang bersifat umum yang
berupa rambu-rambu penilaian yang harus dilakukan oleh guru pada semua mata
pelajaran, panduan ini juga berlaku untuk semua kelompok mata pelajaran.
3. Panduan khusus terdiri dari 5 seri, sesuai dengan kelompok mata pelajaran
disusun untuk memberikan rambu-rambu penilaian yang seharusnya dilakukan
oleh guru pada kelompok mata pelajaran tertentu.

Marilah bersama-sama kita cermati uraian-uraian selanjutnya.

Asesmen pembelajaran di SD 2-3


1. Standar Penilaian dalam Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan merupakan Pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Ditetapkannya PP No. 19 tersebut,
mengisyaratkan betapa pentingnya standar yang terkait dengan masalah
pendidikan yang dapat dijadikan rujukan bagi siapapun yang berkepentingan
terhadap masalah pendidikan di Negara Republik Indonesia. Peraturan
Pemerintah ini juga mengatur dan menentukan berbagai standar dalam
pendidikan yang dapat dijadikan panduan ataupun pelaksanaan pendidikan di
Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan disusun agar dapat dijadikan Kriteria
Minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sedang tujuan Standar
Nasional Pendidikan adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat.
Dalam Pasal 1 ayat (17) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Yungto Pasal 1 Ayat (1) PP No. 19 Tahun 2005
dinyatakan bahwa lingkup dari Standar Nasional Pendidikan meliputi 8 standar
yaitu:
a. Standar isi: adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,
kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.
b. Standar proses: adalah standar berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang. Untuk satuan
pendidikan perlu melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya pembelajaran yang
efektif dan efisien.

2-4 Unit 2
c. Standar kompetensi lulusan: adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi
lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan, yang meliputi kompetensi untuk
seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan: adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
e. Standar sarana dan prasarana: adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain,
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
f. Standar pengelolaan: adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan: adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Dijelaskan bahwa pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya
operasi, dan biaya personal.
h. Standar penilaian pendidikan: adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik.
Dari uraian tersebut nampak jelas bahwa standar penilaian
merupakan salah satu dari 8 aspek standar nasional pendidikan, selanjutnya
sesuai dengan orientasi dari buku ajar ini maka pembahasan selanjutnya
akan lebih terfokus pada standar penilaian pendidikan.

Asesmen pembelajaran di SD 2-5


2. Landasan Filosofis dan Yuridis Standar Penilaian
Ketentuan dan pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan, menurut BSNP
harus memiliki landasan yag kuat baik secara landasan filosofis maupun landasan
Yuridis. Sebagaimana yang tertuang dalam naskah akademik Panduan Penilaian
yang dikeluarkan oleh BSNP, uraian tentang dua landasan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. Landasan Filosofis.
Proses pendidikan adalah proses untuk mengembangkan potensi siswa
menjadi kemampuan dan keterampilan tertentu, hanya saja perlu dipahami
bersama bahwa pada dasarnya tidaklah mudah untuk dapat mengakomodasikan
kebutuhan setiap siswa secara tepat dalam proses pendidikan, namun harus pula
menjadi pemahaman bahwa setiap siswa harus diperlakukan secara adil dalam
proses pendidikan, termasuk di dalamnya proses penilaian. Untuk itu proses
penilaian yang dilakukan harus memiliki asas keadilan, kesetaraan serta
obyektifitas yang tinggi. Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa
setiap siswa harus diperlakukan sama dan meminimalkan semua bentuk
prosedur ataupun tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu atau
sekelompok siswa. Di samping itu penilaian yang adil harus tidak membedakan
latar belakang sosial ekonomi, budaya, bahasa dan gender.
b. Landasan Yuridis
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 57 Ayat (1),
dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional, sebagai akuntabilitas penyelenggara pendidikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, kemudian pada Ayat (2) dijelaskan
bahwa evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program
pendidikan pada jalur formal dan non formal untuk semua jenjang, satuan dan
jenis pendidikan. Selanjutnya pada pasal 58 ayat (1) dijelaskan bahwa evaluasi
proses dan hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau
proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan, sedang pada ayat (2) menjelaskan secara lebih jauh bahwa
evaluasi peserta didik, satuan pendidikan dan program pendidikan dilakukan
oleh lembaga mendiri secara berkala, menyeluruh, transparan dan sistemik
untuk mencapai standar nasional pendidikan.
Hal ini kemudian dikembangkan aturan pelaksanaannya dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Pasal 63 Ayat (1) dinyatakan bahwa penilaian
pendidikan khususnya penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

2-6 Unit 2
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 64 ayat (1) bahwa penilaian hasil belajar
yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk
memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
Selanjutnya pada pasal 65 dijelaskan beberapa pokok pikiran mengenai
penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang dikelompokkan menjadi 5
kelompok mata pelajaran, pada ayat (1) dikemukakan secara tegas bahwa
penilaian pada satuan pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada pasal 63 ayat
(1) butir b; bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan
untuk semua mata pelajaran, sedang ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil
belajar sebagaimana dijelaskan pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, kelompok
mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan, merupakan penilaian akhir
untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Berikutnya
pada ayat (3) dinyatakan bahwa penilaian akhir sebagaimana dimaksudkan pada
ayat (2) mempertimbangkan hasil penilaian hasil belajar peserta didik oleh
pendidik, sebagaimana dimaksud pada ayat 64.
Berikutnya pada ayat (4) dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar untuk
semua mata pelajaran pada mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu
dan teknologi dilakukan melalui Ujian Sekolah/Madrasah untuk menentukan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, yang dilanjutkan pada ayat (5)
yang menjelaskan bahwa untuk dapat mengikuti ujian Sekolah/Madsarah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), peserta didik harus mendapatkan nilai yang
sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh
BSNP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika
serta kelompok mata pelajaran jasmani olahraga dan kesehatan.
Sedangkan untuk memberikan penilaian pencapaian kompetensi lulusan
secara Nasional pada kelompok mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata
pelajaran ilmu dan teknologi menurut menurut PP No. 19 Pasal 66, dinyatakan
secara tegas; akan dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional yang dilakukan
secara obyektif berkeadilan dan akuntabel serta diadakan sekurang-kurangnya
satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun.

Asesmen pembelajaran di SD 2-7


3. Badan Standar Nasional Pendidikan
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 35 Ayat (3) dijelaskan bahwa
pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan
pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan, yang kemudian eksistensi dari
badan tersebut dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, pada
Pasal 73 sampai Pasal 77, badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian
mutu pendidikan tersebut, disebut dengan Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
Pada pasal-pasal tersebut dijelaskan secara tegas bahwa Badan Standar
Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP adalah badan mandiri dan
independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan
mengevaluasi standar nasional pendidikan. BSNP berkedudukan di ibu kota
wilayah Negara Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri. Dijelaskan lebih jauh bahwa dalam menjalankan tugas
dan fungsinya BSNP bersifat mandiri dan profesional.
Selanjutnya mengenai keanggotaan BSNP dijelaskan pada Pasal 74 yang
menyatakan bahwa: Keanggotaan BSNP berjumlah gasal, paling sedikit 11
(sebelas) orang dan paling banyak 15 (lima belas) orang. Anggota BSNP ini
terdiri atas ahli-ahli di bidang psikometri, evaluasi pendidikan, kurikulum, dan
manajemen pendidikan yang memiliki wawasan, pengalaman, dan komitmen
untuk peningkatan mutu pendidikan. Ditambahkan bahwa keanggotaan BSNP
diangkat dan diberhentikan oleh Menteri untuk masa bakti 4 (empat) tahun.
Dalam menjalankan fungsinya BSNP dipimpin oleh seorang ketua dan seorang
sekretaris yang dipilih oleh dan dari anggota atas dasar suara terbanyak, sedang
untuk membantu kelancaran tugasnya BSNP didukung oleh sebuah sekretariat
yang secara ex-officio diketuai oleh pejabat departemen yang ditunjuk oleh
menteri, di samping itu BSNP dapat menunjuk tim ahli yang bersifat ad-hoc
sesuai kebutuhan.
Pasal 76, PP No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa tugas utama BSNP
adalah membantu Menteri dalam mengembangkan, memantau, dan
mengendalikan standar nasional pendidikan. Ditegaskan pada ayat berikutnya
bahwa standar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan mengikat
semua satuan pendidikan secara nasional setelah ditetapkan dengan Peraturan
Menteri. Ketentuan tentang tugas dan wewenang BSNP tertuang pada ayat (3)
yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas-tugasnya BSNP
mempunyai wewenang untuk:

2-8 Unit 2
a. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan;
b. menyelenggarakan ujian nasional;
c. memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah
dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan;
d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Ditambahkan, pada Pasal 77 bahwa dalam menjalankan tugasnya, BSNP
didukung dan berkoordinasi dengan departemen yang menangani urusan
pemerintahan di bidang agama, dan dinas yang menangani pendidikan di
provinsi/kabupaten/kota.

Latihan
Apakah Anda semua telah membaca Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ini, khususnya tentang standar penilaian
pendidikan. Kalau belum cobalah untuk segera membaca dan memahami isi dari
standar evaluasi tersebut. Kemudian bersama teman-teman yang telah membaca
cobalah analisis dan berikan komentar apa yang ada di sekolah Anda terkait dengan
standar tersebut!

Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman.
Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan delapan jenis standar Nasioanl pendidikan yang diamanatkan oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2005!
2. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri apa yang menjadi landasan filosofis
Standar Penilaian Pendidikan!
3. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri apa yang menjadi landasan Yuridis
Standar Penilaian Pendidikan!
4. Apa dan siapakah BSNP itu?
5. Jelaskan tugas-tugas yang diamanatkan kepada BSNP!

Asesmen pembelajaran di SD 2-9


Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru Anda
cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum
sesuai atau masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena
pemahaman kita tentang keberhasilan proses dan hasil belajar akan mempengaruhi
pemahaman kita terhadap konsep-konsep lain yang terkait dalam mata kuliah ini.

2 - 10 Unit 2
Subunit 2

Standar Penilaian Pendidikan menurut Badan


Standar Nasional Pendidikan

Pengantar

U ntuk mengatur pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan, BSNP menyusun


Penduan penilaian yang terdiri atas:
1. Naskah Akademik; berisi berbagai kajian teoritis dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan penilaian, baik yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan
ataupun pemerintah.
2. Panduan Umum; panduan umum berisi pedoman, panduan penilaian yang
bersifat umum yang berupa rambu-rambu penilaian yang harus dilakukan oleh
guru pada semua mata pelajaran, panduan ini juga berlaku untuk semua
kelompok mata pelajaran.
3. Panduan khusus; terdiri dari 5 seri, sesuai dengan kelompok mata pelajaran;
disusun untuk memberikan rambu-rambu penilaian yang seharusnya dilakukan
oleh guru pada kelompok mata pelajaran tertentu, sehingga terdiri dari 5 seri
panduan khusus yang terdiri dari:
a. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian,
c. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran estetika;
e. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Pada setiap seri panduan khusus kelompok mata pelajaran ini berisikan rambu-
rambu penilaian yang harus dilakukan oleh guru kelompok mata pelajaran dalam
menyusun kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran, kisi-kisi untuk ulangan akhir semester, cara menentukan skor akhir
dan kriteria dari siswa yang dapat dikualifikasikan “baik” dan dapat dinyatakan lulus
pada kelompok mata pelajaran tertentu.

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 11
Tahukah Anda bahwa menurut BSNP penilaian adalah prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik,
hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi yaitu pengambilan keputusan
terhadap ketuntasan belajar siswa dan efektivitas proses pembelajaran. Informasi
tentang prestasi dan kinerja siswa tersebut merupakan proses pengolahan data yang
diperoleh melalui kegiatan asesmen baik dengan pengukuran maupun non
pengukuran. Dapat dikatakan bahwa proses pengukuran dan non pengukuran untuk
memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu ini disebut
dengan asesmen. Hasil pengukuran akan selalu berupa angka-angka atau data
numerik, sedang hasil non pengukuran akan berupa data kualitatif. Informasi tersebut
dapat digunakan oleh pendidik untuk berbagai keperluan pembelajaran diantaranya
adalah: (1) Menilai kompetensi peserta didik; (2) Bahan penyusunan laporan hasil
belajar; dan (3) Landasan memperbaiki proses pembelajaran.

1. Prinsip Penilaian menurut BSNP


Pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik didasarkan pada data sahih
yang diperoleh melalui prosedur dan instrumen yang memenuhi persyaratan
dengan mendasarkan diri pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mendidik, artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik,
dimana hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi
kepada peserta didik untuk lebih giat belajar.
b. Terbuka atau transparan, artinya bahwa prosedur penilaian, kriteria
penilaian ataupun dasar pengambilan keputusan harus disampaikan secara
transparan dan diketahui oleh pihak-pihak terkait secara obyektif.
c. Menyeluruh, artinya penilaian hasil belajar yang dilakukan harus meliputi
berbagai aspek kompetensi yang akan dinilai yang terdiri dari ranah
pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotor, sikap, dan nilai afektif
yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
d. Terpadu dengan pembelajaran, artinya bahwa dalam melakukan
penilaian kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kognitif,
afektif, dan psikomotor, sehingga penilaian tidak hanya dilakukan setelah
siswa menyelesaikan pokok bahasan tertentu, tetapi juga dalam proses
pembelajaran.
e. Obyektif, artinya proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan
pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai.

2 - 12 Unit 2
f. Sistematis, yaitu penilaian harus dilakukan secara terencana dan bertahap
serta berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran tentang
perkembangan belajar siswa.
g. Berkesinambungan, yaitu evaluasi harus dilakukan secara terus menerus
sepanjang rentang waktu pembelajaran.
h. Adil, mengandung pengertian bahwa dalam proses penilaian tidak ada
siswa yang diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar belakang sosial
ekonomi, agama, budaya, bahasa, suku bangsa, warna kulit, dan gender.
i. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu
menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

2. Pedoman Penilaian oleh Pendidik


BSNP dalam pedoman umum penilaian mengemukakan adanya standar
penilaian oleh pendidik dan standar penilaian oleh satuan pendidikan. Standar
penilaian oleh pendidik merupakan standar yang mencakup standar umum,
standar perencanaan, standar pelaksanaan penilaian, standar pengolahan dan
penyajian hasil penilaian serta tindak lanjutnya, yang masing-masing bagian
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Standar umum penilaian.
Standar umum penilaian adalah aturan main dari aspek-aspek umum dalam
pelaksanaan penilaian, sehingga untuk melakukan penilaian pendidik harus selalu
mengacu pada standar umum penilaian ini. BSNP menjabarkan standar umum
penilaian ini dalam prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Pemilihan teknik penilaian yang disesuaikan dengan karakteristik mata


pelajaran serta jenis informasi yang ingin diperoleh dari peserta didik;
2) Informasi yang dihimpun mencakup ranah-ranah yang sesuai dengan standar
isi dan standar kompetansi lulusan;
3) Informasi mengenai perkembangan perilaku peserta didik dilakukan secara
berkala pada kelompok mata pelajaran masing-masing;
4) Pendidik harus selalu mencatat perilaku siswa yang menonjol baik yang
bersifat positif maupun negatif dalam buku catatan perilaku;
5) Melakukan sekurang-kurangnya tiga kali ulangan harian menjelang ulangan
tengah semester dan tiga kali menjelang ulangan akhir semester;
6) Pendidik harus menggunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan
kebutuhan;

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 13
7) Pendidik harus selalu memeriksa dan memberi balikan kepada peserta didik
atas hasil kerjanya sebelum memberikan tugas lanjutan;
8) Pendidik harus memiliki catatan komulatif tentang hasil penilaian untuk
setiap siswa yang berada di bawah tanggung jawabnya. Pendidik harus pula
mencatat semua kinerja siswa, untuk menentukan pencapaian kompetensi
siswa;
9) Pendidik melakukan ulangan tengah dan akhir semester untuk menilai
penguasaan kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam Standar kompetensi
(SI) dan standar Lulusan (SL);
10) Pendidik yang diberi tugas menangani pengembangan diri harus melaporkan
kegiatan siswa kepada wali kelas untuk dicantumkan jenis kegiatan
pengembangan diri pada buku laporan pendidikan;
11) Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi siswa dan tidak disampaikan pada
pihak lain tanpa seijin yang bersangkutan meupun orang tua/ wali murid.

b. Standar Perencanaan Penilaian oleh Pendidik


Standar perencanaan penilaian oleh pendidik merupakan prinsip-prinsip yang
harus dipedomani bagi pendidik dalam melakukan perancanaan penilaian. BSNP
menjabarkannya menjadi tujuh point sebagai berikut:
1) Pendidik harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan silabus dan
rencana pembelajarannya. Perencanaan penilaian setidak-tidaknya meliputi
komponen yang akan dinilai, teknik yang akan digunakan serta kriteria
pencapaian kompetensi;
2) Pendidik harus mengembangkan kriteria pencapaian kompetensi dasar (KD)
sebagai dasar untuk penilaian;
3) Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrumen penilaiannya sesuai
indikator pencapaian KD;
4) Pendidik harus menginformasikan se awal mungkin kepada peserta didik
tentang aspek-aspek yang dinilai dan kriteria pencapaiannya;
5) Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian ke dalam kisi-kisi
penilaian;
6) Pendidik membuat instrumen berdasar kisi-kisi yang telah dibuat dan
dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilaian yang
digunakan;
7) Pendidik menggunakan acuan kriteria dalam menentukan nilai siswa.

2 - 14 Unit 2
c. Standar pelaksanaan penilaian oleh pendidik
Menurut pedoman umum penilaian yang disusun oleh BSNP, standar
pelaksanaan penilaian oleh pendidik meliputi:
1) Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan rencana penilaian yang
telah disusun diawal kegiatan pembelajaran;
2) Pendidik menganalisis kualitas instrumen dengan mengacu pada persyaratan
instrumen serta menggunakan acuan kriteria;
3) Pendidik menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian yang bebas dari
kemungkinan terjadi tindak kecurangan;
4) Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik
dan komentar yang bersifat mendidik.

d. Standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian oleh pendidik.


Standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaia, yang ada dalam pedoman
umum penilaian yang disusun oleh BSNP meliputi:
1) Pemberian skor untuk setiap komponen yang dinilai;
2) Penggabungan skor yang diperoleh dari berbagai teknik dengan bobot
tertentu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;
3) Penentuan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran, serta
menyampaikan kepada wali kelas untuk ditulis dalam buku laporan
pendidikan masing-masing siswa;
4) Pendidik menulis deskripsi naratif tentang akhlak mulia, kepribadian dan
potensi peserta didik yang disampaikan kepada wali kelas;
5) Pendidik bersama walikelas menyampaikan hasil penilaiannya dalam rapat
dewan guru untuk menentukan kenaikan kelas;
6) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaian kepada rapat
dewan guru untuk menentukan kelulusan peserta didik pada akhir satuan
pendidikan dengan mengacu pada persyaratan kelulusan satuan pendidikan;
7) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya kepada orang
tua/ wali murid.

e. Standar Pemanfaatan Hasil Penilaian


Berdasarkan pedoman umum penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP, ada
lima standar pemanfaatan hasil penilaian yaitu:
1) Pendidik mengklasifikasikan siswa berdasar tingkat ketuntasan pencapaian
standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD);

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 15
2) Pendidik menyampaikan balikan kepada peserta didik tentang tingkat capaian
hasil belajar pada setiap KD disertai dengan rekomendasi tindak lanjut yang
harus dilakukan;
3) Bagi siswa yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik harus
melakukan pembelajaran remidial, agar setiap siswa dapat mencapai standar
ketuntasan yang dipersyaratkan;
4) Kepada siswa yang telah mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan,
dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat memberikan layanan
pengayaan;
5) Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektifitas
kegiatan pembelajaran dan merencanakan berbagai upaya tindak lanjut.

3. Standar Penilaian Oleh Satuan Pendidikan


Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 PP 19, Tahun 2005, bertujuan menilai pencapaian standar
kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dengan mempertimbangkan hasil
penilaian peserta didik oleh pendidik.
Dalam memberi batasan standar penilaian hasil belajar yang harus
dilakukan oleh satuan pendidikan BSNP mengemukakan dua standar pokok,
yaitu (a) standar penentuan kenaikan kelas dan (b) standar penentuan kelulusan.
Penjelasan lebih jauh tentang kedua standar penilaian oleh satuan
pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Standar Penentuan Kenaikan kelas


Standar penentuan kenaikan kelas yang dikeluarkan oleh BSNP dalam
pedoman umum penilaian terdiri dari tiga hal pokok yaitu:
1) Pada akhir tahun pelajaran, satuan pendidikan menyelenggarakan ulangan
kenaikan kelas;
2) Satuan pendidikan menetapkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)
pada setiap mata pelajaran, SKBM tersebut harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala;
3) Satuan pendidikan menyenggarakan rapat Dewan pendidik untuk
menentukan kenikan kelas setiap siswa.

2 - 16 Unit 2
b. Standar Penentuan Kelulusan
Dalam menetapkan standar Penetuan Kelulusan, BSNP membuat ketetapan
yang meliputi:
1) Pada akhir jenjang pendidikan satuan pendidikan menyelenggarakan ujian
sekolah pada kelompok mata pelajaran IPTEKS;
2) Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidik untuk
menentukan nilai akhir peserta didik pada (a) Kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia (b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian (c) kelompok mata pelajaran estetika dan (d) kelompok
mata pelajaran jasmani olehraga dan kesehatan untuk menentukan
kelulusan;
3) Satuan pendidikan menentukan kelulusan peserta didik berdasarkan kriteria
kelulusan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005, Pasal 72 ayat (1) yang menyatakan bahwa Peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan
menengah setelah; (a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran, (b)
memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan,
(c) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan (d) lulus ujian nasional.

Latihan
Apakah dalam melakukan penilaian di kelas, anda merasa telah menerapkan
prinsip penilaian BSNP? Kaji dan diskusikan dengan teman hambatan yang ada di
lapangan untuk menerapkan prinsip penilaian yang ditetapkan BSNP.

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 17
Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Menurut BSNP siapa saja yang berhak melakukan evaluasi hasil belajar?
2. Standar apa sajakah yang perlu dipatuhi pendidik dalam melakukan evaluasi?
3. Standar apa sajakah yang perlu dipatuhi satuan pendidikan dalam melakukan
evaluasi?
4. Jelaskan prinsip-prinsip umum evaluasi menurut BSNP?
5. Lakukan analisis kesenjangan antara evaluasi yang sudah anda lakukan di kelas
dengan ketentuan BSNP!

Umpan Balik

Jawablah pertanyaan-pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai,


cocokkanlah dengan kunci jawaban yang tersedia. Diskusikan dengan teman bila
jawaban belum sesuai atau jika masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat
diperlukan karena pemahaman kita tentang keberhasilan proses dan hasil belajar
akan mempengaruhi pemahaman kita terhadap konsep-konsep lain yang terkait
dalam mata kuliah ini

2 - 18 Unit 2
Subunit 3

Mekanisme dan Prosedur Penilaian menurut BSNP

Pengantar

S tandar penilaian pendidikan adalah standar nasional bidang pendidikan yang


berkaitan dengan prosedur, mekanisme, dan instrumen penilaian proses dan hasil
belajar peserta didik. Selain itu, standar penilaian pendidikan sekaligus merupakan
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan penilaian oleh pendidik, satuan
pendidikan, dan pemerintah. Untuk itulah pembahasan berikut akan difokuskan pada
penilaian pendidikan menurut BSNP. Secara umum BSNP mengemukakan bahwa
penilaian pendidikan adalah proses rangkaian kegiatan untuk menganalisis dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilaksanakan
secara sistematis dan berkesinambungan sehingga hasil penilaian tersebut dapat
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

1. Mekanisme dan Prosedur Penilaian


Dalam pedoman penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP ditegaskan bahwa
dalam proses penilaian perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
a. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi. Untuk itu
harus dipahami bahwa proses penilaian merupakan bagian integral dari
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui
tingkat pencapaian standar kompetensi lulusan;
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yakni keputusan diambil berdasar
apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran. Sesuai dengan penerapan dari kurikulum yang
berbasis kompetensi, penilaian yang dilakukan harus didasarkan pada acuan
kriterium, yaitu membandingkan hasil yang telah dicapai peserta didik
dengan kriteria yang telah ditetapkan;
c. Penilaian dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan. Penilaian oleh
pendidik, bukan merupakan bagian terpisah dari proses pembelajaran,
sehingga proses penilaian dilakukan sepanjang rentang proses
pembelajaran. Apabila peserta didik telah mencapai standar maka dapat
dinyatakan lulus dalam mata pelajaran tertentu, tetapi bila belum mencapai

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 19
standar maka harus mengikuti pengajaran remidi sampai dapat mencapai
standar kompetensi minimal yang dipersyaratkan;
d. Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut; tindakan
lanjutan dari penilaian dapat berupa perbaikan proses pembelajaran,
program remidi bagi peserta didik yang tingkat pencapaian hasil belajarnya
berada di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta
didik yang telah mencapai kriteria ketuntasan; dan
e. Penilaian harus sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dengan
proses pembalajaran. Hal ini terkait erat dengan pemahaman bahwa
penilaian tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.
Sesuai dengan amanat PP No. 19 Tahun 2005, penilaian dalam proses
pendidikan terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: penilaian hasil belajar oleh
pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil
belajar oleh pemerintah. Mekanisme dan prosedur dari masing-masing jenis
penilaian dapat dijelaskan sebagai berikut:

2. Penilaian hasil belajar oleh pendidik


Sesuai dengan pedoman umum yang diterbitkan oleh BSNP, seperti telah
diuraikan pada Unit 1 bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan
secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
hasil pembelajaran, sehingga secara lebih terperinci dapat dijelaskan bawa
penilaian oleh pendidik ini digunakan untuk:
a. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik, dimana penilaian yang
dilakukan oleh pendidik ini harus berbasis kompetensi, terencana, terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan, sehingga dengan penilaian ini
diharapkan pendidik dapat mengetahui tingkat kompetensi yang dicapai
oleh setiap siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan mampu
menghantarkan siswa mencapai kompetensi minimal yang telah ditentukan;
b. Sebagai bahan penyusunan laporan hasil belajar. Dengan melakukan
penilaian secara menyeluruh dan berkesinambungan pendidik dapat
memberikan skor untuk setiap komponen yang dinilai, menggabungkannya,
dan menentukan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran,
kemudian bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaian tersebut
kepada dewan guru, maupun orang tua dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan;
c. Memperbaiki proses pembelajaran. Dari hasil-hasil evaluasi proses dan
hasil pembelajaran maka akan memberikan semangat kepada pendidik

2 - 20 Unit 2
untuk mengajar dan mendidik dengan lebih baik dan meningkatkan
akuntabilitas sekolah. Sejalan dengan PP No. 19 Tahun 2005, pasal 64,
yang menyatakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik oleh pendidik
diarahkan untuk memantau proses, kamajuan dan perbaikan hasil
pembelajaran, maka dalam berbagai literature dikemukakan bahwa
penilaian yang dilakukan pendidik dalam kegiatan pembelajaran disebut
dengan asesmen kelas atau classroom assessment yang tujuan utamanya
bersifat formatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran;
d. Sesuai dengan berbagai kajian teori yang telah dibahas pada Unit 1, jelas
bahwa fungsi penilaian dalam kegiatan pembelajaran ataupun pendidikan
diharapkan akan mampu menyediakan informasi yang membantu pendidik
meningkatkan kemampuannya dalam mengajar, serta membantu siswa
untuk mencapai perkembangan optimal dalam proses dan hasil
pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut maka kegiatan penilaian harus
dipandang dan digunakan sebagai cara atau teknik untuk menilai proses dan
hasil pembelajaran, sehingga bukan hanya sekedar menilai keberhasilan
siswa dalam penguasaan kompetensi. Untuk itu penilaian seharusnya
terintegrasi dengan proses pembelajaran dan terencana sejak awal, bersama-
sama dengan kegiatan perencanaan pembelajaran secara utuh, dengan
menggunakan berbagai teknik dan instrumen sesuai kebutuhan, baik yang
di desain secara khusus maupun yang dilakukan secara informal. Penilaian
proses dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan ulangan harian,
ulangan tengah semester maupun ulangan kenaikan kelas, dengan
menggunakan pendekatan penilaian berbasis kelas;
e. Penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis
kompetensi. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan
informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa
berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil
kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum. Penilaian kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan
belajar-mengajar. Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana formal
maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan
belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus. Hal ini juga
sesuai dengan pendapat para ahli yang mengemukakan bahwa keberhasilan
dan efektifitas proses pembelajaran tergantung pada penilaian kelas yang
dilakukan. Oleh karenanya kegiatan penilaian berbasis kelas harus didesain
dan dilakukan secara sistematik dan berlangsung terus menerus sebagai

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 21
strategi pendukung dan peningkatan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas
yang baik akan mampu memberikan informasi yang bermanfaat bagi guru
untuk meningkatkan efektivitas mengajar guru dan meningkatkan mutu
kegiatan proses dan hasil belajar siswa.
Untuk dapat mencapai hasil optimal tersebut guru harus menyediakan
dan mengkomunikasikan hasil penilaian kelas serta umpan baliknya secara
periodik kepada orang tua/wali kelas untuk dapat meningkatkan ataupun
mempertahankan proses dan hasil belajar yang sudah dicapai oleh peserta didik.
Setiap upaya guru di dalam kelas harus diarahkan pada satu tujuan yaitu
membantu siswa belajar agar terjadi perubahan perilaku yang signifikan ke arah
pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran. Sayangnya masih banyak pendidik
di sekolah yang melakukan penilaian kelas hanya untuk menentukan nilai atau
angka yang akan ditulis dalam laporan pendidikan atau buku rapor. Hal ini terkait
erat dengan pengetahuan dan pemahaman guru tentang asesmen, penilaian
ataupun tes sebagai proses untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam
menentukan tingkat pencapaian siswa terhadap kompetensi yang harus dikuasai
sebagai tujuan pembelajaran. Sehingga manfaat penilaian lebih diarahkan pada
tujuan administratif saja, padahal banyak sekali manfaat potensial dari kegiatan
asesmen dan penilaian, termasuk kurangnya perhatian guru terhadap kemajuan
belajar siswa dalam tataran kualitatif yang sebenarnya akan sangat membantu
siswa maupun orang tua memahami kemajuan belajar siswa.

3. Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan


Dengan mendasarkan diri pada PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 63 Ayat (1)
yang menyatakan bahwa penilaian oleh satuan pendidikan bertujuan untuk
menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran,
dimana penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran ini merupakan
penilaian akhir dalam menentukan kelulusan siswa dari satuan pendidikan
tertentu. Dalam hal ini penilaian akhir harus menentukan penilaian hasil belajar
peserta didik oleh pendidik maupun penilaian hasil belajar untuk semua mata
pelajaran. BSNP dalam naskah akademik pedoman penilaian juga mendasarkan
diri pada peraturan tersebut. Dijelaskan lebih jauh bahwa ada dua sistem yang
dapat dilakukan oleh sekolah untuk mempromosikan siswanya ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi yaitu:
a. Sistem kredit atau beban belajar: yaitu sistem yang tidak mengenal kelas,
dimana siswa dapat menyelesaikan program belajarnya sesuai dengan
kemampuan individual. Dengan sistem ini setiap siswa dapat

2 - 22 Unit 2
menyelesaikan dan memilih program belajarnya dengan kecepatan masing-
masing, dimana ada siswa yang dapat menyelesaikan beban belajar lebih
cepat karena memiliki kemampuan dan kemauan yang tinggi, tetapi ada
pula siswa yang membutuhkan waktu lebih lama dibanding teman yang
lain.
b. Sistem kenaikan kelas (grade) adalah sistem yang program belajar siswanya
terstruktur dalam paket-paket kelas. Dalam sistem ini ada dua tradisi
kenaikan kelas yang dikembangkan yaitu: (1) tradisi kenaikan kelas secara
otomatis dan (2) sistem kenaikan kelas. Pada sistem persekolahan di
Indonesia pada umumnya masih menggunakan sistem kenaikan kelas
dengan kriteria tertentu.
Secara konseptual kegiatan kenaikan kelas memegang peranan strategis
untuk pengendalian kualitas pendidikan (quality control) dan sekaligus menjadi
motivasi atau pressure to achieve bagi siswa dan pendidik dalam upaya
peningkatan kualitas pembelajarannya. Dalam kenaikan kelas dengan kriteria
tertentu ini akan dapat dibedakan antara siswa yang sudah menguasai
kemampuan minimal yang dipersyarat kan dengan siswa yang harus tinggal
kelas karena belum menguasai kompetensi minimum (acceptable performance)
tersebut. Siswa yang belum memenuhi standar kemampuan minimal dapat
diperlakukan dengan tiga model yaitu: (1) mengulang kelas, dan belajar
bersama-sama dengan teman-teman yang baru naik kelas dari kelas di
bawahnya, (2) bisa naik ke kelas yang lebih tinggi sambil mengulang mata
pelajaran yang belum dikuasai, atau (c) mengikuti pengajaran remidial pada
beberapa mata pelajaran sebelum siswa dinyatakan naik ke kelas yang lebih
tinggi.
Penentuan tingkat pencapaian minimal ini didasarkan pada hasil tes hasil
belajar atau THB atau ulangan umum pada setiap akhir tahun pelajaran, nilai
pada semester 1 dan 2 dan hasil ulangan harian yang dilakukan oleh masing
masing guru. Dengan mendasarkan diri pada beberapa hasil asesmen dan
penilaian secara konseptual, seharusnya penilaian semacam ini dapat
menghasilkan informasi yang komprehensif tentang kemajuan belajar siswa
sebagai dasar pengambilan keputusan, hanya saja ada beberapa permasalahan
yang sering muncul di lapangan yaitu: (1) Rentang variasi tingkat kesulitan dan
kedalaman soal soal yang dikembangkan dan digunakan dalam ulangan antar
guru ataupun antar sekolah, dan (2) Masih banyak sekolah yang berusaha
meminimalkan jumlah siswa yang tidak naik kelas dengan cara-cara yang tidak
jujur dan berkeadilan (fair).

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 23
Dijelaskan lebih jauh dalam panduan penilaian BSNP tersebut bahwa
secara teoritik sistem kenaikan kelas semacam ini dapat dilakukan dalam
beberapa bentuk yaitu:
1) Menggunakan kriteria untuk dapat membedakan antara yang sudah dapat
mencapai standar kemampuan minimal dengan siswa yang belum mencapai
standar kompertensi minimal tersebut. Pada umumnya sekolah
menggunakan pendekatan yang pertama, tetapi cara ini menyebabkan
meningkatnya angka mengulang, dan mungkin juga angka putus sekolah,
sehingga sebagian sekolah kemudian memilih cara dengan menaikkan nilai
siswa agar memenuhi standar yang ditetapkan atau menempuh cara lain
yaitu menurunkan indikator pencapaian kompetensi dasar dengan
menurunkan tingkat kesulitan soal, sehingga semua siswa secara semu
dianggap telah mencapai standar minimal.
2) Menerapkan prinsip kenaikan kelas secara otomatis, dimana setiap siswa
dapat naik kelas secara otomatis pada setiap akhir tahun pelajaran, dengan
predikat-predikat tertentu. Cara ini sangat riskan dalam pengendalian mutu
pendidikan, apalagi bila satuan pendidikan belum menerapkan penjaminan
mutu pada setiap tahap kegiatannya termasuk dalam proses pembelajaran.
3) Menggunakan bentuk perpaduan dari dua pendekatan tersebut, dimana
siswa pada prinsipnya bisa naik kelas secara otomatis pada setiap akhir
tahun pelajaran, tetapi harus mengulang atau memperbaiki sejumlah mata
pelajaran yang dianggap belum memenuhi standar kemampuan minimal.
Meskipun cukup bagus, tetapi hal ini sulit dilakukan dalam sistem
tradisional karena keterbatasaan kuantitas dan kualitas guru. Di samping itu
guru juga dituntut untuk bekerja ekstra baik dalam perubahan perencanaan,
penjadwalan, kegiataan sekolah, pandanaan maupun managemennya.
Untuk meminimalkan kelemahan dari sistem kenaikan kelas ini
adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 22 dan 23 Tahun
2006, ditetapkan adanya standar isi dan standar kompetensi lulusan yang
kemudian merupakan landasan strategis dalam mengendalikan penjaminan
mutu pendidikan secara nasional, hal ini ditindaklanjuti dengan sistem ujian
kenaikan kelas yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
yang dimaksudkan untuk meminimalkan keragaman mutu pendidikan antar
sekolah. Sehingga diperlukan adanya pembentukan pusat pengujian pendidikan
di tingkat kabupaten /kota yang bersifat independen.
Kenaikan pada umumnya dilakukan pada akhir tahun pelajaran, kriteria
untuk kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait,

2 - 24 Unit 2
namun secara umum siswa dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah setelah: (a) Menyelesaikan seluruh
program pembelajaran; (b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian
akhir untuk seluruh mata pelajaran pada 5 kelompok mata pelajaran, dengan
kriteria untuk aspek kognitif dan psikomotor minimal 75, sedang untuk aspek
afektif kriteria “baik” digunakan bila sebagian orang menyatakan bahwa siswa
memang baik; (c) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan teknologi; dan (d) Lulus Ujian nasional.
Selanjutnya ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian
sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri dengan usulan
BSNP.

4. Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah


Dalam Ayat 1 Pasal 66 PP No. 19 Tahun 2005, dijelaskan bahwa penilaian
hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi
lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam bentuk Ujian
Nasional. Hal ini sejalan dengan Pasal 68, Ayat 2 dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional, yang menjelaskan bahwa penyelenggara ujian nasional
adalah lembaga independen. Sebagai wujud pelaksanaan dari ayat-ayat tersebut,
pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan Ujian Nasional seperti
yang dijelaskan pada Pasal 67, Ayat 1 PP No. 19, Tahun 2005 yang menyatakan
bahwa pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan Ujian Nasional
yang diikuti oleh Peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal.
Pendidikan Dasar dan Menengah, serta jalur nonformal kesetaraan. Dalam
menyelenggarakan ujian nasional ini BSNP akan bekerja sama dengan instansi
terkait di lingkungan pemerintah, Pemerintah Propinsi, pemerintah
kabupaten/kota serta satuan pendidikan. Pada Pasal 68 tersebut juga ditegaskan
bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk:
a. Pemetaan mutu program dan atau satuan pendidikan.
b. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.
c. Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan.
d. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meneningkatkan mutu pendidikan.
Anda semua sebagai guru profesional sebaiknya juga tahu bahwa kebijakan
pemerintah tentang ujian nasional ini juga dilakukan oleh berbagai negara,
meskipun penekanan fungsinya mungkin berbeda-beda.

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 25
5. Teknik Penilaian menurut BSNP
Proses memperoleh data proses dan hasil belajara; pendidik dapat
menggunakan berbagai teknik penilaian secara komplementer sesuai dengan
kompetensi yang dinilai. Menurut Pedoman umum BSNP, teknik penilaian yang
dapat digunakan secara komplementer ataupun sendiri-sendiri sesuai dengan
kompetensi yang akan dinilai antara lain:
a. Tes Kinerja
Tes Kinerja dalam hal ini adalah berbagai jenis tes yang dapat berbentuk
tes keterampilan tertulis, tes identifikasi, tes simulasi, uji petik kerja, dan
sebagainya. Melalui tes kinerja ini peserta didik mendemonstrasikan
unjuk kerja sebagai perwujudan kompetensi yang telah dikuasainya.
b. Demonstrasi
Teknik demonstrasi dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data
kuantitatif dan kualitatif sesuai kompetensi yang dinilai.
c. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen
yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan
belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan
oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.
d. Penugasan
Penugasan adalah bentuk evaluasi yang dapat dilakukan dengan model
proyek yang berupa sejumlah kegiatan yang dirancang, dilakukan dan
diselesaikan oleh peserta didik di luar kegiatan kelas dan harus
dilaporkan baik secara tertulis maupun lisan. Penugasan ini dapat pula
berbentuk tugas rumah yang harus diselesaikan peserta didik.
e. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik
dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,
perkembangan belajar dan prestasi siswa.
f. Tes tertulis
Tes tertulis merupakan teknik penilaian yang paling banyak digunakan
oleh pendidik, adalah tes yang bisa berupa tes dengan jawaban pilihan
atau isian, baik pilihan ganda benar salah ataupun menjodohkan, serta tes
yang jawabannya berupa isian ataupun uraian.

2 - 26 Unit 2
g. Tes Lisan
Tes dapat pula berupa tes lisan, yaitu tes yang dilaksanakan melalui
komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik dengan satu atau
beberapa penguji. Pertanyaan ataupun jawabannya disampaikan secara
langsung atau spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan
pedoman penskoran.
h. Jurnal
Jurnal pada dasarnya merupakan catatan siswa selama berlangsungnya
proses pembelajaran, sehingga jurnal berisi deskripsi proses
pembelajaran dengan kekuatan dan kelemahan siswa terkait dengan
kinerja ataupun sikap.
i. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang
diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau
aspek kepribadian peserta didik.
j. Inventori
Inventori adalah skala psikologis yang digunakan untuk mengungkap
sikap, minat dan persepsi peserta didik terhadap obyek psikologis,
ataupun fenomena yang terjadi, antara lain berupa skala Likert dan
sebagainya.
k. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang digunakan agar peserta
didik dapat mengemukakan kelebihan dan kekurangan diri dalam
berbagai hal.
l. Penilaian antar Teman (penilaian sejawat)
Penilaian antar teman ini dilakukan dengan meminta siswa
mengemukakan kelebihan dan kekurangan teman dalam berbagai hal.
Penilaian ini dapat pula berupa sosiometri untuk mendapat informasi
anak-anak yang favorit dan anak-anak yang terisolasi dalam
kelompoknya.

Berbagai teknik penilaian tersebut dapat dilakukan secara kombinasi untuk bisa
memperoleh informasi yang selengkap dan sedetail mungkin tentang proses,
kemajuan dan hasil belajar peserta didik.

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 27
Latihan
Cobalah Anda lakukan refleksi, teknik apa sajakah yang pernah dan belum
pernah Anda gunakan dalam melakukan penilaian di kelas? Analisis dan diskusikan
dengan teman Anda tentang hambatan-hambatan yang ada di lapangan untuk
menerapkan teknik teknik tersebut!

Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan manfaat evaluasi yang dilakukan oleh pendidik!
2. Jelaskan manfaat evaluasi yang dilakukan oleh satuan pendidikan!
3. Jelaskan manfaat evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah!
4. Jelaskan jenis penilaian yang dapat digunakan!

Umpan Balik

Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru


cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum
sesuai atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat
diperlukan karena pemahaman Anda tentang keberhasilan proses dan hasil belajar
akan mempengaruhi pemahaman Anda terhadap konsep-konsep lain yang terkait
dalam mata kuliah ini.

2 - 28 Unit 2
Subunit 4

Ujian Nasional Sebagai Standar Penilaian

Pengantar

A nda semua telah memahami bahwa sebenarnya Ujian Nasional adalah wujud
dari evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui BSNP sebagai lembaga
independen yang diserahi tugas untuk melaksanakan Ujian Nasional tersebut.
Evaluasi yang dilakukan pemerintah ini dapat digunakan untuk: (1) Pemetaan mutu
program dan atau satuan pendidikan; (2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan
berikutnya; (3) Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan
pendidikan; dan (4) Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan
dalam upayanya untuk meneningkatkan mutu pendidikan.
Sebenarnya bukan baru sekarang pemerintah melakukan evaluasi hasil belajar
secara nasional, namun sebagai suatu kebijakan, sudah barang tentu implementasinya
akan selalu dihadapkan pada sikap pro dan kontra dari berbagai kalangan atas dasar
kepentingan yang berbeda. Pada bagian ini akan dikupas bagaimana perjalanan
evaluasi hasil belajar yang dilakukan pemerintah ini dari tahun ke tahun dan
bagaiman sikap pro dan kontra dalam pelaksanaannya.

1. Evaluasi Hasil Belajar oleh Pemerintah


Sampai dengan Tahun 2000 pemerintah dalam hal ini Departemen
Pendidikan Nasional telah menyelenggarakan evaluasi hasil Belajar yang
diberlakukan secara Nasional yang disebut dengan EBTANAS. Pada sekitar
tahun 2000, banyak sekali kritik dari berbagai lapisan masyarakat terhadap
Evaluasi Belajar Tahap Akhir yang dilaksanakan secara nasional tersebut. Ada
kelompok yang menilai bahwa banyak sekali kelemahan yang ada dalam
penyelenggaraan EBTANAS tersebut, diantaranya adalah: (1) bentuk soal yang
sebagian besar pilihan ganda dianggap kurang mendidik siswa untuk
menggunakan penalarannya untuk menjawab soal, (2) seringkali terjadi
kebocoran soal sehingga hasilnya kurang obyektif, (3) nilai EBTANAS murni
merupakan satu-satunya alat seleksi untuk masuk ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi yang menimbulkan kesan pada masyarakat awam bahwa hasil belajar
yang dilakukan siswa selama tiga tahun hanya diukur dengan satu kali penilaian
saja, (4) penyelenggaraan memerlukan biaya yang sangat besar sehingga dirasa
tidak sebanding dengan manfaat hasil ebtanas. Untuk merespon berbagai kritik

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 29
yang muncul ini pemerintah mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai
lapisan yang kemudian menjadi landasan dikeluarkannya Surat Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 011/U/2002, Tanggal 28 Januari 2002
yang isinya penghapusan EBTANAS untuk Sekolah Dasar, Sekolah Dasar Luar
Biasa, Sekolah Luar Biasa tingkat Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Meskipun
tetap muncul pro dan kontra terhadap munculnya Surat Keputusan ini, namun
keputusan pemerintah ini tetap dilaksanakan atas dasar pertimbangan dan logika
kebijakan dengan pilihan yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko
yang paling kecil. Hal ini sejalan pula dengan program pemerintah, yaitu: (1)
Program wajib belajar sembilan tahun, (2) Pertimbangan bahwa jumlah Sekolah
Dasar sangat besar dan lokasinya tersebar sampai ke daerah pelosok dan
terpencil sehingga penyelenggaraan EBTANAS untuk Sekolah Dasar menjadi
sangat besar, dan (3) Mobilitas lulusan Sekolah Dasar belum begitu tinggi. Hal
ini akan dapat dilihat perbedaannya dengan EBTANAS untuk Sekolah Lanjutan
Pertama dan SLTA, sehingga hampir bersamaan dengan Surat Keputusan
tersebut, juga dikeluarkan Surat Keputusan Mendiknas Nomor: 047/U/2002,
Tanggal, 4 April 2002 yang berisi pernyataan bahwa Nama EBTANAS untuk
tingkat SLTP, SLTPLB, SMU, SMLB, MA, dan SMK diganti dengan menjadi
Ujian Akhir Nasional atau disebut dengan UAN. Dalam Surat Keputusan tersebut
dijelaskan bahwa tujuan penyelenggaraan UAN adalah:
a. Untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa;
b. Mengukur tingkat pendidikan pada tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota
dan sekolah;
c. Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional,
propinsi, kabupaten/kota dan sekolah kepada masyarakat.
Dijelaskan lebih lanjut tentang fungsi UAN yang dijabarkan dalam Pasal 3
Surat Keputusan tersebut, bahwa UAN dapat memiliki multi fungsi yang dirinci
sebagai berikut:
a. Alat pengendali mutu pendidikan secara nasional, dengan
diselenggarakannya UAN ini diharapkan mutu pendidikan secara nasional
dapat dikendalikan, hanya saja UAN tidak digunakan untuk pengelompokan
sekolah bermutu dan sekolah yang kurang bermutu, karena hal ini akan
semakin memperlebar jurang pemisah dalam kualitas sekolah yang secara
nasional memang rentang variasi kualitas sekolah ini sudah sangat panjang.
b. Mendorong peningkatan mutu pendidikan, dengan penyelenggaraan UAN ini
diharapkan memotivasi sekolah untuk meningkatkan kualitas
pembelajarannya dan berusaha untuk mencapai hasil UAN yang optimal.

2 - 30 Unit 2
c. Bahan pertimbangan untuk menentukan tamat belajar dan predikat prestasi
siswa, UAN dijadikan bahan pertimbangan penentuan kelulusan dan
penentuan predikat prestasi siswa, UAN menjadi kriteria yang akurat dan
general (berlaku nasional) untuk menentukan predikat dan prestasi siswa.
d. Pertimbangan dalam seleksi penerimaan siswa baru pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, butir-butir soal UAN sudah disusun untuk mampu
membedakan antara siswa yang telah memenuhi standar kompetensi dan
siswa yang belum, maka akan sangat tepat bila digunakan juga untuk
mengetahui potensi calon siswa untuk mengikuti pembelajaran di sekolah
yang dipilihnya.
Untuk bisa memenuhi fungsi tersebut, soal-soal dalam UAN harus mampu
membedakan antara siswa yang sudah menguasai dan siswa yang belum
menguasai materi yang diujikan. Butir soal untuk seleksi harus dapat memilah
secara tepat siswa yang mampu diterima dan mengikuti pembelajaran di sekolah
lanjutan. Dengan demikian idealnya soal UAN harus berbeda dengan soal
seleksi. Perubahan fungsi UAN menjadi alat seleksi dan salah satu pertimbangan
dalam penerimaan siswa baru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
dianggap sebagai suatu keputusan yang tepat.
Pada Tahun 2004 UAN juga banyak mendapat kecaman dari berbagai
kalangan masyarakat bahkan ada sebagian besar anggota DPR tidak
menyetujuinya, ketidak setujuan anggota Dewan ini terutama terhadap besarnya
usulan anggaran peleksanaan UAN. Kecaman-kecaman dalam pelaksanaan UAN
tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi permasalahan utama,
yaitu:
1) UAN dianggap bertentangan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003,
Pasal 58. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses kemajuan dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Namun bila
dicermati lebih jauh pada Ayat 2, dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menilai
pencapaian standar nasional diperlukan evaluasi yang dilakukan oleh
lembaga mandiri. Hal inilah yang digunakan sebagai landasan
penyelenggaraan Ujian Nasional.
2) UAN dianggap tidak bermanfaat dan hanya menghambur-hamburkan biaya.
Kecaman ini kemudian dijawab dengan hasil penelitian Mardapi, dkk. (2004)
yang menunjukkan bahwa hasil UAN sangat bermanfaat dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan motivasi mengajar guru,

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 31
perhatian kepala sekolah beserta semua staf sekolah, dan orang tua terhadap
pembelajaran siswa.
3) Konversi skor yang digunakan dalam pelaksanaan UAN dianggap
membodohi masyarakat, karena memotong skor anak pandai diberikan
kepada siswa yang kurang.
Menanggapi berbagai kritikan tersebut hasil penelitian Mardapi juga
merekomendasikan perlunya kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk
penyempurnaan pelaksanaan UAN diantaranya adalah:
a. Dalam Penyelenggaan UAN hendaknya:
1) Mengikutsertakan daerah dalam penyusunan soal,
2) Biaya ujian sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah,
3) Peningkatan kualitas soal,
4) Peningkatan obyektivitas sistem skoring,
5) Peningkatan keamanan soal,
6) Pengamanan dan koreksi silang antar sekolah yang setingkat,
7) Pengiriman hasil UAN sesegera mungkin,
8) Pemenuhan fasilitas minimum dalam penyelenggaraan UAN.
b. Diperlukan adanya pelatihan penyusunan soal bagi guru daerah, untuk
meningkatkan kualitas soal ujian.
c. Perlunya inovasi dalam pembelajaran dengan menggunakan berbagai media
untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk mempelajari materi
yang dianggap sulit.
d. Analisis UAN secara rinci sesegera mungkin disampaikan ke sekolah agar
informasi tentang pokok bahasan atau materi yang sulit dapat diketahui pihak
sekolah dan para guru dapat mengambil strategi untuk mengatasinya.
e. Sosialisasi dan informasi UAN perlu dilakukan seawal mungkin yang
meliputi kisi-kisi ujian (standar kompetensi lulusan), bentuk soal ujian,
proses penskoran, dan kriteria kelulusannya sehingga sekolah maupun siswa
dapat lebih mempersiapkan diri menghadapi UAN.
f. Pemerintah perlu membantu fasilitas dan peralatan yang memadai dalam
pelaksanaan ujian sehingga mata pelajaran yang memerlukan media tertentu
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan UAN.

2 - 32 Unit 2
2. Pro dan Kontra pelaksanaan Ujian Nasional
Selanjutnya, upaya mengurangi berbagai kelemahan dan menjawab kritik
terhadap pelaksanaan UAN, dan sebagai pelaksanaan dari apa yang diamanahkan
oleh Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 58, Ayat (2) serta
pelaksanaan dari Pasal 66 ayat (1), Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 yang menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan
untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi
dan dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional. Hal ini sejalan dengan Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa penyelenggara
Ujian Nasional adalah Lembaga Independen. Dalam pelaksanaannya BSNP
menyelenggarakan Ujian Nasional yang harus diikuti oleh peserta didik pada
setiap satuan pendidikan jalur formal. Pendidikan dasar dan menengah, serta
jalur non formal kesetaraan. Dalam menyelenggarakan ujian nasional ini BSNP
akan bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan pemerintah, pemerintah
propinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta satuan pendidikan.
Pelaksanaan Ujian Nasional tahun pelajaran 2006/2007 didasarkan pada
Peraturan Menteri Pandidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2006. Dalam peraturan
tersebut dijelaskan bahwa standar kompetensi lulusan atau SKL merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang disusun sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006. Adapun Standar Isi
mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang standar isi.
Dengan mempertimbangkan bahwa dalam pengembangan pembelajaran di
berbagai sekolah di Indonesia masih menggunakan kurikulum yang bervariasi, di
mana sebagian sekolah masih menggunakan Kurikulum 1994, ada sekolah yang
secara bertahap menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada
kelas tertentu dan kelas yang lain masih menggunakan kurikulum 1994, ada pula
sekolah yang secara keseluruhan telah melaksanakan KBK, dan ada sekolah yang
telah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan
mulai diberlakukannya PP 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, maka dalam
sosialisasi pelaksanaan Ujian Nasional telah pula dijelaskan bahwa; soal-soal
ujian yang dikembangkan untuk Ujian Nasional Tahun 2007, didasarkan pada

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 33
irisan antara: (1) Kurikulum Berbasis Kompetensi, (2) Kurikulum 1994, dan (3)
Standar Isi, yang secara visual dapat digambarkan berikut ini.

KURIKULUM
1994

KBK

KTSP/
STANDAR ISI

Dengan gambaran tersebut maka diharapkan bahwa tidak akan mencul


kecaman terhadap soal UNAS dari sekolah-sekolah yang menggunakan berbagai
kurikulum. Dalam penentuan kelulusan BSNP juga menetapkan nilai sebagai
standar ketuntasan atau standar kelulusan yang akan dinaikkan secara bertahap
setiap tahun. Sebagai suatu kebijakan yang ”baru” apapun isinya dan sebaik
apapun dipersiapkan ”pasti” masih akan muncul pro dan kontra. Pihak yang pro
akan mendukung dan ikut mensukseskan pelaksanaannya tetapi juga pasti akan
muncul kritik dari pihak-pihak yang kontra dengan berbagai alasan.
Perlu dipahami oleh semua pihak bahwa Ujian Nasional adalah penilaian
hasil belajar oleh pemerintah yang bertujuan untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu pada kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil ujian nasional digunakan
sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program atau satuan
pendidikan, sebagai dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya,
penentuan kelulusan siswa dari program dan atau satuan pendidikan tertentu serta
sebagai dasar pemberian bantuan pada satuan pendidikan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan ujian
nasional ini menjadi polemik berkepanjangan, sikap pro dan kontra muncul
diberbagai media dengan berbagai alasan rasional maupun sekedar rasionalisasi.
Kesenjangan kualitas dari satuan pendidikan yang demikian panjang rentangnya

2 - 34 Unit 2
selalu akan menjadi pusat perhatian, namun tetap selalu menjadi permasalahan
yang tak kunjung terjembatani.
Persoalan sebenarnya bukan ujian nasional itu sendiri, tetapi perlu
kajian dari berbagai sudut pandang diantaranya, adalah: (1) ketidaksiapan siswa,
guru ataupun sekolah menghadapi kenyataan dari “cermin prestasi diri” yang
disebut ujian nasional tersebut, (2) proses pendidikan yang selama ini
berlangsung banyak memberi kemudahan, termasuk dalam pembelajaran, yang
menyebabkan banyak pihak baik siswa, guru maupun orang tua yang terbuai oleh
keberhasilan semu yang berupa angka-angka yang bisa dibuat oleh siapa saja, (3)
adanya kecenderungan umum bahwa evaluasi yang kehilangan makna, karena
evaluasi yang seharusnya menjadi sarana atau cermin kemampuan diri, selama
ini bukan lagi menjadi sarana tetapi menjadi tujuan. Proses pembelajaran di
tahun akhir program satuan pendidikan lebih diarahkan pada persiapan
menghadapi ujian dengan drill soal, bukan giat untuk pencapaian standar
kompetensi yang dipersyaratkan dan bahkan mungkin dengan menghalalkan
berbagai cara membocorkan soal, membantu siswa mengerjakan soal ujian. Yang
paling utama adalah sikap mental mencari jalan pintas menjadi sebab dari semua
persoalan di atas. Meskipun perlu pula mengakomodasi pendapat yang
menyatakan bahwa ujian nasional belum merupakan langkah evaluasi yang
terbaik dan perlu dikaji ulang dalam prosedur dan teknik pelaksanaan atau
perubahan fungsinya yang demikian mutlak. Misalnya saja ujian nasional tetap
dilaksanakan dengan kriteria ketuntasan yang terus ditingkatkan, tetapi fungsinya
bukan penentu kelulusan, tetapi lebih diarahkan pada pemetaan kualitas sekolah.
Hanya saja kriteria dan hasil pemetaan harus disosialisasikan secara transparan
dan akuntabel agar masyarakat, dapat menentukan pilihan dan tidak terkecoh
oleh nilai kelulusan yang bersifat lokal. Memang ada 1001 alasan untuk gagal,
tetapi dibutuhkan hanya satu keputusan untuk sukses, yaitu kerja keras dan
kesungguhan.
Selanjtnya, yang perlu mendapat perhatian adalah upaya sosialisasi dan
penyadaran kepada semua stakeholder tentang pemahaman fungsi UNAS dan
Standar Kompetensi Lulusan kepada siswa, orang tua guru maupun semua staf
sekolah. Agar semua termotivasi untuk mengarahkan pembelajaran ke
pencapaian standar kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa; orang tua
akan memotivasi dan membimbing belajar anaknya, guru akan mengoptimalkan
proses pembelajarannya untuk membelajarkan siswa mencapainya, demikian
juga seluruh staf sekolah maupun berbagai pihak terkait. Bila secara nyata
standar kompetensi ini telah tercapai, kapanpun di evaluasi, siapapun yang

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 35
melakukan evaluasi, bentuk soal manapun, termasuk penyelenggaraan UNAS
bukan lagi menjadi permasalahan yang besar.

Tes Formatif 4
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 4. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!

Pro dan kontra pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang diselenggarakan pemerintah,
terus bermunculan.
a. Analisislah sikap pro dan kontra yang ada di lingkungan kabupaten daerah Anda
dengan segala kelebihan dan kelemahan masin-masing!
b. Analisislah juga kekurangan atau kecurangan yang saudara ketahui dalam
pelaksanaan UNAS!

2 - 36 Unit 2
Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1

1. Standar Nasional Pendidikan meliputi:


a. Standar isi, yakni ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
b. Standar proses, yakni yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
c. Standar kompetensi lulusan, adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana, yaitu standar nasional pendidikan berkaitan
dengan kriteria minimal tentang sarana dan prasarana pembelajaran.
f. Standar pengelolaan, yakni standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan.
g. Standar pembiayaan, yakni standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
h. Standar penilaian pendidikan, yakni standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik.
2. Landasan filisofisnya adalah proses pendidikan untuk mengembangkan potensi
siswa menjadi kemampuan dan keterampilan tertentu, tetapi tidaklah mudah
untuk dapat mengakomodasikan kebutuhan setiap siswa secara tepat dalam
proses pendidikan, namun setiap siswa harus tetap diperlakukan secara adil,
termasuk di dalamnya proses penilaian. Untuk itu proses penilaian yang
dilakukan harus memiliki asas keadilan, kesetaraan serta obyektifitas yang
tinggi. Sehingga setiap siswa harus diperlakukan sama dan meminimalkan
semua bentuk prosedur ataupun tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu atau sekelompok siswa dan tidak membedakan latar belakang sosial
ekonomi, budaya, bahasa dan gender.

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 37
3. Landasan Yuridis
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 57 Ayat (1) dan Ayat (2)
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 58 Ayat (1) dan Ayat (2)
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Pasal 63, Ayat (1) yang menyatakan
bahwa penilaian pendidikan khususnya penilaian hasil belajar peserta didik
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) penilaian hasil
belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (3)
penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

4. BSNP adalah lembaga independen yang diberi tugas pemerintah untuk mengawal
pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan, anggotanya terdiri dari 15 orang pakar
di bidangnya masing-masing. Anggota BSNP terdiri atas ahli-ahli di bidang
psikometri, evaluasi pendidikan, kurikulum, dan manajemen pendidikan yang
memiliki wawasan, pengalaman, dan komitmen untuk peningkatan mutu
pendidikan.. BSNP dapat membentuk panitia ad hock sesuai dengan kebutuhan.
5. BSNP mempunyai kewenangan untuk:
a. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan;
b. menyelenggarakan ujian nasional;
c. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dalam
penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.

Tes Formatif 2

1. Yang berhak melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar adalah


pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah
2. Standar umum penilaian, standar perencanaan penilaian, standar pelaksanaan,
standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian, dan standar pemanfaatan
hasil penilaian.
3. Dalam melakukan evaluasi proses dan hasil belajar, satuan pendidikan harus
mematuhi dua jenis standar yaitu: standar penentuan kenaikan kelas dan
standar kelulusan.
4. Prinsip-prinsip umum evaluasi menurut BSNP adalah:
a. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

2 - 38 Unit 2
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yakni keputusan diambil
berdasar apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran.
c. Penilaian dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan.
d. Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran, program remidi dan pengayaan.
e. Penilaian harus sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dengan proses pembalajaran.
5. Menganalisis kesenjangan antara evaluasi yang sudah Anda lakukan di kelas
dengan ketentuan BSNP sesuai dengan kondisi masing masing sekolah.

Tes Formatif 3

1. Manfaat Penilaian oleh pendidik.


a. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik.
b. Sebagai bahan penyusunan laporan hasil belajar.
c. Memperbaiki proses pembelajaran.
2. Manfaat Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
a. Menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata
pelajaran.
b. Mempromosikan siswanya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
c. Pengendalian kualitas pendidikan (quality control) dan sekaligus menjadi
motivasi atau pressure to achieve bagi siswa dan pendidik bagi upaya
peningkatan kualitas pembalajarannya.
3. Manfaat Penilaian hasil belajar oleh pemerintah
a. Pemetaan mutu program dan atau satuan pendidikan.
b. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.
c. Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan
pendidikan.
d. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
4. Jenis Penilaian yang dapat digunakan menurut BSNP meliputi: tes kinerja,
demonstrasi, observasi, penugasan, portofolio, tes tertulis, tes lisan, jurnal,
wawancara, inventori, penilaian diri, penilaian antar teman dan sebagainya

Tes Formatif 4
Berupa tugas untuk menganalisis pelaksanaan UNAS di daerah masing-masing.

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 39
DAFTAR PUSTAKA

-----------------------------. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, tentang


Standar Nasioanal Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

-----------------------------. 2003. Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

----------------------------- Naskah akademik. Jakarta: BSNP.


----------------------------- Pedoman Umum Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: BSNP.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata
Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Jakarta: BSNP.

____________________. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran


Agama dan Akhlak Mulia. Jakarta: BSNP.

____________________. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran


Estetika. Jakarta: BSNP.

____________________. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: BSNP.

____________________. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran


Jasmani, Olah raga, dan kesehatan. Jakarta: BSNP.

____________________. 2006. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional


Tahun 2005-2009 Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka
Panjang. Jakarta: Depdiknas.

2 - 40 Unit 2
Glosarium

Evaluasi-diri (self evaluation) : adalah penilaian terhadap proses pembelajaran


yang dilaksanakan oleh guru itu sendiri
Indikator : adalah ciri-ciri atau tanda-tanda seseorang telah
menguasai kompetensi standar.
Kalender pendidikan : adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun
ajaran. Kalender pendidikan mencakup
permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar,
waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Kerangka dasar kurikulum : Adalah rambu-rambu yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan untuk dijadikan pedoman dalam
penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
Kompetensi : adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan
bertindak secara konsisten sebagai
perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dimiliki oleh peserta
didik
Kurikulum : adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
KTSP atau Kurikulum : adalah kurikulum operasional yang
tingkat satuan pendidikan disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan

Asesmen pembelajaran di SD 2 - 41
Learning journal : atau jurnal belajar adalah prosedur self-report
(laporan diri) dimana siswa membuat catatan-
catatan personal dan bersifat naratif terkait dengan
aspek-aspek materi atau bidang studi yang
dipelajarinya yang memiliki nilai dan relevansi
khusus bagi dirinya. Catatan-catatan itu bisa hasil
dari pengamatan, perasaan, dan pendapat pribadi
dalam merespon apa yang dibaca, dilihat, dan
dialaminya
Standar nasional pendidikan : adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Standar isi : adalah ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar Kompetensi Lulusan : adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar Kompetensi : adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta
Kelompok Mata Pelajaran didik pada setiap kelompok mata pelajaran.
Standar Kompetensi Mata : adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta
Pelajaran didik yang menggambarkan penguasaan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester
untuk mata pelajaran tertentu
Struktur kurikulum : adalah merupakan pola dan susunan mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
pada satuan pendidikan dalam kegiatan
pembelajaran.

2 - 42 Unit 2
Unit 3
STRATEGI DAN PROSEDUR PENILAIAN
Estu Widodo

Pendahuluan

S ebagaimana telah Anda pelajari pada bab-bab sebelumnya, asesmen merupakan


proses menghimpun atau mengumpulkan informasi yang akan dipergunakan
untuk membuat keputusan tertentu di bidang pendidikan. Oleh karena itulah Anda
pun harus memfokuskan kegiatan-kegiatan asesmen yang Anda lakukan pada
informasi yang Anda perlukan terkait dengan keputusan-keputusan yang akan Anda
buat. Hal ini juga berarti bahwa Anda harus memahami berbagai langkah yang harus
dilakukan, mampu memilih dan menggunakan berbagai metode dan prosedur
asesmen yang tepat.
Topik-topik di atas akan disajikan dalam 2 Subunit, yaitu: Subunit 1: Langkah-
langkah Pokok Asesmen Pembelajaran, dan Subunit 2: Teknik Tes dan Non Tes.
Pembahasan topik-topik di atas diarahkan untuk mencapai indikator agar Anda
dapat:
1. menjelaskan langkah-langkah pokok asesmen pembelajaran;
2. menjelaskan jenis instrumen asesmen proses dan hasil belajar yang
berkembang dan dikembangkan di sekolah;
3. menjelaskan proses dan prosedur evaluasi yang ada dan dilakukan di
lapangan;
Latihan soal disiapkan baik di tengah uraian ataupun di akhir uraian yang
dapat Anda kerjakan. Untuk mengetahui dan mengecek hasil pekerjaan Anda,
disediakan rambu-rambu jawaban atau dijabarkan dalam uraian materi. Akan tetapi,
diusahakan jangan melihat rambu-rambu jawaban sebelum menyelesaikan soal-soal
latihan yang disediakan.

Asesmen pembelajaran di SD 3-1


Untuk mengetahui keberhasilan belajar Anda, dilaksanakan tes formatif pada akhir
subunit dan untuk mengecek hasil jawaban Anda, disediakan kunci jawaban tes

formatif di akhir unit ini. Akan tetapi, diupayakan jangan melihat kunci
jawaban sebelum Anda menyelesaikan semua soal yang disediakan.
Pada unit ini Anda juga disediakan bahan ajar non cetak melalui web yang
bisa Anda akses, sedangkan video tidak diperlukan dalam unit ini. Semoga Anda
berhasil menyelesaikan Unit 3 dengan baik.

Selamat Belajar

3-2 unit 3
Subunit 1

Langkah-Langkah Pokok
Asesmen Pembelajaran

Pengantar

A nda telah mempelajari bahwa proses asesmen tidak bisa dipisahkan dengan
proses pembelajaran. Bahkan proses asesmen itu sendiri harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran sehingga hasil akhir dari asesmen akan mendorong lahirnya
berbagai keputusan dan kebijakan yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Oleh karena itulah Anda harus benar-benar memahami sejumlah langkah pokok
yang harus Anda lakukan agar tujuan dilakukannya asesmen bisa tercapai.

1. Langkah-Langkah Pokok dalam Melakukan Asesmen


Pada bab-bab sebelumnya Anda sudah mempelajari banyak hal terkait
dengan asesmen pembelajaran, terutama berbagai konsep di dalam asesmen
pembelajaran. Untuk mengawali pembicaraan pada unit 3 ini, alangkah baiknya jika
Anda mencoba menjawab dua pertanyaan berikut.

LATIHAN 3.1:
1. Menurut Anda apakah kegiatan asesmen pembelajaran perlu
direncanakan? Mengapa?
2. Menurut pengalaman dan pengamatan Anda, apa yang perlu
dipersiapkan seorang guru yang hendak melakukan asesmen
pembelajaran?

Tulis jawaban Anda di buku belajar, selanjutnya ikutilah uraian materi. Tulis
jawaban Anda di buku belajar. Jangan lupa cocokkan jawaban Anda dengan materi
bahasan.
Mungkin sebagian dari jawaban Anda sama dengan bahasan berikut, dan
sebagian yang lain berbeda. Bila itu yang terjadi, bisa jadi karena Anda mempunyai
pengalaman yang berbeda, atau Anda melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.
Saudara, tentunya Anda setuju bahwa dalam melakukan asesmen proses dan hasil
pembelajaran ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Dari berbagai

Asesmen pembelajaran di SD 3-3


pendapat yang disampaikan oleh sejumlah pakar, termasuk Anderson (2003)
dan Sudijono (2005), secara garis besar terdapat 7 (tujuh) langkah pokok asesmen
pembelajaran sebagai berikut.

Pertama: Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil Belajar


Dalam merencanakan asesmen atau evaluasi hasil belajar, Anda perlu
melakukan setidaknya enam hal, yaitu:
(a). Merumuskan tujuan dilakukannya asesmen atau evaluasi, termasuk
merumuskan tujuan terpenting dari diadakannya asesmen. Hal ini perlu
dilakukan agar arah proses asesmen jelas.
(b). Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, apakah aspek kognitif, afektif,
atau psikomotor.
(c). Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan. Anda bisa
menentukan apakah akan menggunakan teknik tes ataukah non tes. Dari
sejumlah teknik tes atau non tes yang ada, Anda juga masih harus
menentukan mana yang akan digunakan dengan memperhatikan ciri-ciri dari
masing-masing teknik serta memahami beberapa kelebihan dan
kekurangannya.
(d). Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk menilai proses dan hasil
belajar para peserta didik. Sejumlah instrumen yang mungkin digunakan
adalah butir-butir soal tes (test item), daftar cek (check list), rating scale,
panduan wawancara, dan lain-lain.
Tentunya di dalam memilih instrumen yang akan digunakan Anda
harus menyesuaikan dengan satu atau lebih tujuan yang telah ditentukan.
Termasuk di dalam langkah ini adalah membuat petunjuk yang akan
dicantumkan pada lembar asesmen, yang meliputi:
- tujuan diadakannya asesmen.
- waktu yang disediakan untuk menyelesaikan.
- dasar yang digunakan untuk memberikan jawaban (misalnya
memilih jawaban yang benar ataukah yang terbaik?).
- prosedur menulis jawaban (tanda silang, melingkari, dsb.).
- akibat yang diterima jika guessing (menebak).
(e). Menentukan metode penskoran jawaban siswa. Dengan kata lain Anda harus
memutuskan tolok ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan
atau patokan dalam menginterpretasi data hasil evaluasi. Misalnya saja,
apakah Anda akan menggunakan Penilaian Beracuan Patokan (PAP) ataukah
menggunakan Penilaian Beracuan Kelompok atau Norma (PAN).

3-4 unit 3
(f). Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau evaluasi (kapan,
berapa kali, dan berapa lama).
(g) Mereviu tugas-tugas asesmen
Setelah Anda menyusun tugas asesmen, seyogyanya Anda meminta
bantuan pihak lain untuk mencermatinya sebelum mencantumkannya pada
instrumen asesmen. Dengan meminta bantuan pihak lain, Anda akan
mengetahui apakah kalimat Anda bisa dipahami orang lain, apakah struktur
kalimat yang kita gunakan sudah tepat, apakah tidak terjadi pengulangan, dan
seterusnya.

Kedua: Menghimpun Data


Dalam kegiatan ini Anda sebagai guru bisa memilih teknik tes dengan
menggunakan tes atau memilih teknik non tes dengan melakukan pengamatan,
wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu
berupa rating scale, check list, interview guide atau angket.
Ketika melakukan asesmen prestasi peserta didik, para guru harus
memahami situasi dan kondisi lingkungan fisik dan psikologis. Lingkungan fisik
harus tenang dan nyaman. Selama proses asesmen berlangsung, guru juga harus
memonitor jalannya asesmen dan membantu agar semuanya berjalan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.

Ketiga: Melakukan Verifikasi Data


Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan data yang “baik”
(yakni data yang akan memperjelas gambaran mengenai peserta didik yang sedang
dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan
gambaran mengenai peserta didik).

Keempat: Mengolah dan Menganalisis Data


Tujuan dari langkah ini adalah memberikan makna terhadap data yang telah
dihimpun. Agar data yang terhimpun tersebut bisa dimaknai, kita bisa
menggunakan teknik statistik dan/atau teknik non statistik, berdasarkan pada
mempertimbangkan jenis data.

Asesmen pembelajaran di SD 3-5


Kelima: Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi terhadap makna
yang terkandung pada data yang telah diolah dan dianalisis sehingga
menghasilkan sejumlah kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat tentu
saja harus mengacu pada sejumlah tujuan yang telah ditentukan di awal.

Keenam: Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen


Langkah keenam ini memang perlu disampaikan di sini untuk mengingatkan
para guru, sebab dengan demikian mereka dapat menghemat sebagian waktunya
untuk ha-hal yang lebih baik. Dengan disimpannya instrumen dan ringkasan dan
jawaban siswa, termasuk berbagai catatan tentang upaya memperbaiki instrumen,
sewaktu-waktu Anda membutuhkan untuk memperbaiki instrumen tes pada tahun
berikutnya maka tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Tentu saja,
perubahan disana-sini perlu dilakukan karena isi dan struktur unit pelajaran yang
dipelajari siswa juga telah berubah.

Ketujuh: Menindaklanjuti Hasil Evaluasi


Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis, dan disimpulkan
maka Anda sebagai guru atau evaluator bisa mengambil keputusan atau
merumuskan kebijakan sebagai tindak lanjut konkret dari kegiatan penilaian.
Dengan demikian, seluruh kegiatan penilaian yang telah dilakukan akan
membawa banyak manfaat karena terjadi berbagai perubahan dan atau perbaikan.
Sementara itu, senada dengan apa yang dijelaskan di atas, Badan Standar
Nasional Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional (2006) menyatakan bahwa
dalam prosedur penilaian, guru seharusnya menggunakan langkah-langkah sistematis
sebagai berikut.

a. Perumusan Indikator Pencapaian Hasil Belajar


Rumusan indikator pencapaian tidak ada di dalam standar isi (SI). Oleh karena
itu, pada saat mengembangkan silabus yang akan ditindaklanjuti dengan
kegiatan penilaian, guru diharuskan merumuskan indikator pencapaian
keberhasilan penguasaan kompetensi dasar (KD) dengan kriteria:
- sesuai tingkat perkembangan berpikir peserta didik;
- berkaitan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD);
- memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills);
harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik secara utuh

3-6 unit 3
- (meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor);
- memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan;
- dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati;
- menggunakan kata kerja operasional.
Lalu, tahukah Anda dengan yang dimaksud indikator? Indikator pada
hakekatnya adalah ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang
berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Oleh karena
itu indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, membedakan, menghitung,
menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan, mendemonstrasikan,
dan mendeskripsikan.
Tahukah Anda siapa yang mengembangkan indikator pencapaian hasil
belajar? Ya, Anda lah sebagai guru yang mengembangkan dengan
memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik, bahkan
kondisi daerah dan sekolah masing-masing. Anda bisa mengembangkan setiap
kompetensi dasar menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar.
Hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut.
Indikator-indikator yang Anda buat itulah pencapaian hasil belajar dari setiap
kompetensi dasar yang digunakan untuk melakukan penilaian.

b. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi penilaian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan
perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Di dalam silabus, harus jelas keterkaitan antara SK, KD, materi
pokok/materi pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar di satu sisi, dengan
indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik penilaian dan
bentuk instrumen yang digunakan.
Di bawah ini ada beberapa contoh format kisi-kisi penilaian
menurut Badan Standar Nasional Pendidikan.

Asesmen pembelajaran di SD 3-7


Format kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan silabus.
Contoh 1:
Silabus Pembelajaran
Standar Kompetensi : ..........................................
Kompetensi Materi Pokok/ Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber
Dasar Materi Pembelajaran Pencapaian Waktu Belajar
Pembelajaran

Contoh 2:
Silabus Pembelajaran
Sekolah : ...............................
Mata Pelajaran : ...............................
Kelas/Semester : ................................
Standar Kompetensi: .........................................
Kompetensi Materi Pokok/ Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber
Dasar Materi Pembelajaran Pencapaian Teknik Bentuk Waktu Belajar
Pembelajaran Penilaia Instrume

Perencanaan penilaian yang sudah dilengkapi dengan contoh instrumen disajikan


secara menyatu dengan RPP. Berikut ini adalah contoh kisi-kisi penilaian yang sudah
menyatu dengan RPP.

Format kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan RPP


Contoh 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah :..................................
Mata Pelajaran : ..............................
Kelas/Semester : .............................
Alokasi Waktu : … jam pelajaran (.xpertemuan)
A. SK: ...............................................................................
B. KD: ................................................................................
C. Materi Pembelajaran : ..................................
D. Model/Metode Pembelajaran : ...............................

3-8 unit 3
E. Skenario/Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1: .............................................
Pertemuan 2: ............................................. dst.
F. Sumber Belajar
G. Penilaian

Indikator Teknik Bentuk Contoh Instrumen


Pencapaian Penilaian Instrumen

Seringkali terjadi para guru menggunakan pola asesmen tertentu, tanpa


melakukan pertimbangan secara serius kenapa dia melakukan asesmen dan kenapa
dia memilih pola asesmen tertentu. Umumnya guru menguji siswa agar dapat
memperoleh skor yang diyakininya menunjukkan tingkat performa akademik siswa.
Dan memang, kebutuhan untuk memberikan nilai terhadap siswa itulah yang
menjadi pendorong utama bagi para guru untuk melakukan asesmen terhadap siswa.
Sebenarnya ada sejumlah alasan yang cukup penting yang bisa mendorong
seorang guru untuk menyusun dan menggunakan berbagai instrumen asesmen.
Misalnya, guru dapat menggunakan hasil asesmen pada saat mengajar untuk
mengidentifikasi aspek-aspek kesulitan siswa (misalnya materi atau kecakapan
tertentu) di dalam pembelajaran sehingga guru tersebut bisa memberikan
pembelajaran tambahan secara lebih efektif. Fungsi lain dari asesmen pembelajaran
adalah membantu guru lebih memahami apa yang sebenarnya menjadi sasaran akhir
pembelajaran, karena prosedur asesmen yang disusun dengan benar akan
mengoperasionalkan sasaran pembelajaran secara konkrit.

2. Beberapa Prinsip dalam Menentukan Prosedur Asesmen


Jika Anda hendak menghimpun informasi mengenai kemajuan belajar yang
telah dicapai peserta didik, Anda akan dihadapkan pada berbagai teknik baik yang
berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Mengingat banyaknya
strategi, teknik, maupun prosedur asesmen yang ada, maka Anda perlu mengetahui
beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman dalam memilih dan menggunakan
asesmen pembelajaran secara bermakna:

Asesmen pembelajaran di SD 3-9


a. Sasaran pembelajaran yang akan dinilai asesmen harus jelas.
Sebelum Anda dapat melakukan asesmen terhadap seorang siswa, Anda
harus benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan pengetahuan
(knowledge), kecakapan/keterampilan (skills), dan unjuk kerja (performance),
karena informasi yang hendak Anda kumpulkan terkait dengan ketiga aspek
tersebut. Pengetahuan, keterampilan/kecakapan, dan unjuk kerja yang akan
dipelajari atau dilakukan peserta didik kadang-kadang disebut sebagai sasaran
pembelajaran (learning targets) atau standar pembelajaran (learning
standards). Oleh karena itu semakin jelas sasaran pembelajaran yang akan kita
capai, maka akan semakin baik pula proses pemilihan teknik asesmen yang
tepat.

b. Teknik-teknik asesmen yang Anda pilih harus benar-benar sesuai


dengan masing-masing sasaran pembelajaran
Apakah Anda sebagai guru ingin menilai bagaimana siswa memecahkan
masalah dalam pembelajaran bidang studi tertentu? Atau Anda hendak menilai
bagaimana siswa menyampaikan pendapatnya dan bagaimana menanggapi
pendapat temannya di dalam sebuah diskusi? Bila itu yang hendak Anda
lakukan, berarti Anda akan melakukan asesmen terhadap suatu proses. Hal
tersebut harus dipertimbangkan ketika Anda hendak melakukan proses
asesmen, sehingga teknik asesmen yang dipilih bisa sepraktis dan seefisien
mungkin, kendati aspek kepraktisan dan efisiensi tidak boleh menjadi
pertimbangan utama dan mengalahkan aspek lainnya.

c. Teknik-teknik asesmen yang dipilih harus benar-benar memenuhi


kebutuhan pembelajar
Pemilihan alat asesmen yang tepat tidak hanya mampu membantu kita
untuk memperoleh data atau informasi mengenai suatu proses dan hasil
belajar, namun juga akan sangat bermakna bagi peserta didik. Alat asesmen
yang tepat akan memberikan petunjuk kepada peserta didik sehingga sejak
awal mereka bisa mengetahui berbagai kegiatan konkrit yang harus mereka
lakukan di dalam proses pembelajaran.
Teknik-teknik asesmen yang dipilih juga harus memberi kesempatan
kepada pembelajar untuk menentukan secara khusus apa yang telah dicapainya
dan apa yang harus mereka lakukan untuk memperbaiki unjuk kerja
(performance) mereka. Oleh karena itu, Anda harus bisa memilih metode

3 - 10 unit 3
asesmen yang memungkinkan Anda dapat memberikan umpan balik yang
bermakna terhadap pembelajar.

d. Jika memungkinkan, untuk masing-masing sasaran pembelajaran


harus digunakan berbagai indikator prestasi pembelajar
Salah satu format asesmen (seperti pertanyaan dengan jawaban singkat atau
latihan mencarikan pasangan atau matching exercises) memberikan gambaran
yang tidak lengkap mengenai apa yang telah dipelajari oleh siswa. Karena suatu
format asesmen cenderung memberi penekanan hanya pada satu aspek dari
sasaran pembelajaran yang kompleks, maka yang terjadi biasanya format
asesmen tersebut tidak bisa menjangkau sasaran pembelajaran yang hendak
dicapai secara utuh.
Oleh karena itulah, jika Anda dapat memperoleh informasi mengenai
prestasi siswa dari beberapa metode atau prosedur, maka hal itu biasanya akan
meningkatkan validitas asesmen yang Anda lakukan. Latihan-latihan yang
meminta siswa untuk menjodohkan (matching exercises), misalnya, memberikan
penekanan pada upaya mengingat kembali atau mengenali informasi yang
bersifat faktual; pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam bentuk esai
(essay) memberikan penekanan pada kemampuan siswa untuk mengorganisasi
ide dan kecakapan menulis dengan batasan waktu tertentu (time limits); dan
sebuah proyek yang lamanya sekitar satu bulan memberi penekanan pada
penggunaan secara bebas terutama sumber daya (resources), penelitian, dan
analisis yang lebih mendalam mengenai topik tertentu. Ketiga teknik asesmen
tersebut bisa diperlukan untuk memastikan sejauh mana siswa telah mencapai
sasaran pembelajaran tertentu.

e. Ketika Anda menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap


hasil asesmen, Anda harus mempertimbangkan kelemahan -
kelemahannya
Meskipun kita menggunakan beberapa jenis asesmen, informasi yang kita
peroleh sebenarnya hanyalah sebagian saja dari apa yang telah dicapai oleh
pembelajar dari sasaran pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itulah
bisa dikatakan bahwa informasi yang diperoleh dari proses asesmen memiliki
kesalahan atau sampling error. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah
sejumlah faktor seperti kondisi fisik dan emosi siswa juga membatasi tingkat
akurasi informasi yang kita peroleh. Oleh karena itulah ketika membuat

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 11
keputusan yang didasarkan pada informasi hasil asesmen, sejumlah
kelemahan atau keterbatasan yang ada harus tetap diperhitungkan.
Senada dengan penjelasan di atas, ada beberapa pakar menyebutkan
beberapa karakteristik yang harus dimiliki prosedur asesmen dan penting untuk
dipertimbangkan manakala Anda hendak menentukan desain asesmen dan
pemilihan prosedur asesmen yang tepat adalah:
- sesuai dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dan
memberikan hasil yang berguna.
- memiliki kualitas teknik yang baik, artinya secara statistik valid dan reliabel
- komprehensif, mengukur seluruh skills yang terkait.
- dipilih berdasarkan kebutuhan siswa secara individu. Asesmen yang tidak
diperlukan harus dihindari.
- efektif dan efisien (pelaksanaan, penskoran, dan interpretasi).
- asesmen yang bersifat khusus dan lebih mendalam hanya dilakukan untuk
permasalahan yang telah teridentifikasi.
- mencakup asesmen tentang dimensi utama: siswa, tugas belajar, dan
lingkungan belajar.
- mengukur seberapa jauh siswa mengetahui dan bagaimana siswa mengerjakan
tugas.
- disusun dari yang umum ke yang khusus dan saling terkait.
- prosedur tidak boleh membeda-bedakan atas dasar ras, jenis kelamin, bahasa,
agama, dsb.

3. Fokus Asesmen di Sekolah Dasar


Anda semua pasti telah mengikuti pendidikan dengan jenjang yang berbeda,
setidaknya mulai pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah. Dari
pengamatan dan pengalaman Anda selama mengikuti pendidikan di beberapa
jenjang yang berbeda, cobalah menjawab pertanyaan berikut.

LATIHAN 3.2:
1. Apakah ada perbedaan aspek-aspek yang dinilai antara pembelajaran
di SD dan Sekolah Lanjutan? Berikan sebuah contoh!
2. Apakah yang menyebabkan perbedaan tersebut?

3 - 12 unit 3
Tulis jawaban Anda pada buku catatan, dan lanjutkan dengan membaca
bahasan berikut sambil mencocokkan jawaban Anda. Setelah mengkaji beberapa
bahasan terhadulu, tentunya Anda sudah paham bahwa asesmen yang Anda lakukan
sangat tergantung dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu prosedur
asesmen yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak akan berbeda dengan asesmen
yang dilakukan di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, hingga Perguruan Tinggi.
Untuk siswa Sekolah Dasar, kegiatan asesmen sebagian besar dilakukan
dengan cara:
a. Melakukan observasi atau pengamatan terhadap berbagai kegiatan praktik
dan memecahkan masalah yang dilakukan secara formal.
b. Melakukan kegiatan lisan, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung
dengan anak.
c. Melakukan kegiatan tertulis, baik dengan cara mengajukan pertanyaan
secara langsung maupun menulis.
d. Memberikan tes, baik sifatnya informal (disusun oleh guru) maupun yang
formal (Black, et. al., 1989 dalam Conner, 1991)
Sementara itu, menurut Duncan dan Dunn (1985), sebagaimana dikutip oleh
Conner (1991), fokus asesmen yang dilakukan di sekolah dasar adalah:
a. pemerolehan beraneka macam pengetahuan, konsep, dan prinsip.
b. kemampuan mengaplikasikan konsep dan prinsip ke dalam situasi baru.
c. kemampuan berkomunikasi.
d. kemampuan memecahkan masalah.
e. pengembangan sikap (Duncan dan Dunn, 1985).
Beberapa bentuk asesmen yang biasa digunakan di sekolah dasar adalah sebagai
berikut.
Yang dilakukan oleh siswa:
1. kegiatan menulis (menguraikan secara mendalam, melengkapi
kalimat, pilihan berganda - menggunakan huruf dan angka),
2. kegiatan menggambar (benda, diagram, peta),
3. kegiatan lisan dan aural (menggunakan indera pendengaran),
4. kegiatan fisik/perilaku/unjuk kerja (menunjukkan pemahaman
dengan melakukan sesuatu),
5. kegiatan evaluasi diri (profil).

Yang dilakukan oleh guru:


1. asesmen informal sebagai bagian dari rutinitas di kelas (menulis

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 13
uraian, mendengarkan, bercakap-cakap, melakukan diskusi)
2. asesmen formal melalui tes, kuis, kegiatan terstruktur, tes yang
dipublikasikan, inventori, skala rating (rating scale) dan checklist,
3. observasi atau pengamatan.

Dari berbagai penjelasan mengenai asesmen pembelajaran, jelas sekali


bahwa asesmen tidak bisa dianggap sebagai kegiatan yang berdiri sendiri dan
terpisah. Asesmen merupakan unsur penting dari proses belajar mengajar dan
memberikan kontribusi terhadap efektivitas. Asesmen merupakan sebuah proses
yang terus dilakukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman
pendidikan secara keseluruhan bagi anak. Kemajuan akan terus terjadi jika
pemilihan pengalaman belajar dan cara memonitor berbagai pengalaman siswa itu
dilakukan dengan cermat dan tepat. Sebagaimana dikatakan oleh Ainscow (1988)
bahwa asesmen harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam mengumpulkan
dan mereviu informasi untuk membantu siswa berhasil di kelas.
Karena telah menjadi kegiatan yang terus dilakukan dan terintegrasi dengan
proses belajar mengajar maka bentuk dan metode asesmen harus dibuat bervariasi
sesuai dengan kegiatan siswa dan jenis informasi yang hendak diperoleh. Asesmen
terhadap siswa bukanlah pernyataan tentang kemampuan absolute atau mutlak
siswa, melainkan pernyataan mengenai prestasi siswa dalam kerangka kesempatan
yang telah diterimanya. Oleh karena pada tingkat tertentu asesmen terhadap siswa
juga merupakan asesmen terhadap guru dan asesmen terhadap sekolah (Calouste
Gulbenkian Report, 1982).

Rangkuman

Proses asesmen tidak bisa dipisahkan dengan proses pembelajaran.


Bahkan proses asesmen itu sendiri harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
sehingga hasil akhir dari asesmen akan mendorong lahirnya berbagai keputusan
dan kebijakan yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena
itulah sejumlah langkah pokok yang harus benar-benar dipahami agar tujuan
dilakukannya asesmen bisa tercapai.
Indikator pada hakekatnya adalah ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan
atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi
dasar. Iindikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, membedakan, menghitung,
menyimpulkan, dst.

3 - 14 unit 3
Beberapa Prinsip dalam Menentukan Prosedur Asesmen
a. Sasaran pembelajaran yang akan dinilai asesmen harus jelas.
b. Teknik-teknik asesmen yang Anda pilih harus benar-benar sesuai dengan
masing-masing sasaran pembelajaran.
c. Teknik-teknik asesmen yang dipilih harus benar-benar memenuhi kebutuhan
pembelajar.
d.Jika memungkinkan, untuk masing-masing sasaran pembelajaran harus
digunakan berbagai indikator prestasi pembelajar.
e. Ketika Anda menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap hasil
asesmen, Anda harus mempertimbangkan kelemahan-kelemahannya.

Tes Formatif
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Siapakah yang mengembangkan indikator pencapaian hasil belajar?
Bagaimanakah caranya?
2. Ada lima aspek yang menjadi fokus asesmen pembelajaran di Sekolah Dasar.
Sebutkan!
3. Benarkah ketika kita menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap hasil
asesmen kita juga harus mempertimbangkan kelemahan-kelemahannya?
Jelaskan jawaban Anda!

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Jawablah pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan dengan
kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau Anda
belum merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena
kesepahaman tentang pengertian ini akan mendasari dan mempengaruhi langkah dan
kegiatan dalam menyelesaikan mata kuliah ini.

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 15
Subunit 2

Teknik Tes dan Non Tes

Pengantar

B erbicara tentang instrumen yang digunakan untuk melakukan asesmen atau


evaluasi terhadap proses dan hasil belajar, secara umum ada dua macam yaitu
tes dan non tes. Terkadang, orang-orang juga menggunakan istilah teknik, sehingga
ada teknik tes dan teknik non tes. Dengan teknik tes, asesmen dilakukan dengan
menguji peserta didik. Sementara dengan menggunakan teknik non tes asesmen
dilakukan tanpa menguji peserta didik.

1. Teknik Tes
Jenis-jenis Tes
Berbicara mengenai tes yang dapat dipergunakan di sekolah tentunya Anda
semua mempunyai segudang pengalaman. Untuk menyegarkan kembali ingatan
Anda, sebaiknya cobalah pertanyaan berikut.

LATIHAN 3.3:
1. Jenis-jenis tes apakah yang pernah Anda kenal ketika Anda duduk di
bangku Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan?
2. Apa yang mendasari lahirnya berbagai jenis tes?

Anda pasti setuju bahwa sesungguhnya ada banyak jenis tes baik yang
dipergunakan di Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan maupun di Perguruan Tinggi.
Ada beberapa jenis tes yang bisa dipergunakan untuk ketiga jenjang tersebut,
namun ada juga beberapa jenis tes yang hanya dapat dipergunakan untuk jenjang
tertentu. Oemar Hamalik (1989) menyebutkan beberapa jenis tes yang bisa
digunakan di Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan, dan Perguruan Tinggi.
Tes yang digunakan di Sekolah Dasar
a. Tes Membaca
Di Sekolah Dasar, tes membaca memperoleh tempat yang paling utama
karena kecakapan membaca (reading skill) mempunyai peran kunci untuk

3 - 16 unit 3
memperoleh segala macam pengetahuan. Meskipun alat dan sumber belajar yang
dapat digunakan peserta didik semakin beraneka ragam (seperti televisi, radio,
situs bersejarah, dan sebagainya), namun buku dan berbagai macam sumber
bacaan lainnya tetap menempati prioritas tertinggi di dalam upaya
mengembangkan ilmu pengetahuan. Kenyataan menunjukkan bahwa kecakapan
membaca yang semakin baik untuk memahami berbagai sumber bacaan semakin
diperlukan ketika seseorang menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi. Hal inilah yang mendasari pentingnya sedini mungkin mengidentifikasi
kemampuan membaca peserta didik.

b. Tes Bakat Akademik Kelompok


Tes jenis ini digunakan untuk membantu menafsirkan hasil tes membaca
dan aspek prestasi akademik lainnya. Sesuai dengan namanya tes ini
dipersiapkan secara kelompok.

c. Batrai Tes Keterampilan Dasar


Agar memberikan hasil yang optimal, tes jenis ini sebaiknya dilakukan
bersama-sama dengan tes bakat akademik. Sebaiknya tes ini dilakukan setiap
tahun. Namun demikian, jika dengan pertimbangan tertentu hanya dapat
dilakukan sekali dalam setahun, maka sebaiknya diberikan kepada peserta didik
yang duduk di kelas tiga atau kelas empat, sehingga hasil dari tes tersebut bisa
dijadikan dasar untuk merencanakan program pengajaran individual yang
memerlukan pengajaran remedial.

d. Tes Kesiapan Membaca


Anda yang sedang mengajar di Sekolah Dasar kelas satu biasanya
memerlukan panduan terutama ketika hendak membentuk kelompok belajar
membaca dan menilai kemajuan siswa. Nah, tes kesiapan membaca ini
merupakan bagian dari panduan tersebut.

e. Tes Intelegensi Individual


Upaya untuk mengetahui kecakapan intelektual secara umum seringkali
dilakukan dengan melakukan tes kelompok. Namun demikian, tidak jarang hasil
tes kecakapan intelektual yang dilakukan secara individual juga diperlukan,
terutama jika ada peserta didik yang mengalami permasalahan terkait dengan
kesulitan belajar atau hal-hal psikologis. Karena kesulitan dan permasalahan

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 17
yang dihadapi peserta didik sifatnya sangat pribadi, maka tes intelegensi
individual menjadi sebuah pilihan yang tepat.

f. Tes Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran


Kebanyakan dari tes jenis ini dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum
sekolah, sehingga tes ini mendapat tempat yang pertama di antara berbagai jenis
tes yang ada dan digunakan di sekolah-sekolah. Namun demikian, tes prestasi ini
masih memiliki sejumlah keterbatasan khususnya terkait dengan kegunaannya
untuk membantu guru membuat keputusan instruksional dalam menilai
kurikulum sekolah. Oleh karena itulah penggunaan tes-tes lainnya sangat
dianjurkan untuk melengkapi penggunaan tes hasil belajar ini.

g. Jenis Pengukuran lainnya


Tes diagnostik dan tes klistis adalah dua jenis alat pengukuran lain yang
digunakan sebagai pelengkap. Dua jenis tes ini terutama digunakan untuk
mempelajari peserta didik secara individual. Sebenarnya masih ada jenis tes lain
yang kadang-kadang juga digunakan di sekolah, yakni tes kepribadian. Namun
demikian, tes ini kurang memperoleh perhatian karena validitas informasi yang
diperolehnya bersifat semu dan guru mengalami kesulitan dalam mengajukan
pertanyaan inventori.

Tes untuk Sekolah Lanjutan


Di sekolah Lanjutan, ada sejumlah tes yang digunakan untuk membantu para
peserta didik membuat berbagai macam keputusan terkait dengan pemilihan
jurusan, program studi yang akan ditempuh, dan perencanaan studi. Tes-tes
tersebut adalah tes bakat skolastik, tes membaca, tes bakat khusus, tes hasil
belajar, pengukuran minat, tes prognostik, dan inventori kepribadian dan
penyesuaian diri.
Tes bakat skolastik diberikan untuk mendapatkan deskripsi menyeluruh
mengenai kemampuan individu peserta didik, baik secara verbal maupun non
verbal. Dari hasil yang diperoleh dari tes ini, guru dapat memutuskan kurikulum
mana yang akan ditempuh oleh individu peserta didik.
Tes prognostik digunakan untuk memprediksi seberapa jauh seorang peserta
didik bisa berhasil di dalam studinya. Namun demikian tes ini jarang
dipergunakan karena beberapa pertimbangan, antara lain sulitnya memastikan
keberhasilan seseorang dan ada banyak data yang bisa digunakan untuk
menentukan kesuksesan seseorang.

3 - 18 unit 3
Inventori kepribadian dan penyesuaian diri digunakan untuk kepentingan
bimbingan dan penyuluhan individu siswa tertentu. Oleh karena itulah tes ini
hanya.
2. Teknik Non Tes
Saudara, sebelum kita mengkaji bahasan mengenai teknik non tes lebih jauh,
sebaiknya Anda menjawab pertanyaan berikut.
LATIHAN 3.4:
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman Anda, adakah kegiatan asesmen
pembelajaran yang dilakukan tanpa bermaksud “menguji” peserta didik?

Apapun jawaban Anda, marilah kita bersama-sama mengkaji beberapa teknik


non tes yang ada. Dengan teknik non tes, asesmen atau evaluasi proses dan hasil
belajar peserta didik dilakukan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dengan
melakukan observasi atau pengamatan, melakukan wawancara, menyebar angket,
dan lain-lain.

a. Pengamatan atau Observasi


Ciri-ciri:
- Dilakukan untuk mengkaji perilaku kelas, interaksi antara siswa
dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati (observable)
lainnya, terutama keterampilan/kecakapan sosial (social skills).
- Hasilnya biasanya berupa jumlah dan sifat dari masalah perilaku di
kelas, yang sering disajikan dalam bentuk grafik.

Tentunya Anda setuju bahwa bagaimanapun juga informasi yang kita


peroleh mengenai proses belajar siswa tidak sempurna. Ada keterbatasan dari
informasi yang diberikan siswa melalui tes, komposisi, proyek, maupun
Portofolio yang dikerjakan siswa. Memang, jawaban yang diberikan
siswa pada suatu tes maupun tugas-tugas lainnya dapat memberikan informasi
kepada Anda sebagai guru apakah jawaban yang dibuat siswa benar atau tidak.
Namun demikian, jawaban siswa tersebut tidak memberi informasi apa-apa
mengenai sikap, bagaimana mereka melakukan penalaran, seperti apakah
komitmen mereka terhadap keberhasilan teman sekelasnya atau sejauh mana
mereka dapat bekerja secara efektif dengan teman-temannya. Oleh karena

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 19
itulah mengamati para siswa ketika mereka sedang beraktivitas atau menjawab
soal-soal yang Anda berikan merupakan salah satu prosedur yang sangat
penting.
Jika Anda sebagai guru ingin menggunakan observasi sebagai alat
asesmen, maka Anda harus benar-benar memahami tentang:
- dasar-dasar observasi.
- bagaimana mempersiapkan observasi.
- bagaimana melakukan observasi.
- bagaimana merangkum data sehingga bisa digunakan oleh para
siswa dan para stakeholder lain.

Yang termasuk di dalam kegiatan mempersiapkan observasi adalah:


- menentukan kegiatan atau tindakan (actions) apa yang akan
diobservasi.
- menentukan siapa yang akan mengobservasi.
- menentukan rencana sampling.
- menyusun lembar observasi.
- melatih pihak-pihak yang akan melakukan observasi atau
observer dalam menggunakan lembar observasi.
Observasi bisa dilakukan secara formal ataupun informal,
terstruktur (structured) maupun tidak terstruktur (unstructured). Ketika
meringkas hasil, Anda bisa menampilkan data dalam bentuk bar atau run
charts. Kemudian umpan balik diberikan kepada para siswa atau pihak-pihak
yang berkepentingan. Diharapkan pihak penerima umpan balik tersebut
melakukan refleksi dan memberikan ide-ide untuk perbaikan.
Salah satu tujuan utama dari sejumlah prosedur observasi adalah
menilai penggunaan kecakapan sosial (social skills) yang memiliki beberapa
langkah sebagai berikut:

Pertama, Anda perlu mereviu asumsi-asumsi yang mendasari pengajaran


social skills yang hendak Anda ajarkan. Untuk itu Anda pun harus
memahami social skills apa yang hendak diajarkan dan bagaimana pula
mengajarkannya. Yang jelas social skills tersebut haruslah spesifik dan
dimulai dari hal-hal yang kecil dan menekankan overlearning atau
belajar tentang banyak hal.

3 - 20 unit 3
Kedua, Anda perlu mengajarkan setiap social skill kepada para siswa.
Tunjukkan pentingnya keterampilan yang akan mereka pelajari dan
perlunya memiliki keterampilan tersebut. Ciptakan situasi praktik di mana
para siswa dapat menggunakan keterampilan itu. Jangan lupa memberi
umpan balik (feedback).

Ketiga, Anda perlu menstrukturkan situasi cooperative learning sehingga


para siswa dapat menggunakan social skills dan Anda pun dapat
mengobservasi saat mereka tengah menggunakannya.

Keempat, Anda dapat ikut terlibat di dalam kelompok-kelompok


cooperative learning groups untuk memastikan bahwa para anggota
kelompok memang menggunakan social skills dengan tepat dan Anda pun
dapat memberi penguatan kepada mereka untuk melakukannya.

Kelima, Anda perlu memfasilitasi siswa untuk melakukan diagnosa


terhadap dirinya sendiri (self-diagnosis) terkait dengan tingkat
penguasaan (mastery) mereka terhadap social skills yang hendak dicapai.
Untuk itu para siswa bisa diminta untuk mengisi checklist atau angket.

Keenam, Anda bisa menugasi para siswa untuk meningkatkan kompetensi


sosial mereka dengan meminta mereka membuat tujuan kegiatan
peningkatan.

Ketujuh, Anda melakukan asesmen terhadap pengetahuan siswa


mengenai social skills.

Akhirnya, Anda dapat melaporkan tingkat social skills siswa kepada


para stakeholders yang berkepentingan seperti siswa, orang tua, dan
atasan Anda.

Sebagaimana telah banyak dibahas di bagian lain buku ini, asesmen bisa
dilakukan terhadap proses maupun hasil belajar. Namun demikian, asesmen
terhadap proses kurang begitu dipahami oleh sebagian dari mereka yang
berkecimpung di dunia pendidikan. Oleh karena unit ini memberi perhatian yang
lebih besar mengenai prosedur asesmen proses belajar.

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 21
Sebenarnya observasi merupakan proses yang alami karena kita semua
sering melakukannya baik secara sadar maupun tidak sadar di dalam kehidupan
sehari-hari. Di dalam kelas, guru seringkali harus melihat, mengamati dan
melakukan interpretasi. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun kita
melakukan asesmen terhadap orang lain. Pentingnya kegiatan observasi di
dalam kegiatan asesmen membuat guru harus belajar mempertanyakan
judgement atau penilaian kita, bertindak secara reflektif dan menggunakan
komentar orang lain sebagai informasi untuk membantu kita membuat
judgement yang lebih reliabel, jadi bukan menggunakan komentar orang lain
sebagai kritik yang sifatnya personal.
Dalam kehidupan sehari-hari judgement yang kita buat tidak selalu akurat
terutama jika informasi atau bukti yang kita miliki tidak cukup. Namun sebagai
guru yang profesional Anda harus mempunyai cukup informasi sebagai dasar
bagi Anda untuk membuat judgement. Oleh karena itu para guru harus terus
mengembangkan praktik membuat judgement dalam kegiatan di kelas sehari-
hari sehingga judgement yang dibuat bisa seabsah mungkin (Dean, 1990).

Observasi Haruslah Bertujuan


Observasi yang dilakukan guru di dalam kelas tidak cukup dengan hanya
duduk dan mengamati. Observasi adalah mengamati dengan suatu tujuan,
dengan menggunakan berbagai teknik untuk merekam atau memberi kode pada
apa yang diamati. Kemampuan untuk mengamati tidak datang dengan
sendirinya, melainkan harus hal yang sederhana, dengan melakukan observasi
terhadap seorang anak, sebuah perilaku khusus, dan sebagainya sehingga bisa
mengembangkan cara yang lebih baik dan kompleks dalam mengidentifikasi dan
merekam perilaku guru dan siswa. Peran sebagai pengamat harus ada pada diri
setiap guru sehingga para guru pun harus mempunyai kecakapan untuk
melakukannya.
Sejumlah strategi di dalam observasi dapat digambarkan sebagai sebuah
kontinum mulai dari situasi yang terbuka dan tidak terstruktur di mana tidak ada
tujuan yang jelas hingga prosedur observasi yang sistematis dan sangat
terstruktur berdasarkan kriteria yang jelas dan khusus.

3 - 22 unit 3
Jenis-jenis Observasi

• Focused Observation (Observasi Terfokus)


Dalam hal ini tidak ada kategori-kategori yang harus diikuti. Misalnya saja
mengamati seorang anak secara individu, atau interaksi anak di dalam
kelompok terutama kegiatan 'on-task'.

Menentukan Fokus Observasi


Mungkin sebuah pertanyaan muncul di benak Anda. Apa yang harus
diobservasi? Memang banyak sekali kejadian di dalam kelas yang membuat
guru harus benar-benar selektif terkait dengan apa yang harus dicatat. Pada
dasarnya observasi dalam hal ini bisa dikelompokkan menjadi dua: observasi
yang terencana atau yang spontan. Observasi yang terencana harus difokuskan
pada aspek pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apa aspek yang
akan dijadikan fokus, Anda sebagai guru bisa bertanya pada diri sendiri. Apa
yang ingin saya ketahui tentang proses belajar siswa? Apa saja yang ingin
diketahui para stakeholder?
Kurikulum bisa dijadikan dasar untuk memilih sejumlah kata kunci
yang dapat dijadikan fokus observasi. Untuk pengajaran bahasa, misalnya,
salah satu tujuan pembelajaran adalah siswa bisa membaca secara mandiri
dengan memilih beberapa strategi dan proses yang tepat. Dalam hal ini guru
menggunakan mandiri sebagai kata kunci yang menjadi fokus observasinya.

• Systematic Observation (Observasi Sistematik)


Sebelum proses observasi, sejumlah kategori telah diidentifikasi dan
difokuskan pada perilaku tertentu. Mengumpulkan informasi atau data dengan
melakukan observasi kelas bukanlah pekerjaan mudah. Apa yang terjadi di
kelas sangatlah dinamis karena ada banyak siswa dengan berbagai
kegiatannya, sehingga selain merekam apa yang terjadi di kelas, Anda sebagai
guru juga mempunyai banyak tanggung jawab yang harus dilakukan.
Oleh karena itulah ada dua hal yang harus diperhatikan dalam proses yaitu:
Bagaimana cara melakukan observasi yang efisien?
Faktor-faktor apa yang harus dijadikan fokus di dalam evaluasi?

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 23
• Open Observation (Observasi Terbuka dan Tidak Spesifik)
Banyak dari upaya untuk melakukan observasi di kelas termasuk dalam jenis
ini. Observasi ini memberi kesempatan untuk melihat dan mengamati apa
yang sedang terjadi. Contoh observasi terbuka adalah manakala seorang guru
mengamati bagaimana anak-anak berpindah-pindah mengelilingi ruangan,
bagaimana mereka menggunakan berbagai fasilitas yang ada, apa yang
menyebabkan kesulitan bagi mereka dan mengganggu kelancaran belajar
mereka. Kemudian guru tersebut membuat sebuah diagram skala dari ruang
beserta perabotannya, dan bersama anak-anak membuat model penataan
alternatif atau layout yang memungkinkan, sambil mencoba beberapa
kemungkinan. Selanjutnya guru memusatkan perhatiannya pada beberapa
efek dari sejumlah perubahan yang dilakukannya, termasuk keberhasilan dia
melibatkan anak-anak dalam observasi tersebut. Ternyata hal tersebut
memberi mereka banyak informasi.

Dalam kesempatan ini kita akan mempelajari beberapa prosedur


mengumpulkan bukti (evidence) dalam proses asesmen yang dapat digunakan untuk
menentukan sejauh mana siswa dapat memperoleh nilai (value) dari proses
pendidikan yang mereka terima. Masing-masing prosedur sifatnya eksploratif dan
harus dimodifikasi agar sesuai dengan konteks.

Merekam Anekdot
Observasi kelas merupakan sumber informasi yang penting di dalam evaluasi. Agar
mudah mengamati dan mencatat apa yang terjadi di dalam kelas guru bisa
menggunakan selembar kertas yang cukup lebar dan selanjutnya menuliskan nama-
nama siwa yang diletakkan dalam kotak-kotak yang telah dibuat sebelumnya.
Lembar observasi seperti itu memiliki sejumlah kelebihan, antara lain membantu
guru untuk mengetahui apakah yang terjadi di kelas untuk masing-masing siswa
sudah tercatat dengan baik. Dengan demikian kotak yang berisi nama-nama siswa
bisa terus diisi dengan catatan baru dan guru pun bisa membagi perhatiannya pada
kotak-kotak yang belum terisi secara optimal yang berarti ada aspek-aspek dari
kegiatan siswa tertentu yang belum tercatat. Selain itu, ruangan tempat mencatat
yang terbatas harus menjadi pertimbangan sehingga catatan yang sifatnya ringkas
dan teratur lebih diutamakan.

3 - 24 unit 3
b. Interviews (interviu)
Ciri-ciri:
- Dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah
diakses dengan cara lain.

Melakukan asesmen dengan cara melakukan interviu tidak bisa lepas


dari proses mengobservasi siswa yang sedang melakukan proses pembelajaran
(in action). Bahkan keduanya terkait erat. Seperti halnya mengobservasi,
dengan menginterviu siswa Anda dapat mengungkap apa yang tidak tampak.
Oleh karena itu pertanyaan yang diajukan sebaiknya semakin lama semakin
mendetil terkait dengan proses dan strategi penalaran yang digunakan.
Memang kelebihan interviu adalah sifatnya yang personal dan fleksibel
sehingga sangat memungkinkan Anda sebagai guru membangun hubungan
yang positif, saling percaya, dan saling mendukung dengan setiap siswa tanpa
terikat dengan waktu. Artinya, Anda dapat mengajukan sejumlah pertanyaan
baik kepada seorang siswa ataupun sejumlah siswa sebelum, selama, dan setelah
pelajaran baik untuk tujuan asesmen maupun untuk tujuan pembelajaran.
Beberapa pedoman dan langkah ketika Anda ingin melakukan interview
kepada siswa adalah sebagai berikut.
- Rencanakan pertanyaan, baik dari sisi kata-kata yang dipilih maupun
cara bertanya, sehingga hubungan Anda sebagai guru dengan peserta
didik menjadi lebih baik.
- Atur pertanyaan Anda sedemikian rupa sehingga tidak membuat siswa
bersikap defensif dan Anda pun bisa memperoleh banyak informasi
yang bermanfaat sesuai dengan tujuan dilakukannya interviu.
- Mulailah interviu dengan pertanyaan yang sederhana dan santai.
Simpan pertanyaan yang lebih kompleks dan bersifat ‘menyerang’ di
akhir interviu.
- Mulailah dari pertanyaan yang umum menuju pertanyaan yang
khusus.
- Buatlah isyarat non verbal yang sangat berguna untuk memancing
siswa agar bersedia memberikan jawaban lengkap/tuntas.
- Bersikaplah tenang. Siswa membutuhkan pendengar yang baik.
- Berilah cukup waktu kepada siswa untuk merumuskan apa yang
dipikirkannya dan apa yang akan dikatakannya.

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 25
c. Angket
Ciri-ciri:
- Dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah
diakses dengan cara lain.
- Hasilnya berupa data deskriptif.
- Biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires).

Seluruh proses pembelajaran memiliki komponen afektif yang sangat


penting perannya bagi anak. Mendapat nilai 100 untuk pelajaran tertentu bagi anak
misalnya, tidak begitu bermakna bila dia membenci pelajaran tersebut atau bahkan
tidak ingin lagi mempelajarinya. Oleh karena itu berbagai sikap anak perlu
diketahui karena keberadaannya sangat menentukan di dalam proses
pembelajaran.
Beberapa langkah yang perlu Anda lakukan ketika melakukan
asesmen terhadap sikap siswa adalah:
- memutuskan sikap-sikap yang hendak diukur atau dinilai.
- menyusun angket atau kuesioner.
- memilih ukuran standar (standardized measure) yang sesuai.
- memberikan angket kepada siswa untuk diisi mendekati awal atau akhir
dari tiap-tiap unit pembelajaran, atau bisa juga di sekitar awal atau akhir
semester/tahun.
- menganalisis dan mengelola data untuk umpan balik bagi para
stakeholder yang berkepentingan.
- memberikan umpan balik tepat waktu.
- menggunakan hasil untuk membuat keputusan terkait dengan upaya
memperbaiki program pembelajaran.
Dalam menyusun angket Anda bisa menggunakan pertanyaan yang memerlukan
jawaban terbuka (seperti mengisi bagian yang kosong atau jawaban bebas) atau
jawaban tertutup (pilihan berganda, skala, dichotomous, ranking, dsb).

d. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)


Ciri-ciri:
- Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang
dibuat siswa dalam pekerjaannya.
- Hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar
yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dsb.

3 - 26 unit 3
e. Task Analysis (Analisis Tugas)
Ciri-ciri:
- Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu
tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai.
- Hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang
diperlukan.
f. Checklists dan Rating Scales
Ciri-ciri:
- Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi
terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain.
- Data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif,
tergantung format yang dipergunakan.

Checklists
Setidaknya ada dua manfaat yang bisa Anda peroleh dengan adanya
checklists. Pertama checklist dapat membantu Anda untuk mengingat-ingat
apa yang harus diamati. Kedua, Anda juga dapat menggunakan checklist untuk
memberi informasi kepada para stakeholder lainnya mengenai jenis-jenis
perilaku yang diamati. Oleh karena itulah, membuat atau merumuskan sebuah
checklist sebenarnya membantu Anda menentukan secara tepat perilaku apa
saja yang menunjukkan pembelajaran yang berhasil untuk konteks tertentu.
Namun demikian, yang harus diwaspadai adalah kemungkinan perilaku
penting justru belum tercakup di dalam checklist yang Anda buat, sehingga
Anda tidak boleh terbatasi oleh apa yang sudah tertulis pada checklist tersebut.

Rating Scales
Rating scales memiliki sejumlah kelebihan dan kelemahan seperti yang
ada pada checklists. Metode ini dapat membuat guru semakin mudah dalam
mencatat frekuensi atau kualitas perilaku tertentu. Namun sisi lain yang harus
diwaspadai adalah bahwa rating dengan menggunakan angka mau tidak mau
mengharuskan Anda melakukan penjumlahan antar perilaku, yang
menghasilkan “skor” observasi.
Hal semacam itu bisa dianggap sebagai sesuatu yang tidak bijak karena
hal tersebut mensyaratkan bahwa daftar butir-butir pada skala itu bersifat
menyeluruh dan masing-masing perilaku itu mempunyai nilai yang setara.
Namun yang perlu dicatat bahwa checklists dan rating scales sangat baik

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 27
digunakan untuk membuat penilaian kualitatif. Kedua cara pengumpulan
tersebut bisa dikembangkan bersama dengan anak-anak yang akan kita nilai.

g. Portofolio
Ciri-ciri:
- Siswa menjabarkan tugas atau karyanya.
- Memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari dan
dicapai siswa

Siswa akan merasakan bahwa dirinya benar-benar memperoleh banyak


pengetahuan dan pengalaman jika mereka dapat menjabarkan tugas atau karya
mereka ke dalam sebuah portofolio yang merepresentasikan kualitas belajar
mereka. Melalui portofolio para siswa dapat menunjukkan gambaran yang
komprehensif mengenai prestasi, perkembangan atau kemajuan yang telah
diraih, karena dari portofolio akan tampak “pekerjaan terbaik” siswa atau
“proses” yang diterapkan di dalam belajar. Salah satu tugas penting Anda
sebagai guru adalah membantu mereka membuat atau menyusun portofolio.
Pentingnya bantuan pihak lain ketika menyusun portofolio membuat
portofolio lebih tepat digunakan di dalam pembelajaran yang menerapkan
pendekatan cooperative learning.

Bagaimana menggunakan portofolio siswa?


Portofolio siswa merepresentasikan kualitas belajar siswa selama masa
penilaian. Kendati Anda sebagai guru bisa saja memberikan kuis, tes, pekerjaan
rumah, dan proyek selama pembelajaran, portofolio siswa merepresentasikan
gambaran yang lebih menyeluruh mengenai apa yang telah dipelajari dan dicapai
oleh siswa. Peran Anda sebagai guru yang sangat penting yaitu:
(a) sebelum pembelajaran,
(b) selama pembelajaran atau pada saat penskoran, dan
(c) segera setelah unit pembelajaran atau masa penskoran.

Sejumlah langkah yang perlu dilakukan ketika menggunakan portofolio sebagai


prosedur asesmen adalah sebagai berikut.

Langkah pertama: mempersiapkan penggunaan portofolio, yakni dengan cara:


1. Memutuskan jenis portofolio yang akan dipergunakan.
Portofolio bisa:

3 - 28 unit 3
• dibuat oleh siswa secara individu.
• bisa dibuat oleh siswa secara individu dengan masukan dan bantuan
dari kelompok cooperative learning.
• atau dibuat oleh siswa di dalam kelompok, sehingga hasilnya ada
yang sifatnya individual atau sebagai anggota kelompok dan ada pula
yang kelompok (cooperative base groups).

2. Mengidentifikasi maksud dan tujuan portofolio.


Karena terdapat banyak macam portofolio, Anda sebagai guru harus
memikirkan apakah portofolio itu nantinya diserahkan ke pihak guru dan
sekolah, ataukah akan dijadikan pokok pembicaraan dalam diskusi/rapat antara
guru dan administrator, atau untuk disimpan siswa? Atau, masih ada tujuan
lain?

3. Menentukan kategori sampel kerja (skills, kompetensi, dan pengetahuan)


seperti apakah yang harus didemonstrasikan siswa? Dan bagaimanakah
bentuk tugasnya?

4. Meminta siswa untuk menyeleksi hal-hal yang akan dimasukkan ke


dalam portofolio berdasarkan kriteria yang telah disepakati.

5. Menentukan bagaimana mengevaluasi portofolio, termasuk yang akan


mengembangkan rubrik yang akan dipergunakan dalam melakukan asesmen dan
evaluasi. Perlu disampaikan juga apakah siswa akan dilibatkan dalam hal ini.

Langkah kedua: mengatur portofolio selama satu semester atau selama suatu
pelajaran disajikan dengan cara-cara berikut.

1. Proses Portofolio
Guru menjelaskan kepada siswa kategori dari sampel kerja (work sample)
yang akan ditulis atau dimasukkan ke dalam portofolio.

2. Rubrik
Guru atau pihak sekolah mengembangkan rubrik untuk menilai sampel kerja
(work sample) yang dilakukan atau dikerjakan siswa.

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 29
3. Tugas
Siswa menyelesaikan tugas. Mereka diberitahu bahwa sebagian atau seluruh
dari tugas itu akan dimasukkan ke dalam portofolio akhir. Semua tugas bisa
disimpan di dalam sebuah “portofolio kerja” selama masa penskoran.

4. Evaluasi Diri
Siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kualitas dan kuantitas kerja
dan kemajuan dikaitkan dengan tujuan belajarnya.

Langkah ketiga: mengatur dan menjalankan proses portofolio pada akhir masa
penskoran.
1. Anda sebagai guru menentukan jumlah dan jenis produk yang akan
dimasukkan ke dalam portofolio akhir.
2. Siswa memutuskan apa saja yang akan dimasukkan ke dalam portofolio
mereka.
3. Siswa menggambarkan kemajuan yang telah dilakukan dalam mencapai
tujuan belajar selama masa penskoran.
4. Kelompok cooperative learning menggambarkan kemajuan yang telah
dicapainya selama masa penskoran.
5. Guru melakukan evaluasi sumatif. Dalam kesempatan ini guru memberikan
nilai atau skor.
6. Konferensi, yang bisa dilakukan oleh:
- siswa dan guru,
- siswa dan kelompok cooperative learning,
- siswa (dan kelompok cooperative learning) dan orang tua (disertai
guru),
- siswa dan pengunjung/tamu pada pameran portofolio.

h. Komposisi dan Presentasi


Ciri-ciri:
- siswa menulis dan menyajikan karyanya.
- sering dipakai dengan cooperative learning.
Setiap orang yang terdidik harus mampu mempresentasikan apa yang
mereka tahu baik secara tertulis maupun secara lisan. Kedua hal tersebut
merupakan kompetensi yang sulit, dan para siswa perlu menulis dan
melakukan presentasi setiap hari agar menjadi penulis dan penyaji yang
cakap. Hal ini tentu saja

3 - 30 unit 3
menimbulkan permasalahan tersendiri di dalam proses asesmen terutama
di sisi guru, karena Anda harus membaca komposisi satu per satu, selain juga
mendengarkan semua presentasi satu demi satu disertai dengan memberikan umpan
balik (feedback) yang bermanfaat bagi mereka. Untuk itulah penggunaan kelompok
cooperative learning untuk melakukan asesmen performa anggota kelompok
tersebut dapat mencapai empat tujuan sekaligus pada kesempatan yang sama.
Kelompok cooperative learning memungkinkan para siswa sering terlibat di dalam
unjuk kerja, menerima umpan balik secara langsung dan mendetil atas segala
upaya yang dilakukan, mengamati dari dekat penampilan teman-temannya untuk
mengetahui apa yang baik dan apa yang masih kurang.

Langkah-langkah ketika menerapkan komposisi adalah:


- Siswa diminta berpasangan atau mencari partner.
- Mendiskusikan dan membuat kerangka komposisi yang dibuat di
dalam kelompoknya.
- Mencari topik.
- Menulis paragraf pertama bersama-samak
- Menulis paragraf-paragraf berikutnya sendiri.
- Saling menyunting komposisi yang ditulis pasangannya.
- Menulis kembali komposisi sendiri.
- Saling menyunting kembali.
- Melanjutkan sendiri.
- Saling membubuhkan tanda tangan di lembar komposisi partner
untuk menandai bahwa tugas komposisi telah siap untuk diserahkan.

Langkah-langkah untuk presentasi sama seperti langkah-langkah


yang dilakukan untuk model komposisi.

i. Proyek Individu dan Kelompok


Ciri-ciri:
- mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan (skill).
- sering digunakan dengan cooperative learning.
- bisa untuk individu maupun kelompok.

Salah satu aspek standar pada setiap bidang studi adalah membuat para siswa
kreatif dan memiliki daya cipta dalam mengintegrasikan berbagai
pengetahuan (knowledge) dan kecakapan (skills). Hal ini menjadi sangat

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 31
penting manakala Anda sebagai guru ingin menilai multiple
intelligences siswa dan kemampuan mereka melakukan berbagai prosedur
yang kompleks di dalam proses pembelajaran. Proyek memang
memungkinkan siswa untuk menggunakan beraneka macam cara belajar.
Dengan diterapkannya cooperative learning melalui kelompok-kelompok
menjadikan proyek benar-benar lebih kompleks dibandingkan jika siswa
melakukan kegiatan belajar sendiri.

Secara umum proyek mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:


1. Tentukan berbagai jenis proyek untuk periode satu tahun. Buat struktur
untuk proyek-proyek itu sehingga peserta didik:
• mempunyai beberapa pilihan fokus atau topik.
• dapat menggunakan berbagai macam intelejensi (linguistik,
interpersonal, intrapersonal, dsb.) di dalam menyelesaikannya.
• harus menggunakan keterampilan melakukan penalaran tingkat
tinggi seperti induksi dan pemecahan masalah.
• bisa kreatif dan divergen di dalam menghadapi tugas.
2. Untuk masing-masing proyek, buat jadwal kapan proyek dimulai, kapan
masing-masing bagian dari proyek harus diselesaikan, kapan draft awal
dikumpulkan agar bisa disunting oleh teman-temannya, bagaimana
reaksi awal dari guru, dan kapan produk akhir diharapkan selesai.
3. Tunjukkan kepada para peserta didik beberapa sampel atau model
proyek yang sudah selesai, mulai dari yang tergolong sangat bagus,
kurang bagus agar mereka mempunyai bayangan terhadap tugas yang
akan dilakukannya.
4. Upayakan siswa dapat mengembangkan kriteria untuk menilai kualitas
sejumlah proyek yang sudah selesai, bisa dari sisi penampilan, temuan
atau informasi.
5. Upayakan siswa belajar bagaimana menggunakan rubrik yang telah Anda
berikan sebelumnya.
6. Upayakan siswa dapat menyelesaikan proyek dengan bantuan pihak
sekolah (guru, tenaga administrasi, dll).
7. Upayakan siswa agar menyajikan proyek yang telah selesai.
8. Siswa menyerahkan proyek mereka masing-masing untuk dinilai.

3 - 32 unit 3
Sejumlah langkah di atas diperuntukkan untuk proyek individu. Sedangkan
untuk proyek kelompok ada sedikit penambahan langkah. Disamping melakukan
langkah-langkah di atas, prosedur proyek kelompok juga mencakup:
1. Para siswa diberi tugas sebuah proyek awal dan ditempatkan dalam
kelompok-kelompok cooperative learning untuk menyelesaikannya.
2. Kelompok mengerjakan dan menyelesaikan proyek. Pastikan seluruh
anggota kelompok memberikan kontribusinya, membuat
kesepakatan, dan dapat menjelaskan hasilnya. Anda sebagai guru
secara sistematis mengamati masing-masing kelompok dan
memberikan umpan balik serta arahan.
3. Kelompok menyerahkan laporan kepada guru; masing-masing
menyajikan hasilnya kepada teman-teman di luar kelompoknya.
Dalam kesempatan ini, masing-masing anggota bisa dites terkait
dengan content proyek.
4. Tugas yang telah diberikan itu bisa Anda kembangkan lagi dengan
menyajikan prosedur, konsep, atau teori yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek tersebut. Siswa bisa diminta untuk
menerapkan apa yang baru saja dipelajarinya ke dalam sebuah
proyek yang lebih kompleks.

Langkah-langkah di atas tentunya bersifat umum, bisa dimodifikasi, yaitu


disederhanakan atau sebaliknya dibuat lebih kompleks tergantung berbagai
faktor seperti karakteristik bidang studi, kemampuan siswa, waktu yang tersedia,
karakteristik siswa, dan sebagainya.

Rangkuman

Di Sekolah Dasar, tes membaca memperoleh tempat yang paling utama


karena kecakapan membaca (reading skills) mempunyai peran kunci untuk
memperoleh segala macam pengetahuan. Meskipun alat dan sumber belajar
yang dapat digunakan peserta didik semakin beraneka ragam (seperti televisi,
radio, situs bersejarah, dan sebagainya), namun buku dan berbagai macam
sumber bacaan lainnya tetap menempati prioritas tertinggi di dalam upaya
mengembangkan ilmu pengetahuan. Jenis tes lain yang banyak digunakan di
SD adalah tes bakat akademik, tes keterampilan dasar, tes kesiapan membaca,
tes intelegensi individual, tes hasil belajar dalam mata pelajaran, dan
sebagainya

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 33
Tes Formatif 2
Berikan tanda silang pada Huruf B, jika pernyataan berikut benar, atau pada Huruf S,
jika pernyataan itu salah.

1) B – S Suatu format asesmen cenderung memberi penekanan hanya pada


satu aspek dari sasaran pembelajaran yang kompleks.
2) B – S Portofolio tidak cocok diterapkan untuk asesmen kegiatan
pembelajaran yang menerapkan pendekatan cooperative learning.
3) B – S Rating scales menyulitkan guru dalam mencatat frekuensi atau
kualitas perilaku tertentu dari peserta didik.
4) B – S Menentukan hasil belajar (learning outcomes) yang dapat diukur
adalah langkah terakhir dalam melakukan asesmen.

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap betul.

5) Peran guru sangat penting pada saat portofolio digunakan untuk asesmen, terutama ...
A. sebelum pembelajaran.
B. selama pembelajaran atau pada saat penskoran.
C. segera setelah unit pembelajaran atau masa penskoran.
D. jawaban A, B, dan C benar.
6) Yang tidak termasuk kegiatan mempersiapkan observasi adalah ...
A. mewawancarai siswa yang hendak kita observasi.
B. menentukan kegiatan atau tindakan yang akan diobservasi.
C. menentukan siapa yang akan mengobservasi.
D. menentukan rencana sampling.
7) Di antara pernyataan-pernyataan berikut yang tidak sesuai dengan proyek adalah

A. pengetahuan dan keterampilan peserta didik dapat diintegrasikan.
B. bisa digunakan dengan cooperative learning.
C. kurang dapat membangkitkan kreativitas dan daya cipta peserta didik.
D. bisa digunakan untuk individu maupun kelompok.
8) Kegiatan asesmen untuk siswa SD sebagian besar dilakukan
dengan cara …
A. Melakukan tanya jawab secara langsung dengan anak
B. Memberikan tes, baik sifatnya informal maupun yang formal
C. Mengamati kegiatan memecahkan masalah yang dilakukan siswa
D. Jawaban A, B, dan C benar.

3 - 34 unit 3
Kunci Jawaban

Kunci Jawaban Formatif 1


1. Yang mengembangkan indikator pencapaian hasil belajar adalah guru.
Caranya, dengan cara mengembangkan setiap kompetensi dasar menjadi dua
atau lebih indikator pencapaian hasil belajar.
2. Fokus asesmen yang dilakukan di sekolah dasar adalah:
• pemerolehan beraneka macam pengetahuan, konsep, dan prinsip.
• kemampuan mengaplikasikan konsep dan prinsip ke dalam situasi
baru.
• kemampuan berkomunikasi.
• kemampuan memecahkan masalah.
• pengembangan sikap.
3. Benar. Pertama, hal tersebut disebabkan informasi yang kita peroleh hanyalah
sebagian saja dari apa yang telah dicapai oleh pembelajar dari sasaran
pembelajaran secara keseluruhan, diakibatkan oleh sampling error. Kedua,
sejumlah faktor seperti kondisi fisik dan emosi siswa juga membatasi tingkat
akurasi informasi yang kita peroleh.

Kunci Jawaban Formatif 2


1) B
2) S
3) S
4) S
5) D
6) A
7) C
8) D

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 35
Daftar Pustaka

Anthony, R.J., T.D. Johnson, N.I. Mickelson, A. Preece. (1991). Evaluating


Literacy A Perspective Change. Heinemann: Portsmouth.

Conner, Colin. (1991). Assessment and Testing in the Primary School. Hampshire:
The Falmer Press.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata


Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: BSN.

Johnson, David W. (2002). Meaningful Assessment A Manageable and Cooperative


Process. Boston: Allyn and Bacon.

Nitko, A.J. and S.M. Brookhart. (2007). Educational Assessment of Students. Fifth
Edition. New Jersey: Pearson.

3 - 36 unit 3
Glosarium

Action theory : teori mengenai tindakan apa yang diperlukan untuk


mencapai kondisi yang diinginkan pada situasi tertentu.
Anekdot : cerita singkat tentang sesuatu yang telah terjadi atau
dialami seseorang.
Checklist : serangkaian kriteria, yang masing-masing bisa dikatakan
tercapai atau tidak tercapai melalui respon yang dilakukan
oleh siswa terhadap tugas asesmen.
Cooperative : sekelompok siswa yang bekerja sama untuk mencapai
learning tujuan bersama dan mengoptimalkan prestasi masing-
masing anggota kelompok dan prestasi kelompok secara
keseluruhan.
Evidence : fakta yang berupa proses maupun hasil yang menjadi obyek
di dalam proses asesmen
Konferensi : pertemuan skala kecil untuk membahas hal tertentu yang
sifatnya pribadi sehingga sangat mengutamakan privacy
sejumlah pihak yang terlibat di dalamnya.
Learning journal : prosedur self-report (laporan diri) di mana siswa membuat
catatan-catatan personal dan bersifat naratif terkait dengan
aspek-aspek materi atau bidang studi yang dipelajarinya yang
memiliki nilai dan relevansi khusus bagi dirinya. Catatan-
catatan itu bisa hasil dari pengamatan, perasaan, dan pendapat
pribadi dalam merespon apa yang dibaca, dilihat, dan
dialaminya.
Learning Log : prosedur self-report (laporan diri) di mana siswa membuat
catatan-catatan singkat terkait dengan materi yang
dipelajarinya.
Norm-referenced : tes yang diperuntukkan untuk menguji kinerja siswa,
test dibandingkan dengan kinerja siswa-siwa lainnya.
Rating scale : rubrik yang dipergunakan untuk melakukan penskoran
yang membantu guru menilai sejauh mana siswa telah
mencapai dimensi prestasi dari tugas kinerja
(performance) yang diberikan
Report card : kartu laporan hasil asesmen.

Asesmen pembelajaran di SD 3 - 37
Rubrik : indikator-indikator dari suatu kriteria dengan tingkatan
yang berbeda-beda untuk menilai kinerja.
Social skills : keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk
berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
Stakeholders : orang-orang atau sekelompok orang yang berkepentingan
dengan hasil asesmen, biasanya karena mereka akan
terpengaruh oleh adanya keputusan yang dibuat
berdasarkan hasil asesmen. Biasanya mereka memiliki
keterlibatan atau investasi di dalam suatu organisasi.

3 - 38 unit 3
Unit 4
MENGEMBANGKAN TES SEBAGAI
INSTRUMEN EVALUASI

Endang Poerwanti
Masduki
PENDAHULUAN

s audara, Anda seharusnya sudah tahu bahwa pelaksanaan Kurikulum Berbasis


Kompetansi mengharuskan semua guru sebagai pendidik untuk pengembangan
silabus dan merubah pula sistem penilaian yang digunakan dengan menerapkan
sistem penilaian berbasis kompetensi. Sistem penilaian berbasis kompetensi lebih
mengarah pada penilaian kelas, yaitu penilaian yang dilakukan secara menyeluruh
dan berkesinambungan. Penilaian ini tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan
kognitif tetapi juga mencakup ranah psikomotor, dan afektif.
Anda pasti juga masih ingat bahwa silabus merupakan acuan untuk
merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedang sistem penilaian
berbasis kompetensi mencakup jenis tagihan, dan bentuk soal. Jenis tagihan adalah
berbagai bentuk ulangan dan tugas-tugas, tagihan, seperti ulangan atau tugas-tugas
yang harus dikerjakan peserta didik. Bentuk soal terkait dengan jawaban yang harus
dilakukan oleh peserta didik, seperti bentuk isian singkat, pilihan ganda, uraian,
objektif, uraian non objektif, dan sebagainya. Untuk itu sebaiknya dirancang secara
tertulis dan rapi sistem penilaian yang akan dilakukan selama satu semester.
Rancangan penilaian bersifat terbuka bagi siswa, guru lain, dan kepala sekolah.
Dalam merancang penilaian, pendidik dapat melakukannya dengan cara,
yakni: (1) mencermati silabus dan sistem penilaian yang sudah ada, (2) menyusun
sistem penilaian dengan KBK berdasarkan silabus dan sistem penilaian yang telah
disusun, (3) menentukan bobot masing-masing jenis tagihan, dan (4) menyusun
rancangan sistem penilaian dengan KBK. Rancangan penilaian ini diinformasikan
kepada siswa pada awal pertemuan (awal semester). Dengan demikian sistem
penilaian yang dilakukan guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip–
prinsip penilaian.
Dalam melakukan asesmen atau penilaian Anda dapat menggunakan berbagai
jenis pendekatan dan instrumen untuk dapat memperoleh data yang akurat tentang
kemajuan belajar peserta didik, secara garis besar teknik tersebut dibagi menjadi dua,

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-1


yaitu teknik tes dan nontes. Dalam penilaian klasik, teknik tes merupakan teknik
yang paling banyak digunakan, namun dalam penilaian KBK kedua teknik harus
digunakan sesuai dengan kebutuhan di kelas. Anda sebagai pendidiklah yang tahu
persis kapan harus menggunakan teknik tes dan kapan pula harus menggunakan
teknik nontes, sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator keberhasilan belajar
peserta didik yang akan diukur, karena tes merupakan alat ukur untuk mengetahui
tingkat pencapaian siswa terhadap kompetensi yang dipersyaratkan. Dalam kaitan
dengan pembelajaran, aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Pada
Unit 4 ini Anda akan dapat mencermati bagaimana mengembangkan tes sebagai
instrumen asesmen, sedangkan di Unit 5 akan dapat Anda pelajari secara tuntas
bagaimana mengembangkan asesmen nontes. Jadi, setelah mempelajari Unit 4 ini
diharapkan Anda dapat:
1. memahami pengertian dan jenis tes;
2. langkah-langkah menyusun tes;
3. kriteria tes yang baik;
4. mengembangkan Tes sebagai instrumen asesmen.
Anda akan dapat memahami unit ini secara optimal dengan cara membaca
dengan cermat semua uraian yang ada, mendiskusikan dengan teman-teman
berdasarkan pengalaman di kelas, mengerjakan tugas-tugas latihan serta
mengerjakan tes yang ada pada setiap subunit dengan bersungguh-sungguh. Selamat
belajar, kesuksesan akan menyertai orang yang bersungguh-sungguh, kita akan
mencapai kesuksesan tersebut karena kita bersungguh-sungguh.

4-2 Unit 4
Subunit 1
Pengertian dan Jenis Tes Sebagai
Instrumen Asesmen

Pengantar

s audara, setelah kita mengetahui hakekat tes, yaitu sebagai alat ukur, perlu
kiranya kita membahas jenis-jenis tes. Perlu kita bersama mengetahui bahwa
para ahli dalam bidang tes tidak semuanya seragam dalam mengklasifikasikan tes.
Heaton (1988), misalnya, membagi jenis tes menjadi 4 bagian utama, yaitu: (1) tes
hasil belajar (achievement test), (2) tes penguasaan (proficiency test), (3) tes bakat
(aptitude test), dan (4) tes diagnostik (diagnostic test). Sementara itu, Brown (2004)
melengkapi satu lagi jenis tes terhadap penggolongan yang telah dilakukan oleh
Heaton, yaitu tes penempatan (placement test). Nampaknya, penggolongan jenis tes
tersebut hanya mengacu kepada satu kriteria saja yaitu tujuan penyelenggaraan tes.
Saudara diajak untuk mencermati pembagian jenis-jenis tes. Pembagian yang ia
tawarkan nampak lebih luas dan rinci dengan mengacu pada sejumlah criteria.
Kriteria yang dapat digunakan untuk membedakan jenis tes meliputi: 1) tujuan
penyelenggaraan, 2) tahapan/waktu penyelenggaraan, 3) cara mengerjakan, 4) cara
menyusun, 5) bentuk jawaban, 6) cara penilaian, dan 7) acuan penilaian. Uraian
tentang jenis tes berikut dilengkapi dengan uraian mengenai arti, cakupan,ciri-ciri
serta contohnya

1. Pengertian Tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang
harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas
yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek
tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah
indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu “testum”
yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir,
batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan
untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan
mengukur dan menemukan peserta Tes yang memenuhi kriteria tertentu. Cronbach
(dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-3


observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or
category system”. Menurut Ebster’s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah
serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Dari dua definisi tersebut dan uraian lebih jauh tentang itu
dapat ditarik pengertian bahwa: (1) tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja
dirancang secara sistematis, untuk mengukur atribut tertentu, dilakukan dengan
prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga
hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama; (2) tes pada
umumnya berisi sampel perilaku, cakupan butir tes yang bisa dibuat dari suatu
materi tidak terhingga jumlahnya, yang secara keseluruhan mungkin mustahil dapat
tercakup dalam tes, sehingga tes harus dapat mewakili kawasan (domain) perilaku
yang diukur, untuk itu perlu pembatasan yang jelas; (3) tes menghendaki subjek agar
menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari dengan cara menjawab
atau mengerjakan tugas dalam tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang
ingin diketahui dari penyelenggaraan tes, karena tes memang mengukur perilaku,
sebagai manifestasi atribut psikologis yang mau diukur.
Tes pada dasarnya adalah alat ukur atribut psikologis yang objektif atas sampel
perilaku tertentu. Dalam psikologi, tes dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
(1) tes yang mengukur intelegensia umum yang dirancang untuk mengukur
kemampuan umum seseorang dalam suatu tugas; (2) tes yang mengukur kemampuan
khusus atau tes bakat yang dibuat untuk mengungkap kemampuan potensial dalam
bidang tertentu; (3) tes yang ditujukan untuk mengukur prestasi yang digunakan
untuk mengungkapkan kemampuan aktual sebagai hasil belajar; (4) tes yang
mengungkap aspek kepribadian (personality assesment) yang bertujuan mengungkap
karakteristik individual subjek dalam aspek yang diukur. Dengan melihat
penggolongan di atas, tes dalam pembelajaran di kelas yang menjadi pembahasan ini
adalah tes prestasi atau hasil belajar. Tes sebagai alat ukur dapat menyediakan
informasi-informasi obyektif yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
penentuan keputusan yang harus diambil pendidik terhadap proses dan hasil belajar
yang dilakukan siswa dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:

a. Keputusan yang diambil pada pemulaan proses pembelajaran

Penggunaan tes sebagai dasar pengambilan keputusan pada permulaan proses


pembelajaran bermuara pada dua pertanyaan yang harus dijawab oleh pendidik
sebelum memulai proses pembelajaran yaitu; (1) sejauhmanakah pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti

4-4 Unit 4
proses pembelajaran yang berupa kemampuan awal yang diperlukan untuk mengikuti
proses pembelajaran, (2) sejauhmanakah kemampuan dan keterampilan yang telah
dicapai peserta didik terhadap pembelajaran yang direncanakan. Keduanya akan
menentukan keputusan guru dalam merancang materi dan metode pembelajaran yang
direncanakan.

b. Keputusan selama proses pembelajaran

Tes dapat pula digunakan selama proses pembelajaran (tes formatif). Tes
formatif dapat diberikan baik dalam bentuk tes tulis maupun tes lisan, baik dengan
jawaban uraian maupun tes obyektif.

c. Keputusan-keputusan pada akhir pembelajaran

Tes formatif yang diberikan guru pada akhir pembelajaran ditujukan untuk
mengetahui apakah kompetensi dasar yang dirumuskan dalam program pembelajaran
(satuan pembelajaran) telah tercapai atau belum. Jadi, fungsi tes pada akhir
pembelajaran adalah untuk mengukur daya serap siswa pada materi pembelajaran.
Sehingga guru dapat merencanakan tindak lanjut terhadap rencana, proses, media,
metode, dan suasana pembelajaran. Seperti penilaian selama proses keputusan akhir
pembelajaran dapat berasal dari informasi tes obyektif atau tes subyektif.

2. Jenis-jenis Tes

Bila kita membahas jenis-jenis tes, Anda akan dapat mencermati dalam lima
jenis atau cara pembagian yaitu:
a. Pembagian jenis tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan.
b. Jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan.
c. Pembagian jenis tes berdasarkan cara mengerjakan.
d. Pembagian jenis tes berdasarkan cara penyusunan.
e. Pembagian jenis tes berdasarkan bentuk jawaban.
Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut.

1) Jenis Tes Berdasarkan Tujuan Penyelenggaraan


Saudara, untuk mengawali pembahasan tentang jenis-jenis tes, Anda akan
diminta untuk menjawab satu pertanyaan di bawah ini.
Untuk apakah Anda menyelenggarakan tes?
Saudara, cobalah berpikir sejenak untuk merenungkan jawaban atas
pertanyaan tadi. Anda diminta untuk tidak tergesa-gesa melanjutkan membaca

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-5


penjelasan berikut ini sebelum Anda menentukan jawaban. Jika Anda sudah
menemukan jawaban, barangkali jawaban Anda akan lebih dari satu jawaban, seperti
yang tertera di bawah ini, tes diselenggarakan dengan tujuan:
a) untuk keperluan seleksi,
b) untuk menempatkan orang pada kelas-kelas tertentu,
c) untuk mengetahui hasil belajar,
d) untuk keperluan diagnostik, dan
e) untuk keperluan uji coba
Penjelasan secara rinci adalah sebagai berikut:

a) Tes Seleksi (Selection Test)

Saudara, Anda bisa memahami hakekat dari tes seleksi ini dari arti kata “seleksi”
itu sendiri, yaitu memilih. sederhana bukan? Jadi, tes seleksi diselenggarakan
untuk memilih peserta guna diikutsertakan dalam kegiatan yang menuntut
kemampuan tertentu. Penentuan jenis kemampuan dan tingkat penguasaan pada
tes seleksi, sepenuhnya tergantung pada kebutuhan akan kemampuan yang
dibutuhkan untuk dapat mengikuti kegiatan. Dengan demikian, berdasarkan
hasil tes seleksi, seseorang dapat dinyatakan diterima atau berhasil dan tidak
diterima atau tidak lolos untuk mengikuti program kegiatan yang direncanakan.
Sebagai contoh, jika kita menyelenggarakan tes seleksi untuk pemandu wisata,
maka akan lebih baik menitikberatkan kemampuan berbicara daripada
kemampuan menulis.

Latihan

Sekarang cobalah Anda tentukan, kemampuan manakah yang lebih Anda


pentingkan dalam tes seleksi untuk seorang yang akan melakukan tugas
redaksional dalam sebuah media cetak? Kemampuan menulis, kemampuan
berbicara atau kemampuan menyimak? Mengapa kemampuan yang Saudara
tentukan itu penting?

4-6 Unit 4
b) Tes Penempatan (Placement Test)

Saudara, adalah suatu keniscayaan bahwa kemampuan seseorang tidaklah bisa


sama. Sekelompok orang barangkali memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada
kelompok lainnya. Permasalahan yang muncul adalah, bagaimanakah jika
kemampuan siswa dalam satu kelas relatif beragam? Hal ini akan bisa
mempersulit jalannya proses pengajaran yang Anda lakukan. Untuk itu perlu
dilakukan tes penempatan. Tes penempatan umumnya diselenggarakan
menjelang dimulainya suatu program pengajaran, dengan maksud untuk
menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuan
yang dimilikinya.

c) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes hasil belajar tentu tidak lagi asing bagi Saudara. Brown (2004) memberikan
pengertian tes hasil belajar merupakan “a test to see how far students achieve
materials addressed in a curriculum within a particular time frame”. Hasil
belajar yang diungkap lewat tes hasil belajar dapat mengacu pada hasil
pengajaran secara keseluruhan pada akhir penyelenggaraan atau pada kurun
waktu tertentu.
Sebagai tes yang memfokuskan pada hasil yang telah dapat dicapai oleh suatu
bentuk pengajaran, tes hasil belajar memiliki kaitan yang erat dengan apa yang
telah diajarkan (kurikulum). Kaitan itu terutama dalam hal isi tes. Isi tes harus
secara jelas mencerminkan isi pengajaran yang secara nyata telah
diselenggarakan.

d) Tes Diagnostik (Diagnostic Test)


Secara etimologis, diagnostik diambil dari bahasa Inggris “diagnostic”. Bentuk
kata kerjanya adalah “to diagnose”, yang artinya “to determine the nature of disease
from observation of symptoms”. Mendiagnosis berarti melakukan observasi terhadap
penyakit tertentu, sebagai dasar menentukan macam atau jenis penyakitnya. Jadi, tes
diagnostik sengaja dirancang sebagai alat untuk menemukan kesulitan belajar yang
sedang dihadapi siswa. Hasil tes diagnostik dapat digunakan sebagai dasar
penyelenggaraan pengajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa
sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan belajarnya. Tes ini dilakukan apabila
diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti
proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Hasil tes diagnostik memberikan

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-7


informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami.
Oleh karenanya, tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh siswa, namun tingkat
kesulitan tes ini cenderung rendah.

e) Tes Uji Coba

Apabila Saudara sebagai seorang guru pasti pernah mengembangkan tes. Tes
yang dikembangkan belum tentu memenuhi kualifikasi sebagai tes yang “baik”
dalam arti luas. Untuk mengetahui apakah tes yang dikembangkan bagus, perlu
serangkaian uji coba, untuk memperoleh informasi, tidak hanya tentang ciri-ciri tes
yang penting, seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, dan tingkat pembeda,
melainkan juga segi-segi lain, seperti kecukupan waktu, kejelasan tulisan maupun
perintah tes, dan lain sebagainya.

2) Jenis Tes Berdasarkan Tahapan/Waktu Penyelenggaraan

Saudara, selanjutnya Anda diajak untuk memperhatikan jenis tes berdasar


waktu penyelenggaraan tes, yang terbagi menjadi 4 yaitu:

a) Tes Masuk (Entrance Test)

Tes masuk diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran


dimulai. Sama dengan tes seleksi, tes masuk diselenggarakan untuk menentukan
apakah seorang calon dapat diterima sebagai peserta program pengajaran karena ia
memiliki jenis dan kemampuan yang dipersyaratkan. Tes masuk dirancang secara
khusus dan disesuaikan dengan tujuan program pengajaran. Semakin sesuai isi tes
masuk itu dengan tujuan pokok program pengajaran, maka akan semakin tinggi
tingkat relevansi serta efektivitas dari tes masuk tersebut.

b) Tes Formatif (Formative Test)

Tes formatif dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung


(progress), tujuannya untuk memperoleh informasi tentang jalannya pengajaran
sampai tahap tertentu. Informasi tersebut penting untuk mengetahui apakah
program pengajaran berjalan sesuai dengan format yang ditentukan sehingga
dipertahankan atau program pembelajaran memerlukan perubahan atau penyesuaian,
hasilnya berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara
periodik sepanjang rentang proses pembelajaran, materi tes dipilih berdasarkan
tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan atau sub pokok materi. Jadi tes untuk

4-8 Unit 4
menentukan keberhasilan belajar dan untuk mengetahui keberhasilan proses
pembelajaran.

c) Tes Sumatif (Summative Test)

Kata dari “sumatif” adalah “sum” yang berarti “total obtained by adding
together items, numbers or amounts”. Dengan demikian, tes sumatif diselenggarakan
untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total). Konsekuensi dari tes
yang menekankan hasil pengajaran secara keseluruhan, maka item tes sumatif atau
bahan cakupannya meliputi seluruh materi yang telah disampaikan. Tes sumatif
diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Tingkat keberhasilan dinyatakan dengan skor atau nilai,
pemberian sertifikat, dan sejenisnya.

d) Pra-tes dan Post-test

Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki seorang siswa di awal program


pengajaran, kadang-kadang diselenggarakan pra-tes. Hasil pra-tes digunakan untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa pada awal program pengajaran. Tingkat
kemampuan awal ini penting untuk menentukan sejauhmana kemajuan seorang
siswa. Kemajuan yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan hasil pra-tes dengan
hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).

3) Jenis Tes Berdasarkan Cara Mengerjakan

Saudara, secara umum, tes dapat dikerjakan secara tertulis dan secara lisan.
Selanjutnya, Saudara dapat mencermati pembahasan berikut ini.

a) Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal
maupun jawabannya, namun tes yang disampaikan secara lisan dan dikerjakan secara
tertulis masih digolongkan ke dalam jenis tes tertulis. Sebaliknya, tes yang soalnya
diberikan dalam bentuk tulisan sedangkan jawabannya berbentuk lisan tidak dapat
dikategorikan ke dalam bentuk tes tertulis.

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-9


b) Tes Lisan

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam
bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu
penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi
informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

c) Tes Unjuk Kerja


Pada Tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator
pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

4) Jenis Tes Berdasarkan Cara Penyusunan


Berdasarkan kriteria ini, tes dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) tes buatan
guru dan (2) ter terstandar.

a) Tes Buatan Guru (Teacher-made Test)


Saudara tentu mengetahui tugas-tugas utama yang harus diemban oleh seorang
guru. Untuk melakukan tugas evaluasi itu, seorang guru harus mengembangkan alat
ukur, salah satunya tes. Tes yang dikembangkan sendiri oleh guru disebut tes buatan
guru (teacher-made test). Jadi tes buatan guru adalah tes yang dirancang dan
dipersiapkan oleh guru, tetap dengan mengacu pada karakteristik tes yang baik dan
dilakukan secara cermat, untuk tetap menjamin validitas maupun reliabilitasnya.

b) Tes Terstandar (Standardized Test)

Saudara, dari istilah yang digunakan saja, barangkali Anda sudah bisa
memperkirakan apa yang dimaksud dengan tes terstandar. Benar, tes terstandar
adalah tes yang dikembangkan dengan mengikuti prosedur serta prinsip
pengembangan tes secara ketat. Semua prosedur pengembangan tes dikuti sehingga
ciri-ciri tes sebagai alat ukur yang baik senantiasa dapat dipenuhi. Dengan demikian,
tingkat validitas, reliabilitas, kepraktisan, maupun daya beda sudah bukan menjadi
masalah lagi. Bagaimana cara mengembangkan tes sebagai alat ukur yang baik,
Saudara bisa membaca bagian lain dari Bahan Ajar ini.

4-10 Unit 4
5) Jenis Tes Berdasarkan Bentuk Jawaban
Saudara, jika kita melihat bentuk jawaban yang diberikan oleh peserta tes, kita
dapat membedakan tiga jenis tes, yaitu; (a) tes esei, (b) tes jawaban pendek, dan (c)
tes obyektif. Untuk lebih jelasnya, cobalah perhatikan bahasan berikut ini.

a) Tes Esei (Essay-type Test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-
gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam
bentuk tulisan. Keunggulan tes uraian, guru dapat mengukur kemampuan siswa
dalam hal mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan
mengekspresikan gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat sendiri.
Sedang keterbatasannya adalah cakupan materi pelajaran yang terbatas, waktu
pemeriksaan jawaban yang lama, penskorannya cenderung subyektif dan umumnya
kurang handal dalam pengukuran.

b) Tes Jawaban Pendek

Saudara, tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes
diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan
jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas,
maupun angka-angka. Termasuk ke dalam tes jenis ini adalah tes yang mewajibkan
siswa untuk mengisi bagian yang kosong dari sebuah kalimat atau teks. Sehingga
diharapkan dapat memberikan jawabannya sesingkat mungkin.

c) Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk
menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes
pilihan jawaban (selected response test). Butir soal telah mengandung kemungkinan

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-11


jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Menurut Subino (1987)
perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esei adalah tugas
peserta tes (testee) dalam merespons tes. Pada tes objektif, tugas testee adalah
memanipulasikan data yang telah ada dalam butir soal. Oleh karenanya, tes objektif
adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Karena
sifatnya yang objektif maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin.
Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena
dia hanya mengenal benar dan salah. Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk
mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti
menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan
soal bentuk ini. Soal objektif sangat bervariasi bentuknya. Variasi yang bisa dibuat
dari soal objektif adalah benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi dan
jawaban singkat.

Rangkuman

Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang


harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-
tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu
aspek tertentu dari peserta tes. Jenis-jenis tes dapat dikelompokkan menjadi
beberapa model klasifikasi yaitu:
Pembagian jenis Tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan.
Jenis Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan.
Pembagian jenis tes berdasarkan cara mengerjakan.
Pembagian jenis Tes berdasarkan cara Penyusunan.
Pembagian jenis Tes berdasarkan bentuk jawaban.

4-12 Unit 4
Tes Formatif 1

Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur


pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan pembagian jenis tes dilihat dari tujuan penyelenggaraannya!
2. Jelaskan pembagian jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya!
3. Jelaskan dan berikan contoh tes yang melandasi pengambilan keputusan guru
diawal proses pembelajaran!
4. Jelaskan dan berikan contoh jenis tes yang melandasi pengambilan keputusan
guru selama proses pembelajaran berlangsung!
5. Jelaskan dengan contoh perbedaan antara tes obyektif dengan tes esei!

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Jawablah pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan


dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau
Anda belum merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan
karena kesepahaman tentang pengertian ini akan mendasari dan mempengaruhi
langkah dan kegiatan dalam menyelesaikan mata kuliah ini.

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-13


Subunit 2
Langkah-Langkah Menyusun Tes

Pengantar

T elah Anda pahami dari penjelasan-penjelasan sebelumnya bahwa proses


pengukuran merupakan proses kuantifikasi terhadap atribut, benda atau gejala
tertentu. Proses pengukuran diharapkan dapat menghasilkan data yang valid dan
akurat sehingga harus dilakukan secara terencana dan sistematis. Pengukuran
berbagai atribut yang berupa benda ataupun aspek-aspek phisik seperti mengukur
tinggi bangunan, mengukur tinggi bangunan imbang beras, mengukur tinggi badan,
berat badan, luas tanah, suhu udara, ataupun kecepatan motor sangat mungkin dapat
dilakukan dengan tepat karenanya dapat diterima secara universal karena
validitasnya sangat mudah dibuktikan. Tinggi suatu bangunan dengan mudah dapat
diukur dengan centimeter, meter, berat beras dengan cepat dapat diukur dengan
timbangan dan sebagainya, dimana ketepatan (validitas) maupun keajegan hasil
pengukurannya (reliabilitas) serta obyektivitas hasil pengukurannya tidak lagi perlu
diragukan, karena dengan mudah akan dapat dilakukan pengukuran ulang dengan
hasil yang sama persis.
Bagi kita sebagai pendidik, yang menjadi persoalan kemudian adalah
pengukuran hasil belajar yang termasuk bidang non phisik atau aspek yang bersifat
abstrak. Dalam hal ini pendidik harus paham bahwa aspek yang bersifat abstrak
seperti hasil belajar ini dalam melakukan pengukuran memerlukan perencanaan dan
pelaksanaan yang sistematis. Alat yang biasa digunakan sebagai alat ukur dari hasil
belajar adalah tes. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes merupakan salah satu alat
ukur dalam melakukan asesmen proses dan hasil pembelajaran. Seperti halnya atribut
psikologis yang lain ketika melakukan pengukuran terhadap hasil belajar, tes sebagai
alat ukur mungkin tidak akan pernah dapat menggambarkan hasil dengan validitas
dan reliabilitas ataupun obyektivitas yang sempurna. Untuk itu dalam menyusun tes
sebagai alat ukur hasil belajar perlu dipertimbangkan beberapa permasalahan yang
merupakan keterbatasan dari tes sebagai alat ukur psikologis (Saifuddin, 2005):

4-14 Unit 4
1. Atribut psikologis termasuk hasil belajar bersifat abstrak dan laten sehingga apa
yang diukur adalah suatu kontrak yang memang tidak dapat diukur secara
langsung, sehingga dilakukan berdasarkan indikator perilaku yang mungkin
belum tentu mewakili domain yang tepat, karena batasan dari konstruk tersebut
tidak mungkin dapat dijabarkan dalam akurasi yang sempurna.
2. Dalam atribut yang bersifat laten atau abstrak sering kali didasari pada indikator
yang jumlahnya terbatas, keterbatasan dalam menjabarkan indikator perilaku ini
menyebabkan hasil pengukuran menjadi kurang komprehansif, di samping itu
penjabaran indikator perilaku tersebut masih mungkin terjadi tumpang tindih
dengan indikator dari atribut psikologis yang lain.
3. Respon yang diberikan oleh siswa sebagai subyek sedikit banyak akan
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak relevan, baik yang bersumber dari dirinya
sendiri maupun dari variabel dari luar dirinya, seperti misalnya suasana hati,
sakit, kondisi dan situasi sekitar, cetakan yang tidak jelas, pengawasan waktu
pengerjaan, sistem administrasi dan sebagainya.
4. Atribut psikologis termasuk hasil belajar yang terdapat pada diri siswa, sering
kali bersifat tidak stabil dan mudah sekali berubah, seiring dengan perubahan
situasi dan kondisi sesaat hingga interpretasi terhadap hasil tes sebagai alat ukur
hanya dapat dilakukan secara normatif, dalam pengertian banyak sekali sumber
bias yang harus diperhitungkan.
Anda juga harus memahami bahwa keterbatasan-keterbatasan dalam
melakukan pengukuran hasil belajar dengan menggunakan tes ini menjadikan kita
sebagai pendidik yang juga penyusun tes harus mempersiapkan semuanya secara
lebih teliti, karena prosedur konstruksi psikologis lebih rumit sehingga harus
dilakukan dengan perencanaan yang sangat teliti dan mengikuti langkah-langkah
yang sitematis untuk meminimalkan berbagai sumber kesalahan yang mungkin
terjadi.

1. Langkah Pokok Mengembangkan Tes


Anda sebagai pendidik seringkali kurang menyadari bahwa, mengembangkan tes
sebagai instrumen asesmen proses dan hasil belajar adalah menyusun alat ukur
suatu gejala yang bersifat abstrak yaitu pemahaman dan penguasaan anak terhadap
materi yang berupa seperangkat kompetensi dipersyaratkan, dan dalam kenyataan di
lapangan sebagian besar tenaga pengajar memang menggunakan teknik tes sebagai
upaya untuk mengukur hasil belajar tersebut. Karena demikian seringnya pengajar
menyusun tes hasil belajar, justru sering menimbulkan kecerobohan, karena
menganggap hal ini sebagai hal yang sudah biasa/umum dilakukan, dan kurang perlu

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-15


mempersiapkannya secara cermat. Padahal penyusunan tes, sangat besar
pengaruhnya terhadap siswa yang akan mengikuti tes, untuk mengurangi kesalahan
dalam pengukuran maka tes harus direncanakan secara cermat. Secara umum ada
lima langkah pokok yang harus dilewati yaitu:

a) Perencanaan Tes

Dalam langkah perencanaan tes ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan
guru sebagai pendidik yaitu:

(1) Menentukan cakupan materi yang akan diukur yang menyangkut penetapan
cakupan materi dan aspek (ranah) kemampuan yang akan diukur. Penetapan ini
penting mengingat bahwa kemampuan belajar merupakan proses yg kompleks
dan menyangkut pemahaman yang bersifat abstrak, sehingg harus jelas pada
bagian mana cakupan materi yang akan diukur dan dikembangkan dalam soal
tes, langkah ini biasanya dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar
spesifikasi, Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistem
penilaian berbasis kompetensi dasar, yaitu; (1) Menulis kompetensi dasar, (2)
Menulis materi pokok, (3) Menentukan indikator, dan (4) Menentukan jumlah
soal.
(2) Bentuk Tes: Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila
didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk
memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata
pelajaran yang diujikan. Misalnya, bentuk tes objektif pilihan ganda dan bentuk tes
benar salah cocok digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi
singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Bentuk tes objektif lebih
cocok digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas, misalnya mata
pelajaran Matematika, Biologi, dan sebagainya. Dalam memilih teknik tes
mana yang akan digunakan Pendidik juga harus mempertimbangkan ciri
indikator, contoh, apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka teknik
penilaiannya adalah tes unjuk kerja (performance), sedang bila tuntutan
indikator berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaiannya
adalah tes tertulis. Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes
harus mencakup mulai yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang
sebanding sesuai dengan jenjang pendidikan.
(3) Menetapkan panjang Tes: langkah menetapkan panjang tes, meliputi berapa
waktu yang tersedia untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan penetapan

4-16 Unit 4
jumlah item-item tes yang akan dikembangkan. Apabila oleh pendidik ada
materi yang dinilai lebih penting dan mempunyai tingkat kesulitan yang lebih
tinggi, guru bisa memberikan pembobotan yang berbeda dari setiap soal yang
disusun. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah
soal, yaitu bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi,
keandalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia.

b) Menulis Butir Pertanyaan

Setelah selesai mencermati dan menjabarkan setiap indikator menjadi


diskriptor-diskriptor, dan telah ditetapkan ukurannya, maka pendidik mulai dapat
mengembangkan atau menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi yang telah
ditetapkan. Ada 3 kegiatan pokok dalam menulis butir soal yaitu:

(1) Menulis draft soal: Menulis soal bagi Anda pasti sudah menjadi pekerjaan rutin
sebelum ulangan, tetapi seharusnya Anda perlu mencermatinya karena langkah
ini juga memerlukan kecermatan dalam memilih kalimat-kalimat yang mudah
dimengerti dan tidak menimbulkan interpretasi ganda. Ada dua hal yang perlu
mendapat perhatian dalam penulisan butir pertanyaan yaitu format pertanyaan
dan alternatif jawaban. Dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa hal yaitu, (1)
apakah pertanyaan mudah dimengerti? (2) apakah sudah sesuai dengan indikator
(3) apakah tata letak keseluruhan baik? (4) apakah perlu pembobotan (5) apakah
kunci jawaban sudah benar?
(2) Memantapkan Validitas Isi (Content Validity): Content validity atau validitas
isi pada dasarnya merupakan koefisien yang menunjukkan kesesuaian antara
draft tes yang telah disusun dengan isi dari konsep dan kisi-kisi yang telah
disusun, apakah semua materi telah terjabar dalam item, dan apakah soal yang
disusun telah pula sesuai ranah atau kawasan yang akan diukur. Langkah ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya diskusi dengan sesama pendidik
ataupun dengan cara mencermati kembali substansi dari konsep yang akan
diukur.
(3) Melakukan Uji Coba (try out): Mungkin Anda mengira bahwa try out hanya
digunakan untuk tes standard dan tidak perlu dilakukan untuk tes buatan guru.
Anggapan itu kurang benar karena uji coba tetap diperlukan dalam penyusunan
tes buatan guru, try out tidak harus dilakukan secara formal dan dalam skala
besar, yang perlu Anda perhatikan adalah bahwa try out dapat dilakukan untuk
berbagai kepentingan diantaranya adalah untuk; (1) analisis item, (2) bagaimana

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-17


rencana pelaksanaan, (3) memperkirakan penggunaan waktu pengerjaan, (4)
kejelasan format tes, (5) kejelasan petunjuk pengisian, dan (6) pemahaman
bahasa yang digunakan dsbnya.
(4) Revisi soal: Hasil dari uji coba kemudian dilakukan analisis untuk mencari
tingkat kesulitan soal dan penggunaan bahasa yang kurang komunikatif, untuk
kemudian dilakukan revisi sesuai dengan kebutuhan. Misalnya revisi dilakukan
untuk; (1) eliminasi butir-butir yang jelek, (2) menambah butir-butir baru, (3)
memperjelas petunjuk, dan (4) memodifikasi format dan urutan, dsbnya.

c) Melakukan pengukuran dengan tes

Sekarang tes sebagai instrumen sudah selesai disusun! Apa saja yang harus
Anda lakukan selanjutnya? Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan pada saat
menyelenggarakan tes untuk siswa yaitu:

(1) Menjaga obyektivitas pelaksanaan tes: Kegiatan pengukuran yang berupa


penyelenggaraan tes juga sudah menjadi kegiatan Anda sehari-hari, meskipun
demikian pendidik tetap harus menjaga obyektifitas, baik dalam pengawasan,
menjaga kerahasiaan soal, dan berbagai kode etik penyelenggaraan tes yang lain.
Setelah ujian dilaksanakan maka langkah berikut adalah koreksi, dan interpretasi
dari hasil ujian tersebut, untuk kemudian berdasar data hasil analisis tersebut
akan diambil keputusan dalam berbagai kepentingan.
(2) Memberikan skor pada hasil tes: Yaitu memeriksa hasil jawaban dari para
siswa, untuk memberikan skor/angka sebagai penghargaan terhadap setiap poin
soal yang dapat dikerjakan, hasilnya berupa angka yang disebut skor mentah,
angka yang menunjukkan berapa soal yang bisa dijawab benar oleh siswa.
Penentuan jumlah soal yang bisa dijawab benar ini tidak menjadi masalah untuk
tes obyektif. Namun untuk bentuk soal tes uraian masalah ini akan menjadi
persoalan, karena setiap siswa akan mengemukakan argumentasi yang berbeda-
beda untuk menjawab soal dan permasalahan tes. Sehingga dalam melakukan
langkah ini harus pula dijaga obyektivitas dengan selalu menggunakan kunci
jawaban dan indikator keberhasilan.

4-18 Unit 4
(3) Melakukan Analisis Hasil Tes
Setelah semua pekerjaan siswa dikoreksi langkah berikutnya adalah melakukan
analisis terhadap skor hasil tes. Materi tentang ini akan secara khusus dibahas
pada UNIT 6.

2. Mengembangkan Tes Sebagai Instrumen Asesmen di SD

Anda telah memahami langkah-langkah pokok yang seharusnya dilakukan


dalam pelaksanaan tes. Dengan tetap mengacu pada langkah-langkah pokok tersebut,
berikut ini akan dikemukakan langkah-langkah detail yang diharapkan dapat
menuntun Anda mengembangkan tes sebagai instrumen asesmen di kelas.
a. Menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator Pencapaian Hasil
Belajar
Kegiatan ini, dalam langkah kegiatan umum masuk dalam langkah
“menentukan cakupan materi yang akan diukur”. Indikator merupakan ukuran,
karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan
ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti: menyebutkan, memberikan contoh,
mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, mempraktekkan,
mendemonstrasikan.
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka indikator
pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh pendidik dengan memperhatikan
perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik, keluasan dan kedalaman
kompetensi dasar, dan daya dukung sekolah, misalnya kemampuan guru dan sarana
atau perasarana penunjang. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi
beberapa indikator pencapaian hasil belajar. Indikator-indikator pencapaian hasil
belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang digunakan untuk
menyusun butir tes.

Contoh 1
Mata pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
Kelas/Semester : IV/1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator*


Mempraktikkan gerak Mempraktikkan gerak 9 Melakukan berbagai teknik dasar
dasar ke dalam dasar dalam permainan permainan kasti.
permainan sederhana bola kecil sederhana 9 Menerapkan kerjasama team dalam
dan olahraga serta nilai- dengan peraturan yang permainan kasti.

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-19


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator*
nilai yang terkandung dimodifikasi, serta nilai 9 Menyebutkan manfaat permainan kasti
didalamnya kerjasama tim, terahadap kesehatan tubuh.
sportivitas, dan
kejujuran**)

Contoh 2
Mata pelajaran : IPS
Kelas/Semester : I/1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator*


Memahami identitas 1.1.Mengidentifikasi 9 Siswa dapat menyebutkan identitas diri
diri dan keluarga, serta identitas diri, keluarga, secara lisan di depan teman-
sikap saling dan temannya.
menghormati dalam kerabat.
kemajemukan keluarga. 1.2.Menceriterakan 9 Siswa dapat menceriterakan
pengalaman diri. pengalamannya dalam bentuk
karangan sederhana

Contoh 3
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : III/2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator*


Menulis Menulis puisi ber- 9 Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri
Mengungkapkan pikiran, dasarkan gambar kalimat dalam puisi.
perasaan dan informasi dengan pilihan kata 9 Siswa dapat menulis puisi dengan
dalam karangan yang menarik benar .
sederhana dan puisi.

Indikator*: dikembangkan oleh guru sekolah sesuai dengan kondisi daerah dan sekolah masing-
masing. Satu KD dapat dikembangkan menjadi satu atau lebih indikator .
Sumber: Pedoman Penilaian SD (Depdiknas, 2006).

d. Menetapkan Jenis Tes dan Penulisan Butir Soal


Setelah Anda menjabarkan standar kompetansi, kompetensi dasar, dan
indikator keberhasilannya, maka Anda mulai dapat menetapkan indikator yang
menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi tersebut sebaiknya dapat diukur dengan
menggunakan alat ukur apa, bila ditetapkan tes, akan pula dapat ditetapkan jenis tes
yang mana. Di samping itu pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat
bila didasarkan pada tujuan tes, cakupan materi tes, karakteristik mata pelajaran yang
diukur pencapaiannya, jumlah peserta tes, termasuk waktu yang tersedia untuk
memeriksa lembar jawaban tes. Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu

4-20 Unit 4
dipertimbangkan; (1) materi, misalnya kesesuian soal dengan kompetensi dasar dan
indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, (2) konstruksi,
misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas, (3) bahasa, misalnya
rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda,
dan (4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku
dari berbagai bentuk soal penilaian. Rancangan penilaian ini diinformasikan kepada
siswa pada awal pertemuan (awal semester). Dengan demikian sistem penilaian yang
dilakukan guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip-prinsip
penilaian.
Dalam pembelajaran di SD Anda dapat melihat beberapa contoh di bawah ini
yang secara jelas memberikan paparan tentang keterkaitan hubungan antara
pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Teknik Penilaian
yang bersumber dari Model Penilaian Kelas SD (Depdiknas 2006).

Contoh 1
Mata Pelajaran: Matematika
Kelas/Semester: II/1

No. Standar Kompetensi Indikator Aspek Tehnik


Kompetensi Dasar penilaian

1 Menggunakan Mengguna- • Siswa menyebutkan Geometri dan Penilaian


pengukuran kan alat ukur macam-macam alat ukur pengukuran Kinerja
waktu, panjang, tidak baku panjang tidak baku dalam
dan berat dalam dan baku (cm, kehidupan sehari–hari Test tertulis
pemecahan m) yang (jengkal, depa, langkah kaki,
masalah. sering dll). Contoh alat
digunakan • Siswa dapat menggunakan penilaian
alat ukur tidak baku terlampir
(jengkal, depa, pecak
(panjang telapak kaki,
langkah kaki, dll)
• Siswa menyebutkan alat
ukur baku (cm, m) yang
biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
• Siswa dapat menggunakan
alat ukur baku .
• Siswa dapat menarik
kesimpulan bahwa
pengukuran dengan alat ukur
tidak baku hasilnya berbeda.

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-21


Untuk standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator materi di atas dan
dengan didasarkan kemampuan penalaran anak kelas 2 SD maka ditetapkan tes
pilihan ganda dan isian berikut ini.

Bentuk Pilihan Ganda


Berilah tanda silang pada huruf di depan jawaban yang paling tepat!
Skor: Setiap jawaban benar diberi nilai 1 .

1. Yang termasuk alat ukur tidak baku yaitu ….


a. meter b. centimeter c. jengkal
2. Yang termasuk alat ukur baku ialah ….
a. cm b. depa c. langkah kaki

Bentuk Isian
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat !
Skor: Setiap jawaban benar diberi nilai 2.

1. Satuan panjang Centimeter dan Meter adalah contoh alat ukur .......
2. Satuan panjang langkah kaki, depa dan jengkal termasuk alat ukur ….
3. Karena menggunakan alat ukur tidak baku, maka hasil pengukurannya ….

Pemberian Skor:
Banyak jawaban benar
Nilai = x 100
Banyak soal

Contoh 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : IV / 2

No. Standar Kompetensi Indikator Aspek Tehnik


Kompetensi Dasar penilaian

1 Menunjukkan Memberi • Siswa dapat Globalisa 9 Test tertulis


sikap terhadap contoh menjelaskan si
globalisasi di sederhana pengertian globalisasi 9 Pengamatan
lingkungannya. pengaruh sikap
globalisasi di • Siswa dapat
lingkungannya. memberikan salah satu Contoh alat
contoh pengaruh penilaian
positif globalisasi terlampir
bidang komunikasi

• Siswa dapat

4-22 Unit 4
No. Standar Kompetensi Indikator Aspek Tehnik
Kompetensi Dasar penilaian
memberikan salah satu
contoh pengaruh
negatif globalisasi
bidang kebudayaan

Untuk Standar kompetensi , kompetensi dasar dan indikator materi diatas dan
dengan didasarkan kemapuan penalaran anak kelas 4 SD maka ditetapkan tes isian
dan jawaban uraian sebagai berikut:

Bentuk tes Isian

Isilah titik–titik pada soal di bawah ini dengan jawaban singkat dan tepat!

1. Pengaruh positif globalisasi di bidang komunikasi di lingkungan masyarakat


misalnya ….
2. Kecenderungan masyarakat menyukai jenis musik jaz termasuk pengaruh negatif
globalisasi bidang ….
3. Terhadap kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia sikap kita seharusnya ….

Bentuk Soal tes Uraian

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Jelaskan yang dimaksud dengan istilah globalisasi!
2 Berikan tanggapan dan alasan terhadap pernyataan di bawah ini?
a. Dengan globalisasi kita semakin mudah menikmati siaran televisi luar negeri.
b. Karena pengaruh globalisasi masyarakat cenderung bersikap konsumtif.

Pemberian Skor:
Banyak jawaban benar
Nilai = x 100
Banyak soal

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-23


Contoh 3
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : IV / 1

No. Standar Kompetensi Indikator Aspek Tehnik


Kompetensi Dasar penilaian

1 Memahami Mendeskripsi- • Mendeskripsikan urutan Mahluk • Jenis:


daur hidup kan daur hidup daur hidup hewan, misalnya hidup dan ulangan
beragam beberapa kupu-kupu, nyamuk dan proses • Bentuk: tes
jenis hewan di kecoa secara sederhana. kehidupan tertulis,
makhluk lingkungan • Menyimpulkan berdasarkan penugasan
hidup sekitar, pengamatan bahwa tidak
misalnya kecoa, semua hewan berubah
nyamuk, kupu- bentuk dengan cara yang
kupu, kucing. sama.
• Menyimpulkan bahwa
berubahnya bentuk pada
hewan menunjukkan
adanya pertumbuhan.
• Menyimpulkan hasil
pengamatan daur hidup
hewan yang dipeliharanya*)

Depdiknas 2006

Latihan
1. Buatlah contoh tes tertulis tentang penguasaan konsep dan tes unjuk kerja dari
Standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator materi di atas dan dengan
didasarkan kemampuan penalaran anak kelas 4 SD!
2. Setelah soal tersusun diskusikan dengan teman Anda, sebagai bentuk
pemantapan internal validity dan uji-coba terbatas!

4. Mengembangkan tes pada Kawasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotor

Mungkin masih ada anggapan termasuk mungkin juga anggapan Anda bahwa
tes tertulis khususnya dalam bentuk tes obyektif hanya cocok untuk mengukur
pencapaian hasil belajar pada kawasan kognitif saja. Anggapan itu tidak bisa
dibenarkan karena dengan pemahaman yang tinggi terhadap cakupan materi maupun
teknik evaluasi, pendidik akan dapat mengembangkan tes tertulis yang dapat meliput
dua kawasan yang lain yaitu afektif maupun psikomotor. Marilah bersama-sama kita
cermati penjelasan berikut.

4-24 Unit 4
a. Mengembangkan Tes pada Domain Kognitif
Pada dasarnya akan sangat mudah mengembangkan tes untuk mengukur
indikator pencapaian hasil belajar pencapaian kawasan (domain) kognitif, hampir
semua jenis tes dengan berbagai bentuk soal dapat digunakan untuk mengukur
kawasan ini seperti misalnya:

1) Tes Lisan
Pertanyaan secara lisan masih sering digunakan untuk mengukur daya serap
peserta didik pada kawasan kognitif. Yang perlu Anda ingat tes lisan harus
disampaikan dengan jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang
sama. Beberapa prinsip yang harus dipedomani adalah memberi waktu untuk
berpikir, baru menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Tingkat berpikir untuk
pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.
Jawaban salah satu siswa harus dikembalikan ke forum kelas untuk ditanggapi siswa
yang lain.

2) Tes Pilihan Ganda


Ketika Anda mengembangkan tes pilihan ganda hendaknya memperhatikan
sepuluh pedoman penulisannya yaitu: (1) soal harus jelas, (2) isi pilihan jawaban
homogen dalam arti isi, (3) panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama, (4) tidak
ada petunjuk jawaban benar, (4) hindari mengggunakan pilihan jawaban “semua
benar “ atau “semua salah”, (6) pilihan jawaban angka diurutkan, (7) pilihan jawaban
logis dan tidak menggunakan negatif ganda, (8) kalimat yang digunakan sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta tes, (9) menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan baku, dan (10) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

3) Bentuk Tes uraian Obyektif


Bentuk ini tepat digunakan untuk bidang Matematika dan IPA, karena kunci
jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau langkah-
langkah tertentu. Setiap langkah ada skornya. Objektif disini dalam arti apabila
diperiksa oleh beberapa guru dalam bidang studi tersebut hasil penskorannya akan
sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini di antaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, buat
kesimpulan dsbnya.

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-25


4) Bentuk Tes Uraian
Tes ini menuntut siswa menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan
gagasan dan ide-idenya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Keunggulan
bentuk tes ini dapat mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi,
yaitu mulai dari hapalan sampai dengan evaluasi. Kelemahan bentuk tes ini adalah:
(1) penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penilai, (2) memerlukan waktu
yang lama untuk melakukan koreksi, (3) cakupan materi yang diujikan sangat
terbatas, (4) dan adanya efek bluffing. Untuk menghindari kelemahan tersebut cara
yang ditempuh adalah: (a) jawaban tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi
yang banyak, (b) tidak melihat nama peserta ujian, (c) memeriksa tiap butir secara
keseluruhan, dan (d) menyiapkan pedoman penskoran.

5) Bentuk Tes jawaban Singkat


Tes ini mengharuskan siswa menuliskan jawaban singkatnya sesuai dengan
petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi
atau isian, dan jenis identifikasi atau asosiasi. Ketika Anda menyusun tes bentuk ini
perhatikan keharusannya yaitu; (1) soal mengacu pada indikator, (2) rumusan kalimat
soal harus komunikatif, dan (3) tidak menimbulkan interpretasi ganda.

6) Bentuk Tes Menjodohkan


Pengerjaan tes ini dilakukan dengan menjodohkan atau memasangkan suatu
premis dengan daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan
masing-masing premis itu dengan satu kemungkinan jawaban. Bila Anda menuliskan
soal bentuk ini perhatikan bahwa: (1) soal harus sesuai dengan indikator, (2) jumlah
alternatif jawaban lebih banyak dari pada premis, (3) alternatif jawaban berhubungan
secara logis dengan premisnya, (4) rumusan kalimat soal harus komunikatif, dan (5)
butir soal menggunakan Bahasa Indonesiayang baik dan benar.

7) Bentuk Tes Unjuk Kerja (Performance)


Tes bentuk ini sering pula diklasifikasikan dalam bentuk penilaian autentik
atau penilaian alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan
peserta didik dalam menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata. Yang dapat
Anda cermati uraiannya pada Unit 5.

4-26 Unit 4
b. Mengembangkan Tes pada Domain Afektif
Anda dapat mengembangkan tes pada domain afektif ini, untuk beberapa fokus
sikap diantaranya adalah:

1) Sikap terhadap mata pelajaran


Tes sikap terhadap mata pelajaran dapat diberikan pada awal atau akhir
program agar siswa memiliki sikap yang lebih baik pada suatu mata pelajaran. Perlu
dilakukan tindakan bila sebagian besar siswa bersikap negatif pada mata pelajaran
tertentu

2) Sikap positif terhadap belajar


Siswa diharapkan memiliki sikap yang baik terhadap belajar. Siswa yang
memiliki sikap positif terhadap belajar cenderung menjadi pembelajar pada masa
depan.

3) Sikap terhadap diri sendiri


Meskipun harga diri siswa dipengaruhi oleh keluarga dan kejadian di luar
sekolah, hal-hal yang terjadi di kelas diharapkan dapat meningkatkan harga diri
siswa.

4) Sikap positif terhadap perbedaan


Siswa perlu mengembangkan sikap yang lebih toleran dan menerima perbedaan
seperti etnik, jender, kebangsaan dan keagamaan.

5) Sikap terhadap permasalahan faktual yang ada di sekitarnya


Penilaian afektif juga dapat melihat fokus nilai semacam kejujuran, integritas,
keadilan, dan nilai kebebasan. Fokus penilaian afektif dapat dikenakan terhadap
permasalahan-permasalahan aktual di sekitar siswa.
Pertanyaan yang berikutnya muncul adalah “Bagaimanakah tes pada domain
afektif dilaksanakan?” Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau
teknik antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
Hasil observasi perilaku dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
Perilaku adalah kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal.
Pada tes ini biasanya digunakan dengan memanfaatkan skala likert. Langkah-
langkah dalam menyusun skala likert antara lain adalah: (1) Memilih variabel afektif
yang akan diukur; (2) Membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-27


dimaksudkan; (3) Mengklasifikasikan pernyataan positif atau negatif; (4)
Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif
pilihan; (5) Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat
penilaian; (6) Melakukan ujicoba; (7) Membuang butir-butir pernyataan yang kurang
baik; dan (8) Melaksanakan penilaian.
Di bawah ini adalah satu contoh tes afektif yang mengases sikap siswa terhadap
pelajaran sains.

Sikap terhadap Pelajaran Sains


Petunjuk:
1. Pengisian skala ini tidak ada hubungannya dengan prestasi belajar, Anda tidak
perlu mencantumkan nama dan nomor absen!
2. Pilihlah dengan melingkari jawaban yang paling sesuai dengan pernyataan di
bawah ini!

No. Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak
Setuju
1 Saya mempersiapkan diri untuk menerima SS S TS STS
pelajaran sains di kelas
2 Saya berperan aktif dalam pembelajaran sains SS S TS STS
3 Saya suka melakukan percobaan sains SS S TS STS
4 Saya tertarik artikel yang berhubungan dengan SS S TS STS
sains
5 Saya memperkaya keterangan guru sains SS S TS STS
dengan membaca buku-buku penunjang
6 Saya mengulang pelajaran sains di rumah SS S TS STS
7 ………………………………………. SS S TS STS
Depdiknas 2006

Latihan
Cobalah menyusun tes domain afektif yang berupa sikap siswa pada peristiwa factual
yang ada di sekitar lingkungan sekolah!

c. Mengembangkan Tes pada Domain Psikomotor

Pada umumnya pelajaran yang termasuk kelompok psikomotor adalah mata


pelajaran yang indikator keberhasilan yang lebih beorientasi pada gerakan dan
menekankan pada reaksi-reaksi fisik atau keterampilan tangan. Hasil belajar
psikomotor dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: (1) specific responding, siswa
baru mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, yang dapat didengar, dilihat, atau

4-28 Unit 4
diraba, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja dsb. dan (2)
motor chaining, siswa sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan
dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misal memukul bola, menggergaji,
menggunakan jangka sorong. Pada tingkat rule using siswa sudah dapat
menggunakan hukum-hukum dan atau pengalaman-pengalaman untuk melakukan
keterampilan yang komplek, misal bagaimana memukul bola yang tepat agar
dengan tenaga yang sama namun hasilnya lebih keras. Gagne (1977) berpendapat
bahwa ada 2 kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan yaitu
kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara,
yakni (a) mengingatkan kembali sub-sub keterampilan yang sudah dipelajari dan (b)
mengingatkan prosedur-prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah
dikuasainya. Untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan: (a) instruksi verbal,
(b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik.
Soal untuk ranah psikomotor juga harus mengacu pada standar kompetensi
yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar. Setiap butir standar kompetensi
dijabarkan menjadi 3 sampai dengan 6 butir kompetensi dasar. Selanjutnya setiap
butir kompetensi dasar dapat dijabarkan menjadi 3 sampai dengan 6 indikator dan
setiap indikator harus dapat dibuat lebih dari satu butir soal. Namun, ada kalanya satu
butir soal ranah psikomotor terdiri dari beberapa indikator. Instrumen psikomotor ini
terdiri dari dua macam, yaitu (1) soal dan (2) lembar yang digunakan untuk
mengamati dan menilai jawaban siswa terhadap soal tersebut.

1) Menyusun Soal
Menyusun soal dapat diawali dengan mencermati kisi-kisi instrumen
psikomotor yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan
memperhatikan materi pokok dan pengalaman belajar. Namun adakalanya soal ranah
psikomotor untuk ujian blok yang biasanya sudah mencapai tingkat psikomotor
manipulasi, mencakup beberapa indikator.

2) Menyusun Lembar Observasi dan Lembar Penilaian


Lembar observasi dan lembar penilaian harus mengacu pada soal. Soal atau
lembar tugas atau perintah kerja inilah yang selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-
aspek keterampilan. Lembar observasi pada tes unjuk kerja dapat Anda cermati juga
pada UNIT 5.
Teknik asesmen, pendekatan, dan metode pembelajaran serta hasil belajar pada
semua ranah merupakan hal yang tak terpisahkan satu dengan yang lain karena
semua di desain untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan. Pertanyaan yang

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-29


kemudian muncul adalah: Sejauhmana pola pembelajaran mampu mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Pedoman Penilaian Depdiknas
(2006) memvisualkan gambaran tersebut dalam Tabel berikut untuk mempermudah
Anda mencermati keterkaitan ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dalam
Penilaian.

Tabel: Keterkaitan Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dalam Penilaian

Pola mengajar Cara penilaian

Tulis Subjektif
No TINGKATAN Tulis Objektif

Tingkah laku
Belajar aktif

Unjuk kerja
Tradisional

Portofolio
DOMAIN

Produk
Lisan
KOGNITIF
VI. Evaluasi - v - v - v - v v
V. Sintesis - v - v - v - v v
IV. Analisis - v - v - v - v v
III. Aplikasi - v - v v v v v v
II. Pemahaman v v v v v v v v v
I. Pengetahuan v v v v v v v v v
AFEKTIF
V. Karakterisasi - v - - - - - v -
IV. Organisasi - v - - - v - v -
III. Acuan nilai - v - - - v v v v
II. Responsi v v - - - v v v v
I. Penerimaan v v - - - v v v v
PSIKOMOTOR
VI. Gerakan indah - v - - - v v - -
dan kreatif
V. Gerakan terampil - v - - - v v - -
IV. Gerakan - v - - - v v - -
kemampuan fisik
III. Gerakan persepsi - v - - - v v v -
II. Gerakan dasar v v - - - v v v -
I. Gerakan refleks v v - - - v v v v
Jumlah 6 17 2 8 3 16 12 14 10
Persentase 35% 100% 12% 47% 18% 94% 71% 82% 59%
(Depdiknas 2006)

4-30 Unit 4
Rangkuman

Mengembangkan Tes sebagai instrumen asesmen proses dan hasil belajar


adalah menyusun alat ukur suatu gejala yang bersifat abstrak yaitu pemahaman
dan penguasaan anak terhadap materi yang berupa seperangkat kompetensi
dipersyaratkan. Untuk dapat mengembangkan tes yang baik perlu diperhatikan
langkah pokok mengembangkan Tes yang meliputi:

1. Perencanaan Tes

a. Menentukan cakupan materi yang akan diukur


b. Memilih bentuk tes
c. Menetapkan panjang tes

2. Menulis Butir Pertanyaan

a. Menulis draft soal


b. Memantapkan validitas isi (Content Validity)
c. Melakukan uji-coba (try out)
d. Revisi soal

3. Melakukan pengukuran dengan tes


a. Menjaga obyektivitas pelaksanaan
b. Memberikan skor pada hasil tes
c. Melakukan analisis hasil tes

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-31


Tes Formatif 2

Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur


pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan langkah-langkah pokok penyusunan tes!
2. Buatlah matrik keterkaitan yang menggambarkan tata hubungan antara standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan penetapan jenis tes serta contoh soal
yang dikembangkan!
3. Jelaskan dengan contoh bagaimana sebaiknya try out dilakukan untuk tes buatan
guru!
4. Bagaimanakah langkah-langkah mengembangkan tes untuk mengukur domain
afektif!
5. Bagaimanakah langkah-langkah mengembangkan tes untuk mengukur domain
psikomotor!

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Jawablah pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan
dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau
Anda belum merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan
karena kesepahaman tentang pengertian ini akan mendasari dan mempengaruhi
langkah dan kegiatan dalam menyelesaikan mata kuliah ini.

4-32 Unit 4
Subunit 3
Kriteria Tes Yang Baik

Pengantar

D alam proses pembelajaran, tes merupakan alat ukur dalam proses asesmen
maupun evaluasi yang memiliki peranan sangat penting untuk mengetahui
keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah. Dalam hal ini, tes memiliki fungsi
ganda, yaitu mengukur tingkat pencapaian siswa pada kompetensi yang
dipersyaratkan, yang terjabar dalam indikator pencapaian, dan mengukur
keberhasilan program pengajaran sekaligus kualitas pendidik dalam mengelola
proses pembelajaran. Untuk bisa memberikan data yang akurat, sesuai dengan
fungsinya maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, untuk dapat
dikatakan sebagai tes yang baik. Secara umum tes yang baik memiliki syarat-syarat
antara lain (1) hanya mengukur satu aspek saja. Tes yang baik memiliki sebuah
aspek saja yang akan di ukur, jadi tes matematika misalnya hanya menguji
kemampuan matematika seseorang, (2) handal dalam pengukuran; kehandalan ini
meliputi ketepatan hasil pengukuran dan keajegan hasil pengukuran.
Dengan memahami betapa pentingnya tes dalam kegiatan asesmen
pembelajaran di sekolah, pastilah Anda sebagai pendidik menjadi penasaran untuk
lebih dalam mempelajari apa sebenarnya persyaratan atau kriteria dari tes yang baik.
Rasa penasaran Anda akan terlunasi dengan mencermati uraian pada subunit ini.
Pemahaman itu akan semakin sempurna bila Anda mengerjakan semua soal latihan
dan tes formatif yang ada di akhir subunit ini. Anda juga disarankan untuk membaca
referensi lain serta mendiskusikannya dengan teman-teman Anda .

1. Kriteria Tes yang Baik


Tes atau soal ujian merupakan alat ukur yang memiliki fungsi ganda yaitu
untuk mengukur efektivitas belajar dan mengukur efektivitas guru dalam mengajar.
Untuk dapat menjadi alat ukur yang baik dan dapat memberikan informasi yang
akurat maka setiap soal sebagai bagian dari konstruksi tes harus dijaga kualitasnya.
Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang
berkualitas yaitu:

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-33


a. Valid
Soal dikatakan valid bila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, validitas
soal
dapat dilihat dari kesesuaian soal dengan tujuan instruksional khusus dan tujuan
pengukuran yang telah ditetapkan. Validitas dapat pula dilihat dari
kemampuannya memprediksi prestasi di masa yang akan datang,

b. Relevan
Tes yang relevan mengandung soal-soal yang dapat mengukur kemampuan
belajar sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam indikator
pencapaian hasil belajar (Ranah kognitif, afektif dan psikhomotor). Bila
kompetansi dasar dan indikator bertujuan mengungkap ranah afektif, pertanyaan
soal harus pula mengarah ke sikap dan seterusnya.

c. Spesifik
Soal harus direncanakan sedemikian rupa agar jawabannya pasti dan tidak
menimbulkan ambivalensi atau spakulasi dalam memberikan jawaban. Kesulitan
soal tidak saja kesulitan materi juga bisa ditambah kesulitan dalam memahami
soal bila soal tidak disusun secara spesifik.

d. Representatif
Soal tes sebaiknya dikembangkan dari satuan materi yang jelas cakupannya, dan
bersifat komprehensif dalam pengertian materi tes harus mencakup seluruh
materi pengajaran, untuk itu seluruh pokok bahasan (sub pokok bahasan)
idealnya harus terwakili dalam soal tes. Syarat ini akan dapat mengurangi error
terhadap hasil pengukuran.

e. Seimbang
Dalam proses pengajaran dosen akan tahu persis, bahwa setiap pokok bahasan
memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, soal tes dikatakan seimbang bila pokok
bahasan yang terpenting mendapat porsi terbanyak dalam soal. Kalau dalam
keadaan terpaksa hal tersebut tidak dapat dilakukan maka keseimbangan dapat
dicapai dengan memberikan bobot yang berbeda pada pokok bahasan yang
memiliki tingkat kesulitan yang berbeda.

4-34 Unit 4
f. Sensitif
Syarat ini berkait erat dengan taraf kesukaran soal, butir tes yang baik harus
memiliki sensitivitas untuk membedakan siswa yang benar-benar menguasai
materi dengan yang tidak, hal ini tidak akan tercapai bila soal terlalu sulit
sehingga semua siswa tidak dapat mengerjakan, atau soal yang terlalu gampang
sehingga semua siswa dapat mengerjakan dengan benar.

g. Fair
Tes hasil ujian hendaklah bersifat terbuka dalam pengertian tidak mengandung
jebakan, jelas cakupan materinya, kejalasan norma yang dipakai serta kriteria
keberhasilannya. Dalam pelaksanaannya obyektif, tidak merugikan kelompok
tertentu.

h. Praktis
Dalam pengertian bahwa tes tidak sulit untuk dilaksanakan dilihat dari segi
pembiayaan maupun pelaksanaanya. Tes yang baik harus efisien dan mudah
untuk dilaksanakan.

Kiteria yang dikemukakan di atas, tidak dimaksudkan untuk memberikan


belenggu pada guru dalam menyelesaikan tugasnya di kelas khususnya dalam
mengembangkan tes, tetapi lebih diarahkan pada pengenalan kondisi ideal yang
seharusnya dipenuhi oleh soal-soal yang disusun oleh pendidik, atau paling tidak
memberikan arah kepada perbaikan Anda dalam memperbaiki sistem penilaian yang
telah Anda lakukan selama ini.

2. Validitas dan Reliabilitas


Kualitas instrumen sebagai alat ukur ataupun alat pengumpul data diukur dari
kemampuan alat ukur tersebut untuk dapat mengungkapkan dengan secermat
mungkin fenomena-fenomena ataupun gejala yang diukur. Kualitas yang menunjuk
pada tingkat keajekan, kemantapan serta konsistensi dari data yang diperoleh itulah
yang disebut dengan validitas dan reliabilitas.

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-35


a. Validitas
Validitas alat ukur menunjukkan kualitas kesahihan suatu instrumen atau alat
pengumpul data dapat dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur tersebut mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur/diinginkan, sehingga alat ukur dikatakan
sahih apabila dapat mengungkap secara cermat dan tepat data dari variabel yang
diteliti. Tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen menunjukkan sejauhmana data
dari variabel yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel
yang dimaksud. Kerlinger (1986) menyatakan bahwa validitas alat ukur tidak cukup
ditentukan oleh derajad ketepatan alat ukur dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur, tetapi perlu pula dilihat dari tiga kriteria yang lain yaitu Appropriatness,
Meaningfullness dan Usefullness. Bila dikaitkan dengan pengukuran aspek perilaku
sebagai hasil belajar, penjelasan ketiga kriteria tersebut secara bebas dapat
diterjemahkan sebagai berikut: (1) Appropriatness: Kriteria ini menunjuk pada
kelayakan dari tes sebagai alat ukur tersebut, yaitu seberapa jauh alat ukur dapat
menjangkau keragaman aspek perilaku tertentu; (2) Meaningfullness: Adalah
kriteria yang didasarkan pada kemampuan alat ukur untuk dapat memberikan
keseimbangan item-item pengukurannya berdasar tingkat kepentingan/urgensi dari
setiap bagian gejala; dan (3) Usefullness to inferences: yakni kriteria ini menunjuk
pada sensitif tidaknya alat ukur untuk dapat menangkap gejala perilaku, dan tingkat
ketelitian yang ditunjukkan dalam pembuatan kesimpulan.

Jenis-jenis validitas yang dapat dipakai sebagai kriterium, dalam menetapkan


tingkat kehandalan tes, diantaranya adalah:

1) Validitas Permukaan (Face Validity): Validitas ini sering pula disebut sebagai
validitas tampang. Validitas jenis ini menggunakan kriterium yang paling
sederhana karena yang menjadi kriterianya hanya tampang atau penampakan dari
instrumen itu sendiri. Apabila tes sebagai instrumen pengukuran, berdasar
pengamatan sepintas telah dapat mengungkap fenomena yang akan dicari, bila
secara sepintas sudah dianggap baik, maka alat tersebut sudah dapat dianggap
memenuhi kriteria face validity, sehingga tidak diperlukan adanya pertimbangan
mendalam.

2) Validitas konsep (Construct Validity): Validitas ini disebut juga sebagai


validitas konstruksi teori. Dalam hal ini alat ukur dikatakan valid apabila item
sebagai alat ukur telah mencerminkan konsep perilaku yang diukur, dan memiliki
tingkat kesesuaian dengan konstruksi teoritiknya. Validitas konstruksi ini sering

4-36 Unit 4
pula disebut sebagai logical Validity. Penggunaan validitas logis terutama dalam
pengukuran-pengukuran gejala perilaku yang abstrak misalnya ukuran tentang
kesetiakawanan, kematangan emosi, sikap terhadap KB, motivasi dan
sebagainya.

3) Validitas Isi (Content Validity): Sesuai dengan namanya validitas ini disebut
pula sebagai validitas isi, pada validitas ini yang menjadi kriterium untuk
menetapkan valid atau tidaknya alat ukur adalah isi/substansi dari variabel yang
akan diukur, sehingga pada umumnya validitas ini hanya digunakan untuk
mengukur variabel dengan cakupan materi yang jelas, misalnya saja dalam tes
hasil belajar, alat ukur digunakan untuk dapat mengukur penguasaan siawa
terhadap kompetensi bidang studi yang dipersyaratkan. Derajad validitas
menunjuk pada kemampuan tes dalam menggambarkan topik-topik dan ruang
lingkup cakupan materi yang akan diukur. Apabila alat ukur yang dikembangkan
telah representatif, dalam arti mewakili semua cakupan materi, maka alat ukur
tersebut telah memenuhi syarat content validity. Karena secara umum cakupan
materi bidang studi biasanya berpedoman pada kurikulum yang telah ditetapkan
maka content validity sering pula disebut sebagai “Curriculair Validity”.

4) Concurrent Validity: Validitas ini dikenal pula dengan nama validitas


bandingan, karena dalam menetapkan tingkat validitas alat ukur diperlukan
kriterium luar yang berupa alat ukur lain yang serupa dan sudah dibakukan
validitasnya. Apabila hasil pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur baru,
mempunyai tingkat kesesuaian dengan hasil yang pengukuran yang diperoleh
dari alat ukur yang sudah dibakukan, maka tes sebagai alat ukur ini dianggap
memenuhi concurrent validity.

5) Factorial Validity: Dalam kegiatan penelitian, tidak jarang terjadi sebuah skala
pengukuran variabel terdiri dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diperoleh
berdasar demensi/indikator dari variabel/gejala yang diukur, sesuai yang
terungkap dalam konstruksi teoritisnya. Meskipun variabel terdiri dari beberapa
faktor, prinsip homogenitas untuk keseluruhan faktor harus tetap dipertahankan.
Disamping perlu dicegah adanya overlap antara satu faktor dengan faktor yang
lain. Sehingga kriterium yang digunakan dalam factorial validity ini dapat dilihat
dengan menghitung homogenitas skor setiap faktor dengan total skor, serta
homogenitas antara skor dari faktor yang satu dengan skor dari faktor yang lain.

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-37


Di samping pembagian validitas dengan jenis-jenis seperti telah diuraikan di
atas, terdapat pula pembagian validitas yang hanya dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar yaitu validitas eksternal dan validitas internal.

b. Reliabilitas
Pengertian yang paling sederhana dari reliabilitas adalah kemantapan alat
ukur dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut dapat diandalkan atau memiliki
keajegan hasil. Pada dasarnya hubungan antara validitas dan reliabilitas dapat
dikemukakan bahwa alat ukur yang valid akan cenderung menghasilkan pengukuran
yang reliabel, sebaliknya alat ukur yang reliabel sama sekali tidak menunjuk pada
validitas alat ukur tersebut. Masalah validitas dan reliabilitas alat ukur nampak
sangat jelas penggunaannya pada penelitian dengan pendekatan kauntitatif, karena
penghitungan tingkat valititas dan reliabilitas pada umumnya juga menggunakan
teknik statistik.
Kerlinger (1986: 443) mengemukakan bahwa reliabilitas dapat ukur dari tiga
kriteria yaitu: (1) Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegan
(konsistensi) hasil yang ditunjukan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama,
pada waktu yang berbeda; (2) Dependability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri
pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan; (3)
Predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan
berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat diramalkan
hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya.
Dengan mencermati pendapat di atas, maka batas reliabilitas atau keajegan
dapat diartikan sebagai konsistensi skor yang diperoleh dari orang yang sama, pada
gejala yang sama. Untuk itu ada kemungkinan skor pembanding, mungkin berupa
skor yang diperoleh dari alat ukur yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau
skor yang diperoleh dari alat ukur lain yang seimbang. Kerlinger menyatakan
bahwa reliabilitas instrumen dikatakan baik bila alat tersebut dikenakan pada obyek
yang sama, akan mendapatkan hasil yang sama pada beberapa kesempatan yang
berbeda. Hal yang menjadi permasalahan dalam reliabilitas adalah kesalahan dalam
penggunaan suatu alat ukur, semakin kecil kemungkinan kesalahan terjadi, maka
akan semakin reliabel alat ukur tersebut. Dijelaskan lebih jauh bahwa reliabilitas alat
ukur dapat ditingkatkan dengan cara memperbanyak butir item, dengan alasan bahwa
secara statistik jumlah item yang banyak akan meningkatkan reliabilitas alat ukur.
Meningkatkan reliabilitas alat ukur dapat pula dilakukan dengan menggunakan
petunjuk pengerjaan yang jelas dan dengan menggunakan istilah-istilah yang jelas,

4-38 Unit 4
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan bahasa responden, sehingga tidak
menimbulkan keraguan atau kesalahpahaman dalam pengisian.
Pengukuran reliabilitas mendasarkan diri pada “measurement error” yaitu
kesalahan yang bersumber dari proses pengukuran. Sehingga kesalahan dapat
disebabkan oleh alat ukur ataupun dari perubahan-perubahan gejala yang diukur.
Dalam penelitian sosial termasuk perilaku, sumber kesalahan pengukuran dapat
ditengarai dari berbagai faktor diantaranya adalah (Kartono, 1996: 125): (1) hakekat
dari gejala perilaku yang mudah sekali berubah, dan tidak dapat diulang dengan
kondisi dan hasil yang sama, sebagai akibatnya hasil pengukuran perilaku juga akan
selalu mengalami fluktuasi sejalan dengan perubahan waktu, dan kondisi-kondisi
yang ada di sekitarnya; (2) kondisi pribadi yang ada pada diri seseorang bersifat
tidak menetap, baik yang menyangkut tingkat kelelahan, suasana hati, dan
sebagainya. Hal ini akan mempengaruhi perilaku, dan hasil pengukurannya; dan (3)
ketidakmantapan hasil pengukuran juga dapat disebabkan oleh validitas alat ukur
yang rendah, situasi pengukuran yang berubah-ubah, ketidakmantapan dalam
pelaksanaan pengukuran maupun interpretasi terhadap hasil pengamatan serta
kecermatan dalam pengadminstrasian perlu mendapat perhatian.
Dengan mendasarkan diri pada keterbatasan penelitian sosial dan perilaku,
maka dipahami bahwa angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran gejala sosial
dan perilaku akan selalu berupa True score + error. Error yang terjadi bisa berarti
skor yang diperoleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sumber error (kesalahan atau
penyimpangan) dapat berasal dari alat ukur, kondisi responden, pelaksanaan
pengukuran ataupun interpretasi dan pengadministrasian. Langkah-langkah untuk
menguji reliabilitas alat ukur pada dasarnya merupakan upaya untuk dapat
mengetahui seberapa besar “salah ukur” dalam upaya mengukur gejala perilaku
sebagai variabel penelitian. Hasil yang diperoleh disebut dengan “Indeks
Reliability”. Koefisien reliabilitas selalu berada dalam rentangan 0 sampai dengan 1
yang menunjuk pada persentase varian error dengan sumber variasi yang berbeda.
Misalnya koefisien reliabilitas menunjukkan 0.74 berarti 74 % varian skor yang
bersumber pada keadaan yang diukur, sedang 26 % adalah kesalahan atau varian
error yang bersumber dari keadaan di luar variabel yang diukur.
Cara mencari koefisien reliabilitas alat ukur, dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa cara, yang masing-masing mempunyai kekurangan dan
keunggulan. Berbagai pilihan tentang cara menetapkan tingkat reliabilitas alat ukur
tersebut adalah:

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-39


1) Teknik Pengulangan (Test and Re Test Reliability)
Cara ini disebut sebagai teknik ulangan, karena dilakukan dengan memberikan
dua kali pengukuran dengan rentang waktu tertentu dengan menggunakan alat ukur
yang sama. Skor yang diperoleh pada pengukuran pertama dikorelasikan dengan
skor dari hasil pengukuran pada pengukuran yang kedua. Koefisien yang diperoleh
dengan cara ini menunjuk pada derajad stabilitas alat ukur. Pada umumnya sumber
error pada teknik pengulangan ini dapat bersumber dari berbagai faktor yang
menyebabkan seseorang mempunyai skor berbeda pada saat dua kali mengerjakan
tes yang sama. Sangat mungkin perubahan skor yang terjadi bukan karena
perubahan hal yang diukur, tetapi karena situasi yang berbeda atau pengalaman dari
responden pada saat mengerjakan soal yang pertama, sehingga dalam pengerjaan tes
kedua lebih hati-hati dan lebih baik hasilnya. Kebaikan utama dari cara ini adalah:
karena sobyek dan alat pengukuran yang digunakan sama, akan dapat
memperkecil kemungkinan masuknya sumber error yang lain, tetapi perlu pula
dipertimbangkan bahwa penggunaan sobyek dan alat ukur yang sama dalam dua kali
pengukuran, sekaligus juga merupakan kelemahan yang disebabkan karena adanya
pengalaman mengerjakan akan mempengaruhi hasil pada pengukuran yang kedua.

2) Teknik Bentuk Paralel (Alternate Form Reliability)


Mencari reliabilitas dengan teknik bentuk parallel dilakukan dengan cara
pengukuran pada subyek yang sama tetapi menggunakan alat ukur berbeda yang
mempunyai tingkat kesamaan. Dengan cara ini peneliti perlu mempersiapkan dua set
alat ukur yang berbeda dengan mempertimbangkan keseimbangan di antara kedua
alat ukur tersebut. Keseimbangan diperlukan karena alat ukur ini ditujukan untuk
mengukur gejala yang sama. Teknik ini sering juga disebut sebagai Parallel Test
Reliability. Penggunaan dua set alat ukur dimaksudkan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya pengaruh ingatan terhadap pengukuran yang pertama.
Teknik ini dapat dilakukan dengan mengadakan pengukuran dengan alat ukur yang
pertama berturutan waktunya dengan pengukuran dengan menggunakan alat ukur
yang kedua pada subyek yang sama. Kemudian skor dari pengukuran alat ukur
yang pertama dikorelasikan dengan skor hasil pengukuran yang kedua. Koefisien
korelasi yang diperoleh akan mengungkap derajad ekuivalensi dan indeks stabilitas.
Kemungkinan kesalahan pada cara ini dapat bersumber dari derajat keseimbangan
antara dua alat ukur tersebut, serta kondisi yang mungkin berbeda pada saat
pengukuran pertama dengan pengukuran kedua, meskipun dilakukan secara
berturutan.

4-40 Unit 4
3) Teknik belah dua (Split Half reliability)
Teknik belah dua ini dikembangkan dengan menggunakan satu jenis alat ukur,
dan hanya diberikan satu kali pada subyek, kemudian hasilnya diolah sedemikian
rupa. Yaitu dengan cara mengelompokkan butir-butir itemnya menjadi dua bagian
sama besar (belah dua). Pembagian item menjadi dua kelompok sama besar dapat
dilakukan dengan cara acak atau pengelompokan berdasar nomor ganjil-genap,
dapat pula dengan cara membagi menjadi separo kelompok bagian awal dan separo
bagian akhir dalam jumlah yang sama. Setelah itu skor yang berasal dari belahan
yang pertama dikorelasikan dengan skor pada belahan yang kedua. Koefisien
korelasi yang diperoleh mencerminkan derajad ekuivalensi antara dua belahan
tersebut. Teknik ini baru mencerminkan koefisien reliabilitas dari masing-masing
belahan tersebut. Oleh karenanya untuk mendapatkan gambaran koefisien secara
keseluruhan, koefisien antar belahan tersebut masih perlu dikoreksi dengan rumus
sebagai berikut:
N r x1 x2
Reliability =
1 + r x1 x2
Dimana x1 adalah skor dari belahan satu, x2 adalah skor dari belahan kedua, dan n adalah
banyaknya subyek pada setia bagian (belahan). Rumus tersebut didasarkan pada asumsi bahwa
kedua belahan mengukur hal yang sama, yang memiliki varian yang sama.

4) Kuder Richardson Reliability


Cara ini diberlakukan bila instrumen digunakan untuk mengukur satu gejala
psikologis atau perilaku yang sama, artinya alat ukur tersebut dapat dikatakan
reliabel bila terbukti ada konsistensi jawaban antar item yang satu dengan item
yang lain. Sehingga apabila sifat dan tingkatan homogenitas antar item tidak
terpenuhi, artinya alat tersebut dianggap mengukur lebih dari satu variabel. Bila
dalam kenyataan dalam satu instrumen terdapat lebih dari satu skala pengukuran
atau mengukur lebih dari satu variabel, dan setiap variabel memiliki beberapa
dimensi, maka pengecekan reliabilitas dilakukan terhadap masing-masing skala
pengukuran. Model Kuder Richardson Reliability ini menghasilkan koefisien
konsistensi internal yang menunjuk pada derajad konsistensi antara item yang satu
dengan item yang lain. Sehingga lebih cocok untuk alat ukur yang menggunakan
item dua pilihan dengan salah satu jawaban benar.

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-41


6) Cronbach Alpha Reliability
Cara ini juga dikembangkan untuk mengujir konsistensi internal dari suatu alat
ukur, perbedaan pokok dengan model Kuder Richardson adalah bahwa teknik ini
tidak hanya untuk instrumen dengan dua pilihan tetapi tidak terikat pada dua pilihan
saja, sehingga penerapannya lebih luas. Misalnya untuk menguji reliabilitas skala
pengukuran sikap dengan 3, 5 atau 7 pilihan.
Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah indeks sensitivitas, yang merupakan
perbedaan kemampuan peserta didik antara setelah mengikuti proses pembelajaran
dengan sebelum mengikuti proses pembelajaran. Indeks ini menyatakan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam mengikuti porses pembelajaran dan keberhasilan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Besarnya indek yang baik adalah
positif dan besar.
Indeks ini sering dinyatakan dalam bentuk formula seperti berikut ini:

RA - RB
Is = ⎯⎯⎯
T
RA = Jumlah peserta didik yang menjawab benar setelah mengikuti proses
pembelajaran
RB = Jumlah peserta didik yang menjawab benar sebelum mengikuti proses
pembelajaran
T = Jumlah peserta didik yang mengikuti ujian

Rangkuman

Untuk dapat menjadi alat ukur yang baik dan dapat memberikan informasi yang
akurat maka setiap soal sebagai bagian dari konstruksi tes harus dijaga kualitasnya.
Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang
berkualitas yaitu; (1) valid, (2) relevan, (3) spesifik, (4) representatif, (5) seimbang
(6) sensitif, (7) fair, dan (8) praktis
Validitas sebagai kriteria mutlak tes sebagai instrument terbagi menjadi 5 jenis yaitu;
(1) validitas permukaan (face validity), (2) validitas konsep (construct validity), (3)
validitas isi (content validity), (4) concurrent validity, dan (5) factorial validity.

4-42 Unit 4
Tes Formatif 3

Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur


pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan dengan contoh kriteria tes yang baik!
2. Jelaskan dengan contoh jenis-jenis validitas tes sebagai alat ukur!
3. Jelaskan mengapa content validity sering pula disebut sebagai validitas
kurikulum!
4. Jelaskan jenis-jenis ukuran reliabilitas!
5. Jelaskan dengan contoh ketekaitan antara validitas dan reliabilitas!

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Jawablah pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan dengan
kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau Anda
belum merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena
kesepahaman tentang pengertian ini akan mendasari dan mempengaruhi langkah dan
kegiatan dalam menyelesaikan mata kuliah ini.

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-43


Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1

1. Jenis tes dilihat dari tujuan penyelenggaraannya, yaitu tes untuk


keperluan seleksi, untuk menempatkan orang pada kelas-kelas tertentu, untuk
mengetahui hasil belajar, untuk keperluan diagnostik, dan untuk keperluan uji
coba.
2. Jenis tes berdasar bentuk jawabannya adalah :
a. Tes Esei : Tes yang jawabannya berbentuk uraian yang menuntut
siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan
gagasannya dalam bentuk tulisan.
b. Tes jawaban pendek peserta menuangkan jawabannya, dalam bentuk
rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-angka.
c. Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan
untuk menjawab tes telah tersedia.
3. Tes melandasi pengambilan keputusan di awal proses pembelajaran,
yaitu manfaat tes untuk mengetahui :
a. Sejauhmanakah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran hal ini
diperlukan untuk menetapkan perencanaan pembelajaran.
b. Sejauhmanakah kemampuan dan keterampilan yang telah dicapai
peserta didik terhadap pembelajaran yang direncanakan, untuk
merancang materi dan metode pembelajaran yang direncanakan.
4. Tes melandasi pengambilan keputusan selama proses pembelajaran.
Tes dapat pula digunakan selama proses pembelajaran (tes formatif). Tes
formatif dapat diberikan baik dalam bentuk tes tulis maupun tes lisan, baik
dengan jawaban uraian maupun tes obyektif.
5. Perbedaan antara tes obyektif dengan tes esei : Tes objektif adalah tes
yang
keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia.
Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban
(selected response test). Butir soal telah mengandung kemungkinan jawaban
yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Menurut Subino (1987)

4-44 Unit 4
perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esei adalah
tugas peserta tes (testee) dalam merespons tes. Pada tes objektif, tugas testee
adalah memanipulasikan data yang telah ada dalam butir soal. Oleh
karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif.
Sedang Tes Esei (Essay-type Test) : Adalah tes bentuk uraian yang
menghendaki siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya
dalam bentuk tulisan. Keunggulan tes uraian adalah dapat mengukur
kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan
pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan
kata-kata atau kalimat sendiri. Sedang keterbatasannya adalah cakupan materi
pelajaran yang terbatas, waktu pemeriksaan jawaban yang lama,
penskorannya subyektif dan umumnya kurang handal dalam pengukuran.

Tes Formatif 2

1. Langkah-langkah pokok penyusunan tes :


a. Langkah Perencanaan Tes: (1) Menentukan cakupan materi yang akan diukur,
Menulis kompetensi dasar, Menulis materi pokok, Menentukan indikator,
Menentukan jumlah soal, (2)Pemilihan bentuk tes (3)Menetapkan panjang tes.
b. Menulis Butir Pertanyaan meliputi: (1) Menulis draf soal
(2) Memantapkan Validitas Isi (Content Validity), (3)Melakukan Uji Coba (try
out), (4) Revisi soal.
2. Membuat matrik keterkaitan yang menggambarkan tata hubungan antara standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan penetapan jenis tes serta contoh
soal yang dikembangkan pada kelas saudara, dapat melihat contoh pada
subunit 2 point 2.a.
3. Try out dilakukan untuk tes buatan guru harus dilakukan dengan memperhatikan
(1) apakah item-item soal cukup valid dan sesuai dengan kompetensi, (2)
bagaimana rencana pelaksanaan tes untuk siswa, (3) berapa lama
memperkirakan penggunaan waktu pengerjaan, (4) apakah kejelasan format tes,
sudah cukup baik, (5) kejelasan petunjuk pengisian, dan (6) pemahaman bahasa
yang digunakan dan sebagainya.
4. Langkah mengembangkan tes untuk mengukur domain afektif. (1) Memilih
variabel afektif yang akan diukur; (2) Membuat beberapa pernyataan tentang
variabel afektif yang dimaksudkan; (3) Mengklasifikasikan pernyataan positif

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-45


atau negatif; (4) Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat
menjadi alternatif pilihan; (5) Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban
menjadi sebuah alat penilaian; (6) Melakukan ujicoba; (7) Membuang butir-
butir pernyataan yang kurang baik; dan (8) Melaksanakan penilaian.

5. Langkah mengembangkan tes psikomotor: (1) Menyusun soal dengan mencermati


kisi-kisi instrumen psikomotor yang telah dibuat, menjabarkan indikator
dengan memperhatikan materi pokok dan pengalaman belajar. (2) Menyusun
Lembar Observasi dan Lembar Penilaian yang mengacu pada soal.

Tes Formatif 3

1. Kriteria tes yang baik :


a. Valid : Soal dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
b. Relevan : dapat mengukur kemampuan belajar sesuai dengan tingkat
kemampuan yang ditetapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar.
c. Spesifik : tidak menimbulkan ambivalensi/spekulasi dalam memberikan
jawaban.
d. Representatif : dikembangkan dari satuan materi yang jelas cakupannya, dan
bersifat komprehensif.
e. Seimbang : pokok bahasan yang terpenting mendapat porsi terbanyak dalam
soal.
f. Sensitif : dapat membedakan siswa yang menguasai materi dengan yang
tidak.
g. Fair : terbuka tidak mengandung jebakan, jelas cakupan materinya, kejelasan
norma yang dipakai serta kriteria keberhasilannya.
h. Praktis : tidak sulit dilaksanakan dari segi pembiayaan maupun pelaksanaanya.

2. Jenis-jenis validitas tes : Validitas adalah kriteria mutlak tes sebagai instrumen.
Ada 5 jenis validitas yang dapat dipedomani yaitu yaitu; (1) validitas
permukaan (face validity), (2) validitas konsep (construct validity), (3)
validitas isi (content validity), (4) concurrent validity, dan (5) factorial
validity.
3. Content validity sering pula disebut sebagai validitas kurikulum.
Derajad validitas isi (content validity) menunjuk pada kemampuan tes dalam
menggambarkan topik-topik dan ruang lingkup cakupan materi yang akan diukur.
Apabila alat ukur yang dikembangkan telah representatif, dalam arti mewakili

4-46 Unit 4
semua cakupan materi, maka alat ukur tersebut telah memenuhi syarat Content
validity. Karena secara umum cakupan materi bidang studi biasanya
berpedoman pada kurikulum yang telah ditetapkan maka content validity sering
pula disebut sebagai “Curriculair Validity”.
4. Jenis-jenis ukuran Reliabilitas
a. Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegan (konsistensi) hasil yang
ditunjukan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang
berbeda;
b. Dependability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri pada kemantapan alat
ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan;
c. Predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan
berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat
diramalkan hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala
selanjutnya.
5. Keterkaitan antara validitas dan reliabilitas.
Validitas menyangkut ketepatan tes dalam mengukur gejala yang diukur, sedang
reliabilitas menunjuk pada konsistensi hasil pengukuran dari waktu ke waktu
maupun antar bagian dari tes tersebut, sehingga tes yang valid yang dapat
mengukur apa yang seharusnya dapat diukur pasti akan menunjukkan hasil yang
konsisten atau reliabel tetapi hasil pengukuran yang konsisten tidak dapat
menunjukkan dukungannya terhadap validitas, misalnya mengukur tingkat
kecerdasan siswa dengan mengukur lingkar kepala, hasilnya akan selalu
konsisten dan reliabel, tetapi ukuran tersebut sama sekali tidak valid

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-47


Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta:
Depdiknas.
Brookhart Susan M, Nitko J. Anthony. (2007). Educational Assesment of Student.
Fifth edition. New Jersey: Meril Prentice Hall.
Johson David, W & Johson, Roger T. (2002). Meaningful Assessment. Arlington
Street Boston: Ally & Dacon A Pearson Education Company.
Koufman, R. and Thomas, S. (1990). Evaluations Without Fear. New York:
A Division of Franklin Watts.
Poerwanti E. (2001). Evaluasi Pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press.
Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis tes. Jakarta: Dit-Jen Dikti.
Silverius, S. (2001). Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Gramedia
Widya Sarana.
Stiggins, R. J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Maxwell
Macmillan International.
Sudiyono, A. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Syaifuddin, A. (2002). Test Prestasi. Yogyakarta.

4-48 Unit 4
Glosarium
_____________________________________________

Indikator adalah ciri-ciri atau tanda-tanda seseorang telah menguasai kompetensi


standar.
Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten
sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki
oleh peserta didik.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
KTSP atau Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh
peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester
untuk mata pelajaran tertentu.
Struktur kurikulum adalah merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan
pembelajaran.

Asesmen Pembelajjaran di SD 4-49


Unit 5
INSTRUMEN NON TES
Yuni Pantiwati
Pendahuluan

S audara, seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya bahwa asesmen merupakan
proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan
informasi itu (Blaustein, D. et al., 1999 dalam Ibrohim, 2002). Karena merupakan
suatu proses, maka kita perlu mengikuti jalannya proses tersebut sebelum sampai
pada pengambilan keputusan. Keputusan ini sangat berarti bagi peserta didik, oleh
karena itu kita harus berhati-hati dan memberikan keputusan berdasarkan data yang
akurat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Coba saudara ingat,
selama ini keputusan hasil belajar peserta didik apakah sudah ditetapkan berdasarkan
berbagai informasi tentang kemampuan yang dimiliki peserta didik? Benarkah kita
sudah mengukur semua kemampuan siswa, baik kognitif, afektif, dan psikomotor?
Jika kita kaji kembali alat ukur yang digunakan guru pada umumnya menggunakan
tes tulis jenis obyektif dan sedikit esei. Alat ukur ini selalu kita gunakan untuk
mengumpulkan informasi yang selanjutnya digunakan untuk memberikan keputusan
terhadap hasil belajar peserta didik. Dapatkah alat ini memberikan informasi secara
menyeluruh tentang kemampuan siswa? Bukankah tes tulis hanya dapat memberikan
informasi kemampuan kognitif semata. Nah, dengan demikian bagaimana
kemampuan afektif dan psikomotor diukur? Apakah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan secara menyeluruh? Bagaimana melakukan pengukurannya?
Telah kita ketahui bersama bahwa tujuan pendidikan tidak hanya terbatas pada
produk saja tetapi lebih dari itu juga menyangkut proses dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Untuk mengukur upaya siswa mencapai tujuan seperti yang
tercantum dalam kurikulum, menghendaki pengembangan cara-cara penilaian baru.
Asesmen ini diharapkan dapat melengkapi alat penilaian paper and pencil test yang
umumnya hanya dapat mengungkapkan kemampuan kognitif siswa, yang dapat
memberi bukti berapa banyak informasi yang telah dapat dikumpulkan siswa.
Dengan demikian diharapkan penilaian yang dilakukan lebih komprehensif sehingga
dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang profil siswa secara utuh.

Asesmen Pembelajaran di SD 5-1


Dalam Unit 6 kita akan mempelajari berbagai asesmen yang dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan peserta didik secara menyeluruh selain alat ukur yang
selama ini digunakan oleh guru. Asesmen yang digunakan selain tes tertulis yang
digunakan selama ini, itulah yang disebut asesmen alternatif. Cara-cara asesmen ini
bertujuan melengkapi cara atau metoda tes (tradisional). Materi ini penting untuk
dipelajari oleh seorang guru, karena di dalam materi ini, Anda akan menemukan apa,
mengapa, dan bagaimana asesmen alternatif itu. Diharapkan dengan membaca materi
pelatihan ini dan kemudian berlatih seperti yang disarankan, Anda akan mampu
mengembangkan contoh-contoh sederhana asesmen alternatif dalam bidang yang
Anda ajarkan.
Setelah mempelajari materi pelatihan ini, diharapkan Anda dapat:
1. menjelaskan hakekat penilaian alternatif;
2. mengidentifikasi tipe-tipe penilaian alternatif;
3. mengembangkan penilaian kinerja;
4. mengembangkan penilaian portofolio;
5. mengembangkan penilaian diri.
Untuk membantu mendalami materi bahan ajar ini, Anda disarankan untuk
mempelajarinya secara cermat, baik secara mandiri maupun kelompok, menelaah
sumber-sumber buku yang relevan untuk membantu pemahaman Anda. Setelah
mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda diminta untuk
mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing subunit, membaca
rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di bagian akhir tiap-
tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masing-masing subunit,
demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di bagian akhir unit ini.
Namun demikian, Anda diminta untuk menjawab soal-soal latihan dan soal-soal tes
formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya dengan pedoman
jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah disediakan.

Selamat belajar, semoga sukses!

5-2 Unit 5
Subunit 1

Hakekat Asesmen Alternatif

Pengantar

T elah kita ketahui bersama asesmen yang dilakukan guru di dalam kelas jelas
bermaksud untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Selama ini umumnya guru menggunakan tes tertulis (paper and pencil test) dalam
melakukan penilaian walau diketahui paper and pencil test mempunyai banyak
kelemahan disamping kelebihan-kelebihan. Ketika kita melakukan asesmen
menggunakan paper and pencil test, kemampuan peserta didik yang kita ukur adalah
kemampuan kognitif saja sedang kemampuan afektif dan psikomotor belum terukur,
walau demikian guru sudah dapat menyimpulkan bagaimana kemampuan peserta
didik tersebut. Dengan demikian sungguh kita tidak adil melakukan evaluasi dengan
cara demikian. Asesmen alternatif merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi
tes, sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir (end
product) tetapi yang lebih penting merupakan bagian penting dalam proses
pembelajaran. Asesmen alternatif tidak dipersiapkan sebagai pengganti tes obyektif
buatan guru tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran. Jadi, asesmen alternatif harus mampu menghilangkan berbagai
kelemahan tes, seperti menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, mengkategori
peserta didik secara permanen, menghukum peserta didik yang kreatif, atau
mendeskriminasi peserta didik dari golongan minoritas .

1. Perlunya Penilaian Alternatif


Telah kita sadari bahwa kurikulum berkembang pesat mengikuti
perkembangan dan tuntutan zaman. Demikian juga pengembangan kurikulum di
tingkat sekolah dasar, sehingga sistem pembelajaran tentunya juga menuntut pula
adanya perkembangan dalam pemilihan jenis strategi, metode, media maupun sistem
penilaian. Sistem penilaian sangat terkait dengan strategi pembelajaran yang
digunakan. Sebagai contoh dalam kurikulum IPA menghendaki pembelajaran secara
kontekstual, mengkaitkan materi dengan dunia nyata atau sesuai dengan kehidupan
sehari-hari peserta didik. Guru mengajarkan sains kepada siswa melalui pemecahan

Asesmen Pembelajaran di SD 5-3


masalah, inquiry, keterampilan proses, atau kooperatif. Startegi pembelajaran ini
tentunya menuntut siswa aktif, kreatif, kritis sehingga mampu mengembangkan
kemampuan nalar agar terjadi integrasi antar materi, pendekatan, dan obyek yang
dipelajari. Pada saat siswa menunjukkan kompetensinya dengan berbagai sikap,
perilaku, dan keterampilan yang mereka miliki, tentunya ini perlu dinilai sebagai
sumber informasi yang sangat berharga untuk menentukan pencapaian kemajuan
siswa, maka disinilah perlunya asesmen alternatif. Kompetensi yang ditunjukkan
siswa sangat bervariasi, seperti dapat menjawab pertanyaan, menulis laporan,
menanam dalam pot, mengukur volume air dan sebagainya, maka alat ukur yang
digunakan juga berbeda-beda sesuai dengan apa tujuan yang akan diukur. Demikian
juga dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, bila tujuannya adalah siswa dapat
berpidato, berpuisi, mengarang, bercerita, atau bersyair maka ini juga memerlukan
instrumen yang sesuai pula.
Setelah Saudara memperhatikan uraian tadi, selanjutnya pikirkan kembali
kemampuan apa yang dapat diukur dari peserta didik? Untuk menjawab
permasalahan ini pikirkan juga strategi apa yang akan digunakan? Bagaimana
melakukannya? Apa yang dapat dilakukan peserta didik? Dengan demikian Anda
dapat mengembangkan sendiri jenis asesmen seperti apakah yang akan digunakan
untuk mengases peserta didik kita? Selama ini mungkin kita sudah memperhatikan
namun tidak mengases dengan benar, sistematis, dan belum memenuhui tuntutan
administratif.
Kita mengenal ada berbagai jenis asesmen seperti asesmen alternatif, asesmen
tradisional, asesmen kinerja, maupun asesmen yang lainnya. Asesmen ini
mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan satu dengan lainnya. Menurut
Karim (2004), ada beberapa karakteristik asesmen alternatif yaitu: (1) Meminta siswa
untuk melakukan (perform), menciptakan, menghasilkan, atau mengerjakan sesuatu,
(2) Menuntut siswa untuk berfikir tingkat tinggi, (3) Menuntut keterampilan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi atau diberikan kebebasan untuk memecahkan
masalah, (4) Menuntut penerapan dalam kehidupan sehari-hari, (5) Dalam
penyekoran dilakukan oleh manusia dan bukan mesin, (6) Menuntut peranan
pembelajaran yang baru bagi guru, (7) Menuntut peranan asesmen yang baru bagi
guru, (8) Menekankan pentingnya pengujian proses dan hasil belajar, (9) Mendorong
guru untuk pindah dari tugas yang hanya membutuhkan satu jawaban benar ke tugas-
tugas yang memiliki lebih dari satu jawaban benar, (10) Menantang siswa untuk
menyelidiki beberapa kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, dan (11)
Menantang siswa untuk menarik kesimpulan sendiri terhadap suatu tugas atau
problem yang dihadapi.

5-4 Unit 5
Berdasarkan uraian di atas kita sadari bahwa asesmen alternatif menuntut
guru untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat mengembangkan instrumen untuk
mengukur kemampuan siswa dengan cara yang lebih baik. Menurut Hart (1994)
kalau guru mengubah cara mengases siswa, maka guru juga akan mengubah
bagaimana dia mengajar dan bagaimana siswa belajar. Perubahan ini tidak hanya
penting untuk peningkatan pendidikan, tetapi juga penting bagi siswa, guru, dan
orang tua.
Apabila Anda akan mengembangkan asesmen masih ada lagi arah
pengembangan yang haruis Anda perhatikan agar pengembangan asesmen lebih
terarah dan tujuan yang kita inginkan dapat tercapai. Berikut diuraikan arah
pengembangan asesmen seperti tercantum dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Arah Pengembangan Asesmen

Kurang Menekankan pada Lebih menekankan pada


1. mengases apa yang mudah diukur 1. mengases apa yang paling memiliki nilai
tinggi
2. mengases sebagian pengetahuan diskrit 2. mengases pengetahuan yang terstruktur
baik dan kaya
3. mengases pengetahuan ilmiah 3. mengases pemahaman dan penalaran
ilmiah
4. mengases untuk mempelajari apa yang 4. mengases untuk mempelajari apa yang
tidak diketahui siswa dipahami siswa
5. mengases hanya hasil belajar 5. mengases hasil belajar dan kesempatan
untuk belajar
6. asesmen akhir unit atau bab oleh guru 6. siswa terlibat dalam asesmen berkelanjutan
tentang pekerjaannya dan pekerjaan
temannya
7. mengembangkan asesmen eksternal 7. Guru terlibat dalam pengembangan
hanya oleh ahli pengukuran asesmen eksternal dan asesmen berbasis
sekolah

2. Tipe-tipe Penilaian Alternatif


Pada bagian terdahulu Anda telah mempelajari tentang hakekat asesmen
alternatif, tujuan, perlunya, dan karakteristik asesmen alternatif. Ingatlah kembali
pengertian dari asesmen alternatif. Asesmen alternatif adalah bentuk asesmen yang
menggunakan berbagai cara untuk mengases siswa, selain menggunakan
cara/asesmen tradisional (seperti tes objektif pilihan ganda, benar salah, dan

Asesmen Pembelajaran di SD 5-5


sebagainya). Menurut definisi yang dikembangkan oleh McGraw-Hill School
Division (2000), asesmen alternatif adalah asesmen yang tidak melibatkan suatu tes
baku (butir-butir tradisional). Selanjutnya dalam subunit ini Anda akan mempelajari
tentang berbagai macam (tipe-tipe) asesmen alternatif. Kita telah memahami bahwa
asesmen alternatif yaitu selain asesmen konvensional. Apabila paper and penci test
merupakan asesmen yang biasa digunakan oleh guru dan tidak ada lagi asesmen
lainnya, maka selain paper and pencil merupakan assmen alternatif.
Telah kita pahami bahwa asesmen alternatif merupakan asesmen yang tidak
lazim digunakan dalam penilaian siswa di kelas. Ada banyak jenis asesmen alternatif,
menurut McGraw-Hill School Division (dalam Ibrahim, 2003), macam asesmen
alternatif antara lain adalah:
1. Asesmen kinerja (Performance assessment).
2. Observasi dan pertanyaan (Observation and Questioning).
3. Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion).
4. Proyek dan Investigasi.
5. Portofolio dan Jurnal.
6. Wawancara (interview) dan konferensi.
7. Evaluasi diri oleh siswa.
8. Tes buatan siswa.
9. Pekerjaan Rumah.
Jika Anda melihat berbagai jenis asesmen alternatif tersebut nampak bahwa kita
mempunyai banyak cara untuk mengases peserta didik. Anda bisa memilih jenis
asesmen mana yang akan digunakan tergantung apa tujuan yang telah Anda tetapkan.
Dari sejumlah asesmen alternatif di atas, asesmen kinerja dan portofolio akan
dibahas lebih mendalam dalam subunit berikutnya, sedang jenis asesmen lainnya
dapat dipelajari pada uraian di bawah ini.

1. Observasi dan mengajukan Pertanyaan


Bagi Anda tentunya teknik penilaian observasi dan mengajukan pertanyaán
sebenarnya bukanlah hal baru. Di dalam kelas tingkah laku siswa dan kinerja dalam
mengerjakan tugas-tugas ilmiah mungkin telah Anda observasi, dan kita juga sering
bertanya pada siswa mengenai pekerjaannya. Anda tentunya juga melakukan
kegiatan mengajukan pertanyaan selama membuka pelajaran dengan topik baru,
demikian juga ketika mereviu materi yang telah diajarkan sebelumnya. Melalui
pertanyaan kita dapat mengetahui bagaimana siswa berpikir dan sekaligus dapat
mengetahui kemampuan siswa berkomunikasi. Dengan mengamati, mendengarkan,
mengajukan pertanyaan yang benar dan mengevaluasi respon siswa, akan

5-6 Unit 5
memberikan informasi bagaimana siswa membuat hubungan dari apa yang mereka
ketahui.
Perlu Anda ketahui bahwa ada berbagai macam cara dalam mengajukan
pertanyaan, tipe pertanyaan yang paling baik diajukan kepada siswa untuk mengases
pengetahuan mereka adalah pertanyaan ujung terbuka. Hal tersebut akan
memberikan siswa peluang untuk berfikir tentang mereka sendiri dan untuk
mendemonstrasikan pemahaman mereka terhadap suatu masalah atau situasi yang
lain. Melalui pengajuan pertanyaan semacam itu akan lebih banyak diperoleh
informasi yang menarik tentang apa yang siswa ketahui dan pahami. Pertanyaan
semacam ini juga memungkinkan siswa untuk menunjukkan originalitas (keaslian)
dan kreativitasnya. Contoh-contoh pertanyaan ujung terbuka biasanya menggunakan
kata-kata sebagai berikut jelaskan, bandingkan, katakan, analisislah, ujilah,
tunjukkanlah, demonstrasikanlah, buatlah sketsa, selidikilah, buatlah ilustrasi,
bedakanlah, selidikilah, ramalkanlah, buatlah definisi operasional (Hibbard, 2000).
Saudara juga dapat mengajukan pertanyaan atau meminta kepada siswa seperti
berikut ini:
1) Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil pengamatanmu!
2) Selidikilah penyebab kerusakan........!
3) Bandingkan bagian 1 dan 2!
Seperti halnya pengamatan, pertanyaan merupakan bagian integral dari proses
pengajaran. Fakta menunjukkan bahwa pengamatan seringkali merupakan hasil dan
pengajuan pertanyaan yang benar. Pertanyaan dapat diarahkan kepada siswa secara
individual, kelompok kecil atau kepada seluruh kelas. Jawaban siswa dapat
digunakan untuk tujuan asesmen, membimbing pengajaran atau untuk
mengidentifikasi kesalahan.
Agar Anda lebih memahami bagaimana cara menggunakan asesmen
pertanyaan, berikut ini diberikan contoh pertanyaan yang berhubungan dengan
pemecahan masalah, keterampilan laboratorium, penalaran, dan hubungan.
Contoh pertanyaan untuk pemecahan masalah:
1) Jelaskan, masalah yang kamu hadapi!
2) Apakah masalah tersebut menarik bagimu?
3) Bagaimana cara kamu memecahkan masalah tersebut?
4) Apakah membuat gambar atau sketsa dapat membantumu memecahkan masalah
tersebut?
5) Jelaskan tahap-tahap yang akan kamu ikuti dalam memecahkan masalah!

Asesmen Pembelajaran di SD 5-7


Contoh pertanyaan penalaran dalam pengamatan:
1) Dalam percobaan ini, bedakan pertumbuhan yang terjadi di tempat gelap dan
terang!
2) Bagaimana kamu menjelaskan pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan?
3) Mengapa pertumbuhan di tempat gelap lebih cepat dari pada di tempat terang?
Jelaskan jawabanmu dengan memberikan alasan!
4) Apa yang dapat kamu simpulkan dari pengamatan kecambah ini?
Apabila Saudara akan menggunakan pertanyaan dalam mengases apa yang
siswa ketahui, ada beberapa petunjuk yang wajib Anda ketahui dan perhatikan.
Berikut ini adalah beberapa petunjuk yang perlu diikuti (Hibbard, 2000):
1. Buatlah daftar pertanyaan.
2. Berilah waktu yang cukup bagi siswa untuk menjawab pertanyaan Anda.
3. Beri kesempatan kepada siswa untuk membuat catatan, dan tanyakan pertanyaan
Anda untuk mengklarifikasi permasalahan yang ditanyakan.
4. Catatlah jawaban siswa pada format yang terorganisasi.
5. Buatlah kesimpulan tentang jawaban siswa.
Sekarang cobalah Anda praktikkan dalam pembelajaran dengan memulai hal-
hal kecil dengan membuat pertanyaan-pertanyaan agar informasi tentang siswa
terpenuhi. Cara mengases siswa melalui pertanyaan merupakan kegiatan secara lisan,
sedang mengases melalui tulisan dapat Anda lakukan misalnya dengan
menggunakan jurnal. Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari tentang asesmen dengan
menggunakan Jurnal.

2. Jurnal
Guru mempunyai banyak pilihan dalam mengases kemajuan belajar siswa.
Salah satu cara yang dapat Anda gunakan yaitu menggunakan jurnal belajar.
Menurut Susilo (2004) jurnal belajar adalah tulisan yang dibuat siswa untuk mencatat
apa yang telah dipelajarinya. Pendapat lain menyatakan jurnal adalah rekaman
tertulis tentang apa yang dibuat siswa terhadap apa yang telah dipelajari oleh siswa.
Jurnal dapat digunakan untuk merekam atau meringkas aspek-aspek yang
berhubungan dengan topik-topik kunci yang dipelajari, seperti misalnya perasaan
siswa terhadap sains, kesulitan yang dialami, atau keberhasilan di dalam
memecahkan masalah atau topik tertentu atau berbagai macam catatan lain, komentar
yang dibuat oleh siswa. Membuat jurnal adalah cara yang paling baik untuk siswa
berpraktik dan meningkatkan kemampuan menulis mereka karena jurnal membantu
siswa memiliki sikap selalu memuliskan apa yang dikerjakan.

5-8 Unit 5
Keuntungan menggunakan Jurnal adalah manakala siswa belajar sains secara
independen, maka jurnal sangat membantu dalam mengembangkan kemampuan
refleksi dan introspeksi. Menggunakan jurnal sangat kondusif untuk melatih berpikir
tentang mengapa sesuatu dilakukan. Di dalam jurnal dapat digunakan untuk menulis
pernyataan, kesuksesan, pemikiran, maupun rasa frustasi. Menggunakan jurnal dapat
memperoleh informasi tentang sejarah siswa ketika belajar secara independen.
Anda mungkin mempertanyakan kegiatan apa saja yang dapat digunakan untuk
membuat jurnal. Dalam kegiatan belajar mengajar banyak peristiwa yang dapat
ditulis oleh siswa, berikut kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengisi
jurnal menurut Moore (1994):
1. memulai pertemuan di kelas atau memulai diskusi,
2. meringkas pembelajaran,
3. interupsi/memfokuskan kembali diskusi kelas,
4. menanyakan persetujuan atas suatu pernyataan,
5. mendiskusikan bagaimana pembelajaran hari ini terkait dengan topik-topik lain,
6. merespon suatu tugas,
7. meningkatkan konsentrasi siswa,
8. mencek kesiapan/pendapat siswa,
9. mencatat hasil kerja laboratorium.
Dalam menggunakan jurnal belajar awalnya memang tidak mudah karena siswa
belum terbiasa, siswa mungkin tidak merespon, menulis sesukanya, enggan menulis
atau bahkan tidak menuliskan apapun. Hal-hal seperti ini bisa terjadi pada kegiatan
awal, tetapi Anda perlu mengatur strategi dengan mempertimbangkan waktu, kondisi
siswa/kelas, materi pembelajaran, dan komponen-komponen pembelajaran lainnya.
Perlu Saudara ketahui bahwa semakin sering kita menggunakan jurnal belajar maka
siswa semakin berpengalaman, seperti diungkapkan Hibbard (1999) dengan semakin
berpengalamannya siswa memikirkan proses dan gaya belajarnya, mereka akan
menjadi pebelajar mandiri yang lebih baik. Selanjutnya Hibbard mengusulkan isian
dalam jurnal belajar berupa hal-hal sebagai berikut:
1. gambar atau sketsa dengan komentar,
2. pertanyaan yang ingin ditanyakan siswa beserta upaya awal untuk menjawab
pertanyaan tersebut,
3. hasil pengamatan secara rinci,
4. pertanyaan ”Andaikan......? yang ditanyakan siswa pada awal merencanakan
suatu eksperimen,
5. sketsa dan catatan mengenai model-model dan temuan-temuan,
6. peta pikiran yang dibuat siswa,

Asesmen Pembelajaran di SD 5-9


7. pemikiran tentang apa yang menarik dan menyenangkan dalam kelas,
8. pemikiran mengenai apa masalah/topik yang sulit dan bagaimana memecahkan
masalah/mengatasi kesulitan,
9. catatan mengenai materi sains yang menarik dalam berita di koran atau televisi.
Selanjutnya, yang perlu Anda pikirkan, yaitu bagaimana cara menilai jurnal
belajar siswa sesuai dengan daftar aspek-aspek jurnal yang dapat dikembangkan
sendiri oleh guru berdasarkan kesepakatan dengan siswa. Isi jurnal dapat dirancang
guru bersama siswa, demikian juga dengan rubrik penilaiannya. Berikut contoh
format penilaian proses belajar dengan menggunakan jurnal belajar.

Tabel 5.2. Format Penilaian Proses Belajar dengan Menggunakan Jurnal Belajar
No. Elemen yang dinilai Skor Penilaian
maksimal Siswa Guru
1 Semua aspek disampaikan/ditulis lengkap 10
2 Penulisan dengan kalimat yang jelas dan lengkap 10
3 Penyampaian ide secara jelas 10
4 Pertanyaan dikemukakan dengan rinci 10
5 Hasil pengamatan atau pemikiran diungkapkan 10
dengan jelas
6 Penyampaian refleksi menggambarkan pemikiran 10
kemajuan belajar
7 Mengomentari pembelajaran dengan benar 10
8 Penyimpulan materi pembelajaran dengan baik 10
dan benar
9 Ilustrasi penyampaian materi dengan menarik 10
10 Secara keseluruhan lengkap, sistematis dan 10
menarik
Jumlah 100

3. Projek dan Investigasi


Setelah Anda mempelajari jurnal belajar sebagai instrumen untuk menilai
kegiatan siswa, berikut akan diuraikan tentang proyek dan investigasi. Penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan
dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Anda mungkin pernah bahkan sering meminta siswa melakukan suatu tugas secara
berkelompok, dimana kegiatan tersebut dapat dirancang oleh siswa atau guru bahkan
menghasilkan suatu produk. Sebenarnya kegiatan seperti ini dapat dikategorikan

5-10 Unit 5
sebagai proyek dan investigasi yang dilakukan siswa. Perlu Anda ketahui bahwa
dalam melakukan kegiatan ini dapat melibatkan siswa secara individual atau
kelompok kecil dua sampai empat anak dalam satu kelompok, sedang waktu yang
dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas dua sampai tiga minggu. Tetapi dapat
juga projek yang bersifat lebih substansial dan dapat memakan waktu sampai dua
bulan, waktu ideal untuk suatu projek adalah empat sampai lima minggu. Tugas
tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian,
pengevaluasian, hingga penyajian data.
Kegiatan projek adalah cara yang amat baik untuk melibatkan siswa dalam
pemecahan masalah karena bersifat sangat ilmiah apalagi ditunjang dengan kegiatan
yang berhubungan dengan dunia nyata. Projek dapat melibatkan siswa secara aktif
dan menemukan situasi baru yang dapat mendorong siswa menemukan suatu
masalah sehingga dapat menuntun mereka merumuskan hipotesis yang
membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Untuk sekolah tingkat dasar melalui projek
juga menyediakan peluang bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide ilmiah dengan
menggunakan materi fisik atau teknologi baru. Siswa dapat diarahkan untuk
melakukan investigasi permasalahan yang ada di sekitar kehidupan siswa baik
lingkungan sekolah maupun tempat tinggal siswa. Projek yang diberikan dalam
konten (isi) pemecahan masalah, dapat digunakan siswa untuk melakukan eksplorasi
belajar dan berpikir tantang ide yang mengembangkan pemahaman mereka dalam
berbagai area isi kurikulum.
Apabila Anda menggunakan proyek, seperti instrumen yang lain kita juga harus
memikirkan sistem penilaiannya. Di kelas, Anda mungkin menekankan penilaian
proyek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan
dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan
menganalisis proyek. Dalam konteks ini siswa dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan pada suatu topik, memformulasikan pertanyaan, dan menyelidiki topik
tersebut melalui bacaan, wisata, dan wawancara. Kegiatan mereka kemudian dapat
digunakan untuk menilai kemampuannya dalam hal bekerja independen atau
kelompok. Anda dapat juga menggunakan produk suatu proyek untuk menilai
kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan temuan-temuan dengan bentuk yang
tepat dan mempresentasikannya. Apabila Anda akan mengambil nilai proyek pada
penilaian sumatif, fokus biasanya terletak pada produknya.
Dalam pembelajaran proyek dinilai pada berbagai konteks untuk berbagai
tujuan, dari penilaian formatif dan diagnostik berupa tugas bersama hingga penilaian
sumatif berupa penilaian individu. Disamping itu, melalui proyek juga dapat
dilakukan penilaian terhadap keterampilan tertentu maupun pengetahuan di dalam

Asesmen Pembelajaran di SD 5-11


konteks yang memerlukan aplikasi dari keterampilan yang lebih umum (proses dari
proyek dan produk akhir), seperti: perencanaan dan organisasi dari suatu investigasi,
bekerja dalam kelompok, penyelesaian masalah, evaluasi terhadap temuan yang
signifikan, dan arahan diri. Adapun manfaat dari kerja proyek adalah untuk menilai
kemampuan siswa pada waktu melakukan kerja individu maupun kerja kelompok,
kemampuan dalam mengatur/mengorganisasikan waktu dan kemampuan untuk
merancang tugas secara berurutan.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan
peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam penilaian proyek
setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Kemampuan pengelolaan, kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.
b. Relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c. Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik.
Teknik penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan
yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan
dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen
penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Beberapa contoh kegiatan
peserta didik dalam penilaian proyek:
a) penelitian sederhana tentang air di rumah;
b) Penelitian sederhana tentang perkembangan harga sembako.

Contoh Penilaian Proyek


Mata Pelajaran : Sains
Nama Proyek : Pertumbuhan Kecambah
Alokasi Waktu : Satu Semester
Nama Siswa : ______________________ Kelas : __________

5-12 Unit 5
No Aspek * Skor (1 – 5)**
1 Perencanaan
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 Pelaksanaan
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data/Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 Laporan Proyek
a. Performa
b. Presentasi / Penguasaan
Total Skor
* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek dan kondisi siswa/sekolah
** Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban
yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan skor.

4. Evaluasi Diri Siswa


Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria
atau acuan yang telah disiapkan. Tujuan utama dari penilaian diri adalah untuk
mendukung atau memperbaiki proses dan hasil belajar. Meskipun demikian, hasil
penilaian diri dapat digunakan guru sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan
nilai. Peran penilaian diri menjadi penting bersamaan dengan bergesernya pusat
pembelajaran dari guru ke siswa yang didasarkan pada konsep belajar mandiri. Ada
beberapa jenis penilaian diri, diantaranya:
a. Penilaian Langsung dan Spesifik, yaitu penilaian secara langsung, pada saat atau
setelah selesai melakukan tugas, untuk menilai aspek-aspek kompetensi tertentu
dari suatu mata pelajaran.
b. Penilaian Tidak Langsung dan Holistik, yaitu penilaian yang dilakukan dalam
kurun waktu yang panjang, untuk memberikan penilaian secara keseluruhan.
c. Penilaian Sosio-Afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau
emosional. Misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang
memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan
kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:

Asesmen Pembelajaran di SD 5-13


a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
b. peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya;
c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Ada kecenderungan peserta didik akan menilai diri terlalu tinggi dan subyektif.
Karena itu, penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut.
a) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri.
b) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
c) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
d) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda
cek, atau skala penilaian.
e) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
f) Guru mengkaji hasil penilaian, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa
melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
g) Lakukan tindakan lanjutan, antara lain guru memberikan balikan tertulis, guru
dan siswa membahas bersama proses dan hasil penilaian.

Contoh Penilaian Diri

Mata Pelajaran : Matematika


Aspek : Kognitif
Alokasi Waktu : 1 Semester
Nama Siswa : _________________ Kelas : X/1

No. Standar Kompetensi/ Tanggapan Keterangan


Kompetensi Dasar 1 0
Aljabar 1 = Paham
a. Menggunakan aturan pangkat 0 = Tidak Paham
b. Menggunakan aturan akar
c. Menggunakan aturan logaritma
d. Memanipulasi aljabar
2 Dst.

5-14 Unit 5
Catatan:
Guru menyarankan kepada peserta didik untuk menyatakan secara jujur sesuai kemampuan
yang dimilikinya, karena tidak berpengaruh terhadap nilai akhir. Hanya bertujuan untuk
perbaikan proses pembelajaran.

Evaluasi diri merupakan suatu model yang menghubungkan antara hakekat


penilaian diri dengan hasil belajar siswa Apabila siswa merancang sendiri tujuan
kemampuannya, maka ia memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan
kemampuannya. Keuntungan lainnya adalah memberi kesempatan kepada siswa
untuk terlibat dalam proses asesmen. Bila asesmen dipandang sebagai bagian tak
terpisahkan dari proses pembelajaran, maka fokus berpindah dari memberi tes
menjadi membantu siswa memahami tujuan pengalaman belajar dan kriteria
keberhasilan. Selain itu hasil studi mengatakan bahwa melalui penilaian diri memberi
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi sosial dengan teman sejawat mulai dari
siswa berkemampuan rendah sampai tinggi. Ada hubungan positif antara kebutuhan
dan prestasi siswa dan hal ini sangat tampak apabila guru menggunakan teknik
belajar kooperatif. Karena dalam pembelajaran kooperatif menuntut siswa dapat
berinteraksi bersama teman sejawat. Oleh karena itu dalam penilaian diri terdapat
tiga proses regulasi diri yaitu:
1. siswa melakukan observasi sendiri yang berfokus pada aspek kinerja yang
relevan dengan tujuan dan standar kebrhasilan,
2. siswa mempertimbangkan sendiri dan menentukan tujuan khusus dan umum yang
akan dicapai,
3. siswa melakukan reaksi diri, menafsirkan tingkat pencapaian tujuan, dan
menghayati keberhasilan/kemajuan sebagai bahan refleksi diri.
Setelah Saudara mempelajari ketiga proses regulasi tersebut nampak bahwa
penilaian diri berkontribusi terhadap kepercayaan keberhasilan diri. Siswa yang
mengetahui kemajuan dirinya, akan termotivasi untuk lebih giat lagi belajar dan
mencapai target tugas belajar yang lebih baik. Sedang penilaian diri yang negatif
terjadi bila siswa menemukan konflik belajar, menyeleksi tujuan personal yang tidak
realistik, mengadopsi strategi belajar yang tidak efektif, dan menyesali upaya yang
tidak maksimal. Penilaian diri tidak hanya sebatas meningkatkan keterampilan siswa
tetapi juga menuntut guru terampil seperti terampil dalam membuat penilaian atas
kinerja siswa. Berikut contoh lembar evaluasi diri siswa untuk mengakses
kemampuan siswa dalam keterampilan mengevaluasi diri.

Asesmen Pembelajaran di SD 5-15


Tabel 5.3. Lembar Evaluasi Diri Siswa
No. Aspek yang dinilai Skor
Maksimal Siswa Guru
1. Kemampuan siswa mengemukakan ide 15
2. Kejujuran mengemukakan fakta 20
3. Kemampuan merefleksi diri 10
4. Mengidentifikasi kemajuan diri 20
5. Mendeskripsikan hasil temuan 20

Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori.

Tabel 5.4. Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa


No. Pernyataan Alternatif
Ya Tidak
1. Saya tertarik waktu membahas tentang perkembangan
penyusunan sistem periodik.
2. Saya dapat merasakan manfaat belajar unsur dengan segala
keunikan sifatnya.
3. Saya yakin banyak unsur yang sangat bermanfaat yang belum saya
ketahui.
4. Belajar mengenal unsur-unsur menambah keyakinan saya terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Pencipta.
5. Belajar mengenal unsur-unsur sangat menarik, karena langsung
dapat saya amati.
6. Saya tertarik membahas sifat-sifat unsur dan keteraturan sifat
periodik unsur.
7. Saya ..........dst

5. Wawancara dan Konferensi


Wawancara sebagai alat penilaian dapat digunakan untuk menilai hasil dan
proses belajar. Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan untuk memperoleh
bahan atau informasi yang dilaksanakan secara sepihak, berhadapan muka, dan
dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Melalui wawancara dan konferensi
memberi peluang bagi guru dan siswa untuk bertemu bersama untuk mendiskusikan
berbagai permasalahan dalam pembelajaran. Pertemuan pribadi dengan guru ini
dapat merupakan pengalaman yang memiliki daya motivasi yang kuat bagi
kebanyakan siswa. Hal ini juga menguntungkan bagi guru untuk memperoleh
informasi yang bermanfaat bagaimana siswa berpikir dan bagaimana perubahan
psikis siswa.

5-16 Unit 5
Berdasarkan cara melakukan wawancara, jenis wawancara dapat dibagi
menjadi beberapa jenis. Wawancara dengan pertanyaan terstruktur dapat dilakukan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan satu topik tertentu yang
telah disediakan pewawancara dan jawaban tinggal dikelompokkan kepada
kemungkinan jawaban yang telah tersedia. Sebagai contoh, suatu wawancara
pemecahan masalah, akan menghadapkan siswa pada masalah dan memintanya
untuk memecahkannya. Sedang wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
dimana pertanyaan yang disediakan memberi kebebasan interviewee untuk
menjawab atau mengemukakan pendapatnya. Kedua jenis wawancara ini tentunya
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, dalam
menggunakannya Anda diharapkan dapat mempertimbangkan jenis mana yang akan
digunakan dengan menyesuaikan tujuan Anda melakukan wawancara. Bahkan Anda
dapat juga memadukan kedua jenis wawancara tersebut yaitu pertanyaan yang
disediakan merupakan kombinasi antara pertanyaan terstruktur dengan pertanyaan
tidak terstruktur. Selanjutnya tentang konferensi, bila dilinjau dari definisinya,
konferensi adalah diskusi tidak formal yang melibatkan guru dengan seorang siswa.
Beberapa saran yang bermanfaat untuk melaksanakan wawancara dan konferensi: 1)
Siaplah dengan pertanyaan, 2) Tempatkan siswa dalam keadaan santai, 3) Jelaskan
bahwa Anda akan mencari hasil berpikir kreatif, 4) Ajukan masalah, 5) Buatlah
catatan, 6) Jadilah pendengar yang baik

Latihan

Coba Anda buat pedoman pertanyaan observasi untuk kegiatan siswa yang sedang
melakukan pengamatan terhadap suatu percobaan

Rambu Pengerjaan

Pertanyaan diarahkan pada apa tujuan percobaan, permasalahan, jalannya percobaan,


hasil yang diharpkan, bagaimana melakukannya!

Asesmen Pembelajaran di SD 5-17


Rangkuman

Menurut definisi yang dikembangkan oleh McGraw-Hill School Division


(2000), asesmen alternatif adalah asesmen yang tidak melibatkan suatu tes baku
(butir-butir tradisional). Selanjutnya dalam subunit ini Anda dapat mempelajari
tentang berbagai macam (tipe-tipe) asesmen alternatif. Kita telah memahami
bahwa asesmen alternatif yaitu selain asesmen konvensional. Apabila paper and
penci test merupakan asesmen yang biasa digunakan oleh guru dan tidak ada lagi
asesmen lainnya, maka selain paper and pencil merupakan assmen alternatif.
Ada banyak jenis asesmen alternatif, menurut McGraw-Hill School Division
(dalam Ibrahim, 2003), macam asesmen alternatif antara lain adalah: Asesmen
kinerja (performance assessment), observasi dan pertanyaan (observation and
questioning), Presentasi dan Diskusi (presentation and discussion), Proyek dan
Investigasi, Portofolio dan Jurnal, Interview (wawancara) dan konferensi,
Evaluasi diri oleh siswa, Tes buatan siswa, Pekerjaan Rumah. Karakteristik
asesmen alternatif meliputi melakukan (perform), menciptakan, menghasilkan,
atau mengerjakan sesuatu, berpikir tingkat tinggi, keterampilan dalam
memecahkan masalah, penerapan dalam kehidupan sehari-hari, penyekoran
dilakukan oleh manusia dan bukan mesin, peranan pembelajaran dan asesmen
yang baru bagi guru, pentingnya pengujian proses dan hasil belajar, dan menarik
kesimpulan sendiri.

Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Sebutkan beberapa tipe asesmen alternatif!
2. Berikan penjelasan bagaimana cara menggunakan jurnal belajar!
3. Sebutkan jenis dari pertanyaan dalam wawancara!
4. Apakah manfaat yang didapatkan bagi guru maupun siswa jika menggunakan
asesmen evaluasi diri?
5. Sebutkan 3 contoh topik kegiatan yang dapat digunakan untuk tugas proyek dan
investigasi!

5-18 Unit 5
Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Apakah Anda telah mencoba mengerjakan Tes Formatif 1 di atas? Jika sudah,
terima kasih. Selanjutnya, bandingkalah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang
telah disiapkan pada akhir unit ini. Sangat mudah bukan? Jika Anda telah menjawab
pertanyaan dengan benar (minimal 80%), Anda layak untuk mempelajari subunit
selanjutnya. Sebaliknya, bila masih terdapat jawaban yang salah janganlah berkecil
hati. Bacalah kembali uraian sebelumnya terutama bagian yang Anda belum pahami.
Kemudian cobalah untuk menjawab kembali pertanyaan tersebut.

Asesmen Pembelajaran di SD 5-19


Subunit 2

Asesmen Kinerja

Pengantar

S etelah Anda mempelajari tentang asesmen alternatif, yaitu asesmen yang


menawarkan berbagai jenis dan karakternya. Anda dapat menggunakan asesmen
tersebut sesuai tujuan yang Anda tetapkan. Dari sejumlah asesmen alternatif ada dua
asesmen alternatif yang belum dibahas dalam subunit 1 yaitu asesmen kinerja dan
portofolio. Asesmen Kinerja (Performance assessment atau performance-based
assessment) adalah suatu istilah yang lebih luas dari asesmen alternatif maupun
asesmen otentik. Asesmen performa memadukan sitat-sitat yang ada baik pada
asesmen alternatif maupun asesmen autentik. Di sini, asesmen performa merujuk
pada jenis-jenis tugas dan situasi yang memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk mendemonstrasikan pemahaman mereka dan menggunakan pengetahuan,
keterampilan, dan disposisi yang mereka miliki dalam berbagai konteks. Asesmen
performa menuntut para siswa untuk menghasilkan sesuatu ketimbang memilih suatu
respon atau jawaban. Asesmen performa ini sering timbul dan menghasilkan suatu
produk yang dapat dipegang atau perfornmens yang dapat diamati. Asesmen
performa ini juga mendorong terjadinya evaluasi diri dan revisi, menuntut keputusan
untuk melakukan kegiatan penyekoran, mengungkapkan tingkat profisiensi yang
didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan, dan mengumumkan kriteria
penyekoran. Jadi asesmen performa menuntut para siswa untuk secara aktif
melaksanakan tugas-tugas yang kompleks dan signifikan serta menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan yang relevan untuk menyelesaikan masalah-masalah
realistik dan otentik. Beberapa contoh asesmen performa adalah ekshibisi,
investigasi, matematik, demonstrasi, respons-respons tertulis atau lisan, open-ended
questions, jurnal, dan portofolio.

5-20 Unit 5
Uraian
Saudara mungkin pernah mendengar atau mempelajari tentang asesmen
autentik, nah asesmen kinerja pada hakekatnya adalah asesmen autentik karena
dalam asesmen ini siswa dituntut untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan temuan
mereka, melakukan penalaran dan keterampilan. Jika dibandingkan dengan asesmen
konvensional, asesmen kinerja memiliki beberapa perbedaan.

1. Asesmen Konvensional dan Asesmen Kinerja


Asesmen kinerja disebut juga dengan asesmen perbuatan (unjuk kerja).
Asesmen kinerja dilakukan untuk menilai tugas-tugas yang dilakukan oleh siswa,
sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap tentang siswa. Menurut
Hibbard (1995) tugas-tugas kinerja menghendaki (1) penerapan konsep-konsep dan
informasi penunjang penting lainnya, (2) budaya kerja yang penting bagi studi atau
kerja ilmiah, (3) literasi sains (penampakan ketidakbutaan ilmiah). Asesmen kinerja
(Performance) pada dasarnya adalah asesmen autentik karena dalam asesmen siswa
dituntut untuk mendemonstrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan penalaran dan
keterampilan dalam menyelesaikan berbagai tugas menarik dan menantang dalam
konteks kehidupan nyata (NSTA, 2002). Jika dibandingkan dengan tes konvensional,
penilaian kinerja memiliki beberapa penekanan, yaitu:

Tabel 5.4. Perbandingan antara Asesmen kinerja dengan tes konvensional


Asesmen Kinerja Tes Konvensional
1. Mementingkan kemampuan siswa dalam 1. Lebih mengutamakan pemahaman konsep
menerapkan pengetahuannya menjadi siswa
unjuk kerja yang dapat diamati atau produk
yang dihasilkan
2. Membutuhkan waktu yang banyak untuk 2. Membutuhkan waktu yang banyak untuk
membuat dan melaksanakan tetapi pelaksanaannya, lebih cepat dan dapat
menghasilkan format penilaian yng dapat digunakan untuk siswa dengan jumlah banyak
digunakan berulang-ulang pada siswa yang secara serentak, tetapi digunakan hanya sekali
sama atau siswa baru untuk sekelompok siswa
3. Memungkinkan untuk mendiagnosis dan 3. Memungkinkan untuk mendiagnosis dan
meremidiasi kinerja siswa dan memeta-kan meremidiasi kinerja siswa tetapi hanya untuk
kemajuan siswa sepanjang waktu soal uraian terbuka (open ended)
4. Memfokuskan pembelajaran pada unjuk 4. Memfokuskan pembelajaran pada materi
kerja siswa pelajaran

Asesmen Pembelajaran di SD 5-21


Agar mendapatkan alat evaluasi yang valid tugas-tugas kinerja harus
memiliki kriteria berikut (Nur, 2001): (1) memusatkan pada elemen-elemen
pengajaran yang penting, (2) sesuai dengan isi kurikulum yang diacu, (3)
mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan kebiasaan kerja, (4)
melibatkan siswa, (5) mengaktifkan kemauan siswa untuk bekerja, (6) layak dan
pantas untuk seluruh siswa, (7) ada keseimbangan antara kerja kelompok dan kerja
individu, (8) terstruktur dengan baik untuk memudahkan pemahaman, (9) memiliki
proses dan produk yang autentik, (10) memasukkan penilaian diri, (11)
memungkinkan umpan balik dari orang lain.

2. Permasalahan dalam Merancang dan Menggunakan “Performance


Assessment”
Permasalahan yang sering muncul dalam merancang dan menggunakan
performance assessment adalah permasalahan tentang validity, reliability, dan
fairness. Ketiga hal tersebut di atas akan dibahas berikut ini.

a. Validitas
Karakteristik dan kompleksitas (complexity) dari performance assessment
biasanya menimbulkan masalah dalam pengumpulan data untuk membuktikan
validatas (validity evidence) tidak seperti dalam pengembangan tes pilihan ganda.
Kompleksnya tugas dan kemampuan yang akan diukur dalam performance
assessment dapat menimbulkan masalah dalam penskoran dan keterwakilannya
domain yang hendak diukur. Suatu tugas dalam performance assessment yang
sepertinya terlihat lebih kompleks tidak memerlukan proses penilaian yang
kompleks, juga sebaliknya, ada tugas yang memerlukan lebih dari satu kemampuan,
seperti kompetensi bahasa dan kemampuan matematika. Persoalan dalam matematika
memerlukan domain pengetahuan yang relevan dan keterampilan dalam
menggunakan informasi tentang komponen-komponen kemampuan yang akan
diukur. Selain penskorannya juga harus direviu untuk melihat sejauh mana penskoran
tersebut sudah mencakup kemampuan yang kompleks.

b. Reliabilitas
Pertanyaan kunci tentang reliabilitas adalah sampai sejauh mana skor siswa
dapat merefleksikan kemampuan siswa yang sebenarnya (true ability) dan bukan
akibat dari kesalahan pengukuran. Tujuan dari pengembang tes adalah mendesain
penulisan, membuat kondisi pelaksanaan tes dan penskorannya tidak terhambat pada

5-22 Unit 5
situasi yang tidak berkembang dengan kemampuan yang hendak diukur. Masalah
pada penilaian performance biasanya adalah:
1. Penskoran (rating) dan pemberi skor performance assessment;
2. Siswa tidak mengenali alat-alat performance assessment yang dimanipulasi;
3. Siswa tidak mengenal topik yang dikembangkan dalam performance assessment.
Tetapi dari beberapa penelitian ternyata kesalahan yang disebabkan penskor
(rater) dapat diminimalkan apabila pedoman penskoran performance assessment
dibuat dan didefinisikan sebaik mungkin dan juga sebelum dimulai penskoran
diadakan pelatihan penskor (rater) terlebih dahulu.
c. Fairness
Tiga permasalahan dalam pelaksanaan performance assessment yang
berhubungan dengan ‘fairness” yaitu (1) perbandingan dalam penulisan, (2)
ketersediaan alat-alat yang diperlukan, dan (3) kesempatan untuk belajar dan
berlatih. Apabila tugas dalam performance assessment ada beberapa pilihan, maka
harus ada bukti validitas perbandingan dan tugas-tugas tersebut. Setiap tes yang
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa harus mempertimbangkan bahwa
setiap siswa mempunyai akses yang sama dalam menggunakan alat-alat yang
dibutuhkan dalam mengerjakan tugas dalam tes. Agar mendapatkan alat evaluasi
yang valid tugas-tugas kinerja harus memiliki kriteria berikut (Nur, 2001): (1)
memusatkan pada elemen-elemen pengajaran yang penting, (2) sesuai dengan isi
kurikulum yang diacu, (3) mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan
kebiasaan kerja, (3) melibatkan siswa, (4) mengaktifkan kemauan siswa untuk
bekerja, (5) layak dan pantas untuk seluruh siswa, (6) ada keseimbangan antara kerja
kelompok dan kerja individu, (7) terstruktur dengan baik untuk memudahkan
pemahaman, (8) memiliki proses dan produk yang autentik, (9) memasukkan
penilaian diri, (10) memungkinkan umpan balik dari orang lain.

3. Implementasi Asesmen Kinerja


Komponen pertama asesmen kinerja adalah tersedianya tugas-tugas yang
akan diberikan kepada siswa. Tugas itu menuntut siswa untuk menerapkan
pengetahuan dan proses yang mereka pelajari. Agar mendapatkan alat evaluasi yang
valid, tugas-tugas kinerja harus memiliki kriteria berikut: (1) Memusatkan pada
elemen-elemen pengajaran yang penting; (2) Sesuai dengan isi kurikulum yang
diacu; (3) Mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan kebiasaan kerja;
(4) Melibatkan siswa; (5) Mengaktifkan kemauan siswa untuk bekerja; (6) Layak dan
pantas untuk seluruh siswa; (7) Ada keseimbangan antara kerja kelompok dan kerja
individu; (8) Terstruktur dengan baik untuk memudahkan pemahaman; (9) Memiliki

Asesmen Pembelajaran di SD 5-23


produk yang autentik (dunia nyata); (10) Memiliki proses yang autentik; (11)
Memasukkan penilaian diri; dan (12) Memungkinkan umpan balik dan orang lain
(Nur dalam Ibrahim, 2002).

4. Langkah-langkah Implementasi Asesmen Kinerja


Dalam menerapkan asesmen kinerja Anda perlu memperhatikan beberapa
tahapan. Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian
kinerja yang baik antara lain:
a. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan
mempengaruhi hasil akhir yang terbaik;
b. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan
untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik;
c. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak
terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa
melaksanakan tugas;
d. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik
produk yang dihasilkan;
e. Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat
diamati;
f. Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria kemampuan yang
sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.

5. Metode dan Contoh Menilai “Penilaian Kinerja”


Apabila Anda menggunakan asesmen kinerja ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu cara mengamati dan menskor kemampuan keterampilan atau
kemampuan kinerja siswa. Untuk meminimumkan faktor subjektifitas dan
memaksimumkan faktor keadilan dalam menilai atau menskor kemampuan
keterampilan dan kemampuan kinerja peserta tes, biasanya orang yang menilai atau
menskor kemampuan keterampilan atau kemampuan kinerja jumlahnya lebih dari
satu orang sehingga diharapkan hasil penilaian mereka menjadi lebih valid dan
reliabel. Anda juga harus memperhatikan cara mengamati dan menskor kemampuan
keterampilan atau kemampuan kinerja siswa. Dalam Bagan 5.1 berikut diuraikan
langkah-langkah penerapan asesmen secara rinci menurut Hibbard (1995):

5-24 Unit 5
Memilih daftar tugas-tugas asesmen
kinerja yang cocok dari produk atau
proses yang dinilai di dalam tugas siswa Tunjukkan dan diskusikan contoh-contoh atau model
pekerjaan dengan kualitas tinggi yang serupa tapi
tidak sama dengan tugas yang akan dikerjakan.
Kaitkan elemen dari contoh atau model ini dengan
elemen yang tercantum di dalam Daftar Asesmen
Tugas Kinerja (DATK)
Siswa diminta menyelesaikan tugas itu
dengan dibimbing oleh DTAK
Siswa diminta untuk melakukan penilaian diri atas
produk atau proses dengan menggunakan DTAK

Siswa diminta menggunakan hasil


penilaian dirinya untuk merevisi
pekerjaan mereka Nilailah produk, proses, dan penilaian diri siswa
dengan menggunakan daftar asesmen tugas-tugas
kinerja.
Diskusikan penilaian itu dengan
siswa secara individual Secara periodik nilailah kualitas keseluruhan
pekerjaan siswa dengan menggunakan rubrik. DTAK
dapat digunakan dalam penentuan dan penjelasan
skor rubrik

Bagan 5.1. Langkah-langkah Penerapan Asesmen Menurut Hibbard (1995)

Rubrik
Setelah Anda mempelajari langkah-langkah melakukan penilaian kinerja,
selanjutnya perlu Anda pahami bagaimana cara membuat rubrik. Untuk menilai
kualitas menyeluruh pekerjaan siswa digunakan rubrik. Setelah siswa menyelesaikan
sejumlah produk, siswa diminta untuk melakukan penilaian diri sendiri bagaimana
mereka secara menyeluruh menyelesaikan salah satu tugas produk tersebut, dengan
acuan perangkat standar kualitas produk itu untuk tingkat kelas tertentu. Siswa dapat
menentukan dimana tepatnya pekerjaan mereka pada suatu rentang kualitas
(kontinum kualitas). Siswa diminta untuk menetapkan skor rubrik dan menjelaskan
mengapa memilih skor itu. Daftar asesmen tugas kinerja (performance task
assessment list) dapat digunakan untuk menjelaskan skor rubrik.
Kriteria performa merupakan indikator dari performa unjuk kerja yang baik dan
tepat dalam sebuah tugas, tentukan dahulu proses, produk atau keduanya karena ini

Asesmen Pembelajaran di SD 5-25


menentukan kriteria yang dibuat. Berikut contoh kriteria yang menunjukkan
keterampilan siswa mengukur volume air menggunakan gelas ukur.

1) cara meletakkan gelas ukur


2) cara menuang air
3) cara menambahkan volume air
4) cara membaca ukuran/volume air
5) cara mencatat hasil pengukuran
Saudara, setelah dibuat kriteria seperti di atas, selanjutnya dibuat pensekoran
dengan menggunakan rubrik. Rubrik adalah suatu pedoman pensekoran yang
digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran (proficiency) siswa dalam
mengerjakan tugas. Rubrik juga digunakan untuk menilai pekerjaan siswa. Apabila
dua orang guru atau lebih sedang menilai jenis pekerjaan yang sama, maka
penggunaan rubrik yang sama membantu mereka memandang produk itu dengan
cara yang sama. Guru dari tingkat kelas berbeda atau dari mata pelajaran berbeda
dapat menggunakan rubrik yang sama. Hal ini akan menjaga kesinambungan
pengajaran dan belajar dari tingkat ke tingkat dan dari mata pelajaran ke mata
pelajaran. Cara melakukan penilaian dengan menggunakan rubrik. Ada beberapa cara
untuk menilai tingkat kemahiran siswa, yaitu:

1) Rubrik dengan daftar cek (cheklist)


Berilah tanda √ untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang
dilakukan siswa!

(1) Meletakkan gelas ukur di atas tempat yang datar, skala menghadap
pengamat ( ………)
(2) Menuangkan air ke dalam gelas ukur sampai akhir mencapai
100 ml, penuangan dihentikan (……….)
(3) Menambah volume air setetes demi setetes menggunakan pipet
sampai mencapai 100 ml (……….)
(4) Membaca air di dalam gelas ukur dengan posisi sejajar mata (……….)
(5) Mencatat hasil pengukuran dengan benar (……….)
Total skor = ………

5-26 Unit 5
2) Rubrik dengan skala penilaian (rating scale)
Jika guru mengembangkan rubrik skala penilaian, maka guru menunjukkan
beberapa derajat standar yang telah dicapai. Pada Halaman berikut diberikan contoh
penggunaan skala penilaian untuk menilai keterampilan siswa dengan menggunakan
rubrik.

Tugas:
Ukurlah volume air sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur!
Panduan untuk melatih siswa dan penilaian kinerja mengukur volume air
menggunakan gelas ukur.

No. Aspek yang dinilai Skor


4 3 2 1
1. Gelas ukur diletakkan di atas tempat yang datar, skala
menghadap pengamat
2. Menuang air ke dalam gelas ukur sampai hampir mencapai 100
ml, penuangan dihentikan
3. Volume air ditambah setetes demi setetes menggunakan pipet
sampai mencapai 100 ml
4. Permukaan air didalam gelas dibaca dengan posisi sejajar
mata
5. Hasil pengukuran dicatat dengan benar

Berilah skor:
4 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
3 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tapi lama
2 bila aspek tersebut dilakukan selesai tapi salah
1 bila dilakukan tapi tidak selesai
(0 bila tidak ada usaha sama sekali)

Penilaian dengan “rating scale” dikenal ada tiga jenis, yaitu: (1) numerical
rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3) descriptive rating scale. Contoh ketiga
“rating scale” diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Asesmen Pembelajaran di SD 5-27


Tabel 5.5. Instrumen Penilaian Berpidato dengan Menggunakan Numerical Rating Scale
Nama: ..................................................
Petunjuk:
Untuk setiap kemampuan berilah lingkaran pada nomor
1. bila siswa selalu melakukan
2. bila kadang-kadang
3. bila jarang, dan
4. bila tidak pernah
1. Ekspresi Fisik (Physical Expression)
A. Berdiri tegak melihat pada penonton
1 2 3 4
B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan
1 2 3 4

Tabel 5.6. Instrumen Penilaian Berpidato dengan menggunakan Graphic Rating Scale
Nama: ...............................................
Petunjuk:
Tulislah X pada garis dimana kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato!

1. Ekspresi Fisik (Physical Expression)


A. Berdiri tegak melihat pada penonton

Selalu Kadang-kadang jarang tidak pernah

B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan pembahasan pernyataan yang disajikan

Selalu Kadang-kadang jarang tidak pernah

Latihan
1. Bagaimana kedudukan asesmen autentik, asesmen alternatif, dan asesmen
kinerja?
2. Bagaimana cara menilai kemampuan kinerja siswa?

5-28 Unit 5
Pedoman Jawaban Latihan

1. Asesmen autentik adalah asesmen yang bermakna, kontekstual, holistik dan


mengukur secara langsung, asesmen alternatif yaitu asesmen selain asesmen
konvensional, asesmen kinerja salah satu jenis dari asesmen alternatif dan
autentik. Asesmen alternatif merupakan bagian dari asesmen autentik.
2. Penilaian kemampuan kinerja dilakukan dengan menggunakan rubrik, dengan
menggunakan checklist atau rating scale.

Rangkuman

Permasalahan yang sering muncul dalam merancang dan menggunakan


performance assessment adalah permasalahan tentang validity, reliability, dan
fairness. Dalam menerapkan asesmen kinerja perlu memperhatikan beberapa
tahapan penilaian kinerja yang baik antara lain: (1) Identifikasi semua langkah-
langkah, (2) Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik, (3) Usahakan
untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur, (4) Definisikan
dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur, (5) Urutkan kriteria
kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati, (6) Kalau
ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria kemampuan yang sudah
dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan. Beberapa cara menilai atau
menskor keterampilan atau kemampuan kinerja (performance assessment)
peserta tes dengan metode analitik antara lain dengan cara menggunakan (1)
checklist dan (2) rating scale. Penilaian dengan “rating scale” dikenal ada tiga
jenis, yaitu: (1) numerical rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3)
descriptive rating scale.

Tes Formatif

Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur


pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Apakah masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja dan bagaimana
mengatasi masalah tersebut?

Asesmen Pembelajaran di SD 5-29


2. Apa perbedaan asesmen kinerja dan konvensional?
3. Jelaskan kriteria tuga kinerja yang valid!
4. Buatlah rubrik untuk menilai kegiatan siswa dalam melakukan percobaan erosi!
5. Bagaimanakah langkah-langkah dalam membuat asesmen kinerja!

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Latihan dan tes formatif yang Anda kerjakan ditujukan untuk melatih
pemahaman dan keterampilan Anda. Jika telah menjawab pertanyaan dengan benar
(minimal 80%), Anda layak untuk mempelajari subunit selanjutnya. Berlatihlah
mengembangkan rubrik untuk tugas-tugas dalam mata pelajaran yang Anda bina.

5-30 Unit 5
Subunit 3

Portofolio

Pengantar

P ortofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa yang representatif menunjukkan


perkembangan kemampuan siswa dari waktu ke waktu. Portofolio dapat
berceritera tentang aktivitas siswa dalam sains atau mata pelajaran lainnya. Fokus
portofolio adalah pemecahan masalah, berpikir, dan pemahaman, komunikasi
tertulis, hubungan sains, dan pandangan siswa sendiri terhadap dirinya sebagai orang
yang belajar sains. Portofolio tidak sekedar file untuk mengarsipkan pekerjaan siswa.
Lembaran-lembaran tentang pekerjaan siswa yang dimasukkan ke dalam portofolio
harus memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi dibandingkan dengan pekerjaan
lain yang pernah dilakukan siswa.
Paulson (1991: 60) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan pekerjaan
siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu
bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi,
kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri. Menurut Gronlund (1998:
159), portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada
keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan
penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi
pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang
tua serta pihak lain yang berkepentingan. Protofolio dapat digunakan untuk
mendokumentasikan perkembangan siswa. Kerena menyadari proses belajar sangat
penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk
melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap,
keterampilan, dan ekspresinya terhadap sesuatu.

1. Pengertian Portofolio
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan
mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat
berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru,
catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan

Asesmen Pembelajaran di SD 5-31


kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa. Mengingat begitu
beragamnya jenis protofolio, guru dapat mengumpulkannya melalui cara. Cara yang
akan dipakai disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan siswa dan
jenis kegiatan yang dilakukan.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, lembar jawaban tes
yang menunjukkan soal yang mampu dan tidak mampu dijawab (bukan nilai) atau
bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata
pelajaran. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara
individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil
karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri.
Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat
menilai perkembangan kemampuannya dan terus melakukan perbaikan. Dengan
demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta
didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar,
foto, lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis, dsbnya.

2. Keuntungan menggunakan portofolio


Anda dapat menggunakan portofolio untuk menilai kompetensi siswa dan
banyak keuntungan yang kita peroleh bila menggunakan penilaian portofolio.
Beberapa keuntungan penggunaan portofolio sebagai alat asesmen adalah sebagai
berikut.
a. Membantu memberikan potret yang lengkap tentang kemampuan ilmiah dan
pertumbuhan siswa.
b. Meliputi asesmen terhadap proses dan mencakup juga evaluasi diri.
c. Melibatkan siswa dalam tugas-tugas autentik.
d. Memotivasi siswa belajar sains atau pelajaran lainnya.
e. Merupakan alat yang efektif untuk guru dan orangtua untuk mengkomunikasikan
apa yang dikerjakan siswa.
Sedangkan menurut Gronlund (1998: 158), portofolio memiliki beberapa
keuntungan, antara lain sebagai berikut.
a. Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas.
b. Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif
dalam belajar.

5-32 Unit 5
c. Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi
yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain.
d. Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh
pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik.
e. Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu
(misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat atau level kemampuan mereka
tetapi sama-sama menuju tujuan umum).
f. Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi
siswa itu sendiri, orang tua, dan yang lainnya.
Penilaian portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan lainnya seperti
yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer (1995: 184) berikut ini.
a. Mendomentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu.
b. Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
c. Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
d. Mendorong tanggungjawab siswa untuk belajar.
Banyak keuntungan yang kita peroleh jika menggunakan portofolio. Namun
perlu kita ketahui perbedaan luaran menggunakan tes standar dan portofolio, seperti
yang dikemukakan oleh Popham (1995) yaitu:

Tabel 5.7. Perbedaan Luaran Asesmen antara Portofolio dengan Tes Standar

No Portofolio Tes Standar


1 Menggambarkan hubungan antara Menilai siswa terbatas pada tugas menulis dan
membaca dan menulis siswa. membaca yang mungkin siswa tidak mempunyai
hubungan.
2 Meminta siswa untuk menilai progres Secara mekanis diskor atau dinilai oleh guru yang
atau kemajuan dan atau kecakapan mempunyai sedikit informasi (input).
dan menentukan tujuan pembelajaran
yang terus menerus.
3 Mengukur prestasi setiap siswa dengan Menilai siswa pada dimensi yang sama.
memperhitungkan perbedaan individu
siswa.
4 Mengembangkan pendekatan Penilaian bukanlah proses yang kolaboratif
kolaboratif dalam penilaian
5 Mempunyai tujuan ‘student self- Penilaian siswa bukanlah tujuan.
assessment’
6 Perkembangan, usaha dan prestasi Menekankan pada prestasi saja.
siswa

Asesmen Pembelajaran di SD 5-33


No Portofolio Tes Standar
7 Keterpaduan antara asesmen dan Asesmen dan pembelajaran merupakan suatu
pembelajaran kegiatan yang terpisah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan


penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
a. Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan
penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh
peserta didik itu sendiri.
b. Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling
percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses
pendidikan berlangsung dengan baik.
c. Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu
dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan sehingga memberi dampak negatif pada proses pendidikan.
d. Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan
akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
e. Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
f. Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi
yang tercantum dalam kurikulum.
g. Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang
dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta
didik.
h. Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti
bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.

5-34 Unit 5
3. Bentuk-bentuk Portofolio
Saudara, telah banyak informasi dan uraian mengenai portolio beserta prinsip-
prinsip yang harus diperhatikan. Sekarang kita akan berinovasi membuat tagihan
portofolio yang baik. Untuk lebih jelasnya Anda dapat mempelajari beberapa bentuk
portofolio berikut ini. Portofolio dapat berupa artefak (produk nyata karya siswa),
artikel, jurnal, dan refleksi yang mewakili apa yang telah dilakukan oleh siswa dalam
mata pelajaran. Portofolio dapat digunakan untuk mengases kinerja siswa selama
sekolah. Asesmen portofolio dapat dibuat bersama oleh guru dan siswa. Pertama
siswa mengumpulkan semua hasil pekerjaannya selama dua sampai tiga minggu.
Selanjutnya direviu untuk menentukan dasar seleksi contoh-contoh pekerjaan siswa
yang akan dijadikan asesmen. Portofolio digunakan selain sebagai asesmen, juga
dapat dipakai untuk membantu siswa merefleksikan apa yang telah mereka pelajari.
Ada tiga macam portofolio, yaitu portofolio perkembangan, portofolio pamer,
dan portofolio komprehensif. Portofolio perkembangan adalah portofolio yang
sengaja dikumpulkan untuk melihat perkembangan siswa dalam area tertentu.
Misalnya perkembangan kemampuan siswa membuat laporan praktikum. Maka
portofolio ini terdiri dan sejumlah laporan praktikum siswa semenjak awal sampai
akhir. Untuk mengases portofolio ini, siswa dapat memilih sendiri portofolionya
yang terbaik sesuai kriteria yang ditentukan dan diberikan kepada guru. Portofolio
perkembangan adalah hasil kerja terbaik siswa yang bertujuan untuk dipamerkan
pada saat tertentu seperti misalnya saat sekolah melakukan pertemuan dengan orang
tua, pameran dan sebagainya. Portofolio komprehensif adalah portofolio keseluruhan
dan hasil karya siswa yang didokumentasikan menurut tujuan tertentu. Beberapa
contoh portofolio:
1) Laporan tertulis projek atau penyelidikan individual.
2) Contoh masalah atau penyelidikan yang dirumuskan oleh siswa.
3) Jawaban terhadap pertanyaan ujung terbuka.
4) Kontribusi siswa kepada laporan kelompok.
5) Daftar cek yang telah dibuat guru yang menunjukkan pertumbuhan ilmiah siswa.
6) Autobiografi ilmiah.
7) Penerapan sains pada disiplin lain.
8) Penjelasan siswa terhadap setiap item pada portofolio.

4. Penilaian Portofolio
Penggunaan portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah berikut.
a. Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya
merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk

Asesmen Pembelajaran di SD 5-35


penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri; dengan melihat
portofolionya, peserta didik dapat mengetahi kemampuan, keterampilan, dan
minatnya; proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan
waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
b. Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan
dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa
berbeda; misalnya, untuk kemampuan menulis peserta didik mengumpulkan
karangan-karangannya, sedangkan untuk kemampuan menggambar, peserta didik
mengumpulkan gambar-gambar buatannya.
c. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau
folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.
d. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta
didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
e. Sebaiknya tentukan aspek-aspek yang akan dinilai dari sampel portofolio beserta
pembobotannya bersama para peserta didik sebelum mereka membuat karyanya.
f. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik. Contoh, untuk
kemampuan menulis karangan, aspek yang akan dinilai misalnya: penggunaan
tata bahasa, pemilihan kosakata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan.
Dengan demikian, peserta didik mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha
mencapai standar tersebut.
g. Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan; guru dapat
membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan
tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara
memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
h. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik
diberi kesempatan untuk memperbaiki; namun, antara peserta didik dan guru
perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan,
misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
i. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio; jika perlu, undang
orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan
portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.
Kriteria untuk mengevaluasi portofolio seyogyanya juga didiskusikan dengan
siswa, sehingga baik guru maupun siswa dapat mengetahui kriteria ini. Bagi guru
kriteria dapat digunakan untuk memberi balikan, sedangkan bagi siswa dapat
menggunakan kriteria itu untuk melakukan tugasnya. Kriteria yang telah disepakati
akan membantu untuk memandu guru membuat keputusan yang menyeluruh tentang
kerja siswa.

5-36 Unit 5
Kriteria pemecahan masalah dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja siswa
dalam area berikut.
Contoh kriteria mengevaluasi Portofolio untuk pemecahan masalah
1) Pemahaman masalah.
2) Menggunakan berbagai strategi untuk membuat rencana pemecahan masalah.
3) Dapat melaksanakan rencana menggunakan model atau teknologi.
4) Pendekatan kreatif untuk masalah kompleks.
Contoh Kriteria Mengevaluasi Portofolio untuk Penalaran
1) Melaksanakan inkuiri.
2) Mendokumentasikan hasil.
3) Menganalisis hasil.
4) Mengkritisi ide dan prosedur.
5) Membangun, memperluas, dan menerapkan ide.
Contoh Kriteria Mengevaluasi Portofolio yang lain
1) Pengembangan sikap positif.
2) Menggunakan evaluasi diri dan koreksi diri tentang kerjanya.
3) Interpretasi ide.
4) Teknologi.
5) Konsep dan prosedur.
6) Kelompok kerja..

Berikut ini adalah contoh format untuk menulis komentar fortofolio siswa.

Format berikut ini, dapat digunakan untuk menulis komentar portofolio siswa.
Asesmen portofolio
Siswa :
Guru :
Tanggal :

Konsep, prosedur, keterampilan proses yang dieksplorasi

Pertumbuhan Pemahaman:

Kerja tidak selesai, atau pekerjaan perlu perbaikan:

Asesmen Pembelajaran di SD 5-37


Asesmen dari:
Kerja pemecahan masalah:
Penalaran dan berpikir kritis:
Penggunaan bahasa:
Lain-lain:

Contoh Penilaian Portofolio

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Alokasi Waktu : 1 Semester
Sampel yang dikumpulkan : Karangan
Nama Siswa : _________________ Kelas : X/1

No SK/KD Periode Aspek yang Dinilai


Tata Kosa Kelengkapan Sistematika Ket
bahasa kata gagasan penulisan
1 Menulis
karangan
deskriptif

2 Membuat
resensi
buku
Catatan: karya siswa sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan aspek yang
dinilai

Kompetensi/Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio


dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti
pekerjaannya. Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 0 - 10 atau 0 -
100. Semakin baik hasil yang terlihat dari tulisan peserta didik, semakin tinggi skor
yang diberikan. Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan
kekuatan tulisan yang dinilai.
Standar Portofolio dapat digunakan sepanjang tahun. Jika Anda belum pernah
menggunakan sebelumnya dan berkeinginan untuk menggunakannya, tidaklah terlalu
terlambat untuk memperkenalkan siswa dengan portofolio. Anda dapat memulai
mendiskusikan dengan siswa tentang portofolio ini. Ide-ide yang dicantumkan disini
dapat digunakan sebagai titik awal.

5-38 Unit 5
(1) Gunakan folder siswa untuk mengumpulkan semua pekerjaan mereka dalam
suatu portofolio kerja.
(2) Tanyakan kepada siswa apa yang menurut mereka perlu ditambahkan ke dalam
portofolio ini.
(3) Diskusikan tentang format portofolio yang bagus, diketik atau ditulis dengan
tinta, ada daftar isinya, pengantar yang menjelaskan mengapa setiap lembar
portofolio ini disertakan di dalam folder ini.
(4) Buatlah beragam asesmen sehingga portofolio itu dapat merefleksikan variasi itu.
Misalnya kerja kelompok, proyek, penyelidikan, jurnal dan sebagainya.
(5) Tugaskan siswa untuk mereviu portofolio temannya, sehingga siswa diharapkan
mendapat ide tentang apa yang dikerjakan oleh teman sekelasnya.
(6) Diskusikan bagaimana cara portofolio itu dievaluasi.
Mengevaluasi portofolio akan memberi peluang kepada guru dan siswa untuk
masuk ke dalam dialog tentang apa yang telah dipelajari siswa. Harus selalu diingat
bahwa setiap lembar yang ada di dalam portofolio itu adalah hasil pilihan siswa
sebagai wakil dan pekerjaan terbaiknya. Jadi portofolio sesungguhnya adalah
evaluasi diri oleh siswa yang telah membuatnya. Tujuan guru melakukan asesmen
menggunakan portofolio adalah untuk membantu siswa meningkatkan
pemahamannya terhadap kinerja ilmiah atas tugas yang dipamerkan di dalam
portofolio.
Latihan
1. Apakah hakekat dari portofolio?
2. Apakah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk portofolio?

Pedoman Jawaban Latihan


1. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa yang representatif menunjukkan
perkembangan kemampuan siswa dari waktu ke waktu.
2. Portofolio dapat berupa artefak (produk nyata karya siswa), artikel/jurnal, dan
refleksi yang mewakili apa yang telah dilakukan oleh siswa dalam mata
pelajarannya.

Asesmen Pembelajaran di SD 5-39


Rangkuman
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa yang representatif
menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dari waktu ke waktu. Paulson
(1991: 60) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang
menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang
atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi,
kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri. Menurut Gronlund
(1998: 159) portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang
tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada
subjek dan tujuan penggunaan portofolio.
Ada tiga macam portofolio, yaitu portofolio perkembangan, portofolio
pamer, dan portofolio komprehensif. Portofolio perkembangan adalah portofolio
yang sengaja dikumpulkan untuk melihat perkembangan siswa dalam area
tertentu. Portofolio perkembangan adalah hasil kerja terbaik siswa yang
bertujuan untuk dipamerkan pada saat tertentu seperti misalnya saat sekolah
melakukan pertemuan dengan orang tua, pameran dan sebagainya. Portofolio
komprehensif adalah portofolio keseluruhan dan hasil karya siswa yang
didokumentasi menurut tujuan tertentu.

Tes formatif 3

Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur


pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan keuntungan menggunakan asesmen portofolio?
2. Bagaimana cara menilai porofolio!
3. Sebutkan bahan-bahan informasi yang dapat digunakan untuk portofolio!
4. Jelaskan manfaat menggunakan portofolio!
5. Buatlah contoh cara menilai portofolio!

5-40 Unit 5
Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Selamat! Karena Anda telah berusaha mengerjakan Tes Formatif 3.


Bandingkan jawaban Anda dengan kunci jawaban pada akhir unit. Jika Anda
menjawab semua pertanyaan dengan benar, Anda disarankan untuk mempelajari unit
selanjutnya. Namun, bila ada jawaban yang salah, cobalah kembali membaca uraian
yang belum Anda mengerti. Kemudian kerjakan soal dengan benar.

Asesmen Pembelajaran di SD 5-41


Kunci Jawaban
____________________________________________________________________

Tes Formatif 1

1. Tipe asesmen alternatif yaitu asesmen kinerja (performance assessment),


observasi dan pertanyaan (observation and questioning), presentasi dan diskusi
(presentation and discussion), proyek dan investigasi, portofolio dan jurnal,
interview (wawancara) dan konferensi, evaluasi diri oleh siswa, tes buatan siswa,
dan pekerjaan rumah.
2. Cara menggunakan jurnal belajar, yaitu persiapkan tema, diskusikan dengan
siswa untuk menentukan topik, isi jurnal, jenis kegiatan, teknik penulisan, alokasi
waktu, dan sistem penilaian.
3. Pertanyaan dalam wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, keduanya
memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga dalam penggunaannya perlu
mempertimbangkan aspek lainnya.
4. Manfaat yang didapatkan bagi guru maupun siswa jika menggunakan asesmen
evaluasi diri, siswa mempunyai kesempatan untuk mendemonstrasikan
kemampuannya dan terlibat dalam proses asesmen sedang bagi guru dapat
menekankan pada penilaian secara obyektif, lebih mengenal karakter siswa,
sebagai refleksi diri.
5. Tiga contoh topik kegiatan yang dapat digunakan untuk tugas proyek dan
investigasi, seperti pengamatan peristiwa tumbuh dan berkembang, pengelolaan
sampah, sistem transportasi darat

Tes Formatif 2

1. Masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja adalah validitas,


reliabilitas, dan fairness. Permasalahan disebabkan kekomplekan dan
kemampuan yang akan di ukur, kemampuan skor siswa dalam merefleksikan
kemampuan siswa yang sebenarnya, dan penulisan, peralatan, dan kesempatan
untuk belajar dan berlatih. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut memilih, menentukan, dan mendesain instrumen sesuai indikator dengan
baik. Rubrik dapat merekam kemampuan semaksimal mungkin, observer secara
kualitas dan kuantitas baik.

5-42 Unit 5
2. Asesmen kinerja pada prinsipnya menekankan tidak hanya kemampuan kognitif,
tetapi juga produk, membutuhkan waktu lama tetapi dapat dipakai berulang,
dapat mendiagnosis dan meremidi, dan fokus pada pembelajaran unjuk kerja.
Sedang asesmen konvensional mengutamkan pemahaman konsep, waktu tidak
efektif, diagnosis dan remidi hanya untuk soal uraian, fokus pembelajaran pada
materi.
3. Kriteria tugas kinerja yang valid: aktivitas berpusat pada siswa dengan sistem
penilaian autentik.
4. Contoh rubrik untuk menilai kegiatan siswa dalam melakukan percobaan erosi.
Tentukan (1) komponen terjadinya erosi seperti air, tanah, tanaman (rumput); (2)
kondisi terjadinya peristiwa erosi meliputi minimnya tanaman dengan debit air
tinggi, (3) pembuatan laporan, (4) pelaksanaan diskusi.

Tes Formatif 3

1. Keuntungan menggunakan asesmen portofolio, yaitu dapat menilai proses dan


produk secara autentik, mengaktifkan siswa, guru, dan orang tua, sebagai refleksi
untuk perbaikan PBM.
2. Portofolio dapat dinilai dengan menggunakan rubrik dengan berbagai skala
seperti check list, rating scale, atau deskriptif tergantung pada aspek yang
dibutuhkan. Seperti yang digunakan pada asesmen kinerja.
3. Bahan-bahan informasi yang dapat digunakan untuk portofolio dapat dikaitkan
dengan macam portofolio, seperti portofolio perkembangan (laporan observai,
laporan kegiatan ilmiah), portofolio pamer dapat berupa segala sesuatu hasil
karya siswa (puisi, kerajinan, gambar atau bentuk tulisan lainnya), portofolio
komprehensif, seperti hasil kerja proyek
4. Manfaat menggunakan portofolio sebagai bahan refleksi bagi siswa, guru, orang
tua dan lembaga dan media untuk kreatifitas siswa.
5. Contoh cara menilai portofolio:
a. Topik: Reproduksi aseksual pada tumbuhan
b. Kriteria yang dinilai: ketepatan bahan/tumbuhan, jumlah bahan, indikator
teramati, laporan hasil, penampilan dokumen, dan alokasi waktu.
c. Rubrik pengembangan dari kriteria pada butir (b) dengan menggunakan
pedoman dari Hibbart dengan 4 atau 5 pilihan.

Asesmen Pembelajaran di SD 5-43


Daftar Pustaka
____________________________________________________________________

Bridges, Lois. (Tanpa tahun). Assessment. California: Stenhouse Publishers.


Brown, Janet .H; Shavelson, Richard J. (1996). Assessing Hands-On Science.
California: Corwin Press, Inc
Depdiknas. (2003). Assesmen Autentik, Materi Pelatihan Terintegrasi Kompetensi
Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Dikdasmen.
------------. (2003). Assesmen Alternatif. Materi Pelatihan Terintegrasi Kompetensi
Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Dikdasmen.
Doran R; Fred Chan; and Pinchas Tamir. (1998). Assessment. Virginia: United Book
Press.
Gronlund. N.E. (1998). Assessment of Student Achievement. Boston: Allyn and
Bacon.
Stiggins, R. J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Maxwell
Macmillan International
Hibbard, M. (1995). Performance Assessment in the Science Classroom. New York:
The McGraw-Hill Companies.
Kulieke et al. (1990). Why Should Assessment be Based on a Vission of Learning?
NCREL Oak Brook.
Karim, Muchtar A. (2004). Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Matematika di
Sekolah. Makalah Seminar dan Workshop Calon Fasilitator Kolaborasi
FMIPA UM-MGMP MIPA Kota Malang . 19-20 Maret 2004
Nieveen N. & Gustafson K. (1996). Characteristics of computer-based tools for
education and training development: an introduction.
In Akker at al. (Eds). Design Approach and Tools in Education and Training.
Netherlands: Kluwer Academic Publisher.
Susanto, P. (2004). Pembelajaran Konstruktivis dan Kontekstual sebagai Pendekatan
dan Metodologi Pembelajaran Sains dalam KBK (Kurikulum 2004).
Makalah Seminar dan Workshop Calon Fasilitator Kolaborasi FMIPA UM-
MGMP MIPA Kota Malang . 19-20 Maret 2004.
Muller, Jon. (2006). Authentic assessment toolbox. North Central College,
Naperville, IL.

5-44 Unit 5
Glosarium
____________________________________________________________________

Asesmen merupakan proses mengumpulkan informasi tentang kemajuan siswa


dengan menggunakan bermacam-macam prosedur.
Authentic Assesment : penilaian yang dilakukan melalui penyajian atau penampilan
oleh siswa dalam bentuk pengerjaan tugas-tugas atau berbagai aktivitas
tertentu yang secara langsung mempunyai makna pendidikan.
Evaluasi adalah kegiatan menetapkan keberhasilan program pembelajaran dengan
menimbang kelebihan dan kekurangan, saran terhadap kemajuan siswa.
Cooperative learning - sekelompok siswa yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama dan mengoptimalkan prestasi masing-masing anggota kelompok dan
prestasi kelompok secara keseluruhan.
Evaluasi-diri (self evaluation) : penilaian terhadap proses pembelajaran yang
dilaksana-kan guru oleh guru itu sendiri.
Rating scale adalah rubrik yang dipergunakan untuk melakukan penskoran yang
membantu guru menilai sejauh mana siswa telah mencapai dimensi prestasi
dari tugas kinerja (performance) yang diberikan.
Refleksi adalah perenungan kembali atas apa yang telah dilakukan untuk dijadikan
cermin (pedoman) perbaikan bagi aktivitas selanjutnya

Asesmen Pembelajaran di SD 5-45


Unit 6
TEKNIK PEMBERIAN SKOR DAN NILAI
HASIL TES
Ainur Rofieq

Pendahuluan

P ada unit ini Anda akan mempelajari teknik pemberian skor (penskoran) dan
prosedur mengubah skor ke dalam nilai standar pada metode tes. Ada tiga
bagian dalam unit ini, yaitu subunit 1 teknik pemberian skor, subunit 2 mengubah
skor dengan penilaian acuan patokan, dan subunit 3 mengubah skor dengan
penilaian acuan normatif. Pada setiap subunit disajikan uraian dan contoh yang
berhubungan langsung dengan proses penskoran dan penilaian dalam pembelajaran.
Pada akhir pembahasan setiap subunit disajikan tes formatif dan umpan balik untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda setelah mempelajari subunit tersebut. Untuk
membantu Anda dalam menentukan skor pada setiap tes formatif, pada akhir
pembahasan unit disajikan kunci jawaban setiap tes formatif.
Adapun kompetensi yang harus Anda kuasai setelah mempelajari unit ini
adalah Anda sebagai mahasiswa Program PJJ S1 PGSD mampu membuat pedoman
penskoran dan melakukan analisis hasil penilaian proses dan hasil pembelajaran
dengan metode tes. Oleh sebab itu, setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda
memiliki kemampuan untuk:
1. Memberi skor pada berbagai soal metode tes;
2. Mengubah skor menjadi nilai standar dengan berbagai skala dengan
menggunakan pendekatan PAP;
3. Mengubah skor menjadi nilai standar dengan berbagai skala dengan
menggunakan pendekatan PAN.
Latihan soal disiapkan baik di tengah uraian ataupun di akhir uraian yang
dapat Anda kerjakan. Untuk mengetahui dan mengecek hasil pekerjaan Anda,

Asesmen Pembelajaran di SD 6-1


disediakan rambu-rambu jawaban atau dijabarkan dalam uraian materi. Akan tetapi,
diusahakan jangan melihat rambu-rambu jawaban sebelum menyelesaikan soal-soal
latihan yang disediakan. Untuk mengetahui keberhasilan belajar Anda, dilaksanakan
tes formatif pada akhir subunit dan untuk mengecek hasil jawaban Anda, disediakan
kunci jawaban tes formatif di akhir unit ini. Akan tetapi, diupayakan jangan melihat
kunci jawaban sebelum Anda menyelesaikan semua soal yang disediakan.

Semoga Anda berhasil menyelesaikan Unit 6 dengan baik.

6-2 Unit 6
Subunit 1
Teknik Pemberian Skor

Pengantar

S etelah Anda melakukan kegiatan tes terhadap siswa, kegiatan berikutnya adalah
memberikan skor pada setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan ini harus
dilakukan dengan cermat karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes
sampai menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes, sebaiknya Anda sudah
menyusun teknik pemberian skor (penskoran). Bahkan sebaiknya Anda sudah
berpikir strategi pemberian skor sejak perumusan kalimat pada setiap butir soal. Pada
kegiatan belajar ini akan disajikan pemberian skor pada tes domain kognitif, afektif,
dan psikomotor sesuai dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh Diknas (2004)
yang telah dimodifikasi.
Membuat pedoman penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk
uraian dalam tes domain kognitif supaya subjektivitas Anda dalam memberikan skor
dapat diperkecil. Pedoman menyusun skor juga akan sangat penting ketika Anda
melakukan tes domain afektif dan psikomotor peserta didik. Karena sejak tes belum
dimulai, Anda harus dapat menentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan
dari peserta didik dalam menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.

1. Pemberian Skor Tes pada Domain Kognitif


a. Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda
Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu: pertama
penskoran tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi jawaban, dan
penskoran dengan butir beda bobot.
1) Penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang
dijawab benar mendapat nilai satu (tergantung dari bobot butir soal), sehingga
jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan menghitung banyaknya
butir soal yang dijawab benar. Rumusnya sebagai berikut.
B
Skor = x 100 (skala 0 – 100)
N
B = banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal

Asesmen Pembelajaran di SD 6-3


Contohnya adalah sebagai berikut :
Pada suatu soal tes ada 50 butir, Budi menjawab benar 25 butir, maka skor
yang dicapai Budi adalah:
25
Skor = x 100
50
= 50
2) Penskoran ada koreksi jawaban yaitu pemberian skor dengan memberikan
pertimbangan pada butir soal yang dijawab salah dan tidak dijawab, adapun
rumusnya sebagai berikut.
⎡⎛ S ⎞ ⎤
Skor = ⎢⎜ B − ⎟ N ⎥ x 100
⎣⎝ P −1⎠ ⎦
B = banyaknya butir soal yang dijawab benar
S = banyaknya butir yang dijawab salah
P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N = banyaknya butir soal
Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0
Contoh :
Pada soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan 4 pilihan
tiap butir dan banyaknya 40 butir, Amir dapat menjawab benar 20 butir,
mejawab salah 12 butir, dan tidak dijawab ada 8 butir, maka skor yang
diperoleh Amir adalah:
⎡⎛ 12 ⎞ ⎤
Skor = ⎢⎜ 20 − ⎟ 40⎥ x 100
⎣⎝ 4 −1⎠ ⎦
= 40
3) Penskoran dengan butir beda bobot yaitu pemberian skor dengan memberikan
bobot berbeda pada sekelompok butir soal. Biasanya bobot butir soal
menyesuaikan dengan tingkatan kognitif (pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi) yang telah dikontrak guru. Anda
juga dapat membedakan bobot butir soal dengan cara lain, misalnya ada
sekelompok butir soal yang dikembangkan dari buku pegangan guru dan
sekelompok yang lain dari luar buku pegangan diberi bobot berbeda, yang
pertama satu, yang lain dua. Adapun rumusnya sebagai berikut.

6-4 Unit 6
( Bi xbi )
Skor = ∑ St
x 100%

Bi = banyaknya butir soal yang dijawab benar peserta tes


bi = bobot setiap butir soal
St = skor teoritis (skor bila menjawab benar semua butir soal)

Contoh:
Pada suatu soal tes matapelajaran IPA berjumlah 40 butir yang terdiri dari
enam tingkat domain kognitif diberi bobot sebagai berikut: pengetahuan bobot
1, pemahaman 2, penerapan 3, analisis 4, sintesis 5, dan evaluasi 6.
Yoyok dapat menjawab benar 8 butir soal domain pengetahuan dari 12 butir, 12
butir dari 20 butir soal pehamanan, 2 butir soal penerapan dari 4 butir, 1 butir
soal analisis dari 2 butir, dan 1 butir soal sintesis dan evaluasi masing-masing 1
butir. Berapakah skor yang diperoleh Yoyok?
Untuk mempermudah memberi skor disusun Tabel 6.1. sebagai berikut.

Tabel 6.1. Contoh Pemberian Skor


Domain butir soal Jumlah butir bi Jml butir x bi Bi
Pengetahuan 12 1 12 8
Pemahaman 20 2 40 12
Penerapan 4 3 12 2
Analisis 2 4 8 1
Sintesis 1 5 5 1
Evaluasi 1 6 6 1
Jumlah = 40 - St = 83 25

(8 x1) + (12 x 2) + (2 x3) + (1x 4) + (1x5) + (1x6)


Skor = ∑ 83
x 100%

= 63,9 %
Jadi skor yang diperoleh Yoyok adalah 63,9%, artinya Yoyok dapat menguasai
tes matapelajaran IPA sebesar 63,9%

Sebagai Latihan-1, Anda tentukan kembali berapakah skor yang diperoleh


Yoyok apabila bobot pada setiap komponen dirubah menjadi sebagai berikut:

Asesmen Pembelajaran di SD 6-5


pengetahuan diberi bobot 0,5; pemahaman bobot 1, penerapan, analisis, dan sintesis
masing-masing diberi bobot 2, serta evaluasi 3. Tentukan juga berapakah skor teoritis
perangkat tes tersebut!
Sebagai Latihan-2, tentukan berapakah skor yang diperoleh Yoyok apabila
menggunakan penskoran tanpa ada koreksi.

b. Penskoran Soal Bentuk Uraian Objektif


Pada bentuk soal uraian objektif, biasanya langkah-langkah mengerjakan
dianggap sebagai indikator kompetensi para peserta didik. Oleh sebab itu, sebagai
pedoman penskoran dalam soal bentuk uraian objektif adalah bagaimana langkah-
langkah mengerjakan dapat dimunculkan atau dikuasai oleh peserta didik dalam
lembar jawabannya.
Untuk membuat pedoman penskoran, sebaiknya Anda melihat kembali rencana
kegiatan pembelajaran untuk mengidentifikasi indikator-indikator tersebut.
Perhatikan contoh berikut.

Indikator : peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan
mengubah satuan ukurannya.

Butir soal:
Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar 80 cm,
dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk menjawabnya
tuliskan langkah-langkahnya!)

Tabel 6.2. Pedoman penskoran uraian objektif


Langkah Kunci jawaban Skor
1 Isi balok = panjang x lebar x tinggi 1
2 = 150 cm x 80 cm x 75 cm 1
3 = 900.000 cm3
Isi bak mandi dalam liter:
4 900.000 1
= liter
1000
5
= 900 liter 1
Skor Maksimum 5

6-6 Unit 6
c. Penskoran Soal Bentuk Uraian Non-Objektif
Prinsip penskoran soal bentuk uraian non-objektif sama dengan bentuk uraian
objektif yaitu menentukan indikator kompetensinya. Perhatikan contoh berikut.

Indikator: peserta didik dapat mendeskripsikan alasan Warga Negara Indonesia


bangga menjadi Bangsa Indonesia.
Butir soal:tuliskan alasan-alasan yang membuat Anda berbangga sebagai
Bangsa Indonesia!

Pedoman penskoran:
Jawaban boleh bermacam-macam namun pada pokok jawaban tadi dapat
dikelompokkan sebagai berikut.

Tabel 6.3. Contoh Pedoman Penskoran


Kriteria jawaban Rentang skor
Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam Indonesia 0–2
Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air Indonesia 0–2
(pemandangan alamnya, geografisnya, dll)
Kebanggan yang berkaitan dengan keanekaragaman budaya, suku, 0–2
adat, istiadat tetapi tepat bersatu.
Kebanggan yang berkaitan dengan keramahtamahan masyarakat 0–2
Indonesia.
Skor tertinggi 8

d. Pembobotan Soal Bentuk Campuran


Dalam beberapa situasi bisa digunakan soal bentuk campuran, yaitu bentuk
pilihan dan bentuk uraian. Pembobotan soal bagian soal bentuk pilihan ganda dan
bentuk uraian ditentukan oleh cakupan materi dan kompleksitas jawaban atau tingkat
berpikir yang terlibat dalam mengerjakan soal. Pada umumnya cakupan materi soal
bentuk pilihan ganda lebih banyak, sedang tingkat berpikir yang terlibat dalam
mengerjakan soal bentuk uraian biasanya lebih banyak dan lebih tinggi.
Suatu ulangan terdiri dari n1 soal pilihan ganda dan n2 soal uraian. Bobot
untuk soal pilihan ganda adalah w1 dan bobot untuk soal uraian adalah w2. Jika
seorang peserta didik menjawab benar n1 pilihan ganda, dan n2 soal uraian, maka
peserta didik itu mendapat skor:
⎡ ⎤ ⎡ n2 ⎤
Skor = b1 ⎢ n1 x100⎥ + b2 ⎢ x100⎥
⎢⎣ n1 ⎥⎦ ⎢⎣ n2 ⎥⎦

Asesmen Pembelajaran di SD 6-7


b1 = bobot soal 1
b2 = bobot soal 2

Contoh: Suatu ulangan terdiri dari 20 bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan,
dan 4 buah soal bentuk uraian. Titi dapat menjawab benar soal pilihan ganda
16 butir dan salah 4 butir, sedang bentuk uraian bisa dijawab benar 20 dari skor
maksimum 40. Apabila bobot pilihan ganda adalah 0,40 dan bentuk uraian
0,60, maka skor yang diperoleh Titi dapat dihitung sebagai berikut.
a. skor pilihan ganda tanpa koreksi jawaban dugaan : (16/20)x100 = 80
b. skor bentuk uraian adalah : (20/40)x100 = 50
c. skor akhir adalah : 0,4 x (80) + 0,6 x (50) = 62

2. Pemberian Skor Tes pada Domain Afektif


Domain afektif ikut menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Paling tidak
ada dua komponen dalam domain afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan
minat terhadap suatu pelajaran. Sikap peserta didik terhadap pelajaran bisa positif
bisa negatif atau netral. Tentu diharapkan sikap peserta didik terhadap semua mata
pelajaran positif sehingga akan timbul minat untuk belajar atau mempelajarinya.
Peserta didik yang memiliki minat pada pelajaran tertentu bisa diharapkan prestasi
belajarnya akan meningkat secara optimal, bagi yang tidak berminat sulit untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu, Anda memiliki tugas untuk
membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat peserta didik terhadap mata
pelajaran yang diampunya. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Langkah pembuatan instrumen domain afektif termasuk sikap dan minat adalah
sebagai berikut:
a. Pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat.
b. Tentukan indikator minat: misalnya kehadiran di kelas, banyak bertanya, tepat
waktu mengumpulkan tugas, catatan di buku rapi, dan sebagainya. Hal ini
selanjutnya ditanyakan pada peserta didik.
c. Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya Likert dengan 5 skala: sangat berminat,
berminat, sama saja, kurang berminat, dan tidak berminat.
d. Telaah instrumen oleh sejawat.
e. Perbaiki instrumen.
f. Siapkan kuesioner atau inventori laporan diri.
g. Skor inventori.
h. Analisis hasil inventori skala minat dan skala sikap.

6-8 Unit 6
Contoh:
Instrumen untuk mengukur minat peserta didik yang telah berhasil dibuat ada
10 butir. Jika rentangan yang dipakai adalah 1 sampai 5, maka skor terendah
seorang peserta didik adalah 10, yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi sebesar 50,
yakni dari 10 x 5. Dengan demikian, mediannya adalah (10 + 50)/2 atau sebesar
30. jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-20 termasuk tidak berminat,
21 sampai 30 kurang berminat, 31 – 40 berminat, dan skala 41 – 50 sangat
berminat.

3. Pemberian Skor Tes pada Domain Psikomotor


a. Penyusunan Tes Psikomotor
Tes untuk mengukur ranah psikomotor adalah tes untuk mengukur penampilan
atau kinerja (performance) yang telah dikuasai peserta didik. Tes tersebut menurut
Lunetta dkk. (1981) dalam Majid (2007) dapat berupa tes paper and pencil, tes
identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
Skala penilaian cocok untuk menghadapi subjek yang jumlahnya sedikit.
Perbuatan yang diukur menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari
sangat tidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1
paling tidak sempurna dan skala 5 paling sempurna.
Misal dilakukan pengukuran terhadap keterampilan peserta didik menggunakan
thermometer badan. Untuk itu dicari indikator-indikator apa saja yang menunjukkan
peserta didik terampil menggunakan thermometer tersebut, misal indikator-indikator
sebagai berikut:
1) Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya.
2) Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya.
3) Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.
4) Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.
5) Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhunya.
6) Cara membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer.

Dari contoh cara pengukuran suhu badan menggunakan skala penilaian, ada 6
butir soal yang dipakai untuk mengukur kemampuan seorang peserta didik jika untuk
butir 1 peserta didik yang bersangkutan memperoleh skor 5 berarti sempurna/benar,
butir 2 memperoleh skor 4 berarti benar tetapi kurang sempurna, butir 3 memperoleh
skor 4 berarti juga benar tetapi kurang sempurna, butir 4 memperoleh skor 3 berarti
kurang benar, butir 5 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, dan butir 6 juga
memperoleh skor 3 berarti kurang benar, maka total skor yang dicapai peserta didik

Asesmen Pembelajaran di SD 6-9


tersebut adalah (5 + 4 + 4 + 3 + 3 + 3) atau 22. Seorang peserta didik yang gagal
akan memperoleh skor 6, dan yang berhasil melakukan dengan sempurna
memperoleh skor 30; maka median skornya adalah (6 + 30)/2 = 18. Jika dibagi
menjadi 4 kategori, maka yang memperoleh skor 6 – 12 dinyatakan gagal, skor 13 –
18 berarti kurang berhasil, skor 19 – 24 dinyatakan berhasil, dan skor 25 – 30
dinyatakan sangat berhasil. Dengan demikian peserta didik dengan skor 21 dapat
dinyatakan sudah berhasil tetapi belum sempurna/belum sepenuhnya baik jika sifat
keterampilannya adalah absolut, maka setiap butir harus dicapai dengan sempurna
(skala 5). Dengan demikian hanya peserta didik yang memperoleh skor total 30 yang
dinyatakan berhasil dan dengan kategori sempurna.

Tabel 6.4. Kisi-kisi soal ujian bisa sebagai berikut


Standard Kompetensi Materi Indikator jenis Bentuk Nomor
No
Kompetensi Dasar Pokok Tagihan Soal Soal

Rangkuman

Apabila Anda membuat penskoran dan pembobotan butir soal suatu tes, maka
yang harus diperhatikan adalah tingkatan dalam setiap domain (kognitif, afektif, dan
psikomotor). Bentuk perangkat tes yang baik adalah tes yang butir-butir soalnya
disusun dengan memperhatikan komponen-komponen tingkatan dalam suatu domain
dan tersusun lebih dari satu bentuk tes.
Sebelum atau selama pembuatan soal tes, Anda harus merencanakan bentuk-
bentuk penskoran yang akan diberlakukan. Hal ini akan dapat membantu Anda
dalam melaksanakan prinsip objektif dan metodik dalam kegiatan penskoran
sehingga tidak terkesan asal memberi skor. Hasil penskoran yang terencana akan
memudahkan kegiatan berikutnya dalam penilaian, yaitu mengkonversi skor hasil
belajar menjadi skor prestasi atau nilai standar

6-10 Unit 6
Tes Formatif 1

Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur


pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Sebutkan tiga cara penskoran tes bentuk pilihan ganda! Jelaskan jawaban Anda!
(bobot = 15)
2. Pada suatu soal tes berjumlah 50 butir yang terdiri dari tiga tingkat domain
kognitif diberi bobot sebagai berikut: pengetahuan bobot 0,5; pemahaman 1, dan
penerapan 1,5. Seorang peserta didik bernama Darso dapat menjawab benar 18
butir soal domain pengetahuan dari 20 butir, 12 butir dari 15 butir soal
pemahaman, 9 butir soal penerapan dari 15 butir. Berapakah skor yang diperoleh
Darso bila menggunakan metode penskoran dengan butir beda bobot? (bobot =
25)
3. Melalui soal item b di atas, Berapakah skor Darso apabila menggunakan metode
penskoran tidak ada kriteria? (bobot = 10)
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah berikut: tes paper and pencil, tes
identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja! (bobot = 20)

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Setelah anda mengerjakan tes formatif 1, cocokkan jawaban Anda dengan


kunci jawaban tes formatif 1 yang terdapat pada bagian akhir pada unit ini.
Perhatikan skor masing-masing item soal dan hitunglah berapakah skor jawaban
Anda kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap subunit ini.

Rumus:
Jumlahskor *
Tingkat penguasaan = x100%
70
* Jumlah skor = penjumlahan skor jawaban benar pada setiap item soal
Ketentuan: jumlah skor setiap item tidak melebihi bobot soalnya

Asesmen Pembelajaran di SD 6-11


Konversikan tingkat penguasaan Anda dengan pedoman berikut ini.
90% – 100% = Baik sekali
80% – 89% = Baik
70% – 79% = Cukup
69% kebawah = Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda 80% ke atas maka Anda dapat meneruskan
pembelajaran pada subunit berikutnya. Bila tingkat penguasaan anda di bawah 80%
maka Anda harus mengulang kegiatan belajar subunit ini terutama pada bagian yang
belum Anda kuasai.

6-12 Unit 6
Subunit 2
Mengubah Skor dengan Penilaian Acuan
Patokan

Pengantar

S etelah Anda memahami dan menguasai konsep dan aplikasi pembuatan skor
pada bagian sebelumnya maka diharapkan Anda dapat melangkah pada kegiatan
berikutnya yaitu mengubah skor prestasi dengan nilai standar dengan menggunakan
pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penialian Acuan Normatif (PAN).
Langkah ini bermanfaat untuk menentukan kualitas pembelajaran dan prestasi
peserta didik secara objektif dan meningkatkan kebermaknaan hasil penilaian yang
telah dilakukan baik dari sisi guru maupun peserta didik.

1. Konsep Pendekatan Penilaian


Setelah kegiatan penskoran dilakukan maka tugas Anda sebagai guru adalah
mengolah skor-skor hasil tes menjadi skor standar atau nilai standar yang
menggambarkan nilai prestasi para peserta didik mutu pembelajaran yang telah Anda
lakukan selama waktu tertentu.
Ada dua pendekatan yang umum dipakai oleh para guru, yaitu pendekatan: (1)
Penilaian Acuan Norma atau disingkat PAN dan (2) Penilaian Acuan Patokan atau
disingkat PAP. Anda sebagai guru harus menentukan sejak awal manakah
pendekatan yang dipakai untuk mengubah skor-skor peserta didik menjadi nilai. PAP
Anda pilih sebagai pendekatan apabila Anda berkeinginan membandingkan skor
peserta didik dengan suatu nilai standar yang sudah ditentukan berdasarkan skor
teoritisnya. Skor teoritis adalah skor maksimal apabila menjawab benar semua butir
soal dalam suatu perangkat tes. Selain itu PAP dipilih dengan pertimbangan bahwa
perangkat tes yang dipakai untuk mengukur prestasi peserta didik merupakan
perangkat tes terstandar yang terjamin reliabilitas dan validitasnya.
Melihat prinsip PAP sebagai pendekatan konversi skor-skor prestasi, maka
pendekatan ini cocok digunakan untuk penilaian formatif, yaitu asesmen yang
dilakukan pada setiap akhir satuan pelajaran yang berfungsi untuk perbaikan proses
pembelajaran yang Anda lakukan. Sejak tes formatif belum Anda mulai, Anda sudah

Asesmen Pembelajaran di SD 6-13


dapat menentukan suatu kriteria keberhasilan pembelajaran yang Anda lakukan
dengan memberikan patokan atau standar melalui skor teoritis.
Pendekatan PAN dipilih apabila Anda berkeinginan membandingkan skor
peserta didik dengan skor-skor dalam kelompoknya atau peserta didik lain dalam
suatu kelas atau tingkat tertentu. Pendekatan ini sama sekali tidak terpengaruh
dengan skor teoritis. Kualitas penilaian peserta didik sangat tergantung kepada
distribusi skor para peserta tes. Skor-skor mereka akan saling berkompetisi secara
internal sehingga menentukan pedoman konversi yang akan dibuat. Selain itu PAN
dipilih dengan tidak harus mempertimbangan bahwa perangkat tes yang dipakai
untuk mengukur prestasi peserta didik itu adalah perangkat tes terstandar.
Pendekatan PAN cocok untuk penilaian sumatif atau penilaian lain yang
bertujuan untuk mengukur sejauh mana kompetensi sudah dikuasai oleh peserta
didik. Sebelum penilaian sumatif dimulai, Anda belum dapat menentukan suatu
kriteria keberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi.

2. Pendekatan PAP
Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) disebut juga penilaian dengan
norma absolut atau kriteria. Pendekatan PAP berarti membandingkan skor-skor hasil
tes peserta didik dengan kriteria atau patokan yang secara absolut/mutlak telah
ditetapkan oleh guru. Jadi skor peserta didik tidak dibandingkan dengan
kelompoknya tetapi skor-skor itu akan dikonversi menjadi nilai-nilai berdasarkan
skor teoritisnya.
Umumnya seorang guru yang menggunakan PAP sudah dapat menyusun
pedoman konversi skor-skor menjadi nilai standar sebelum tes dimulai. Oleh sebab
itu, umumnya hasil pengukuran dari periode ke periode berikutnya dalam kelompok
berbeda maupun yang sama akan dapat dipertahankan keajegannya atau
konsistensinya.
Hasil penerapan PAP dalam penilaian peserta didik akan dapat Anda ramalkan
dengan terlebih dahulu melihat skor teoritis dan kualitas para peserta didik dalam
kelompok atau kelas. Misal pada penilaian dengan skala-5, PAP Anda berlakukan
pada kelompok/kelas yang kurang pandai maka diperkirakan banyak peserta didik
mendapatkan nilai prestasi kurang, yaitu ditandai dengan banyaknya peserta didik
dengan nilai E, D, serta C sedangkan nilai B dan A lebih sedikit seperti pada kurva-A
berikut.

6-14 Unit 6
E D C B A E D C B A

Kurva-A Kurva-B

Apabila PAP diberlakukan kepada kelompok/kelas dengan rata-rata pandai


maka diperkirakan distribusi nilai seperti pada kurva-B. Peserta didik yang mendapat
nilai E, D, dan C lebih sedikit bila dibandingkan jumlah peserta didik dengan nilai B
dan A. Secara ideal dalam sudut pandang produk penilaian maka kurva yang
diharapkan terjadi dalam PAP adalah kurva-B, namun apabila memberikan hasil
seperti kurva-A bukan berarti Anda gagal dalam pembelajaran, tetapi sebagai sebuah
proses Anda diwajibkan mengidentifikasi proses pembelajaran yang telah
berlangsung dan menemukan titik lemah pembelajaran kemudian melakukan
perbaikan-perbaikan.
Distribusi nilai suatu kelas/kelompok mungkin saja membentuk kurva-A
apabila perangkat tes yang digunakan memiliki butir-butir soal yang terkategori
”sulit” meskipun prestasi mereka di atas rata-rata. Sebaliknya suatu kelas/kelompok
dengan prestasi di bawah rata-rata, distribusi nilainya akan membentuk seperti
kurva-B karena perangkat soalnya terlalu mudah. Sebab itu, sekali lagi PAP akan
dapat menggambarkan prestasi siswa yang obyektif bila perangkat tes yang
digunakan adalah perangkat tes terstandar.

a. Aplikasi Pendekatan PAP


Metode PAP digunakan pada sistem penilaian skala-100 dan skala-5. Skala-100
berangkat dari persentase yang mengartikan skor prestasi sebagai proporsi
penguasaan peserta didik pada suatu perangkat tes dengan batas minimal angka 0
sampai 100 persen (%). Pada skala-5 berarti skor prestasi diwujudkan dalam nilai A,
B, C, D, dan E atau berturutan mewakili nilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Adapun langkah-
langkah PAP sebagai berikut.
1) Menentukan skor berdasarkan proporsi
B
Skor = x 100% (rumus bila menggunakan skala-100)
St

Asesmen Pembelajaran di SD 6-15


B = banyaknya butir yang dijawab benar (dalam bentuk pilihan ganda)
atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal (pada tes
bentuk menguraikan)
St = Skor teoritis
2) Menentukan batas minimal nilai ketuntasan
Nilai ketuntasan adalah nilai yang menggambarkan proporsi dan
kualifikasi penguasaan peserta didik terhadap kompotensi yang telah
dikontrakkan dalam pembelajaran. Untuk menentukan batas minimal nilai
ketuntasan peserta tes dapat menggunakan pedoman yang ada. Depdiknas
RI atau beberapa sekolah biasanya telah menentukan batas minimal siswa
dikatakan tuntas menguasai kompetensi yang dikontrakkan misalnya 60%.
Umumnya pada tingkat pendidikan dasar dan menengah di negara kita
menggunakan skala-100 sedangkan skala-5 dipakai di perguran tinggi. Namun
sekarang, ada perguruan tinggi yang mengembangkan skala-5 menjadi skala delapan,
sembilan, atau tiga belas dengan memodifikasi ragam tingkatannya. Misal, semula
ragam nilai skala-5 adalah A, B, C, D, dan E kemudian dimodifikasi dengan
menambah ragam tingkatan nilai menjadi delapan sebagai berikut: A, B+, B, C+, C,
D+, D, dan E. Pada beberapa perguruan tinggi ada yang mengembangkan lagi
menjadi tiga belas variasi seperti berikut: A+, A, A-, B+, B, B-, C+, C, C -, D+, D,
D-, dan E.
Contoh 1: Suatu perangkat tes terdiri dari beberapa bentuk soal seperti pada tabel
berikut.
Tabel 6.5. Perangkat Tes dengan Beberapa Bentuk Soal
Nomor Bentuk soal Bobot St
1 s/d 30 Bentuk pilihan ganda model asosiasi 1 30
31 s/d 45 Bentuk pilihan ganda model melengkapi 2 30
berganda
46 s/d 50 Bentuk uraian 5 25
Jumlah St = 85

Berdasarkan tabel di atas skor teoritis perangkat tes adalah 85. Peserta didik
yang mengikuti ada 40 anak, setelah mereka mengerjakan perangkat tes dilakukan
penskoran oleh guru. Hasil skor itu selanjutnya diolah dengan PAP, hasilnya sebagai
berikut (yang ditampilkan hanya 10 peserta tes).

6-16 Unit 6
Tabel 6.6. Skor Peserta Tes (Rekayasa) untuk Diolah dengan Pendekatan PAP
No Nama Peserta Skor Keterangan*
1. Hadi 53 -
2. Suyono 68 -
3. Jamil 61 -
4. Fatma 75 -
5. Joko 82 Skor tertinggi
6. Romlah 65 -
7. Imam 50 -
8. Yoyok 60 -
9. Nila 45 Skor terendah
10. Tiyas 54 -

* Skor tertinggi dan terendah dari 40 peserta


Coba Anda gunakan pendekatan PAP untuk melakukan penilaian dan
mengkonversi skor-skor tersebut dengan skala-100 dan skala-5.
Jawab (skala-100): untuk mengerjakan contoh tersebut, setiap skor peserta tes
diubah menjadi persentase dari skor teoritis dengan menggunakan rumus yang telah
ditentukan. Adapun hasil perhitungannya ditampilkan dalam tabel berikut ini.

Hasil Penilaian
No. Nama Peserta Skor Penghitungan
Nilai (%) Kualifikasi *
1. Hadi 53 53/85 x 100% 62 Tuntas
2. Suyono 68 68/85 x 100% 80 Tuntas
3. Jamil 61 61/85 x 100% 72 Tuntas
4. Fatma 75 75/85 x 100% 88 Tuntas
5. Joko 82 82/85 x 100% 97 Tuntas
6. Romlah 65 65/85 x 100% 77 Tuntas
7. Imam 50 50/85 x 100% 59 Tidak Tuntas
8. Yoyok 60 60/85 x 100% 71 Tuntas
9. Nila 45 45/85 x 100% 53 Tidak Tuntas
10. Tiyas 54 54/85 x 100% 64 Tuntas

Catatan: batas minimal kualifikasi tuntas 60%


Melalui Tabel di atas berarti Anda tidak lagi menganggap nilai peserta tes pada
kolom ”skor” tetapi Anda menggunakan kolom ”nilai (%)” dan ”kualifikasi” sebagai
hasil dari PAP dengan skala-100. Jadi peserta didik dengan nama Hadi mendapat
nilai 63 dengan kualifikasi tuntas, artinya Hadi mampu menguasai 63% kompetensi
yang dikontrakkan dalam pembelajaran.
Dari peserta dalam tabel di atas, ternyata Imam mendapat nilai 59 dengan
kualifikasi tidak tuntas karena nilainya di bawah batas minimal kualifikasi (60%).
Keadaan yang sama juga terjadi pada Nila dengan nilai 53 dan kualifikasi tidak
tuntas. Bagaimanakah dengan peserta berkualifikasi tidak tuntas? Anda dapat

Asesmen Pembelajaran di SD 6-17


melakukan langkah berikutnya yaitu memberikan keputusan kepada Iman dan Nila
untuk remedial atau melakukan tes ulang.
Jawab (skala-5): untuk membuat skala-5 pada umumnya sekolah sudah punya
pedoman konversi skala-5 untuk semua matapelajaran. Apabila di sekolah Anda
belum memiliki maka Anda harus membuat sendiri pedoman itu dengan
mempertimbangkan batas minimal kualifikasi tuntas yang telah disepakati. Berikut
ini disusun pedoman konversi skala-5 dengan memperhatikan bahwa batas minimal
kualifikasi tuntas adalah 60%.

Tabel 6.7. Contoh Pedoman Konversi Skala-5


Tingkat Penguasaan Hasil Penilaian
(%) Nilai Kualifikasi
80 ke atas A Sangat memuaskan
70 – 79 B Memuaskan
60 – 69 C Cukup
50 – 59 D Kurang
49 ke bawah E Sangat kurang

Melalui tabel di atas berarti setiap skor peserta didik harus dikonversi menjadi
nilai huruf dan kualifikasi, hasil konversinya sebagai berikut.

Tabel 6.8. Contoh Hasil Konversi Skala-5


Hasil Penilaian
No. Nama Peserta Skor
Nilai (%) Nilai (huruf) Kualifikasi *
1. Hadi 53 62 C Cukup
2. Suyono 68 80 A Sangat memuaskan
3. Jamil 61 72 B Memuaskan
4. Fatma 75 88 A Sangat memuaskan
5. Joko 82 97 A Sangat memuaskan
6. Romlah 65 77 B Memuaskan
7. Imam 50 59 D Kurang
8. Yoyok 60 71 B Memuaskan
9. Nila 45 53 D Kurang
10. Tiyas 54 64 C Cukup

Catatan: Batas minimal kualifikasi adalah nilai C atau nilai 60%


Melalui tabel hasil penilaian di atas, Anda jangan menganggap nilai peserta tes
pada kolom ”skor” tetapi gunakanlah kolom ”nilai (%)”, ”nilai (huruf)” dan
”kualifikasi” sebagai hasil dari PAP dengan skala-5. Jadi peserta didik dengan nama
Suyono mendapat nilai A dengan kualifikasi sangat memuaskan, artinya Suyono
mampu menguasai 80% kompetensi yang dikontrakkan dalam pembelajaran. Dari
peserta yang lain, misalnya; Imam mendapat nilai D dengan kualifikasi kurang

6-18 Unit 6
memuaskan karena nilainya di bawah batas minimal kualifikasi 60% atau nilai C.
Keadaan yang sama juga terjadi pada Nila dengan nilai D dan kualifikasi kurang
memuaskan.
Bagaimanakah dengan peserta berkualifikasi kurang memuaskan? Anda dapat
melakukan langkah berikutnya yaitu memberikan keputusan kepada Iman dan Nila
untuk mengikuti remedial, mengulang pada semester berikutnya (kalau di perguruan
tinggi) atau melakukan tes ulang.
Apabila hasil PAP dengan pedoman konversi skala-100 dan skala-5 Anda
gunakan untuk mengkonversi skor-skor hasil tes prestasi pada kelas/kelompok lain
maka hasilnya akan tetap reliabel dengan catatan perangkat tes yang digunakan sama
dengan kelompok/kelas sebelumnya.

Latihan

Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut ini!
1) Suatu perangkat tes mata pelajaran IPA terdiri dari beberapa bentuk soal seperti
pada tabel berikut.

Nomor Bentuk soal Bobot Jumlah item x bobot


1 s/d 40 Bentuk pilihan ganda model asosiasi 1 40
41 s/d 65 Bentuk pilihan ganda model melengkapi 2 50
berganda
66 s/d 75 Bentuk uraian 5 50
St = 140

Peserta tes sebanyak 40 anak, tentukan berapakah nilai dan kualifikasi 10 orang
peserta didik berikut apabila menggunakan pendekatan PAP skala-100.

No Nama Peserta Skor


1. Hadi 125
2. Suyono 135
3. Jamil 98
4. Fatma 60
5. Joko 67
6. Romlah 66
7. Imam 107
8. Yoyok 118
9. Nila 100
10. Tiyas 82

Asesmen Pembelajaran di SD 6-19


2) Kerjakan seperti pada soal no. 1, tetapi untuk skala-5
3) Jelaskan perbedaan pendekatan PAP dan PAN dalam suatu proses penilaian!
(minimal 2 perbedaan)

Petunjuk Menjawab Latihan


Untuk dapat menjawab soal di atas, silahkan anda simak kembali uraian
materi dan contoh yang diberikan dalam subunit ini.

Rangkuman

Pendekatan PAP dan PAN adalah dua pendekatan penilaian yang digunakan
untuk mengubah skor mentah menjadi nilai standar. Umumnya PAP digunakan untuk
menilai kualifikasi prestasi siswa dengan tolok ukur pada skor teoritis perangkat tes
dan batas minimal ketuntasan, sedangkan PAN digunakan untuk menilai kualifikasi
siswa dengan membandingkan nilai prestasi mereka dengan sesama teman di
kelas/kelompoknya.
Pendekatan PAP sebaiknya digunakan pada pelaksanaan tes yang
menggunakan perangkat tes terstandar secara reliabilitas dan validitas. Untuk
menyusun pedoman konversi skor-skor kasar menjadi nilai dan kualifikasinya dapat
dilakukan dengan model skala-100 dan skala-5

Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 2.

Petunjuk menjawab soal: Pilihlah satu jawaban yang benar!


1. Setelah kegiatan penskoran dilakukan pada suatu tes matapelajaran maka tugas
Anda sebagai guru adalah ...
A. mengolah skor-skor hasil tes menjadi nilai standar.
B. menyusun rencana pembelajaran berikutnya.
C. mengumumkan hasil tes.
D. membagikan hasil tes kepada siswa.

6-20 Unit 6
2. Apa yang dimaksud dengan skor teoritis?
A. skor yang diperoleh pada setiap butir/item soal.
B. skor yang memperhatikan bobot.
C. skor maksimal bila menjawab benar semua butir soal dalam suatu perangkat
tes.
D. semua jawaban di atas benar.

3. Memperhatikan konsep PAP, sebaiknya digunakan untuk mengolah skor pada


penilaian ...
A. sumatif. C. minat dan bakat.
B. formatif . D. sumatif dan formatif.

4. Manakah pernyataan yang benar tentang PAP?


A. menilai kualifikasi prestasi siswa dengan suatu tolok ukur.
B. punya batas minimal ketuntasan.
C. untuk menilai kualifikasi siswa dengan membandingkan nilai prestasi mereka
dengan sesama teman di kelas/kelompoknya.
D. jawaban A dan B benar.

5. Suatu perangkat tes matapelajaran IPS terdiri dari beberapa bentuk soal seperti
pada tabel berikut.

Nomor Bentuk soal Bobot Jumlah item x bobot


1 s/d 40 Bentuk pilihan ganda model asosiasi 1 40
41 s/d 65 Bentuk pilihan ganda model melengkapi 2 50
berganda
66 s/d 75 Bentuk uraian 5 50
Jumlah St = 140

Tentukan berapakah nilai Yono yang mendapat skor 70 apabila menggunakan


pendekatan PAP skala-100.
A. 70. B. 50. C. 60. d. 65.

6. Melalui hasil penilaian pada soal no. 5., apakah kuaifikasi nilai Yono?
A. tidak tuntas. B. tuntas. C. memuaskan . E. semua benar.

Asesmen Pembelajaran di SD 6-21


7. Dengan menggunakan soal di atas berapakah nilai yang diperoleh Jamil apabila
mendapat skor 105?
A. 75. B. 60. C. 80. D. 90.

8. Melalui hasil penilaian pada soal no. 7., apakah kuaifikasi nilai Jamil?
A. tidak tuntas. B. tuntas. C. memuaskan. E. semua benar.

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Setelah Anda mengerjakan tes formatif 2, cocokkan jawaban Anda dengan
kunci jawaban tes formatif 2 yang terdapat pada bagian akhir pada unit ini.
Perhatikan skor masing-masing item soal dan hitunglah berapakah skor jawaban
Anda kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap subunit ini.

Rumus:
Jumlah jawaban benar
Tingkat penguasaan = x 100
8

Konversikan tingkat penguasaan Anda dengan pedoman berikut ini.


90% – 100% = Baik sekali
80% – 89% = Baik
70% – 79% = Cukup
69% ke bawah = Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda 80% ke atas maka Anda dapat meneruskan
pembelajaran pada subunit berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda di bawah 80%
maka Anda harus mengulangi kegiatan belajar subunit ini terutama pada bagian yang
belum Anda kuasai.

6-22 Unit 6
Subunit 3
Mengubah Skor dengan Penilaian Acuan Normatif

Pengantar
Setelah Anda memahami dan menguasai konsep dan aplikasi penilaian PAP
dengan model skala-100 dan skala-5 maka diharapkan Anda dapat melangkah pada
kegiatan berikutnya yaitu mengubah skor prestasi dengan nilai standar dengan
menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Normatif (PAN). Seperti langkah pada
PAP, cara penilaian PAN juga bermanfaat untuk menentukan kualitas pembelajaran
dan prestasi peserta didik secara objektif dan meningkatkan kebermaknaan hasil
penilaian yang telah dilakukan baik dari sisi guru maupun peserta didik.

1. Konsep Pendekatan PAN


Pada penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa salah satu beda PAN dari PAP
terletak pada tolok ukur skor yang digunakan sebagai pembanding. Pendekatan ini
menggunakan cara membandingkan prestasi atau skor mentah peserta didik dengan
sesama peserta didik dalam kelompok/kelasnya sendiri. Makna nilai dalam bentuk
angka maupun kualifikasi memiliki sifat relatif, artinya bila Anda sudah berhasil
menyusun pedoman konversi skor berdasarkan tes yang sudah dilakukan pada suatu
kelas/kelompok maka pedoman itu hanya berguna bagi kelompok/kelas itu dan
kemungkinan besar pedoman itu tidak berguna bagi kelompok/kelas lain karena
distribusi skor peserta tes sudah lain. Kecuali, pada saat pengolahan skor
kelompok/kelas yang lain tadi disatukan dengan kelompok/kelas pertama.
Misalnya, Anda ingin membandingkan kepandaian siswa dalam matapelajaran
IPA di semester sepuluh antara Rudi dengan kakak kelasnya yaitu Bobi pada
semester yang sama setahun yang lalu. Rudi pada semester sepuluh sekarang angka
rapor matapelajaran IPA = 89 sedangkan Bobi pada semester sepuluh di tahun
akademik yang lalu adalah 97. Benarkah bila Anda memutuskan bahwa Rudi lebih
rendah prestasinya dibidang IPA dibandingkan Bobi?
Membandingkan angkanya, maka benar angka Rudi lebih rendah dari Bobi
tetapi kalau kedua angka itu adalah nilai standar dari pendekatan PAN, maka Anda
harus melihat terlebih dahulu rerata dan standar deviasi skor pada kelompok/kelas
masing-masing. Apabila statistik kelompok/kelas Rudi dan Bobi sebagai berikut.

Asesmen Pembelajaran di SD 6-23


Kelas Rudi → rerata ( x ) = 70 dan standar deviasi (s) = 5,6
Kelas Bobi → rerata ( x ) = 89 dan standar deviasi (s) = 2,5

Data statistik tersebut kita gunakan untuk menghitung nilai Zscore Rudi dan Bobi
x − x
dengan menggunakan Zscore = . Melalui rumus itu dapat dihitung Zrudi = 3,4
s
dan Zbobi = 3,2 dengan demikian pernyataan bahwa Rudi tidak lebih unggul dalam
bidang IPA daripada Bobi di kelas masing-masing adalah kurang berdasar.
Demikian halnya dengan nilai suatu matapelajaran yang sama tetapi diperoleh
dalam kurun waktu yang berbeda akan memiliki makna yang berbeda. Hal ini
disebabkan oleh variasi nilai, kondisi kelompok, dll.
Melalui analogi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu nilai prestasi hasil
pengolahan dengan pendekatan PAN memiliki sifat relatif, oleh sebab itu pendekatan
PAN disebut juga pendekatan penilaian norma relatif atau norma empirik. Artinya
secara statistika, pendekatan PAN menggunakan dasar asumsi normalitas. Apabila
Anda memiliki kumpulan skor/nilai pada kelas/kelompok yang heterogen maka
distribusinya akan membentuk kurva normal sebagai berikut (perhatikan gambar
kurva normal di bawah ini)

Sedang

Rendah Tinggi

Berdasarkan kurva normal tersebut maka sifat distribusi nilai/skor prestasi


peserta didik akan menyebar membentuk kurva normal standar. Misalnya variasi
nilai standar adalah rendah, sedang, dan tinggi, maka peserta didik yang memiliki
prestasi ”sedang” jumlahnya lebih banyak daripada kelompok ”rendah” dan ”tinggi”,
sedangkan peserta didik kelompok ”rendah” dan ”tinggi” jumlahnya kurang lebih
sama.

6-24 Unit 6
2. Langkah pendekatan PAN
Seperti pada PAP, pendekatan penilaian PAN dapat digunakan juga pada
sistem penilaian skala-100 dan skala-5. Bahkan pada PAN, Anda dapat
mengembangkan menjadi skala-9 dan skala-11. Pada skala-100 berangkat dari
persentase yang mengartikan skor prestasi sebagai proporsi penguasaan peserta didik
pada suatu perangkat tes dengan batas minimal angka 0 sampai 100 persen (%).
Pada skala-5 berarti skor prestasi diwujudkan dalam nilai A, B, C, D, dan E atau
berturutan mewakili nilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Adapun langkah-langkah pendekatan PAN
sebagai berikut.

1) Menghitung rerata ( x ) skor prestasi


ƒ Untuk data tidak berkelompok

Rumus x =
∑ xi
n

xi = skor peserta tes ke-i

n = jumlah peserta tes


ƒ Untuk data berkelompok

Rumus x =
∑ fi.xi
∑ fi
xi = tanda kelas
fi = frekuensi yang sesuai dengan xi
2) Menghitung standar deviasi ( s ) skor prestasi
ƒ Untuk data tidak berkelompok

n∑ xi 2 − (∑ xi )
2

Rumus s =
n(n − 1)
xi = nilai ke-i
ƒ Untuk data berkelompok

∑ fixi ⎛ ∑ fixi' ⎞
'2 2

Rumus s = i −⎜ ⎟
n ⎜ n ⎟
⎝ ⎠
xi = nilai ke-i
fi = frekuensi ke-i

Asesmen Pembelajaran di SD 6-25


i = panjang kelas
xi ' = nilai sandi
3) Membuat pedoman konversi untuk mengubah skor menjadi nilai standar
(berdasarkan skalanya, ada PAN dengan skala lima, skala sembilan,
skala sebelas, dan dengan nilai Zscore atau Tscore)
ƒ Pedoman konversi skala-5
Pedoman konversi skala-5 berarti membagi nilai standar menjadi lima
skala, lima angka/huruf atau lima kualifikasi. Cara menyusun skala
lima dengan membagi wilayah di bawah lengkung kurva normal
menjadi lima daerah, perhatikan kurva normal berikut.

C
E D B A

x -1,5s x -0,5s x x +0,5s x +1,5s


Nb. s = standar deviasi

Kurva normal tersebut terbagi menjadi lima daerah dan setiap daerah
menunjukkan kualifikasi atau nilai dari kanan ke kiri A, B, C, D dan
E. Berdasarkan pembagian itu, pedoman konversi skala-5 disusun
sebagai berikut.

A
x +1,5s
B
x + 0,5s
C
x - 0,5s
D
x - 1,5s
E

6-26 Unit 6
ƒ Pedoman konversi skala-9
Pedoman konversi skala-9 berarti membagi nilai standar menjadi
sembilan skala, sembilan angka/huruf atau sembilan kualifikasi. Cara
menyusun skala sembilan sama dengan skala lima yaitu dengan
membagi wilayah di bawah lengkung kurva normal menjadi sembilan
daerah, perhatikan kurva normal berikut.

5
1 2 3 4 6 7 8 9
x
x –0,25s x +0,25s
x – 0,75s x + 0,75s
x – 1,25s x +1,25s
x – 1,75s x +1,75s

Kurva normal tersebut terbagi menjadi sembilan daerah dan setiap


daerah menunjukkan kualifikasi atau nilai dari kanan ke kiri 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8 dan 9. Berdasarkan pembagian itu, pedoman korversi skala-9
disusun sebagai berikut.

9
x +1,75s
8
x + 1,25s
7
x + 0,75s
6
x + 0,25s
5
x - 0,25s
4
x - 0,75s
3
x - 1,25s
2
x - 1,75s
1

Asesmen Pembelajaran di SD 6-27


ƒ Pedoman konversi skala-11
Pedoman konversi skala-11 berarti membagi nilai standar menjadi
sebelas skala, sebelas angka/huruf atau sebelas kualifikasi. Cara
menyusun skala sebelas sama dengan skala lima dan sembilan yaitu
dengan membagi wilayah di bawah lengkung kurva normal menjadi
sebelas daerah, perhatikan kurva normal berikut.

5
0 1 2 3 4 6 7 8 9 10
x
x –0,25s x +0,25s
x – 0,75s x + 0,75s
x – 1,25s x +1,25s
x – 1,75s x +1,75s
x – 2,25s x + 2,25s

Kurva normal tersebut terbagi menjadi sebelas daerah dan setiap


daerah menunjukkan kualifikasi atau nilai dari kanan ke kiri 0, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10. Berdasarkan pembagian itu, pedoman korversi
skala-11 disusun sebagai berikut.

10
x +2,25s
9
x +1,75s
8
x + 1,25s
7
x + 0,75s
6
x + 0,25s
5
x - 0,25s
4
x - 0,75s
3
x - 1,25s
2
x - 1,75s
1
x - 2,25s

6-28 Unit 6
0

ƒ Pedoman konversi dengan Zscore atau Tscore


Dengan tidak menyusun pedoman konversi Anda dapat langsung
menentukan atau mengkonversi skor menjadi nilai standar dengan
menggunakan dua nilai yaitu nilai Zscore dan Tscore. Nilai Zscore berarti
mengubah skor kasar menjadi nilai standar Z. Biasanya Zscore
digunakan sebagai cara untuk membandingkan beberapa nilai
matapelajaran seorang peserta tes dari berbagai jenis pengukuran yang
berbeda (lihat kembali pembahasan 6.2.3.1). Konsep Tscore hampir
sama dengan Zscore.
Adapun rumus untuk menghitung nilai Zscore dan Tscore adalah sebagai
berikut.
x − x
Zscore =
S
Keterangan:
x = skor
S = standar deviasi
x = rata-rata

Tscore = 50 + 10 × Z score

3. Aplikasi pendekatan PAN


Contoh-1 (untuk data tidak berkelompok): seorang guru Matematika membina
sepuluh orang peserta didik, ia berencana mengolah dengan PAN skor akhir
matematika menjadi nilai standar. Skornya seperti pada tabel berikut. Pertanyaan:
susunlah pedoman konversi skala-5 dan konversikan sepuluh skor tersebut menjadi
nilai standar.

Jawab:
1) Menghitung x dan s
No Nama Peserta xi xi2
1. Hadi 53 2809
2. Suyono 68 4624
3. Jamil 61 3721

Asesmen Pembelajaran di SD 6-29


No Nama Peserta xi xi2
4. Fatma 75 5625
5. Joko 82 6724
6. Romlah 65 4225
7. Imam 50 2500
8. Yoyok 71 5041
9. Nila 45 2025
10. Tiyas 54 2916
Jumlah = 624 40210

x =
∑ xi
n
624
=
10
= 62,4 (dibulatkan 62)

n∑ xi 2 − (∑ xi )
2

s =
n(n − 1)

10 × 40210 − 624 2
=
10(10 − 1)

= 11,9 (dibulatkan 12)


2) Membuat dan mengkonversi nilai dengan PAN skala-5
Menentukan batas nilai:
A
x +1,5s 62 + 1,5 . 12 = 80
B
x + 0,5s 62 + 0,5 . 12 = 68
C
x - 0,5s 62 – 0,5 . 12 = 56
D
x - 1,5s 62 – 1,5 . 12 = 44
E

Membuat pedoman konversi skala-5:


Interval Skor Nilai
80 keatas A
68 – 79 B
56 – 67 C
44 – 55 D
43 ke bawah E

Mengkonversi skor menjadi nilai skala-5:

6-30 Unit 6
Prestasi
No Nama Peserta
Skor Nilai
1. Hadi 53 D
2. Suyono 68 B
3. Jamil 61 C
4. Fatma 75 B
5. Joko 82 A
6. Romlah 65 C
7. Imam 50 D
8. Yoyok 71 B
9. Nila 45 D
10. Tiyas 54 D

3) Membuat dan mengkonversi nilai dengan PAN skala-9


Menentukan batas nilai:

9
x +1,75s = 62 + 1,75 . 12 83
8
x + 1,25s = 62 + 1,25 . 12 77
7
x + 0,75s = 62 + 0,75 . 12 71
6
x + 0,25s = 62 + 0,25 . 12 65
5
x - 0,25s = 62 - 0,25 . 12 59
4
x - 0,75s = 62 – 0,75 . 12 53
3
x - 1,25s = 62 – 1,25 . 12 47
2
x - 1,75s = 62 - 1,75 . 12 41
1

Membuat pedoman konversi skala-9:

Interval Skor Nilai


83 ke atas 9
77 – 82 8
71 – 76 7
65 – 70 6
59 – 64 5
53 – 58 4
47 – 52 3
41 – 46 2
40 ke bawah 1

Asesmen Pembelajaran di SD 6-31


Mengkonversi skor menjadi nilai skala-9:
Prestasi
No Nama Peserta
Skor Nilai
1. Hadi 53 4
2. Suyono 68 6
3. Jamil 61 5
4. Fatma 75 7
5. Joko 82 8
6. Romlah 65 5
7. Imam 50 3
8. Yoyok 71 7
9. Nila 45 2
10. Tiyas 54 4

4) Membuat dan mengkonversi nilai dengan PAN skala-11


Membuat batas nilai:
10
x +1,75s = 62 + 2,25 . 12 89
9
x +1,75s = 62 + 1,75 . 12 83
8
x + 1,25s = 62 + 1,25 . 12 77
7
x + 0,75s = 62 + 0,75 . 12 71
6
x + 0,25s = 62 + 0,25 . 12 65
5
x - 0,25s = 62 - 0,25 . 12 59
4
x - 0,75s = 62 – 0,75 . 12 53
3
x - 1,25s = 62 – 1,25 . 12 47
2
x - 1,75s = 62 - 1,75 . 12 41
1
x - 2,25s = 62 - 2,25 . 12 35
0

Memuat pedoman konversi skala-11


Interval Skor Nilai
89 ke atas 10
83 – 88 9
77 – 82 8
71 – 76 7
65 – 70 6
59 – 64 5
53 – 58 4
47 – 52 3
41 – 46 2
35 ke bawah 1

6-32 Unit 6
Mengkonversi skor menjadi nilai skala-11:
Prestasi
No Nama Peserta
Skor Nilai
1. Hadi 53 4
2. Suyono 68 6
3. Jamil 61 5
4. Fatma 75 7
5. Joko 82 8
6. Romlah 65 6
7. Imam 50 3
8. Yoyok 71 7
9. Nila 45 2
10. Tiyas 54 4

Contoh-2 (untuk data berkelompok): seorang guru Bahasa Indonesia membina


80 orang peserta didik, ia berencana mengolah dengan PAN skor akhir matapelajaran
Bahasa Indonesia menjadi nilai standar. Skornya seperti pada tabel berikut.
Pertanyaan: susunlah pedoman konversi skala-5, 9, dan 11 dan konversikan sepuluh
skor siswa pada kolom pertama menjadi nilai standar.

79 49 48 74 81 98 87 80
80 84 90 70 91 93 82 78
70 71 92 38 56 81 74 73
68 72 65 51 65 93 83 86
90 35 83 73 74 43 86 88
92 93 76 71 90 72 67 75
80 91 61 72 97 91 88 81
70 74 99 95 80 59 71 77
63 60 83 82 60 67 89 63
76 63 88 70 66 88 79 75

Jawab:
1) Menghitung x dan s
a. Menentukan rentang
Rentang (r) = data terbesar – data terkecil
= 99 – 35 = 64
b. Menentukan banyak kelas interval
Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 . log n
dimana n = banyak data

Asesmen Pembelajaran di SD 6-33


= 1 + 3,3 . log 80
= 1 + 3,3 . 1,9031
= 7,2802
Catatan: nilai “k” dibulatkan sehingga banyak kelas interval = 7
(pembulatan “k” harus mengikuti kaidah matematik)

c. Menentukan panjang kelas


i
Panjang kelas =
k
64
=
7
= 9,14
Catatan: khusus untuk panjang kelas pembulatan dapat
Tidak mengikuti kaidah matematik, jadi kalau pembulatan ke atas
(=10) atau ke bawah (=9). Alasan; supaya semua skor dapat masuk ke
dalam setiap kelas interval.

d. Membuat tabel distribusi frekuensi kelompok


Mula-mula menentukan ujung bawah kelas interval pertama. Ujung
bawah kelas interval pertama = 35 (diambil skor terkecil). Dengan
banyak kelas interval 7 serta panjang kelas 9 dan 10 dapat disusun dua
buah rencana kelas interval sebagai berikut.

Panjang kelas = 9 Panjang kelas = 10


Kelas Interval Frekuensi Kelas Interval Frekuensi
35 – 43 35 – 44
44 – 52 45 – 54
53 – 61 55 – 64
62 – 70 65 – 74
71 – 79 75 – 84
80 – 88 85 – 94
89 – 97 95 – 104

Dengan panjang kelas = 9 memiliki kelas interval terakhir 89 – 97,


dengan demikian data berat badan lebih dari 97 tidak dapat masuk ke
dalam kelas interval terakhir.

6-34 Unit 6
Dengan pajang kelas = 10 memiliki kelas interval terakhir 95 – 104,
dengan demikian semua data berat badan lebih dari 97 dapat masuk ke
dalam kelas interval terakhir.
Jadi sebaiknya menggunakan panjang kelas = 10. Selanjutnya disusun
tabel distribusi frekuensi kelompok seperti pada tabel dibawah ini.

Kelas Interval fi
35 – 44 3
45 – 54 3
55 – 64 8
65 – 74 22
75 – 84 20
85 – 94 20
95 – 104 4
Jumlah 80

e. Menentukan x dan s
Kelas Interval fi xi fixi xi ' fi xi ' fi xi ' 2
35 – 44 3 39,5 118.5 +3 +9 27
45 – 54 3 49,5 148.5 +2 +6 12
55 – 64 8 59,5 476 +1 +8 8
65 – 74 22 69,5 1529 0 0 0
75 – 84 20 79,5 1590 -1 -20 20
85 – 94 20 89,5 1790 -2 -40 80
95 – 104 4 99,5 398 -3 -12 36
Jumlah 80 - 6050 0 -49 183

Berdasarkan tabel di atas ditentukan nilai x dan s

maka x =
∑ fi.xi
∑ fi
6050
=
80
= 75.6 (dibulatkan 76)

∑ fixi ⎛ ∑ fixi' ⎞
'2 2

maka s = i −⎜ ⎟
n ⎜ n ⎟
⎝ ⎠

183 ⎛ − 49 ⎞
2

= 10 −⎜ ⎟
80 ⎝ 80 ⎠
= 10 (2,29 − 0,38)
= 13,82 (dibulatkan 14)

Asesmen Pembelajaran di SD 6-35


2) Membuat dan mengkonversi nilai dengan PAN skala-5
Menentukan batas nilai:
A
x +1,5s 76 + 1,5 . 14 = 97
B
x + 0,5s 76 + 0,5 . 14 = 83
C
x - 0,5s 76 – 0,5 . 14 = 69
D
x - 1,5s 76 – 1,5 . 14 = 55
E

Membuat pedoman konversi skala-5:


Interval Skor Nilai
97 keatas A
83 – 96 B
69 – 82 C
55 – 68 D
54 ke bawah E

Mengkonversi skor menjadi nilai skala-5:


Peserta kolom 1 Prestasi
nomor urut ... Skor Nilai
1 79 C
2 80 C
3 70 C
4 68 D
5 90 B
6 92 B
7 80 C
8 70 C
9 63 D
10 76 C

3) Membuat dan mengkonversi nilai PAN skala-9


Menentukan batas nilai:
dibulatkan

9
x +1,75s = 76 + 1,75 . 14 101
8
x + 1,25s = 76 + 1,25 . 14 94
7
x + 0,75s = 76 + 0,75 . 14 87
6
x + 0,25s = 76 + 0,25 . 14 80
5
x - 0,25s = 76 - 0,25 . 14 73
4
x - 0,75s = 76 – 0,75 . 14 66

6-36 Unit 6
3
x - 1,25s = 76 – 1,25 . 14 59
2
x - 1,75s = 76 - 1,75 . 14 52
1

Membuat pedoman konversi skala-9:


Interval Skor Nilai
101 ke atas 9
94 – 100 8
87 – 93 7
80 – 86 6
73 – 79 5
66 – 72 4
59 – 65 3
52 – 58 2
51 ke bawah 1

Mengkonversi skor menjadi nilai skala-9:

Peserta kolom 1 Prestasi


nomor urut ... Skor Nilai
1 79 5
2 80 6
3 70 4
4 68 4
5 90 7
6 92 7
7 80 6
8 70 4
9 63 3
10 76 5

4) Membuat dan mengkonversi nilai dengan PAN skala-11


Menentukan batas nilai:
dibulatkan

10
x +2,25s = 76 + 2,25 . 14 108
9
x +1,75s = 76 + 1,75 . 14 101
8
x + 1,25s = 76 + 1,25 . 14 94
7
x + 0,75s = 76 + 0,75 . 14 87
6
x + 0,25s = 76 + 0,25 . 14 80
5
x - 0,25s = 76 - 0,25 . 14 73

Asesmen Pembelajaran di SD 6-37


4
x - 0,75s = 76 – 0,75 . 14 66
3
x - 1,25s = 76 – 1,25 . 14 59
2
x - 1,75s = 76 - 1,75 . 14 52
1
x - 2,25s = 76 + 2,25 . 14 45
0

Membuat pedoman konversi skala-11:


Interval Skor Nilai
108 ke atas 10
101 – 107 9
94 – 100 8
87 – 93 7
80 – 86 6
73 – 79 5
66 – 72 4
59 – 65 3
52 – 65 2
45 – 51 1
44 ke bawah 0

Mengkonversi skor menjadi nilai skala-11:


Peserta kolom 1 Prestasi
nomor urut ... Skor Nilai
1 79 5
2 80 6
3 70 4
4 68 4
5 90 7
6 92 8
7 80 6
8 70 4
9 63 3
10 76 5

4) Membuat dan mengkonversi skor menjadi nilai dengan Zscore


Berdasarkan pada contoh-2, bila Toni mendapat skor 82 berapakah
nilai bila menggunakan Zscore?
x − x
Zscore =
S
82 − 76
=
14
= 0,4

6-38 Unit 6
Berarti nilai Toni adalah 0,4 dari rata-rata 76, jadi nilai Toni adalah
76,4

Latihan
Bandingkan hasil penilaian skala-5 yang diolah dengan PAP pada contoh-1 subunit
6.2 dan PAN pada contoh-1 subunit 6.3. Apakah yang dapat Anda simpulkan dari
perbandingan itu?

Rangkuman

Sebagai pendekatan PAN dapat digunakan pada perangkat tes terstandar


maupun tidak terstandar. Unsur yang paling pokok dalam pemilihan PAN sebagai
pengolahan skor menjadi nilai adalah pertimbangan bahwa karakteristik atau tingkat
kepandaian peserta didik dalam suatu kelompok, identik dengan karakteristik
populasinya, artinya distribusi tingkat kepandaian mereka kurang lebih bersifat
seperti kurva normal. Maka nilai yang diperoleh peserta didik melalui PAN memiliki
keragaman relatif, hal itu tergantung dari sudut pandang Anda sebagai guru. Nilai
suatu matapelajaran seorang peserta didik hasil PAN memiliki makna berbeda kalau
nilai itu Anda bandingkan dengan peserta didik atau kelompok lain meskipun dalam
satu tingkat, satu sekolah maupun satu matapelajaran. PAN sebagai pendekatan
penilaian dapat dilakukan dengan model skala-5, dan skala-9, skala-11 dan Zscore atau
Tscore.

Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!

Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!


1. Memperhatikan konsep PAN, sebaiknya digunakan untuk mengolah skor pada
penilaian ...
A. sumatif. C. minat dan bakat.
B. formatif . D. sumatif dan formatif.

Asesmen Pembelajaran di SD 6-39


2. Manakah pernyataan yang benar tentang PAN?
A. menilai kualifikasi prestasi siswa dengan suatu tolok ukur.
B. punya batas minimal ketuntasan.
C. untuk menilai kualifikasi siswa dengan membandingkan nilai prestasi mereka
dengan sesama teman di kelas/kelompoknya.
D. jawaban A dan B benar.

3. Dari rerata berbagai kompetensi yang telah dikontrakkan dalam matapelajaran


IPA akan disusun daftar nilai setiap siswa dengan skala-5. Hasil penghitungan
menunjukkan bahwa rerata kelas = 75 dan standar deviasi = 10. Tentukan
berapakah nilai yang diperoleh bila rerata Budi adalah 82!
A. nilai A. B. nilai B. C. nilai C. D. nilai D.

4. Berdasarkan soal 3, tentukan berapakah nilai yang diperoleh bila rerata Hadi
adalah 72?
A. nilai A. B. nilai B. C. nilai C. D. nilai D.

5. Dari rerata berbagai kompetensi yang telah dikontrakkan dalam matapelajaran


Bahasa Indonesia akan disusun daftar nilai setiap siswa dengan Zscore. Hasil
penghitungan menunjukkan bahwa rerata kelas = 50 dan standar deviasi = 2.
Tentukan berapakah nilai yang diperoleh bila rerata Budi adalah 82?
A. nilai 67. B. nilai 66. C. nilai 65. D. nilai 64.

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Setelah Anda mengerjakan tes formatif 3, cocokkan jawaban Anda dengan


kunci jawaban tes formatif 3 yang terdapat pada bagian akhir pada unit ini.
Perhatikan skor masing-masing item soal dan hitunglah berapakah skor jawaban
Anda kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap subunit ini.

Rumus:
Jumlah jawaban benar
Tingkat penguasaan = x 100
5

6-40 Unit 6
Konversikan tingkat penguasaan Anda dengan pedoman berikut ini.
90% – 100% = Baik sekali
80% – 89% = Baik
70% – 79% = Cukup
69% kebawah = Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda 80% ke atas maka Anda dapat meneruskan
pembelajaran pada unit berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda di bawah 80%
maka Anda harus mengulang kegiatan belajar subunit ini terutama pada bagian yang
belum Anda kuasai.

Asesmen Pembelajaran di SD 6-41


Kunci Jawaban
Tes Formatif

Kunci Jawaban Tes Formatif 1


Cocokkan jawaban Anda dengan kunci di bawah ini, kemudian gunakan bilangan di
akhir jawaban (ditulis miring) sebagai panduan menentukan berapakah skor jawaban
Anda.
1. Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu:
ƒ Penskoran tanpa ada koreksi yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal
yang dijawab benar mendapat nilai satu (tergantung dari bobot butir soal),
sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan menghitung
banyaknya butir soal yang dijawab benar. ....... skor 5
ƒ Penskoran ada koreksi jawaban yaitu pemberian skor dengan memberikan
pertimbangan pada butir soal yang dijawab salah dan tidak dijawab.
....... skor 5
ƒ Penskoran dengan butir beda bobot yaitu pemberian skor dengan
memberikan bobot berbeda pada sekelompok butir soal. Biasanya bobot butir
soal menyesuaikan dengan tingkatan kognitif yang telah dikontrak dalam
pembelajaran. ....... skor 5

2. Untuk mempermudah memberi skor disusun tabel sebagai berikut.


Domain butir soal Jumlah butir bi Jumlah butir x bi Bi
Pengetahuan 20 0,5 10 18
Pemahaman 15 1 15 12
Penerapan 15 1,5 22,5 9
Jumlah = 50 - St = 47,5 39

...... skor15
(18 x0,5) + (12 x1) + (9 x1,5)
Skor = ∑ 47,5
x100%

= 72,6% %

6-42 Unit 6
Jadi skor yang diperoleh Darso adalah 72,6%, artinya Darso dapat menguasai
tes matapelajaran IPS sebesar 72,6% ...... skor10

3. Skor Darso apabila menggunakan metode penskoran tidak ada kriteria adalah:
B
Skor = x 100%
N
39
= x100%
50
= 78%
Jadi skor yang diperoleh Darso adalah 78%, artinya Darso dapat menguasai tes
matapelajaran IPS sebesar 78% ...... skor10

4. Yang dimaksud:
ƒ Tes paper and pencil adalah bentuk tes yang sasarannya adalah kemampuan
peserta didik dalam menampilkan karya, misal berupa desain alat, desain
grafis, dan sebagainya. ....... skor 5
ƒ Tes identifikasi adalah tes untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
mengindentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau
yang tidak berfungsi dari suatu alat. ....... skor 5
ƒ Tes simulasi adalah tes yang dilakukan jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta
didik, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah seseorang sudah
menguasai ketrampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga
seolah-olah menggunakan suatu alat. ....... skor 5
ƒ Tes unjuk kerja (performance test) adalah tes yang dilakukan dengan alat
yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. ....... skor 5

Tes Formatif 2 8. B.

1. A.
2. C. Tes Formatif 3
3. B. 1. A.
4. D. 2. C.
5. B. 3. B.
6. A. 4. C.
7. A. 5. B.

Asesmen Pembelajaran di SD 6-43


Daftar Pustaka

Sudijono Anas. (2006). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. (2004). Panduan Analsis Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Ibrahim Muslimin. (2003). Asesmen Alternatif. Bahan Pelatihan Terintegrasi
Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Depdiknas.
Majid, Abdul. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Poerwanti, Endang. (2001). Evaluasi Pembelajaran, Modul Akta Mengajar. UMM
Press.
Rofiq Ainur. (2002). Analisis Statistik. UMM Press
Thoha, M. Chabib. (1991). Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito

Asesmen Pembelajaran di SD 6-45


Glosarium
Penskoran adalah pembuatan skor hasil tes prestasi peserta didik berdasarkan model
tipe soal dan pembobotannya pada suatu perangkat tes, umumnya hasil
penskoran dirupakan dalam bentuk angka.
Pendekatan PAP adalah pendekatan penilaian melalui cara membandingkan skor
peserta didik dengan suatu nilai standar yang sudah ditentukan berdasarkan
skor teoritisnya atau yang sudah ditentukan.
Pendekatan PAN adalah pendekatan penilaian melalui cara membandingkan
prestasi atau skor mentah peserta didik dengan sesama peserta didik dalam
kelompok/kelasnya sendiri. Hasil penilaian dirupakan dalam bentuk angka
maupun kualifikasi yang memiliki sifat relatif.
Norm-refernced test – adalah tes yang diperuntukkan untuk menguji kinerja siswa,
dibandingkan dengan kinerja siswa-siwa lainnya.
Strategi : cara untuk mencapai tujuan.
Skor teoritis adalah skor maksimal apabila menjawab benar semua butir soal dalam
suatu perangkat tes.

6-46 Unit 6
Unit 7
REFLEKSI PROSES DAN HASIL ASESMEN
Dwi Priyo Utomo
Pendahuluan

S etelah Anda mempelajari berbagai cara dalam melakukan asesmen, marilah


sekarang kita lanjutkan materi tentang refleksi terhadap proses dan hasil asesmen
tersebut. Asesmen yang kita lakukan akan tidak banyak gunanya tanpa adanya refleksi
atas apa saja yang telah terjadi untuk memperbaiki langkah-langkah berikutnya.
Melakukan refleksi berarti memikirkan dan merenungkan kembali aktivitas yang telah
kita lakukan, kemudian menjadikan hasil perenungan tersebut sebagai cermin bagi
aktivitas-aktivitas kita berikutnya.
Dalam melaksanakan pembelajaran, selalu saja kita temukan berbagai kelemahan,
baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaiannya. Sebaik apapun kita
mengajar, selalu ada kelemahan disana-sini. Tentu saja, seiring dengan pengalaman yang
kita miliki, hendaknya semakin sedikit kelemahan yang kita lakukan. Kita tidak ingin
melakukan kesalahan serupa pada pembelajaran berikutnya. Kita tidak ingin terperosok
pada lubang yang sama, bukan? Oleh karena itu, belajar dari kesalahan untuk
menjadikannya sebagai bahan perbaikan adalah sebuah langkah yang bijaksana.
Tanpa adanya refleksi, tidak mudah bagi kita untuk mengetahui bagian-bagian atau
aspek-aspek mana dari pembelajaran yang kita lakukan masih salah atau lemah.
Kadangkala kita menganggap atau bahkan meyakini bahwa apa yang telah kita lakukan
selama ini merupakan aktivitas pembelajaran yang baik dan benar. Pembelajaran yang
kita lakukan selama ini kita anggap sebagai ’ritual’ yang harus dilakukan. Sebuah
’pakem’ yang harus diikuti, sehingga tidak perlu dianalisa dan dikritisi. Seiring dengan
meningkatnya pemahaman kita akan hakikat asesmen pembelajaran, kita menjadi
semakin terbuka untuk menerima kritik, baik kritik dari diri sendiri (autocritic) maupun

Asesmen Pembelajaran di SD 7-1


kritik dari orang lain. Kita semakin terbuka untuk melakukan inovasi pembelajaran dan
memperbaiki pembelajaran yang kita lakukan. Dalam hal perbaikan pembelajaran inilah,
refleksi mempunyai arti penting dan strategis.
Refleksi sebagai aktivitas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran mempunyai
rangkaian sub aktivitas. Refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran dimulai dari
analisis tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar siswa, evaluasi diri terhadap proses
belajar yang telah kita dilakukan, identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan bersama pihak-pihak terkait, merancang upaya optimalisasi
proses dan hasil belajar.
Sub-aktivitas tersebut di atas disajikan dalam 4 subunit, yaitu: Subunit 1: Kriteria
keberhasilan proses dan hasil belajar, Subunit 2: Evaluasi-diri terhadap proses belajar,
Subunit 3: Faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan, dan Subunit
4: Optimalisasi proses dan hasil belajar.
Pembahasan pada subunit- subunit di atas diarahkan untuk mencapai indikator agar
Anda dapat:
1. menganalisis tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar;
2. melakukan evaluasi diri terhadap proses belajar yang telah dilakukan;
3. mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan
bersama pihak-pihak terkait;
4. merancang upaya optimalisasi proses dan hasil belajar.
Latihan soal akan disiapkan di akhir uraian materi di tiap-tiap subunit. Untuk
mengetahui dan mengecek hasil pekerjaan Anda, disediakan rambu-rambu jawaban atau
dijabarkan dalam uraian materi. Untuk mengetahui keberhasilan belajar Anda,
dilaksanakan tes formatif pada akhir subunit. Untuk mengecek hasil jawaban Anda,
disediakan kunci jawaban tes formatif di akhir unit ini. Akan tetapi, diupayakan jangan
melihat kunci jawaban sebelum Anda menyelesaikan semua soal yang disediakan.
Pada unit ini Anda juga disediakan bahan ajar non cetak melalui web yang bisa
Anda akses dan video yang disediakan untuk lebih memahami unit ini. Semoga Anda
berhasil menyelesaikan Unit 7 ini dengan memuaskan.

7-2 Unit 7
Subunit 1
Kriteria Keberhasilan Proses dan
Hasil Belajar

Pengantar

D alam pembelajaran, berbagai upaya kita lakukan agar siswa dapat berhasil dalam
belajar. Kita perlu memahami bilamana siswa dikatakan berhasil dan bilamana
belum berhasil. Apa kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan belajar itu?
Keberhasilan belajar siswa biasanya dapat diketahui dari hasil belajarnya. Apakah hasil
belajar siswa kita sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan ataukah belum? Lalu, untuk
apa proses belajar perlu juga diketahui keberhasilannya? Apa hubungan keberhasilan
proses belajar dengan keberhasilan hasil belajar?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita perhatikan ilustrasi
berikut. Untuk mengetahui keberhasilan seorang anak dalam belajar mengendarai
sepeda, dapat kita ketahui apakah dia (dengan mengendarai sepeda) bisa sampai ke
tempat tujuan dengan selamat (tanpa cedera sedikitpun). Kriteria ini mungkin dipandang
cukup untuk mengetahui keberhasilan dia dalam mengendarai sepeda. Tetapi cobalah
kita renungkan, apakah sebagai orangtua, kita tidak perlu mengetahui bagaimana cara ia
naik sepeda, bagaimana ia memegang kendali setir, kapan ia harus mempercepat laju
sepedanya, kapan ia harus mengerem, bagaimana cara menyeberang jalan, menyalip,
menikung dan lain sebagainya. Pokoknya sebagai orang tua, kita ingin meyakinkan diri
apakah anak kita memiliki keterampilan dalam mengendarai sepeda di jalan umum. Kita
menjadi yakin bahwa keberhasilannya sehingga dia bisa sampai ke rumah dengan
selamat bukan karena kebetulan, melainkan karena memang sudah berhasil/terampil
dalam mengendarai sepeda.

1. Pengertian Keberhasilan Proses dan Hasil Belajar dan Cara Menganalisisnya

Dalam pelaksanaan pembelajaran, kita perlu melakukan asesmen untuk


mengetahui keberhasilan belajar siswa, baik selama maupun setelah siswa mengikuti
satuan pembelajaran tertentu. Untuk memahami pengertian keberhasilan proses belajar,

Asesmen Pembelajaran di SD 7-3


hasil belajar, dan keterkaitan antara proses dan hasil belajar, perlu dipahami dahulu
perbedaan pengertian masing-masing istilah tersebut.

2. Keberhasilan Proses Belajar

Secara sederhana pengertian keberhasilan proses belajar adalah keberhasilan siswa


selama mengikuti proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, kita
dapat mengetahui, apakah siswa cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran, apakah
siswa kita dapat bekerjasama dengan teman lain, apakah siswa memiliki keberanian
untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya
Keberhasilan-keberhasilan siswa sebagaimana disebutkan di atas merupakan
keberhasilan proses belajar. Lazimnya, keberhasilan proses belajar siswa ditunjukkan
oleh kinerja siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan
proses belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil asesmen kita terhadap kinerja siswa
selama mengikuti proses pembelajaran.
Untuk memperoleh informasi mengenai keberhasilan proses belajar siswa, kita
dapat menggunakan berbagai cara, misalnya mengamati keaktifan siswa dalam
bekerjasama, atau wawancara tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama
mengikuti pembelajaran.
Sebagai guru, kita dapat menetapkan kriteria apa saja yang masuk akal untuk
keberhasilan proses belajar siswa. Tentu saja, kita juga perlu memberikan penjelasan
atau alasan mengapa kriteria tersebut kita tetapkan seperti itu. Tingkat keberhasilan
seperti: sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik; atau kurang aktif, cukup aktif,
aktif, sangat aktif adalah contoh tingkatan yang dapat kita gunakan untuk menilai kinerja
siswa. Tentu saja, kita perlu membuat kriteria untuk mengelompokkan setiap siswa ada
di tingkat mana.

3. Keberhasilan Hasil Belajar

Di samping dari proses belajar, keberhasilan siswa juga dilihat dari hasil
belajarnya. Keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu kita
sebut dengan keberhasilan hasil belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita
dapat mengetahui, apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah siswa kita
dapat melakukan sesuatu, apakah siswa kita memiliki keterampilan atau kemahiran

7-4 Unit 7
tertentu. Keberhasilan-keberhasilan siswa sebagaimana disebutkan di atas merupakan
keberhasilan hasil belajar. Lazimnya, keberhasilan hasil belajar siswa ditunjukkan oleh
kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan
hasil belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran.
Hasil belajar siswa dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu (1)
domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan
logika – matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup
kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan
emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan
kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal). Dari hasil penilaian
terhadap hasil belajar siswa, dapat diketahui keberhasilan dari hasil belajar siswa.
Sebagai guru, kita dapat menetapkan kriteria apa saja yang masuk akal untuk
keberhasilan hasil kinerja siswa. Tentu saja, kita juga perlu memberikan penjelasan atau
alasan mengapa kriteria tersebut kita tetapkan seperti itu. Tingkat keberhasilan seperti:
sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik; atau kurang terampil, cukup terampil,
terampil, sangat terampil adalah contoh tingkatan yang dapat kita gunakan untuk menilai
hasil kinerja siswa. Bahkan, tingkat keberhasilan dapat dibuat lebih sederhana, misalnya:
menguasai, tidak menguasai atau terampil, tidak terampil. Tentu saja, kita perlu
membuat kriteria untuk mengelompokkan setiap siswa ada di tingkat mana ia berada.
Untuk mendapatkan informasi tentang keberhasilan siswa secara lebih lengkap
(komprehensif), penilaian dari satu atau dua aspek keberhasilan saja tidaklah cukup. Kita
dapat mengkombinasikan berbagai cara atau berbagai aspek yang dinilai sebagaimana
ada pada bagan berikut.

Asesmen Pembelajaran di SD 7-5


Kompetensi ,
Indikator &
Kriteria Penilaian

Tentukan bentuk dan jumlah


bukti/informasi yang harus

Melalui
kombinasi
cara berikut
Bukti Kinerja dari:
• Pengamatan di tempat Bukti tambahan, dari
kegiatan • Pertanyaan lisan
• Kumpulan contoh hasil • Tulisan terbuka (ringkas,
• Simulasi (tes kompetensi, Bukti/informasi dari hasil belajar panjang, esai, dsb.)
tes keterampilan, sebelumnya. • Tes pilihan ganda, dsb.
proyek/tugas (laporan, rancangan, hasil karya
siswa, dokumen dari sumber lain.

4. Analisis Keberhasilan Belajar


Berdasarkan tingkat keberhasilan (baik proses maupun hasil belajar) yang kita
buat beserta kriterianya sekaligus, kita dapat menetapkan di tingkat mana siswa kita
berada. Demikian pula, dengan menetapkan pada tingkat keberhasilan mana siswa kita
dikatakan berhasil, maka kita dapat menetapkan berhasil tidaknya seseorang siswa.
Misalnya kita tetapkan bahwa tingkat keberhasilan belajar siswa adalah: sangat
kurang, kurang, cukup baik, baik, dan sangat baik. Kriteria yang kita tetapkan misalnya
sebagai berikut.
Tingkat ”sangat kurang” jika: skor hasil tes siswa < 20,
tingkat ”kurang”, jika 20 < skor hasil tes siswa < 40,
tingkat ”cukup”, jika 40 < skor hasil tes siswa < 60,.
tingkat ”baik”, jika 60 <skor hasil tes siswa < 80,
tingkat ”sangat baik”, jika skor hasil tes siswa > 80.

7-6 Unit 7
Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek hasil
belajarnya) jika skor hasil tes siswa tersebut berada pada tingkat baik. Siswa A dengan
skor hasil belajar 65 adalah siswa yang berhasil dan siswa B dengan skor 55 tidak/belum
berhasil.
Setelah dilakukan pengukuran terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas, misalnya kita menetapkan tingkat keberhasilan proses belajar
siswa adalah: kurang aktif, cukup aktif, aktif. Dengan skor keaktifan 0 – 100, misalkan
kita tetapkan kriteria sebagai berikut.
Tingkat kurang aktif, jika; skor keaktifan siswa < 35,
tingkat cukup aktif, jika 35 < skor keaktifan < 70,
tingkat aktif, jika skor keaktifan siswa > 70.
Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek proses
belajarnya) jika skor keaktivan siswa tersebut berada pada cukup aktif. Siswa C dengan
skor keaktifan 40 adalah siswa yang berhasil dan siswa B dengan skor 30 tidak/belum
berhasil.
Dari uraian di atas, perlu kita renungkan, apakah siswa yang berhasil dari aspek
proses belajarnya juga berhasil pada aspek hasil belajarnya. Bagaimana kalau misalnya
terjadi sebaliknya, seorang siswa berhasil dalam proses belajar tetapi tidak berhasil pada
aspek hasil belajarnya. Atau, seorang siswa yang gagal pada proses belajarnya tetapi
berhasil dalam aspek hasil belajarnya. Menurut pendapat Anda, mungkinkah pertanyaan-
pertanyaan di atas terjadi? Kalau mungkin, apakah ada yang salah dengan asesmen yang
kita lakukan? Ataukah Anda mempunyai penjelasan yang lain tentang kedua kategori
keberhasilan ini (keberhasilan proses dan keberhasilan hasil)?
Misalkan kita ingin melakukan analisis terhadap proses dan hasil belajar siswa.
Misalkan kita menggunakan skor hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa di kelas
sebagai hasil kinerja siswa (proses belajar). Kita gunakan skor hasil tes formatif dan
skor hasil tugas- praktek untuk menentukan hasil belajar siswa. Kemudian kita
menggabungkan kedua informasi itu untuk memperoleh gambaran keberhasilan proses
dan hasil belajar siswa.
Contoh hasil kinerja dan hasil belajar serta gabungan keduanya disajikan dalam tabel-
tabel berikut ini.

Asesmen Pembelajaran di SD 7-7


Tabel 7.1. Skor Keaktifan Siswa di Kelas Selama Pembelajaran Topik ”X” (Contoh)

No. Nama Skor keaktifan di kelas Hasil Penilaian


1. Wulan 35 Sangat Aktif
2. Arifin 30 Aktif
3. Simon 15 Kurang aktif
4. Wayan 18 Cukup Aktif
5. Tantri 20 Cukup Aktif
dst. …….. …….. ……………

Keterangan :
Misalkan skor keaktifan diperoleh dari hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa
dalam:
a) mengerjakan tugas/LKS,
b) mengajukan atau menjawab pertanyaan, dan
c) menyimak penjelasan guru teman atau guru.
Misalkan skor; 1 untuk keaktifan sangat kurang; 2. kurang aktif; 3 cukup aktif; 4 untuk
aktif dan 5 untuk sangat aktif. Karena pengamatan dilakukan setiap pertemuan dan ada
8 kali pertemuan, maka skor maksimal adalah 8 x 5 = 40, dan skor minimal adalah 8 x 1
= 8.
Kriteria yang digunkan adalah:
”Sangat aktif” bila: 32 < skor keaktifan siswa ≤ 40
”Aktif” bila: 24 < skor keaktifan siswa ≤ 32
”Cukup aktif” bila : 16 < skor keaktifan siswa ≤ 24
”Kurang aktif bila : skor keaktifan siswa ≤ 16

Tabel 7.2. Skor Hasil Tes Fomatif Siswa Pada Topik “X” (Contoh)
No. Nama Skor Hasil Tes Formatif Hasil Penilaian
1. Wulan 90 Sangat baik
2. Arifin 75 Baik
3. Simon 40 Kurang
4. Wayan 60 Cukup
5. Tantri 75 Baik
dst …….. …….. ……………

7-8 Unit 7
Keterangan :
Misalkan skor hasil tes formatif di atas dimaksudkan sebagai hasil penguasaan siswa
terhadap topik tertentu yang telah diajarkan oleh guru.
Misalkan skor maksimal dari tes formatif tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0.
Kriteria yang digunakan adalah:
”Sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤ 100
”Baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
”Cukup baik”, bila: 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
”Kurang baik”, bila: 40 < skor tes formatif siswa ≤ 55
”Sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40

Tabel 7.3. Skor Hasil Tugas dan Praktek (Contoh)


No. Nama Skor Hasil Tugas & Praktek Hasil Penilaian
1. Wulan 90 Sangat baik
2. Arifin 80 Baik
3. Simon 60 Cukup
4. Wayan 75 Baik
5. Tantri 85 Baik
dst …….. …….. ……………

Keterangan :
Misalkan skor hasil tugas dan praktek di atas dimaksudkan sebagai hasil rata-rata dari
skor pemenuhan tugas dan skor praktek.
Misalkan skor maksimal dari tes formatif tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0.
Kriteria yang digunakan adalah :
”Sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤ 100
”Baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
”Cukup baik”, bila: 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
”Kurang baik”, bila: 40 < skor tes formatif siswa ≤ 55
”Sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40

Asesmen Pembelajaran di SD 7-9


Tabel 7.4. Hasil Pengamatan terhadap Kinerja dan Hasil Belajar Siswa (Gabungan)
No. Nama Skor keaktifan Hasil Skor Hasil Skor Hasil Hasil
di kelas Penilaian Tes Formatif Tugas & Penilaian
Praktek
1. Wulan 35 Aktif 90 90 S. Baik
2. Arifin 30 Aktif 75 80 Baik
3. Simon 15 Kurang aktif 40 60 Kurang
4. Wayan 18 Cukup Aktif 60 75 Cukup
5. Tantri 20 Cukup Aktif 75 85 Baik
dst …….. …….. … …….. …….. ……

Dari hasil penilaian pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa Wulan dan Arifin
(baik dari proses dan hasil belajar) termasuk siswa yang berhasil. Wayan cukup berhasil
dari sisi proses dan hasil belajar. Tantri cukup berhasil dari sisi proses dan berhasil pada
sisi hasil belajarnya. Simon kurang berhasil dari proses belajarnya, demikian pula hasil
belajarnya.
Dari hasil penilaian itu pula, kita dapat memberikan berbagai pemaknaan
(interpretasi) yang masuk akal. Mungkinkah hasil belajar yang kurang dari Simon
disebabkan oleh kurang aktifnya Simon selama mengikuti proses pembelajaran
Mungkinkah hasil belajar Tantri dapat ditingkatkan (dari baik menjadi sangat baik)
dengan jalan meningkatkan keaktifannya di kelas? Atau mungkin ada intepretasi yang
lain?

Latihan
Dengan pamahaman konsep di atas cobalah memberikan contoh bagaimana Anda
menetapkan tingkat keberhasilan proses belajar beserta kriterianya pada pembelajaran
topik tertentu (bidang studi apa saja). Tetapkan pula bilamana seorang siswa dikatakan
berhasil dalam proses belajarnya.

7-10 Unit 7
Rangkuman
Keberhasilan proses belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita
terhadap kinerja siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan keberhasilan
hasil belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil yang
diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa tersebut, terlebih dahulu harus
ditetapkan penilaian apa saja yang digunakan, menetapkan tingkat keberhasilan (baik
proses maupun hasil belajar), kemudian menetapkan kriteria keberhasilan siswa.
Untuk mempermudah mengingat pengertian masing-masing keberhasilan (proses
dan hasil belajar) serta langklah-langkah analisis keberhasilan belajar siswa, kita
gunakan skema berikut ini.

Keberhasilan siswa selama mengi-kuti


Proses proses pembelajaran

Keberhasilan

Hasil Keberhasilan siswa setelah mengi-kuti satuan


pembelajaran tertentu

Menetapkan peni- Menetapkan tingkat menetapkan kriteria


laian (apa saja) yang keberhasilan (proses keberhasilan siswa.
digunakan maupun hasil belajar)

Bagan 7.1. Langkah-langkah Analisis Keberhasilan Belajar

Asesmen Pembelajaran di SD 7-11


Tes Formatif
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Apakah perbedaan antara keberhasilan proses dan keberhasilan hasil belajar?
Apakah kaitan kedua keberhasilan itu?
2. Jelaskan dengan contoh bagaimana menetapkan tingkat keberhasilan proses belajar!
Bagaimana menetapkan kriteria keberhasilan seorang siswa dalam proses belajarnya?
3. Jelaskan dengan contoh bagaimana menetapkan tingkat keberhasilan hasil belajar!
Bagaimana menetapkan kriteria keberhasilan seorang siswa dalam hasil belajarnya?

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan
dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai atau
Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena
pemahaman kita tentang keberhasilan proses dan hasil belajar akan mempengaruhi
pemahaman kita terhadap konsep-konsep lain yang terkait dalam mata kuliah ini.

7-12 Unit 7
Subunit 2
Evaluasi-Diri Terhadap Proses Pembelajaran Yang
Telah Dilakukan

Pengantar

S etelah melaksanakan pengajaran, maka kita perlu mengetahui hasil dari pengajaran
yang telah kita lakukan. Apakah pengajaran yang kita lakukan berhasil ataukah
gagal? Apakah skenario pembelajaran yang kita buat dapat kita laksanakan dengan baik
atau tidak? Apakah tujuan pembelajaran yang ada dapat dicapai dengan baik atau tidak?
Karena tugas mengajar sudah menjadi tanggungjawab kita, maka tugas menilai
keberhasilan pengajaran yang kita lakukan, seyogyanya kita lakukan sendiri. Kita
membiasakan diri untuk melakukan evaluasi diri untuk pengajaran yang kita lakukan.
Hal ini penting, karena disamping untuk kepentingan supervisi yang dilakukan orang
lain kita juga ingin selalu mengetahui kelemahan-kelemahan yang kita lakukan dan
berupaya memperbaikinya. Proaktif dalam upaya melakukan inovasi pembelajaran dari
waktu ke waktu.

1. Pengertian dan Pentingnya Evaluasi diri terhadap Proses Pengajaran


Mengetahui sesegera mungkin kelemahan-kelemahan yang kita lakukan dalam
melaksanakan pembelajaran merupakan kebutuhan setiap guru dan seyogyanya menjadi
sebuah tradisi untuk memperbaiki diri. Bagi kita yang belum terbiasa menilai hasil kerja
(pengajaran) kita sendiri mungkin tidak mudah mengetahui kelemahan yang ada. Sekali
waktu mungkin ada bantuan orang lain atau bahkan siswa kita sendiri untuk menilai
hasil kerja kita itu, namun melatih diri untuk menilai sendiri hasil kerja merupakan
upaya yang sangat bijaksana untuk memperoleh perbaikan dari waktu ke waktu.

2. Pengertian Evaluasi Diri


Evaluasi diri adalah aktivitas menilai sendiri keberhasilan proses pengajaran yang
kita lakukan. Sebagai guru, melakukan evaluasi diri merupakan aktivitas yang penting
karena dua alasan. Pertama, kita ingin memperbaiki kualitas pengajaran kita.

Asesmen Pembelajaran di SD 7-13


Memperbaiki kualitas pengajaran berarti memperbaiki kelemahan-kelemahan yang kita
lakukan. Kedua, kita tidak terlalu berharap banyak pada orang lain untuk mengamati
proses pengajaran yang kita lakukan. Orang lain (guru lain) juga mempunyai kesibukan
yang sama. Evaluasi diri merupakan bagian penting dalam aktivitas pembelajaran untuk
memahami dan memberi makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi
akibat adanya pengajaran yang kita lakukan. Hasil evaluasi diri digunakan untuk
menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan.
Dalam melakukan evaluasi diri, prinsip-prinsip yang hendaknya kita gunakan
adalah: kejujuran, kecermatan, dan kesungguhan. Kita hendaknya jujur kepada diri kita
sendiri bahwa tidak ada guru yang memiliki kemampuan sempurna dalam melaksanakan
tugas mengajar. Kita juga harus jujur mengakui bahwa masih banyak kelemahan yang
kita lakukan dalam mengajar. Justru dengan mengetahui kelemahan yang kita lakukan,
kita dapat memperbaiki diri. Orang bijak bilang, pengalaman adalah guru yang paling
baik. Guru yang baik adalah guru yang banyak belajar dari pengalaman.
Tidak mudah untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang kita lakukan. Kita
perlu cermat dan jeli dalam melakukan evaluasi diri. Berdasarkan informasi yang dapat
kita peroleh, kita perlu melakukan refleksi terhadap bagian demi bagian dari aktivitas
mengajar kita. Hasil pencermatan kita mungkin masih keliru sehingga mengakibatkan
hasil refleksi yang keliru pula. Sebagai akibat, sangat mungkin upaya-upaya perbaikan
yang kita lakukan belum membawa hasil, dimana letak kelemahan atau bahkan
kesalahan yang telah kita lakukan.
Lebih dari semua itu, aktivitas evaluasi diri membutuhkan kesungguhan dan
kesabaran. Melakukan pencermatan atas informasi yang ada dan kemudian melakukan
refleksi dan refleksi lagi jelas membutuhkan kesungguhan dan kesabaran. Dengan
membiasakan diri melakukan evaluasi diri, maka akan menjadi tradisi yang baik dalam
proses memperbaiki kualitas pengajaran kita.

3. Melakukan Evaluasi Diri


Dalam menilai sendiri keberhasilan pengajaran, kita membutuhkan informasi yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan berhasil atau tidaknya
pengajaran yang telah kita lakukan. Informasi dimaksud dapat berupa hasil penilaian
terhadap proses belajar siswa, hasil belajar siswa, hasil angket yang kita berikan kepada
siswa, atau hasil wawancara kita dengan siswa.

7-14 Unit 7
Informasi-informasi berupa hasil pengukuran tersebut di atas selanjutnya perlu
dianalisis. Menilai hasil-hasil pengukuran merupakan aktivitas analisis dimaksud. Jadi
proses analisis dimulai dari menilai hasil-hasil pengukuran (tes atau non tes), kemudian
kita tetapkan tingkat keberhasilan dari masing-masing aspek penilaian, menentukan
kriteria keberhasilan, dan selanjutnya menetapkan berhasil atau tidaknya aspek-aspek
yang dinilai tersebut. Tentu saja dari proses analisis ini dapat diketahui aspek mana yang
sudah berhasil dan aspek mana yang belum berhasil.
Proses selanjutnya adalah memberi makna (pemaknaan) atas hasil analisis yang
kita lakukan. Makna yang dapat diperoleh dari kegagalan proses belajar siswa dan
makna yang dapat diperoleh dari kegagalan hasil belajar siswa. Makna yang didapat dari
respon negatif yang diberikan siswa. Langkah selanjutnya adalah memberikan
penjelasan mengapa kegagalan itu bisa terjadi. Mengapa siswa-siswa kita memberikan
respon negatif atas pelaksanaan pembelajaran yang kita lakukan, mengapa proses belajar
siswa berjalan tidak sesuai harapan, demikian pula mengapa hasil belajar siswa justru
menurun dari periode sebelumnya, dan lain sebagainya.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, selanjutnya kita dapat memberikan kesimpulan-
kesimpulan yang masuk akal. Kesimpulan dapat kita kemukakan dalam bentuk
identifikasi faktor-kator penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.
Melakukan evaluasi diri terhadap pembelajaran yang kita lakukan tidaklah cukup
bila hanya mendasarkan diri pada hasil belajar siswa. Diperlukan informasi lain yang
lebih mendalam dan menyeluruh sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi
diri. Informasi-informasi tersebut kemudian dianalisis, dimaknai, dijelaskan dan
kemudian disimpulkan untuk menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan pembelajaran yang kita lakukan.
Misalkan kita ingin melakukan evaluasi diri pada pembelajaran yang telah kita
lakukan. Dalam mengevaluasi diri, disamping mendasarkan diri pada hasil belajar siswa
(proses dan hasil) kita juga perlu melengkapinya dengan respon siswa terhadap
pembelajaran yang telah mereka ikuti. Apabila ada pihak-pihak lain yang ikut
membantu, pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran yang kita lakukan akan
semakin melengkapi informasi yang kita perlukan. Tentu saja untuk tujuan pengamatan
tersebut harus dipersiapkan terlebih dulu lembar pengamatannya. Pada contoh berikut
hanya disajikan cara melakukan evaluasi diri berdasarkan hasil belajar siswa dan respon
siswa terhadap pembelajaran yang mereka ikuti.

Asesmen Pembelajaran di SD 7-15


Contoh hasil belajar (proses dan hasil), respon siswa, cara memberikan pemaknaan
(interpretasi) serta pemberian penjelasannya adalah sebagai berikut.

Tabel 7.5. Hasil Pengamatan terhadap Kinerja dan Hasil Belajar Siswa (Gabungan)

No. Nama Skor keaktifan Hasil Penilaian Skor Hasil Skor Hasil Tugas Hasil
di kelas Tes Formatif & Praktek Penilaian
1. Wulan 35 Sangat Aktif 90 90 S. Baik
2. Arifin 30 Aktif 75 80 Baik
3. Simon 15 Kurang aktif 40 60 Kurang
4. Wayan 18 Cukup Aktif 60 75 Cukup
5. Tantri 20 Cukup Aktif 75 85 Baik
6. Yoga 16 Kurang aktif 35 45 Kurang
7. Made 30 Aktif 70 75 Baik
8. Rini 14 Kurang Aktif 80 75 Baik
9. Razak 25 Aktif 65 75 Cukup
10. Marni 10 Kurang Aktif 40 50 Kurang
dst ….. ………….. ………….. ……… ……. ……..
Rerata 18,5 Cukup Aktif 51 57 Kurang Baik
Skor

Dari hasil penilaian pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata keaktifan
siswa cukup baik. Hasil belajar siswa dari skor tes formatif kurang baik dan hasil belajar
dari skor tugas dan praktek cukup baik. Secara umum, hasil belajar siswa masing
tergolong kurang baik. Wulan dan Arifin (baik dari proses dan hasil belajar) termasuk
siswa yang berhasil. Simon, Yoga, dan Marni tergolong siswa yang selain kurang aktif
di kelas, mereka juga mendapatkan hasil belajar yang kurang baik. Yang menarik adalah
fenomena skor yang diperoleh Rini dan Tantri. Tantri hanya cukup aktif dari sisi
proses, namun berhasil pada sisi hasil belajar. Bahkan Rini yang kurang aktif dari
proses belajarnya, namun baik pada sisi hasil belajarnya.
Dari hasil penilaian itu pula, kita dapat memberikan berbagai pemaknaan
(interpretasi) yang masuk akal. Dari informasi pada tabel di atas, dapat dimaknai bahwa
walaupun keaktifan siswa sudah cukup baik (aktif), namun hasil belajar siswa, baik dari
segi penguasaan materi maupun dari tugas praktek masih belum baik. Secara umum,
juga dapat diketahui, bahwa hasil-hasil belajar siswa yang kurang baik dipengaruhi oleh
proses belajar mereka yang kurang baik. Artinya, proses belajar yang kurang baik akan

7-16 Unit 7
menyebabkan hasil belajar yang kurang baik pula. Dengan demikian, hasil belajar dapat
ditingkatkan dengan jalan meningkatkan kinerja (proses belajar) siswa. Demikian juga,
hasil belajar Rini dan Tantri mungkin dapat didongkrak naik menjadi sangat baik bila
keaktifan mereka di kelas (selama mengikuti pembelajaran) dapat ditingkatkan.
Seperti telah diuraikan di atas, untuk mendapatkan gambaran yang baik tentang
kinerja pembelajaran yang kita lakukan, kita memerlukan informasi hasil belajar siswa
(proses dan hasil) dan respon siswa terhadap pembelajaran yang telah mereka ikuti.
Contoh hasil rekapitulasi respon siswa diuraikan berikut ini.
Guru dapat meminta siswa untuk merespon tentang:
(1) sulit/tidaknya memahami perangkat pembelajaran yang ada (Buku Siswa dan
LKS) dan penjelasan guru,
(2) senang/tidaknya selama mengikuti pembelajaran, dan
(3) termotivasi/tidaknya siswa selama mengikuti pembelajaran.
Angket respon siswa dapat disusun sehingga bersifat setengah terbuka, artinya
selain memberikan jawaban ya/tidak, siswa dapat memberikan penjelasan mengapa ya
atau mengapa menjawab tidak. Dengan memberikan respon secara tertulis, kita dapat
mengetahui secara lebih baik mengapa mereka senang atau mengapa mereka tidak
senang atas aspek pembelajaran tertentu.
Misalkan kita memberikan angket yang berisi 10 butir pertanyaan. Kita meminta
setiap siswa untuk memberikan respon mereka terhadap berbagai aspek pembelajaran
yang ingin kita ukur melalui 10 pertanyaan tersebut. Misalkan hasil rekapitulasi respon
siswa adalah sebagai berikut.

Asesmen Pembelajaran di SD 7-17


Tabel 7.6. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Jenis Respon (%)


Nomor Positif Netral/tak menjawab Negatif
Butir F % F % F %
1 23 76 1 4 6 20
2 10 34 - - 20 66
3 24 80 - - 6 20
4 21 70 - - 9 30
5 16 53 - - 14 47
6 12 40 - - 18 60
7 21 70 - - 9 30
8 28 93 - - 2 7
9 20 76 - - 10 34
10 26 86 - - 4 14
Rerata 21,26 60 0,14 1 8,60 39

Keterangan :
Misalkan butir 1 adalah pertanyaan yang meminta respon siswa terhadap
sulit/tidaknya Buku Siswa yang digunakan, butir 2 adalah pertanyaan yang meminta
respon siswa terhadap sulit/tidaknya LKS yang digunakan, butir 3 tentang sulit/tidaknya
guru menyampaikan materi. Butir 4 adalah pertanyaan yang meminta respon siswa
terhadap suka/tidaknya terhadap kerja kelompok yang diberikan, butir 5 tentang
suka/tidaknya terhadap bimbingan guru, butir 6 adalah pertanyaan yang meminta respon
siswa terhadap suka/tidaknya terhadap suasana belajar di kelas. Sedangkan butir 7, 8, 9,
dan 10 tentang termotivasi/tidaknya siswa terhadap berbagai aspek pembelajaran.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rerata persentase respon positif siswa
sebesar 60%. Dapat pula diberi makna (interpretasi) bahwa sebanyak 60% siswa
memberikan respon baik pada pembelajaran yang telah kita lakukan. Sementara itu,
masih banyak siswa (39%) yang merespon kurang baik pada pembelajaran yang telah
kita lakukan.
Dari tabel di atas, kita temukan pula bahwa pada butir 2 dan 6, lebih banyak siswa
yang memberikan respon negatif dibandingkan dengan yang memberikan respon positif.
Demikian pula, pada butir 5, banyaknya siswa yang memberikan respon positif hampir
sama dengan banyaknya siswa yang merespon negatif. Kita dapat mengecek kembali

7-18 Unit 7
aspek yang ingin kita ungkap dari butir 2, 5 dan 6 tersebut. Lebih jauh, kita dapat
melacak alasan yang mereka kemukakan terkait dengan respon negatif yang mereka
berikan.
Berdasarkan informasi di atas, kita dapat memaknai bahwa ada yang kurang
berhasil dari pembelajaran yang kita lakukan. Empat puluh persen adalah jumlah yang
cukup banyak. Oleh karena itu tidak cukup alasan dan sulit diterima untuk mengatakan
bahwa pembelajaran kita nilai berhasil. Di samping itu, kita juga dapat memberi makna
bahwa ada kegagalan pada aspek tertentu pada pembelajaran kita. Hal ini dapat
dicermati dari besarnya respon negatif yang diberikan siswa pada butir 2, 5 dan 6 di atas.
Dari contoh di atas, kita dapat memberikan berbagai penjelasan sebagai berikut.
Secara umum, pembelajaran yang kita lakukan masih belum berhasil. Hal ini
terlihat dari rerata hasil belajar yang kurang baik dan respon negatif siswa yang tinggi.
Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya perbaikan.
Tentu saja, ada aspek-aspek yang sudah berhasil dan ada aspek-aspek tertentu yang
belum berhasil. Pada aspek yang sudah baik perlu tetap dipertahankan, bahkan kalau
perlu dimantapkan. Sedangkan pada aspek-aspek yang belum baik perlu dicari
penyebabnya dan dilakukan upaya untuk memperbaikinya (remidi).
Secara umum, ada korelasi positif antara hasil belajar proses dan hasil belajar
produk. Karena itu, dengan meningkatkan kualitas kinerja siswa (seperti misalnya
peningkatan keaktifan siswa) kita harapkan akan meningkat pula hasil belajar siswa.
Dari butir 2, 5, dan 6 pada tabel 2.2 di atas, nampak bahwa respon negatif siswa
terhadap pembelajaran yang kita lakukan masih tinggi. Kita segera mengetahui bahwa
siswa banyak yang merasa sulit memahami LKS yang digunakan, merasa tidak suka
pada bimbingan yang dilakukan guru, dan tidak suka pula pada suasana belajar dalam
kelas itu. Jika perlu kita lacak alasan mereka menolak (memberikan respon negatif) pada
butir-butir itu. Hasil pelacakan kita berdasarkan respon-respon itu akan memandu kita
pada penemuan aspek-aspek pembelajaran yang masih gagal kita laksanakan dan
mengapa kegagalan itu terjadi.
Informasi yang dipakai bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi diri
sebagaimana dikemukakan di atas hanya terbatas pada informasi yang berasal dari
siswa. Informasi lain yang berasal dari pengamat (mungkin guru serumpun) akan sangat
membantu dalam mendapatkan evaluasi diri yang lebih tajam dan menyeluruh. Berikut
ini adalah contoh lembar pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran yang kita
lakukan.

Asesmen Pembelajaran di SD 7-19


Tabel 7.7. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Tanggal :……………………
Kelas :……………………
Pert ke- :……………………
Nama Guru :……………………

Petunjuk :

Berilah tanda check (√) pada tempat yang disediakan sesuai dengan hasil pengamatan
Bapak/Ibu. Berikan tanda chek pada kolom kurang bila guru kurang baik dalam
melaksanakan komponen terkait, berikan tanda chek pada kolom cukup bila guru
cukup baik dalam melaksanakan komponen terkait, demikian pula berikan tanda chek
pada kolom baik bila guru baik dalam melaksanakan komponen terkait.

Komponen Pengamatan Hasil Pengamatan


Kurang Cukup Baik
1. Penyampaian tujuan pembelajaran
2. Pemberian motivasi belajar
3. Penyampaian materi
4. Pengorganisasian siswa dalam kelompok
5. Penciptaan suasana belajar
6. Pemberian bimbingan belajar
7. Pemberian Respon terhadap pertanyaan siswa
8. Evaluasi pemahaman materi

Pengamat,

(.................................................)

7-20 Unit 7
Latihan
Dengan memahami pengertian dan prosedur evaluasi-diri di atas, cobalah
memberikan contoh bagaimana Anda melakukan evaluasi diri atas pengajaran yang
telah Anda lakukan. Untuk memberikan contoh bagaimana melakukan evaluasi diri,
tentu saja Anda perlu melakukan berbagai pengukuran (tes maupun non tes) dan
melakukan penilaian terlebih dahulu. Setelah melakukan penilaian, mulailah dengan
menganalisis, memberikan pemaknaan, memberikan penjelasan dan terakhir menarik
kesimpulan.

Pedoman Jawaban Latihan


Berdasarkan pertanyaan di atas, buatlah jawaban yang sesuai dengan pengalaman
Anda dalam melakukan proses pembelajaran di kelas. Bila perlu diskusikan dengan
teman-teman kelompok Anda.
Rangkuman

Evaluasi diri adalah aktivitas menilai sendiri keberhasilan proses pengajaran yang
kita lakukan. Evaluasi diri merupakan bagian penting dalam aktivitas pembelajaran
untuk memahami dan memberi makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang
terjadi akibat adanya pengajaran yang kita lakukan. Hasil evaluasi diri digunakan untuk
menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan.

Proses evaluasi diri dimulai dari kegiatan menganalisis hasil penilaian, kemudian
memberi makna (pemaknaan) atas hasil analisis yang kita lakukan. Langkah selanjutnya
adalah memberikan penjelasan mengapa kegagalan itu bisa terjadi. Dari penjelasan-
penjelasan di atas, selanjutnya kita dapat memberikan kesimpulan-kesimpulan yang
masuk akal. Kesimpulan dapat kita kemukakan dalam bentuk identifikasi faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan. Langkah-langkah evaluasi diri
seperti diuraikan di atas dapat dibagankan sebagai berikut.

Analisis Pemaknaan Penjelasan Penyimpulan

Asesmen Pembelajaran di SD 7-21


Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pemaknaan! Bagaimana Anda melakukan
pemaknaan atas hasil analisis sebelumnya?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penjelasan! Bagaimana Anda melakukan
penjelasan atas hasil pemaknaan?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan menarik kesimpulan! Bagaimana Anda
menarik kesimpulan atas hasil penjelasan?

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan
dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai, atau
Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena
pemahaman kita tentang keberhasilan proses dan hasil belajar akan mempengaruhi
pemahaman kita terhadap konsep-konsep lain yang terkait dalam mata kuliah ini

7-22 Unit 7
Subunit 3
Faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung
Keberhasilan dalam Pembelajaran

Pengantar

B erdasarkan hasil evaluasi diri terhadap pembelajaran yang telah kita lakukan, kita
akan mengetahui apakah pembelajaran yang telah kita lakukan berhasil atau gagal.
Biasanya, hasil evaluasi diri yang kita lakukan tidak menyimpulkan bahwa
pembelajaran kia gagal total atau berhasil secara sempurna. Karena pembelajaran
memiliki beberapa tahapan, maka mungkin ada tahap pembelajaran tertentu yang gagal,
atau mungkin hanya bagian tertentu dari tahap itu yang gagal.
Di samping kita dapatkan informasi pada tahap mana pembelajaran berhasil dan
pada tahap mana gagal, evaluasi diri hendaknya juga memberikan informasi tentang
faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dan faktor-faktor yang mendukung
keberhasilan itu.

1. Faktor –Faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan


Memperbaiki kualitas pembelajaran akan sulit kita lakukan tanpa dapat kita
ketahui penyebab kegagalan itu sendiri. Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan
yang berhasil kita identifikasi, kita merencanakan upaya-upaya perbaikan (remidi).
Seorang dokter yang akan mengobati penyakit seseorang, dokter tersebut perlu
mengetahui terlebih dahulu faktor penyebab penyakit orang itu, bukan? Demikian pula,
dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran, kita juga akan merencanakan upaya-
upaya untuk memantapkan faktor-faktor pendukung keberhasilan itu. Dengan kata lain,
upaya-upaya pemantapan yang kita rencanakan perlu didasari faktor-faktor pendukung
keberhasilan yang dapat kita simpulkan dari proses evaluasi diri.

2. Identifikasi Faktor –Faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan


Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dapat
dilakukan sendiri melalui evaluasi diri, tetapi akan lebih teliti dan tajam bilamana

Asesmen Pembelajaran di SD 7-23


dikerjakan secara bersama (kolaboratif) dengan guru lain yang mengajar bidang studi
yang serumpun.
Agar identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan
akurat, maka informasi yang diperoleh dari penilaian, analisis hasil penilaian,
pemaknaan, dan pemberian penjelasan haruslah akurat pula. Dengan kata lain, ketepatan
dalam mengidentifikasi faktor penyebab kegagalan dan faktor pendukung keberhasilan
ditentukan oleh ketepatan kita dalam melaksanakan proses evaluasi diri sebelumnya.
Proses identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan
oleh diri sendiri memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan dimaksud antara lain
adalah
ƒ kurang cermat dalam menganalisa hasil penilaian,
ƒ kurang tepat memaknai dan menjelaskan hasil-hasil penilaian itu.
Oleh karena itu, kehadiran orang lain yang paham tentang pembelajaran akan
sangat membantu dalam proses identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan faktor
pendukung keberhasilan tersebut. Kehadiran pihak-pihak terkait, termasuk guru lain
yang serumpun dengan mata pelajaran yang kita ajarkan, misalnya, akan sangat
membantu dalam menemukan berbagai kegagalan dan juga keberhasilan yang telah kita
lakukan. Kita memerlukan guru lain untuk mencermati proses pembelajaran yang kita
lakukan, mendiskusikannya, menemukan makna dan menjelaskannya. Termasuk
didalamnya menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.
Misalkan kita ingin mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan berdasarkan informasi yang kita peroleh dari: (1) hasil belajar
siswa (proses dan hasil), seperti pada Tabel 7.1, (2) respon siswa, seperti pada Tabel
7.2, dan (3) hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran, seperti pada Tabel
7.8 berikut.

7-24 Unit 7
Tabel 7.8. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Komponen Pengamatan Hasil Pengamatan
Kurang Cukup Baik
1. Penyampaian tujuan pembelajaran X
2. Pemberian motivasi belajar X
3. Penyampaian materi X
4. Pengorganisasian siswa dalam kelompok X
5. Penciptaan suasana belajar X
6. Pemberian bimbingan belajar X
7. Respon terhadap pertanyaan siswa X
8. Evaluasi pemahaman materi X

Berdasarkan informasi (1), (2), (3) di atas dan hasil pemaknaan (interpretasi) dan
penjelasan pada uraian sebelumnya (pada uraian subunit 7.2), maka dapat kita daftar
aspek-aspek kegagalan dan keberhasilan yang dapat kita temukan.
Aspek-aspek pembelajaran yang gagal dilaksanakan dengan baik adalah:
1) Hasil belajar siswa masih kurang baik, terlihat dari rerata skor tes dan tugas-praktek
kurang baik pada tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2.
2) Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas,
terlihat pada tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2.
3) Aspek pembelajaran tertentu (keterbacaan LKS, pemberian bimbingan belajar, dan
penciptaan suasana belajar yang kondusif) masih gagal dilaksanakan, terlihat dari
tingginya respon negatif pada butir 2,5, dan 6 pada tabel 2.2. Hal ini didukung oleh
hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada tabel 3.1 di atas.

Asesmen Pembelajaran di SD 7-25


Latihan

Dengan memahami betapa pentingnya identifikasi faktor penyebab kegagalan


dan pendukung keberhasilan serta prinsip-prinsip dalam mengidentifikasi faktor-
faktor tersebut, cobalah memberikan contoh bagaimana Anda melakukan identifikasi
faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan. Untuk memberikan contoh
tersebut, tentu saja kita telah melalui proses penilaian, analisis hasil penilaian,
pemaknaan, dan pemberian penjelasan sebagaimana telah diuraikan pada subunit
sebelumnya.
Rangkuman

Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam


pembelajaran yang telah kita lakukan memiliki arti penting dalam melakukan upaya-
upaya perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan faktor-faktor
penyebab kegagalan yang berhasil kita identifikasi, kita merencanakan upaya-upaya
perbaikan (remidi). Berdasarkan faktor-faktor pendukung keberhasilan yang dapat kita
identifikasi, kita merencanakan upaya-upaya untuk memantapkan faktor-faktor
pendukung keberhasilan itu.
Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dapat
dilakukan sendiri melalui evaluasi diri, tetapi akan lebih teliti dan tajam bilamana
dikerjakan secara bersama (kolaboratif) dengan orang lain yang kompeten, misalnya
guru lain yang mengajar bidang studi yang serumpun dengan mata pelajaran yang kita
ampu.
Kehadiran pihak-pihak terkait akan sangat membantu dalam menemukan berbagai
kegagalan dan juga keberhasilan yang telah kita lakukan. Kita memerlukan guru lain
untuk mencermati proses pembelajaran yang kita lakukan, mendiskusikannya,
menemukan makna, menjelaskan makna itu dan menemukan faktor-faktor penyebab
kegagalan dan pendukung keberhasilan secara tepat.
Pada langkah-langkah evaluasi diri, identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan
dan penyebab keberhasilan ini termasuk pada tahap akhir dari evaluasi diri, yaitu pada
tahap penyimpulan. (Lihat bagan pada rangkuman pada subunit 2).

7-26 Unit 7
Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan arti penting dari identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran!
2. Jelaskan langkah-langkah dalam melakukan evaluasi diri!
3. Jelaskan siapa saja yang dimungkinkan untuk membantu melakukan evaluasi
terhadap kegagalan dan keberhasilan kita dalam mengajar!
4. Jelaskan keuntungan dari kehadiran pihak terkait pada c) dalam meningkatkan
kualitas evaluasi!

Umpan dan Tindak Lanjut


Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan
dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban belum sesuai, atau
Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena
pemahaman kita tentang evaluasi diri mungkin ada kesalahan (miskonsepsi) atau bahkan
berbeda yang dipahami oleh teman kita. Pemahaman kita tentang konsep evaluasi diri
akan mempengaruhi pemahaman kita terhadap konsep-konsep lain yang terkait dalam
mata kuliah ini

Asesmen Pembelajaran di SD 7-27


Subunit 4
Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar

Pengantar

S ebagai guru, kita senantiasa berupaya agar siswa mencapai keberhasilan belajar
sesuai yang kita harapkan. Keberhasilan proses belajar selalu kita kaitkan dengan
hasil belajar. Artinya, proses dapat kita katakan optimal manakala hasil yang diperoleh
(sebagai akibat dari proses) sesuai dengan yang kita harapkan. Bagaimana mengetahui
apakah proses belajar siswa sudah optimal dan bagaimana caranya agar proses belajar
siswa dapat berlangsung secara optimal adalah dua pertanyaan yang tidak mudah untuk
menjawabnya. Dengan melakukan evaluasi secara cermat oleh diri kita sendiri, akan
kita ketahui apakah proses belajar siswa sudah optimal atau belum. Dari evaluasi diri
tersebut, akan dapat kita identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan.
Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita lakukan mendasarkan diri pada hasil
identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang kita temukan.
Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan
akan kita tindak lanjuti dengan upaya-upaya mengoptimalkan proses dan hasil belajar
siswa.

1. Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar


Berangkat dari informasi tentang faktor-faktor penyebab kegagalan dan faktor-faktor
pendukung keberhasilan yang dapat kita identifikasi, kita mencari alternatif
pemecahannya. Dari berbagai alternatif itu kemudian kita pertimbangkan mana yang
paling mungkin untuk dilaksanakan. Alternatif yang kita pilih kita dasarkan atas
kemampuan/kesiapan kita untuk melaksanakan pilihan itu, kesiapan siswa, ketersediaan
sarana.dan prasarana, dan lain sebagainya.
Upaya mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari upaya
mengoptimalkan proses pembelajaran. Ketiganya saling terkait. Proses belajar yang

7-28 Unit 7
optimal akan mengakibatkan hasil belajar yang optimal pula. Proses belajar siswa yang
optimal merupakan salah satu indikasi dari proses pembelajaran yang optimal pula.
2. Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
Optimalisasi proses dan hasil belajar mengacu pada berbagai upaya agar proses belajar
dapat berlangsung dengan baik sehingga para siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai
dengan yang kita harapkan. Dengan kata lain, optimalisasi proses dan hasil belajar
adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa mencapai
keberhasilan proses dan hasil belajar.
Para siswa dapat belajar dengan penuh semangat, aktif dalam belajar, berani
mengemukakan pendapatnya, mampu dan antusias dalam mengikuti pelajaran, terlibat
secara aktif dalam pemecahan masalah adalah beberapa indikasi dari proses belajar yang
berlangsung secara optimal. Demikian pula, bila siswa tuntas dalam belajarnya,
terampil melakukan suatu tugas, dan memiliki apresiasi yang baik terhadap pelajaran
tertentu; maka siswa yang demikian telah mencapai hasil belajar yang optimal.
Pencapaian hasil belajar yang optimal merupakan perolehan dari proses belajar yang
optimal pula. Tentu saja, proses maupun hasil belajar yang baik akan diperoleh bilamana
proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Oleh karena itu, agar proses dan
hasil belajar siswa optimal, maka mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan
pembelajaran, dan sampai pada tahap penilaian haruslah dipersiapkan dan dilaksanakan
secara baik pula.
Dalam praktek, betapapun baik kualitas pembelajaran yang kita lakukan, selalu saja ada
aspek-aspek yang masih belum sesuai harapan. Biasanya, masih ada siswa yang proses
belajarnya masih belum optimal atau ada beberapa siswa yang hasil belajarnya masih
belum tuntas. Oleh karena itulah, optimalisasi proses dan hasil belajar diarahkan agar
seluruh siswa dapat mencapai keberhasilan, baik proses maupun hasil belajarnya.
Dengan kata lain, optimalisasi proses dan hasil belajar bertujuan untuk meminimalkan
atau meniadakan siswa yang tidak berhasil, baik proses maupun hasil belajarnya.
3. Mengidentifikasi Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
Setelah faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan kita identifikasi,
maka kegiatan kita selanjutnya adalah mengidentifikasi upaya-upaya apa saja yang dapat
mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa. Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan
merancang dan mengajukan berbagai solusi alternatif berdasarkan faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan. Kita dapat menggunakan analogi
kerja dokter dalam mengobati pasiennya. Dokter akan mulai dengan mengajukan

Asesmen Pembelajaran di SD 7-29


berbagai alternatif terapi atau obat untuk penyembuhan berdasarkan faktor penyebab
sakit sang pasien.
Semua alternatif solusi yang kita ajukan haruslah mengarah pada upaya menghilangkan
penyebab kegagalan dan menguatkan pendukung keberhasilan belajar siswa. Upaya
menghilangkan kegagalan dapat berupa perbaikan (remidi) atas kegagalan yang telah
kita lakukan. Upaya menguatkan pendukung keberhasilan dapat berupa pemantapan atas
keberhasilan yang telah kita capai. Dari berbagai alternatif solusi yang telah kita ajukan,
selanjutnya kita pilih alternatif mana yang paling optimal.
Alternatif solusi yang kita ajukan merupakan daftar upaya yang kita ajukan untuk
menjawab atau memperbaiki penyebab kegagalan itu. Sebagai contoh, misalkan telah
kita simpulkan bahwa salah satu faktor penyebab kegagalan belajar siswa adalah soal-
soal pada lembar kerja siswa (LKS) yang sulit dimengerti siswa. Atas dasar faktor itu,
maka kemudian kita ajukan beberapa upaya perbaikan berupa: a. Memperbaiki soal-soal
yang sulit dipahami siswa (misalnya kalimat, salah cetak, dsb), atau b.
Menyederhanakan soal.
Dalam praktek, kita temukan beberapa faktor penyebab kegagalan proses dan hasil
belajar. Penyebab kegagalan mungkin berasal dari strategi pembelajaran yang
digunakan, perangkat pembelajaran, media, struktur rugas, menentukan pengetahuan
prasyarat. Kita perlu memiliki beberapa alasan dan argumen bahwa alternatif yang kita
ajukan secara logis dapat memperbaiki kegagalan itu. Tentu kita juga memiliki alasan
dan argumen bahwa alternatif upaya optmalisasi yang kita ajukan mempunyai cukup
peluang untuk mengkondisikan siswa lebih aktif dalam belajar dalam kelas, sehingga
memperoleh hasil belajar yang baik.
Dari pilihan-pilihan tersebut di atas, selanjutnya perlu kita pertimbangkan mana dari
alternatif yang ada paling memungkinkan untuk dilaksanakan. Sederet pertanyaan perlu
kita jawab untuk memberikan jaminan bahwa pilihan kita (mungkin strategi, metode,
struktur tugas, perangkat yang diperlukan) dapat memperbaiki kegagalan pembelajaran
yang telah kita lakukan sebelumnya.
Penyusunan tabel atau matriks faktor penyebab kegagalan, alternatif yang kita ajukan,
dan kemudian alternatif terpilih, beserta pertimbangan yang kita berikan nampaknya
akan membantu kita dalam mengidentifikasi upaya optimalisasi proses pembelajaran.
Sebagai contoh, misalkan beberapa faktor penyebab kegagalan proses dan hasil belajar
yang berhasil kita identifikasi adalah : (a) kualitas LKS rendah (tingkat keterbacaan
rendah), (b) media pembelajaran yang digunakan tidak memadai, dan (c) pengelolaan

7-30 Unit 7
kelas kurang baik. Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut kemudian
kita coba memberikan berbagai alternatif untuk memecahkan masalah (mengoptimalkan
proses dan hasil belajar siswa) seperti pada tabel berikut.

Tabel 7.9. Contoh Identifikasi Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar


No. Faktor Penyebab Kegagalan Alternatif Optimalisasi Proses dan Hasil
1. Kualitas LKS rendah (keterbacaan 1. a. Memperbaiki soal-soal yang sulit dipahami siswa
rendah), (kalimat, salahcetak, dsb)
b. Menyederhanakan soal

2. Media pembelajaran yang digunakan 2. a. Menyiapkan media yang diperlukan


tidak memadai b. Mengganti dengan media yg relevan
c. Membuat media sendiri

3. Pengelolaan kelas kurang baik 3. a. Memberikan arahan agar menjaga


ketenangan dalam kelas.
b. Membuat kesepakatan-kesepakatan dengan
siswa

4. Dan seterusnya 4. Dan seterusnya

Dengan mengajukan berbagai alternatif upaya optimalisasi proses dan hasil belajar
melalui masing-masing faktor penyebab kegagalan akan membantu kita dalam memilih
alternatif mana yang kita pilih. Kesiapan siswa, kesiapan guru, kondisi lingkungan,
ketersediaan media adalah beberapa aspek yang perlu kita pertimbangkan untuk
menetapkan pilihan. Pilihan itulah yang kita anggap optimal untuk saat itu. Sementara
itu, kehadiran guru lain sebagai teman diskusi akan sangat membantu kita dalam
mengotimalkan proses dan hasil belajar siswa.

Latihan
Dengan memahami kaitan antara :
(a) informasi tentang faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan pada
proses dan hasil belajar, dan (b) alternatif upaya optimalisasi yang kita ajukan,
sebagaimana diuraikan di atas, cobalah memberikan contoh suatu faktor penyebab
kegagalan pada proses atau hasil belajar siswa, kemudian Anda kemukakan alternatif
upaya pemecahannya !

Asesmen Pembelajaran di SD 7-31


Rangkuman

Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita lakukan harus mendasarkan diri pada
hasil identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang kita
temukan. Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan akan kita tindak lanjuti dengan upaya-upaya memantapkan keberhasilan
dan upaya-upaya memperbaiki kegagalan.
Optimalisasi proses dan hasil belajar adalah upaya memperbaiki proses
pembelajaran sehingga para siswa mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar.
Optimalisasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk memperbaiki aspek-aspek
pembelajaran yang masih kurang optimal. Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan
merancang dan mengajukan berbagai upaya alternatif berdasarkan faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.
Dari berbagai alternatif solusi yang telah kita ajukan, selanjutnya harus kita pilih
alternatif mana yang paling optimal. Alterntif yang optimal adalah alternatif yang paling
mungkin untuk dilaksanakan, ditinjau dari kesiapan siswa, kesiapan kita sebagai guru
untuk melaksanakan alternatif itu, kemungkinan dalam menyiapkan sarana dan
prasarana pendukung pembelajaran.
Bagan yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan identifikasi
optimalisasi proses pembelajaran digambarkan sebagai berikut ini.
Pemantapan
keberhasilan

Identifikasi Faktor Perbaikan dari


Alternatif Upaya kegagalan
Penyebab Kegagalan dan
Optimalisasi
Pendukung Keberhasilan

7-32 Unit 7
Optimalisasi Upaya memperbaiki kegagalan proses
Proses belajar siswa

Upaya Optimalisasi
Proses dan Hasil Belajar

Optimalisasi Upaya memperbaiki kegagalan hasil


Hasil belajar siswa

Optimalisasi proses belajar siswa

Optimalisasi Proses
Pembelajaran

Optimalisasi hasil belajar siswa

Bagan 7.2. Langkah-langkah Melakukan Identifikasi Optimalisasi Proses Pembelajaran

Tes Formatif 4
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 4. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan hubungan antara keberhasilan proses belajar dan keberhasilan hasil belajar!
2. Jelaskan keterkaitan antara proses pembelajaran yang optimal dengan keberhasilan
proses dan hasil belajar !
3. Bagaimana mengupayakan agar proses dan hasil belajar siswa menjadi optimal?

Asesmen Pembelajaran di SD 7-33


Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan
dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban Anda belum sesuai,
atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat diperlukan karena
pemahaman kita tentang identifikasi optimalisasi proses pembelajaran sangat diperlukan
dalam memperbaiki proses pembelajaran kita selanjutnya.

7-34 Unit 7
Kunci Jawaban
Tes Formatif 1
1. Keberhasilan proses belajar adalah keberhasilan-keberhasilan yang dicapai siswa
selama mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan keberhasilan hasil belajar adalah
keberhasilan-keberhasilan yang didapat siswa setelah mengikuti satuan
pembelajaran tertentu. Keberhasilan proses belajar akan memberikan sumbangan
pada keberhasilan hasil belajar siswa.
2. Menetapkan tingkat keberhasilan proses belajar adalah memberikan keterangan yang
bersifat berjenjang terhadap hasil pengukuran yang diperoleh (melalui tes maupun
non tes) selama siswa mengikuti proses pembelajaran. Misalkan jenjang yang kita
tetapkan adalah : Tingkat kurang aktif, jika skor keaktifan siswa < 35, tingkat
cukup aktif, jika : 35 < skor keaktifan < 70, tingkat aktif, jika: skor keaktifan siswa
> 70. Kriteria keberhasilan proses belajar adalah jenjang minimal yang dapat
dilampaui siswa. Dalam hal ini, misalkan kriteria keberhasilan adalah bila skor siswa
lebih besar atau sama dengan 35.
3. Menetapkan tingkat keberhasilan hasil belajar adalah memberikan keterangan yang
bersifat berjenjang terhadap hasil pengukuran yang diperoleh (melalui tes maupun
non tes) setelah siswa mengikuti pembelajaran. Misalkan jenjang yang kita tetapkan
adalah: sangat baik, bila: 85 < skor hasil tes siswa ≤ 100, baik, bila: 70 < skor hasil
tes siswa ≤ 85, cukup baik, bila: 55 < skor hasil tes siswa ≤ 70, kurang baik, bila:
40 < skor hasil tes siswa ≤ 55, dan sangat kurang, bila: skor hasil tes siswa < 40.
Dalam hal ini, misalkan kriteria keberhasilan hasil belajar adalah bila skor siswa
lebih besar atau sama dengan 55.

Tes Formatif 2
1. Pemaknaan adalah aktivitas memberi makna (interpretasi) atas hasil analisis yang
kita lakukan. Pemaknaan (pemberian makna) kita berikan terhadap semua hasil
penilaian yang telah kita lakukan, baik penilaian atas hasil pengukuran tes maupun
non tes.
2. Penjelasan adalah aktivitas memberikan penjelasan (eksplanasi) dari hasil
pemaknaan yang kita buat. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan

Asesmen Pembelajaran di SD 7-35


mengapa kegagalan terjadi. Pemberian penjelasan kita berikan terhadap hasil-hasil
pemaknaan yang kita buat.
3. Penjelasan adalah aktivitas memberikan penjelasan (eksplanasi) dari hasil
pemaknaan yang kita buat. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan
mengapa kegagalan terjadi. Pemberian penjelasan kita berikan terhadap hasil-hasil
pemaknaan yang kita buat.
4. Penarikan kesimpulan adalah aktivitas menentukan faktor-faktor penyebab
kegagalan dan pendukung keberhasilan pembelajaran. Kesimpulan kita berikan
berdasarkan hasil dari langkah sebelumnya (penilaian, pemaknaan, dan penjelasan).

Tes Formatif 3
1. Berdasarkan identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan,
kita dapat merancang berbagai alternatif pemecahan yang dapat memperbaiki
kelemahan dan memantapkan aspek–aspek pembelajaran yang telah baik.
2. Langkah-langkah dalam melakukan evaluasi diri adalah dimulai dari kegiatan
menganalisis hasil penilaian, kemudian memberi makna (pemaknaan) atas hasil
analisis yang kita lakukan. Langkah selanjutnya adalah memberikan penjelasan
mengapa kegagalan itu bisa terjadi. Selanjutnya memberikan kesimpulan-kesimpulan
yang masuk akal. Kesimpulan dapat kita kemukakan dalam bentuk identifikasi
faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.
3. Yang dapat membantu melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang kita
lakukan adalah guru mata pelajaran serumpun, supervisor, dan peneliti (ahli) bidang
pembelajaran.
4. Keuntungan dari bantuan pihak terkait dalam evaluasi diri adalah dapat membantu
dalam:
a. menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan, dan
b. upaya untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.

Tes Formatif 4
1. Keberhasilan proses belajar akan menentukan keberhasilan hasil belajar siswa. Agar
siswa memperoleh hasil belajar yang baik, maka proses belajar siswa harus
diupayakan optimal.

7-36 Unit 7
2. Optimalisasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan keberhasilan
proses dan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran dikatakan optimal bila proses
dan hasil belajar siswa optimal.
3. Berdasarkan hasil identifikasi faktor penyebab kegagalan proses dan hasil belajar,
kemudian dirancang dan diajukan berbagai upaya alternatif pemecahannya,
selanjutnya kita pilih alternatif mana yang paling optimal. Alterntif yang optimal
adalah alternatif yang paling mungkin untuk dilaksanakan

Asesmen Pembelajaran di SD 7-37


Daftar Pustaka
Anas Sudiyono. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Balitbang Depdiknas. (2006). Model Penilaian Kelas, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SD / MI. Jakarta: Puskur, Depdiknas.
Balitbang Depdiknas. (2004). Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur, Depdiknas.
Johnson, David W. (2002). Meaningful Assessment A Manageable and Cooperative
Process. USA: Allyn and Bacon
Mariana, Made Alit.(2003). Pembelajaran Remidial. BA-PGB-09. Depdiknas.
Winarno dan Djuniarto, R. Eko. (2003). Perencanaan Pembelajaran. BA-PGB.
Depdiknas.
Kasbolah, Kasihani E.S. dan Sukaryana, I Wayan. (2001). Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru. Malang: Universitas Negeri Malang.

7-38 Unit 7
Glosarium
Miskonsepsi : pemahaman yang keliru terhadap suatu konsep.
Optimal : paling baik dan menguntungkan.
Refleksi : Perenungan kembali atas apa yang telah dilakukan untuk dijadikan
cermin (pedoman) perbaikan bagi aktivitas selanjutnya.

Asesmen Pembelajaran di SD 7-39


Unit 8
TINDAK LANJUT HASIL ASESMEN
Dwi Priyo Utomo

Pendahuluan

S etelah Anda mempelajari cara melakukan refleksi terhadap proses dan hasil
belajar, selanjutnya marilah kita pikirkan apa yang dapat kita perbuat
berdasarkan hasil refleksi itu. Hasil refleksi terhadap proses dan hasil belajar siswa
sangat kita perlukan untuk mengetahui ‘letak’ kesalahan/kelemahan dan mengetahui
penyebab kesalahan/kelemahan tersebut. Aktivitas berikutnya adalah mencari
upaya-upaya yang seharusnya kita lakukan untuk mengoptimalkan pembelajaran
kita. Kata pepatah: terperosok pada lubang yang sama adalah suatu kecerobohan.
Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses dan hasil asesmen, kita melakukan
tindak lanjut. Tindak lanjut hasil asesmen kita arahkan untuk memantapkan aspek-
aspek pembelajaran yang sudah baik dan memperbaiki aspek-aspek pembelajaran
yang kurang/lemah. Oleh karena itu, refleksi terhadap proses dan hasil asesmen
haruslah sampai pada ditemukannya faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan pembelajaran.
Berdasarkan identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan pembelajaran, akan dapat kita ketahui apakah kesalahan/kelemahan
pembelajaran berada pada tahap perencanaan, pelaksanaan, atau penilaian. Karena
pembelajaran merupakan suatu sistem, kesalahan salah satu tahap sangat mungkin
terkait dengan kesalahan pada tahap yang lain. Dengan demikian, tindak lanjut hasil
refleksi proses dan hasil asesmen haruslah memperhatikan setiap komponen sistem
dan keterkaitan antar komponen sistem itu. Dengan kata lain, kelemahan pada
sebagian aspek pelaksanaan pembelajaran sangat mungkin terkait dengan kesalahan
pada aspek perencanaan. Ingat, pelaksanaan pembelajaran harus berpedoman pada
rencana pembelajaran.
Aktivitas tindak lanjut dapat kita mulai dari merancang perbaikan rencana
pembelajaran, mengidentifikasi upaya-upaya mengoptimalkan proses pembelajaran,
dan kemudian merancang pembelajaran remidi.

Asesmen Pembelajaran di SD 8-1


Sub-aktivitas tersebut di atas disajikan dalam 3 Subunit, yaitu: Subunit 1:
Perbaikan rencana pembelajaran, Subunit 2: Upaya optimalisasi proses
pembelajaran, dan Subunit 3 : Pembelajaran remidi.
Pembahasan pada subunit- subunit di atas diarahkan untuk mencapai
indikator agar Anda dapat:
1. merancang perbaikan rencana pembelajaran;
2. mengidentifikasi upaya-upaya optimalisasi proses pembalajaran; dan
3. merancang pembelajaran remidi.
Latihan disiapkan di akhir uraian setiap subunit. Untuk mengetahui dan
mengecek hasil pekerjaan Anda, disediakan rambu-rambu jawaban atau dijabarkan
dalam uraian materi. Untuk mengetahui keberhasilan belajar Anda, dilaksanakan tes
formatif pada akhir subunit. Untuk mengecek hasil jawaban Anda, disediakan kunci
jawaban tes formatif di akhir unit ini. Akan tetapi, diupayakan jangan melihat kunci
jawaban sebelum Anda menyelesaikan semua soal yang disediakan.
Pada unit ini Anda juga disediakan bahan ajar non cetak melalui web yang
bisa Anda akses dan video yang disediakan untuk lebih memahami unit ini. Semoga
Anda berhasil menyelesaikan Unit VIII ini dengan memuaskan.

8-2 Unit 8
Subunit 1
Perbaikan Rencana Pembelajaran

Pengantar

A gar kegiatan yang kita lakukan mencapai hasil sesuai dengan yang kita
harapkan, maka biasanya kita membuat perencanaan yang baik dan matang.
Dalam aktivitas pembelajaran, sebagaimana aktivitas yang lain, perencanaan
merupakan bagian yang penting yang akan menjadi pedoman dan panduan bagi
pelaksanaan aktivitas itu. Tidak akan dicapai hasil yang memuaskan tanpa melalui
perencanaan yang baik.
Memang, perencanaan yang baik dan matang saja belumlah cukup. Masih
diperlukan lagi kesungguhan dalam mengorganisasikan rencana itu, melaksanakan
kegiatan sesuai rencana, dan mengadakan penilaian hasil kegiatan. Aspek
perencanaan merupakan bagian penting yang tak terpisahkan dari pengelolaan
(manajerial) setiap kegiatan.
Dalam pembelajaran, kita tentu memahami fungsi dan peran dari rencana
pembelajaran, komponen pembelajaran serta prinsip-prinsip dalam menyusun
rencana pembelajaran. Kita juga hendaknya paham bagaimana cara menyusun
rencana pembelajaran, menilai baik/tidaknya rencana pembelajaran. Apa yang dapat
kita lakukan terhadap rencana pembelajaran bila hasil pembelajaran tidak sesuai
dengan harapan. Bagaimana cara memperbaiki rencana pembelajaran itu?
Sesungguhnya, kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan kegiatan
tak terpisahkan dari tugas guru sebagai pelaksana dan pengelola pembelajaran.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, maka seharusnya kita dahului dan kita
biasakan dengan kegiatan menyusun rencana pembelajaran. Sebagai penyusun,
seyogyanya, kita juga harus mampu menilai kualitas dari rencana yang kita susun.
Rencana pembelajaran yang berkualitas baik akan menjadi pedoman yang baik pula
dalam tataran pelaksanaannya.
Di samping mengetahui kualitas dari rencana pembelajaran yang kita buat,
seyogyanya kita juga mampu menganalisa pada bagian mana dari rencana
pembelajaran yang masih perlu dilakukan perbaikan. Tentu saja, dengan perbaikan
yang kita lakukan, kualitas proses pembelajaran juga akan menjadi lebih baik
dibanding sebelumnya.

Asesmen Pembelajaran di SD 8-3


1. Perancangan Rencana Pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran, kita perlu menyusun rencana


pembelajaran terlebih dahulu. Dengan membaca rencana pembelajaran, kita akan
mengetahui arah, cara dan tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, rencana
pembelajaran berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh karena itu
rencana pembelajaran yang kita susun hendaknya bersifat luwes dan membuka
kemungkinan bagi kita untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada dalam
proses pembelajaran.
Sebagai guru, kita dituntut untuk terampil membuat rencana pembelajaran.
Dengan membuat sendiri rencana pembelajaran, kita akan senantiasa sadar dan
paham apa yang harus disampaikan kepada siswa, bagaimana materi pembelajaran
disampaikan, logistik yang diperlukan, dan kemana siswa kita arahkan. Untuk
merancang rencana pembelajaran, kita perlu memahami apa saja komponen
rencana pembelajaran dan bagaimana langkah-langkah (sintaks) pembelajaran yang
akan kita lakukan.

2. Komponen Rencana Pembelajaran

Seperti dikemukakan sebelumnya, rencana pembelajaran yang kita rancang


akan menjadi pedoman kita dalam melaksanakan pembelajaran. Rencana
pembelajaran yang kita rancang hendaknya memuat komponen-komponen :
(a) Identitas mata pelajaran, (b) Standar kompetensi dan kompetensi dasar,
(b) Indikator hasil belajar, (d) Materi pembelajaran, (e) Strategi pembelajaran,
(f) Media pembelajaran, (g) Penilaian dan tindak lanjut, (h) Kegiatan
Pembelajaran yang direncanakan, dan (i) Sumber bacaan
Identitas mata pelajaran berisi: nama mata pelajaran, kelas, semester, dan
alokasi waktu. Standar kompetensi adalah kemampuan minimal yang harus dapat
dilakukan siswa, yang meliputi : pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa
setelah mengikuti mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar adalah jabaran dari
standar kompetensi yang diharapkan dicapai siswa pada setiap pertemuan (atau
satu rencana pembelajaran) tertentu. Baik standar kompetensi maupun kompetensi
dasar dapat kita ambil dari silabus. Sedangkan indikator-indikator digunakan
untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar tersebut.
Materi pembelajaran yang akan disampaikan hendaknya diuraikan secara
sistematis. Sebagai bagian rencana pembelajaran yang akan menjadi pedoman,
uraian materi yang kita susun, disamping sistematis hendaknya juga ringkas dan

8-4 Unit 8
tidak terlalu bertele-tele. Sampaikan pula materi prasyarat yang diperlukan
sebelum masuk pada materi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang kita
gunakan juga perlu dikemukakan. Strategi adalah cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan (indikator). Sedangkan metode adalah cara yang lebih
operasional untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik. Lazimnya, strategi yang
kita gunakan melibatkan berbagai metode. Demikian pula, metode tertentu
melibatkan beberapa teknik. Jadi, biasanya, teknik merupakan cara yang lebih
operasional dan digunakan untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik lagi
dibandingkan tujuan yang ingin dicapai oleh metode.
Media pembelajaran adalah sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan pada komponen penilaian, sampaikan
semua instrumen dan prosedur penilaian yang digunakan untuk menilai
pencapaian hasil belajar siswa. Sampaikan pula tindak lanjut yang ingin dilakukan
setelah mengetahui pencapaian hasil belajar siswa.
Pada kegiatan pembelajaran, sebaiknya kita sajikan langkah-langkah
pembelajaran, kegiatan siswa dan kegiatan guru pada setiap langkah itu.
Termasuk perkiraan/alokasi waktu yang kita rencanakan untuk masing-masing
langkah.
Berikut ini adalah contoh rencana pembelajaran untuk mata pelajaran
matematika di SD dengan menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK).

Jenjang Pendidikan : Sekolah Dasar


Bidang Studi : Matematika
Kelas/Semester : IV/I
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat dan
pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

B. Kompetensi Dasar :
Melakukan dan menggunakan operasi hitung bilangan bulat dalam
pemecahan masalah.

Asesmen Pembelajaran di SD 8-5


C. Indikator :
1.Menuliskan pengertian bilangan bulat negatif dengan kata-kata siswa
sendiri.
2.Memasangkan lambang bilangan bulat negatif pada garis bilangan.
3.Menunjukkan bilangan bulat negatif yang bersesuaian dengan titik-titik
pada garis bilangan yang diberikan.
4.Menentukan lawan dari beberapa bilangan bulat.

D. Materi Pembelajaran :
1. Bilangan bulat negatif.
2. Lawan suatu bilangan.

E. Pengetahuan prasyarat : bilangan bulat positif.

F. Media Pembelajaran : Buku Siswa, model bendera, garis bilangan,


LKS, dan Kuis.

G. Strategi Pembelajaran : Kooperatif.

H. Metode : Kombinasi ceramah disertai tanya jawab, demonstrasi dengan


alat peraga (model) semi abstrak (gambar), pemberian tugas, diskusi
kelompok, presentasi kelompok.

I. Ringkasan Materi, Soal Latihan, dan Kuis

Mengenal Bilangan Bulat Negatif

Kegiatan 1.
Berikan ilustrasi suhu air membeku atau suhu es di kutub untuk
mengenalkan bilangan negatif. Misalkan di daerah dekat kutub, burung
pinguin dapat bertahan hidup di bawah suhu 00 Celcius.

Mintalah para siswa memperhatikan atau mengamati Thermometer yang


beberapa waktu ada di dalam kulkas. Catat berapa suhu udara dalam
kulkas tersebut.

8-6 Unit 8
Kegiatan 2.
Gambarlah garis bilangan bulat yang sudah dibubuhkan beberapa bilangan bulat
0, 1, 2, 3, dst. Mintalah para siswa untuk meneruskan membubuhkan bilangan di
sebelah kiri 0. Bimbinglah mereka untuk dapat mengisi bilangan -1, -2, -3, dan
seterusnya pada tempat yang sesuai pada garis tadi. Mintalah siswa menunjukkan
(menyebutkan) nama-nama dari bilangan itu (dengan bimbingan).

Lawan Bilangan

Gunakan perubahan suhu udara di suatu tempat (misalkan di dekat kutub) dari -
10 0 Celcius kembali ke 00 Celcius untuk menjelaskan konsep lawan bilangan.

Gunakan pula aturan „perimbangan“ pada garis bilangan bulat untuk menjelaskan
konsep lawan bilangan.

Dapat juga menggunakan model bendera dengan aturan bendera putih


memodelkan bilangan positif dan bendera hitam memodelkan bilangan negatif.
Bendera putih dan bendera hitam bersifat saling meniadakan.

Soal Latihan

1. Tulislah lambang bilangan : negatif tiga ratus enam puluh lima !


2. Sebutkan bilangan –125 !
3. Nyatakan dengan lambang bilangan negatif “rugi dua ratus ribu rupiah” !
4. a. Lawan dari -15 adalah ……..
b. Lawan dari 100 adalah ………..
5. Bilangan berapakah yang dimodelkan berikut ini !

Kuis

1. Seekor ubur-ubur berada di kedalaman 50 m di bawah permukaan laut.


Sedangkan seekor kuda laut berada 25 m di bawah ubur-ubur tersebut.
Nyatakan keberadaan ubur-ubur dan kuda laut tersebut dengan bilangan
negatif!

Asesmen Pembelajaran di SD 8-7


2. Sebutkan bilangan-bilangan bulat di antara -7 dan 2!
3. Urutkan bilangan-bilangan berikut : 2, -6, -11, 15, 100, -75, 0, -1, -2, 6.
4. Pasangkan bilangan-bilangan bulat berikut (tercetak tebal) dengan lawan-nya!

12 0 (2+5) -4 -7

-8 (7-3) -12 (3-3) (2x4)

J. Kegiatan Pembelajaran

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa


A. Pendahuluan
1 Menyampaikan tujuan dan memo-tivasi Mendengarkan dan memperhatikan
siswa penjelasan guru
B. Kegiatan Inti
2 Menjelaskan materi pembelajaran Mendengar, mencatat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan guru
3 Mengorganisasi siswa (menempatkan siswa Menempati tempat duduk sesuai kelompok
dalam kelompok masing-masing) masing-masing
4 Pemberian latihan terbimbing Mengerjakan soal yang diberikan guru
secara mandiri
5 a. Membagi LKS dan mempersi-lahkan a. Menerima LKS, moderator mem-bagi
siswa mengerjakannya tugas
b. Mengamati kerja kooperatif siswa. b.&c. Mengerjakan soal-soal LKS dalam
c. Membimbing keterampilan be-kerjasama lembar kerja, moderator mengatur
(kooperatif) dan mem-bimbing mekanisme diskusi sampai dengan
memecahkan masa-lah/soal menarik kesimpul-an

d. Membimbing presentasi siswa d. Wakil kelompok mempresen-tasikan


hasil kerja
C. Penutup
6 Kuis individual

Karena rencana pembelajaran di atas sekedar contoh, maka kita dapat


menyusun rencana pembelajaran yang mungkin berbeda, lebih sederhana, dan
mungkin lebih rinci dan bervariasi dibandingkan dengan contoh di atas. Kita
mungkin menyusun uraian materi lebih sederhana dengan hanya menunjuk pada
uraian materi pada buku sumber tertentu di beberapa halaman tertentu, mungkin

8-8 Unit 8
juga menguraikan materi yang lebih lengkap dan rinci. Demikian pula, kita
mungkin merasa cukup hanya menyusun urutan langkah pembelajaran saja,
namun mungkin pula kita akan menguraikan langkah-langkah itu, kegiatan guru,
kegiatan siswa, bahkan mengalokasikan waktu untuk masing-msing langkah
tersebut.

3. Merancang Perbaikan Rencana Pembelajaran

Keberhasilan pembelajaran yang kita lakukan dapat dilacak dari


keberhasilan kita dalam melaksanakan pembelajaran. Itu semua tercermin dari
proses pembelajaran yang kita lakukan dan kemudian hasil belajar yang dicapai
siswa.
Kalau misalnya hasil dari pekerjaan kita tidak sesuai dengan harapan
apakah dapat kita katakan bahwa rencana kerja kita yang salah. Demikian pula,
apakah rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh rendahnya kualitas rencana
pembelajaran yang kita buat? Bukankah masih ada proses pembelajaran yang
menjembatani antara rencana dan hasil pembelajaran. Mungkin rencana sudah
baik, namun ada kesalahan yang kita lakukan dalam melaksanakan pembelajaran.
Untuk melacak di mana letak kesalahan sehingga hasil pembelajaran yang
kita lakukan masih gagal, kita dapat menggunakan prinsip pengelolaan kegiatan
(manajerial) : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian/
pengendalian. Berdasarkan prinsip pengelolaan kegiatan seperti itu, mestinya
kita dapat melacak letak kesalahan dari rangkaian pembelajaran yang kita
lakukan, mulai dari perencanaannya (rencana pembelajaran), pengorganisasian
dan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian.
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan dapat
dimulai dari sejak perencanaan (rencana pembelajaran), atau pada proses
pembelajaran, atau mungkin pada tahap penilaian. Kekeliruan pada rencana
pembelajaran akan mengakibatkan kekeliruan pula dalam melaksanakan
pembelajaran. Oleh karena itu, pelacakan untuk mengetahui letak kesalahan
sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa merupakan kegiatan yang
penting. Kegiatan ini dapat kita analogikan dengan kegiatan dokter dalam
mendiagnosa penyakit pasiennya.
Apabila kita sudah menemukan letak kesalahan, maka kegiatan kita
selanjutnya adalah mencari solusi memperbaiki kesalahan itu. Demikian pula bila
kita mengetahui bahwa kesalahannya terletak pada rencana pembelajaran, maka
kegiatan kita selanjutnya adalah mencari solusi untuk memperbaiki kesalahan itu.

Asesmen Pembelajaran di SD 8-9


Untuk mengetahui kualitas rencana pembelajaran yang kita buat atau yang
disusun orang lain sesungguhnya tidak harus menunggu pelaksanaan
pembelajaran atau penilaian terhadap hasil pembelajaran. Penilaian kualitas
rencana pembelajaran dapat dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran
dengan jalan memeriksa kesesuaian komponen-komponennya dengan
kompetensi dasar dan kondisi siswa (kesiapan siswa).
Memperbaiki rencana pembelajaran dapat dilakukan dengan jalan
memeriksa kelengkapan komponen-komponennya, kesesuaian antara komponen
yang satu dengan komponen yang lain, kemungkinan melaksanakan rencana itu
(misalnya ketersediaan media yang diperlukan), operasional/tidaknya indikator
yang dibuat, kesesuaian indikator dengan kompetensi dasar yang ada, ketepatan
dalam menentukan kemampuan prasyarat, ketepatan dalam memilih buku siswa,
dan keterbacaan lembar kerja siswa (LKS) yang kita susun sebagai prasarana
untuk mencapai kompetensi yang kita harapkan. Merancang perbaikan rencana
pembelajaran berarti melakukan perbaikan dari rencana pembelajaran yang telah
ada sebelumnya. Tentu saja, rencana pembelajaran yang ada tersebut masih
memiliki beberapa kesalahan/kelemahan yang perlu diperbaiki.
Kita dapat menganalisa (contoh) rencana pembelajaran yang dikemukakan
di atas. Misalkan, kita memperoleh informasi --- berdasarkan hasil pengamatan
terhadap proses pembelajaran yang kita lakukan --- bahwa ada beberapa
komponen, atau bagian dari rencana pembelajaran tersebut yang perlu kita
perbaiki. Misalkan kita peroleh informasi bahwa: (a) ada kemampuan prasyarat
yang belum disampaikan dalam rencana pembelajaran (RP), (b) ada media
pembelajaran yang belum dicantumkan, (c) urutan tahap pada kegiatan
pembelajaran yang perlu dirubah, dan (d) perlunya memberikan alokasi waktu
untuk masing-masing langkah dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan informasi tersebut kita dapat melakukan berbagai perbaikan
terhadap rencana pembelajaran pada bagian-bagian tertentu yang diperlukan.
Pada contoh di atas kita dapat memperbaikinya dengan: (a) menambah materi
prasyarat, (b) melengkapi media pembelajaran yang diperlukan, (c) mengganti
urutan tahap pembelajaran, dan (d) mencantumkan alokasi waktu pada masing-
masing tahap kegiatan pembelajaran. Hasil perbaikan rencana pembelajaran
untuk contoh di atas adalah sebagai berikut.

8-10 Unit 8
Jenjang Pendidikan : Sekolah Dasar
Bidang Studi : Matematika
Kelas/Semester : IV/I
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi : (tetap)


B. Kompetensi Dasar : (tetap)
C. Indikator : (tetap)
D. Materi Pembelajaran : (tetap)
E. Pengetahuan prasyarat : bilangan bulat positif, penjumlahan
bilangan bulat positif.
F. Media Pembelajaran : Buku Siswa, model bendera, garis bilangan,
LKS, dan Kuis, Thermometer.
G. Strategi Pembelajaran : (tetap)
H. Metode : (tetap)
I. Ringkasan Materi, Soal Latihan, dan Kuis (tetap atau diuraikan
lebih terinci)
J. Soal Latihan (tetap)

J. Kegiatan Pembelajaran

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu


A. Pendahuluan
1 Mengorganisasikan siswa (menempatkan Menempati tempat duduk sesuai
siswa dalam kelompok masing-masing) kelompok masing-masing
2 Menyampaikan tujuan dan memoti-vasi Mendengarkan dan memperhati-kan 5’
siswa penjelasan guru
B. Kegiatan Inti
3 Menjelaskan materi pembelajaran Mendengar, mencatat, bertanya, atau 20’
menjawab pertanyaan guru
4 Pemberian latihan terbimbing Mengerjakan soal yang diberikan 10’
guru secara mandiri
5 a. Membagi LKS dan memper-silahkan a. Menerima LKS, moderator
siswa mengerjakannya membagi tugas
b. Mengamati kerja kooperatif sis-wa. b.&c. Mengerjakan soal-soal LKS
c. Membimbing ketrampilan beker-jasama dalam lembar kerja, moderator 40’
(kooperatif) dan membim-bing mengatur mekanis-me diskusi
memecahkan masalah/soal sampai dengan menarik
kesimpulan
d. Membimbing presentasi siswa
d. Wakil kelompok mempresen- 5’

Asesmen Pembelajaran di SD 8-11


No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu
tasikan hasil kerja
C. Penutup
6 Kuis individual 10’
Total Waktu 90’

Pada rencana pembelajaran yang telah diperbaiki, nampak bahwa pada


komponen E, kemampuan prasyarat yang harus ditambahkan adalah penjumlahan
bilangan bulat positif, sedangkan pada komponen F, adalah menambahkan
Thermometer sebagai media pembelajaran, karena memang dalam ringkasan
kegiatan (komponen I.) Thermometer digunakan untuk menjelaskan suhu di
bawah nol untuk menerangkan bilangan bulat negatif. Pada komponen J.
(Kegiatan pembelajaran), tahap pengelompokkan siswa diletakkan pada tahap
pertama. Hal ini kita lakukan karena dalam praktek, pembelajaran tidak
berlangsung secara efisien karena siswa gaduh dan perlu waktu lama untuk
mengembalikan ketenangan siswa bila tahap ini (tahap pengelompokkan)
diletakkan di ’tengah-tengah’ proses pembelajaran. Demikian pula, kita
tambahkan perkiraan alokasi waktu untuk masing-masing tahap karena dari hasil
pengamatan diketahui bahwa ada tahap tertentu dari kegiatan pembelajaran tidak
berjalan optimal karena waktu yang tersedia tidak mencukupi, sementara ada
tahap lain yang berlangsung terlalu lama.

Latihan
Dengan memahami fungsi, peran, dan komponen rencana
pembelajaran sebagaimana diuraikan di atas, cobalah memberikan contoh
rencana pembelajaran untuk mata pelajaran yang Anda ampu dan cobalah
mengkritisi rencana pembelajaran yang dibuat orang lain untuk mata pelajaran
yang sama, kemudian cobalah merancang perbaikannya (atas dasar kritik yang
Anda berikan)!

Rangkuman
Rencana pembelajaran merupakan pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran. Rencana pembelajaran yang kita rancang hendaknya memuat
komponen-komponen:
(c) Identitas mata pelajaran, (b) Standar kompetensi dan kompetensi dasar,
(d) Indikator hasil belajar, (d) Materi pembelajaran, (e) Strategi pembelajaran,

8-12 Unit 8
(f) Media pembelajaran, (g) Penilaian dan tindak lanjut, (h) Kegiatan
Pembelajaran
Berdasarkan prinsip pengelolaan kegiatan, kita dapat melacak letak
kesalahan dari rangkaian pembelajaran yang kita lakukan, mulai dari
perencanaannya (rencana pembelajaran), pengorganisasian dan pelaksanaan
(pelaksanaan pembelajaran) dan penilaian.
Memperbaiki rencana pembelajaran dapat dilakukan dengan jalan
memeriksa kelengkapan komponen-komponennya, kesesuaian antara komponen
yang satu dengan komponen yang lain, kemungkinan melaksanakan rencana itu,
operasional/tidaknya indikator yang dibuat, kesesuaian indikator dengan
kompetensi dasar yang ada.

Tes Formatif 1
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan komponen-komponen rencana pembelajaran yang seharusnya ada!
2. Jelaskan kesalahan-kesalahan atau kelemahan-kelemahan yang sering dilakukan
dalam menyusun rencana pembelajaran!
3. Jelaskan keterkaitan antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaan
pembelajaran dan hasil belajar siswa!

Umpan balik dan tindak lanjut


Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru
cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban Anda
belum sesuai, atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat
diperlukan karena pemahaman kita tentang rencana pembelajaran dan cara
memperbaikinya penting artinya bagi peningkatan keterampilan kita dalam membuat
perencanaan dan sekaligus pelaksanaannya.

Asesmen Pembelajaran di SD 8-13


Subunit 2
Upaya Optimalisasi Proses Pembelajaran

Pengantar

S ebagai guru, kita senantiasa berupaya agar proses pembelajaran yang kita
lakukan dapat berlangsung secara optimal. Proses yang optimal selalu kita
kaitkan dengan hasil. Artinya, proses dapat kita katakan optimal manakala hasil yang
diperoleh dari proses tersebut sesuai dengan yang kita harapkan. Bagaimana caranya
agar pembelajaran yang kita lakukan berlangsung secara optimal dan bagaimana
mengetahui apakah proses pembelajaran tersebut sudah optimal adalah dua
pertanyaan yang tidak mudah untuk menjawabnya.
Dengan melakukan evaluasi diri secara jujur dan cermat oleh diri sendiri atau
dibantu oleh orang lain (seperti telah dikemukakan pada unit sebelumnya) akan
diketahui apakah proses pembelajaran yang kita laksanakan sudah optimal atau
belum. Demikian pula, dengan mengetahui kegagalan dan keberhasilan pada aspek-
aspek pembelajaran tertentu akan dapat diidentifikasi faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan tersebut.
Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita lakukan mendasarkan diri pada hasil
identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang kita
temukan. Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan akan kita tindaklanjuti dengan upaya-upaya memantapkan keberhasilan
(pengayaan) dan upaya-upaya memperbaiki kegagalan (remidi). Dua jenis upaya
(upaya pengayaan dan upaya remidi) inilah yang kemudian kita namakan dengan
upaya optimalisasi proses pembelajaran.

1. Upaya Optimalisasi Proses Pembelajaran


Berangkat dari informasi tentang faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan yang dapat kita identifikasi, kita mencari alternatif pemecahannya. Dari
berbagai alternatif itu kemudian kita pertimbangkan mana yang paling mungkin
untuk dilaksanakan. Alternatif yang kita pilih kita dasarkan atas
kemampuan/kesiapan kita untuk melaksanakan pilihan itu, kesiapan siswa,
ketersediaan sarana.dan prasarana, dan lain sebagainya.

8-14 Unit 8
A. Optimalisasi Proses Pembelajaran
Optimalisasi proses pembelajaran mengacu pada berbagai upaya agar proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga para siswa dapat mencapai
hasil belajar sesuai dengan yang kita harapkan. Dengan kata lain, optimalisasi proses
pembelajaran adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa
mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar.
Para siswa dapat belajar dengan penuh semangat, aktif dalam belajar, berani
mengemukakan pendapatnya, mampu dan antusias dalam mengikuti pelajaran,
terlibat secara aktif dalam pemecahan masalah adalah beberapa indikasi dari proses
pembelajaran yang berlangsung secara optimal. Demikian pula, misalnya para siswa
dapat mencapai hasil belajar yang baik dan tuntas dalam belajar untuk materi tertentu
merupakan indikasi lain dari proses pembelajaran yang optimal.
Dalam praktek, pembelajaran yang berhasil secara sempurna pada semua aspek
nampaknya masih sangat ideal. Biasanya, betapapun baiknya pembelajaran yang kita
lakukan selalu saja ada aspek-aspek yang masih belum sesuai harapan. Oleh karena
itulah, optimalisasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk memperbaiki aspek-
aspek pembelajaran yang masih kurang optimal.

B. Mengidentifikasi Upaya Optimalisasi Proses Pembelajaran


Setelah faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam
pembelajaran kita identifikasi (sebagai tahap akhir evaluasi diri), maka kegiatan kita
selanjutnya adalah melakukan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan
merancang dan mengajukan berbagai solusi alternatif berdasarkan faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam pembelajaran. Kita dapat
menggunakan analogi kerja dokter dalam mengobati pasiennya. Dokter akan mulai
dengan mengajukan berbagai alternatif terapi penyembuhan atau berbagai alternatif
obat penyembuhan berdasarkan faktor penyebab sakit sang pasien.
Semua alternatif solusi yang kita ajukan haruslah mengarah pada upaya
menghilangkan penyebab kegagalan dan menguatkan pendukung keberhasilan dalam
pembelajaran. Upaya menghilangkan kegagalan dapat berupa perbaikan (remidi) atas
kegagalan yang telah kita lakukan. Upaya menguatkan pendukung keberhasilan
dapat berupa pemantapan atas keberhasilan yang telah kita capai. Dari berbagai
alternatif solusi yang telah kita ajukan, selanjutnya harus kita pilih alternatif mana
yang paling optimal.

Asesmen Pembelajaran di SD 8-15


Alternatif solusi yang kita ajukan merupakan daftar upaya yang kita ajukan
untuk menjawab atau memperbaiki penyebab kegagalan itu. Sebagai contoh, telah
kita simpulkan bahwa (salah satu hasil identifikasi) faktor penyebab kegagalan
pembelajaran adalah keaktifan siswa yang rendah dalam kelas. Atas dasar faktor itu,
maka kemudian kita ajukan beberapa alternatif perbaikan berupa: (a) merubah
strategi pembelajaran, misalkan dari strategi pembelajaran langsung ke strategi
pembelajaran kooperatif, (b) mengganti metode pembelajarannya, misalkan dari
metode ekspositori-tugas ke metode diskusi-tugas, atau ekspositori-diskusi-tugas,
atau lainnya, (c) menyesuaikan struktur tugas yang diberikan kepada siswa,
misalkan dari kerja individual ke kerja kelompok.
Perubahan strategi pembelajaran, penggantian metode, dan struktur tugas
sebagaimana dikemukakan di atas kita maksudkan agar kegagalan dari aspek
keaktifan siswa dapat kita perbaiki. Kita perlu memiliki beberapa alasan dan
argumen bahwa alternatif yang kita ajukan secara logis dapat memperbaiki
kegagalan itu. Tentu kita juga memiliki alasan dan argumen bahwa strategi
kooperatif, metode diskusi-tugas, dan struktur tugas kelompok mempunyai cukup
peluang untuk mengkondisikan siswa lebih aktif dalam belajar dalam kelas.
Dari pilihan-pilihan tersebut di atas, selanjutnya perlu kita pertimbangkan
mana dari alternatif yang ada paling memungkinkan untuk dilaksanakan. Apakah
strategi pembelajaran kooperatif bisa dilaksanakan, apakah kita mampu
melaksanakan strategi itu. Apakah siswa telah memiliki kemapuan untuk berdiskusi
dan melaksanakan tugas, apakah waktu yang tersedia mencukupi untuk berdiskusi
dan melaksanakan tugas. Apakah setiap siswa telah memiliki kemampuan
bekerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok, apakah perangkat yang diperlukan
untuk struktur tugas kelompok itu bisa kita persiapkan. Sederet pertanyaan perlu kita
jawab untuk memberikan jaminan bahwa pilihan kita (mungkin strategi, metode,
struktur tugas, perangkat yang diperlukan) dapat memperbaiki kegagalan
pembelajaran yang telah kita lakukan sebelumnya.
Penyusunan tabel atau matriks faktor penyebab kegagalan, alternatif yang
kita ajukan, dan kemudian alternatif terpilih, beserta pertimbangan yang kita berikan
nampaknya akan membantu kita dalam mengidentifikasi upaya optimalisasi proses
pembelajaran.

8-16 Unit 8
Tabel : Identifikasi Optimalisasi Proses Pembelajaran
No. Faktor Berbagai Solusi Pertim-
Penyebab Kegagalan Alternatif Solusi Terpilih bangan
1.
2.
3.
Dst

Sebagai contoh, misalkan beberapa faktor penyebab kegagalan proses


pembelajaran yang berhasil kita ketahui adalalah: (a) keaktifan belajar siswa di
kelas rendah, (b) soal-soal dalam LKS sulit dimengerti siswa, (c) bimbingan
belajar dalam kelas tidak merata, dan (d) pengelolaan kelas kurang baik.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut kemudian kita coba
memberikan berbagai alternatif untuk memecahkan masalah (memperbaiki
proses pembelajaran) seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.2: Contoh Dalam Identifikasi Optimalisasi Proses Pembelajaran


No. Faktor Penyebab Kegagalan Berbagai Alternatif Solusi
1. Keaktifan belajar siswa di kelas rendah 1. a. Pemberian motivasi kepada siswa untuk aktif
dalam belajar di kelas (secara lisan)
b. Merubah struktur tugas dari tugas individual
ke tugas kelompok
Soal-soal dalam LKS sulit dipahami siswa
2. a. Memperbaiki soal-soal yang sulit di-
2. pahami siswa (kalimat, salah cetak, dsbnya)
b. Menyederhanakan soal
Bimbingan belajar yang diberikan guru
3. a. Membimbing siswa secara merata
tidak merata b. Memberikan bimbingan pada siswa/ kelompok
yang betul-betul membutuh-kan bimbingan
3.
c. Meminta siswa mendiskusikan dulu
persoalan yg dihadapi.

4. a. Memberikan arahan agar menjaga ke


Pengelolaan kelas kurang baik
tenangan dalam kelas.
b. Menciptakan kesepakatan-kesepakatan
dengan siswa
4.

Dengan mengajukan berbagai alternatif pemecahan untuk masing-masing


faktor penyebab kegagalan akan membantu kita dalam memilih alternatif mana
yang kita pilih. Kesiapan siswa, kesiapan kita, kondisi lingkungan, ketersediaan

Asesmen Pembelajaran di SD 8-17


media adalah beberapa aspek yang perlu kita pertimbangkan untuk menetapkan
pilihan. Pilihan itulah yang kita anggap optimal untuk saat itu. Kehadiran orang
lain, baik sebagai pengamat, pengkritik, pemberi saran, atapun teman diskusi
akan sangat membantu kita dalam mengotimalisasikan proses pembelajaran yang
kita lakukan.

Latihan
Dengan memahami kaitan antara: (a) informasi tentang faktor penyebab
kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam pembelajaran, (b) alternatif solusi
yang kita ajukan, serta (c) alternatif yang kita pilih; sebagaimana diuraikan di
atas, cobalah memberikan contoh faktor penyebab kegagalan dalam pembelajaran,
kemudian Anda kemukakan alternatif pemecahannya, serta upaya optimalisasi
proses pembelajaran yang dipilih untuk mata pelajaran yang Anda ampu.
Tambahkan alasan yang logis mengapa pilihan itu yang Anda ambil!

Rangkuman
Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita lakukan harus mendasarkan diri
pada hasil identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang
kita temukan. Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan akan kita tindaklanjuti dengan upaya-upaya memantapkan
keberhasilan dan upaya-upaya memperbaiki kegagalan (remidi).
Optimalisasi proses pembelajaran adalah upaya memperbaiki proses
pembelajaran sehingga para siswa mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar.
Optimalisasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk memperbaiki aspek-aspek
pembelajaran yang masih kurang optimal. Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan
merancang dan mengajukan berbagai solusi alternatif berdasarkan faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam pembelajaran. Upaya
menghilangkan kegagalan dapat berupa perbaikan (remidi) atas kegagalan yang telah
kita lakukan. Upaya menguatkan pendukung keberhasilan dapat berupa pemantapan
atas keberhasilan yang telah kita capai.
Dari berbagai alternatif solusi yang telah kita ajukan, selanjutnya harus kita pilih
alternatif mana yang paling optimal. Alternatif yang optimal adalah alternatif yang
paling mungkin untuk dilaksanakan, ditinjau dari kesiapan siswa, kesiapan kita
sebagai guru untuk melaksanakan alternatif itu, kemungkinan dalam menyiapkan
sarana dan prasarana pendukung pembelajaran. Bagan yang menggambarkan

8-18 Unit 8
langkah-langkah dalam melakukan identifikasi optimalisasi proses pembelajaran
adalah sebagai berikut.

Identifikasi Faktor
Alternatif Solusi
Penyebab Kegagalan dan Alternatif Terpilih
Pendukung Keberhasilan Yang Mungkin

Pemberian
pertimbangan

Upaya memperbaiki kegagalan (remidi)


Remidi
pada aspek tertentu pembelajaran

Upaya Optimalisasi
Proses Pembelajaran

Peman- Upaya memantapkan keberhasilan pada


tapan aspek-aspek tertentu pembelajaran

Tes Formatif 2
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan kembali langkah-langkah dalam melakukan identifikasi dalam
optimalisasi proses pembelajaran!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tindak lanjut hasil evaluasi-diri
pembelajaran! Apa saja kegiatan yang kita lakukan dalam tindak lanjut tersebut?

Asesmen Pembelajaran di SD 8-19


3. Apa perbedaan antara alternatif solusi (pemecahan) dengan alternatif terpilih?
4. Apa yang dimaksud dengan upaya yang optimal dalam konteks pembelajaran
untuk perbaikan (remidi)? Mengapa perlu ada alasan/penjelasan bahwa upaya
yang kita pilih merupakan upaya yang optimal?

Umpan balik dan tindak lanjut


Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru
cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban
Anda belum sesuai, atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini
sangat diperlukan karena pemahaman kita tentang identifikasi optimalisasi proses
pembelajaran sangat diperlukan dalam memperbaiki proses pembelajaran kita
selanjutnya.

8-20 Unit 8
Subunit 3
Pembelajaran Remidi

Pengantar

S eringkali pembelajaran yang telah kita lakukan tidak berjalan sesuai harapan
kita. Apa yang telah kita rencanakan tidak dapat kita laksanakan sepenuhnya.
Banyak diantara yang kita persiapkan tidak kita gunakan. Demikian pula, waktu yang
tersedia tidak mencukupi untuk melaksanakan pembelajaran. Tujuan-tujuan
pembelajaran (indikator) yang telah kita tuangkan dalam rencana tidak dapat
diwujudkan oleh sebagian besar siswa kita. Dalam keadaan demikian tidak mungkin
kita memaksakan untuk melanjutkan ke materi pembelajaran berikutnya. Kita tidak
dapat mengabaikan kegagalan ini, karena bisa jadi kompetensi yang kita tuju adalah
kompetensi prasyarat untuk memasuki materi berikutnya. Apabila sebagian besar
siswa kita belum mencapai kompetensi yang diharapkan seharusnya kita segera
mengetahui dan mencari cara agar siswa-siswa tersebut dapat mencapai kompetensi
yang diharapakan. Perlu diupayakan agar siswa memperoleh perlakuan tertentu agar
memiliki kompetensi yang diharapkan. Sulit bagi siswa untuk dapat memahami
materi berikutnya tanpa memiliki kompetensi prasyarat tersebut. Bagaimana cara
mengetahui siapa saja siswa kita yang membutuhkan bantuan (remidi) dan
bagaimana melakukan perbaikan (remidi) terhadap siswa yang belum mencapai
kompetensi yang diharapkan adalah penting untuk kita pahami bersama.

1. Pembelajaran Remidi
Pembelajaran remidi dilakukan setelah kita mengetahui siapa saja siswa yang
gagal mencapai kompetensi, dimana letak dan sifat kesulitan yang mereka alami.
Apakah kesulitan tersebut bersumber pada aspek fisik atau psikis, dari lingkungan,
perangkat atau pengelolaan pembelajaran. Identifikasi semacam ini penting untuk
mencari solusi pemecahannya.

Asesmen Pembelajaran di SD 8-21


Sebagai guru, kita dituntut untuk dapat mengetahui letak-letak dan sifat-
sifat kesulitan itu, mampu menemukan solusi, dan kemudian menjadi bagian dari
solusi itu sendiri. Artinya, kita juga harus mampu melakukan perbaikan yang
diperlukan.
2. Pembelajaran Remidi
Pembelajaran remidi bertujuan membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar melalui perlakuan pengajaran. Pembelajaran remidi sebenarnya merupakan
kelanjutan dari pembelajaran biasa di kelas. Hanya saja siwa-siswa yang masuk
dalam kelompok ini adalah siswa-siswa yang memerlukan pelajaran tambahan.
Siswa-siswa yang dimaksud adalah siswa yang belum tuntas belajar.
Biasanya, setiap sekolah telah menetapkan batas minimal ketuntasan belajar
untuk masing-masing mata pelajaran yang mungkin berbeda dengan sekolah lain.
Hal ini bergantung kepada tingkat kesulitan mata pelajaran dan tingkat kemampuan
siswa-siswa di sekolah itu. Pada periode tertentu, skor minimal ini harus ditinjau
kembali berdasarkan tingkat kemampuan rata-rata siswa di sekolah itu dan standar
dari pemerintah. Skor minimal ketuntasan belajar untuk suatu mata pelajaran telah
kita tetapkan terlebih dahulu sebelum pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain,
setiap siswa yang mendapatkan skor sama atau di atas skor minimal itu, maka siswa
tersebut kita katakan tuntas dalam belajarnya. Ia tuntas pada kompetensi dasar
tertentu pada mata pelajaran tertentu. Siswa-siswa yang memperoleh skor di bawah
skor minimal kita sebut dengan siswa yang belum tuntas belajar. Siswa-siswa
terakhir inilah yang perlu kita berikan pembelajaran remidi.
Faktor penyebab ketidaktuntasan belajar variatif. Mungkin berasal dari dalam
diri siswa (fisik, psikis) atau dari luar diri siswa (lingkungan alam, lingkungan
belajar, bahan pelajaran, dan kegiatan pembelajaran). Kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa sehingga mengakibatkan ketidaktuntasan dalam belajar pada umumnya
beragam. Kesulitan-kesulitan dimaksud biasanya disebabkan oleh antara lain: (1)
kemampuan mengingat kurang, (2) kurang dalam memotivasi diri, (3) lemah dalam
memecahkan masalah, (4) kurang percaya diri, (5) sulit berkonstrasi pada belajarnya.
Pembelajaran remidi dimulai dari identifikasi kebutuhan siswa yang menjadi
sasaran remidi. Kebutuhan siswa ini dapat diketahui dari analisis kesulitan belajar
siswa dalam memahami konsep-konsep tertentu. Berdasarkan analisis kesulitan
belajar itu, kita memberikan remidi. Bantuan dapat diberikan kepada siswa berupa
perbaikan metode mengajar, perbaikan modul, perbaikan LKS, menyederhanakan
konsep, menjelaskan kembali konsep yang masih kabur, memperbaiki konsep yang
disalah tafsirkan oleh siswa.

8-22 Unit 8
3. Melaksanakan Pembelajaran Remidial
Pada dasarnya, pembelajaran remidi yang kita laksanakan hampir sama dengan
pembelajaran reguler. Letak perbedaan antara keduanya adalah pada subjek
pembelajaran dan konsep yang dipilih untuk disampaikan (dari analisis kebutuhan).
Tabel berikut mungkin akan memperjelas kita bagaimana perbedaan antara kedua
pembelajaran itu.

Tabel 3.1: Perbedaan Pembelajaran Remidi dengan Pembelajaran Reguler


No. Aspek-Aspek Pembelajaran Reguler Pembelajaran Remidi
Pembelajaran
1. Subjek Seluruh siswa Siswa yang belum tuntas
2. Materi Topik Bahasan Konsep terpilih
Pembelajaran
3. Dasar Pemilihan Rencana Pembelajaran Analisis Kebutuhan (Rencana
Materi Pembelajaran Remidi)

Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pembelajaran remidi adalah :


(1). melakukan analisis kebutuhan, (2) merancang pembelajaran, (3).
mengkonstruksi/ menyiapkan perangkat pembelajaran, (4) melaksanakan
pembelajaran, (5) melakukan penilaian. Penjelasan dari masing-masing langkah
tersebut dapat kita sajikan sebagai berikut.

Asesmen Pembelajaran di SD 8-23


Tabel 3.2: Langkah-langkah Dalam Melaksanakan Pembelajaran Remidi
No. Langkah Kegiatan Yang dilakukan
1. Analisis Kebutuhan Identifikasi kesulitan dan kebutuhan siswa
2. Merancang Pembelajaran a. Merancang rencana pembelajaran
b. Merancang berbagai kegiatan
c. Merancang belajar bermakna
d. Memilih pendekatan, metode dan teknik
e. Merancang bahan pembelajaran
3. Menyusun Rencana Pem- Memperbaiki rencana pembelajaran yang telah ada,
belajaran beberapa komponen perlu disesu-aikan dengan hasil
analisis kebutuhan siswa
4. Menyiapkan Perangkat Beberapa bagian dari perangkat perlu diperbaiki,
misalkan beberapa soal LKS.
5. Melaksanakan Pembelajaran Rumuskan gagasan utama, berikan arahan yang jelas,
tingkatkan motivasi belajar siswa, Fokuskan pada
proses belajar, mendorong partisipasi aktif.
6. Melakukan penilaian. Melakukan penilaian tes atau non tes, menilai apakah
siswa mencapai ketuntasan belajar

Dalam melaksanakan pembelajaran remidi, ada beberapa model yang


dapat digunakan bergantung pada kondisi sekolah. Model-model pembelajaran
remidi yang dimaksud adalah : (a) Pembelajaran di luar jam pelajaran sekolah,
(b) pengambilan siswa tertentu, dan (c) penggunaan team pengajar.
Model pembelajaran remidi yang pertama dapat dilaksanakan sebelum
atau sesudah jam pelajaran sekolah dan digunakan untuk membantu kesulitan
belajar terhadap beberapa subjek materi pembelajaran. Model kedua
dilaksanakan dengan jalan mengambil beberapa siswa yang membutuhkan remidi
dari kelas biasa (reguler) ke kelas remidial. Model ini biasanya hanya untuk
topik-topik yang dianggap esensial sebagai fondasi pengetahuan lanjutan.
Sedangkan model terakhir dilaksanakan dengan melibatkan beberapa guru
(team). Team bekerjasama dalam menyiapkan bahan-bahan pelajaran,
melaksanakan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar yang mengacu pada
peningkatan efektifitas belajar.
Dari ketiga model pembelajaran remidi tersebut, model pertama dan
kedua adalah model yang paling sering diterapkan. Model pertama tidak

8-24 Unit 8
dipisahkan dari jam pembelajaran reguler. Pada model ini, pembelajaran remidi
dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah jam pelajaran reguler. Model kedua
dilaksanakan terpisah dari jam pembelajaran reguler. Pada model ini,
pembelajaran remidi dilaksanakan di luar jam efektif, yaitu dengan membuat
jadwal tersendiri.
Contoh hasil evaluasi pada siswa yang mengalami kesulitan belajarnya
adalah sebagai berikut.

Tabel : Siswa-siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar


Nama Fokus Kesulitan Skor
Hasil Evaluasi 1 Hasil Evaluasi 2
1. Anisa
2. Budiono
3. Chotimah
4. Darwati
5. Erina
6. Farid
7. Gatot
8. Hasna
9. Irina
10. Jazuli
11. Kirana

Berdasarkan hasil evaluasi di atas, kita melakukan pembelajaran remidi


model kedua (pemisahan) terhadap 11 siswa yang belum mencapai standar
kompetensi sebagaimana tersebut di atas. Sebelum melaksanakan pembelajaran
remidi, kegiatan yang harus kita persiapkan terlebih dahulu adalah menyusun
Rencana Pembelajaran Remidi. Contoh garis besar rencana pembelajaran remidi
untuk kesebelas siswa tersebut adalah sebagai berikut.

Rencana Pembelajaran Remidi

Jenjang Pendidikan : Sekolah Dasar


Bidang Studi : Matematika
Kelas/Semester : IV/I
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 pertemuan)

Asesmen Pembelajaran di SD 8-25


A. Standar Kompetensi (tetap)
B. Kompetensi Dasar (tetap)
C. Indikator :
1. Menuliskan proses penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan
bulat positif
2. Memecahkan masalah yang melibatkan penjumlahan bilangan bulat positif
atau negatif
D. Materi Pembelajaran :
1. Penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif
2. Penjumlahan bilangan bulat negatif dan negatif
E. Pengetahuan prasyarat (tetap)
F. Media Pembelajaran : Media yang lain tetap, tetapi ada beberapa perbaikan
kalimat dan menghilangkan beberapa soal pada LKS 1 dan penyederhanaan
pada LKS 2.
G. Strategi Pembelajaran : (tetap)
H. Metode : (tetap)
I. Ringkasan Materi, Soal Latihan, dan Kuis
Materi yang disampaikan menekankan pada konsep-konsep yang belum
dikuasai secara baik oleh siswa. (tidak mengulang pembelajaran reguler
sebelumnya).
J. Kegiatan Pembelajaran
Sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan sebelumnya (reguler), hanya
ada perubahan pada lembar tugas yang dibahas. Mulai dari kesulitan yang
dialami siswa (standar kompetensi yang belum dikuasai, gaya belajar siswa,
tingkat kemampuan intelektualnya, dan pengetahuan prasyaratnya).
Menyelesaikan LKS 1 (yang baru) dan LKS 2 (yang baru). Materi
pembelajaran yang disiapkan hendaknya disesuaikan dengan kesulitan siswa
dan gaya belajarnya.

8-26 Unit 8
K. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa. Bila
standar kompetensi tercapai, pembelajaran dapat dilanjutkan ke topik
berikutnya. Bila standar kompetensi belum tercapai, perlu diadakan adaptasi
dan/atau perubahan pendekatan dalam pembelajaran.
Soal Latihan (tetap)
Kuis (tetap)

Latihan
Dengan memahami pengertian pembelajaran remidi, tujuan dan cara
melakukan pembelajaran remidi, cobalah memberikan contoh bagaimana
Anda melaksanakan pembelajaran remidi untuk mata pelajaran yang Anda
ampu. Mulailah dengan memberikan identifikasi kebutuhan siswa (identifikasi
kesulitan siswa).
Rangkuman

Pembelajaran remidi bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami


kesulitan belajar melalui perlakuan pengajaran. Kesulitan-kesulitan yang dialami
siswa sehingga mengakibatkan ketidaktuntasan dalam belajar pada umumnya
beragam. Kesulitan-kesulitan dimaksud biasanya disebabkan antara lain karena:
(1) kemampuan mengingat kurang, (2) kurang dalam memotivasi diri, (3) lemah
dalam memecahkan masalah, (4) kurang percaya diri, (5) sulit berkonsentrasi pada
belajarnya.
Pembelajaran reguler berbeda dengan pembelajaran remidi. Letak perbedaan
diantara keduanya adalah pada siswa yang mengikuti pembelajaran dan konsep
yang dipilih untuk disampaikan. Pada pembelajaran reguler, semua siswa
mengikuti pembelajaran tersebut. Materi yang diajarkan adalah materi/topik
bahasan yang tertera pada rencana pembelajaran. Sedangkan pada pembelajaran
remidi, siswa yang mengikutinya adalah siswa yang mengalami kesulitan belajar
(belum tuntas belajar). Materi yang disampaikan adalah materi terpilih sesuai
hasil analisis kebutuhan siswa.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pembelajaran remidi
adalah:
1) melakukan analisis kebutuhan, 2) merancang pembelajaran, 3) mengkonstruksi/
menyiapkan perangkat pembelajaran, 4) melaksanakan pembelajaran, 5)

Asesmen Pembelajaran di SD 8-27


melakukan penilaian. Sedangkan beberapa model pembelajaran remidi yang
dapat dilakukan adalah: a) Pembelajaran di luar jam pelajaran sekolah, b)
pengambilan siswa tertentu, dan c) penggunaan team pengajar.

Tes Formatif 3
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam
subunit 3. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Jelaskan kapan dan mengapa pembelajaran remidi dilakukan!
2. Apa saja penyebab sehingga para siswa mengalami kesulitan, sehingga
3. mengakibatkan mereka tidak tuntas belajar?
4. Jelaskan perbedaan pembelajaran remidi dengan pembelajaran reguler!
5. Mengapa pembelajaran remidi harus dimulai dari analisis kebutuhan siswa?

Umpan balik dan tindak lanjut


Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru cocokkan
dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban Anda belum
sesuai, atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini sangat
diperlukan karena pemahaman kita tentang pembelajaran remidi membantu kita
dalam memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas kita.

8-28 Unit 8
Kunci Jawaban
Tes Formatif 1
1. Komponen-komponen rencana pembelajaran :
a. Identitas mata pelajaran,
b. Standar kompetensi dan kompetensi dasar,
c. Indikator hasil belajar,
d. Materi pembelajaran,
e. Strategi pembelajaran,
f. Media pembelajaran,
g. Penilaian dan tindak lanjut,
h. Kegiatan Pembelajaran yang direncanakan, dan
i. Sumber bacaan
2. Kesalahan dan kelemahan yang sering terjadi dalam menyusun rencana
pembelajaran :
a. Indikator hasil belajar kurang operasional,
b. Indikator hasil belajar tidak/kurang sesuai dengan kompetensi dasar,
c. Komponen yang satu tak sesuai dengan komponen yang lain,
d. Media yang tertulis tak tersedia atau disediakan,
e. Ketepatan dalam menentukan kemampuan prasyarat,
f. Ketepatan dalam memilih buku siswa, dan
g. Keterbacaan lembar kerja siswa (LKS).
3. Keterkaitan antara rencana pembelajaran, proses pembelajaran, dan hasil
belajar.
Rencana pembelajaran dibuat agar siswa mencapai keberhasilan belajar.
Rencana pembelajaran disusun untuk dipedomani oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran.

Tes Formatif 2
1. Langkah-langkah dalam mengidentifikasi optimalisasi proses pembelajaran
adalah :
a. Identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan,
b. Mengajukan beberapa alternatif pemecahan yang mungkin,
c. Menetapkan pilihan disertai pemberian pertimbangan.

Asesmen Pembelajaran di SD 8-29


2. Tindak lanjut hasil evaluasi diri adalah rangkaian kegiatan untuk
melaksanakan perbaikan pembelajaran (remidi) atau memantapkan
pembelajaran.(pemantapan) berdasarkan hasil evaluasi diri yang telah kita
lakukan.
Kegiatan dalam tindak lanjut dimulai dari merancang dan mengajukan
berbagai alternatif pemecahan berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan
dan pendukung keberhasilan dalam pembelajaran. Selanjutnya adalah
melakukan upaya perbaikan (remidi) atas kegagalan yang telah kita lakukan
atau memantapkan keberhasilan yang telah kita capai.
3. Alternatif pemecahan adalah beberapa pilihan kegiatan yang dapat
memperbaiki kelemahan yang ada.
Alternatif terpilih adalah kegiatan yang mungkin dan optimal.
4. Yang dimaksud upaya optimal dalam pembelajaran remidi adalah upaya yang
paling mungkin untuk dilaksanakan, ditinjau dari kesiapan siswa, kesiapan
kita sebagai guru untuk melaksanakan alternatif itu, kemungkinan dalam
menyiapkan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran.

Tes Formatif 3

1). Pembelajaran remidi dilakukan manakala sebagian siswa mengalami kesulitan


dalam menguasai materi pembelajaran yang tercermin dari hasil evaluasi
belajarnya yang tidak tuntas. Pembelajaran remidi dilakukan untuk mengatasi
kesulitan belajar yang dialami para siswa. Ketuntasan belajar perlu dicapai
agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam menguasai konsep berikutnya
yang terkait secara hirarkhis dengan konsep yang diremidikan.
2). Kesulitan-kesulitan yang biasa dialami siswa disebabkan oleh:
a. kemampuan mengingat kurang,
b. kurang dalam memotivasi diri,
c. lemah dalam memecahkan masalah,
d. kurang percaya diri, dan
e. sulit berkonstrasi pada belajarnya.
3). Pembelajaran remidi diberikan hanya pada konsep-konsep terpilih (peserta
remidi belum menguasai konsep itu), dilaksanakan berdasarkan analisis
kebutuhan dan subjeknya adalah siswa yang belum tuntas dalam belajarnya.
Sedangkan pada pembelajaran reguler (biasa), konsep yang disampaikan
adalah seluruh konsep yang ada dalam materi pembelajaran sesuai RP,

8-30 Unit 8
dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang ada dan sasaran
(subjek) pembelajarannya dalah seluruh siswa.
4). Analisis kebutuhan perlu dilakukan untuk menjamin pembelajaran remidi
dapat dilaksanakan secara optimal.

Asesmen Pembelajaran di SD 8-31


Daftar Pustaka
Anas Sudiyono. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Balitbang Depdiknas. (2006). Model Penilaian Kelas, Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan SD / MI. Jakarta: Puskur, Depdiknas.

Balitbang Depdiknas. (2004). Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur, Depdiknas.

David W. Johnson. (2002). Meaningful Assessment A Manageable and Cooperative


Process. USA: Allyn and Bacon

Headington, Rita. (2000). Monitoring, Assessment, Recording, Reporting and


Accountability Meeting the Standards. London: David Pulton.

Mariana, Made Alit. (2003). Pembelajaran Remidial. BA-PGB-09. Depdiknas.

Winarno, dan R. Eko Djuniarto. (2003). Perencanaan Pembelajaran. BA-PGB.


Depdiknas.

Kasbolah, Kasihani E.S. dan Sukaryana, I Wayan. (2001). Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru. Malang : Universitas Negeri Malang.

8-32 Unit 8
Glosarium
Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan
dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
Kolaboratif adalah kerjasama dengan orang lain dalam mengerjakan sesuatu.
Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten
sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki
oleh peserta didik.
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun
indikator kompetensi.
Metode : operasionalisasi strategi agar efektif.
Remidi : memperbaiki kelemahan.
Strategi : cara untuk mencapai tujuan.
Sintaks (syntax) : tahap-tahap pembelajaran

Asesmen Pembelajaran di SD 8-33


Unit 9
PELAPORAN HASIL ASESMEN
Estu Widodo

Pendahuluan

K etika Anda sebagai guru melakukan evaluasi terhadap anak didik, tentunya
ada informasi yang dihasilkan dan ditunggu-tunggu oleh banyak pihak yang
berkepentingan. Melaporkan hasil belajar merupakan salah satu bentuk tanggung
jawab Anda sebagai guru kepada para pemangku kepentingan atau stakeholders
untuk memberikan informasi tentang sejauhmana proses belajar berhasil mencapai
tujuan yang diidam-idamkan. Oleh karena itulah, begitu informasi mengenai seorang
siswa sudah terkumpul hingga akhirnya dianalisis dan diinterpretasi, maka implikasi
dari informasi tersebut harus dikomunikasikan. Agar informasi yang disajikan dapat
dipahami oleh berbagai pihak dengan baik, ada beberapa hal yang harus diikuti
dengan baik khususnya terkait dengan format dan pengguna laporan.
Topik-topik di atas akan disajikan dalam 2 Subunit, yaitu: Subunit 1: Jenis
dan Model Laporan Hasil Asesmen, dan Subunit 2: Mengkomunikasikan Laporan
Hasil Asesmen.
Pembahasan topik-topik di atas untuk mencapai indikator agar Anda dapat:
1. menjelaskan jenis dan model laporan asesmen proses dan hasil belajar;
2. menjelaskan pihak-pihak yang menjadi pengguna laporan asesmen;
3. menjelaskan beberapa metode untuk mengkomunikasikan laporan hasil asesmen
proses dan hasil belajar.
Latihan akan disiapkan baik di tengah uraian ataupun di akhir subunit yang
dapat Anda kerjakan. Untuk mengetahui dan mengecek hasil pekerjaan Anda,
disediakan rambu-rambu jawaban atau dijabarkan dalam uraian materi. Akan tetapi,
diusahakan jangan melihat rambu-rambu jawaban sebelum menyelesaikan soal-soal
latihan yang disediakan. Untuk mengetahui keberhasilan belajar Anda, dilaksanakan
tes formatif pada akhir subunit dan untuk mengecek hasil jawaban Anda, disediakan

Asesmen Pembelajaran di SD 9-1


kunci jawaban tes formatif di akhir unit ini. Akan tetapi, diupayakan jangan melihat
kunci jawaban sebelum Anda menyelesaikan semua soal yang disediakan.
Pada unit ini juga disediakan bahan ajar non cetak melalui web yang bisa
Anda akses, sedangkan video tidak diperlukan dalam unit ini. Semoga Anda berhasil
menyelesaikan Unit 9 ini dengan baik.

9-2 Unit 9
Subunit 1
Jenis dan Model Laporan Hasil Asesmen

Pengantar

S audara, tentunya ada sudah sering mendengar istilah manajemen berbasis


sekolah. Bahkan sebagian besar dari Anda telah memahami konsep manajemen
berbasis sekolah dengan baik. Sekedar mengingatkan, unsur penting dalam
manajemen berbasis sekolah adalah partisipasi masyarakat, transparansi dan
akuntabilitas publik.
Kesadaran yang semakin besar dari berbagai pihak termasuk mereka yang
berada di dunia pendidikan untuk menerapkan dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip
akuntabilitas turut mempengaruhi kebutuhan untuk melaporkan hasil belajar di
sekolah. Memang, akuntabilitas memungkinkan pihak-pihak lain mengevaluasi apa
yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dengan cara menganalisis berbagai hasil
asesmen, karena asesmen sendiri merupakan upaya untuk melihat belajar siswa
secara lebih dekat (Headington, 2000).
Penerapan manajemen berbasis sekolah yang memberikan peran penting
terhadap masyarakat terkait dengan dukungan dana dan aspek akademik, juga
menjadikan laporan kemajuan hasil belajar sebagai salah satu bentuk
pertanggungjawaban lembaga sekolah terhadap orangtua peserta didik, komite
sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya.
Pelaporan (reporting) hasil asesmen sendiri juga merupakan salah satu bagian
penting dari proses asesmen terkait dengan upaya proses menginformasikan kepada
pihak lain yang berkepentingan mengenai pembelajaran yang telah terjadi atau
dilakukan. Pelaporan itu bisa formatif, yakni ketika pelaporan memberikan informasi
mengenai pembelajaran yang dapat dikembangkan melalui proses belajar mengajar
yang akan dilakukan, atau bisa juga sumatif, ketika pelaporan memberikan informasi
mengenai belajar siswa pada saat tertentu. Oleh karena itulah pelaporan hasil belajar
siswa bisa dilakukan setiap akhir semester, tiap tengah semester, bulanan, mingguan
atau harian. Sementara itu pelaporan bisa dilakukan oleh guru bidang studi, guru wali
kelas, dan kepala sekolah.
Proses pelaporan sendiri bisa dilakukan secara lisan (oral) maupun tertulis
(written), dalam bentuk kata-kata maupun angka. Lalu kapan pelaporan hasil belajar
bisa dilakukan? Pelaporan bisa dilakukan pada berbagai kesempatan sesuai dengan

Asesmen Pembelajaran di SD 9-3


kesepakatan Anda dengan pihak-pihak yang akan menerima atau kreativitas Anda
sendiri untuk merancang kegiatan yang didalamnya ada kegiatan pelaporan hasil
belajar siswa. Oleh karena itulah kegiatan pelaporan itu bisa saja dilakukan dalam
acara-acara biasa maupun pada saat kenaikan kelas, pameran, atau kegiatan lainnya.

Uraian
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004), pelaporan hasil belajar
peserta didik memiliki sejumlah asas, yaitu:
ƒ memperkuat motivasi belajar siswa
ƒ memperkuat daya ingat dan meningkatkan kemampuan transfer hasil
belajarnya
ƒ memperbesar pemahaman siswa terhadap dirinya
ƒ memberikan umpan balik terhadap keefektifan pembelajaran.

1. Kriteria Pelaporan
Laporan hasil belajar disusun untuk memberikan informasi yang bermanfaat
mengenai kemampuan peserta didik kepada pihak-pihak tertentu yang
berkepentingan agar mereka turut meningkatkan kemampuan peserta didik. Oleh
karena itulah Departemen Pendidikan Nasional (2004) menentukan sejumlah kriteria
penyusunan laporan hasil belajar yang harus diikuti agar tujuan dari pelaporan itu
sendiri bisa tercapai dengan baik, yaitu:
a. menggunakan format dan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami.
Pelaporan hasil belajar haruslah mudah dibaca, dipahami, dan mudah
diterapkan sesuai dengan maksud dan tujuan laporan. Pelaporan juga harus
benar-benar komunikatif, artinya sajian laporan yang berupa naratif, tabel,
dan grafik benar-benar bisa dipahami dengan mudah oleh si penerima atau
pengguna laporan (siswa, orang tua, dan masyarakat luas) dan siapapun yang
berkepentingan dengan laporan;

Oleh karena itulah bentuk dan format laporan yang akan disampaikan harus
disesuaikan dengan pihak-pihak yang akan menerima laporan (dan juga
waktu pelaporan.
b. berkaitan erat dengan hasil belajar yang ingin dicapai siswa;
c. memuat hasil pengolahan data yang konsisten (ajeg);
d. menitikberatkan pada hasil yang dicapai siswa;

9-4 Unit 9
e. berisi informasi tingkat pencapaian hasil belajar dalam kaitannya dengan
standar kemampuan yang ditetapkan;
f. memberikan informasi kemampuan akademik (penguasaan standar
kemampuan mata pelajaran), sosial, emosional dan fisik yang dicapai siswa;
g. konsisten dengan pelaksanaan penilaian;
h. dapat memberikan informasi untuk melakukan diagnostik hasil belajar;
i. memberikan informasi yang dapat membantu orang tua untuk lebih
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa;
j. dapat memberikan informasi kemampuan siswa secara individu maupun kelas
dalam mencapai kompetensi dasar;
k. menarik dan memuat aspek-aspek yang berguna bagi peningkatan
kemampuan siswa.

Setelah mempelajari beberapa kriteria laporan penilaian hasil belajar siswa,


tentunya Anda semakin menyadari pentingnya memiliki kemampuan menyusun
laporan hasil belajar yang baik. Agar pemahaman Anda semakin baik tentang hal
tersebut, cobalah untuk menjawab pertanyaan berikut.

Latihan 1

Mengapa bahasa yang digunakan di dalam laporan hasil belajar siswa


harus komunikatif dan mudah dipahami?

2. Beberapa Jenis dan Model Laporan Asesmen Proses dan Hasil Belajar
Sebelum membahas beberapa jenis dan model laporan asesmen pembelajaran
siswa, tentunya Anda sudah tidak asing lagi pada berbagai jenis dan model laporan
yang ada di lapangan. Untuk itulah, alangkah baiknya jika Anda mencoba menjawab
beberapa pertanyaan berikut.

Latihan 2

1.Menurut pengamatan dan pengalaman Anda, seperti apakah bentuk


laporan penilaian hasil belajar?
2.Ada berapa macam laporan hasil belajar yang Anda ketahui?
3.Apakah laporan proses dan hasil belajar selalu ditulis dalam bentuk
angka?

Asesmen Pembelajaran di SD 9-5


Anda dapat menulis jawaban Anda di buku belajar Anda. Selanjutnya Silakan
mengikuti bahasan berikut. Jangan lupa cocokkan jawaban Anda dengan bahasan.
Mungkin ada beberapa kesamaan antara jawaban Anda dengan bahasan berikut.
Yang jelas, ada sejumlah bentuk laporan yang bisa Anda pilih ketika harus
melaporkan hasil asesmen dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Karena pelaporan hasil belajar merupakan tahap akhir dari hasil
pengolahan data, maka bentuk pelaporannya pun bisa bermacam-macam.

a. Menggunakan Angka
Yaitu ketika kita menggunakan angka 1 s.d. 10 atau 1 s.d. 100. Angka memang
banyak digunakan didalam melaporkan hasil asesmen belajar peserta didik karena
sejumlah pertimbangan. Setidaknya ada lima kelebihan sehingga nilai angka banyak
digunakan. Pertama, penggunaan angka cukup mudah dilakukan oleh siapa saja.
Kedua, banyak pihak yang meyakini bahwa menginterpretasikan angka cukup
mudah. Ketiga, angka dapat meringkas dan merepresentasikan kinerja secara
keseluruhan. Keempat, nilai yang ditulis dengan angka lebih bersifat kontinyu
dibandingkan dengan nilai yang dituliskan dengan menggunakan huruf. Kelima, nilai
angka bisa dipergunakan bersama dengan nilai huruf.

b. Menggunakan kategori
Dalam hal ini hasil belajar peserta didik dinyatakan dalam bentuk kategori
seperti: baik, cukup, kurang atau sudah memahami, cukup memahami, dan kurang
memahami. Ada beberapa kelebihan sehingga beberapa pihak terkadang
menggunakan kategori. Salah satu pertimbangannya adalah dampak dari kategori
tidak terlalu buruk bagi siswa yang duduk di tahun-tahun awal jika dibandingkan
dengan nilai angka, terutama jika hasil belajar mereka kurang sesuai dengan harapan.
Namun demikian, cara ini juga mengandung kelemahan. Salah satu kelemahan yang
cukup menonjol adalah bahwa kategori tidak mengkomunikasikan cukup informasi
mengenai kinerja siswa bagi pihak lain untuk menilai kemajuan yang telah dicapai.

c. Menggunakan Narasi
Laporan naratif memuat secara rinci apa yang telah dipelajari oleh seorang
siswa termasuk usaha yang telah dilakukan siswa dalam proses pembelajaran di
kelas. Diharapkan laporan naratif ini bisa mengatasi atau menutupi kekurangan yang
ada pada nilai dalam bentuk huruf, mengingat nilai dalam bentuk huruf cenderung

9-6 Unit 9
menyederhanakan informasi yang sangat banyak menjadi sebuah simbol. Di
samping itu, laporan naratif juga memungkinkan guru memasukkan berbagai
informasi yang bersifat unik mengenai proses yang dilakukan seorang siswa atau
sesuatu yang unik yang dilakukan oleh seorang guru. Kedua hal yang disebutkan
terakhir itu rasanya tidak akan muncul pada bentuk laporan yang standardized
(Power & Chandler, 1998).
Kelebihan laporan naratif yang lain adalah terkait dengan konsep pemberian
deskripsi yang komprehensif mengenai belajar dan perkembangan peserta didik.
Dalam laporan naratif aspek ini mendapat tempat yang cukup istimewa. Oleh karena
itu jika laporan naratif ini digarap dengan sangat baik, berbagai deskripsi yang
tertulis disana akan sangat berarti bagi para orang tua dan peserta didik sendiri
dibandingkan dengan ringkasan singkat seperti nilai.
Namun demikian, laporan naratif juga memiliki sejumlah keterbatasan,
terutama jika laporan tidak ditulis dengan baik dan mengabaikan aspek-aspek yang
sensitif. Harus diakui memang tidak mudah bagi guru untuk menulis sebuah laporan
naratif mengenai seorang siswa. Hal-hal yang sensitif itu biasanya terjadi manakala
seorang guru harus menggambarkan kemampuan atau sikap siswa yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Penulis laporan harus pandai-pandai memilih kata atau
istilah yang tepat untuk menggambarkan kelemahan siswa sehingga apa yang
disampaikan justru menjadi pendorong bagi siswa untuk berprestasi, bukan
sebaliknya. Harus selalu diingat oleh semua pihak bahwa tujuan asesmen pada
hakekatnya adalah melakukan perbaikan terkait dengan belajar siswa.

Contoh laporan naratif:


Penilaian hasil karya tulis siswa (tugas kliping pelajaran Sains)
Gambar-gambar yang Anda kumpulkan sangat menarik karena selain berwarna
warni juga bisa memperjelas fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Akan tetapi
penjelasan dari beberapa gambar kurang bisa dipahami. Pada gambar 5, misalnya,
seharusnya dijelaskan bahwa gambar tersebut menggambarkan fenomena alam
tsunami dan dampak yang ditimbulkannya. Akan tetapi, secara umum saya sangat
senang membaca kliping Anda. Selamat, dan teruslah berlatih.

Asesmen Pembelajaran di SD 9-7


Laporan Naratif yang Dimodifikasi
Sebagaimana dijelaskan pada beberapa bagian pada buku ini, laporan naratif yang
dibuat rinci dan bermakna memakan sangat banyak waktu bagi guru untuk
mempersiapkannya. Berangkat dari kenyataan tersebut, Anda bisa memodifikasi
proses pelaporan, salah satunya adalah dengan cara mengkombinasikan prosedur
checklist atau rating scale dengan komentar tertulis yang singkat mengenai masing-
masing peserta didik.

d. Menggunakan Kombinasi seperti Angka, Kategori, dan Uraian atau Narasi


Mengkombinasikan angka, kategori, dan uraian atau narasi cukup bagus karena
bersifat saling melengkapi dan membuat laporan lebih jelas dan komprehensif.
Kelemahan yang dimiliki angka, bisa ditutupi dengan kelebihan yang ada pada
kategori dan uraian. Kelemahan yang ada pada narasi pun bisa diatasi dengan adanya
angka dan kategori.

e. Menggunakan Grafik
Anda juga dapat menggunakan histogram untuk menampilkan skor nilai ujian
harian. Anda bisa melakukan hal ini pada akhir semester. Angka-angka yang berada
pada garis vertikal (lihat gambar), yaitu Frequency of scores (1, 2, 3, 4, dst.),
memperlihatkan skor tertinggi yang pernah dicapai siswa. Sementara angka-angka
yang berada pada garis horisontal menunjukkan ujian harian siswa. Dengan
demikian, histogram tersebut bisa memperlihatkan pokok bahasan yang telah
dikuasai siswa, dan pokok bahasan yang kurang dikuasai siswa.
Di samping menggunakan angka, kategori, grafik, narasi, dll. sebagaimana
tersebut di atas ada beberapa alternatif (lihat tabel 10.1) yang bisa Anda pilih yang
menurut Anda lebih efektif dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi di
lembaga tempat Anda bekerja.

Histogram
Selain histogram, ada
juga bentuk pelaporan lain
grafik radar juga bisa
digunakan untuk melaporkan
hasil belajar peserta didik
terutama terkait kelemahan dan
sekaligus kelebihan peserta

9-8 Unit 9
didik, tanpa melakukan penggabungan.

Contoh bentuk laporan hasil belajar yang menonjolkan masing-masing aspek


tanpa penggabungan nilai

Gambaran kondite Skor


1 2 3 4 5
1. Keadaan motivasi belajar siswa X
2. Bakat dan minat X
3. Posisi anak dalam sosiogram X
4. Budi pekerti (akhlak) X
5. Prestasi siswa X

Sumber: Depdiknas (2004).


Pada hakekatnya, seorang guru boleh saja berkreasi dalam menyajikan hasil
belajar peserta didik dalam sebuah laporan. Bentuk laporan di atas misalnya, bisa
merupakan kreativitas guru ketika dihadapkan pada situasi yang dilematis, yaitu
ketika seorang anak disatu sisi memiliki informasi yang baik dan menyenangkan
sementara di sisi lain dia juga mempunyai infomasi yang tidak menyenangkan atau
memuaskan bagi orang-orang yang menerima ataua membacanya. Terlebih lagi, pada
contoh di atas, tidak semua aspek saling berkaitan namun perlu untuk dilaporkan
sehingga tidak perlu digabungkan.

1. Laporan Hasil Belajar Siswa oleh Guru Mata Pelajaran


Sebelum melakukan pembahasan lebih jauh mengenai laporan hasil belajar
siswa, ada baiknya Anda mencoba beberapa pertanyaan sebagai berikut.

Latihan 3

1. Apa keuntungan yang diperoleh orang tua siswa ketika memperoleh


laporan hasil belajar yang diberikan oleh pihak sekolah?
2. Sebutkan beberapa fungsi laporan hasil belajar siswa bagi guru!

Sebagaimana telah Anda ketahui, orang tua sangat berkepentingan dengan


laporan hasil belajar agar bisa mensikapi dan mengambil tindakan lebih lanjut terkait
dengan apa yang terjadi dengan prestasi putra-putri mereka di sekolah. Oleh karena

Asesmen Pembelajaran di SD 9-9


itulah berbagai bentuk laporan yang ada harus menjamin orang tua peserta didik
untuk mengetahui dan memahami sejauh mana putra-putri mereka telah menguasai
kompetensi mata pelajaran di sekolah. Untuk itu para peserta didik pun harus bisa
membaca dan memahami laporan hasil belajar mereka. Laporan hasil belajar siswa
yang dibuat oleh guru mata pelajaran itu mempunyai sejumlah fungsi sebagai
berikut.
• mempertimbangkan tingkat kompetensi siswa dalam mata pelajaran.
• mempertimbangkan pelaksanaan diagnostik kesulitan belajar siswa.
• pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan.
• sebagai sumber untuk wali kelas dalam kepentingan kenaikan kelas.
• melihat tingkat kemampuan siswa dalam kelasnya.
• sumber informasi bagi orang tua tentang perkembangan dan tingkat
kemampuan anaknya (Depdiknas, 2006).

Lebih jauh, Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan sejumlah alternatif


format laporan hasil belajar siswa yang lazim dibuat oleh guru:

FORMAT 1
Format Laporan Prestasi Siswa dalam Mata Pelajaran

Nama Siswa : ……………………….


Kelas : ……………………….
Semester : ………………..………
Mata pelajaran : ………………….……
Sekolah : ……………….……....
Tahun Pelajaran : …………………….....

Nilai
Kompetensi A B
No Deskripsi*)
Dasar
≥ 75 < 75
1
2
3
4
5
Dst
............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran
............................
Catatan:
*) Indikator pencapaian kompetensi yang belum dicapai siswa
**) Diisi oleh guru berkaitan dengan hal yang perlu mendapat perhatian khusus siswa/orang tua.

9-10 Unit 9
Dari format tersebut, diharapkan guru dapat meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran, sementara orang tua disisi lain juga dapat melihat apa yang telah
dicapai putra-putrinya untuk turut membantu meningkatkan prestasi yang telah
diraih.

FORMAT 2
Rekap Prestasi Siswa Dalam Mata Pelajaran
Mata Pelajaran :
Semester/kelas :
Sekolah :
Nama Kompetensi dasar*)
No Ket.
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Keterangan *) jumlah kolom kompetensi dasar disesuaikan dengan kompetensi dasar setiap mata
pelajaran, artinya setiap mata pelajaran akan berbeda.
............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran
...........................................

Dengan menggunakan format 2 seperti di atas, guru atau siapapun bisa mengetahui
posisi kemampuan siswa dalam kelas dengan mudah:

FORMAT 3
Laporan Perkembangan Kemajuan Hasil Belajar dari Ulangan Harian
Mata pelajaran : ……………………….
Kelas :……………………….
Semester :………………………..
Sekolah :…………………..……

No. Nama siswa Nilai ulangan harian Rata-rata Deskripsi


Ke 1 Ke 2 Ke 3 Ke 4

Asesmen Pembelajaran di SD 9-11


............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran

...........................................

FORMAT 4
Laporan Perkembangan Kemajuan Hasil Belajar dari Portofolio

Mata pelajaran : ……………………….


Kelas :……………………….
Semester :………………………..
Sekolah :…………………..……

No. Nama siswa Nilai portofolio Rata- Deskripsi


Ke 1 Ke 2 Ke 3 Ke 4 rata

............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran

..............................

FORMAT 5
Laporan Perkembangan Kemajuan Hasil Belajar dari praktik/proyek

Mata pelajaran : ……………………….


Kelas :……………………….
Semester :………………………..
Sekolah :…………………..……

No. Nama siswa Nilai praktik proyek Rata- Deskripsi


Ke 1 Ke 2 Ke 3 Ke 4 rata

9-12 Unit 9
............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran

...........................................

Format 3, 4, dan 5 di atas menyajikan perkembangan kemajuan hasil belajar dalam


mata pelajaran, dengan memuat hasil dari setiap kegiatan ulangan harian,
mengerjakan tugas/portofolio, dan praktik/proyek yang sudah dilakukan siswa. Data
yang diperoleh berdasarkan hasil ulangan harian dan tugas portofolio dapat
dimasukkan dalam kemampuan aspek kognitif, sedangkan data yang diperoleh dari
praktik dan proyek dapat dimasukkan pada aspek psikomotor.

FORMAT 6
Rekap Perkembangan Kemajuan Hasil Belajar
Dalam Mata Pelajaran
Mata Pelajaran :
Semester/ Kelas :
Sekolah :
Aspek yang
dinilai
harian
Ulangan
\portofolio

\proyek

Rata-rata

No Nama Siswa Deskripsi


Tugas

Praktik

1
2
3
4
5
Dst

............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran
...........................................

FORMAT 7
Laporan Hasil Kegiatan Pengayaan
Mata pelajaran : ……………………….
Kelas :……………………….
Semester :……………………….
Sekolah :……………………….
Kompetensi Dasar : ........................................

No Nama Nilai Pengayaan Deskripsi

Asesmen Pembelajaran di SD 9-13


Siswa sebelum Setelah Setelah
Pengayaan 1 Pengayaan 2
1
2
3
Dst
............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran
..............................

FORMAT 8
Laporan Hasil Kegiatan Perbaikan
Mata pelajaran : ……………………….
Kelas : ……………………….
Semester : ……………………….
Sekolah : ……………………….
Kompetensi Dasar: .....................................

Nilai Perbaikan
Nama
No Sebelum Sesudah Sesudah Deskripsi
Siswa
Perbaikan Perbaikan 1 Perbaikan 2
1
2
3
4
5
Dst

............................, tahun............
Guru Mata Pelajaran

..................................

Laporan dengan format 7 dan format 8 di atas menyajikan informasi mengenai


peningkatan kemampuan siswa setelah dilakukan kegiatan pengayaan atau perbaikan.
Setelah mengikuti kegiatan pengayaan maupun remedial, kemampuan siswa
diharapkan meningkat. Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada siswa agar
lebih giat dan optimal dalam belajar sehingga siswa akan memperoleh hasil belajar
yang tuntas sesuai dengan potensinya masing-masing. Oleh karena itulah para siswa
yang mengikuti kegiatan pengayaan atau perbaikan perlu melihat dan memahami
laporan ini agar mereka bisa melihat tingkat perkembangan hasil perbaikan atau
pengayaan.

9-14 Unit 9
FORMAT 9
Format Laporan Aktivitas dan Potensi Siswa
(Dalam Kegiatan Pembinaan)
Kelas : ……..…………………………..
Mata Pelajaran :……..…………………………..
Semester :…………………………………
Sekolah :…………………………………

Nilai Aktivitas
No. Nama siswa Sosial Emosional Fisik Deskripsi
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1.
2.
3
4
5
Dst
Keterangan : 4 : sangat baik, 3 : Baik, 2 : Cukup, 1 Kurang.

....................2007
Guru Mata Pelajaran

...............................

Format 9 di atas digunakan ketika Anda sebagai guru hendak membuat


laporan hasil belajar siswa yang memuat informasi terkait dengan kepribadian
secara umum dalam aspek sosial, emosional dan aktivitas fisik yang dibuat oleh
guru mata pelajaran dalam kegiatan pembiasaan. Yang termasuk di dalam aspek
sosial misalnya kemampuan kerjasama, berinteraksi dengan orang lain, gotong
royong dan lain-lain. Yang ternasuk di dalam aspek emosional misalnya tenang
menghadapi masalah, tekun, disiplin, dan lain-lain. Sementara aspek aktivitas
fisik contohnya adalah tampil gesit, cekatan, terampil, dan lain-lain.
Dalam format tersebut guru cukup membubuhkan tanda silang dalam
kolom nilai yang sudah disediakan. Cara pengisiannya hanya memberikan tanda
centang (V) pada masing-masing aktivitas (emosional, fisik dan sosial) dalam
kolom yang telah disediakan.

4. Laporan Hasil Belajar Siswa oleh Wali Kelas


Tidak seperti laporan yang dibuat oleh guru mata pelajaran, laporan hasil
belajar siswa yang dibuat oleh wali kelas lebih menekankan pada ketercapaian

Asesmen Pembelajaran di SD 9-15


siswa dalam kemampuan yang ditetapkan dari seluruh mata pelajaran yang telah
ditempuh siswa. Oleh karena itu laporan tersebut merupakan hasil belajar yang
bersifat akademik (raport) serta hasil belajar non akademik yang berbentuk
kualitatif.
Karena laporan jenis ini merupakan laporan hasil belajar komulatif, maka
dalam membuatnya wali kelas menggunakan laporan setiap guru mata pelajaran
sebagai sumbernya (Lihat Format 10).

FORMAT 10
RAPOR HASIL BELAJAR SISWA

Nama Sekolah : ……………………………………..Kelas : V


Alamat : ……………………………………. Semester Ke : 1 ( satu)
Nama Siswa : ……………………………………. Tahun Pelajaran : 2006/2007
Nomor Induk : …………………………………………….

Mata Aspek Nilai


No. Catatan Guru
Pelajaran Penilaian Angka Huruf
1. Pendidikan Penguasaan
Agama Konsep dan nilai-
nilai
Penerapan
2. Pendidikan Penguasaan
Kewarganegaraan Konsep dan nilai-
nilai
Penerapan
3. Bahasa Indonesia Mendengarkan
Berbicara
Membaca
Menulis
4. Matematika Pemahaman
Konsep
Penalaran dan
Komunikasi
Pemecahan
masalah
5. Ilmu Pengetahuan Pemahaman dan
Alam penerapan
konsep
Kinerja Ilmiah
6 Ilmu Pengetahuan Penguasaan
Sosial Konsep
Penerapan

9-16 Unit 9
Mata Aspek Nilai
No. Catatan Guru
Pelajaran Penilaian Angka Huruf
7 Seni Budaya dan Apresiasi
Keterampilan
Kreasi
8 Pendidikan Kemampuan
Jasmani, gerak dasar
Olahraga dan
Kesehatan Keterampilan
cabang olahraga
Kebugaran dan
kesehatan
Pilihan:
Akuatik/Pend.Luar
Sekolah
9. Muatan
Lokal………

PERILAKU
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................

PENGEMBANGAN DIRI
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................

Asesmen Pembelajaran di SD 9-17


Ketidakhadiran Hari
1. Sakit
2. Izin
3. Tanpa Keterangan
Diberikan di: Jakarta
Mengetahui Tanggal : ...................................
Orang Tua/Wali Wali Kelas

( …………………………) ( …………………………)

Fisik
LAPORAN HASIL BELAJAR SEMUA SISWA DALAM SELURUH MATA PELAJARAN

Kegiatan

…………………………..
Pembiasaan Emosional

…………….…, 2007
Sosial

Wali Kelas,
Praktek
Muatan Lokal Pengetahuan

Keterampilan/ Praktek
Teknologi
Informasi dan
Komunikasi Pengetahuan

Pilihan …..
Pendidikan Uji diri dan Senam
Jasmani
Pengembangan
KELAS ....... TAHUN AJARAN .......

Permainan & Olah Raga


Kreasi
Kesenian
Apresiasi

Pengetahuan Keterampilan Sosial


Sosial Penguasaan Konsep
Pengetahuan Keterampilan Sains
Alam Penguasaan Konsep
Peluang & Statistik
Geometri & Pengukuran
Matematika Aljabar
Bilangan
Menulis
Membaca
Bhs. Inggris
Berbicara
Mendengarkan
Apresiasi Sastra
Menulis
Bhs. dan
Membaca
Sastra
Indonesia Berbicara
Mendengarkan

Pend. Praktek
Kewarga
…………………………..

negaraan Penguasaan Konsep


Kepala Sekolah
FORMAT 11

Mengetahui,

Praktek
Pendi.
Agama Pengetahuan
Rata-Rata

Nama Siswa
Dst

No
1
2
3
4
5
6
7
8

9-18 Unit 9
Format 11 di atas digunakan ketika wali kelas hendak melaporkan hasil
belajar seluruh siswa untuk semua mata pelajaran, bersumber dari nilai mata
pelajaran yang diberikan masing-masing guru pelajaran.
Namun yang perlu Anda ingat adalah bahwa laporan ini dibuat oleh wali
kelas tidak untuk diperlihatkan pada siswa maupun pada orang tua siswa. Laporan
ini berfungsi memberikan informasi mengenai kemampuan siswa secara
menyeluruh dari mata pelajaran maupun seluruh siswa. Laporan ini biasanya
digunakan oleh guru/petugas pembimbing atau wali kelas sebagai dasar untuk
memberikan bimbingan pada siswa tertentu. Selain itu laporan ini juga bisa
dijadikan laporan perkembangan hasil belajar siswa oleh wali kelas kepada pihak
atasan.

FORMAT 12
Format Laporan Aktivitas Sosial
Kelas : ………………………………..
Semester : …………………………………
Sekolah : …………………………………

Nilai aktivitas sosial dalam


Ket/Catatan
No. Siswa mata pelajaran
1 2 3 4 5 6 7 8*)
1. Fatin 4 3 2 3 3 2 4 2
2.
3.
4.
5.
dst
Keterangan : *) mata pelajaran 1 sains, 2 IPS, 3 Agama, 4 Bahasa Indonesia,
5 bahasa Inggris, 6 Matematika, 7 KTK, 8 Kesenian.

...................2007

Wali kelas

......................

Asesmen Pembelajaran di SD 9-19


FORMAT 13
Format Laporan Aktivitas Emosional
Kelas : ………………………………..
Semester : …………………………………
Sekolah : …………………………………

Nilai aktivitas emosional dalam


Ket/Catatan
No. Siswa mata pelajaran
1 2 3 4 5 6 7 8*)
1. Ophik 3 3 3 2 3 2 3 2
2.
3
4
5
dst

Keterangan : *) mata pelajaran 1 Sains, 2 IPS, 3 Agama, 4 Bahasa Indonesia,


5 Bahasa Ingris, 6 Matematika, 7 KTK, 8 Kesenian.
...................2007

Wali kelas

..................

FORMAT 14
Format Laporan Aktivitas Fisik
Kelas : ………………………………..
Semester : …………………………………
Sekolah : …………………………………

Nilai aktivitas fisik dalam mata


Ket/Catatan
No. Siswa pelajaran
1 2 3 4 5 6 7 8*)
1. Ahmad 2 2 2 2 2 3 3 3
2.
3
4
5
dst

Keterangan : *) mata pelajaran 1 Sains, 2 IPS, 3 Agama, 4 Bahasa Indonesia,


5 Bahasa Ingris, 6 Matematika, 7 KTK, 8 Kesenian.
...................2007

Wali kelas

......................

9-20 Unit 9
Format 12, 13, dan 14 di atas digunakan ketika wali kelas hendak
membuat laporan mengenai aktivitas dan potensi siswa. Dalam laporan ini wali
kelas dapat menyajikan informasi tentang kepribadian secara umum dalam:
• aspek sosial (kemampuan kerjasama, berinteraksi dengan orang lain,
gotong royong dll.)
• aspek emosional (tenang menghadapi masalah, tekun disiplin, dll)
• aktivitas fisik (tampil gesit, cekatan, trampil, dll.).
Untuk memperkaya laporan ini, wali kelas bisa menggunakan berbagai
informasi yang bersumber dari guru-guru mata pelajaran. Oleh karena itu wali
kelas juga bisa merekap laporan dari guru setiap mata pelajaran (seperti pada
format 9), selanjutnya diolah dan dirata-ratakan.

FORMAT 15

Contoh laporan dalam bentuk tabel Penilaian hasil karya keterampilan:

Aspek penilaian Nilai


Tujuan dan manfaat barang 6,5
Penggunaan bahan 7,8
Teknik kerja 8,0
Kerapihan 6,5
Jumlah 28,8
Rata-rata 7,2

Asesmen Pembelajaran di SD 9-21


Rangkuman

Kesadaran yang semakin besar dari berbagai pihak untuk


menerapkan dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip akuntabilitas turut
mempengaruhi kebutuhan untuk melaporkan proses dan hasil belajar di
sekolah. Memang, akuntabilitas memungkinkan pihak-pihak lain
mengevaluasi apa yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dengan cara
menganalisis berbagai hasil asesmen.
Pelaporan itu bisa formatif, yakni ketika pelaporan memberikan
informasi mengenai pembelajaran yang dapat dikembangkan melalui
proses belajar mengajar yang akan dilakukan, atau bisa juga sumatif, ketika
pelaporan memberikan informasi mengenai belajar siswa pada saat
tertentu. Oleh karena itulah pelaporan hasil belajar siswa bisa dilakukan
setiap akhir semester, tiap tengah semester, bulanan, mingguan atau harian.
Sementara itu pelaporan bisa dilakukan oleh guru bidang studi, guru wali
kelas, dan kepala sekolah.
Proses pelaporan sendiri bisa dilakukan secara lisan (oral) maupun
tertulis (written), dalam bentuk kata-kata maupun angka. Pelaporan bisa
dilakukan pada berbagai kesempatan sesuai dengan kesepakatan Anda
dengan pihak-pihak yang akan menerima atau kreativitas Anda sendiri
untuk merancang kegiatan yang di dalamnya ada kegiatan pelaporan hasil
belajar siswa. Oleh karena itulah kegiatan pelaporan itu bisa saja dilakukan
dalam acara-acara biasa maupun pada saat kenaikan kelas, pameran, atau
kegiatan lainnya.

9-22 Unit 9
Tes Formatif
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum
dalam subunit 1. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Apakah salah satu manfaat laporan hasil belajar bagi para orang tua siswa?
2. Bolehkah seorang guru membuat laporan hasil belajar siswa dengan
mengkombinasikan angka, kategori, dan narasi? Jelaskan!
3. Buatlah contoh laporan hasil belajar dalam bentuk uraian atau narasi!

Umpan balik dan tindak lanjut


Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru
cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban Anda
belum sesuai, atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini
sangat diperlukan karena pemahaman kita tentang rencana pembelajaran dan cara
memperbaikinya penting artinya bagi peningkatan keterampilan kita dalam
membuat perencanaan dan sekaligus pelaksanaannya.

Asesmen Pembelajaran di SD 9-23


Subunit 2
Mengkomunikasikan Laporan Hasil Asesmen

Pengantar

S eperti telah Anda ketahui, laporan hasil asesmen proses dan hasil belajar
sangat penting artinya bagi pihak-pihak tertentu karena akan dijadikan dasar
untuk membuat keputusan dan kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran. Oleh karena itulah, Anda harus benar-benar memahami dan mampu
mengidentifikasi pihak-pihak mana saja yang merupakan pengguna laporan hasil
asesmen. Yang tidak kalah pentingnya pula adalah bagaimana
mengkomunikasikan laporan hasil asesmen kepada para pengguna tersebut
dengan baik sehingga tujuan mulia diadakannya asesmen pembelajaran peserta
didik bisa tercapai. Terlebih pada era sekarang ini dimana semakin banyak orang
yang memiliki kesadaran mengenai pentingnya akuntabilitas di dunia pendidikan,
sosialisasi hasil asesmen niscaya akan didukung oleh banyak pihak. Sebab
semakin banyak pihak, terutama orang tua, yang dapat memperoleh informasi
terkini terkait dengan perkembangan dan pengalaman belajar putra-putrinya.

Uraian
Tentunya Anda sudah memahami berbagai bentuk laporan penilaian proses
dan hasil belajar. Jika demikian, coba kerjakan latihan berikut
Latihan 4.

Setelah mengetahui berbagai bentuk laporan asesmen, siapa sajakah yang


seharusnya menerima laporan tersebut?
1.Mengapa mereka berkepentingan untuk mengetahui informasi yang
terdapat di dalam laporan?

9-24 Unit 9
1. Pengguna Laporan Hasil Asesmen Proses dan Hasil belajar
Kepada siapakah pihak sekolah melaporkan hasil asesmen? Ada tiga pihak
utama yang merupakan pengguna laporan hasil asesmen pembelajaran. Yang
pertama dan paling sering adalah peserta didik sendiri. Melaporkan hasil asesmen
kepada peserta didik harus berlangsung setiap hari, baik secara lisan maupun
tertulis. Dalam hal ini Anda sebagai guru harus melaporkan kemajuan, kelebihan
dan kekurangan mereka disertai dengan penjelasan langkah-langkah yang harus
diambil pada tahap berikutnya di dalam proses belajar. Oleh karena itulah
dikatakan bahwa melaporkan hasil asesmen kepada peserta didik adalah yang
paling utama di dalam proses asesmen formatif (Headington, 2000).
Pihak pengguna laporan kedua adalah orang tua. Para orang tua perlu
mengetahui bagaimana putra-putri mereka mengalami perkembangan di sekolah.
Memang merupakan hak orang tua yang telah mengirim putra-putrinya ke suatu
sekolah untuk meyakini bahwa sekolah yang dipilihnya benar-benar mendidik
mereka. Telah diakui oleh semua pihak bahwa rumah dan sekolah sama-sama
membuat anak-anak berkembang. Oleh karena itulah jika para orang tua dan guru
memahami bagaimana anak bertindak dan melakukan reaksi dalam berbagai
konteks yang berbeda, maka kedua pihak dapat secara bersama-sama mendukung
perkembangan mereka.
Pihak pengguna ketiga adalah para profesional lainnya (masyarakat luas).
Mereka bisa seorang peneliti maupun seorang psikolog yang ingin mengetahui
banyak hal terkait dengan pembelajaran ataupun penilaian. Atau bisa jadi guru-
guru dari sekolah lain yang ingin belajar atau melakukan studi banding dalam
rangka mengembangkan belajar siswa di lingkungan mereka. Oleh karena itu,
semakin tinggi kedudukan pelapor, semakin umum pula bentuk dan format
laporan asesmen. Ketiga pihak tadi sama-sama membutuhkan informasi guru yang
diperoleh melalui proses asesmen, bukan pandangan-pandangan pribadi ataupun
spekulasi.
Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada para stakeholders,
maka proses asesmen sendiri juga harus memberi peluang terjadinya proses
komunikasi dengan para orang tua dan pihak-pihak lain di dalam upaya
pembelajaran yang dapat membuat mereka mendukung pembelajaran. Terkait
dengan komunikasi dengan orang tua, kesadaran akan pentingnya komunikasi
antara pihak sekolah dengan orang tua peserta didik itu sendiri berangkat dari tiga
keyakinan:
a. Para orang tua memiliki hak untuk mengetahui apa yang berlangsung di
sekolah tempat putra-putri mereka belajar.

Asesmen Pembelajaran di SD 9-25


b. Pengetahuan yang diperoleh dari laporan akan menciptakan hubungan
yang baik antara orang tua dan guru.
c. Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru akan menghasilkan
perbaikan-perbaikan dalam belajar dan sikap (Gibson, 1986 dalam Conner,
1991).

2. Mempersiapkan Laporan
Secara umum, beberapa hal yang perlu Anda lakukan ketika mempersiapkan
pembuatan laporan asesmen adalah:
a. Menentukan pihak yang akan menerima laporan tersebut. Pihak-pihak
yang bisa menerima laporan tersebut adalah siswa, orang tua, dewan
sekolah, atau pun masyarakat.
b. Menentukan bagaimana hasil berbagai asesmen akan membantu sekolah
memperbaiki proses belajar mengajar.
c. Mengetahui kenapa hasil asesmen perlu dilaporkan. Pernyataan berupa
rasionalisasi dalam hal ini cukup penting untuk dilakukan.
d. Mengetahui dengan jelas informasi apa yang akan dikomunikasikan, untuk
tujuan apa, dan menggunakan teknik pelaporan apa. Yang perlu Anda
ingat, penggunaan berbagai strategi akan menjadikan pelaporan menjadi
lebih efektif (Roeber et al., 1980).

Terkait dengan bentuk-bentuk penyajian laporan hasil asesmen, ada beberapa


pilihan yang harus dipertimbangkan pada saat Anda mempersiapkan laporan:
a. Laporan bisa diberikan kepada seseorang secara langsung, secara tertulis,
atau gabungan keduanya.
b. Laporan bisa disajikan dalam bentuk teks, grafik, atau gabungan
keduanya.
c. Laporan bisa panjang dan rinci, atau ringkas dan jelas.

3. Beberapa Metode Alternatif untuk Mengkomunikasikan Laporan Hasil


Asesmen
Seperti yang telah Anda pelajari sebelumnya, ada pihak-pihak yang berhak
untuk mengetahui dan membaca hasil asesmen pembelajaran peserta didik.
Mereka itu merupakan pengguna laporan hasil asesmen yang akan
menindaklanjuti hasil yang telah dilaporkan itu dengan berbagai langkah. Oleh
karena itu dalam mengkomunikasikan laporan itu Anda harus benar-benar mampu

9-26 Unit 9
memilih strategi dan media yang tepat agar semua informasi yang ada di dalam
laporan bisa dipahami dengan baik oleh siapa saja yang membutuhkan.

a. Menggunakan Kartu Laporan (Report Card)


Untuk jangka waktu yang cukup lama, kartu atau lembar laporan telah
menjadi media utama untuk mensosialisasikan informasi hasil asesmen dan
evaluasi oleh pihak sekolah kepada murid dan orang tua. Sayangnya kartu laporan
yang telah lama dipakai banyak mendapat kritik, salah satunya adalah sulitnya
membuat laporan dan kecenderungan komunikasi antara orang tua dan guru yang
hanya satu arah, sehingga membuat banyak pihak berpikir tentang cara lain
mengkomunikasikan hasil asesmen dan evaluasi terhadap peserta didik.

b. Konferensi Guru-Orang Tua


Sebagaimana report card konferensi orang tua-guru juga telah lama
dijadikan sarana untuk mengkomunikasikan hasil asesmen oleh pihak sekolah
kepada para orang tua peserta didik. Bahkan berdasarkan hasil sejumlah
penelitian, para orang tua melaporkan bahwa konferensi orang tua guru dapat
memberikan jauh lebih banyak informasi mengenai putra-putri mereka dan
kemajuan putra-putri mereka dibandingkan dengan report card (Shephard &
Bleim, 1995; Waltman & Friesbie, 1994, dalam Anderson, 2003)
Yang juga sangat penting adalah bahwa kegiatan yang berupaya
mempertemukan orang tua peserta didik dengan guru ini merupakan salah satu
cara terbaik membangun hubungan yang kuat dengan orang tua, dalam rangka
memberikan pemahaman mengenai putra-putri mereka dalam mengembangkan
kelebihan yang dimiliki dan memenuhi apa yang mereka butuhkan. Metode ini
juga membantu orang tua terlibat di dalam proses belajar anak. Namun upaya
menyelenggarakan kegiatan semacam ini sehingga bisa berjalan dengan sukses
tidaklah semudah yang dibayangkan. Anda harus melakukannya dengan sangat
cermat. Berikut ini adalah beberapa langkah atau tahapan yang perlu dilakukan
sebelum, pada saat, dan setelah pertemuan dilaksanakan agar semuanya bisa
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

c. Newsletter (nawala) dan Web Site


Berbagai macam informasi mengenai tugas asesmen, instrumen asesmen,
dan hasil asesmen dapat disajikan di dalam newsletter dan web site. Misalnya saja,
beberapa tugas asesmen sebagai sampel dapat dimunculkan secara teratur untuk
memberikan gambaran konkrit apa yang menjadi harapan guru terhadap peserta

Asesmen Pembelajaran di SD 9-27


didik terkait dengan belajar mereka. Yang tak kalah pentingnya adalah upaya
mengkomunikasikan tanggal-tanggal dilaksanakannya asesmen atau ujian yang
dilaksanakan secara formal yang tentunya akan sangat bermanfaat baik untuk
peserta didik maupun untuk orang tua. Disamping itu kita juga memperoleh
informasi yang dapat membantu para orang tua (dan pihak-pihak lain)
menginterpretasi hasil asesmen yang dilaksanakan secara formal termasuk
melakukan tanya jawab dimana ada kolom bagi para orang tua untuk
mengirimkan pertanyaan.

4. Langkah-langkah Melaporkan Hasil Asesmen


Seperti telah kita ketahui bersama, terdapat banyak metode yang dapat
dipergunakan untuk melaporkan kemajuan peserta didik kepada peserta didik
sendiri maupun kepada para orang tua. Proses mengkomunikasikan hasil evaluasi
ini tidak boleh dianggap remeh, bahkan merupakan komponen yang sangat
mendasar dari sebuah model evaluasi yang baik. Bagaimana kita melaporkan hasil
asesmen kepada berbagai pihak yang berbeda? Berikut ini akan kita lihat langkah-
langkah melaporkan hasil asesmen kepada siswa, orang tua, dewan sekolah, dan
masyarakat.

a. Melaporkan hasil asesmen kepada siswa


Ketika melaporkan hasil asesmen kepada siswa, Anda bisa menggunakan
proses dengan dua langkah: Langkah pertama adalah melakukan briefing yang
diberikan kepada seluruh kelompok siswa yang menerima hasil laporan asesmen
secara individu. Langkah kedua adalah dengan melakukan pertemuan dengan
siswa secara individu.

b. Melaporkan Hasil Asesmen kepada Orang Tua


Para orang tua tentunya ingin tahu perkembangan belajar putra-putri mereka
dari waktu ke waktu dan bagaimana anak-anak mereka melakukan berbagai
kegiatan di sekolah, sehingga informasi mengenai asesmen yang dihimpun oleh
sekolah sangat menarik bagi mereka. Para orang tua juga ingin mengetahui apa
yang dilakukan sekolah dimana anak mereka belajar dan membandingkannya
dengan sekolah lain.
Sebagai guru yang baik, Anda juga harus merasa senang dan terpanggil
untuk bersikap terbuka dan membuat kesepakatan untuk bertemu dengan para
orang tua guna membahas berbagai hal yang terjadi di sekolah terkait dengan

9-28 Unit 9
anak-anak mereka, termasuk kemajuan dan kesulitan belajar yang dihadapi anak-
anak mereka di kelas.
Ada empat strategi yang bisa Anda lakukan dalam melaporkan hasil
asesmen kepada orang tua, yaitu:
(1) menyelenggarakan pertemuan antara guru dengan orang tua secara
individu.
(2) membuat laporan tertulis yang dibuat untuk masing-masing siswa dan
dikirim ke rumah.
(3) melakukan pertemuan dengan para orang tua secara bersama-sama.
(4) menulis artikel pada newsletter yang diperuntukkan bagi orang tua siswa.
Di antara berbagai alternatif yang ada, Anda bisa mempertimbangkan
mana yang menurut Anda lebih memungkinkan dan efektif. Pertemuan yang
dilakukan secara individu, misalnya, memang akan lebih bersifat personal dan
efektif, namun hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena berbagai faktor,
diantaranya keterbatasan waktu baik di pihak guru maupun orang tua karena
kesibukan masing-masing sehingga sulit menentukan kesempatan yang tepat
untuk kedua belah pihak. Terlebih lagi jika siswanya banyak, maka sangat tidak
memungkinkan rasanya bagi guru untuk membuat pertemuan dengan masing-
masing orang tua siswa dengan waktu cukup.

c. Melaporkan Hasil Asesmen kepada Dewan Sekolah


Sebagai pihak yang turut menentukan pembuatan kebijakan, maka dewan
sekolah layak menerima laporan mengenai hasil asesmen. Strategi yang
direkomendasikan untuk dilakukan membuat laporan kepada pihak dewan sekolah
terdiri dari tiga bagian:
Laporan pertama memberikan informasi mengenai upaya asesmen itu
sendiri, yaitu dengan menjelaskan terhadap apakah/tujuan asesmen itu dilakukan,
jenis-jenis asesmen apa yang dipergunakan, alasan mengapa jenis-jenis asesmen
itu dipergunakan, dan bagaimana hasil asesmen akan diterapkan dan dilaporkan.
Akan sangat baik jika laporan ini diberikan kepada pihak dewan sekolah
ketika informasi asesmen sedang dikumpulkan, sebelum hasil asesmen ada di
tangan. Hal ini dimaksudkan agar para anggota dewan sekolah lebih mencurahkan
perhatiannya pada pesan yang ada dalam asesmen daripada angka-angka yang
telah diperoleh.
Laporan kedua memuat hasil asesmen pada tingkat sekolah dan tingkat
wilayah (kecamatan/kabupaten/provinsi). Laporan ini diharapkan menjawab
berbagai pertanyaan yang biasanya diajukan oleh para pembuat kebijakan.

Asesmen Pembelajaran di SD 9-29


Laporan ketiga menindaklanjuti status asesmen sebagai upaya untuk
memperbaiki pembelajaran di sekolah dan efektifitas berbagai perubahan yang
dilakukan. Kendati sifatnya optional, laporan ini efektif untuk
mengkomunikasikan kepada Dewan Sekolah bahwa tujuan sebenarnya dari
dilakukannya proses asesmen adalah membantu upaya memperbaiki proses
belajar mengajar, bukan untuk menjadi scorecard kualitas sekolah.

d. Melaporkan Hasil Asesmen kepada Masyarakat


Barangkali secara umum di negara kita melaporkan hasil asesmen kepada
masyarakat luas belum merupakan sesuatu yang bisa dianggap lazim. Kalaupun
banyak masyarakat yang mengetahui hasil asesmen, maka justru bukan pihak
sekolah lah yang melakukannya. Tak heran jika banyak pendidik yang merasa
tidak nyaman atau bahkan marah manakala mengetahui bahwa masyarakat justru
memperoleh laporan hasil asesmen dari media massa.
Nampaknya masyarakat tidak banyak tahu hal lain mengenai sekolah selain
hasil tes. Sehingga laporan asesmen kepada masyarakat sebenarnya dapat
memberikan informasi yang benar mengenai siswa sekaligus mendidik dan
menyadarkan masyarakat akan berbagai kegiatan asesmen.
Mengingat besarnya manfaat melaporkan hasil asesmen kepada masyarakat
luas disatu sisi, dan hal-hal yang tidak diinginkan disisi lain, maka perlu
diperhatikan beberapa langkah yang perlu diambil ketika Anda hendak
melaporkan hasil asesmen kepada publik dan berhasil.
Pertama, Anda harus memutuskan pihak mana saja dari masyarakat yang
akan menerima laporan asesmen. Publik sendiri terdiri dari berbagai kelompok
masyarakat yang sangat bervariasi ditinjau dari tingkat pengetahuan dan
kebutuhannya terhadap informasi.
Kedua, maksud dan tujuan melaporkan hasil asesmen harus jelas.
Ketiga, menentukan prosedur pelaporan hasil asesmen. Yang perlu Anda
ingat adalah bahwa berita di media massa hanya lah salah satu sarana untuk bisa
belajar mengenai sekolah bagi publik. Artinya, masih ada banyak cara yang bisa
dilakukan untuk melaporkan hasil asesmen kepada masyarakat luas.
Selain ketiga hal di atas, perlu selalu diingat bahwa informasi yang disajikan
dengan pola penulisan yang sangat kompleks atau sangat buruk akan
menimbulkan salah paham di pihak pembaca. Untuk menghindari terjadinya hal-
hal semacam ini ada baiknya Anda melibatkan sejumlah pihak sekolah dengan
berbagai latar belakang untuk menjamin bahwa informasi yang disajikan sangat
jelas bagi berbagai kalangan dengan latar belakang yang berbeda.

9-30 Unit 9
Akhirnya satu hal penting yang harus selalu diingat adalah bahwa jika para
guru, administrator sekolah, dan orang tua tidak belajar dari dan melakukan suatu
tindakan berdasarkan informasi dari berbagai kegiatan asesmen yang telah
dilakukan, maka seluruh proses yang telah dilalui itu hanya memberikan sedikit
manfaat atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali terhadap peserta didik. Sebab
tujuan yang paling utama dari asesmen pada hakekatnya adalah mendidik anak-
anak dengan lebih baik.

5. Menjalin Komunikasi dengan Para Stakeholder


Satu hal penting yang harus dipikirkan pada saat melaporkan hasil evaluasi
adalah bagaimana menciptakan komunikasi yang baik di antara berbagai pihak
yang terkait. Dengan demikian prosedur apapun yang dipilih jangan terjebak pada
rutinitas dan formalitas. Oleh karena harus terus diupayakan berbagai prosedur
yang sistematis yang dapat mendorong dan memfasilitasi terjadinya dialog atau
komunikasi yang interaktif. Untuk itu alangkah baiknya jika pihak sekolah bisa
berdiskusi dengan para stakeholder, orang tua misalnya, untuk membicarakan
model laporan yang diinginkan.
Jika Anda melaporkan hasil asesmen secara akurat maka hal itu akan
membuat para orang tua, masyarakat dan Anda sendiri sebagai guru memahami
alasan pemilihan berbagai instrumen asesmen. Secara khusus, pelaporan hasil
asesmen juga membuat para siswa, orang tua, pendidik, dan anggota masyarakat
memahami:
1. Jenis kecakapan dan pengetahuan yang dinilai pada suatu tes.
2. Cara menskor suatu tes.
3. Jenis pertanyaan yang diberikan.
4. Makna hasil asesmen dan cara pemanfaatan hasil tersebut.

Tabel 9.1 Beberapa cara melaporkan hasil asesmen peserta didik beserta kelebihan dan
kekurangannya.
JENIS KODE
NAMA YANG KELEBIHAN KEKURANGAN
DIGUNAKAN
Nilai huruf A, B, C, dll, dan a. mudah dilakukan a. Makna nilai menjadi
bisa ditambah b. (diyakini) mudah sangat bervariasi pada
dengan “+” dan diinterpretasi subyek, guru, dan
“-“ c.dapat meringkas kinerja sekolah yang berbeda
secara keseluruhan b. Tidak menggambarkan

Asesmen Pembelajaran di SD 9-31


JENIS KODE
NAMA YANG KELEBIHAN KEKURANGAN
DIGUNAKAN
kelebihan dan
kekurangan
c. Siswa TK dan SD
mungkin merasa
dikalahkan
Nilai angka Integer (5, 4, 3…) a. sama seperti poin a, b, c a. sama seperti poin a, b,
atau atau prosentase di atas c di atas
prosentase (99, 98,…) b. lebih bersifat kontinyu b. Maknanya tidak bisa
dibandingkan dengan nilai langsung tampak jika
huruf tanpa penjelasan
c. bisa dipergunakan
bersama dengan nilai
huruf
Nilai dengan Berhasil-gagal, a. Dampaknya tidak terlalu a. Kurang reliabel
dua kategori memuaskan- buruk bagi siswa yang dibandingkan sistem
tidak duduk di tahun-tahun yang lebih kontinyu
memuaskan, awal b. Tidak
credit-entry b. Dapat mendorong siswa mengkomunikasikan
yang duduk di tahun- cukup informasi
tahun atas tanpa takut mengenai kinerja siswa
IPK rendah bagi pihak lain untuk
menilai kemajuan yang
dicapai
Checklist dan Tanda cek (√) di a. memberikan rincian a. Bisa menjadi sangat
rating scales sebelah tujuan tentang apa yang dicapai rinci sehingga orang tua
yang telah siswa kesulitan memahami
dikuasai atau b.Bisa dikombinasikan b. Secara administratif sulit
rating dengan nilai huruf atau disimpan karena
numeric/angka dengan data group- jumlahnya yang cukup
tingkat referenced banyak
penguasaan

9-32 Unit 9
JENIS KODE
NAMA YANG KELEBIHAN KEKURANGAN
DIGUNAKAN
Laporan Tidak ada kode, a. Memberikan a. Memerlukan sangat
naratif namun bisa juga kesempatan pada guru banyak waktu
mengacu pada untuk menggambarkan b. memerlukan kecakapan
satu atau kemajuan siswa menulis yang sangat
beberapa b. Memperlihatkan baik dan kecakapan
seperti di atas; kemajuan siswa dalam berkomu-nikasi efektif di
namun biasanya bentuk standar, indikator pihak guru
tidak mengacu prestasi, sasaran belajar, c. Mungkin perlu
pada nilai atau kontinum diterjemahkan agar bisa
perkembangan dipahami orang tua, bisa
c. Memberikan terjadi kehilangan
kesempatan untuk makna
membuka dialog dan d. Orang tua yang tidak
jenis-jenis komunikasi cakap membaca bisa
lain dengan orang tua salah memahami atau
dan siswa tidak mau membaca

Pertemuan Biasanya tanpa a. Membuka kesempatan a. Guru perlu memiliki skill


siswa-guru kode, namun untuk membahas untuk memberikan
bisa membahas kemajuan secara komentar positif maupun
kode seperti di personal negatif
atas b. Bisa dilakukan sebagai b. Bisa memakan banyak
proses yang waktu
berkelanjutan (ongoing c. Bisa bersifat
process) yang terintegrasi mengancam bagi siswa
dengan pembelajaran tertentu
d. Tidak memberikan
semacam catatan
summary kepada
lembaga

Asesmen Pembelajaran di SD 9-33


JENIS KODE
NAMA YANG KELEBIHAN KEKURANGAN
DIGUNAKAN
Pertemuan Tanpa kode, a. Memungkinkan pihak 1. Menghabiskan banyak
orang tua- namun sering guru dan orang tua waktu
guru membahas (satu membahas berbagai isu 2. Guru dituntut untuk
atau lebih) kode dan mengklarifikasi membuat persiapan
di atas kesalahpahaman 3. Bisa menimbulkan
kecemasan bagi
beberapa guru dan
orang tua
4. Tidak memadai jika
informasi yang
dilaporkan sangat
banyak
5. Mungkin banyak orang
tua tidak bisa hadir

Surat kepada Tidak ada kode, a. merupakan suplemen a. Surat yang singkat tidak
orang tua namun bisa yang sangat membantu bisa secara optimal
mengacu pada metode-metode mengkomu-nikasikan
satu atau lebih pelaporan yang lain kemajuan siswa
kode di atas b. Memerlukan writing skill
yang sangat bagus dan
banyak waktu di pihak
guru
Diadaptasi dari: Nitko & Brookhart (2007)

9-34 Unit 9
Rangkuman

Setidaknya ada tiga pengguna utama dari laporan hasil asesmen: peserta
didik sendiri, orang tua, dan masyarakat luas. Peserta didik adalah yang paling
utama di dalam proses asesmen formatif. Semakin tinggi kedudukan pelapor,
semakin umum pula bentuk dan format laporan asesmen.
Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada para stakeholders,
maka proses asesmen sendiri juga harus memberi peluang terjadinya proses
komunikasi dengan para orang tua dan pihak-pihak lain di dalam upaya
pembelajaran yang dapat membuat mereka mendukung pembelajaran.

Tes Formatif
Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur
pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum
dalam subunit 2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan permintaan!
1. Ada beberapa pilihan terkait dengan bentuk penyajian laporan yang harus
dipertimbangkan ketika mempersiapkan laporan. Tolong jelaskan!
2. Kartu laporan (report card) telah lama digunakan di berbagai negara
sebagai media utama untuk mensosialisasikan informasi hasil asesmen dan
evaluasi oleh pihak sekolah kepada murid dan orang tua. Namun kartu
laporan ternyata memiliki sejumlah kelemahan. Tolong sebutkan
kelemahan-kelemahan tersebut!

Cobalah menjawab pertanyaan tes formatif di atas, setelah selesai baru


cocokkan dengan kunci jawabannya. Diskusikan dengan teman bila jawaban Anda
belum sesuai, atau Anda merasa masih ada hal-hal yang meragukan. Hal ini
sangat diperlukan karena pemahaman kita tentang rencana pembelajaran dan cara
memperbaikinya penting artinya bagi peningkatan keterampilan kita dalam
membuat perencanaan dan sekaligus pelaksanaannya.

Asesmen Pembelajaran di SD 9-35


Kunci Jawaban
Tes Formatif 1
1. Salah satu manfaat laporan hasil belajar siswa bagi orang tua adalah bahwa
orang tua bisa memperoleh informasi tentang perkembangan dan tingkat
kemampuan putra-putrinya.
2. Boleh. Bahkan mengkombinasikan angka, kategori, dan uraian atau narasi
cukup bagus karena bersifat saling melengkapi dan membuat laporan
lebih jelas dan komprehensif. Kelemahan yang dimiliki angka, bisa
ditutupi dengan kelebihan yang ada pada kategori dan uraian. Demikian
pula sebaliknya.

Tes Formatif 2
1. Laporan bisa diberikan kepada seseorang secara langsung, secara tertulis,
atau gabungan keduanya. Laporan bisa disajikan dalam bentuk teks,
grafik, atau gabungan keduanya. Laporan bisa panjang dan rinci, atau
ringkas dan jelas.
2. Kelemahan kartu laporan: (1) sulit membuatnya, (2) komunikasi antara
pembuat dan pengguna laporan cenderung satu arah.

9-36 Unit 9
Daftar Pustaka

Anderson, L.W. (2003). Classroom Assessment Enhancing the Quality of


Teacher Decision. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Anthony, R. J., T. D. Johnson, N. I. Mickelson, A. Preece. (1991). Evaluating


Literacy A Perspective for Change. Portsmouth: Heinenmann.

Conner, Colin. (1991). Assessment and Testing in the Primary School. London:
The Falmer Press.

Davis, Anne. (2000). Making Classroom Assessment Work. Courtenay:


Connection Publishing.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata


Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Jakarta: BSNP.

_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Agama


dan Akhlak Mulia. Jakarta: BSNP.

_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Estetika.


Jakarta: BSNP.

_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: BSNP.

_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Jasmani,


Olah raga, dan kesehatan. Jakarta: BSNP.

_____________. (2006). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional


Tahun 2005-2009 Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka
Panjang 20025. Jakarta.

Headington, Rita. (2000). Monitoring, Assessment, Recording, Reporting and


Accountability Meeting the Standards. London: David Pulton.

Jalal, Fasli dan Dedi S. (Ed.). (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks
Otonomi Daerah. Jakarta: Bappenas-Depdiknas-Adicitra.

Asesmen Pembelajaran di SD 9-37


Johnson, D.W. and R.T. Johnson. (2002). Meaningful Assessment A Manageable
and Cooperative Process. Boston: Allyn and Bacon.

Nitko, A. J. and S. M. Brookhart. (2007). Educational Assessment of Students.


Fifth Edition. New Jersey: Pearson.

9-38 Unit 9
Glosarium

Akuntabilitas – prinsip bahwa proses dan hasil pendidikan dapat


dipertanggungjawabkan kepada semua stakeholder pendidikan.
Anekdot – cerita singkat tentang sesuatu yang telah terjadi atau dialami seseorang
Checklist – serangkaian kriteria, yang masing-masing bisa dikatakan tercapai atau
tidak tercapai melalui respon yang dilakukan oleh siswa terhadap tugas
asesmen.
Evidence – fakta baik yang berupa proses maupun hasil yang menjadi obyek di
dalam proses asesmen.
Home page – halaman pertama yang kita lihat ketika kita membuka sebuah Web
site di internet.
Konferensi – pertemuan skala kecil untuk membahas hal tertentu yang sifatnya
pribadi sehingga sangat mengutamakan privacy sejumlah pihak yang terlibat
di dalamnya.
Metode laporan naratif – laporan tertulis yang rinci untuk menggambarkan apa
yang telah dipelajari oleh masing-masing siswa terkait dengan kerangka
kurikulum dan berbagai upaya yang dilakukan siswa di sekolah.
Multiple Marking System – penggunaan lebih dari satu metode untuk melaporkan
kemajuan belajar siswa oleh pihak sekolah.
Newsletter – laporan berkali, berisi tentang informasi tertentu.
Personal interaction skills – keterampilan atau kecakapan masing-masing siswa
untuk melakukan interaksi dengan orang lain seperti menunjukkan sikap
hormat terhadap orang lain, menunjukkan reaksi positif dalam membantu
orang lain, dsb.
Privacy – suatu keadaan dimana orang lain tidak bisa mendengar dan atau melihat
apa yang sedang kita lakukan.
Proofread – membaca teks untuk menemukan dan menandai kesalahan yang perlu
dibetulkan atau diperbaiki.
Rating scale – rubrik yang dipergunakan untuk melakukan penskoran yang
membantu guru menilai sejauh mana siswa telah mencapai dimensi
prestasi dari tugas kinerja (performance) yang diberikan.
Record keeping – sistem penyimpanan data yang baik sehingga jika sewaktu-
waktu diperlukan kembali data tersebut mudah ditemukan.
Report card – kartu laporan hasil asesmen.
Scorecard – kartu/buku untuk menulis nilai (biasanya di dunia olah raga).

Asesmen Pembelajaran di SD 9-39

S-ar putea să vă placă și