Sunteți pe pagina 1din 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan

Dalam kamus Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa pendidikan adalah

proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.

Menurut UU No.20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan.

Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh

seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai

tingkat hidup yang lebih tinggi dalam arti mental. Kenyataannya pengertian

pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial

tidak jauh berbeda. (Notoatmojo, 2003).

Pendidikan merupakan persoalan asasi bagi manusia. Manusia sebagai

makhluk yang dapat dididik akan tumbuh menjadi manusia dewasa dengan

proses pendidikan dialaminya.


8

Sejak kelahirannya, manusia telah memiliki potensi dasar yang

universal, berupa:

1. Kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk (moral

identity).

2. Kemampuan dan kebebasan untuk memperkembangkan diri sendiri sesuai

dengan pembawaan dan cita-citanya (individual identity).

3. Kemampuan untuk berhubungan dan kerjasama dengan orang lain (social

identity).

4. Adanya cirri-ciri khas yang mampu membedakan dirinya dengan orang

lain (individual differences).

Adapun pembagian pendidikan menurut jenisnya yaitu sebagai

berikut:

1. Pendidikan formal yaitu sebagai pendidikan yang memakai dasar suatau

kurikulum atau sering disebut sebagai lembaga pendidikan sekolah. Yang

dimaksud pendidikan sekolah disini adalah pendidikan yang diperoleh

seseorang secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti

syarat-syarat yang jelas dan ketat mulai dari Taman kanak-kanak (TK)

sampai Perguruan tinggi.

2. Pendidikan non formal yaitu pendidikan yang tidak memerlukan

kurikulum khusus, walaupun direncanakan dengan baik dan

diselenggarakan diruang kelas, fleksibel dalam waktu, ruang, pengelolaan

dan evaluasinya. Pendidikan dilingkungan ini memberikan bekal praktis

dalam berbagai jenis pekerjaan kepada peserta didik yang tidak sempat
9

melanjutkan proses belajarnya melalui jalur formal dan diberikan sertifikat

bagi peserta yang memenuhi syarat.

3. Pendidikan informal yaitu pendidikan yang menjadi ditengah-tengah

keluarga dan masyarakat. Pada pendidikan ini terjadi proses pengajaran

pemberitahuan, nasihat, disiplin. Yang paling penting adalah terjadinya

transfer nilai-nilai kehidupan, nilai relasi dan kebaikan.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal 1 Ayat 8, bahwa jenjang

pendidikan yang termasuk jalur pendidikan formal terdidi dari:

1. Pendidikan dasar yaitu SD ( sekolah dasar) / Madrasah ibtidaiyah dan

SMP/MTs.

2. Pendidikan Menengah yaitu SMU dan Kejuruan/Madrasah Aliyah.

3. Pendidikan Tinggi yaitu Akademik, Institusi, Sekolah Tinggi dan

Universitas.

Dalam tujuan pendidikan menempatkan pengetahuan, sikap, dan

perilaku atau tindakan menjadi 3 domain yang saling berkaitan. Penelitian

menjelaskan bahwa ada hubungan langsung antara tingkat pendidikan

terutama pendidikan keluarga dengan kesehatan keluarga.

Dalam penelitian ini Pendidikan yang dimaksud adalah tingkat

pendidikan formal dimana makin tinggi tingkat pendidikan keluarga

diharapkan dapat mengembangkan daya nalar dan dapat memberikan

kemampuan baginya untuk menilai apakah sesuatau hal dapat diterima atau

tidak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang ditujukkan oleh Sabri (2007)

bahwa makin tinggi pengetahuan keluarga semakin menurun pula tingkat

kejadian ISPA.
10

Peranan pendidikan khususnya pendidikan kesehatan sangatlah

penting. Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor –

faktor perilaku sehingga perilaku individu, kelompok,atau masyarakat sesuai

dengan nilai – nilai kesehatan. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan adalah

suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dan sasaran agar mereka

berperilaku sesuai dengan tuntunan nilai – nilai kesehatan. (Anies, 2008).

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan

dalam bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar

yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan,

atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada

diri individu, kelompok, atau masyarakat. Tujuan pendidikan :

1. Mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat, dan konsep-konsep

2. Mengubah sikap dan persepsi

3. Menanamkan tingkah laku / kebiasaan.

Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok, atau

masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar. Kegiatan belajar dapat terjadi

di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan

belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan. Namun demikian,

tidak semua perubahan itu terjadi karena belajar saja, misalnya perkembangan

anak dari tidak dapat berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan tersebut

terjadi bukan hasil proses belajar, tetapi karena proses kematangan. (Hidayat,

2009).
11

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan

seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi (Setiadi,

2007).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekadar menjawab pertanyaan “what” yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba yang sebagian besar dipengaruhi oleh mata dan telinga, dan

terdiri dari 6 tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension),

aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi

(evaluation) (Notoatmodjo, 2010).

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo dalam Setiadi (2007), untuk memperoleh

pengetahuan ada berbagai cara yaitu:

a. Cara tradisional atau non ilmiah yang terdiri dari:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang menghadapi

persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan

coba-coba. Bila percobaan pertama gagal, dilakukan percobaan yang

kedua dan seterusnya sampai masalah tersebut terpecahkan.


12

2) Cara Kekuasaan Atau Otoritas

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya

diwariskan turun-temurun. Kebiasaan ini seolah-olah diterima dari

sumbernya sebagai kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan dapat

berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli

agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Para pemegang

otoritas pada prinsipnya adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu

menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan

perasaannya sendiri.

3) Berdasarkan Pengalamannya Sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi. Pada masa lain apabila dengan cara

yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang

dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang

dapat pula menggunakan cara tersebut.

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara manusia berpikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu


13

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan

pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang

dikemukakan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui

pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan

induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan umum ke khusus.

b. Cara Modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis dan ilmiah atau lebih populer disebut metodologi

penelitian. Mengacu pada konsep pengetahuan di atas bila dikaitkan

dengan berbagai dasar dari ketidakmampuan keluarga atau seseorang

dalam melakukan tugas - tugas perkembangan akan diperoleh gambaran

sebagai berikut:

1) Ketidaksanggupan mengenal masalah karena kurangnya

pengetahuan.

Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam

melakukan tindakan yang tepat karena tidak memahami sifat, berat

dan luasnya masalah serta tidak sanggup menyelesaikan masalah

karena kurangnya pengetahuan.

2) Ketidakmampuan menggunakan sumber daya masyarakat.

Dari tingkatan pengetahuan di atas disimpulkan bahwa

tingkat pengetahuan dimana seseorang mampu mengetahui,

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan


14

mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan baik jika

mempunyai 56% - 100% pengetahuan.

3) Tingkat pengetahuan tidak baik

Tingkat pengetahuan tidak baik adalah tingkat pengetahuan

dimana seseorang tidak mampu mengetahui, mengaplikasi,

menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan

dapat dikatakan tidak baik jika seseorang mempunyai < 40 - 55%

pengetahuan.

3. Tingkat Pengetahuan

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi real (sebenarnya).


15

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evalution)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan


penilaian terhadap satu materi atau objek (Notoatmodjo, 2010).

C. Tinjauan Umum Tentang Sikap

1. Pengertian Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek

yang melibatkan faktor pendapat dari emosi yang bersangkutan (senang-

tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-baik, dan sabagainya). Sedangkan

sikap menurut Saryono (2012) adalah istilah yang mencerminkan rasa

senang,tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja dari seseorang terhadap

sesuatu.

2. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa

sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:


16

a. Komponen kognitif

Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu

objek. Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap suatu penyakit

misalnya, berarti bagaimana pendapat orang tersebut terhadap penyakit

itu.

b. Komponen efektif

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.

Artinya, bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi)

orang tersebut objek. Seperti contoh terhadap suatu penyakit misalnya,

berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit, apakah penyakit

yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.

c. Komponen psikomotor

Kecenderungan untuk bertindak. Artinya, sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku

terbuka (tindakan). Misalnya, contoh sikap terhadap penyakit, yaitu

apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita suatu penyakit.

3. Tingkatan sikap

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).


17

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartiksn memberikan jawaban atas

tanggapan terhadap atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap objek atau stimulus,dalam arti, membahasnya

dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau

menganjurkan orang lain merespon.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung

jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah

mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus berani

mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemohkan atau adanya

resiko lain.

4. Sifat sikap

a. Sifat positif

Kecenderungan tindakan adalah mendekati, membenci, dan

tidak menyukai obyek tertentu.

b. Sifat negatif

Kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan

tidak menyukai obyek tertentu.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap

menurut Sarwono (2012).


18

a. Faktor internal

Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang

bersangkutan, seperti faktor pilihan. Kita tidak dapat menangkap

seluruh rangsangan dari luar melalui persepsi kita. Oleh karena itu kita

harus memeilih rangsangan mana yang akan kita dekati dan mana yang

harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif dan kecenderungan-

kecenderungan dalam diri kita. Karena harus memilih inilah kita

menyusun sikap positif terhadap satu hal dalam membentuk sikap

negatif terhadap hal lainnya.

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri,maka

pembentukan sikap ditentukan pula oleh faktor-faktor yang berada di

luar, yaitu:

1) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap

2) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap

3) Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut

4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap

5) Situasi pada saat sikap dibentuk

6. Ciri-ciri sikap

Adapun ciri-ciri sikap menurut Sarwono (2012), yaitu:

a. Sikap bukan dibawa lahir,melainkan dibentuk atau dipelajari.

b. Sikap dapat berubah-ubah

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu obyek.


19

d. Obyek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu,tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

D. Tinjauan Umum Tentang ISPA


1. Defenisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan

bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA

akan menyerang jaringan apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun.

Anak di bawah lima tahun adalah kelompok yang memilki sistem

kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Hartono

dalam Danistia, 2010).

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteri, partikel yang

bersifat iritan terhadap saluran pernafasan seperti debu, dan jamur. Virus

influenza dan Rhinovirus adalah contoh virus yangdapat menyebabkan

ISPA dan Streptococcus pneumonia adalah contoh bakteri yang dapat

menyebabkan ISPA. ISPA dapat diderita tanpa gejala berupa infeksi

ringan tetapi dapat pula berupa infeksi berat dan mematikan (WHO, 2007).

ISPA dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu anak,

faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor individu anak meliputi: umu

ranak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor

perilaku meliputi perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada

bayi atau peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit

ISPA. Faktor lingkungan meliputi: pencemaran udara dalam rumh (asap


20

rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan

konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan kepadatan hunian (Prabu,

dalam Salma, 2015).

Istilah ISPA adalah “Infeksi Saluran Pernapasan Akut” sehingga

kata ISPA dapat digolongkan kedalam tiga hal yaitu infeksi, saluran

pernapasan dan akut. Pengertian ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga

alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus–sinus, rongga telinga

tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup

saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah

(termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa pernapasan. Dengan

batasan ini, jaringan paru-paru termasuk dalam saluran pernapasan

(respiratory tract).

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.

Batas 14 hari di ambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk

beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, proses ini

dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Departemen Kesehatan RI,

1996).
21

2. Jenis – Jenis Penyakit ISPA

Dalam buku pedoman penanganan ISPA pada anak di rumah sakit

kecil Negara berkembang dikatakan bahwa ISPA meliputi:

a. Sinusitis

1) Pengertian

Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung yang dapat

berupa sinusitis maksilaris atau sinusitis frontalis dan biasanya

dapat berlangsung akut maupun kronis.

2) Gejala

Hidung berair, tersumbat, terdapat cairan pada tenggorokkan

(postnasaldrip), suara serak, batuk, kemerahan pada pipi, rasa

nyeri tekan pada daerah sinus.

3) Penatalaksanaan

Memperbaiki keadaan umum dan kebersihan gigi mulut. Obat,

berupa tetes hidung vasokonstriktor, pemberian antibiotik,

antihistamin, kortikosteroid.

b. Faringitis dan Tonsilofaringitis

1) Pengertian

Radang faring pada bayi dan anak hampir selalu melibatkan organ

sekitarnya, sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai

tonsil, sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.

2) Gejala

Terdapat nyeri tenggorokkan, mulut berbau, nyeri saat menelan.

Kadang disertai otalgia (sakit telinga), demam tinggi dan


22

pembesaran kelenjar submandibularis. Pada pemerikasaan

tenggorok ditemukan faring yang hiperemik, pembesaran tonsil

disertai hiperemik dan kadang-kadang didapat warna keabu-abuan.

3) Penatalaksanaan

Istirahat tempat tidur sampai demam hilang, diet makanan lunak,

antibiotic harus adekuat, obat kumur untuk membersihkan eksudat.

c. Laringitis

1) Pengertian

Laringitis diidentikkan dengan infeksi pada laring. Laryngitis pada

orang dewasa biasanya ringan saja, tetapi berbeda untuk anak-anak

karena disertai batuk keras, suara serak sampai afoni, sesak napas

dan stridor. Penyebab umumnya adalah Streptococus hemolytikus,

Streptococus viridans, Pneumococus dll.

2) Gejala

Demam, batuk, nyeri menelan pada waktu berbicara, suara serak

sampai afoni, sesak napas sampai stridor.

3) Penetalaksanaan

Berikan antibiotic yang adekuat dan kortikosteroid. Istirahat

bersuara, hindarkan iritasi laring. Isap lender dari

tenggorokkan/laring dan bila usaha medis tidak berhasil maka

dilakukan trakeostomi.
23

b. Bronchitis

1) Pengertian

Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya

inflamasi bronkus. Penyebab yang paling umum adalah virus,

meliputi Rhinovirus, Respiratory sincytial virus (RSV) dll.

2) Gejala

Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai

berdahak dan menimbulkan suara lender, batuk, mengi (wheezing).

3) Penatalaksanaan

Karena penyebabnya adalah virus, maka belum ada obat kausal.

Antibiotik tidak berguna. Obat biasanya cuma untuk menurunkan

demam saja, banyak minum terutama sari buah-buahan. Antibiotik

diberikan diberikan 7-10 hari dan bila tidak berhasil maka perlu

dialakukan foto toraks.

c. Bronkiolitis

1) Pengertian

Bronkiolitis adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering

diderita oleh bayi atau anak yang berumur kurang dari 2 tahun,

paling sering pada usia 6 bulan. Bronkiolitis sebagian besar

disebabkan oleh respiratory syncysial virus (50%).

2) Gejala

Biasanya didahului ISPA bagian atas, disertai batuk pilek beberapa

hari, biasanya tanpa disertai kenaikan suhu atau hanya subfebris.


24

Anak mulai sesak napas, pernapasan dangkal dan cepat disertai

batuk. Pernapasan cuping hidung.

3) Penatalaksanaan

Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara

tinggi, sebaiknya dengan uap dingin, untuk mencairkan secret

bronkus yang dilihat. Oksigen perlu diberikan. Antibiotik diberikan

bila tersangka ada infeksi bakterial dan sebaiknya dipilih yang

mempunyai spektrum luas. Bronkodilator tidak dianjurkan karena

merupakan kontraindikasi karena dapat memperberat keadaan

anak.

d. Pneumonia

1) Pengertian

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda

asing.

2) Gejala

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis

dan tanda-tanda laboratoris. Tanda-tanda klinis: Pada sistem

respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi

dinding thorak, napas cuping hidung, sianosis, suara napas lemah

atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. Pada sistem cardial

adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan

cardiac arrest. Pada sistem cerebral adalah: gelisah, mudah


25

terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan

coma.

Pada hal umum adalah: letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris: Hypoxemia, hypercapnia dan acydosis

(metabolik dan atau respiratorik).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan

sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran

menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada

anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa

minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari

setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran

menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin. ( Depkes RI

2008).

Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan sesak napas,

karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah

frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada

anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit

atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada

anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia.

(Depkes RI 2008 ).

Pnemonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau juga

disertai kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding

dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak

usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini
26

dikenal juga pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk,

kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat

minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat

ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit

atau lebih atau juga disertai penarikan kuat pada dinding dada

sebelah bawah ke dalam. (WHO, 2008).

Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus

kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah

Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan

kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang

penanggulangan Pnemonia. Program Pemberantasan ISPA

(P2ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan

dinding dada kedalam (chest indrawing).

b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa

disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa

napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong

bukan pneumonia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu

klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk

golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2

bulan sampai 5 tahun.


27

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi

penyakit yaitu :

a. Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan

kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas

napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60

kali per menit atau lebih.

b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan

tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas

cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3

klasifikasi penyakit yaitu :

a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya

tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu

anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam

keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat

ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau

lebih dan untuk usia 1-4 tahun adalah 40 kali per menit atau

lebih.

c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan

tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas

cepat.
28

b. Penularan Penyakit ISPA

Kuman penyakit ISPA ditularkan dari penderita ke orang

lain melalui udara pernapasan atau percikan ludah penderita. Pada

prinsipnya kuman ISPA yang ada di udara terhisap oleh pejamu

baru dan masuk ke seluruh saluran pernafasan. Dari saluran

pernafasan kuman menyebar ke seluruh tubuh apabila orang yang

terinfeksi ini rentan, maka ia akan terkena ISPA. (Depkes RI,

2007).

3. Etiologi / Penyebab

Etiologi ISPA terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan aspirasi. Bakteri

penyebab ISPA antara lain Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus,

Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, dan Haemophilus

influenza. Virus penyebab ISPA antara lain Influenza, Adenovirus, dan

Sitomegalovirus. Jamur yang dapat menyebabkan ISPA antara lain

Aspergillus sp., Candida albicans, dan Histoplasma. Sedangkan aspirasi

lain yang juga dapat menjadi penyebab ISPA adalah makanan, asap

kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak) biasanya minyak tanah,

cairan amnion pada saat lahir, dan benda asing seperti biji-bijian (Diana,

2012).

Bibit penyakit utama ispa adalah virus, tetapi pada bakteri baik

karena infeksi sekunder atau primer dapat memberikan manifestasi klinis

yang lebih berbahaya. Kontak terhadap virus dapat mencapai 75-80%

tetapi seperempatnya saja yamg menjadi sakit atau menimbulkan gejala

setelah beberapa hari atau bulan. Kebanyakan infeksi menyerang bagian


29

atas dan bawah saluran nafas secara bersaman atau berurutan. Beberapa

diantaranya akan mengkhususkan pada bagian tertentu dari saluran nafas.

Insiden infeksi saluran pernafasan meningkat karena adanya polusi udara.

(Lubis, dalam Yanti herisma 2013).

4. Patofisiologi

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen

atau faktor penyebab penyakit, manusia sebagai penjamu atau host dan

factor lingkungan yang mendukung. Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai

trias penyebab penyakit. Proses interaksi ini disebabkan adanya agen

penyebab penyakit kontak dengan manusia sebagai penjamu yang rentan

didukung oleh keadaan lingkungan.

a. Faktor agen

Agen adalah faktor penyebab penyakit yang dapat berupa unsur

hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebih atau

kekurangan. Agen yang berupa unsure hidup terdiri dari: virus, bakteri,

jamur, parasit, protozoa, dan metazoa. Sedangkan agen yang berupa

unsur mati antara lain: fisika berupa sinar radioaktif, kimia berupa

karbonmonoksida, obat-obatan, pestisida, Hg, cadmium, arsen, dan

fisik berupa benturan atau tekanan.

b. Faktor intrinsik

Faktor intrinsik (penjamu) adalah keadaan manusia yang

sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya

penyakit. Faktor intrinsik yang merupakan faktor resiko timbulnya

penyakit adalah :
30

1) Genetik, misalnya: hemophilia, sickle cell anemia, dan gangguan

glukosa.

2) Umur, misalnya: usia lanjut usia resiko untuk terkena karsinoma,

penyakit jantung dan lain-lain.

3) Jenis kelamin, misalnya: penyakit kelenjar gondok, diabetes

mellitus, jantung, hipertensi, dan lain-lain.

4) Keadaan fisiologi, misalnya: kehamilan, persalinan dan nifas

memungkinkan munculnya penyakit pre eklamsia.

5) Kekebalan, misalnya: kondisi gizi yang menyebabkan kekebalan

tubuh menurun.

6) Penyakit yang diderita sebelumnya

7) Sifat-sifat manusia, misalnya: perilaku personal hygiene.

c. Faktor ekstrinsik / lingkungan

Faktor ekstrinsik atau lingkungan adalah segala sesuatu yang

mengelilingi manusia dan juga kondisi luar manusia yang

menungkinkan terjadinya penyakit.

1) Lingkungan fisik, yang termasuk lingkungan fisik antara lain

geografik, keadaan musim dan kondisi lingkungan tempat tinggal.

2) Lingkungan biologis, merupakan semua makhluk hidup yang

berada disekitar manusia, yaitu: flora, fauna, termasuk perilaku

manusia yang menyebabkan terjadinya penyakit.

3) Lingkungan social ekonomi, yang termasuk ini antara lain:

pekerjaan, urbannisasi, perkembangan ekonomi, dan bencana alam.

(Yuli, 2013)
31

5. Faktor risiko, tanda dan gejala:

a. Faktor Risiko

1) Faktor diri (host): umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan

congenital, imunologis, BBLR dan premature.

2) Faktor lingkungan: kualitas perwawatan orang tua, asap rokok,

keterpaparan terhadap infeksi, sosial ekonomi, cuaca dan polusi

udara.

b. Tanda Dan Gejala:

1) Pada sistem pernafasan adalah : napas tak teratur dan cepat,

retraksi/tertariknya kulit dinding kedalam dada, napas cuping

hidung/napas dimana hidungnya tidak lubang, sesak kebiruan,

suara nafas lemah atau hilang, suara napas seperti ada cairannya

sehingga terdengar keras.

2) Pada sistem peredaran darah dan jantung: denyut jantung cepat atu

lemah, hipertensi, hipotensi,dan gagal jantung.

3) Pada sistem syaraf adalah: gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, kejang dn koma.

4) Pada hal umum adalah: letih dan berkeringat banyak.

Tanda-Tanda pada bahaya pada anak golongan umur 2 bulan

sampai 5 tahun adalah :tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun,

stridor gizi buruk. Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari

2 bulan ialah: kurang bisa minum (kemauan minumnya menurun

sampai kurang dari setengah volume yang bias diminumnya), kejang,

kesadaran menurun, mendengkur, mengigau, demam dan dingin.


32

6. Pembagian ISPA

a. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian atas

ISPA bagian atas adalah infeksi-infeksi yang terutama

mengenai struktur-struktur saluran napas disebelah atas laring.

Kebanyakan penyakit saluran nafas mengenai bagian atas dan bawah

secara bersama-sama atau berurutan, tetapi beberapa diantaranya

melibatkan bagian-bagian spesifik saluran nafas secara nyata. Yang

tergolong infeksi saluran nafas akut (ISPA) bagian atas diantaranya:

Nasofaringitis akut (salesma), faringitis akut (termasuk tosilitis dan

faringotolitis) dan rhinitis.

b. Infeksi saluran pernapasan bagian bawah

Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur saluran

nafas bagian bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli. Penyakit-

penyakit yang tergolong infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian

bawah : laryngitis, asma bronchial, bronchitis akut maupun kronis,

bronco pneumonia atau pneumonia (suatu peradangan tidak saja pada

jaringan paru tetapi juga pada bronkioli).

c. Pencegahan penyebaran infeksi.

Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukan nya

ketika merawat anak yang terinfeksi pernafasan. Anak dan keluarga

mengajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk menutup

hidung dan mulutnya ketika mereka batuk/bersin dan mengatur tisu

dengan pantas seperti sebaiknya mencuci tangannya. Penggunaan tisu

dapat saja dibuang ke bak sampah dan tisu dianjurkan mengakumulasi


33

ke tumpukan. Anak yang terinfeksi pernafasan tidak berbagi cangkir

minuman, baju cuci/ handuk.

7. Pengobatan dan Perawatan ISPA :

Adapun pengobatan dan perawatan ISPA yaitu sebagai berikut :

a. Suruhlah anak beristirahat atau berbaring ditempat tidur. Berikan

cukup minum tapi jangan berikan air es atau minuman yang

mengandung es. Dapat diberikan teh manis, bayi dapat diberikan air

susu ibu. Berikan makanan yang cukup dan bergizi.

b. Anak jangan dibiarkan terkena hawa dingin atau hawa panas. Pakaian

yang ringan hendaknya dikenakan pada anak tersebut.

c. Hindarkanlah orang merokok dekat anak yang sakit dan hindarkan

asap dapur lainnya mengenai anak yang sakit.

d. Perhatikan apakah ada tanda-tanda ISPA sedang atau ISPA berat yang

memerlukan bantuan khusus petugas kesehatan.

8. Pencegahan ISPA

Berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan

pemberantasan ISPA oleh masyarakat di antaranya adalah :

a. Pentingnya pemberian makanan bergizi. Bayi dan anak balita yang

mempunyai gizi baik jarang yang menderita penyakit yang serius oleh

karena tubuhnya dapat menangkal infeksi. Pnemonia yang menyerang

bayi yang mendapat susu botol ialah 2x lipat banyaknya dibanding

bayi yang mendapat ASI. Diet makanan yang mengandung Vitamin A

dari buah-buahan berwarna kuning serta sayuran juga dapat mencegah

infeksi.
34

b. Pentingnya Pemberian Imunisasi. Pemberian imunisasi lengkap harus

sudah selesai pada bayi umur 1 tahun. Apabila karena sesuatu alasan,

hal ini tidak tercapai maka bayi/anak harus di imunisasi sesegera

mungkin. Penyakit ringan yang sering menyertai anak bukan

merupakan alasan bagi ibu untuk tidak membawa anaknya kepada

petugas imunisasi. Ada beberapa penyakit saluran nafas yang serius,

diantaranya ialah batuk rejan, tuberkulosis dan campak.

c. Kebersihan Lingkungan. Lingkungan yang padat akan mempercepat

penularan batuk. Meludah disembarangan tempat dan bersin di depan

anak-anak juga akan memudahkan penularan. Penelitian menunjukkan

bahwa anak-anak yang tinggal serumah dengan perokok lebih sering

dirawat di Rumah Sakit oleh karena menderita ISPA dibanding dengan

anak-anak dari keluarga yang tidak merokok. Oleh karena itu udara

yang bersih dan ventilasi yang cukup merupakan hal yang perlu

diperhatikan oleh orang tua untuk mencegah penularan ISPA. Selain

itu bila anak menderita ISPA sebaiknya istirahat dulu untuk aktifitas

berkumpul dengan anak lain karena akan mudah sekali terjadi

penularan.

S-ar putea să vă placă și