Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
kasus ini sebagai syarat untuk memenuhi tugas ilmu penyakit mulut di fakultas
kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung. Laporan kasus ini berisi tentang
deskripsi hasil pemeriksaan, perawatan, serta hasil perawatan yang telah dilakukan
kepada salah satu pasien yang mengalami Recurrent Apthous Stomatitis (RAS).
dari berbagai pihak, mulai dari pemeriksaan pasien hingga kontrol pasien. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada I.K sebagai pasien yang sudah
bersedia untuk mengikuti instruksi yang diberikan demi kesembuhan dan sudah
meluangkan waktu untuk kontrol kembali, drg. Wahyu Hidayat Sp. PM. Selaku
dosen pembimbing dalam pengisian status, diskusi kasus, dan pembuatan laporan
penyakit mulut, serta drg. Dewi Zakiawati selaku dosen penjaga klinik saat
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa program profesi,
mahasiswa PPDGS, dokter gigi, dokter gigi spesialis, serta pihak lain yang
November, 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
iii
PENDAHULUAN
mukosa mulut yang paling sering terjadi dan ditemui oleh dokter gigi. Di Indonesia,
orang awam lebih mengenalnya dengan istilah sariawan. RAS merupakan penyakit
yang paling sering terjadi . Penyakit ini dapat muncul tanpa adanya pengaruh dari
penyakit sistemik. Karakteristik dari penyakit ini yaitu ditandai oleh ulser berulang
yang menyakitkan di rongga mulut dan berbentuk bulat atau oval dan dikelilingi
inflamasi. Biasanya, luka yang timbul berupa bercak putih kekuningan dapat
melibatkan 10 – 25% populasi. Penyakit ini dapat ditemukan pertama kali pada
RAS merupakan penyakit mulut yang penyebabnya belum diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor predisposisi yang diduga menjadi pencetus RAS, yaitu
bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular. Namun, bagi sebagian orang ini
1
2
Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup dan kondisi kesehatan
psikoneuroimunologi.
Sehubungan dengan etiologi penyakit ini yang tidak jelas, sukar untuk
menemukan suatu perawatan yang pasti. Karena RAS dapat sembuh sendiri tanpa
obat-obatan yang diketahui dari iklan media massa. Namun, RAS sebenarnya
memerlukan perhatian pula dari tenaga ahli. Hal ini dikarenakan RAS juga
yang berulang. Multivitamin herbal, pasta adesif, antiseptik lokal, antibiotik lokal,
konsumsi vitamin B12 merupakan perawatan yang dapat diberikan pada penderita
RAS.
RAS merupakan salah satu penyakit mulut yang paling sering ditemui oleh
dokter gigi dan banyak orang awam yang mengira bahwa RAS hanya merupakan
sariawan biasa yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut, sehingga banyak
kasus RAS yang tidak ditangani lebih lanjut. Oleh sebab itu, perlu adanya
pemahaman yang baik mengenai Reccurent Aphtous Stomatitis (RAS) dan karena
Pada makalah ini dilaporkan kasus RAS pada seorang pasien perempuan
usia 20 tahun yang datang ke bagian Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada bulan Oktober 2015 yang
LAPORAN KASUS
Nama : I. K.
Agama : Katholik
Telepon : 8886***
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
NRM : 2015-00***
2.1.2 Anamnesa
Pasien wanita usia 21 tahun datang dengan keluhan terdapat sariawan di bibir
bawah kiri sebanya dua buah dengan diameter kurang lebih tiga mili meter sejak
empat hari yang lalu. Sariawan muncul karena tergigit sekitar satu minggu yang
lalu. Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman pada daerah sariawan. Awal mulanya,
sariawan tersebut hanya setitik kecil, tetapi lama kelamaan bertambah besar,
4
5
mengeluhkan adanya rasa sakit dan bengkak pada daerah tersebut. Pasien mengaku
sering mengalami hal ini kurang lebih tiga bulan sekali dan seringkali sariawan
menyembuhkan sariawannya. Tidak ada gejala lain yang menyertai, pasien tidak
demam dan tidak sedang memiliki gangguan pencernaan. Pasien tidak dalam
kondisi stres, tetapi pasien sedang dalam masa menstruasi. Pasien mengaku tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik. Ayah pasien sering mengalami sariawan juga.
Pasien mengaku minum air putih yang cukup setiap harinya, mengkonsumsi buah-
Hipertensi : Disangkal
Asma/alergi : Disangkal
Hamil : Disangkal
Kontrasespsi : Disangkal
6
Lain-lain : Disangkal
Disangkal
Suhu : Afebris
Pernafasan : 18x/menit
Nadi : 75x/menit
1. Kelenjar Limfe
2. Mata
Pupil : isokhorik
5. Wajah : Simetri/Asimetri
Mukosa Labial : Terdapat dua buah ulser; diameter ±3mm dan ±2mm; bentuk: bulat,
indurasi: positif.
Frenulum : Perlekatan sedang pada frenulum labialis rahang atas dan rahang
bawah, lingualis
UE CS CS CS UE
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
UE CS UE
2.1.11 Diagnosa
3. Creaneted tongue
1. Farmakologis:
2. Non-farmakologis:
minum air putih lebih dari delapan gelas per hari, makan buah-buahan dan
Nama : I. K.
Agama : Katholik
Telepon : 8886***
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
NRM : 2015-00***
2.2.2 Anamnesis
Pasien datang pada kunjungan kedua dengan kondisi sariawan pada bagian
bibir bawah kiri telah hilang setelah delapan hari semenjak kunjungan pertama.
Pasien mengaku telah melakukan instruksi yang dianjurkan, yaitu tidak memainkan
luka dengan lidah atau jari, mengkonsumsi obat dan vitamin b12 secara teratur.
Pasien sudah memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan, serta minum air
putih delapan gelas perhari. Pasien mengaku sudah tidak ada rasa sakit pada
sariawannya.
11
1. Kelenjar Limfe
3. Wajah : Simetri/Asimetri
1. Kebersihan Mulut
46 31 36 46 31 46 Stain (-)
1 2 1 1 2 1
2. Gingiva : Normal
12
3. Mukosa bukal :
Lesi : Ptechiae
Jumlah : 2 buah
Diameter : ± 0,5mm
Warna : hitam
Tepi : eritem
Gambar 2.3 ptechiae pada mukosa
Kedalaman: datar.
bukal bagian kanan
2.2.7 Diagnosis
D/ Crenated tongue
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
RAS merupakan kelainan yang ditandai oleh adanya ulser yang berulang
pada mukosa mulut pasien tanpa adanya tanda-tanda lain dari penyakit. Banyak
spesialis dan peneliti menyebutkan bahwa RAS bukan lagi merupakan penyakit
yang hampir sama. Kelainan imun, gangguan hematologi, alergi atau kelainan
psikologikal merupakan suatu hal yang diyakini terlibat akan terjadinya RAS
RAS diperkirakan terjadi sebanyak 20% populasi secara umum. Pada 80%
pasien, RAS terjadi pada usia di bawah 30 tahun, di mulai pada usia 5 tahun dan
terus berlanjut hingga mencapai puncaknya pada usia 10-19 tahun. Apabila RAS
terjadi pada usia di bawah 5 tahun atau di atas 30 tahun, maka hal ini menjadi patut
diwaspadai RAS menjadi suatu bagian dari kelainan yang lebih kompleks seperti
3.2 Etiologi
Tidak ada satu teori pasti mengenai etiologi terjadinya RAS. Banyak faktor
yang diyakini dapat menjadi suatu penyebab terjadinya RAS. RAS merupakan
suatu penyakit dengan etiologi multi-faktor dan dapat berkaitan dengan penyakit
15
lainnya. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab atau faktor predisposisi RAS
antara lain:
RAS terbukti menjadi penyakit yang berkaitan erat dengan genetik, di mana
menurut penelitian oleh Ship, et.al menunjukkan bahwa pasien dengan orang
tua positif memiliki RAS, 90% nya juga memiliki potensi terkena RAS (Scully,
et. al, 2003). Faktor genetik SAR diduga berhubungan dengan peningkatan
jumlah human leucocyte antigen (HLA), namun beberapa ahli masih menolak
sel sehingga terjadi kontak dengan apoptosis prickle sel yeng kemudian di
fagosit oleh neutrofil.. HLA yang dianggap berkaitan erat dengan RAS adalah
HLA B51, B52, B44, DRW10, dan DQW1 (Ananthakrishnan,et all, 2014) .
2. Defisiensi Hematologi
Kekurangan zat besi, asam folat, atau vitamin B12 diyakini dapat memicu
Glick, 2008).
3. Kelainan imunologi
16
Salah satu penelitian menjelaskan bahwa terdapat respon imun yang berlebihan
pada pasien RAS, sehingga menyebabkan ulserasi lokal mukosa oral. Respon
imun tersebut berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa
dimana pemicunya tidak diketahui. Ulser dalam ukuran besar dapat ditemui
dalam kasus di mana jumlah CD4 limfosit T kurang dari 100 sel per milliliter,
pasien yang positif HIV, atau pasien non-HIV yang memiliki kelainan imun
2008).
produksi sitokin proinflamasi dan sitokin antiinflamasi. Pada saat ini, terdapat
IL-2, IFN- γ and TNF-α meningkat. Sementara itu, sekresi sitokin antiinflamasi,
yaitu TGF-β dan IL-10 secara signifikan menurun. Oleh sebab itu, akan mudah
4. Trauma
Trauma dapat mengawali terjadinya RAS pada pasien yang telah memiliki
5. Stress, kecemasan
17
sistem imun pasien menurun, trauma minimal pun dapat berubah menjadi gejala
patologis pada sel epitel rongga mulut, sehingga sel lebih peka terhadap
rangsang.
6. Faktor hormonal
Dilaporkan pasien dengan RAS berhubungan dengan alat kontrasepsi oral atau
7. Siklus menstruasi
Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron
aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan terjadinya
mulut dan rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR.
mulut.
Pasien yang menderita RAS biasanya bukan perokok. Terdapat laporan bahwa
RAS dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap beberapa bahan
pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik atau permen karet dan
bahan gigi palsu atau bahan tambalan serta bahan makanan. Setelah berkontak
dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa akan meradang dan edematous.
Gejala ini disertai rasa panas, kadang-kadang timbul gatal-gatal, dapat juga
berbentuk vesikel kecil, tetapi sifatnya sementara dan akan pecah membentuk
daerah erosi kecil dan ulser yang kemudian berkembang menjadi RAS (Little,
et al, 2002).
11. Obat-obatan
seseorang pada resiko yang lebih besar untuk terjadinya RAS (Little, et al,
2002).
Beberapa kondisi medis yang berbeda dapat dikaitkan dengan kehadiran RAS.
Bagi pasien yang sering mengalami kesulitan terus-menerus dengan RAS harus
evaluasi serta pengujian oleh dokter. Beberapa kondisi medis yang dikaitkan
berbusa paling banyak ditemukan dalam formulasi pasta gigi dan obat kumur,
disebabkan karena efek dari SLS yang dapat menyebabkan epitel pada jaringan
oral menjadi kering dan lebih rentan terhadap iritasi. Beberapa penelitian telah
melaporkan bahwa peserta yang menggunakan pasta gigi yang bebas SLS
mengalami sariawan yang lebih sedikit. Penurunan ini ditemukan setinggi 81%
dalam satu penelitian. Studi yang sama juga melaporkan bahwa subjek
daripada pada saat mereka menggunakan pasta gigi yang menggandung SLS
RAS memiliki ciri-ciri ulser berulang, sakit, dan biasanya dapat sembuh
dengan sendirinya. Secara klinis, biasanya terlihat ulser dengan dasar kuning dan
20
tepi dikelilingi dengan eritem (Laskaris, 2006). Kebanyakan pasien dengan RAS
memiliki antara dua dan enam lesi pada setiap episode dan mengalami beberapa
episode setahun.
1. Tahap prodromal
Tahap ini merupakan suatu tahap yang jarang terjadi pada semua pasien. Tahap
ini berlangsung 2-48 jam sebelum ulser muncul. Pasien merasakan tidak enak
di dalam mulut, dapat disertai dengan gejala demam seperti malaise. Selama
2. Tahap pre-ulseratif
Pada tahap ini terdapat pembengkakan dan kemerahan pada mukosa. Dalam
beberapa jam, akan terbentuk papula putih kecil, ulserasi, dan membesar dalam
21
48 – 72 jam. Lesi berbentuk bulat, simetris, dan dangkal (mirip dengan ulser
karena virus), tetapi tidak ada lesi dari vesikel yang ruptur, yang membantu
3. Tahap ulseratif
Pada tahap ini pasien biasanya merasakan adanya nyeri lokal pada mukosa
mulut. Terlihat pula adanya lesi cekung berbentuk bulat atau oval regular
dengan margin tajam dan jelas serta dikeliling daerah yang eritem dan edema.
Tahap ini merupakan tahap yang dominan, biasanya terjadi selama 3-4 hari.
Lesi dapat muncul lebih dari satu, dengan ukuran dan frekuensi bervariasi.
Mukosa bukal dan labial seringkali terlibat. Lesi jarang terjadi pada daerah yang
4. Tahap penyembuhan
Pada tahap ini pasien merasakan nyerinya sudah berkurang, dan terlihat adanya
jaringan parut biasanya terjadi pada 10-14 hari setelah ulser pertama kali
muncul.
5. Tahap remisi
ulser mayor (Sutton’s disease, periadenitis mucosa necrotica recurrens) dan ulser
hepetiform.
Disebut juga minor aphthae atau mild aphthous ulcers atau Mikulicz’s
aphthae. Ulser minor, yang terjadi pada lebih dari 80% kasus RAS, memiliki lesi
dengan diameter kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa meninggalkan bekas. Ulser
minor muncul pada daerah tidak berkeratin pada kavitas oral seperti mukosa bukal,
mukosa labial, ventral atau lateral lidah, atau dasar mulut. Pasien dengan ulser
minor biasanya memiliki satu sampai lima ulser pada satu waktu dan biasanya akan
sembuh dalam waktu 10 hingga 14 hari tanpa meninggalkan bekas luka atau
jaringan parut (Greenberg and Glick, 2008; Vivek and Bindu, 2011).
Karakteristik RAS minor berupa ulser kecil berbatas jelas, berbentuk bulat
atau oval, menimbulkan rasa sakit, memiliki jaringan nekrosis pada bagian
dikelilingi oleh jaringan eritem. Munculnya ulser ditandai oleh gejala prodromal,
seperti rasa terbakar atau perih. Biasanya rasa sakit bertahan hingga 3-4 hari dan
ketika proses re-epitelisasi dimulai rasa sakit akan mulai berkurang (Vivek and
Bindu, 2011).
23
Ulser mayor memiliki lesi dengan diameter lebih dari 1cm, seringkali
membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh dan terkadang menimbulkan bekas
atau jaringan parut yang dapat mengakibatkan penurunan mobilitas dari uvula dan
lidah (Scully, et. al, 2003). Ulser mayor biasanya muncul pada bagian posterior
mulut dan daerah berkeratin, biasanya mengenai bibir, palatum lunak, dan
minor, mengganggu berbicara dan makan, dan pasien ini mungkin memerlukan
rawat inap untuk makan melalui intravena dan diberi pengobatan kortikosteroid
Gejala prodromal lebih terlihat jelas dibandingkan RAS minor dan pasien
seringkali disertai dengan adanya demam, malaise, dan dysphagia. Ulser dapat
muncul selama 10-20 hari atau bahkan sampai beberapa bulan. Pada beberapa tahun
terakhir, ulser mayor dianggap sebagai kondisi oral yang dapat mengindikasikan
adanya infeksi HIV (Lamey dan Lewis, 1991). Terkadang lesi ini sulit
24
RAS herpetiform sangat jarang terjadi hanya sekitar 5-10% dari keseluruhan
yang multipel (dapat mencapai 5-100 buah) dengan masing-masing ulser memiliki
diameter kurang dari 1-2mm, sakit, dan dangkal. Ulser ini berwarna abu-abu, tanpa
adanya batas eritem (Field dan Longman, 2003). Kadang memiliki penampakan
hampir sama dengan ulser herpes simpleks. Walaupun sangat kecil, lesi ini biasanya
Tidak seperti RAS minor dan RAS mayor, RAS herpetiform ini dapat terjadi
di mana saja dan tidak memiliki area spesifik. Dalam jumlah banyak ulser kecil ini
dapat bergabung menjadi ulser yang besar, irregular, dan dapat bertahan hingga 2
minggu. Penyembuhan biasanya dan terjadi tanpa meninggalkan bekas luka atau
jaringan parut (Laskaris, 2006). Ulser hepetiform ini masa penyembuhannya sama
3.4 Diagnosis
RAS didiagnosis karena adanya ulser berulang tanpa adanya penyakit lain.
Biasanya adanya riwayat penyakit ini pada keluarga dapat memperkuat diagnosis.
(Scully, 2006). Riwayat penyakit dan pemeriksaan oleh dokter dapat membedakan
RAS dari lesi akut primer, seperti stomatitis virus atau dari lesi multiple kronis
seperti pemfigoid, serta sebagai kemungkinan penyebab lain dari ulkus berulang,
digunakan bila lesi bertambah buruk atau mulai diatas usia 25 tahun. Biopsi hanya
2008).
oleh eksudat fibrin dengan jaringan granulasi pada dasar ulser dan campuran
infiltrat inflamasi akut dan kronis. Studi terhadap lesi awal RAS menunjukkan
infiltrasi limfosit granular yang besar dan limfosit CD-4 helper-induced dengan
degenerasi sel basal dan formasi vesikel intraepitelia kecil (Greenberg dan Glick,
2008).
Pasien dengan aftosa minor parah atau aftosa mayor harus menginvestigasi
besi serum, folat, vitamin B12, dan feritin. Pasien dengan kelainan tersebut harus
dirujuk kepada ahli penyakit dalam untuk menghilangkan sindrom malabsorpsi dan
untuk memulai terapi yang tepat. Pasien dengan infeksi HIV, terutama yang
memiliki jumlah CD4 di bawah 100 / mm3, dapat memiliki ulser aftosa mayor
1. Ulser traumatik
Ulser traumatik merupakan ulser yang muncul akibat suatu trauma. Berbagai
macam trauma seperti trauma gigitan, trauma fisik akibat makanan yang keras atau
tajam, sikat gigi atau dapat karena kecelakaan, trauma kimia, trauma termal
27
(makanan atau minuman yang panas), maupun trauma akibat perawatan oleh dokter
gigi. Selain itu trauma mekanis yang menyebabkan ulser traumatik juga dapat
berasal dari gigi tiruan / denture, gesekan dari restorasi yang kurang baik, alat
Tepi ulser pada awalnya eritem yang akan semakin memudar karena adanya
karena dilapisi oleh membran fibrin yang berwarna kekuningan (Langlais, 2000;
Regezi, 2003).
Ulser traumatik dapat akut maupun kronis. Ulser traumatik akut memiliki
gambaran lesi cekung (depressed lesion), dengan tepi eritem dapat regular atau
rasa sakit yang beragam bergantung pada penyebab trauma dan keparahan lesi. Lesi
ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam 10-14 hari dan akan lebih cepat sembuh
ketika sumber trauma dihilangkan. Proses penyembuhan dapat atau tidak dapat
meninggalkan jaringan parut bergantung pada seberapa luas trauma terjadi. Ulser
kronis tidak begitu menyebabkan rasa sakit atau bahkan tidak menimbulkan rasa
sakit. Ulser berwarna kuning dan dikelilingi oleh batas menonjol yang
mukosa yang dalam (pada otot). Ulser berbentuk kawah ini berdiameter 1-2 cm,
dan sembuh dalam beberapa minggu. Ulser ini biasanya terjadi pada lidah dan
28
merupakan lesi kronis, dengan batas jelas dan mirip seperti karsinoma sel
Perbedaan ulser traumatik dengan RAS adalah lesi RAS berbentuk bulat
atau oval, sedangkan ulser traumatik lebih banyak berbentuk irregular. RAS
biasanya mengenai mukosa non keratin seperti mukosa bukal dan labial, sedangkan
Perawatan pada ulser traumatik hampir sama dengan perawatan pada RAS.
Prinsipnya, perawatan ini bersifat paliatif atau mengurangi rasa sakit dan mencegah
dengan penggunaan wax pada kasus trauma akibat alat ortodonti. Apabila dicurigai
terjadinya suatu infeksi akibat trauma maka dapat dilakukan pemberian antibiotik
(Ariyawardana, 2014).
2. Behcet Syndrome
dari pembuluh darah kecil dan sedang, serta inflamasi dari epitel yang disebabkan
3) Adanya lesi ocular (konjungtivitis, iritis, uveitis, vaskulitis retina, akuitas visual
berkurang)
Ulser oral pada Behçet’s syndrome tidak dapat dibedakan dengan ulser pada
umumnya. Ulser oral merupakan tanda yang selalu ada dan merupakan manifestasi
pertama penyakit ini. Diagnosis penyakit ini juga dapat ditegakkan dengan tes
rekuren dan dua dari empat kriteria utama harus ada. Selain itu, sindrom ini
biasanya disertai juga dengan gejala pada sistem saraf pusat (pusing, paralisis
terkena. Lesi oral dapat ditangani dengan steroid topikal untuk kasus ringan. Steroid
Herpes simplex adalah penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simplex.
Terbagi menjadi dua jenis, yaitu herpes simplex virus 1 (HSV-1) dan herpes
simplex virus 2 (HSV-2). Serupa dengan herpes zoster, gejala pertama biasanya
gatal-gatal dan kesemutan, diikuti dengan benjolan yang membuka dan menjadi
sangat sakit. Infeksi ini dapat menjadi dorman (tidak aktif) selama beberapa waktu,
kemudian tiba-tiba menjadi aktif kembali tanpa alasan jelas. Perbedaannya dengan
RAS adalah lesi RAS terbentuk dari papul yang ruptur, sedangkan infeksi HSV lesi
awalnya adalah vesikel. Infeksi HSV disertai dengan keluhan sakit, rasa terbakar,
gatal, dan bisa melibatkan mukosa berkeratin sedangkan RAS tidak disertai gatal
dan hanya mengenai mukosa non keratin. (Greenberg and Glick, 2008).
3.6 Perawatan
penyakit. Sebagian besar kasus RAS tidak memerlukan terapi spesifik. Pada kasus
ringan dengan dua atau tiga lesi, hanya diperlukan emollient protektif seperti
31
Orabase atau anestesi topikal seperti Zilactin. Untuk menghilangkan rasa sakit dari
lesi minor, dapat digunakan anestesi topikal atau topikal diklofenak. Obat kumur
dan durasi ulkus RAS. Selain itu, untuk kasus yang terjadi karena adanya infeksi,
dapat digunakan obat kumur antibiotik, yaitu tetracycline (250mg dalam 5-10mL
air).
dapat mempercepat waktu penyembuhan dan dapat memperkecil ukuran ulser. Gel
steroid dapat diaplikasikan langsung ke lesi setelah makan dan sebelum tidur
sebanyak dua atau tiga kali sehari. Lesi yang lebih besar dapat diobati dengan
menempatkan kapas kasa yang telah diaplikasiakn topikal steroid pada ulser dan
ditinggalkan selama lima belas sampai tiga puluh menit. Obat topikal lain yang
topikal, yang dapat digunakan dalam bentuk obat kumur atau diaplikasikan pada
Ketika pasien penderita kasus RAS yang parah tidak mengalami kemajuan
dengan penggunaan obat topikal, perlu dilakukan terapi sistemik. Obat yang
dilaporkan dapat mengurangi jumlah ulser pada kasus RAS mayor antara lain
thalidomide untuk mengobati RAS hanya boleh dilakukan apabila obat lainnya
PEMBAHASAN
keluhan terdapat sariawan pada bibir bawah kiri depan bagian dalam dan terasa
sakit sejak empat hari sebelumnya. Sariawan ini muncul karena tergigit pada satu
membesar, terutama karena makan pedas. Pasien mengeluhkan sempat adanya rasa
sakit dan bengkak pada daerah tersebut. Pasien sering sering sariawan rata-rata tiga
sariawannya. Tidak ada gejala lain yang menyertai, pasien tidak demam dan tidak
sedang memiliki gangguan pencernaan. Pasien tidak dalam kondisi stres, tetapi
riwayat penyakit sistemik. Ayah pasien sering mengalami sariawan juga. Pasien
mengaku minum air putih yang cukup setiap harinya, mengkonsumsi buah-buahan
adanya kelainan, hanya ada permasalahan pada bibir kering saja. Namun, hal ini
tidak terlalu parah dan tidak menimbulkan keluhan yang berarti. Pada pemeriksaan
intraoral didapatkan dua buah ulser di mukosa labial bagian kanan. Ulser ini
memiliki diameter ±3mm dan ±2mm dengan bentuk bulat dan reguler, dasarnya
32
33
berwarna putih dan sedikit cekung dengan kedalaman dangkal. Lesi ini dikelilingi
dengan tepi eritem dan indurasi positif. Selain itu, terdapat pula teraan gigitan di
lateral kiri dan kanan, yaitu pada regio gigi 36-37 dan 46-47.
dialaminya, yaitu kurang lebih setiap tiga bulan sekali yang memperlihatkan adanya
lesi yang berulang yang diderita oleh pasien. Pasien juga mengaku bahwa ayah
pasien juga sering mengalami sariwan. Adanya riwayat penyakit ini pada keluarga
dapat memperkuat diagnosis karena faktor genetik merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap RAS (Scully, 2006). Sesuai dengan penelitian Scully,
et. al, 2003, Pasien dengan orang tua positif memiliki RAS, 90% nya juga memiliki
potensi terkena RAS. Selain itu, dilihat dari karakteristik lesinya yang berwarna
putih disertai dengan eritem di tepinya, cekung, serta memiliki bentuk yang reguler
Ulser yang diderita pasien memiliki diameter 2 dan 3mm dan lokasi lesi
terdapat pada mukosa tidak berkeratin, yaitu mukosa labial. Hal ini menunjukkan
bahwa pasien menderita RAS tipe minor. RAS tipe mayor memiliki diameter lebih
dari 1cm dan terjadi pada daerah berkeratin (Greenberg and Glick, 2008; Vivek
and Bindu, 2011). Lesinya yang hanya berjumlah dua buah juga menunjukkan
dipicu oleh adanya trauma karena tergigit. Selain itu, kondisi pasien yang sedang
34
dalam masa menstruasi juga menjadi faktor yang mendorong RAS ini lebih mudah
rentan terhadap trauma yang mengakibatkan terbentuknya ulser (Nolan, et. al.
1991).
traumatik, sindrom Behcet, infeksi Herpes Simpleks Virus. Pada kasus ini, ulser
pada pasien memang disebabkan karena trauma. Namun, riwayat pasien yang
traumatik. Ulser traumatik cenderung memiliki bentuk yang ireguler dan biasanya
ulser langsung muncul setelah trauma, tetapi pada pasien tersebut ulser baru muncul
4 hari setelah trauma terjadi. Sindrom Behcet memiliki trias gejala, yaitu ulser pada
mulut, uveitis, dan ulser pada daerah genital (Laskaris, 2012). Kedua gejala terakhir
tidak ditemukan pada pasien ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa ulser pada
pasien ini juga bukan merupakan gejala dari sindrom Behcet. Infeksi virus Herpes
Simpleks dapat bermanifestasi sebagai lesi ulser pada rongga mulut. Ulser yang
terjadi merupakan vesikel yang kemudian ruptur, disertai dengan rasa sakit seperti
terbakar dan gatal (Greenberg and Glick, 2008). Pada kasus ini, ulser pasien tidak
didahului dengan vesikel. Pasien juga tidak mengeluhkan rasa terbakar dan gatal
35
yang meununjukkan bahwa ulser ini bukan merupakan manifestasi dari infeksi
dan durasi ulkus RAS (Greenberg and Glick, 2008), serta vitamin B12.
dan instruksi cara pemakaian obat. Selain itu, pasien juga diinstruksikan untuk
minum air putih lebih dari delapan gelas per hari, memperbanyak makan buah-
untuk kontrol. Saat kontrol, ulser pada bagian bibir bawah kiri telah hilang tanpa
meninggalkan bekas luka atau jaringan parut. Pasien mengaku sariawan sembuh
setelah delapan hari semenjak kunjungan pertama. Hal ini dikarenakan pasien telah
sayur dan buah-buahan, serta minum air putih delapan gelas perhari. Namun,
ditemukan adanya ptechie pada mukosa bukal bilateral yang disebabkan karena
menderita RAS. Pasien diberikan instruksi agar terus menjaga pola makan, asupan
nutrusi terutama vitamin, dan istirahat cukup. Pasien harus mampu menerapkan
KESIMPULAN
rekurensi RAS pada pasien berkisar 2-3bulan sekali, terutama pada masa
menstruasi. RAS yang terjadi pada pasien dipicu karena adanya trauma,
ketidakseimbangan hormon pada masa menstruasi, serta adanya faktor genetik dari
orang tua pasien. Pemberian kortikosteroid topikal, antiseptik, vitamin B12, serta
ukuran dan jumlah lesi, serta mengurangi tingkat rekurensi terjadinya ulserasi.
Pemberian Oral hygine instruction dan gaya hidup sehat sangat diperlukan pada
pasien yang menderita RAS karena tujuan utama perawatan RAS ini adalah
mengurangi tingkat rekurensi agar pasien memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Pemberian instruksi untuk menjaga pola makan, minum air putih yang cukup dan
istirahat yang cukup terus dilakukan sebagai usaha mencegah terjadinya lesi
37
38
DAFTAR PUSTAKA
Ariyawardana. 2014. Traumatic Oral Mucosal Lesions: A Mini Review and Clinical
Update. OHDM Vol. 13
Field, A. dan L. Longman. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine. 5th Ed. Oxford
University Press.
Greenberg, M.S. and M. Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine: Diagnosis and
Treatment. 11th Ed. Ontario : BC Decker Inc.
Langlais, R.P and C.S Miller. 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang
Lazim. Alih Bahasa oleh Budi Setyo.Jakarta : Hipokrates.
Lamey, P.J. dan M.A.O. Lewis. 1991. Oral Medicine in Practice. Glasgow:
Department of Oral Medicine and Pathology, Glasgow Dental Hospital
and School.
Laskaris, G. 2012. Atlas Saku Penyakit Mulut. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
ECG.
39
Nolan, et. al. 1991. Reccurent Aphtous Ulcerations and food sensitivity. J Oral
Pathol Med 20: 473-5
Regezi, J.A. ; Sciubba, J.J. ; and Jordan, R.C.K. 2003. Oral Pathology : Clinical
Pathologic Correlations 4th Ed. USA : Saunders Elsevier Science.
Scully, et. al, 2003. The Diagnosis and Management of Reccurent Aphtous
Stomatitis. JADA Vol. 134
Soames, J.V. and Sotham, J.C. 2005. Oral Pathology 4th ed. New York: Oxford
University Press Inc.