Sunteți pe pagina 1din 19

DAMPAK UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014

TERHADAP PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015


(Studi Peralihan Kewenangan Dibidang Kelautan dan Pertambangan)

Oleh :

Oksep Adhayanto1 dan Yudhanto Satyagraha Adiputra2

Abstract

The complex policy on authority management between central and local government has
appeared to be hot issue from each periods of the constitution implementation on the local
governance. With the enactment of the newly issued Local Governance Law Number 23
Year 2014, has indirectly influenced legal products on which previously effective whether to
district or head district law.

Problem of this research is how authority management between central, provincial and
district/municipal government is answered based on the Law Number 23 Year 2014 and the
impacts on authority transformation in terms of ocean and mining affair. Basically, this research
theoritically attempts to apply several approaches by integrating between more macro and
micro systemic study, although not entirely practised.

Law Number 23 Year 2014 implies a more de-constructing rather than reconstructing
relationship between central and local government, by reducing authority of head district/city
mayor in the development. Decentralization intrument has turned resources management of
which previously held on the hand of district/city authority presently taken over by the provincial
level of government, for instance : mining license shift for class C mined products and the sea
territorial limit. Thus, the 2014 Local Governance Law makes necessary to cause juridical
adjustment for the local legal products mainly related to certain authorities which are tranferred
from the provincial to district or regency level.

Keywords: District Regulation, Bintan Goverment, Authority

A. Latar Belakang Undang Nomor 18 Tahun 1965, Undang-Undang


Sejarah perjalanan pelaksanaan pemerintahan Nomor 5 Tahun 1974, Undang-Undang Nomor 22
daerah di Indonesia senantiasa mengalami pasang Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
surut seiring dengan perkembangan sistem ketata- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Hal ini
negaraan Indonesia. Beragam peraturan perundang- membuktikan bahwa implementasi terhadap peme-
undangan terkait yang mengatur secara khusus tentang rintahan daerah begitu rumit dan kompleks karena
pemerintahan daerah bergulir sejak Negara ini berdiri. banyaknya persoalan yang perlu diatur dalam kerangka
Dimulai dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1945, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948, Kompleksitas pengaturan berkaitan dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, Undang- kewenangan antara pemerintah dan pemerintah

1
Ketua Program Studi Ilmu Hukum Universitas Maritim Raja Ali Haji.
2
Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji.

296 JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4


daerah menjadi isu hangat setiap periodeisasi dari pengaruhi kewenangan daerah yang ada saat ini yang
pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hal-hal dimaksud di atas.
berkaitan dengan pemerintahan daerah. Hubungan Terkait dengan hal di atas, fokus penelitian ataupun
pemerintah dan pemerintah daerah tidak luput juga pengkajian hukum yang akan dilakukan ini berfokus
meletakkan andil terhadap perubahan-perubahan yang pada kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah
terjadi. Pada level di bawahnya, hubungan antara daerah Kabupaten Bintan saat ini khususnya di Bidang
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota Kelautan dan Pertambangan.
serta hubungan antara pemerintah kabupaten/kota
dengan desa-desa yang ada dibawahnya menjadi B. Permasalahan
perbincangan hangat dalam rangka menemukan Sejalan dengan hal tersebut, maka dirumuskanlah
formulasi yang tepat guna mengatur persoalan- permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
persoalan di atas. 1. Bagaimana pengaturan kewenangan antara
Topik-topik yang berkaitan dengan pengaturan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
kewenangan dan hubungan serta keuangan menjadi Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan Undang-
topik yang sentral yang mewarnai setiap perubahan Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Peme-
terhadap peraturan perundang-undangan yang rintahan Daerah?
berkaitan dengan pemerintahan daerah. 2. Dampak perubahan kewenangan pasca diundang-
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor kannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, secara Tentang Pemerintahan Daerah terhadap Kewe-
tidak langsung mempengaruhi produk hukum di nangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
daerah baik peraturan daerah, peraturan kepala Pemerintah Kabupaten Bintan khususnya di Bidang
daerah maupun yang lainnya yang sebelumnya sudah Kelautan dan Pertambangan?
berlaku terlebih dahulu. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penyisiran terhadap produk-produk hukum C. Tujuan Penelitian
daerah khususnya peraturan daerah yang tidak lagi Penelitian ini bermaksud untuk mengidentifikasi dan
sejalan dengan ketentuan peraturan perundang- menghasilkan informasi yang komprehensif, padat dan
undangan tentang pemerintahan daerah yang berlaku jelas mengenai permasalahan yang terjadi sebagai
saat ini agar dapat segera untuk disesuaikan sehingga dampak dari diundangkannya Undang-Undang Nomor
tidak terjadi tumpang tindih kewenangan antara 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. khususnya di Bidang Kelautan dan Pertambangan di
Dengan melihat matriks pembagian urusan Kabupaten Bintan.
pemerintahan konkuren antara pemerintah pusat dan
daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota sebagai- D. Metode Penelitian
mana terdapat dalam lampiran Undang-Undang 1. Pendekatan Kajian
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Pada dasarnya penelitian ini secara teoritis dapat
dapat diketahui bahwa terdapat beberapa urusan menggunakan beberapa pendekatan dengan mema-
pemerintah kabupaten/kota yang telah beralih menjadi dukan antara kajian sistem yang lebih makro dan kajian
urusan pemerintah provinsi. sistem yang lebih mikro, walaupun tidak secara
Urusan-urusan yang sebelumnya menjadi urusan menyeluruh. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
pemerintah kabupaten/kota yang diperkuat dengan bahwa kajian yang dilakukan menjadi lebih lengkap,
peraturan daerah tentunya secara hukum perlu untuk karena mempertimbangkan keseluruhan sistem yang
direvisi mengingat urusan tersebut kini bukan lagi mempengaruhi, baik sistem eksternal maupun internal.
menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota melainkan
menjadi urusan pemerintah provinsi. 2. Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di Metode pengumpulan data yang dilakukan terbagi
atas, dapat diketahui terdapat permasalahan yang 2 (dua) kategori data, yaitu :
muncul pasca diundangkannya Undang-Undang 1. Data primer merupakan data-data yang berhu-
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah bungan atau terkait langsung dengan peraturan
khususnya yang berkaitan dengan kewenangan yang perundang-undangan terkait. Pengumpulan
dimiliki antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah data primer dilakukan melalui tiga pendekatan
Kabupaten/Kota. Tentunya hal ini akan turut mem- yaitu;

JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4 297


a. Studi Kepustakaan terhadap peraturan lihara ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perundang-undangan terkait. perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
b. Wawancara/Interview. Metode wawancara Selanjutnya Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara
diterapkan bila peneliti mengasumsikan Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
bahwa data yang di butuhkan sebagian Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
besar diketahui oleh key infoman. Metode berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai Negara
wawancara di lakukan secara langsung kesatuan adalah dibentuknya pemerintah Negara
dengan menggunakan panduan pertanyaan Indonesia sebagai pemerintah nasional untuk pertama
yang sifatnya terbuka kalinya dan kemudian pemerintah nasional tersebutlah
2. Data Sekunder, merupakan data-data yang yang kemudian membentuk Daerah sesuai ketentuan
sudah tercatat dan sudah dipublikasikan, baik peraturan perundang-undangan. Kemudian Pasal 18
berupa buku laporan, tabulasi, peta, kriteria/ ayat (2) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara
standar/parameter dan pedoman, ataupun Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
peraturan perundangan terkait lainnya. Pemerintahan Daerah berwenang untuk mengatur dan
mengurus sendiri Urusan Pemerintahan menurut Asas
3. Metode Pengolahan Data Otonomi dan Tugas Pembantuan dan diberikan
Data-data dan informasi yang didapat dari hasil otonomi yang seluas-luasnya.
studi kepustakaan maupun survey, baik data primer Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada
maupun sekunder, selanjutnya diolah dengan cara : Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
a. Tabulasi, yaitu pengelompokkan data/informasi kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
berdasarkan jenis dan lingkupnya; pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyara-
b. Pemilahan data-data yang dibutuhkan dan yang kat. Di samping itu melalui otonomi luas, dalam
kurang relevan dan atau bahkan tidak ada lingkungan strategis globalisasi, Daerah diharapkan
kaitannya dengan kebutuhan kajian (studi) yang mampu meningkatkan daya saing dengan memper-
dilakukan; hatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
c. Pengolahan data dan informasi dalam bentuk; keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan
tabel, diagram, peta-peta, dan narasi. keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara
d. Analisis data, data-data yang telah diolah Kesatuan Republik Indonesia.
dianalisis sebagai dasar penyusunan produk Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada
hukum daerah ke depan. Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip negara
kesatuan. Dalam negara kesatuan kedaulatan hanya
E. Kerangka Teori ada pada pemerintahan negara atau pemerintahan
Beberapa ketentuan yang bersifat prinsip yang nasional dan tidak ada kedaulatan pada Daerah. Oleh
diatur didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 karena itu, seluas apa pun otonomi yang diberikan
antara lain adalah sebgai berikut: kepada Daerah, tanggung jawab akhir penyeleng-
garaan Pemerintahan Daerah akan tetap ada ditangan
1. Hubungan Pemerintah Pusat dan daerah Pemerintah Pusat. Untuk itu Pemerintahan Daerah
Hubungan Pemerintah Pusat dengan Daerah dapat pada negara kesatuan merupakan satu kesatuan
dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan dengan Pemerintahan Nasional.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Sejalan dengan itu, kebijakan yang dibuat dan
Tahun 1945. Alinea ketiga memuat pernyataan dilaksanakan oleh Daerah merupakan bagian integral
kemerdekaan bangsa Indonesia. Sedangkan alinea dari kebijakan nasional. Pembedanya adalah terletak
keempat memuat pernyataan bahwa setelah menya- pada bagaimana memanfaatkan kearifan, potensi,
takan kemerdekaan, yang pertama kali dibentuk inovasi, daya saing, dan kreativitas Daerah untuk
adalah Pemerintah Negara Indonesia yaitu Pemerintah mencapai tujuan nasional tersebut di tingkat lokal yang
Nasional yang bertanggung jawab mengatur dan pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan
mengurus bangsa Indonesia. Lebih lanjut dinyatakan nasional secara keseluruhan.
bahwa tugas Pemerintah Negara Indonesia adalah Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum
melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah yang mempunyai otonomi berwenang mengatur dan
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mengurus Daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut meme- masyarakatnya sepanjang tidak bertentangan dengan

298 JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4


tatanan hukum nasional dan kepentingan umum. kedudukan, peran, hak, kewajiban, tugas, wewenang,
Dalam rangka memberikan ruang yang lebih luas dan fungsi DPRD tidak diatur dalam beberapa undang-
kepada Daerah untuk mengatur dan mengurus undang namun cukup diatur dalam Undang-Undang
kehidupan warganya maka Pemerintah Pusat dalam ini secara keseluruhan guna memudahkan peng-
membentuk kebijakan harus memperhatikan kearifan aturannya secara terintegrasi.
lokal dan sebaliknya Daerah ketika membentuk
kebijakan Daerah baik dalam bentuk Perda maupun 3. Urusan Pemerintahan
kebijakan lainnya hendaknya juga memperhatikan Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang
kepentingan nasional. Dengan demikian akan tercipta Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
keseimbangan antara kepentingan nasional yang terdapat Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya
sinergis dan tetap memperhatikan kondisi, kekhasan, menjadi kewenangan Pemerintah Pusat yang dikenal
dan kearifan lokal dalam penyelenggaraan peme- dengan istilah urusan pemerintahan absolut dan ada
rintahan secara keseluruhan. urusan pemerintahan konkuren. Urusan pemerintahan
Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada konkuren terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan
rakyat sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang Urusan Pemerintahan Pilihan yang dibagi antara
diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus Pemerintah Pusat, Daerah provinsi, dan Daerah
sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan oleh kabupaten/kota. Urusan Pemerintahan Wajib dibagi
Pemerintah Pusat kepada Daerah dan dalam pelaksa- dalam Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait
naannya dilakukan oleh kepala daerah dan DPRD Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Wajib
dengan dibantu oleh Perangkat Daerah. Urusan yang tidak terkait Pelayanan Dasar. Untuk Urusan
Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berasal dari Pemerintahan Wajib yang terkait Pelayanan Dasar
kekuasaan pemerintahan yang ada ditangan Presiden. ditentukan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk
Konsekuensi dari negara kesatuan adalah tang- menjamin hak-hak konstitusional masyarakat.
gung jawab akhir pemerintahan ada ditangan Presiden. Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara
Agar pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang dise- Daerah provinsi dengan Daerah kabupaten/kota
rahkan ke Daerah berjalan sesuai dengan kebijakan walaupun Urusan Pemerintahan sama, perbedaannya
nasional maka Presiden berkewajiban untuk melaku- akan nampak dari skala atau ruang lingkup Urusan
kan pembinaan dan pengawasan terhadap penye- Pemerintahan tersebut. Walaupun Daerah provinsi dan
lenggaraan Pemerintahan Daerah. Daerah kabupaten/kota mempunyai Urusan Peme-
rintahan masing-masing yang sifatnya tidak hierarki,
2. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah namun tetap akan terdapat hubungan antara Peme-
Berbeda dengan penyelenggaraan pemerintahan rintah Pusat, Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/
di pusat yang terdiri atas lembaga eksekutif, legislatif, kota dalam pelaksanaannya dengan mengacu pada
dan yudikatif, penyelenggaraan Pemerintahan Daerah NSPK yang dibuat oleh Pemerintah Pusat.
dilaksanakan oleh DPRD dan kepala daerah. DPRD Di samping urusan pemerintahan absolut dan
dan kepala daerah berkedudukan sebagai unsur urusan pemerintahan konkuren, dalam Undang-
penyelenggara pemerintahan daerah yang diberi Undang ini dikenal adanya urusan pemerintahan
mandat rakyat untuk melaksanakan Urusan Pemerin- umum. Urusan pemerintahan umum menjadi kewe-
tahan yang diserahkan kepada Daerah. Dengan nangan Presiden sebagai kepala pemerintahan yang
demikian maka DPRD dan kepala daerah berkedu- terkait pemeliharaan ideologi Pancasila, Undang-
dukan sebagai mitra sejajar yang mempunyai fungsi Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
yang berbeda. DPRD mempunyai fungsi pembentukan 1945, Bhinneka Tunggal Ika, menjamin hubungan
peraturan daerah, anggaran dan pengawasan, yang serasi berdasarkan suku, agama, ras dan antar
sedangkan kepala daerah melaksanakan fungsi golongan sebagai pilar kehidupan berbangsa dan
pelaksanaan atas Perda dan kebijakan Daerah. Dalam bernegara serta memfasilitasi kehidupan demokratis.
mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan yang Presiden dalam pelaksanaan urusan pemerintahan
menjadi kewenangan Daerah tersebut, DPRD dan umum di Daerah melimpahkan kepada gubernur
kepala daerah dibantu oleh Perangkat Daerah. sebagai kepala pemerintahan provinsi dan kepada
Sebagai konsekuensi posisi DPRD sebagai unsur bupati/wali kota sebagai kepala pemerintahan
penyelenggara Pemerintahan Daerah maka susunan, kabupaten/kota.

JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4 299


4. Keuangan Daerah F. Pembahasan
Penyerahan sumber keuangan Daerah baik berupa 1. Pengaturan Kewenangan antara Pemerintah
pajak daerah dan retribusi daerah maupun berupa Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
dana perimbangan merupakan konsekuensi dari Kabupaten Kota berdasarkan Undang-Undang
adanya penyerahan Urusan Pemerintahan kepada Pemerintahan Daerah Nomor 23 Tahun 2014
Daerah yang diselenggarakan berdasarkan Asas Tiada satupun pemerintah dari suatu negara
Otonomi. Untuk menjalankan Urusan Pemerintahan dengan wilayah yang luas dapat melaksanakan
yang menjadi kewenangannya, Daerah harus mem- kebijaksanaan dan program-programnya secara efektif
punyai sumber keuangan agar Daerah tersebut dan efisien melalui sistem sentralisasi (Browman dan
mampu memberikan pelayanan dan kesejahteraan Hampton, 1983).
kepada rakyat di Daerahnya. Pemberian sumber Negara nasional terlalu kecil untuk mengatur dan
keuangan kepada Daerah harus seimbang dengan mengurus masalah-masalah yang sangat kecil (Bell,
beban atau Urusan Pemerintahan yang diserahkan 1988;2). Bahwa peran negara sebagai pengatur dan
kepada Daerah. Keseimbangan sumber keuangan ini penyelengara akan semakin berkurang dan akan
merupakan jaminan terselenggaranya Urusan Peme- sangat tergantung dengan mekanisme koordinasi dan
rintahan yang diserahkan kepada Daerah. Ketika pembagian kekuasaan, baik pada tingkat internasional
Daerah mempunyai kemampuan keuangan yang maupun pada tingkat lokal (Fukuyama, 2004;95).
kurang mencukupi untuk membiayai Urusan Peme- Konsekuensi logis dalam hal ini ialah penyerahan
rintahan dan khususnya Urusan Pemerintahan Wajib sebagian kekuasaan kepada sub unit-sub unit nasional
yang terkait Pelayanan Dasar, Pemerintah Pusat dapat dan lokal4.
menggunakan instrumen DAK untuk membantu Desentralisasi adalah istilah penting dengan
Daerah sesuai dengan prioritas nasional yang ingin konotasi yang luas. Setiap penyerahan kewenangan
dicapai. dari Pemerintah Pusat dapat tercakup dari pengertian
tersebut. Konsep desentralisasi selalu berkaitan
5. Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dengan kewenangan untuk mengatur dan mengurus
Pusat di Daerah kekuasaan yang menjadi domain Pemerintah Pusat
Mengingat kondisi geografis yang sangat luas, yang diserahkan ke daerah. Dalam konteks Indonesia,
maka untuk efektifitas dan efisiensi pembinaan dan desentralisasi selalu dikaitkan pembentukan daerah
pengawasan atas penyelenggaraan Urusan Peme- otonom atau pemerintahan daerah dan penyerahan
rintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupa- urusan pemerintahan dari pusat kepada pemerintah
ten/kota, Presiden sebagai penanggung jawab akhir daerah sehingga pemerintah daerah mempunyai
pemerintahan secara keseluruhan melimpahkan kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan
kewenangannya kepada gubernur untuk bertindak atas pemerintahan tersebut.
nama Pemerintah Pusat untuk melakukan pembinaan Secara teoritik terdapat elemen-elemen dasar yang
dan pengawasan kepada Daerah kabupaten/kota agar bersifat generik dalam institusi pemerintahan daerah. Agar
melaksanakan otonominya dalam koridor NSPK yang pemerintah daerah mampu melaksanakan otonominya
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Untuk efektifitas secara optimal yaitu sebagai instrumen menciptakan
pelaksanaan tugasnya selaku wakil Pemerintah Pusat, proses demokratisasi dan instrumen menciptakan
gubernur dibantu oleh perangkat gubernur sebagai kesejahteraan ditingkat lokal, maka harus dipahami secara
Wakil Pemerintah Pusat. Karena perannya sebagai filosofis elemen-elemen dasar yang membentuk
Wakil Pemerintah Pusat maka hubungan gubernur pemerintahan daerah sebagai suatu entitas pemerin-
dengan Pemerintah Daerah kabupaten/kota bersifat tahan. Setidaknya terdapat 7 elemen dasar yang
hierarkis. membangun entitas pemerintahan daerah yaitu5:

4
Eko Prasojo, “Konstruksi Ulang Hubungan Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia; Antara Sentripetalisme dan
Sentrifugalisme.” Pidato Pengukuhan Guru Besar Adminitrasi Negara Universitas Indonesia.
5
Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, Kementerian Dalam Negeri Tahun 2011.

300 JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4


1. Urusan Pemerintahan Secara filosofis, rakyat yang mempunyai otonomi
Elemen dasar pertama dari pemerintahan daerah daerah tersebut. Namun secara praktis adalah tidak
adalah “urusan pemerintahan”, yaitu kewenangan mungkin masyarakat untuk memerintah bersama.
daerah untuk mengatur dan mengurus urusan Untuk itu maka dilakukan pemilihan wakil-wakil rakyat
pemerintahan yang diserahkan ke daerah. Desen- untuk menjalankan mandat rakyat dan mendapatkan
tralisasi pada hakekatnya membagi urusan pemerin- legitimasi untuk bertindak untuk dan atas nama rakyat
tahan antar tingkatan pemerintahan; pusat menger- daerah. Dalam sistem pemerintahan di Indonesia, ada
jakan apa dan daerah mengerjakan apa. dua jenis institusi yang mewakili rakyat. Pertama, DPRD
yang dipilih melalui pemilihan umum, untuk men-
2. Kelembagaan jalankan fungsi legislasi daerah. Kedua, Kepala Daerah
Elemen dasar yang kedua dari pemerintahan yang dipilih melalui pemilihan kepala daerah.
daerah adalah kelembagaan daerah. Kewenangan
daerah tidak mungkin dapat dilaksanakan kalau tidak 6. Pelayanan Publik
diakomodasikan dalam kelembagaan daerah. Untuk Elemen dasar yang keenam yang membentuk
konteks Indonesia, ada dua Kelembagaan penting yang pemerintahan daerah adalah “pelayanan publik”. Hasil
membentuk pemerintahan daerah yaitu: kelembagaan akhir dari pemerintahan daerah adalah tersedianya
untuk pejabat politik yaitu kelembagaan kepala daerah “goods and services” tersebut dapat dibagi dalam dua
dan DPRD; dan kelembagaan untuk pejabat karier klasifikasi sesuai dengan hasil akhir yang dihasilkan
yang terdiri dari perangkat daerah (dinas, badan, kantor, pemerintahan daerah. Pertama, pemerintahan daerah
sekretariat, kecamatan, kelurahan, dll) menghasilkan public goods yaitu barang-barang untuk
kepentingan masyarakat lokal seperti; jalan, jembatan,
3. Personil irigasi, gedung sekolah, pasar, terminal, rumah sakit
Elemen dasar ketiga yang membentuk pemerin- dan sebagainya. Kedua, pemerintahan daerah
tahan daerah ialah adanya personil yang mengerakkan menghasilkan pelayanan yang bersifat pengaturan
kelembagaan daerah untuk menjalankan urusan publik, seperti; menerbitkan akte kelahiran, kartu tanda
pemerintahan yang menjadi domain pemerintahan penduduk, kartu keluarga, izin mendirikan bangunan,
daerah. Personil daerah (PNS Daerah) tersebut yang dan sebagainya. Pada dasarnya public regulation
pada gilirannya menjalankan kebijakan publik strategis dimaksudkan untuk menciptakan ketentraman dan
yang dihasilkan oleh pejabat (DPRD dan Kepala ketertiban dalam masyarakat.
Daerah) untuk menghasilkan barang dan jasa (goods
and services) sebagai hasil akhir dari pemerintahan 7. Pengawasan
daerah. Elemen dasar yang ketujuh yang membentuk
pemerintahan daerah adalah “Pengawasan”. Argumen
4. Keuangan Daerah dari pengawasan adalah adanya kecenderungan
Elemen dasar keempat yang membentuk pemerin- penyalahgunaan kekuasaan sebagaimana adagium
tahan daerah ialah keuangan daerah. Keuangan Lord Acton “Power tends to corrupt and absolute power
daerah adalah sebagai konsekuensi dari adanya will corrupt absolutely”. Untuk mencegah hal tersebut
urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. maka elemen pengawasan mempunyai posisi strategis
Hal tersebut sesuai dengan prinsip “money follows untuk menghasilkan pemerintahan yang bersih.
function”. Daerah harus diberikan sumber-sumber Undang-Undang Dasar 1945 beserta perubahan-nya
keuangan baik yang bersumber pada pajak dan telah memberikan landasan konstitusional mengenai
retribusi daerah (desentralisasi fiskal) maupun penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia.
bersumber dari dana perimbangan (subsidi dan bagi Diantara ketentuan tersebut, yaitu; 1) Prinsip
hasil) yang diberikan ke daerah. Adanya sumber pengakuan dan penghormatan negara terhadap
keuangan yang memadai akan memungkinkan daerah kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-
untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
diserahkan kepada daerah. dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia; 2) Prinsip daerah
5. Perwakilan Daerah mengatur dan mengurus rumah sendiri urusan
Elemen dasar yang kelima yang membentuk pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pemerintahan daerah adalah perwakilan daerah. pembantuan; 3) Prinsip menjalankan otonomi seluas-

JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4 301


luasnya; 4) prinsip mengakui dan menghormati yang bersifat khusus atau bersifat istimewa.
pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tetang
istimewa; 5) Prinsip badan perwakilan dipilih langsung Pemerintahan Daerah, pada pasal 9 mengatur
dalam suatu pemilu; 6) Prinsip hubungan pusat dan klasifikasi urusan pemerintahan yang terdiri dari;
daerah harus dilaksanakan secara selaras dan adil; 7) 1) Urusan Pemerintahan Absolut.
Prinsip hubungan wewenang antara pemerintah pusat Ialah urusan pemerintahan yang sepenuhnya
dan pemerintah daerah harus memperhatikan menjadi kewenangan pemerintah pusat
kekhususan dan keragaman daerah; 8) prinsip 2) Urusan Pemerintahan Konkuren.
hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan Ialah urusan pemerintahan yang dibagi antara
sumberdaya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dilaksa- dan pemerintah daerah kabupaten/kota dan
nakan secara adil dan selaras berdasarkan Undang- 3) Urusan Pemerintahan Umum.
undang; dan 9) Prinsip pengakuan dan penghormatan Ialah urusan pemerintahan yang menjadi kewe-
negara terhadap satuan-satuan pemerintahan daerah nangan Presiden sebagai kepala pemerintahan

Bagan 1
Klasifikasi Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan

Urusan Pemerintahan 

1.Pertahanan 
(1) Absolut  2. Keamanan 
3. Agama 
4. Yustisi 
5. Politik Luar Negeri 
6. Moneter & Fiskal 
(2) Konkuren Pilihan

Wajib  PELAYANAN DASAR 1. Kelautan dan 


(urusan wajib yang  Perikanan 
sebagian substansinya 2. Pariwisata 
merupakan pelayanan  3. Pertanian 
dasar (6) Urusan 4. Kehutanan 
5. Energy dan 
Sumberdaya 
mineral 
Non Pelayanan Dasar  6. Perdagangan 
(18)  Urusan 7. Perindustrian; dan 
8. transmigrasi 

Standart Playanan 
Minimum (SPM) 

Pancasila, UUUD 45, Bhineka 
Tunggal Ika,Nkri, Kesatuan  
(3) Urusan Pemerintahan Umum Bangsa, Ketertiban, dll 

302 JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4


Bagan 2
Klasifikasi Urusan Pemerintahan Konkruen
Urusan Pemerintahan Konkruen

 
Urusan Pemerintahan Konkruen

Wajib Pilihan

Pelayanan Dasar Non Pelayanan Dasar Potensi, penyerapan tenaga


kerja dan pemanfaatan lahan

1. Pendidikan  1. Tenaga kerja   
2. Kesehatan  2. PP  & PA   1. Kelautan dan perikanan; 
3. PU & PR   3. Pangan  2. Pariwisata; 
4. Sosial   4. Pertanahan  3. Pertanian; 
5. Perumahan rakyat  5. Lingkungan hidup  4. kehutanan; 
dan kawasan  6. Adm. Kependdkan  5. Energi dan sumber daya  
pemukiman   dan pencatatan mineral; 
6. Ketentraman,  sipil;   6. Perdagangan;   
Ketertiban umum  7. PMD   7. Perindustrian; dan  
dan perlindungan  8. Pengendalaian  8. Tansmigrasi. 
masyarakat  penduduk dan KB;  
9. Perhubungan 
10. Kominfo  Urusan berbasis ekosistem
11. Koperasi dan UKM; 
12. Penanaman modal  Kehutanan; ESDM; kelautan 
13. Kepemudaan dan  dan perikanan 
olahraga 
14. Statistik 
15. Persandian 
16. Kebudayaan  Provinsi
17. Perpustakaan dan 
18. Arsip 

Kabupaten/Kota 
Dapat bagi hasil 

JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4 303


Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara 2. Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah Daerah kabupaten/kota;
kabupaten/kota sebagaimana diatur dalam Undang- 3. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak
undang Pemerintahan Daerah Nomor 23 Tahun 2014 negatifnya hanya dalam Daerah kabupaten/kota;
pada pasal 13 ayat (1, 2 dan 3) didasarkan pada prinsip dan/atau;
akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta 4. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber
kepentingan strategis nasional. Berikut kriteria-kriteria dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah
urusan pemerintahan pusat, daerah provinsi dan kabupaten/kota.
daerah kabupaten/kota.
Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi 2. Dampak Perubahan Kewenangan Pasca Diun-
kewenangan Pemerintah Pusat adalah: dangkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Terhadap
provinsi atau lintas negara; Kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah
2. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Bintan
Daerah provinsi atau lintas negara; Khususnya di Bidang Kelautan dan
3. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak Pertambangan
negatifnya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
4. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber Prinsip pembagian kekuasaan/kewenangan atau
dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh urusan pada Negara kesatuan adalah sebagai berikut6:
Pemerintah Pusat; dan/atau Pertama, Kekuasaan atau kewenangan pada dasar-
5. Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis nya adalah milik pemerintah pusat, daerah
bagi kepentingan nasional. diberi kewenangan atau hak mengelola dan
menyelenggarakan sebagian kewenangan
Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi pemerintah yang di limpahkan atau diserah-
kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi adalah: kan. Jadi proses penyerahan atau pelim-
1. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah pahan kewenangan.
kabupaten/kota; Kedua, Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
2. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas tetap mempunyai garis komando dan
Daerah kabupaten/kota; hubungan hierarkis. Hubungan yang di
3. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak lakukan oleh pemerintah pusat tidak untuk
negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau mengintervensi dan mendikte pemerintah
4. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber daerah dalam berbagai hal.
dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah Ketiga, Kewenangan atau kekuasaan yang dialihkan
Provinsi. atau diserahkan kepada daerah dalam
kondisi tertentu, dimana daerah tidak mampu
Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi menjalankan tugas dengan baik, maka
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kewenangan atau urusan yang dilimpahkan
adalah: atau diserahkan tersebut dapat ditarik
1. Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam kembali oleh pemerintah pusat sebagai
Daerah kabupaten/kota; pemilik kekuasaan atau kewenangan tersebut.

6
Muchlis Hamdi, Supriyanto, R. Endi Jaweng (dkk), Naskah Akademik RUU tentang Hubungan Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah,
BPHN Tahun 2011.

304 JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4


Bagan 3
Anatomi Urusan Pemerintah Menurut UU. No 32/20047

Urusan Pemerintah

Absolut Concurent
(Mutlak Urusan Pusat) (Urusan Bersama Pusat,
Provinsi, dan Kab/Kota)

Pertahanan dan Keamanan
Moneter Pilihan/Optimal Wajib/Obligatory
Yustisi (Sektoral Unggulan) (Pelayanan Dasar)
Politik Luar Negeri
Agama Contoh : Pertanian,
Contoh : Kesehatan,
Industri, Perdagangan,
Pendidikan, Lingkungan
Pariwisata, Kelautan,
Hidup, Pekerjaan Umum,
dsb
dan Pertambangan

SPM
(Standar Pelayanan Minimum)

2.1 Kewenangan di Bidang Pengelolaan Wilayah mencabut kewenangan Kabupaten/Kota.


Laut
Aturan pengelolaan diwilayah laut mengalami 2. Bagi hasil pengelolaan sumber daya
perubahan sangat drastis. Adapun perubahan tersebut, Meskipun kewenangan pengelolaan kabupaten/
yaitu : kota dicabut, namun kabupaten/kota penghasil dan
bukan penghasil mendapatkan bagi hasil dari
1. Perubahan kewenangan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan. Penentuan
Menurut Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor Daerah Kabupaten/Kota penghasil untuk penghitungan
23 Tahun 2014, Daerah Provinsi diberikan kewenangan bagi hasil kelautan adalah hasil kelautan yang berada
untuk mengelola sumber daya laut yang ada diwilayah- dalam batas wilayah 4 (empat) mil diukur dari garis
nya. Artinya, pasal ini menetapkan bahwa hanya provinsi pangkal ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
yang berhak mengelola sumber daya laut. Hal ini kepulauan. Dalam hal batas wilayah Kabupaten/Kota
berbeda dengan aturan sebelumnya, bahwa daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kurang dari 4
yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk (empat) mil, batas wilayahnya dibagi sama jarak atau
mengelola sumber daya diwilayah laut (Pasal 18 ayat diukur sesuai prinsip garis tengah dari daerah yang
1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004). Daerah berbatasan. Artinya, pemerintah kabupaten/kota tetap
dalam pasal ini adalah Provinsi dan Kabupaten/Kota. mendapatkan “hak” atas bagi hasil sumber daya sejauh
Jadi, Pasal Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Pemda 4 mil laut.

7
Made Suwandi, Kewenangan Daerah dalam Koridor UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dalam Josef Riwu Kaho, Analisis
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, POLGOV FISIPOL UGM, 2012, hal 129.

JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4 305


3. Kewenangan pengelolaan mengamanatkan pengaturan dalam bentuk Peraturan
Kewenangan Daerah Provinsi untuk mengelola Pemerintah.
sumber daya diwilayah laut sebagaimana tertuang
dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Peme- 2.2 Kewenangan di Bidang Pertambangan dan
rintahan Daerah, meliputi: (a) eksplorasi, eksploitasi, Mineral
konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut diluar Dalam rezim hak kepemilikan (property rights
minyak dan gas bumi; (b) pengaturan administratif; (c) regime), hak atas sumber daya digolongkan ke dalam
pengaturan tata ruang; (d) penegakan hukum terhadap empat jenis hak, yaitu8;
peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau yang 1. Open Acces.
dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah Pusat; Dalam open acces sumber daya alam dipandang
(e) membantu memelihara keamanan di laut; dan (e) tidak memiliki oleh siapapun. Oleh karena itu
membantu mempertahankan kedaulatan Negara. masyarakat merdeka melakukan pemanfaatan dengan
Berdasarkan Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang caranya sendiri. Sebagian masyarakat meman-
Pemda, adanya penekanan kegiatan eksplorasi, faatkanya secara arif.
eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut 2. Private Property
hanya untuk sumber daya di luar minyak dan gas bumi. Private Property atau kepemilikan pribadi atas
sumber daya alam seperti tanah atau benda yang
4. Wilayah kewenangan mengakar pada tanah secara “tetap” dalam literatur
Menurut Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang hukum perdata termasuk sebagai pemilikan atas benda
Pemerintahan Daerah, Kewenangan Daerah Provinsi tidak bergerak (roerende zaken). Pengemban hak atas
untuk mengelola sumber daya diwilayah laut paling private property ini adalah pribadi alamiah (naturalijke
jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pangkal person) atau pribadi buatan/badan hukum. Menurut
ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan. Machperson, baik pribadi alamiah maupun pribadi
Apabila wilayah laut antara 2 (dua) Daerah Provinsi buatan adalah sama-sama pribadi sebagai suatu
kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, kewenangan subjek pengemban hak.
untuk mengelola sumber daya diwilayah laut dibagi Private property sebagai kepemilikan pribadi
sama jarak atau diukur sesuai prinsip garis tengah dari (individual atau korporasi) adalah jenis hak yang terkuat
wilayah antar 2 (dua) Daerah Provinsi tersebut (Pasal karena memiliki empat sifat yang tidak dimiliki oleh
27 ayat (4). Artinya, terjadi perubahan kewenangan tiga jenis hak lainnya, yaitu: (a) completeness, dimana
pengelolaan sumberdaya laut yang hanya untuk Daerah hak-hak didefinisikan secara lengkap, (b) exclusivity,
Provinsi. Selain itu, perubahan pembagian jarak dimana semua manfaat dan biaya yang timbul menjadi
wilayah pengelolaan sumberdaya laut hanya untuk tanggungan secara ekslusif pemegang hak, (c)
Daerah Provinsi, sehingga pembagian jarak wilayah transferable, dimana hak dapat dialihkan kepada pihak
pengelolaan sumberdaya laut untuk Kabupaten/Kota lain baik secara penuh (jual-beli) maupun secara
dibuang. parsial (sewa, gadai), dan (d) enforcebility, dimana hak-
hak tersebut dapat ditegakkan. Oleh karena empat
5. Provinsi Kepulauan alasan itu maka private property dianggap sebagai hak
Menurut Pasal 28 ayat (1), selain melaksanakan yang paling efisien dan mendekati sempurna. Do-
kewenangan untuk mengelola sumber daya diwilayah rongan kesempurnaan hak yang memiliki empat sifat
laut, bagi Daerah Provinsi yang berciri kepulauan, tadi berorientasi pada kepastian dan efisiensi dalam
Pemerintah Pusat menugaskan pelaksanaan kewe- industrialisasi.
nangannya dibidang kelautan. Penugasan baru dapat 3. State Property
dilaksanakan apabila Pemerintah Daerah Provinsi yang Berangkat dari motivasi yang kuat untuk mengatur
berciri kepulauan tersebut telah memenuhi norma, pengelolaan sumber daya alam, maka pada masya-
standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh rakat politik modern, sumber daya alam ditetapkan
Pemerintah Pusat. Mengenai norma, standar, prosedur sebagai “milik negara” atau “state property”. Tesis
dan kriteria, Undang-Undang Pemerintahan Daerah Hardin tentang “tragedy of the commons” dijadikan

8
Yance Arizona, Karakter Peraturan Daerah Sumberdaya Alam : Kajian Kritis terhadap Struktur Formal Peraturan Daerah dan Konstruksi Hak
terkait Pengelolaan Hutan, Penerbit HUMA, 2008, hal 9-15.

306 JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4


sebagai pembenar bagi tindakan negara (pemerintah) hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Ayat (3): Bumi
untuk menguasai dan mengatur sumber daya alam dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalam-
dalam arti yang seluas-luasnya. nya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
Negara menjadi aktor yang paling ekstensif dalam sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
mengatur dan mengelola sumber daya alam karena Hubungan negara dengan sumber daya alam
sifatnya sebagai badan publik yang melingkupi seluruh sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 ayat (2) dan
warganegara. Karena hubungan negara dengan ayat (3) UUD 1945 menurut Mahkamah Kontitusi
sumber daya alam dan masyarakatnya bersifat publik, diturunkan ke dalam lima fungsi yaitu: yaitu pengaturan
maka tujuan dari hubungan negara dengan sumber (regelendaad), pengelolaan (beheersdaad), kebijakan
daya alam adalah untuk kemakmuran masyarakat. (beleid), tindakan pengurusan (bestuursdaad), serta
Namun, konsep idealistik tentang kedaulatan dan pengawasan (toezichthoudensdaad).
kekuasaan negara sebagai badan publik sering kali Lima fungsi negara terhadap sumberdaya alam
terdistorsi. Setidaknya terdapat dua distorsi berkaitan yang dilakukan oleh pemerintah (termasuk pemerintah
dengan state property: Pertama, konsep negara daerah) sebagaimana ditafsirkan oleh Mahkamah
sebagai “penguasa” (aspek publik) didistorsi menjadi Konstitusi dapat digunakan untuk mengkategorisasi
negara sebagai “pemilik” (aspek private). Peraturan Daerah tentang sumberdaya alam.
Kedua, “Negara” di representasikan menjadi Pertama, dalam fungsi pengaturan (regelendaad),
“Pemerintah,” sehingga pemerintah lantas bertindak setiap peraturan daerah adalah bersifat mengatur,
sebagai pemilik, pengelola, pengurus dan pengawas sehingga secara eksplisit bahwa peraturan daerah lahir
terhadap tindakan pengelolaan sumber daya alam. dalam kapasitas pemerintah daerah melakukan fungsi
Bahkan kebanyakan hak-hak privat lahir sebagai hak pengaturan. Kedua, Fungsi pengelolaan (beheers-
berian dari negara c.q pemerintah seperti hak guna daad) dilihat dari materi yang diatur dalam peraturan
usaha, hak guna bangunan, dan hak-hak pengelolaan daerah. Apakah suatu peraturan daerah memberikan
baik yang diberikan kepada masyarakat atau berko- hak atau kewenangan pengelolaan kepada instansi
laborasi antara pemerintah dengan masyarakat. Badan Usaha Milik Daerah atau Perusahaan Daerah
4. Communal Property dalam mengelola sumberdaya alam? Termasuk
Pengelolaan sumber daya alam sebagai “milik dalam hal ini adalah apakah negara melalui peme-
negara” maupun milik privat terutama swasta telah rintah daerah memberikan kewenangan pengelolaan
meninggalkan jejak yang sama, yaitu kerusakan kepada masyarakat atau bersama-sama dengan
lingkungan dan peminggiran masyarakat lokal Communal masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam.
property bukanlah konsep baru dalam hubungan antara Ketiga, Fungsi Kebijakan (beleid) dan Keempat,
manusia dengan sumber daya alam. Di beberapa tempat, tindakan pengurusan (berstuursdaad) yang dilihat dari
konsep communal property/commons property atau materi peraturan daerah, apakah suatu peraturan
community-based manage-ment dicoba dihidupkan daerah memberikan izin, lisensi atau konsesi kepada
kembali dengan mengangkat konsep ulayat dari badan hukum atau non-badan hukum dalam meng-
hubungan masyarakat secara tradisional dengan sumber akses sumberdaya alam. Fungsi pengurusan dalam
daya alam yang sudah ada sejak lama. bentuk pemberian izin berkaitan dengan kewenangan
Bahkan konsep itu merupakan konsep sebelum pemerintah daerah untuk menarik pungutan (pajak
kemunculan negara dan hak privat di negara-negara daerah dan retribusi daerah) dari pemanfaatan
berkembang. Para pakar seperti Bromley, Ostrom, sumberdaya alam
Lynch dan Talbott menyatakan, bahwa apa yang Kelima, Fungsi pengawasan (toezichthouden-
dimaksud dengan common property bukanlah open sdaad) dalam peraturan daerah dilihat dari bagaimana
access sebagaimana disangkakan oleh para ekonom pengaturan pengawasan dan/atau pengendalian
dengan menggunakan The Tragedy of The Commons dirumuskan didalam peraturan daerah agar peng-
dari Garret Hardin. uasaan negara atas sumberdaya alam dimanfaatkan
Landasan hukum yang berkaitan dengan peng- untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Bagi
uasaan negara atas sumberdaya alam di Indonesia pemerintah pusat, fungsi pengawasan ini dilakukan
termaktub dalam pasal 33 ayat (2) dan (3) Undang- dengan melakukan pengujian (executive review)
undang Dasar 1945, Ayat (2): Cabang-cabang produksi terhadap peraturan daerah yang dikeluarkan oleh
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat pemerintah daerah.

JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4 307


Tabel 1
Perbandingan UU No.11/1967 dan UU No.4/2009

Materi Pokok UU No.11 Tahun 1967 UU No.4 Tahun 2009


1. Judul Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Mineral dan Batubara
Pertambangan
2. Prinsip Hak Penguasaan Penguasaan bahan galian o Penguasaan minerba oleh
Negara (HPN) diselenggarakan Negara (psl. Negara, diselenggarakan oleh
1) Pemerintah dan/atau Pemda
(psl. 4)
o Pemerintah dan DPR
menetapkan kebijakan
pengutamaan minerba bagi
kepentingan nasional (psl. 5)
3. Penggolongan/ Penggolongan bahan galian: o Pengelompokan usaha
Pengelompokan strategis, vital, non strategis- pertambangan: mineral dan
non vital (psl.3) batubara
o Penggolongan tambang mineral:
radioaktif, lo- gam, bukan logam,
batuan (psl.34)
4. Kewenangan Pengelolaan o Bahan galian strategis o 21 ke wenangan berada di tangan
(gol. A) dan vital (gol. B) pusat
oleh Pemerintah o 14 kewenangan berada di tangan
o Bahan galian non propinsi
strategis-non vital oleh o 12 kewenangan berada di tangan
Pemda I/Propinsi (psl. 4) kabupaten/kota (psl. 6-8)
5. Wilayah Pertambangan Secara terinci tidak diatur, o Wilayah pertambangan
kecuali bahwa usaha adalah bagian dari tata ruang
pertambangan tidak berlokasi nasional, ditetapkan
di tempat suci, kuburan, pemerintah setelah
bangunan, dll (psl.16 ayat 3) koordinasi dgn Pemda dan
konsultasi dgn DPR (psl.10)
o Wilayah pertambangan tdd:
wilayah usaha
pertambangan/WUP, wilayah
pertambangan rakyat/WPR
dan wilayah pencadangan
nasional/ WPN (psl.14-33)
6. Legalitas Usaha Rezim kontrak (psl.10,15), Rezim perijinan (psl. 35), berupa:
berupa: o Ijin usaha pertambangan/IUP
o Kontrak karya/KK o Ijin pertambangan rakyat/IPR
o Kuasa pertambangan/KP o Ijin usaha pertambangan
o Surat ijin pertambangan khusus/IUPK
daerah/SIPD
o Surat ijin pertambangan
rakyat/SIPR
7. Tahapan Usaha Enam tahapan, Dua tahapan, berkonsekuensi pada
berkonsekuensi pada adanya 6 adanya 2 tingkatan perijinan:
jenis kuasa pertambangan: o Eksplorasi, meliputi:
penyelidikan umum, penyelidikan umum, eskplorasi,
eksplorasi, eksploitasi, studi kelayakan.
pengolahan & pemurnian, o Operasi produksi, meliputi:
pengangkutan, penjualan konstruksi, penambangan,
(psl.14) pengolahan & pemurnian,
pengangkutan & penjualan (psl.
36)
8. Klasifikasi Investor & o Investor domestik o IUP bagi badan usaha
Jenis Legalitas Usaha (PMDN), berupa: KP, (PMA/PMDN), koperasi,
SIPD, PKP2B perseorangan (psl. 38)
o Investor asing (PMA), o IPR bagi penduduk lokal,
berupa: KK, PKP2B koperasi (psl. 67)
o IUPK bagi badan usaha berbadan
hukum Indonesia, dengan
prioritas bagi BUMN/D (psl.75)

308 JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4


Pembagian kewenangan antar-pemerintahan. Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Secara umum, jika merujuk Undang-Undang Dasar 1945 secara umum arsitektur pembagian kewenangan
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang dibidang pertambangan dalam sistem pemerintahan RI
menjadi pedomaan dalam Undang-Undang Nomor 4 dapat ditunjukan seperti gambar berikut ini:

Bagan 4
Pertambangan Dalam Sistem Pemerintahan NKRI
(UUD 1945 & UU NO. 32 Tahun 2004)

Kepemilikan BANGSA INDONESIA


(Mineral Right)
NEGARA

PEMERINTAH
 Penetapan Kebijaksanaan dan Pengaturan
 Penetapan Standar dan Pedoman
 Penetapan Kriteria Pembagian Urusan Pusat dan Daerah
 Tanggungjawan Pengelolaan Minerba Berdampak Nasional
+ Dekonsentrasi

dan Lintas Provinsi


+ Desentralisasi

Undang-Undang
Penyelenggaraan
Penguasaan Pertambangan
(Mining Right) PROVINSI
Tanggungjawab pengelolaan lintas
Kabupaten dan/atau berdampak regiona
perda

KABUPATEN / KOTA
Tanggungjawab pengelolaan di
Wilayah Kabupaten/Kota
Perda

PELAKU USAHA
Hak Penguasahaan  BUMN / BUMD
(Economic Right)  Badan Usaha Lain

Mengalir dari pedoman di atas, Undang-Undang rintahan.


Minerba menggariskan kewenangan eksklusif pusat Wewenang perizinan tambang didalam Undang-
dalam hal: (a) penetapan kebijakan nasional, (b) Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
pembuatan peraturan perundang-undangan, (c) Daerah, Pasal 14 menyebutkan bahwa:
penetapan standard, pedoman dan kriteria, (d) “Urusan pemerintahan di bidang energi dan
penetapan sistem perijinan pertambangan minerba sumber daya mineral hanya ada pada peme-
nasional, (e) penetapan wilayah pertambangan setelah rintah provinsi dari pusat”.
berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan
berkonsultasi dengan DPR. Di luar itu, jenis-jenis Selanjutnya, yang menjadi kewenangan pemerin-
kewenangan (terutama ihwal perijinan) antar pusat, tah pusat adalah sebagai berikut:
propinsi dan kab/kota bersubtansi sama dan hanya 1. Menetapkan wilayah tambang (WP) yang terdiri dari
berbeda dalam skala cakupan wilayah: Pemerintah wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah
Daerah kab/kota dalam kab/kota tersebut dan wilayah pencadangan negara (WPN), dan wilayah usaha
laut sampai 4 mil, Pemda propinsi untuk wilayah lintas pertambangan khusus (WUPK);
kab/kota dan wilayah laut sampai 4-12 mil, serta Pusat 2. Menetapkan WIUP mineral logam dan batubara
untuk wilayah lintas propinsi dan wilayah laut lebih dari serta WIUPK;
12 mil dari garis pantai. Pembagian semacam ini juga 3. Menetapkan WIUP mineral non logam lintas
sesuai dengan garis Peraturan Pemerintah Nomor 38 provinsi;
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Peme- 4. Menerbitkan IUP mineral logam, mineral nonlo-

JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4 309


gam, dan batubara yang wilayah tambangnya lintas Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara
provinsi, berbatasan negara lain, serta wilayah laut (Minerba), justru menyebutkan bahwa Kewenangan
dari 12 mil; bupati/walikota terkait izin pertambangan adalah
5. Menerbitkan IUP penanaman modal asing; sebagai berikut:
6. Penerbitan IUPK; 1. Menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR)
7. Penerbitan IUPL pengolahan dan permurnian untuk setelah berkonsultasi DPRD;
penanaman modal asing; 2. Menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
8. Penetapan produksi mineral logam dan batubara diwilayahnya;
untuk tiap provinsi; 3. Memberikan rekomendasi kepada gubernur soal
9. Penetapan harga patokan mineral logam dan harga penerbitan IUP yang berada dalam wilayah lintas
patokan batubara; kabupaten dan kepada menteri penerbitan IUP
10. Pengelolaan inspektur tambang. lintas provinsi;
4. Memberikan izin sementara penjualan mineral atau
Kemudian, yang menjadi kewenangan pemerintah batubara bila kegiatan studi kelayakan yang
provinsi adalah sebagai berikut: dilakukan pemegang IUP Eksplorasi mendapatkan
1. Penerbitan WIUP mineral non logam dan batuan; minerba;
2. Penerbitan IUP mineral logam dan batubara; 5. Menerbitkan IUP operasi produksi untuk lokasi
3. Penerbitan IUP mineral non logam dan batuan; penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian
4. Penerbitan IPR; serta pelabuhan yang berada dalam satu wilayah
5. Penerbitan IUPK pengolahan dan pemurnian untuk kabupaten/kota. Memberikan rekomendasi ke
penanaman modal dalam negeri; Gubernur untuk IUP lintas kabupaten dan kepada
6. Penetapan harga patokan mineral non logam dan menteri terkait IUP lintas provinsi;
batuan. 6. Menerbitkan Izin Pertambangan Rakyat;
7. Penerbitan WIUP mineral non logam dan batuan; 7. Mencabut IUP atau Izin Usaha Pertambangan
8. Penerbitan IUP mineral logam dan batubara; khusus (IUPK);
9. Penerbitan IUP mineral non logam dan batuan; 8. Mengawasi usaha pertambangan yang dilakukan
10. Penerbitan IPR; oleh pemegang IUP;
11. Penerbitan IUPK pengolahan dan pemurnian untuk 9. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pertambangan
penanaman modal dalam negeri; yang dilakukan oleh pemegan IUP diwilayah
12. Penetapan harga patokan mineral non logam dan kabupaten/kota kepada menteri;
batuan. 10. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
usaha pertambangan rakyat;
Jika diadakan studi komperatif terkait hal pertam- 11. Memberikan sanksi administratif kepada pemegang
bangan maka dengan merujuk pada Undang-Undang IUP, IPR, atau IUPK.

310 JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4


Daftar Bagan 5
Isu-isu Strategis Mandatory
Undang-Undang Nomor 23 tahun 20149
 
Landasan Fundamanetal Arah Baru Tata Kelola Isu‐Isu Strategis Mandatory 
Untuk Pengelolaan SDA Pertambangan Minerba
a. Penyerahan IUP Bupati/Walikota 
kepada Gubernur 
b. Gubernur memberikan Tugas 
Harmonisasi dengan  Pembantuan kepada B uapti/Walikota 
Peraturan Pelaksanaan  Untuk Menerbitkan IUP Mineral bukan 
UU No. 4/2009  logam dan Batuan 

Kelembagaan Inspektur  a. Pengelolaan Inspektur Tambang secara 
UU No. 23 tahun 2014
UUD 1945 Tambang dan Pejabat  nasional dengan merevisi Kepmen 
tentang Pemerintah
Pasal 33 Daerah Pengawas  PANRB dan Revisi SKB  Menteri ESDM, 
Pertambangan  Menteri PAN dan Kepala BKN 
b. Pengelolaan Pejabat Pengawas 
Pertambangan 

Pembentukan Balai 
Pertambangan 
Pembentukan Balai Pertambangan disetiap 
Provinsi Kecuali Provinsi di Pulau Jawa dan 
Bali 

Tabel 2
Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Energi

9
Paparan Direktorat Jendral Mineral dan Batubara Pada Indonesia Minning Outlook 2015, Jakarta 28 Januari 2014

JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4 311


312 JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4
Tabel 3
Identifikasi dan Kualifikasi Peraturan Daerah Kabupaten Bintan
Terkait Kewenangan Pemerintah Kabupaten

NO Peraturan Daerah Rekomendasi Keterangan


1. Perda No 5 tahun 2008 tentang Dilakukan Pembagian urusan
Urusan Pemerintahan yang Penyempurnaan dan up pemerintahan ke
menjadi Kewenangan Pemerintah to date acuan yuridis dalam
Kabupaten Bintan dan kelengkapan yuridis 1. Absolut
formal 2. Konkuren yang
dibagi ke dalam
dua bahagian; a)
wajib dan, b)
pilihan
3. Urusan
Pemerintahan
Umum
2. Perda No 1 tahun 2012 tentang Dilakukan Pemberiuan IUP
Pengelolaan Pertambangan Penyempurnaan dan up tidak lagi berada
Mineral to date acuan yuridis dalam urusan
dan kelengkapan yuridis pemerintahan
formal kabupaten/kota
namun menjadi
urusan pemerintahan
provinsi.
Namun dalam UU
minerba 2009 masih
meletakkan
pemerintah
kabupaten/kota
sebagai pemberi
IUP.

G. Kesimpulan kewenangan bupati/walikota untuk membangun


Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik ke daerah.
desentralistik atau otonomi daerah yang pada hakekatnya Instrumen desentralisasi turut mengubah pola
bertujuan untuk peningkatan pelayanan dan pengelolaan sumber daya yang sebelumnya berada
kesejahteraan masyarakat, pengembangan kehidupan dalam level kewenangan kabupaten/kota kemudian
demokrasi, keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan dialihkan pada level provinsi, diantaranya; pengalihan
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. urusan perijinan tambang galian C, dan batas wilayah
Penerapan otonomi daerah merupakan bagian laut yang kini kabupaten/kota tidak punya kewenangan
dalam amanat reformasi, dan hal itu kemudian diatur karena dialihkan ke Provinsi.
dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 junto Maka dengan diberlakukannya Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan kemudian Nomor 23 tahun 2014, praktis terdapat efek perubahan
diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 dan patut dilakukan penyesuaian acuan normatif
tentang pemerintah daerah. yuridisnya peraturan-peraturan daerah yang ada di
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Kabupaten Bintan, khususnya yang berkaitan dengan
pemerintah daerah lebih merupakan dekonstruksi kewenangan yang semula menjadi domain pemerintah
daripada upaya me-rekonstruksi hubungan antara kabupaten/kota kini telah beralih ke pemerintahan
pemerintah pusat dan daerah, dengan mereduksi provinsi.

JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4 313


Daftar Pustaka

A. Buku-buku B. Makalah, Jurnal, Internet dan Surat Kabar


Eko Prasojo, “Konstruksi Ulang Hubungan Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang
Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah tentang Pemerintahan Daerah, Kementerian
di Indonesia; Antara Sentripetalisme dan Dalam Negeri Tahun 2011.
Sentrifugalisme.” Pidato Pengukuhan Guru Paparan Direktorat Jendral Mineral dan Batubara Pada
Besar Adminitrasi Negara Universitas Indonesia. Indonesia Minning Outlok 2015, Jakarta 28
Muchlis Hamdi, Supriyanto, R. Endi Jaweng(dkk), Januari 2014.
Naskah Akademik RUU tentang Hubungan
Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah, C. Peraturan Perundang-Undangan
BPHN Tahun 2011. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Made Suwandi, Kewenangan Daerah dalam Koridor Tahun 1945.
UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Daerah, dalam Josef Riwu Kaho, Analisis Pemerintahan Daerah.
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Indonesia, POLGOV FISIPOL UGM, 2012. Pertambangan Mineral dan Batubara.
Yance Arizona, Karakter Peraturan Daerah Peraturan Daerah No 5 tahun 2008 tentang Urusan
SUmberdaya Alam : Kajian Kritis terhadap Pemerintahan yang menjadi Kewenangan
Struktur Formal Peraturan Daerah dan Pemerintah Kabupaten Bintan.
Konstruksi Hak terkait Pengelolaan Hutan, Peraturan Daerah No 1 tahun 2012 tentang
Penerbit HUMA, 2008. Pengelolaan Pertambangan Mineral.

314 JURNAL SELAT, MEI VOL. 2 NO. 2 EDISI 4

S-ar putea să vă placă și