Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
4) Lambang simpul yang mengikat dua siluet tunas kelapa memiliki kiasan
bahwa Anggota Ambalan Sultan Kuning adalah saling bersaudara dan selalu
bekerja sama serta selalu menjunjung persatuan.
7) Lambang dua jalan yang berkelok dan satu jalan lurus merupakan
kiasan dari Tri Satya Pramuka yang mengartikan bahwa Anggota
Ambalan Sultan Kuning memilki dasar yang kokoh dalam
bertindak dan bekerja dikehidupannya sehari hari.
PENJELASAN MAKNA
5) Lambang Bintang
menunjukkan :
a. bahwa Anggota
Ambalan
Putri Saranti memiliki
Keyakinan dan
kepercayaan (Beriman )
untuk menyembah
kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta melaksanakan semua perintah Tuhan Yang Maha Esa dan
menjauhi Larangan Tuhan Yang Maha Esa ( Bertaqwa ).
b. Anggota Ambalan Putri Saranti memiliki cita-cita tinggi untuk diwujudkan .
c. Anggota Ambalan Putri Saranti memilki pedoman untuk mencari arah menuju kebaikan.
d. Anggota Ambalan Puteri Sarantimemiliki 5 pucuk dasar Ideologi yang kuat yaitu “ PANCASILA “.
SEJARAH NAMA
AMBALAN SULTAN KUNING & AMBALAN PUTRI SARANTI
Disebutkan, puteri gaib yang muncul dari buih pusaran air, kemudian oleh Lambung Mangkurat dinobatkan sebagai
ratu di Kerajaan Nagara Dipa, dan kemudian dinikahkan dengan bangsawan Keraton Majapahit yang bernama Raden Putra
Setelah nikah dengan Puteri Junjung Buih, Raden Putra menjadi raja di Kerajaan Nagara Dipa dengan nama Pangeran Surya
Ananta (anak matahari). Menurut legenda masyarakat Banjar, mereka berdua-pada akhirnya mokswa atau menghilang ke
alam gaib dan menjadi penguasa di Keraton Gaib Gunung Pamaton
Menurut kepercayaan masyarakat, mereka berdua bisa menitis atau merasuki raga orang yang mereka inginkan.
Demikianlah, pada waktu suhu politik di Kerajaan Banjar semakin panas karena turut campur tangan Belanda pada
penobatan Pangeran Tamjid sebagai raja di Kerajaan Banjar untuk menggantikan Sultan Adam karena Sultan Muda
Pangeran Abdurrahman sudah wafat terlebih dahulu. Padahal, kaum bangsawan, alim ulama dan masyarakat Banjar
menghendaki Pangeran Hidayatullah menjadi Sultan, sesuai dengan testamen atau wasiat Sultan terdahulu.
Salah seorang ulama yang shaleh di Kumbayau Lawahan, Rantau (Kabupaten Tapin
sekarang), bernama Datu Aling merasa prihatin akan kemelut di dalam Keraton Banjar tersebut. Oleh,sebab itu beliau
balampah atau tirakat dengan menyepi seorang diri, melakukan puasa, sholat, wirid dan zikir, serta amalan-amalan lainnya
untuk mendekatkan diri kepada Allah, disertai permohonan agar diberi petunjuk dan jalan keluar atas kemelut yang sedang
terjadi di dalam Keraton Banjar. Tirakat Datu Aling_dilaksanakan selama sembilan bulan sembilan hari, dimulai pada April
1858 sampai. dengan Februari 1859.
Pada 2 Februari 1859 bertepatan dengan 10 Rajab 1275 H; Datu Aling didatangi oleh raja-raja gaib
Kerajaan Banjar dan meminta Datu Aling untuk mendatangkan Pangeran Antasari ke daerah Muning. Dia akan memulai
kerajaan Baru sampai raja yang sah terpilih.
Pada 13 Rajab 1275 H, Puteri Datu Aling yang bernama Saranti, dirasuki oleh Puteri Junjung
Buih. Dia minta dinikahkan dengan seorang pemuda kampung yang bernama Dulasa karena di dalam tubuhnya
benemayam ruh gaib Pangeran Surya Ananta.
Mendengar semua itu, maka, Datu Aling pun Melaksanakan seluruh keinginan puterinya tersebut. Setelah
dinikahkan dengan Dulasa, maka, Saranti diberi nama Puteri Junjung Buih dan suaminya Dulasa diberi
nama Pangeran Surya Ananta. Kemudian Datu Aling mengumumkan kepada masyarakat tentang penobatan Saranti, raja
titisan Puteri Junjung Buih. Daerah Kumbayau namanya diganti menjadi Kerajaan Tambay Mekah. Sebagai raja di Kerajaan
Tambay Mekah, Saranti
titisan Puteri Junjung Buih mengangkat ayahya, Datu Aling, sebagai panembahan,
kakaknya Sambang diberi gelar Sultan Kuning, kakak Perempuannya Nuramin diberi gelar Ratu Keramat,
sedangkan suami Nuramin diberi gelar seperti Mangkubumi Kusuma Nagara, Bayan Sampit, Garuntung Waluh, Garumung
Manau, Kindaui Aji, Kindui Mu`l, Pembelah Batung, Panimba Sagara, ada pula Panglima Juntai Di Langit dan lain sebagainya.
Kerajaan Tambay Mekah terpisah dari Kesultanan Banjar dan tidak tunduk kepada penjajah Belanda. Saranti
titisan Junjung Buih menjadi ratu di KerajaanTambay Mekah hanya sebagai simbol kepala negara, sedangkan
urusan pemerintah dipegang,oleh Penembahan Muda Datu Aling. Sebagai seorang Panembahan, yang shaleh, adil dan
bijaksana dia bekerja sama dengan Segera Banua Ampat, yaitu: Banua Halat, Banua Gadung, Banua Padang dan Banua
Parigi. Mereka ini tunduk kepada Datu Aling. Kemudian mengikuti pula Banua Atas, Batang Hulu, Jambu, Amandit dan
Pangabau
Kepada para pengikutnya, Datu Aling selalu menanamkan semangat jihad demi melawan ketidak adilan dan
penjajahan. Seruan Datu Aling untuk melakukan jihad yang mendapat respon luar biasa dari masyarakat, ternyata
membuat Pangeran Tamjid beserta Belanda merasa teracam kedudukannya. Untuk itu Residen Belanda di Banjarmasin
mengirim sebuah tim yang terdiri dari Jaksa Kepala. Pangeran Suryadinata dan Penghulu Kepala Pangeran Muhammad
Seman disertai 120 pengikut
Mengetahui Akan kedatangan mereka, maka, Datu Aling pun memerintahkan anaknya Sultan Kuning
menyiapkan pasukan jihadnya sebanyak 700 orang lengkap dengan senjata terhunus
untuk menjaga segala kemungkinan yang bakal_terjadi.Tentu saja utusan Residen Belanda tersebut terkesiap menyaksikan
begitu banyak jumlah pasukan jihad Datu Aling yang siap tempur jika mereka berbuat macam-rnacam. Karena mereka
hanya ingin menyaksikan keadaan yang sebenarnya di Kerajaan Tambay Mekah maka mereka pun dipersilahkan menemui
Datu Aling di Istana Tambay Mekah.
Setelah mendengar laporan utusannya, sekali lagi Residen Belanda memerintahkan Mangkubumi Pangeran
Hidayatullah untuk menangani masalah Kerajaan Tambay Mekah. Kemudian Pangeran Hidayatullah mengutus Pangeran
Antasari,. Pangeran Jantera Kesuma serta Pangeran Umar Syarif untuk menemui Datu Aling, Dalam pertemuan tersebut
Datu Aling menjelaskan maksud dan tujuan didirikannya Kerajaan Tambay Mekah. Ternyata apa yang disampaikan oleh
Datu Aling seiring sejalan dengan apa yang diinginkan oleh Pangeran Antasari. Hingga akhimya terjadilahn kesepakatan
perjodohan antara anak Pangeran Antasari yang bernama Pangeran Muhammad Said dengan Saranti titisan
Puteri Junjung Buih yang telah menjanda.
Dengan demikian bertambah kuatlah kedudukan Datu Aling karena setelah 30 hari pernikahan Pangeran Muhammad Said
dengan Saranti, si titisan Puteri Junjung Buih, maka, Pangeran Antasari pun mulai aktif memimpin
gerakan rakyat di Banua Ampat dan Banua lima yang diarahkan langsung kepada Belanda.
Puncaknya pada 28 April 1859 pasukan jihad Datu Aling yang berasal dari Banua Ampat dan Banua lima dibawah
pimpinan Pangeran Antasari, menyerang benteng pertahanan Belanda Oranye Nassau di Pengaron. Penyerangan ini
berhasil dengan gemilang. Itulah awal meletusnya Perang Banjar. Akhirnya, pertempuran pun meluas ke berbagai daerah
di Kalimantan Selatan
Sebagai pembalasan atas jatuhnya benteng pertahanan Oranye Nassau di Pengaron, maka, pada 16 November 1859, secara
tiba-tiba pasukan Belanda menyerang pertahanan Sultan Kuning. Serangan ini disambut dengan teriakan Allahu
Akbar oleh pasukan jihad Datu Aling dibawah komando Sultan Kuning. Dalam pertempuran tersebut, pemimpin
pasukan Belanda Kapten Benschop tewas terkena tombak. Hari itu juga datang lagi satu pleton pasukan Belanda yang lebih
besar, namun semuanya berhasil dipukul mundur.
Pada malam harinya, datang lagi pasukan Belanda yang lebih besar menggempur benteng pertahanan Datu Aling yaitu di
Masjid Muning. Pertempuran terjadi semalam suntuk. Datu Aling, Saranti Beserta beberapa orang pengikut setianya
tetap bertahan di dalam masjid. Datu Aling tidak mau menyerah kepada Belanda meski api telah menjilat seluruh masjid
yang terbuat dari kayu. Akhirnya, Datu Aling dan Saranti pun gugur sebagai syuhada.
Dengar gugurnya Datu Aling dan Saranti, maka, Pangeran Antasari mengeluarkan semboyan yang berbunyi “Haram
manyarah, waja sampai ka putting:(haram menyerah kepada Belanda sampai tetesan darah terakhir)”
Silsilah Sultan Kuning dan Putri Saranti menurut data Residen Hindia Belanda
Sangga merupakan kelompok kecil yang ada dalam Pramuka Penegak. Ambalan Penegak menggunakan nama dan
lambang yang dipilih mereka sesuai aspirasinya dan mengandung kiasan dasar yang menjadi motivasi kehidupan Ambalan.
Satu sangga jumlah anggotanya yang terbaik adalah 4-8 Pramuka Penegak. Pembentukan sangga dilakukan oleh para
Pramuka Penegak sendiri. Nama sangga dipilih diantara nama-nama Perintis, Pencoba, Pendobrak, Penegas dan Pelaksana
atau dipilih nama lain sesuai aspirasi mereka. Nama tersebut merupakan identitas sangga dan mengandung kiasan dasar
yang dapat memberikan motivasi kehidupan sangga.
Untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan, Ambalan Penegak dapat membentuk Sangga Kerja yang
anggotanya terdiri atas anggota-anggota sangga yang ada, jumlah anggota disesuaikan dengan beban kerja atau tugas
yang diemban. Sangga Kerja bersifat sementara sampai tugas atau pekerjaan selesai dilaksanakan.
a. Tanda sangga berbentuk bujur sangkar, dengan panjang tiap sisinya 4 cm.
b. Tanda sangga bergambar sesuai dengan pilihan anggota sangga yang bersangkutan.
1) nama tahap perjuangan bangsa Indonesia, seperti Perintis, Pencoba, Penegas, Pendobrak dan Pelaksana,
dengan gambar dan warna seperti contoh terlampir.
2) angka romawi sebagai nomor sangga, berwarna hitam diatas dasar berwarna kuning.
3) gambar siluet bunga berwarna hitam di atas dasar berwarna kuning (khusus untuk sangga puteri).
Dalam hal ini Pramuka Ambalan Sultan Kuning - Ambalan Puteri Saranti mengambil poin C.4 ( gambar lain yang diciptakan
sendiri oleh sangga yang bersangkutan.)
1.Sangga Bumi :
2. Sangga Karana:
3. Sangga Budaya:
6. Sangga Bhakti :