Sunteți pe pagina 1din 9

nerspedia's Blog

ASUHAN KEPERAWATAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. KONSEP TEORI HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi
dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Mual dan muntah yang menetap selama kehamilan yang mengganggu asupan cairan dan nutrisi;
awitan biasanya terjadi sebelum 20 minggu kehamilan; cukup berat hingga mengakibatkan
penurunan berat badan, dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Geri Morgan and Carole
Hamilton, 2009).
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-
gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung
selama kurang lebih 10 minggu (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan vomitus
dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan
penurunan berat badan (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
Dari pengertian para ahli diatas dapat di simpulkan bahwa hiperemesis gravidarum yaitu mual
dan muntah berlebihan pada wanita hamil yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi
efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan, dengan awitan biasanya terjadi sebelum 20
minggu kehamilan.

2. Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadiannya adalah 2
per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998)
adalah:
a. Faktor adaptasi dan hormonal.
Primagravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan Human Chorionik
Gonadotropin (HCG), sedangkan pada kehamilan ganda atau mola hidatidosa, jumlah hormon
yang dikeluarkan terlalu tinggi.
b. Faktor psikologis.
Wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaaan, keretakan hubungan dengan suami,
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,dsb dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil
atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup dsb.
c. Faktor alergi.
Terjadi invasi jaringan vili Chorialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu.

Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :


a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan
tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik.
c. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah
satu faktor organik.
d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya
dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat
membantu mengurangi frekwensi muntah klien

3. Manifestasi Klinis
Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi muntah yang
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan dehidrasi memberi petunjuk bahwa ibu hamil
tersebut memerlukan perawatan yang intensif. Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara
klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat berikut ini menurut (Manuaba, dkk 2006) adalah :
a. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama (Ringan)
 Muntah berlangsung terus.
 Makan berkurang.
 Berat badan menurun.
 Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah.
 Nyeri di daerah epigastrium.
 Tekanan darah turun dan nadi meningkat.
 Lidah kering.
 Mata tampak cekung.
b. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua (Sedang)
 Penderita tampak lebih lemah.
 Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan
kotor.
 Tekanan darah menurun, nadi maningkat.
 Berat badan makin menurun.
 Mata ikterus.
 Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan bau aseton dalam urine
meningkat.
 Terjadinya gangguan buang air besar.
 Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.
 Napas berbau aseton.
c. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga (Berat)
 Muntah berkurang.
 Keadaan umum ibu hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu
naik; keadaan dehidrasi makin jelas/berat.
 Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
 Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma; komplikasi susunan saraf pusat
(enselopati wernicke): nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak ganda),
dan perubahan mental.

4. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester
I. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat
atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Bila perasaan terjadi terus-menerus dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik,
asam hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula dan tertimbunnya zat
metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

5. Komplikasi
a. Dehidrasi berat
b. Ikterik
c. Takikardia
d. Suhu meningkat
e. Alkalosis
f. Kelaparan gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga
g. Menarik diri dan depresi

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya
gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum menurut (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia
Yulianti, 2010) dimulai dengan :
a. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan
penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik. Hal itu dapat
dilakukan dengan cara :
 Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilanberumur 4 bulan.
 Menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi
lebih sering.
 Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat.
 Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
 Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin.
 Menjamin defekasi teratur.
 Menganjurkan makan makanan yang banyak mengandung gula untuk menghindarkan
kekurangan karbohidrat.
b. Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan
B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau
Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin
c. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
d. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
e. Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5%
dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intra vena.
f. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus
anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,
tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
g. Diet
1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa rod kering
dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan
selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai
diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan .
Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam
semua zat gizi kecuali Kalsium.

B. ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM


Pemberian askep klien hiperemesis gravidarum dilakukan dengan menetapkan rencana
perawatan medis, pemberian terapi intravena, pemberian agen farmakologi dan suplemen nutrisi,
serta pemantauan respon klien terhadap intervensi. Perawat melakukan observasi pada klien
untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi seperti asidosis metabolik, ikterik.
Biasanya klien hiperemesis gravidarum berrepon terhadap terapi dan prognsisnya baik. Klien
bisa dipulangkan bila keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai, BB mulai meningkat.
Perawat bertugas membantu penanganan kondisi psikososial klien karena kondisinya lemah baik
secara fisik maupun emosional. Upaya meningkatkan istirahat yang adekuat penting untuk klien
dengan hiperemesis, maka perawata mengoordinasikan tindakan terapi dan periode kunjungan
sehingga klien memilliki kesemapatan untuk beristirahat.
Askep pada klien dengan hiperemesis gravidarum dapat dijadikan melalui 5 tahapan proses
keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan pendekatan yang istematis untuk mengumpulkan data, pengelompokan,
dan menganalisis, sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan untuk perawatan ibu. Tujuan
utama pengkajian adalah untuk memberikan gambarana secara terus menerus mengenai keadaan
kesehatan ibu yang memungkinkan perawatan melakukan asuhan keperawatan.
Langkah pertama dalam pengkajian ibu hiperemesis gravidarum adalah mengumpulkan data.
Data-data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-
gejala pada hiperemesis gravidarum, yaitu : mual dan muntah yang terus menerus, merasa lemah
dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di mulut, serta konstipasi dan demam. Selanjutnya
dapat juga ditemukan berat badan yang menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan
elektrolit. Terjadinya oliguria, takikardia, mata cekung, dan ikterus.
2) Riwayat kesehatan dahulu
 kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum sebelumnya.
 kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan
yang menyebabkan mual muntah.
 Riwayat kesehatan keluarga
 Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga.
b. Data Fisik biologis
Data yang dapat ditemukan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum adalah mamae yang
membengkak, hiperpigmentasi pada areola mamae, terdapat kloasma garvidarum, mukosa
membran dan bibir kering, turgor kulit buruk, mata cekung dan sedikit ikterik, ibu tampak pucat
dan lemah, takikardi, hipotensi, serta pusing dan kehilangan kesadaran.
c. Riwayat Menstruasi
 Kemungkinan menarkhe usia 12-14 tahun.
 Siklus 28-30 hari.
 Lamanya 5-7 hari.
 Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari.
 Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan muntah.
d. Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawian usia muda.
e. Riwayat kehamilan dan persalinan.
 Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu makan.
 Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan berat badan, tekanan darah,
dan tingkat kesadaran.
f. Data psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa ibu sehubungan
dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa ibu yang labil, mudah marah, cemas, takut
akan kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih, serta kekecewaan dapat memperberat mual
muntah. Pola pertahanan diri (koping) yang digunakan ibu bergantung pada pengalamannya
terhadap kehamilan serta dukungan dari keluarga dan perawat.
g. Data sosial ekonomi
Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi, namun pada umumnya
terjadi pada tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan yang dimiliki.
h. Data penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan darah dan urine. Pemeriksaan
darah yaitu nilai hemaglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukan hemokonsentrasi yang
berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan urinalis yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi yang
tinggi akibat dehidrasi, juga terdapatnya aseton di dalam urine.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian yang telah diuraikan, maka ada beberapa kemugkinan diagnosis keperawatan
yang dapat ditegakan.
a. Kekurangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan muntah yang berlebihan dan
pemasukan yang tidak adekuat.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual dan muntah
terus menerus.
c. Nyeri pada epigastrum yang berhubungan dengan muntah yang berulang.
d. Risiko intoleransi aktifitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan dan kurangnya intake
nutrisi.
e. Risiko perubahan nutrisi fetal yang berhubungan dengan berkurangnya peredaran darah dan
makanana ke fetal (janin).

3. Intervensi Keperawatan
1) Kekurangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan muntah berlebihan dan
pemasukan yang tidak adekuat.
Tujuan :Kebutuhan cairan&elektrolit terpenuhi.
Mandiri :
a. Istirahatkan ibu ditempat yang nyaman.
Rasional : Istirahat akan menurunkan kebutuhan energi kerja yang membuat metabolisme tidak
meningkat, sehingga tidak merangsang terjadinya mual dan muntah.
b. Pantau tanda2 vital & dehidrasi.
Rasional : Dengan mengobservasi tanda-tanda kekurangan cairan dapat diketahui sejauhmana
keadaan umum dan kekurangan cairan pada ibu. TD turun, suhu meningkat, & nadi meningkat
merupakan tanda2dehidrsi & hipokalemia.
c. Pantau tetes cairan infus.
Rasional : Jumlah tetesan infus yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya kelebihan dan
kekurangan cairan di dalam sistem sirkulasi.
d. Catat intake dan output.
Rasional : Dengan mengetahui intake dan output cairan diketahui keseimbangan cairan di dalam
tubuh.
e. Setelah 24 jam anjurkan untuk minum tiap jam.
Rasional : Minum yang sering dapat menambah pemasukan cairan melalui oral.
Kolaborasi :
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.
Rasional : Pemberian cairan infus dapat mengganti jumlah cairan elektrolit yang hilang dengan
cepat, sehingga bisa m encegah keadaan yang lebih buruk pada ibu.

2) Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah yang terus-
menerus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Mandiri :
a. Kaji kebutuhan nutrisi ibu.
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan nutrisi ibu dapat dinilai sejauh mana kekurang nutrisi
pada ibu dan menetukan langkah selanjutnya.
b. Observasi tanda2kekurangan nutrisi.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana kekurangnn nutrisi akibat muntah yang berlebihan.
c. Setelah 24 jam pertama beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makanan dalam proses kecil dapat memenuhi pemenuhan lambung dan mengurangi
kerja peristaltik usu serta memudahkan proses penyerapan.
d. Berikan makanan dalam keadaan hangat dan berfariasi.
Rasional : Makanan yang hangat diharapkan dapat mengurangi rasa mual dan makanan yang
berfariasi untuk menambah nafsu makan ibu, sehingga diharapkan kebutuhan nutrisinya bisa
terpenuhi.
e. Berikan makanan yang tidak berlemak dan berminyak.
Rasional : Makanan yang tidak berlemak dan berminyak mengurangi rangsangan saluran
pencernaan, sehingga diharapkan mual dan muntah berkurang.
f. Anjurkan klien untuk memakan makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan (roti
kering dan biskuit).
Rasional : Makanan kering tidak merangsang pencernaan & mengurangi perasaan mual.
g. Berikan ibu motivasi agar mau memberikan makanan.
Rasional : Ibu merasa diperhatikan dan berusaha menghabiskan makanannya.
h. Timbang BB ibu.
Rasional : Dengan menimbang BB bisa diketahui keseimbangan BB sesuai usia kehamilan dan
pengaruh nutrisi.

3) Nyeri pada epigastrium yang berhubungan dengan muntah berulang.


Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Mandiri :
a. Kaji tingkat nyeri.
Rasional : Dengan mengkaji dapat diketahui tingkat nyeri pada ibu dan menentukan tindakan
selanjutnya.
b. Atur posisi ibu dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah makan.
Rasional : Dengan posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi tekanan pada gastrointestinal,
sehingga dapat mencegah muntah yang berulang.
c. Perhatikan kebersihan mulut ibu sesudah & sebelum makan.
Rasional : Kebersihan mulut yang baik & terpelihara bisa menimbulkan rasa nyaman juga
diharapkan dapat mengurangi mual & muntah.
d. Alihkan perhatian ibu pada hal yang menyenangkan.
Rasional : Dengan mengalihkan perhatian diharapkan ibu bisa melupakan rasa nyeri akibat
muntah ynag berulang.
e. Anjurkan ibu untuk istirahat dan batasi pengunjung.
Rasional : Dengan istirahat yang cukup & membatasi pengunjung, dapat menambah ketenangan
pada ibu.
Kolaborasi :
f. Kolaborasi dalam pemberian anti metik dan sedatif dengan dokter.
Rasional : Obat anti emetik mengurangi muntah sedatif membuat ibu tenang, sehingga dapat
mengurangi nyeri yang dirasakan oleh ibu.

4) Tidak efektifnya pola pertahanan diri yang berhubungan dengan efek psikologis terhadap
kehamilan dan perubahan peran sebagai ibu.
Tujuan : Pola pertahan diri efektif
Mandiri :
a. Bantu ibu untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung terhadap kehamilannya.
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaannya, dapat diketahui reaksi ibu terhadap
kehamilannya.
b. Dengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian.
Rasional : Ibu merasa diperhatikan dan tidak sendiri dalam menghadapi masalahnya.
c. Diskusikan dengan ibu tentang masalah yang dihadapi & pemecahan masalah yang bisa
dilakukan.
Rasional : Melalui diskusi dapat diketahui koping ibu dalam menghadapi masalahnya.
d. Bantu ibu untuk memecahkan masalahnya, terutama yg berhubungan dengan kehamilannya.
Rasional : Dengan membantu memecahkan masalah ibu, maka perawat dapat menemukan pola
koping ibu yang efektif.
e. Dukung ibu dalam menemukan pemecahan masalah yg konstruktif.
Rasional : Dukungan dapat menambah rasa percaya diri ibu dlm menemukan pemecahan
masalah.
f. Libatkan keluarga dalam kehamilan ibu.
Rasional : Keluarga bisa diajak kerjasama dalam memberikan dukungan pada ibu terhadap
kehamilannya.
Kolaborasi :
g. Kolaborasi dgn ahli psikiatri jika diperlukan.
Rasional : Untuk mengetahui adanya kemungkinan faktor psikologis yang lebih berat sebagai
penyebab masalah.

5) Resiko perubahan nutrisi janin yang berhubungan dengan berkurangnya peredaran darah
makanan ke janin
Tujuan : Perkembangan janin tidak terganggu.
Mandiri :
a. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Rasional : Agar ibu menyadari akan pentingnya nutrisi bagi janin & ibu mengetahui akan
kebutuhan nutrisinya.
b. Periksa fundus uteri.
Rasional : Tinggi fundus uterus yg tidak sesuai dengan usia kehamilan dapat menjadi bahan
penilaian akan nutrisi janin.
c. Pantau denyut jantung janin.
Rasional : Denyut jantung yg masih dlm keadaan normal & aktif menandakan janin masih dalam
keadaan baik

4. Implementasi Keperawatan
Setelah intervensi keperawatan, selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam situasi
yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tindakan keperawatan harus mendetail.
Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung
memberikan pelayanan kepada ibu dan atau dapat juga didelegasikan kepada orang lain yang
dipercayai dibawah pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat.

5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak
dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan perilaku ibu dan untuk megetahui sejauh mana masalah ibu dapat teratasi. Disamping
itu, perawat juga melakukan umpan balik. Atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum

S-ar putea să vă placă și