Sunteți pe pagina 1din 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Virus
Dengue termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4
serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat serotipe virus ini
terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN 3 sering
menimbulkan wabah, sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan adalah
virus DEN 2 (Syahrurahman A et al., 1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan
adanya demam secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat, sakit pada
sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam merah terang, petechie dan
biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan menyebar hingga menyelimuti
hampir seluruh tubuh. Radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di
perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare (Soewandoyo E., 1998). Manifestasi
klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah
perifer ke jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat asimtomatik atau
simtomatik yang meliputi panas tidak jelas penyebabnya (Dengue Fever, DF),
Demam Berdarah Dengue (DBD), dan demam berdarah dengan renjatan (DSS)
dengan manifestasi klinik demam bifasik disertai gejala nyeri kepala, nyeri sendi,
nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit ( Soegijanto S., 2004).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi DHF ?


2. Apakah etiologi/ faktor pencetus DHF ?
3. Apakah manifestasi klinis DHF ?
4. Apakah pemeriksaan penunjang pada DHF ?
5. Apakah penatalaksanaan klien dengan DHF ?
6. Apa sajakah komplikasi dari DHF ?

1
7. Apakah asuhan keperawatan pasien dengan DHF ?

1.3 Tujuan

a) Tujuan Umum

Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan


DHF.

b) Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi DHF.
2. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus DHF.
3. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis DHF.
4. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada DHF.
5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan DHF.
6. Mengetahui dan memahami komplikasi dari DHF.
7. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan DHF.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR DHF


A. PENGERTIAN
Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh
nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan
ruam (Brooker, 2001). Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang
terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis
demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam
(rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri
pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu,
trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan
(Noer, dkk, 1999).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
B. ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal
ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya
perang dunia ke-II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah
di Filipina tahun 1953 – 1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat
termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium
dioksikolat, stabil pada suhu 70 0C. Dengue merupakan serotipe yang
paling banyak beredar.
C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-
antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi
& Yuliani, 2001).

3
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan
reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat
berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan
tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang
setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik
antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi
(kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).
D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan
masa inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik
timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang,
mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat
menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri
di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata
mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar
mata terasa pegal. Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-
mula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali),
terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan
biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula
besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul
bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki,
kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal,
ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa
gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat
pada hari ke-4 dan ke-5.
Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.
Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura,
ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya

4
dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7
dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung
teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan
darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
E. KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya
menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.
Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala
perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena,
perdarahan gusi.
c. Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan
darah menurun, (120/80 , 120/100 , 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)
d. Derajat IV : Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut
140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

5
6
F. PATHWAY DEMAM BERDARAH DHF

7
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet makan lunak.
c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan
beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting
bagi penderita DHF.
d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan
cairan yang paling sering digunakan.
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
j. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-
tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan
pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti
cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma
ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
l. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 –
48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba
jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma
biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Transfusi darah diberikan pada
pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian
transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis
dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24
jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus
diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :

8
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.
H. PENCEGAHAN
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh
secara spontan.
c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di
sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida. Yang lazim digunakan dalam program
pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh
nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara
penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara
penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang
nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan
ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida Caranya adalah :
1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x
seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7–10 hari).
2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain
yang memungkinkan nyamuk bersarang.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA SDR.E DI KELUARGA


TN.W DENGAN
PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
DI KAMPUNG PANGADEGAN KEC. CIBEUREUM
A. DATA UMUM

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. W


2. Alamat Kepala Keluarga : Kp. Pangadegan Rt/Rw 06/01 kel. Kota Baru,
Kec. Cibeurem
3. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
4. Komposisi Keluarga

N Nam Hubung Um Jenis Status pendidik pekerja Ketera


o a an ur kelam perkawin an an ngan
dengan in an imunis
KK asi
1 Tn. Ayah 55 L Kawin SD Buruh Lengk
W th ap
1 Ny.L Ibu 52 P Kawin SD Penjahi Lengk
th t ap
2 Tn.H Anak 30 L Kawin SMK Supir Lengk
kandun th ap
g
3 Sdr.E Anak 20 L Belum SMA Pelajar Lengk
kandun th ap
g
4 Ny.R Menant 29 P Kawin SMA IRT Lengk
u th ap

10
5 Ank. Cucu 2 th P Belum ______ ______ Lengk
M ap

11
Genogram :

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: garis perkawinan

: garis keturunan

12
5. Tipe Keluarga
Keluarga Tn W termasuk keluarga besar (estended family) yang terdiri dari
Kepala Keluarga, istri, 2 anak, 1 orang menantu, 1 orang cucu.
6. Suku Bangsa
Seluruh anggota keluarga berasal dari suku sunda, Indonesia
7. Agama
Semua anggota keluarga menganut agama islam dan mereka selalu taat beribadah
dan menjalankan perintah Tuhan YME.
8. Status Social Ekonomi Keluarga
Pekerjaan Anggota Keluarga
Tn.W bekerja sebagai buruh jasa di sebuah perusahaan. Sedangkan Ny. L bekerja
sebagai penjahit rumahan. Anak pertama yang sudah menikah bekerja sebagai
supir di perusahaan.
Sebagian besar anggota keluarga mempunyai penghasil perbulannya, yaitu :
 Kepala Keluarga : 1.500.000/bulan
 istri (Ibu l) : 500.000/bulan
 Anak 1 : 900.000/bulan
Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari dilihat dari penghasilan masing-masing
anggota keluarga yang sudah bekerja, keluarga mempunyai status social ekonomi
menengah. Dengan pengeluaran perbulan untuk kebutuhan Tn.W dengan Ny.L
sebesar ± Rp. 1.500.000. sedangkan penghasilan anak pertama di
gunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya sebesar Rp. ±700.000.

9. Kebutuhan Rekreasi
1) Rekreasi Yang Digunakan Dalam Rumah
Keluarga Tn. W tidak pernah pergi bersama untuk berekrasi, hanya saja bila ada
kemauan dan waktu luangnya digunakan menonton TV dan membersihkan rumah
bersama-sama anggota keluarga di saat hari libur.
2) Rekreasi Yang Dilakukan Di Luar Rumah
Keluarga Tn. W jarang berekreasi di luar di tempat rekreasi, hanya saja
berkunjung ke rumah saudara terdekat.

13
B. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. W mempunyai 2 orang anak, anak pertama laki-laki dengan umur 30
tahun dan sudah menikah mempunyai 1 orang isteri dan 1 orang anak, dan anak
ke-2 laki-laki 20 tahun. Maka keluarga Tn. W berada pada tahap perkembanngan
keluarga dengan anak dewasa.
2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tn. W sampai saat ini telah memenuhi tugas perkembangan yaitu :
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan rumah
Namun, hanya sebagian tugas kepala keluarga untuk membantu anak untuk
mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat. Sebab anak pertama yang telah
menikah belum tinggal sendiri atau terlepas dari KK yang dilatar belakangi
materiil.
3. Riwayat Keluarga Inti
Dalam keluarga, tidak ada riwayat penyakit menular, menahun, dan menurun.
Riwayat masing-masing anggota keluarga adalah sebagai berikut :
1) Kepala Keluarga, Tn. W pernah mengalami riwayat penyakit Vertigo, sehingga
harus dirawat inap selama 10 hari di Rumah Sakit dan sekarang dinyatakan belum
sembuh total sehingga menyebabkan mobilisasinya terganggu.
2) Isteri, Ny. L tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L
berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.
3) Anak Pertama, Tn. H tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan
Tn.H berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.
4) Anak Kedua, Sdr. E mengalami riwayat penyakit DHF dan hanya dirawat
dirumah.

5) Menantu, Ny. R tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny.R


berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.
6) Cucu , An. M tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L
berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.

14
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dari keluarga Tn.W, Tn.W pernah mengidap penyakit vertigo. Akibat dari vertigo
sendiri keseimbangan berjalan Tn.W tidak normal seperti semula. Sedangkan
anggota keluarga yang lain hanya mengalami penyakit pusing biasa dan sembuh
dengan membeli obat dari warung.
C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
a) Status
Luas tanah 12 m x 8 m luas rumah 6 m x 7 m . Tipe rumah : permanen dengan
jumlah 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1
ruang kerja. Jendela 16 buah, pintu 5 buah, setiap ruangan dimanfaatkan
sebagaimana fungsinya. perlengkapan rumah tangga tertata dengan rapi, cahaya
matahari dapat tersalurkan kesetiap ruangan, sumber air dari PDAM.

15
b) Perincian Denah

1 5

utama

1 3

16
Keterangan :

1. kamar tidur
2. ruang kerja
3. kamar mandi
4. dapur
5. ruang tamu
6. parkir
7. halaman

c) Keadaan rumah
Lantai menggunakan keramik, tidak licin, ruang tamu tampak tidak tertata rapi.
Ruang tamu memiliki 1 jendela selalu terbuka. Tiap kamar tidak terdapat genting
kaca sehingga rumah terlihat kurang terang. Kamar tidur utama mempunyai
jendela, kamar tidur ketiga tidak ada jendela namun memiliki ventilasi. Sdr.E
lebih sering tidur di kamar ketiga. Dapur terletak seruangan dengan ruang makan
terdapat ventilasi. Lingkungan sekitar rumah jalan sudah dikeraskan atau di
semen, posisi rumah dekat dengan rel kereta api dan ada pembuangan sampah
(bak sampah).
d) Kebiasaan Keluarga dalam Perawatan Rumah
Kebersihan rumah adalah tanggung jawab semua anggota keluarga, dimana semua
anggota keluarga mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam
kebersihan rumah. Namun keluarga Tn. W dan Tn. H jarang untuk membersihkan
atau merawat rumah karena kesibukan pekerjaan sehingga pekerjaan
membersihkan rumah dilakukan oleh Ny.L dan Ny.R kalau ada waktu luang.
e) Sistem Pembuangan Sampah

Dalam keluarga Tn. W sampah keluarga di buang di belakang rumah di tampung


dan kalau sudah banyak baru di bakar. Karena tidak terjangkau mobil angkutan
sampah sehingga sampah rumah di musnahkan dengan cara di bakar kalau sudah
tertumpuk banyak di belakang rumah sekitar 2 m dari rumah.
f) System drainase air
Sumber air yang digunakan Tn.W menggunakan air PDAM, disediakan tempat

17
penampungan air dan memisahkan antara air buat memasak dan buat mencuci. Di
samping rumah ada selokan dan dijadikan pembuangan air bekas.
g) Kondisi air
Kondisi air tidak berwarna, jernih dan tidak berasa namun ada jentik-jentiknya.
Air PDAM di gunakan untuk memasak dan keperluan sehari-hari. Untuk minum
menggunakan air isi ulang.
h) Pengetahuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan
Lingkungan
Keluarga menganggap kesehatan kurang begitu penting untuk dijaga, sehingga
menjaganya pun alakadarnya.
2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas Rw
Keluarga merasa nyaman hidup ditengah-tengah warga sekitar rumah karena
keluarga merasa warga sekitar saling bantu-membantu dan tidak merugikan dalam
berbagai hal.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Sejak Tn. W Menikah Dengan Ny. L keluarga Tn. W tinggal di kp pangadean dan
tidak perrnah pindah. Alat transportasi yang ada di daerah keluarga Tn. W adalah
angkutan umum dan angkutan motor (ojek). Alat Transportasi yang Biasa
digunakan keluarga sehari-hari adalah sepeda motor dan angkutan umum.
4. Perkunpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
a) Peran Serta Keluarga dalam Perkumpulan di Masyarakat
Hubungan keluarga dengan tetangga tampak baik dan harmonis. Walaupun Ny. L
tidak bisa mengikuti kegiatan ibu-ibu setempat karena sibuk kerja dari pagi
sampai malam namun tetap menjaga hubungan baik dengan warga sekitar. Tn.W
mengkuti kegiatan perkumpulan tiap bulan sekali, sedangkan Tn.H suka pulang
kerja tidak menentu tetapi bila ada kgiatan dalam masyarakat selalu mengikuti
b) Persepsi Keluarga Mengenai Perkumpulan di Masyarakat
Keluarga mengatakan perkumpulan di masyarakat sangat berguna memecahkan
masalah-masalah yang ada lingkungan dan tempat berinteraksi antar tetangga
(silaturahim).
c) Adat dan Kebiasaan Komunitas Sekitar

18
Selama ini tetangga-tetangganya mempunyai kebiasaan apabila ada salah satu
tetangganya yang sakit mereka saling bantu-membantu. Bergotong royong
membersihkan kampung tiap dua minggu sekali.
5. System pendukung keluarga
Keluarga memiliki fasilitas kesehatan yang memadai misalnya: tersedia MCK,
kotak obat pribadi, motor sebagai sarana transportasi. Sedangkan dukungan
psikologi dan spiritual keluarga terpenuhi dengan baik.
D. STRUKTUR KELUARGA

Pola komunikasi keluarga


Keluarga menerapkan kepada seluruh anggota keluarga untuk selalu terbuka jika
ada sesuatu hal. Komunikasi yang diterapkan dalam keluarga adalah dua arah.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama, setiap
anggota berperan sesuai dengan perannya, dan dapat menyampaikan idenya jika
ada masalah yang dirasakan. Pengambil keputusan adalah Tn. W tetapi bila dalam
keadaan tertentu Tn. W tidak ada di tempat, maka keputusan diambil oleh istrinya.
3. Struktur peran (formal dan informal)
 Tn.W:
Peran formal : Tn.W tidak pernah menjadi pengurus dalam masyarakat, sekarang
hanya menjadi anggota masyarakat
Peran informal : menjadi kepala keluarga, suami, ayah, kakek, mertua.
 Ny.L:
Peran formal : aktif sebagai anggota masyarakat, perkumpulan ibu-ibu pengajian,
dan perkumpulan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal.
Peran informal : sebagai ibu rumah tangga, sitri, nenek, dan mertua.
 Tn. H :
Peran formal : sebagai anggota masyarakat, anggota ketua karang taruna.
Peran informal : aktif sebagai anggota keluarga, suami, anak, ayah.
 Ny.R :
Peran formal : sebagai anggota perkumpulan ibu-ibu di lingkungan tempat

19
tinggal
Peran informal : sebagai ibu rumah tangga, ibu, istri, menantu di keluarga.

 Sdr.E :
Peran formal : sebagai anggota ikatan mahasiswa
Peran informal : anak, adik. Sepupu
 An.M :
Peran formal : --------
Peran informal : anak, cucu, keponakan.
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya Jawa dimana suami
bertindak sebagai pencari nafkah dan istri di rumah mengurus anak,
menurut pendapat keluarga bisa saja istri bertindak sebagai pencari nafkah
tambahan asalkan tugas sebagai istri dan ibu tidak begitu terabaikan. Nilai
yang dianut keluarga adalah saling menghormati antar anggota keluarga
dan menyayangi serta memberi kebebasan pada An.M tetapi bertanggung
jawab. Nilai yang ada di keluarga merupakan gambaran nilai dari agama
yang dianut,tidak terlihat adanya konflik dalam nilai dan tidak ada yang
mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga dalam menggunakan
nilai yang diyakini oleh masyarakat dan tidak bertentangan dengan
masyrakat sekitar.
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Perhatian yang kurang sehingga penderita DHF (Dengue Haemorragic
Fever) tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang dibutuhkan.
2. Fungsi Sosial
Tingkat kependidikan dan pengetahuan keluarga rendah, sehingga dalam
proses sosialisasi masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang
tepat tentang DHF dan penanganannya.
3. Fungsi perawatan keluarga
1. Mengenal Masalah

20
Saat pengkajian semua anggota keluarga dalam keadaan sehat, kecuali
Sdr.E, masih mengalami mual tiap kali makan, BB menurun, keengganan
untuk makan, membran mukosa bibir kering, tampak masih lemah dan
merasakan selalu haus. Keluarga tidak tahu tentang pengertian DHF,
penyebab DHF, tanda dan gejala serta faktor penyebab yang
mempengaruhi DHF.
2. Mengambil Keputusan
Keluarga Tn. W mengatakan saat Sdr. E demam tinggi dulu diberi obat
dari warung. Namun selama 2 hari demam tinggi Sdr.E tidak mengalami
penurunan suhu tubuh. Diduga Sdr. E mengalami penyakit tipes sehingga
keluarga memberikan obat tradisional. Akan tetapi tidak sembuh-sembuh
Sehingga keluarga Tn. W mendapat saran dari tetangga terdekat untuk
mengambil keputusan membawa Sdr.E ke pelayanan kesehatan terdekat
(Puskesmas) namun Tn.W tidak mau.
4. Fungsi Reproduksi
Tn. W mempunyai 2 anak (Tn.H dan sdr. E), keluarga Tn. W
merencanakan jumlah anak dengan melakukan KB terutama Ny. L sejak
dulu. Tn. W dan Ny. L tidak mengalami gangguan dalam reproduksi.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandnag, pangan, dan papan dari
pendapatan yang diterima perbulan serta keluarga mampu menyisihkan
pendapatannya untuk keperluan yang tidak terduga. Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, seperti puskesmas, posyandu
balita, dan rumah sakit.

21
F. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor Jangka Pendek
Apabila keluarga mempunyai masalah dalam kesehatan, anggota keluarga ada
yang menderita DHF maka bagaimana cara keluarga merawat anggota keluarga
yang menderita tersebut.
2. Stressor jangka panjang
 Kekambuhan penyakit vertigo pada Tn.W.
3. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Stressor
Keluarga Tn.W kurang begitu peka terhadap situasi yang terjadi dalam anggota
keluarga, sehingga akan lebih lambat dalam mengambil keputusan sehingga bisa
berakibat buruk, misal akibat atau komplikasi dari DHF.
4. Stressor Koping yang Digunakan
Keluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan
masalah kesehatan yang muncul, misal tidak segera membawa anggota keluarga
yang sakit ke pelayanan kesehatan cenderung akan mempengaruhi tingkat
kesehatan keluarga.
5. Strategi adaftasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam terhadap anak,
mengkambing hitamkan anak, memberikan ancaman-ancaman dalam
menyelesaikan masalah.
6. Harapan Keluarga pada tenaga kesehatan
Keluarga Tn.W dan Ny.L menyambut baik tenaga kesehatan yang datang
kerumahnya, sehingga semakin tahu bagaimana bahaya dan pelajaran cara
mencegah penularan nyamuk yang menyebabkan DHF/DBD. Keluarga juga
mengharapkan tenaga kesehatan aktif dalam bersosialisasi kepada masyarakat
sehingga ilmu yang didapat dapat diaplikasikan kepada masyarakat.
G. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeri Nama anggota keluarga

22
ksaan Tn.W Ny.L Tn.H Ny.R Sdr.E An.M
fisik

TB 169 cm 160 cm 170 cm 165 cm 167 cm 75 cm


BB 65 kg 70 kg 65 kg 60 kg 55 kg 15 kg
TD 130/80 mmHg 130/80 120/80 110/80 110/70 -------
mmHg mmHg mmHg mmHg
RR 25 x/menit 23 x/menit 25 22 25 20
x/menit x/menit x/menit x/me
ni
N 80 x/menit 84 x/menit 70 75 80
x/menit x/menit x/me
nit
Ramb Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersi
ut beruban, lurus hitam, hitam, hitam, hitam, h,
agak ikal lurus lurus lurus hitam
,
lurus
Konju Tidak anemis Tidak Tidak Tidak Masih Tidak
ngtiva anemis anemis anemis pucat anemi
s
Sclera Tidak ikhterik Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
ikhterik ikhterik ikhterik ikhterik ikhter
ik
Hidun Simetris, tidak Simetris, Simetri Simetris, Simetri Simet
g ada sekret, tidak s, tidak tidak s, tidak ris,
tidak ada ada sekret, ada ada ada tidak
polip tidak ada sekret, sekret, sekret, ada
polip tidak tidak ada tidak sekret
ada polip ada ,
polip polip tidak

23
ada
polip
Mulut Bersih, tidak Bersih, Bersih, Bersih, Sedikit Bersi
ada stomatitis tidak tidak tidak kotor, h,
ada ada ada mukosa tidak
stomatitis stomatit stomatitis bibir ada
is kering stoma
titis
telinga Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersi
simetris simetris simetris simetris simetris h,
simet
ris
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak Tidak
pembesaran pembesara ada pembesar ada ada
kelenjar n pembes an pembes pemb
tiroid kelenjar aran kelenjar aran esara
tiroid kelenjar tiroid kelenjar n
tiroid tiroid kelenj
ar
tiroid
Dada Simetris, tidak Simetris, Simetri Simetris, Simetri Simet
ada nyeri tidak s, tidak tidak s, tidak ris,
tekan, ada nyeri ada ada nyeri ada tidak
tidak ada tekan, nyeri tekan, nyeri ada
wheezing tidak ada tekan, tidak ada tekan, nyeri
wheezing tidak wheezing tidak tekan,
ada ada tidak
wheezi wheezi ada
ng ng whee
zing

24
Abdo Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak Tidak
men nyeri tekan, nyeri ada nyeri ada ada
tympani, tidak tekan, nyeri tekan, nyeri nyeri
teraba massa tympani, tekan, tympani, tekan, tekan,
tidak tympan tidak tympan tymp
teraba i, tidak teraba i, tidak ani,
massa teraba massa teraba tidak
massa massa teraba
massa
Ekster Atas : baik, Atas : Atas : Atas : Atas : Atas :
mitas tidak ada baik, baik, baik, baik, baik,
nyeri tidak ada tidak tidak ada tidak tidak
tekan, rentang nyeri ada nyeri ada ada
gerak tangan tekan, nyeri tekan, nyeri nyeri
baik. rentang tekan, rentang tekan, tekan,
Bawah : tidak gerak rentang gerak rentang renta
baik, tangan gerak tangan gerak ng
keseimbangan baik. tangan baik. tangan gerak
jalan tidak Bawah : baik. Bawah : baik. tanga
baik. tidak tidak Bawah tidak Bawah n
ada baik, : tidak baik, : tidak baik.
nyeri keseimban baik, keseimba baik, Bawa
tekan, rentang gan keseim ngan keseim h:
gerak kaki jalan tidak bangan jalan bangan tidak
baik baik. tidak jalan tidak jalan baik,
ada tidak baik. tidak kesei
nyeri baik. tidak ada baik. mban
tekan, tidak nyeri tidak gan
rentang ada tekan, ada jalan
gerak kaki nyeri rentang nyeri tidak
baik tekan, gerak tekan, baik.

25
rentang kaki rentang tidak
gerak baik gerak ada
kaki kaki nyeri
baik baik tekan,
renta
ng
gerak
kaki
baik

1. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Anggota Keluarga


a) Nutrisi
Komposisi makanan pada keluarga Tn. W terdiri dari makanan pokok
yaitu nasi dan lauk seadanya. Keluarga Tn. W makan bersama-sama
anggota keluarga pada malam hari sekitar jam 19.00 WIB, tetapi Ny. L
sering memasak lauk pauk atau sayur mayur untuk keluarga. Namun
Sdr.E tidak suka makan terutama sayur, makan dalam porsi kecil dan tidak
teratur.
Tn. W : makan sehari 3-4 kali, tidak ada pantangan makanan.
Ny. L : makan sehari 3 kali, tidak ada pantangan makanan.
Tn. H : makan sehari 3-4 kali, tidak ada pantangan.
Ny.R : makan sehari 3 kali, tidak ada pantangan
Sdr.E : makan tidak teratur, tidak mau makan sayur, dalam porsi kecil
terkadang juga tidak habis
An. M : makan sehari 2 kali, tidak ada pantangan.
b) Intake cairan
Tn. W minum kurang lebih 7-8 gelas per hari air putih dan pagi hari the
manis, Ny. L minum kurang lebih 7-8 gelas per hari air putih, pagi hari teh
manis. Tn.H minum 2- 3 botol minum dan sering minum air suplemen
dalam tiap mau kerja,Ny.R minum 6-7 gelas per hari air putih. Sdr.E suka

26
minum 3-4 gelas per hari dan 1 botol minum air putih. An. M minum
kurang lebih 4-5 gelas per hari air putih,dan suka jajan dan minuman es.
c) Eliminasi
Tn.W : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 6-8 kali sehari warna
kuning jernih.
Ny.L : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 5-6 kali sehari warna
kuning jernih.
Tn.H : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 6-8 kali sehari warna
kuning jernih.
Ny.R : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 4-5 kali sehari warna
kuning jernih.
Sdr.E : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 5-7 kali sehari warna
kuning jernih.
An.M : BAB 1 kali sehari keras, bau khas. BAK 4-6 kali sehari warna
kuning agak keruh.
d) Mobilisasi
Tn. W beraktifitas dengan pekerjaannya sebagai buruh jasa di perusahaan,
berangkat bila masuk pagi pukul 07.30 WIB dengan menggunakan sepeda
motor dan pulang sore hari sekitar pukul 17.30 WIB tergantung selesainya
pekerjaan. Tn.H berangkat kerja menjadi supir angkut tidak menentu
kadang dalam 1 bulan 3 minggu kerja dan pulang tergantung pergantian
kerja. Sdr.E suka berangkat sekolah memakai motor dari pagi jam 07.00
dan pulang jam 03.00. untuk Ny.L dan Ny.R bekerja di rumah , apabila
ada keperluan ke pasar, suka naik angkutan umum.
e) Personal Hygiene
Tn. W : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari,
cuci rambut setiap 3 kali sehari dengan shampo.
Ny. L : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari,
cuci rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.
Ny. R : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari,
cuci rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.

27
Tn. H : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari,
cuci rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.
Sdr.E : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari,
cuci rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.
An.M : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari,
cuci rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.
H. ANALISA DATA
No Simptom Etiologi Problem
1 DS : Sdr E mengeluh Ketidakmampuan Meningkatn
badannya keluarga untuk ya suhu
panas sampai merasa mengenal (hipertermi)
sakit. tanda-tanda
DO : Bila suhu badan penyakit
Sdr. E DHF.
naik, keluarga hanya
mengompres Sdr. E.
2 DS : Perubahan nutrisi Ketidakma
- Keluarga Tn. W kurang mpuan
mengatakan dari kebutuhan keluarga
Sdr. E masih sering tubuh dalam
mual tiap kali makan. pada An. L merawat
- Keluarga mengatakan dikeluarga anggota
Sdr. E Tn. A keluarga
nafsu makan berkurang, yang
porsi mengalami
makan tidak pernah DHF
habis. (Dengue
DO : Haemorrag
- BB Sdr. E (57 kg) ic
- TB 165 cm Fever).

28
- Usia 20 tahun
- Mual tiap kali makan
- Porsi makan tidak
pernah habis
- Membran mukosa
kering.
3 DS : Jika gejala timbul Ketidakefektifan Koping
Sdr. E keluarga keluarga
hanya diam, tidak ada dalam yang
kesomunikasi dengan berkomunikasi tidakefektif
keluarga. dengan Sdr. E
DO : Sdr. E mengatakan
tidak
tahu mengenai tanda dan
gejala DHF

I. DIAGNOSA MASALAH
1. Resiko terjadinya hipertermi pada Sdr.E pada keluarga Tn.W
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenali
tanda-tanda DHF
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Sdr.E
dikeluarga Tn.W dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat Sdr.E yang mengalami DHF (Dengue
Haemorragic Fever).
3. Koping keluarga yang tidakefektif pada keluarga Tn.W
berhubungan dengan keperawatan dirumah
J. SKORING
1. Resiko terjadinya Hipertermi pada Sdr. E pada keluarga Tn. W
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenali tanda-tanda DHF.

29
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Justifikasi
1 Sifat Masalah Sdr. E merasa
 Aktual 3 sakit karena
 Ancaman 2 1 2/3 x 1 = panas
Kesehatan 2/3

 Keadaan 1

Sejahtera
2 Kemungkinan Keluarga
masalah dapat hanya mampu
diubah menuntaskan
 Mudah 2 sebagian
 Sebagian 1 2 ½x2=1

 Tidak dapat 0

3 Potensi masalah
untuk dicegah Masih belum
 Tinggi 3 1 1/3 x 1 = bisa mencegah
 Sedang 2 1/3

 Rendah 1

4 Menonjolnya
masalah
 Masalah berat, 2
harus segera Ketidakmampu
ditangani 4 2/2 x 1 = 1 an dalam
 Ada masalah, 1 menangani
tetapi tidak perlu
segera ditangani
 Masalah tidak 0

dirasakan

30
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Sdr.E dikeluarga Tn.
W dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat Sdr.E yang
mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever)
No Kriteria Skor Bobot Penghitungan Justifikasi
1 Sifat Masalah Sdr. E
 Aktual 3 terasa mual
 Ancaman 2 1 2/3 x 1 = 2/3 muntah
Kesehatan
 Keadaan 1

Sejahtera
2 Kemungkinan Keluarga
masalah dapat menyataka
diubah n
 Mudah 2 2 ½x2=1 pemenuhan
 Sebagian 1 nutrisi

 Tidak dapat 0 Sdr. E


masih
kurang
3 Potensi masalah Masalah
untuk dicegah belum bias
 Tinggi 3 1 1/3 x 1 = 1/3 dicegah
 Sedang 2

 Rendah 1

4 Menonjolnya Masalah
masalah akan berat
 Masalah berat, 2 jika
harus segera dibiarkan
ditangani
 Ada masalah, 1 1 2/2 x 1 = 1
tetapi tidak perlu

31
segera ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan

3. Koping keluarga yang tidak efektif pada keluarga Tn. W berhubungan


dengan keperawatan dirumah
No Kriteria Skor Bobot Penghitungan Justifikasi
1 Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Sdr. E diam
 Aktual 3 ketika gejala
 Ancaman 2 1 timbul
Kesehatan
 Keadaan 1

Sejahtera
2 Kemungkinan Keluarga
masalah dapat kurang
diubah komunikasi
 Mudah 2 2 2/2 x 1 = 1
 Sebagian 1

 Tidak dapat 0

3 Potensi masalah Keluarga


untuk dicegah belum bisa
 Tinggi 3 1 2/3 x 1 = 2/3 mencegah itu
 Sedang 2

 Rendah 1

4 Menonjolnya Keluarga
masalah merasa
 Masalah berat, 2 kurang
harus segera komunikasi
ditangani 0/2 x 1 = 0 bukan masalah

32
 Ada masalah, 1 1
tetapi tidak perlu
segera ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan

K. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi


o Umum Khusus Kriteria Intervensi
1 Resiko terjadinya Setelah 1. 1.  Tenentuka
hipertermi pada dilakuka Keluarga Mengetah n tingkat
Sdr.E pada n mampu ui pengetahu
keluarga Tn.W tindakan mengenal tanda dan an
berhubungan selama 3 tanda- gejala. keluarga
dengan hari tanda sebelumn
ketidakmampuan diharapk DHF ya.
keluarga dalam an  Diskusika
mengenali tanda- keluarga n tentang
tanda DHF mampu proses
mengena penyakit
li (pengertia
tanda- n, tanda
tanda dan
DHF gejala,
2. 1. faktor
Keluarga Mengomp penyebab
mampu res dan
memutusk sesuai komplikas
an suhu i)
tindakan tubuh

33
yang tepat Sdr.E  Jelaskan
untuk secara
mengatasi rasional
hipertermi tentang
3. pengelola
Keluarga an terapi
mampu atau
melakuka perawatan
n yang
tindakan dianjurkan
keperawat  Kaji ulang
an pengetahu
untuk an
DHF keluarga
tentang
proses
penyakit.
 Rujuk ke
pelayanan
kesehatan
jika
keadaan
semakin
memburu
k
2 Perubahan Setelah 1. 1.  Berikan
nutrisi dilakuka Keluarga Keluarga informasi
kurang dari n mampu harus tentang
kebutuhan tindakan mengenal biasa kebutuhan
tubuh pada selama 3 akan memberik nutrisi

34
Sdr.E x1 kebutuhan an  Yakinkan
dikeluarga hari nutrisi asupan diet yang
Tn. W diharapk 2. nutrisi dimakan
dengan an Keluarga sesuai mengandu
ketidakma keluarga mampu kebutuhan ng tinggi
mpuan mampu melakuka tubuh serat
keluarga memenu n yang untuk
dalam hi tindakan cukup mencegah
merawat kebutuha pemunuha 2. konstipasi
Sdr.E yang n n Kebutuhan  Kaji
mengalami nutrisi nutrisi nutrisi kemampu
DHF Sdr.E yang Sdr.E an pasien
(Dengue tepat terpenuhi untuk
Haemorrag 3. mendapat
ic Fever) Keluarga kan nutrisi
mampu yang
memperta dibutuhka
han n
kan  Anjurkan
kecukupa untuk
n sediakan
nutrisi makanan
keluarga dalam
ventilasi
yang baik,
lingkunga
n
menyenan
gkan
karena

35
lingkunga
n yang
menyenan
gkan akan
menurunk
an stress
dan lebih
kondusif
untuk
makan
 Monitor
interaksi
anak atau
orangtua
selama
makan
3 Koping keluarga Setelah 1. 1.  Kaji
yang tidak efektif dilakuka Keluarga Keluarga koping
pada kelurga Tn.W n mampu harus keluarga
berhubungan selama 3 mengenal mengungk Tn.W
dengan hari masalah ap pada
keperawatan diharapk dalam kan Sdr.E
dirumah an keluarga maslahnya dalam
keluarga 2. (perasaan masalah
mampu Keluarga sakit) keperawat
membent mampu 2. an DHF di
uk memutusk Keluarga rumah
mekanis an mampu  Berikan
me tindakan mengident health
koping yang ifik education

36
yang tepat. asi pada
adekuat. 3. kekuatan keluarga
Keluarga dirinya. Tn. W
mampu 3. mengenai
melakuka Keluarga DHF
n mampu  Berikan
tindakan mengident motivasi
keperawat ifik pada
an asi koping keluarga
mencegah yang baik Tn.W agar
DHF 4. mampu
4. Keluarga mengambi
Keluarga mampu l
mampu mengident keputusan
memelihar ifik secara
a asi dan cepat dan
lingkunga memanfaa tepat
n tka  Anjurkan
fisik, n sumber kepada
spikis, eksternal. keluarga
dan social Tn.W cara
untuk pencegaha
memperta n DHF
han (3M).
kan drajat  Ajarkan
kesehatan. pada
keluarga
Tn.W
dalam
memodifi

37
kasi
lingkunga
n

L.Implementasi

N Diagnosa Tujuan Kriteria Implementasi


o Umum Khusus Kriteria Standar
1 Resiko terjadinya Setelah 1. 1.  Menentuka
hipertermi pada dilakuk Keluarga Mengetah n tingkat
Sdr.E pada an mampu ui pengetahua
keluarga Tn.W tindaka mengenal tanda dan n keluarga
berhubungan n tanda- gejala. sebelumny
dengan selama tanda a.
ketidakmampuan 3 DHF  Mendiskusikan
keluarga dalam hari tentang proses
mengenali tanda- diharap penyakit
tanda DHF kan (pengertian,
keluarg tanda dan
a gejala, faktor
mampu penyebab dan
mengen komplikasi)
ali  Menjelaska
tanda- n secara
tanda rasional
DHF tentang
pengelolaa
n terapi

38
atau
perawatan
yang
dianjurkan
 mengkaji
ulang
pengetahuan
keluarga
tentang proses
penyakit.
 merujuk ke
pelayanan
kesehatan
jika
keadaan
semakin
memburuk

2. 1.
Keluarga Mengom
mampu pres
memutus sesuai
kan suhu
tindakan tubuh
yang Sdr.E
tepat
untuk
mengatas
i
hiperterm

39
i
3.
Keluarga
mampu
melakuka
n
tindakan
keperawa
tan
untuk
DHF
2 Perubaha Setelah 1. 1.  Berikan
n nutrisi dilakuk Keluarga Keluarga informasi
kurang an mampu harus tentang
dari tindaka mengenal biasa kebutuhan
kebutuha n akan memberik nutrisi
n tubuh selama kebutuha an  Yakinkan diet
pada 3x1 n asupan yang dimakan
Sdr.E hari nutrisi nutrisi mengandung
dikeluarg diharap 2. sesuai tinggi serat
a Tn. W kan Keluarga kebutuha untuk
dengan keluarg mampu n mencegah
ketidakm a melakuka tubuh konstipasi
ampuan mampu n yang  Kaji
keluarga memen tindakan cukup kemampuan
dalam uhi pemunuh 2. pasien untuk
merawat kebutuh an Kebutuha mendapatkan
Sdr.E an nutrisi n nutrisi yang
yang nutrisi yang nutrisi dibutuhkan
mengala Sdr.E tepat Sdr.E  Anjurkan

40
mi DHF 3. terpenuhi untuk sediakan
(Dengue Keluarga makanan
Haemorr mampu dalam ventilasi
agic mempert yang baik,
Fever) ahan lingkungan
kan menyenangkan
kecukupa karena
n lingkungan
nutrisi yang
keluarga menyenangkan
akan
menurunkan
stress dan
lebih kondusif
untuk makan
 Monitor
interaksi anak
atau orangtua
selama makan
3 Koping Setelah 1. 1.  Mengkaji
keluarga dilakuk Keluarga Keluarga koping
yang an mampu harus keluarga Tn.W
tidak selama mengenal mengung pada Sdr.E
efektif 3 masalah kap dalam masalah
pada hari dalam kan keperawatan
kelurga diharap keluarga maslahny DHF di rumah
Tn.W kan 2. a  Memberikan
berhubun keluarg Keluarga (perasaan health
gan a mampu sakit) education pada
dengan mampu memutus 2. keluarga Tn.

41
keperawat membe kan Keluarga W mengenai
an ntuk tindakan mampu DHF
dirumah mekanis yang mengiden  Memberikan
me tepat. tifik motivasi pada
koping 3. asi keluarga Tn.W
yang Keluarga kekuatan agar mampu
adekuat. mampu dirinya. mengambil
melakuka 3. keputusan
n Keluarga secara cepat
tindakan mampu dan tepat
keperawa mengiden  Menganjurkan
tan tifik kepada
mencega asi keluarga Tn.W
h koping cara
DHF yang baik pencegahan
4. 4. DHF (3M).
Keluarga Keluarga  Mengajarkan
mampu mampu pada keluarga
memelih mengiden Tn.W dalam
ara tifik memodifikasi
lingkung asi dan lingkungan
an memanfa
fisik, atka
spikis, n sumber
dan eksternal.
social
untuk
mempert
ahan
kan
drajat

42
kesehata
n.

43
M.Evaluasi

N Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi


o masalah
Umum Khusus Kriteria Standar

1 Resiko Setelah 1. Keluarga 1. 1.


terjadinya dilakukan mampu Mengetahui Lemah,
hipertermi pada tindakan mengenal tanda dan panas
Sdr.E pada selama 3 tanda-tanda gejala. atau
keluarga Tn.W hari DHF demam
berhubungan diharapkan (hiperter
dengan keluarga mi),
ketidakmampuan mampu sakit
keluarga dalam mengenali kepala,
mengenali tanda- tanda-tanda anoreksi
tanda DHF DHF a,
nyeri
hulu
hati,
pegalpe
gal pada
seluruh
tubuh
dankosn
tipasi
(sembeli
t).
2. Keluarga 1.
mampu Mengompre
memutuska s
n sesuai suhu
tindakan tubuh Sdr.E
yang tepat
untuk

44
mengatasi
hipertermi
3. Keluarga
mampu
melakukan
tindakan
keperawata
n
untuk DHF
2 Perubaha Setelah 1. Keluarga 1. Keluarga 1.
n nutrisi dilakukan mampu harus biasa Member
kurang tindakan mengenal memberikan ikan
dari selama 3 x 1 akan asupan asupan
kebutuha hari kebutuhan nutrisi vitamin
n tubuh diharapkan nutrisi sesuai yang
pada keluarga 2. Keluarga kebutuhan cukup.
Sdr.E mampu mampu tubuh yang
dikeluarg memenuhi melakukan cukup
a Tn. W kebutuhan tindakan 2.
dengan nutrisi Sdr.E pemunuhan Kebutuhan
ketidakm nutrisi nutrisi Sdr.E
ampuan yang terpenuhi
keluarga tepat
dalam 3. Keluarga
merawat mampu
Sdr.E mempertah
yang an
mengala kan
mi DHF kecukupan
(Dengue nutrisi

45
Haemorr keluarga
agic
Fever)

3 Koping keluarga Setelah 1. Keluarga 1. Keluarga 1.


yang tidak dilakukan mampu harus Terjalin
efektif pada selama 3 mengenal mengungka ya
kelurga Tn.W hari masalah p komunik
berhubungan diharapkan dalam kan asi
dengan keluarga keluarga maslahnya yang
keperawatan mampu 2. Keluarga (perasaan baik
dirumah membentuk mampu sakit)
mekanisme memutuska 2. Keluarga
koping yang n mampu
adekuat. tindakan mengidentif
yang ik
tepat. asi kekuatan
3. Keluarga dirinya.
mampu 3. Keluarga
melakukan mampu
tindakan mengidentif
keperawata ik
n asi koping
mencegah yang baik
DHF 4. Keluarga
4. Keluarga mampu
mampu mengidentif
memelihara ik
lingkungan asi dan
fisik, memanfaatk
spikis, a

46
dan social n sumber
untuk eksternal.
mempertah
an
kan drajat
kesehatan.

47

S-ar putea să vă placă și