Sunteți pe pagina 1din 17

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Tabel 3.3
Denah Ruangan
Potensi untuk
N
ruang Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial kecelakaan
o
kerja
1 pendaftaran Suhu Spidol Kecoak,kontak Posisi Pekerjaan Tertusuk
panas,pener dengan pasien statis,postur monoton,int jarum,tertimpa
angan tidak erpesonal barang.
kurang natural,penen
mpatan
barang
2 .Ruang Suhu Panas Kecoak,kucing,n
tunggu penerangan yamuk,mikro
kurang organism
3 Poli Umum Suhu Spidol,th Kecoak,nyamuk,
panas,pener ermomet mikro organisme
angan er,alcoho
kurang l,merkuri
4 Poli Anak
5 Poli gigi
6 rekam
medik
7 Laboratoriu
m, apotik

Keterangan : di isi sesuai resiko setiap fasyankes

B. Standar Fasilitas
Pelaksanaan rencana K3 di Fasyankes dilaksanakan berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan dan merupakan bagian pengendalian risiko
K3. Pelaksanaan K3 di Fasyankes sesuai dengan standar K3 di Fasyankes
yang meliputi:
1. Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko K3 di
Fasyankes;
2. Penerapan kewaspadaan standar;
3. Penerapan prinsip ergonomi;
4. Pemeriksaan kesehatan berkala;
5. Pemberian imunisasi bagi SDM Fasyankes yang berisiko;
6. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja;
7. Pengelolaan sarana dan prasarana dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja;
8. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja;

8
9. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk
kebakaran (emergency response plan);
10. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan
berbahaya dan beracun; dan
11. Pengelolaan limbah domestik.

Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Keselamatan dan Kesehatan


Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kemajuan program K3 di Fasyankes dipantau secara periodik
guna dapat ditingkatkan secara berkesinambungan sesuai dengan risiko
yang telah teridentifikasi dan mengacu kepada rekaman sebelumnya
serta pencapaian sasaran K3 di Fasyankes yang lalu. Pemantauan K3 di
Fasyankes antara lain dapat dilakukan melalui:
1. Inspeksi (melihat, mengenali potensi risiko) tempat kerja secara
teratur.
2. Inspeksi yang dilaksanakan oleh Tim K3/pengelolaK3 di
Fasyankes.
3. Masukan dari petugas yang melakukan tugas di tempat yang
diperiksa.
4. Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk
digunakan pada saat inspeksi.
5. Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektivitasnya.
6. Laporan inspeksi yang diajukan kepada pimpinan Fasyankes atau
penanggung jawab Fasyankes.
7. Evaluasi kegiatan dapat dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam
setahun untuk melihat capaian program berdasarkan rencana
kegiatan tahunan. Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi,
pimpinan Fasyankes bertanggung jawab menetapkan hasil
pemantauan dan evaluasi serta melaksanaan tindakan perbaikan
dari hasil laporan pemantauan dan evaluasi.

B. Penyelenggaraan Kegiatan
1. Pelatihan SDM dalam rangka mendukung penyelenggaraan K3 di puskesmas
yang di perlukan pelatihan SDM.jenis pelatihan yang di maksud:
a. Pelatihan tenaga Medis dan para medis
b. Pelatihan Kader Desa
c. Pelatiahan sistem rujukan

9
2. Organisasi Penggerak Sebagai organisasi penggerak dalam penyelenggaraan
K3 adalah sebagai berikut :
a. Penanggungjawab : Kepala desa
b. Pembina : Kepala Puskesmas
c. Tenaga pelaksana : Kader

10
3. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan K3 terdiri dari :
a. Pelayanan Promotif, meliputi :
1) Penyuluhan /konseling kesehatan kerja,penyakit tidak menular,PHBS
2) Penyebarluasanainformasiatentangakesehatanakerjaapenyakitmenular
,kesehatan ibu
3) Sarasehan untuk melakukan perubahan menuju norma sehat dalam
bekerja
4) Pencatatan dan pelaporan
b. Pelayanan Preventif,meliputi :
1) Inventarisasi jenis pekerjaan agar dapat mengetahui reskio yang
mungkin timbul (PAK dan KAK)
2) Pengenalan resiko bahaya di tempat kerja
3) Penyediaan contoh dan kepatuhan pnggunaan Alat Pelindung Diri
(APD)
4) Mendorong upaya perbaikan lingkungan kerja misanya perbaikan
aliran udara
5) Pengamatan jentik di lingkungan kerja
6) Membantu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan awal dan berkala
oleh petugas kesehatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Fasyankes
adalah upaya untuk membudayakan SDM Fasyankes agar
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan
Fasyankes yang sehat. PHBS di tempat kerja antara lain:
1) Menerapkan peraturan dan prosedur operasi kerja
2) Menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai pekerjaannya
3) Tidak merokok di tempat kerja
4) Melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur,
mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat
5) Menggunakan air bersih
6) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
7) Membuang sampah pada tempatnya
8) Menggunakan jamban saat buang air besar dan buang air
kecil
9) Tidak mengonsumsi NAPZA
10) Tidak meludah sembarang tempat
11) Memberantas jentik nyamuk
Sedangkan Pelayanan Kuratif,meliputi :
1) Pelayanan P3K dan P3P oleh petugas puskesmas
2) Pusling oleh petugas Puskesmas
Pelayanan Rehabilitatif,meliputi : Pemulihan dengan alat-alat sederhana
4. Waktu pelaksanaan
Waktu disepakati oleh pekerja sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
a. Pelaksana kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah petugas di fasyankes,kader yang harus memiliki
kriteria sebagai berikut :

11
1) Kader : memiliki kemauan,kemampuan dan pengetahuan tentang
kesehatan kerja dan mendapatkan pelatihan
2) Petugas kesehatan : mempunyai kompetensi dan kewenangan bidang
kesehatan kerja
5. Pelatihan untuk pengembangan Kegiatan
Jenis pelatihan yang dapat di lakukan untuk petugas di fasyankes antara lain :
a. Pelatihan P3K dan P3P
b. Pelatihan penggunaan Alat Pelindung diri (APD)
c. Pelatihan tentang faktor resiko penyakit pada pekerja
Untuk melaksanakan K3 bisa menggunakan sarana yang tersedia berdasarkan
hirarki pengendalian resiko terdiri dari :

a. Eliminasi

Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang menjadi pilihan


pertama untuk mengendalikan pajanan karena menghilangkan
bahaya dari tempat kerja. Namun, beberapa bahaya sulit untuk
benar-benar dihilangkan dari tempat kerja.

b. Substitusi

Subtitusi merupakan upaya penggantian bahan, alat atau cara kerja


dengan alternatif lain dengan tingkat bahaya yang lebih rendah
sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya dampak yang
serius. Contohnya:
1) Mengganti tensi air raksa dengan tensi digital
2) Mengganti kompresor tingkat kebisingan tinggi dengan tipe
yang kebisingan rendah (tipe silent kompresor)

c. Pengendalian Teknik

Pengendalian teknik merupakan pengendalian rekayasa desain alat


dan/atau tempat kerja. Pengendalian risiko ini memberikan perlindungan
terhadap pekerja termasuk tempat kerjanya. Untuk mengurangi
risiko penularan penyakit infeksi harus dilakukan penyekatan
menggunakan kaca antara petugas loket dengan pengunjung/pasien.
Contoh pengendalian teknik yaitu: untuk meredam suara pada ruang
dengan tingkat bising yang tinggi seperti:
1. Pada poli gigi khususnya menggunakan unit dental dan
kompresor
2. Pada ruang genset

d. Pengendalian Administrasi

12
Pengendalian administrasi berfungsi untuk membatasi pajanan pada
pekerja. Pengendalian administrasi diimplementasikan bersamaan
dengan pengendalian yang lain sebagai pendukung. Contoh
pengendalian administrasi diantaranya:

e. Pelatihan/sosialisasi/penyuluhan pada SDM Fasyankes

f. Penyusunan prosedur kerja bagi SDM Fasyankes

g. Pengaturan terkait pemeliharaan alat

h. Pengaturan shift kerja

13
C. Alat Pelindung Diri
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam mengendalikan
risiko keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang sangat
penting, khususnya terkait bahaya biologi dengan risiko yang paling tinggi
terjadi, sehingga penggunaan APD menjadi satu prosedur utama di dalam
proses asuhan pelayanan kesehatan.
APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh sumber daya manusia dari potensi bahaya di Fasyankes. Alat
pelindung diri tidak mengurangi pajanan dari sumbernya, hanya saja
mengurangi jumlah pajanan yang masuk ke tubuh. APD bersifat eksklusif
(hanya melindungi individu) dan spesifik (setiap alat memiliki spesifikasi
bahaya yang dapat dikendalikan). Implementasi APD seharusnya menjadi
komplementer dari upaya pengendalian di atasnya dan/atau apabila
pengendalian di atasnya belum cukup efektif.
Jenis-jenis APD yang dapat tersedia di Fasyankes sesuai dengan
kebutuhan sebagai berikut:

1. Penutup kepala (shower cap)


2. Kacamata Khusus (safety goggle)
3. Pelindung wajah (face shield)
4. Masker
5. Sarung Tangan (hand schoon/sarung tangan karet)
6. Jas Lab dan Apron (apron/jas lab)
7. Pelindung kaki (safety shoes dan sepatu boots)
8. Coveral
Untuk faktor risiko biologi yang sangat infeksius dan bahan kimia, dapat
menggunakan bentuk APD secara lengkap atau merujuk pada juknis
terkait. Berikut penjelasan masing-masing APD beserta contoh gambar
APD:
1. Penutup Kepala (shower cap)
Alat penutup kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut
dan kulit kepala petugas terhadap alat- alat/daerah steril dan juga
sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan
bahan–bahan dari pasien.

14
Gambar 3.1. Penutup Kepala

2. Penutup Teling (ear muff atau ear plug)


Penggunan APD penutup telinga di Fasyankes dalam proses
pemberian asuhan pelayanan kesehatan jarang digunakan. Penggunaan
lebih sering jika ada sumber bising di atas Nilai Ambang Batas (85
dba) seperti di unit ganset, proses pembangunan, dan lainnya.

Gambar 3.2 Penutup Telinga


3. Kacamata Khusus (safety goggle)
Kacamata khusus (safety google) adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dari paparan bahan kimia berbahaya, percikan
darah dan cairan tubuh, uap panas, sinar UV dan pecahan kaca

(scrub).

15
Gambar 3.3. Kacamata Khusus

4. Pelindung wajah (face shield)


Alat pelindung wajah adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi wajah dari terpapar cairan tubuh, darah, dan percikan
bahan-bahan kimia.

Gambar 3.4. Pelindung Wajah

16
5. Masker
Masker atau alat pelindung pernafasan adalah alat yang
berfungsi untuk melindungi pernafasan dari mikrobakterium dan virus
yang ada di udara, dan zat- zat kimia yang digunakan. Bagi SDM
Fasyankes yang menggunakan respirator harus dilatih untuk
menggunakan dan memelihara respirator khusus secara tepat. SDM
Fasyankes harus tahu keterbatasan dan pengujian kecocokan respirator
secara tepat, minimal masker dengan tipe N95 atau masker yang dapat

memproteksi SDM dari paparan risiko biologi maupun kimia.


Gambar 3.5. Masker dan respirator

6. Sarung Tangan (hand schoon/sarung tangan bahan karet, kain)


Sarung tangan adalah alat yang berfungsi untuk melindungi tangan
dari darah dan cairan tubuh, zat- zat kimia yang digunakan, dan
limbah yang ada.

Gambar 3.6. Sarung tangan

7. Pelindung Kaki (sepatu boots, safety shoes)


Alat pelindung kaki adalah alat yang berfungsi untuk
melindungi kaki dari darah, cairan tubuh, zat- zat kimia yang
digunakan, benturan benda keras dan tajam, serta limbah yang ada.
SDM Fasyankes yang berdiri dalam jangka waktu lama ketika bekerja,
perlu sepatu yang dilengkapi bantalan untuk menyokong kaki. SDM

17
Fasyankes yang bekerja dan berhadapan dengan pekerjaan dengan
risiko cidera akibat dari kejatuhan benda keras yang mengenai jari
kaki disarankan memakai sepatu dengan ujung yang keras.

18
Gambar 3.7. Alas kaki

8. Jas Lab dan Apron


Jas lab dan apron adalah alat yang berfungsi untuk melindungi
tubuh dari darah dan cairan tubuh, zat-zat kimia yang digunakan,
dan limbah yang ada.

Gambar 3.8. Apron

Untuk terselenggaranya K3 di Fasyankes secara optimal,


efektif, efisien, dan berkesinambungan, Fasyankes dapat
membentuk Tim K3 di Fasyankes atau menunjuk satu orang
sebagai pengelola K3 di Fasyankes tersebut. Dalam hal
Fasyankes berupa praktik mandiri tenaga kesehatan yang hanya
terdapat 1 (satu) sumber daya manusia, maka yang bersangkutan
adalah pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
K3 di Fasyankes. Tim K3 di Fasyankes ditetapkan dengan Surat
Keputusan Pimpinan Fasyankes yang memuat susunan
organisasi, uraian tugas, dan tanggung jawab. Tugas tim K3 di
Fasyankes antara lain sebagai berikut:
a. Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data terkait K3
di Fasyankes.
b. Menyusun dan memberikan rekomendasi untuk bahan
pertimbangan kepada Pimpinan yang berkaitan dengan K3 di

19
Fasyankes.
c. Menyusun rencana program K3 di Fasyankes.
d. Merumuskan kebijakan, pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan
standar prosedur operasional.
e. Melaksanakan program K3 di Fasyankes.
f. Mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya
disampaikan kepada seluruh SDM Fasyankes.
g. Membantu pimpinan Fasyankes dalam menyelenggarakan
SMK3 di Fasyankes, promosi, penelitian sederhana, dan
pelatihan terkait K3 di Fasyankes.
h. Melakukan investigasi dalam setiap kejadian penyakit akibat
kerja dan kecelakaan akibat kerja.
i. Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru
dan pembangunan gedung, serta pemeliharaannya.
j. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan K3 di Fasyankes.
k. Melakukan pencatatan dan pelaporanterkait denga pelaksanaan
kegiatan K3 di Fasyankes.

D. Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan
Fasyankes harus membuat perencanaan K3 di Fasyankes yang
efektif agar tercapai keberhasilan penyelenggaraan K3 di Fasyankes
dengan sasaran yang jelas dan terukur. Penyusunan perencanaan K3 di
Fasyankes harus memperhatikan peraturan perundang-undangan,
kondisi yang ada, dan berdasarkan hasil identifikasi risiko yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perencanaan K3 di
Fasyankes ditetapkan oleh pimpinan Fasyankes dengan mengacu pada
kebijakan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Selanjutnya
perencanaan K3 di Fasyankes tersebut diterapkan dalam rangka
mengendalikan potensi bahaya dan risiko K3 di Fasyankes. Cotoh
penyusunan identifikasi risiko, dapat mengacu pada tabel berikut:
Contoh potensi bahaya di fasyankes berdasarkan ruangan:

20
Tabel 3.4
Potensi Bahaya Di Fasyankes Berdasarkan Ruangan

21
22
ruang Bahaya fisik Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
kimia biologi fisikososial ergonomi kecelakaan
kerja
Ruang  Pencahayaan  bahan  tungau  stress  duduk Terpeleset,
pimpinan kurang kimia  legionella  beban kerja terlalu terjatuh,
/administ  Suhu atau pengharum pada AC yang berlebih lama > 2 tersandung,
rasi / kelembaban ruangan  job desk yang jam tersentrum,
ruang yang kurang  debu tidak jelas kurang tertimpa
rapat nyaman,  hubungan bergerak barang
 Radiasi interpersonal  ruang
komputer pegawai kerja
(untuk sempit
monitor jenis  posisi
tabung /CRV) kerja tidak
natural
 penempata
alat kerja
termasuk
komputer
tidak
ergonomis

23
24

S-ar putea să vă placă și