Sunteți pe pagina 1din 30

KELOMPOK 3 :

1.Fatur Rahman.S.Rumi

2.Nur Fadlin

3.Sindi Maiysaroh

4.Hairunnisa

5.Nanda Rezqiah
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Askep Hipertensi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dosen. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hipertensi bagi para pembaca dan bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran saya nantikan dei kesempurnaan makalah ini.

Tolitoli, 26 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Epidemiologi
C. Etiologi
D. Faktor Predisposisi
E. Patofisiologi
F. Manifestasi Klinis
G. Klasifikasi
H. Komplikasi
I. Pemeriksaan Penunjang
J. Penatalaksanaan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Klasifikasi Data
C. Analisa Data
D. Diagnosa nanda nic noc
E. Rencana Intervensi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit
yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang
ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan
penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi
menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian)
hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis
yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6 % penduduk yang berusia diatas 20
tahun adalah penderita hipertensi. Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa
masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat
pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota
yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas
(kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi
kadar lemaknya.
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya
kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada
heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik
hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,
bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu
sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan
komplikasinya. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah
jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari
penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau
normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang
rendah.
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada
gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak
orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis.
Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun
atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada
tahap awal, tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress
biasanya, ketika mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari
biasanya. Atau tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau
berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika
angkanya terletak diatas kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi perbatasan”
namun, jika angkanya diatas normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang
ketahap “stabil” hipertensi kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat
banyak, bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah
yang sangat tinggi, dari 200/120 samapi 250-140.(Hans p. wolf. 2006 : h 63)
B. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah hipertensi ini antara lain :
1. Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi.
2. Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi.
3. Memahami dan menjelaskan penyebab hipertensi.
4. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi.
5. Memahami dan menjelaskan Pengobatan hipertensi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi

manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic

90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi

peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang

mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg

saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika

tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar dari

90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk

Diastolik.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi

diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh

pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg

didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan

tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90

mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

B. Epidemiologi

Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika

Serikat. Sekitar seperempat jumlah pendududk dewasa menderita hipertensi, dan

insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah usia remaja.


Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan sisanya mengalami

kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu.

C. Etiologi

Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara

mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab

medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu

(hipertensi sekunder).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui

penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya

penyakit lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan

pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan

meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-

10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,

penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor

pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin

(noradrenalin).

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal

- Stenosis arteri renalis

- Pielonefritis
- Glomerulonefritis

- Tumor-tumor ginjal

- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

- Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

2. Kelainan Hormonal

- Hiperaldosteronism

- Sindroma Cushing

- Feokromositoma

3. Obat-obatan

- Pil KB

- Kortikosteroid

- Siklosporin

- Eritropoietin

- Kokain

- Penyalahgunaan alkohol

- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

4. Penyebab Lainnya

- Koartasio aorta

- Preeklamsi pada kehamilan

- Porfiria intermiten akut

- Keracunan timbal akut

Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :

- Peningkatan kecepatan denyut jantung

- Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama


- Peningkatan TPR yang berlangsung lama

D. Faktor Predisposisi

Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti

umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita

kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini

menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang

olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga

berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan

Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang

bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat

kita tidak beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara

intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan

darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di

masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat

dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di

kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi

Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan

terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan

antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya

pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih

tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.

E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di

pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla

spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis

ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap

rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

F. Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun

secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah

sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa

saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah

yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

- Sakit kepala

- Kelelahan

- Mual

- Muntah

- Sesak nafas

- Gelisah

- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,

jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan

koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,

yang memerlukan penanganan segera.

G. Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel berikut:
Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-150 90-99
stage I
Hipertensi >150 >100
stage II
(Arif Muttaqin, 2009).
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:
Kategori Sistol Diastol
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat I (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub group: Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi 160-179 100-109
Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi >180 >110
Berat)
Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90
Sub group: Perbatasan 140-149 <90
(Andy Sofyan, 2012)
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Sistol Dan/Atau Diastol
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <180
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi 140-159 Atau 90-99
Tahap I
Hipertensi ≥160 Atau ≥100
Tahap II
Hipertensi ≥140 Dan <90
Sistol
Terisolasi
(Andy Sofyan, 2012)
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High

Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *


Kategori Sistolik Diastolik
(mmhg) (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 160-179 100-109
(sedang)
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan

diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang

lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang

dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi

diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh

pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg

didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan

tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90

mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau

lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam

kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan

bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan

sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat

sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun

drastis.

Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-induced

hypertension, PIH ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible

setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah

jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada
wanita sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas

vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini

menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada

wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida

tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah

jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik

yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat

menyebabkan kejang,koma, dan kematian.

H. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA

RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya:

- Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic

attack (TIA).

- Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).

- Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.

- Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU,

Abdul Madjid (2004), meliputi:

- Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan

menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab

hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah

(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL.
- Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat

mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain,

seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.

- Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium

serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum

(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi

pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa

protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)

- Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

J. Penatalaksanaan

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah

raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar

peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat

digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke

dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).

Pengobatanhipertensi secara garis besar dibagimenjadi 2 jenisyaitu:

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah

sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya

ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non

farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang

lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :


1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh

2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.

Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan

ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan

sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.

3. Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem

saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit

sebanyak 3-4 kali seminggu.

5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat

ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

1. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat

kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya

pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

2. Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang

bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin

dan Reserpin.

3. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa

jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui

mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :

Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-

hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam

darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).

Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)

sehingga pemberian obat harus hati-hati.

4. Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot

polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin,

Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini

adalah : sakit kepala dan pusing.

5. Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II

(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang

termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah :

batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6. Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat

kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :

Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :

sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

7. Penghambat Reseptor Angiotensin II


Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada

reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang

termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang

mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko

terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Identitas Pengkajian
Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 60 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan
Tanggal Masuk : 16 April 2012
No.Register : 06-46-47
Ruangan/Kamar : Mengkudu (K2B2)
Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 17 April 2012
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Keperawatan : Hipertensi

b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.D
Hubungan dengan Pasien : anak
Pekerjaan : PNS
Umur : 25 Tahun
Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan
2. Keluhan Utama
Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit
kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn mengkudu dengan
keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien
mengatakan sulit beraktivitas.
4. Riwayat Masa Lalu
Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus
yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien
adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu
pasien juga pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat
penyakit hipertensi.
6. Riwayat Keadaan Psikososial
Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, pasien
sangat optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa kepada
Allah SWT, pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan saudara.
Genogram
Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal,
orang tua laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit kanker hati, sedangkan
ibu pasien meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-2 orangtua
pasien terdapat 10 jumlah saudara pasien, dari kesepuluh jumlah saudara kandung
pasien tersebut dirinci sebagai beriku : anak pertama perempuan, dan anak kedua
perempuan, kedua anak perempuan tersebut meninggal karena menderita penyakit
kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki adalah pasien yang menderita penyakit
hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum Dr.RM.Djoelham. Anak keempat
perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan meninggal karena penyakit stroke, anak
keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-laki, anak kesembilan
laki-laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini meninggal karena
menderita penyakit stroke.
Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang
sudah menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka tinggal
dalam satu rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara
riwayat sang istri pasien, kedua orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-
laki dari istri meninggal dikarenakan menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara
istri pasien ada delapan, belum ada yang meninggal dari delapan saudara pasien
tersebut.
7. Pemeriksaan Fisik
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 350c
Keadaan umum : Lemah
Penampilan : Pasien kurang rapi dan bersih
Kesadaran : Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan
prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaannya
TB : 178 cm
BB : 94 Kg
Ciri Tubuh : Gemuk
8. Pengkajian Pola Fungsional
a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat
ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik
tidak dijumpai
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-
bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya
peradangan dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun
peradangan
f. Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g. Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak
adanya dijumpai nyeri pada dada
h. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i. Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit
beraktivitas, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi
 Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan
kesukaan yang berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
 Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis
1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak
mengandung minyak dan lemak.
2) Eliminasi
BAB :
 Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek
 Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek
BAK :
 Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
 Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari
3) Pola Istirahat
 Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-
2 jam,
 Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari
pasientidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman,
sehingga klien tampak kusam dan pucat.
4) Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan
jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya
hospitalisasi suasana dirumah sakit tidak terlaksana optimal karena badrest
5) Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali
kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6) Therapy
Infus RL : 20 gtt/i
Furosemide : 1 amp/12 jam
Amlodepine : 2 x 10 mg
Dulculax syrp :3x1
Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1
Ludios : 2x1
Sohobion : 2x1

9. Data Penunjang
Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :
No Kimia Darah Hasil Normal Unit
1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL
2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl
3 SGOT 30,5 <37 U/I
4 SGPT 38,4 <40 U/I
5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL
6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL
7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL
8 Cholesterol total 129 <200 Mg/dL
9 Mglyceride 93 <150 Mg/dL
10 HDL 38 >55 Mg/dL
11 LDL 72 <150 Mg/dL

No Gula Darah Hasil Normal


1 Puasa 75-115
2 2 Jam pp < 120
3 Dd random 92
4 Serologi

B. Klafikasi Data
Data subjektif Data objektif
 Pasien mengatakan kepala pusing,  Px tampak meringis kesakitan, kondisi
dan leher terasa tegang badan lemah.
 Pasien mengatakan tidak selera  pasien tampak lemah, Makanan yang di
makan sajikan habis 1/3 porsi
 Pasien mengatakan susah tidur  pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
 pasien mengatakan kedua kakinya malam + 2 jam pasien susah tidur siang
susah digerakkan  aktivitas pasiens di bantu oleh keluarga
dan perawat
 TD : 170/100 mmHg
 Pols : 90 x/i
 RR : 22 x/i
 Temp : 370C
C. Analisa Data
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 DS: Pasien mengatakan kepala Peningkatan Gangguan rasa nyaman
pusing, dan leher terasa tekanan darah nyeri
tegang.
DO : Px tampak meringis
kesakitan, kondisi badan
lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2 DS: Pasien mengatakan tidak Perubahan jenis Gangguan pola nutrisi
selera makan diet
DO: pasien tampak lemah,
Makanan yang di sajikan
habis 1/3 porsi
3 DS: Pasien mengatakan susah Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat tidur
tidur
DO: pasien tampak pucat, mata
cekung, tidur malam + 2
jam pasien susah tidur
siang
4 Ds : pasien mengatakan kedua kelemahan fisik Gangguan pola aktivitas
kakinya susah digerakkan
Do : aktivitas pasiens di bantu
oleh keluarga dan perawat

D. DIAGNOSIS NANDA NIC NOC


SASARAN DOMAIN KELAS KODE RUMUSAN
DIAGNOSA
Komunitas Domain 1 : Kelas 2 : 00188 Perilaku kesehatan
Promosi Manajemen cenderung beresiko
keshatan kesehatan
00099 Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan

E. RENCANA INTERVENSI KOMUNITAS


Data DIAGNOSA Tujuan NOC NIC
NANDA
Masalah Kelas 2; Berkurang Prevensi Primer Prevensi
Kesehatan Manajemen nya Primer:
Risiko Kesehatan perilaku Domain IV
Hipertensi  Perilaku berisiko Pengetahuan Domain 3:
Lansia : kesehatan munculny kesehatan dan Perilaku
 Lansia cenderung a perilaku. Kelas S;
memilik berisiko Hipertens Edukasi
(00188). i dan Kelas S; klien
i
 Ketidakefek meningkat Pengetahuan  5510:Pendi
penurun tifan nya kesehatan dikan
an pemeliharaa efektifitas Level 3: kesehatan
kondisi n kesehatan pemelihar Intervensi  5520:Memf
fisik. (00099). aan  1837: asilitasi
kesehatan pengetahuan pembelajara
 Lansia
pada manjemen n
umumn Lansia. hipertensi  5604
ya  1847: Pengajaran
memilik Pengetahuan; kelompok
i manajemen sakit  5618:Penga
kronik . jaran
penurun
 1803:Pengetahua prosedur/tin
an n; proses dakan
fungsi penyakit .
kognitif  1805:Pengetahua Domain 7;
dan n; perilaku sehat . Komunitas
psikom  1823:Pengetahua Kelas C;
n; promosi Promosi
otor kesehatan
kesehatan .
 Dari  1854:Pengetahua komunitas
berbaga n; diet sehat  8750:
i  1855:Pengetahua Pemasaran
peneliti n; gaya hidup sosial di
sehat. masyarakat
an
 1843: (351).
epidemi Pengetahuan:
ologis manajemen nyeri
yang  1840: pengetahun
dilakuk : diet yang
an di disarankan
Indones
ia Prevensi
menunj sekunder
ukan Prevensi
Domain IV; Sekunder
1,8 –
Pengetahuan
28,6 % Domain 3;
kesehatan dan
pendud perilaku. Perilaku
uk yang Kelas O;
Terapi
berusia Kelas Q; perilaku
diatas Perilaku sehat Level 3;
20 Level 3: Intervensi
Intervensi  4310:
tahun  1600:Kepatuhan Terapi
adalah perilaku . aktifitas
penderit  1621:Kepatuhan  4350:Manaj
a perilaku; diet emen
hiperten sehat. perilaku
 1602:Perilaku  4360:Modif
si
promosi ikasi
kesehatan . perilaku
 1603:Pencarian
perilaku sehat Domain 4;
 1605: kontrol Keamanan
nyeri Kelas V;
 1606:Partisipasi Manajeme
dalam n resiko
pengambilan  Manajemen
keputusan lingkungan
perawatan (6480).
kesehatan .  Manajemen
 1608:Kontrol lingkungan;
gejala . keamanan
(6486).
Kelas R; Health  Surveilance
Beliefs (6650).
 1704:Health  Monitor
beliefs; perceived TTV (6680)
threat
 1705:Orientasi Domain 6;
kesehatan Sistem
kesehatan
Kelas FF; Kelas Y;
Manajemen Mediasi
kesehatan terhadap
 3107: manajemen sistem
diri : Hipertensi. kesehatan
 7320:Manaj
Kelas T; emen kasus
Kontrol resiko  7400:Pandu
dan keamanan an sistem
 1902:Kontrol kesehatan
resiko .
 1908:Deteksi Kelas A;
faktor resiko. Manajeme
 1934:Keamanan n sistem
dan kesehatan kesehatan
serta perawatan  7620:Pengo
lingkungan. ntrolan
 1910:Keamanan berkala
 7726:Prece
lingkungan ptor; peserta
rumah. didik

Domain V; Domain 7:
Kesehatan yang Komunitas,
dirasakan. Kelas D;
Kelas U; Manajeme
Kesehatan dan n resiko
Kualitas Hidup komunitas.
 2008:Status Level 3:
kenyamanan. Intervensi
 2009:Status  6489:
kenyamanan; Manajemen
lingkungan . lingkungan;
 2006:Status komunitas.
kesehatan  8880:
individu . perlindunga
 2000:Kualitas n
hidup lingkungan
yang
Kelas V; Status berisiko
gejala
 2109:Tingkatan
ketidaknyamanan
.
 1306:Nyeri;
Tingkat Respon
fisik
 2102:Level nyeri.
 2103:Tingkatan
gejala .

Kelas EE;
Kepuasan
terhadap
perawatan
 3014:Kepuasan
klien .
 3015:Kepuasan
manajemen kasus
.
 3007:Kepuasan
terhadap
lingkungan fisik
 3010:Kepuasan
terhadap
keamanan
 3015:Kepuasan
manajemen kasus
 3003:Kepuasan
keberlanjutan
perawatan
 3016: Kepuasan
manajemen nyeri
 3007:Kepuasan ;
lingkungan fisik
 3011:Kepuasan
klien ; kontrol
gejala

Domain VI;
Kesehatan
keluarga
Kelas Z;
Kualitas hidup
keluarga
 2606:Status
kesehatan
keluarga

Kelas X; Family
well being.
 2600: Koping
keluarga .
 2602:Fungsional
keluarga .
 2606:Status
kesehatan
keluarga .
 2605:artisipasi
keluarga dalam
perawatan .

Domain VII;
Kesehatan
Prevensi
komunitas
Tersier
Kelas BB; Well
Being
Domain 5;
komunitas
Keluarga
 2700:Kompetensi
Kelas X;
komunitas
Perawatan
 2701:Status siklus
kesehatan kehidupan.
komunitas
 7040:
Dukungan
Kelas CC; terhadap
Proteksi caregiver
kesehatankomu  7140:
nitas. Dukungan
keluarga
 Identi8fikas
i resiko
 2806: Respon :Genetik
komunitas
terhadap
disaster/KLB
 2807:Efektifita
s skrining
kesehatan
komunitas
 2808:Efektifita
s program
komunitas
 2802:Kontrol
resiko
komunitas;
penyakit
menular

Prevensi
Tersier;

Domain VI;
Kesehatan
keluarga
Kelas Z;
Kualitas
hidup
keluarga
 2605:Partisipas
i tim kesehatan
dalam keluarga
.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90
mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan
sebagai primer/esensial (hampir 90 % dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai
akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn
E. Doenges, dkk, 1999).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan
pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Arif
Muttaqin, 2009).
Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik
sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Daftar Pustaka

Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta :EGC

http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tingg

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf diakses tgl 14-10-

17 jam 09.20

www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312017/bab2.pdf diakses tgl 14-10-17 jam

15.00

S-ar putea să vă placă și