Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lamban dan
diikuti oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi memiliki pemikiran
yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depan, dan ingatan mereka menjadi lemah,
serta kesulitan dalam mengambil keputusan.
Menurut Suryantha Chandra (2002 : 8), depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati
yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan
perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan
istilah depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal,
tidak mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. Individu yang menderita depresi aktifitas
fisiknya menurun, berpikir sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat dan minat
hilang, kelelahan yang sangat, insomnia, atau gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan, rasa sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri (John & James, 1990 : 2).
Salah satu gejala depresi adalah pikiran dan gerakan motorik yang serba lamban (retardasi
psikomotor), fungsi kognitif (aktifitas mental emosional untuk belajar, mengingat,
merencanakan, mencipta, dan sebagainya) terganggu. Jadi depresi mencakup dua hal kesadaran
yaitu menurunnya aktifitas dan perubahan suasana hati. Perubahan perilaku orang yang depresi
berbeda - beda dari yang ringan sampai pada kesulitan - kesulitan yang mendalam disertai
dengan tangisan, ekspresi kesedihan, tubuh lunglai dan gaya gerak lambat (A. Supratiknya,
1995 : 67).
Depresi kemungkinan akan sangat berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi pada diri
lanjut usia, pada fase tersebut sering terjadi perubahan fisik dan mental yang mengarah ke
penurunan fungsi. Proses menjadi tua menghadapkan lanjut usia pada salah satu tugas yang
paling sulit dalam perkembangan hidup manusia.
1|KELOMPOK V (LIMA)
Beck (dalam Nanik Afida dkk, 2000 :181) menjelaskan depresi memiliki beberapa aspek
emosional, kognitif, motivasional, dan fisik. gejala depresi yang dapat dimanifestasikan secara
emosional, kognitif, motivasional, fisik dan pencernaan, raut wajah sedih, retardasi, dan agitasi.
Gejala yang dimanifestasikan secara emosional terdiri dari perasaan kesal atau patah hati,
perasaan negatif terhadap dirinya, hilangnya rasa puas, hilangnya keterlibatan
emosional,kecenderungan untuk menangis diluar kemauan, dan hilangnya respon terhadap
humor. Sedangkan gejala yang dimanifestasikan secara kognitif meliputi sikap menyimpang
penderita, baik terhadap diri, pengalaman, dan masa depannya. Gejala yang dimanifestasikan
secara motivasional meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha,
dorongan, dan keinginan , sedangkan gejala yang muncul sebagai gangguan fisik apabila
terjadi gangguan saraf otonom dan hipotalamus.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2|KELOMPOK V (LIMA)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
1. Depresi adalah keadaan afektif yang mempunyai karakteristik perasaan sedih, merasa
bersalah dan harga diri rendah. Keadaan ini kemungkinan bagian dari penyakit baik
kondisi kronis maupun akut, sering dihubungkan dengan respon kehilangan
(Schultz,Videbeck,1998).
3. Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau
kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau
(Townsend,1998:179).
3|KELOMPOK V (LIMA)
B. JENIS-JENIS DEPRESI
1. Menurut gejalanya
Depresi neurotic
Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang menyedihkan tetapi
yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi trauma
emosional yang mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang dicintai,
pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik
bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria
atau ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidak menderita delusi atau
halusinasi.
Depresi psikotik
Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang berkaitan dengan
delusi dan halusinasi atau keduanya.
Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai gangguan
suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini menunjukkan gabungan
depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan
gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan gambaran ini disebut 'mania'.
Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya berdasarkan
gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya perilaku orang tersebut.
4|KELOMPOK V (LIMA)
2. Menurut Penyebabnya
Depresi reaktif
Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti kehilangan
seseorang atau kehilangan pekerjaan.
Depresi endogenus
Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor lain.
Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang disebabkan penyakit
fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau alkohol (depresi 'sekunder') dengan depresi
yang tidak mempunyai penyebab-penyebab ini (depresi 'primer'). Penggolongan ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian tujuan perawatan.
Depresi tersembunyi
Berduka
Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap suatu
kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu menerima kenyataan
tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang menimpa, menderita putusnya
hubungan dengan orang yang dicintai dan penyesuaian kembali.
5|KELOMPOK V (LIMA)
Depresi pascalahir
Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi. Namun, kadang-
kadang depresi pada manula ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat tubuh seperti
penglihatan atau pendengaran yang terganggu. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi pada orang tua.
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima dan
berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif :
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu
dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
6|KELOMPOK V (LIMA)
Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami
kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami
proses kehilangan, misalnya Bersedih, berhenti kegiatan sehari – hari, takut pada diri
sendiri, berlangsung tidak lama.
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3
tingkatan yaitu :
Supresi
Mania/ Depesi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan
pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial.
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada orang
yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan harapannya.
7|KELOMPOK V (LIMA)
a. Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel
tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat-saat khusus jika cinta untuk diri sendiri
lebih besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka,
tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu
direnungkan terus-menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
Ciri-ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga diri,
sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih-lebihkan menjadi estrim, karena
harapan – harapan yang realistis membuat dia tak mampu merestor dirinya sendiri,
hal ini memang benar khususnya pada individu yang ingin segalanya sempurna yang
tak pernah puas dengan prestasi yang dicapainya.
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih
baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi
mungkin terjadi.
d. Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organic contoh individu
yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi.
f. Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi
maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004)
8|KELOMPOK V (LIMA)
Menurut Nanda (2005-2006) adapun Faktor-faktor yang berhubungan dengan sedih kronis
adalah:
E. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Teori Biologis
a. Genetik
Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan bahwa terdapat dukungan
keterlibatan herediter dalam penyakit depresi. Luasnya akibat pada pokoknya tampak
menjadi lebih tinggi diantara individu-individu yang memiliki hubungan keluarga dengan
kelainan tersebut daripada diantara populasi umum (DSM-III-R, 1987).
b. Biokimia
Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik amin norepinefrin, dopamin, dan
serotinin. Tingkatan zat-zat kimia ini mengalami defisiensi dalam individu dengan
penyakit depresif (Janowsky et al, 1988).
9|KELOMPOK V (LIMA)
2. Teori Psikososial
a. Psikoanalisa
Teori ini (Klein, 1934) melibatkan suatu ketidakpuasan dalam hubungan awal
ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif. Kebutuhan bayi tidak
terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan sebagai suatu kehilangan. Respons
berduka belum terpecahkan, dan kemarahan dan permusuhan ditunjukkan kepada
diri sendiri. Ego tetap lemah, sementara superego meluas dan menjadi
menghukum.
b. Kognitif
Ahli teori-teori ini (Beck et al, 1979) yakin bahwa penyakit depresif terjadi sebagai
suatu hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses pikir membantu perkembangan
evaluasi diri individu. Persepsi merupakan ketidakadekuatan dan ketidakberhargaan.
Pandangan untuk masa depan merupakan suatu kepesimisan keputusasaan.
c. Teori Pembelajaran
Teori ini (seligman, 1973) mengemukakan bahwa penyakit depresif dipengaruhi oleh
keyakinan individu bahwa ada kurang kontrol atau situasi-situasi kehidupannya. Ini
dianggap bahwa keyakinan ini muncul dari pengalaman-pengalaman yang
mengakibatkan kegagalan (baik yang dirasakan atau yang nyata). Setelah sejumlah
kegagalan, individu merasa tidak berdaya untuk berhasil dalam usaha-usaha yang
keras, dan oleh karena itu berhenti mencoba. Pembelajaran ketidakberdayaan ini
digambarkan sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif.
Teori ini (Bowly, 1973) menyatakan bahwa penyakit depresif terjadi jika pribadi
tersebut terpisah dari atau ditolak orang terdekat selama 6 bulan pertama kehidupan.
Proses ikatan diputuskan, dan anak menarik diri dari orang lain dan lingkungan.
10 | K E L O M P O K V ( L I M A )
F. FAKTOR PENCETUS
Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan
(Sundeen,Stuart,1998:260):
1. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta,
seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolik
melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi
dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan
kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi,
terutama pada wanita.
4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti
infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan
gangguan alam perasaan.
Menurut Kaplan (1997) gejala utama dari depresi adalah kehilangan minat atau
kesenangan. Pasien mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa dalam
kesedihan, atau tidak berguna.
Adapun tanda dan gejala depresi menurut Rawlins et all (1993) adalah;
1) Dimensi Fisik:
1. gangguan primer pada struktur dan fungsi otak dan sistem saraf
2. perubahan kimiawi yaitu penurunan noreprineprin, serotonin dan peningkatan
steroid
3. penurunan metabolism
4. penurunan perawatan diri dan kebersihan diri
5. kehilangan energi dengan lelah dan lemah
6. penurunan aktivitas motorik
11 | K E L O M P O K V ( L I M A )
7. depresi mungkin berhubungan dengan adanya gangguan sistem imun
2) Dimensi Intelektual
3) Dimensi Emosional
4) Dimensi Sosial
1. hubungan antara orang depresi dengan orang lain kadangkala terlihat seperti
ketergantungan yang berlebihan
2. tingkah laku depresi mungkin sebagai usaha untuk memanipulasi orang lain
untuk memenuhi kebutuhannya
3. orang depresi merasa tidak mempunyai pendukung
4. menarik diri dari lingkungan dan hilang ketertarika
H. PENATALAKSANAAN DEPRESI
Menurut (Tomb, 2003, hal.61) Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan
beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada
diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya.
1. Terapi Psikologik
12 | K E L O M P O K V ( L I M A )
dating. Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu) dan secara
teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah bahwa
beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui kemarahan,
hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll.). psikoterapi berorientasi tilikan
jangka panjang, dapat berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa
pasien dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.
Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan
ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang dipelajari”,
depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan
pengalaman – pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk
mengenal dan menghilangkan pikiran – pikiran negative dan harapan – harapan
negative. Terapi ini mencegah kekambuhan.
Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga sampai
malam berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala- gejala depresi mayor buat
sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan
mekanisme biologis yang belum dimengerti dengan baik.
2. Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak membaik
membutuhkan antidepresan (70-80 % pasien berespon terhadap antidepresan),
meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan
SSRI atau salah satu antidepresan terbaru. Apabila tidak berhasil, pertimbangkan
antidepresan trisiklik, atau MAOI (terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi
beberapa obat yang efektif bila obat pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap
efek samping dan bahwa antidepresan “dapat” mencetuskan episode manik pada
beberapa pasien bipolar (10 % dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah, tetapi semua
koonsep tentang “presipitasi manic” masih diperdebatkan). Setelah semuh dari
episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian
diturunkan, meskipun demikian pada beberapa pasien setelah satu atau lebih
kekambuhan, membutuhkan obat rumatan untuk periode panjang. Antidepresan saja
(tunggal) tidak dapat mengobati depresi psikosis unipolar.
13 | K E L O M P O K V ( L I M A )
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin
bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar.
Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu
pula pada pasien unipolar. Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium
untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan. Antidepresan
dan litium dapat dimulai secara bersama – sama dan litium diteruskan setelah remisi.
Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal atau
bersama – sama dengan antidepresan, litium atau ECT – antidepresan antipikal yang
baru saja terlihat efektif.
1. Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan,
2. Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang akut),
3. Pada beberapa depresi psikotik,
4. Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua yang berpenyakit
jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan respons.
14 | K E L O M P O K V ( L I M A )
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pohon Masalah
Menarik diri
Harga diri
Idial diri
Identitas diri
Body image
Peran
15 | K E L O M P O K V ( L I M A )
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI DEPRESI
A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umum muncul pada klien dengan gangguan alam perasaan
(depresi), yaitu :
1) Sedih kronis
2) Harga diri rendah
3) Koping individu tidak efektif
4) Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri
5) Deficit perawatan diri
6) Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
7) Gangguan pola istirahat/tidur
8) Koping keluarga melemah
16 | K E L O M P O K V ( L I M A )
TUK 1 1. - Bina hubungan saling percaya dengan
Klien dapat membina menggunakan prinsip komunikasi
hubungan saling terapeutik :
percaya. a.
ZZ- - Sapa klien dengan nama baik verbal
Kriteria Evaluasi : maupun non verbal.
Ekspresi wajah
bersahabat, -- -perkenalkan diri dengan sopan.
menunjukkan rasa c. Tanyakan nama lengkap klien dan
senang, ada kontak nama panggilan yang disukai klien.
mata, mau berjabat d.
tangan, mau Jjj -jelaskan tujuan pertemuan
menyebutkan nama,
mau menjawab salam, e. --Jujur dan menepati janji
mau duduk
berdampingan dengan f. - Tunjukkan sikap empati dan
perawat, mau menerima klien apa adanya.
mengutarakan masalahg. - Berikan perhatian kepada klien dan
yang dihadapi perhatikan kebutuhan dasar
TUK 2 1. - Dorong dan beri kesempatan klien
Klien dapat untuk mengungkapkan perasaannya dan
mengungkapkan mengatakan bahwa perawat memahami
perasaanya. apa yang dirasakan pasien.
2. - Beri kesempatan klien mengutarakan
Kriteria evaluasi : keinginan dan pikirannya dengan teknik
Klien mampu focusing.
mengungkapkan 3. - Bicarakan hal-hal yang nyata dengan
perasaannya klien.
17 | K E L O M P O K V ( L I M A )
biasa dilakukan mengatasi perasaan
sedih/menyakitkan
Kriteria evaluasi : 3. - Diskusikan dengan pasien manfaat
Klien dapat dari koping yang biasa digunakan
mengungkapkan 4. -Bersama pasien mencari berbagai
perasaan saat sedih, alternatif koping.
menyimpulkan tanda- 5. -Beri dorongan kepada pasien untuk
tanda sedih yang memilih koping yang paling tepat dan
dialami. dapat diterima
6. Beri dorongan kepada pasien untuk
mencoba koping yang telah dipilih
7. Anjurkan pasien untuk mencoba
alternatif lain dalam menyelesaikan
masalah.
TUK 4 1. Tempatkan klien di tempat yang
Klien terlindung dari tenang, tidak banayak rangsangan, tidak
perilaku mencederai banyak terdapat peralatan.
diri. 2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang
Kriteria evaluasi : dapat digunakan oleh pasien untuk
Sikap klien tampak mencederai dirinya di tempat yang
tenang dan dapat amana dan terkunci.
mengontrol emosinya. 3. Temani klien jika nampak tanda-tanda
sedih yang berlebihan seperti menangis.
4. Lakukan pengekangan fisik jika klien
tidak dapat mengontrol perilakunya.
TUK 5 1. Anjurkan klien untuk melakukan
Klien dapat melakukan kegiatan motorik yang terarah misalnya:
kegiatan terarah menyapu, olahraga, dll.
2. Beri kegiatan individual sederhana
Kriteria evaluasi : yang dapat dilaksanakan dengan baik
Klien dapat melakukan oleh klien.
kegiatan yang 3. Berikan kegiatan yang tidak
diintruksikan dengan memerlukan kompetisi.
18 | K E L O M P O K V ( L I M A )
baik 4. Bantu klien dalam melaksanakan
kegiatan.
5. Beri reinforcement atas keberhasilan
pasien.
TUK 6 1. Diskusikan tentang manfaat makan dan
Klien terpenuhi minum bagi kesehatan.
kebutuhan nutrinya. 2. Ajak klien makan makanan yang telah
disediakan, temani selama makan.
Kriteria evaluasi : 3. Ingatkan klien untuk minum setengah
BB ideal dan nafsu jam sekali sebanyak 100 cc.
makan klien 4. Sediakan makanan TKTP, mudah
meningkat. cerna.
TUK 7 TUK 7 1. Diskusikan pentingnya istirahat bagi
Klien terpenuhi kesehatan
kebutuhan tidur dan 2. Anjurkan klien untuk tidur pada jam-
istirahatnya. jam istirahat.
3. Sediakan lingkungan yang mendukung:
Kriteria Evaluasi : tenang, lampu redup, dll.
Konjungtiva tidak
pucat, klien tidak
terbangun pada malam
hari, klien tidak
mengeluhkan susah
tidur dan wajah tampak
segar.
19 | K E L O M P O K V ( L I M A )
berpakaian mandiri,
dan dapat toileting
sendiri.
TUK 9 1. Diskusikan dengan klien tentang
Klien dapat manfaat dan kerugian tidak minum obat,
memanfaatkan obat nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan
dengan baik. efek samping penggunaan obat.
2. Pantau klien saat penggunaan obat
Kriteria Evaluasi 3. Beri pujian jika klien menggunakan
a. Klien menyebutkan obat dengan benar
manfaat, kerugian, 4. Diskusikan akibat berhenti minum
nama, warna, dosis, obat tanpa konsultasi dengan dokter
efek terapi dan efek 5. Anjurkan klien untuk konsultasi
samping obat. kepada perawat/dokter jika terjadi hal-
b. Klien hal yang tidak diinginkan.
mendemonstrasikanka
n penggunaan obat
dengan benar
c. Klien menyebutkan
akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi
20 | K E L O M P O K V ( L I M A )
- Awasi dan tempatkan pasien
di ruang yang mudah dipantau
olehpetugas.
21 | K E L O M P O K V ( L I M A )
yang spesifik yang akan menjadi
focus latihan.
- Bantu pasien mengidentifikasi
langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai target
berinteraksi dengan orang lain.
- Tetapkan model yang
mendemonstrasikan langkah
perilaku dalam situasi yang
berarti bagi pasien.
- Bantu pasien untuk bermain
peran berinteraksi dengan orang
lain.
- Berikan reinforcement atas
kemampuan pasien dalam
berinteraksi dengan orang lain.
- Ajarkan pada keluarga, teman,
tentang tujuan dan proses latihan
berinteraksi sosial.
- Libatkan orang yang berarti bagi
pasien dalam latihan berinteraksi
sosial (role play) dengan pasien.
- Berikan umpan balik kepada
pasien dan orang yang berarti
bagi pasien tentang kesesuaian
dalam latihan.
- Anjurkan pasien/orang yang
berarti bagi pasien untuk
mengevaluasi hasil dari latihan
berinteraksi sosial, berikan
reward untuk hasil positif dan
pemecahan masalah untuk hasil
yang negatif.
22 | K E L O M P O K V ( L I M A )
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa
susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia,
konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi merupakan gangguan dalam perasaan yang berat dan dimanifestasikan dengan gangguan
fungsi social dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada individu yang bersangkutan.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor
konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik,
faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
B. SARAN
sebagai seorang perawat yang profesioanal hendaknya kita mampu memberikan asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan depresi secara komprehensif.
23 | K E L O M P O K V ( L I M A )
DAFTAR PUSTAKA
Stuart,Gail Wiscarz.Sundeen,(1998), Buku saku Keperawatan Jiwa ,alih bahasa, Achir Yani
S Hamid,Editor Yasmin Asih, Ed 3, EGC,Jakarta
24 | K E L O M P O K V ( L I M A )