Sunteți pe pagina 1din 6

TUGAS PENYAKIT AKIBAT KERJA

PENYAKIT AKIBAT KERJA YANG DISEBABKAN TIMAH DAN


PERSENYAWAANNYA

ZELLA ENGELYA OTIVA NIM: 1711216011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Timah Dan Persenyawaannya

Penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh timah dan persenyawaannya

Timah merupakan unsur golongan IVA (grup 14) dalam tabel periodik,
bersama dengan karbon, silikon, germanium, dan timbal. Timah menunjukkan
kesamaan sifat kimia dengan Ge dan Pb seperti pembentukan keadaan oksidasi

+2 dan +4. Sebagai anggota dalam golongan IVA, struktur geometri SnCl 4 yang

telah dikarakterisasi ialah tetrahedral seperti CCl4 (Darmawan, Armaidi. 2013.)


Pada suhu ruang, keduanya cairan tidak berwarna dengan titik didih
masing-masing 114°C dan 77°C (pada tekanan atmosfer). Di luar keadaan
tersebut, keduanya menunjukkan karakter yang cukup berbeda. Perbedaan
tersebut dapat dijelaskan karena ukuran atom Sn yang lebih besar dibandingkan
atom C dan dimilikinya orbital 5d pada atom Sn. Kedua faktor tersebut, membuat
Sn memungkinkan untuk “berikatan lebih” (ekstra koordinasi) dengan
liganligannya. Dalam hal tersebut, timah memiliki fleksibilitas valensi yang lebih
besar, yaitu memiliki bilangan koordinasi yang dapat lebih dari empat (Purnomo,
2008).

Penyakit akibat kerja yang ditimbulkan oleh timah adala sebagai berikut
1. Keracunan timah
2. Tin pneukomoniosis (stannosis)

2.1. Keracunan timah


a. Definisi
Keracunan timah dapat terjadi apabila digunakan sebagai fungisida,
insektisida, alergisida dan pengawet kayu. Organo timah merupakan bahan
pencemar organic yang sangat tahan. (Widowati, Wahyu, Astiana Sastiono,
RAimond Jususf. 2008.)

b. Penyebab
Karena senyawa timah memiliki sifat yang mirip dengan sianida dan keracunan
paling sering terjadi pada seseorang setelah mengkonsumsi makanan kaleng
karena timah banyak digunakan sebagai pembungkus makanan (Graf, 2005)
c. Gejala
Gejala yang di timbulkan pada saat mengalami keracunan timah berupa :
1. Mual
2. Muntah-muntah
3. Diare
Menurut (blunden&waliace, 2003)
d. Pekerja yang beresiko
Para pekerja yang bekerja sebagai pembuat fungisida, insektisida, alergisida dan
pengawet kayu.
e. Pencegahan
Dengan mengurangi paparan langsung dan melaksanakan kerja sesuai prosedur
serta memakai alat pelindung diri saat bekerja.
f. Upaya penanggulangan
Saat terjadi kasus segera antar pekerja ke klinik kesehatan perusaahaan.

2.2. Stanosis
a. Definisi
Stanosis merupakan penyakit akbiat kerja yang disebabkan oleh partikel oksida pada
timah dan sering disebut juga sebagai pneukomoniosis nonfibriotik sebagai akibat kronis
partikel-partikel timah yang jarang terjadi. Stannosis atau disebut juga tin
pneumokoniosis adalah suatu pneumokoniosis nonfibrotik yang terjadi setelah inhalasi
krinis atau pemaparan berat dan lama terhadapa partikel oksida timah (Prawirakusuma,
Suma’mur. 2009.)
Pekerja yang terlalu banyak menghirup debu timah (stannum, Sn) dapat menderita
pneumokoniosis yang relatif tidak begitu berbahaya, yaitu stannosis. Penyakit ini akan
berisiko bagi pekerja yang pekerjaan atau lingkungan kerjanya berhubungan dengan
pengolahan biji timah atau industri yang proses produksinya menggunakan dan
mengolah timah, dan paekrja tambang timah sistem kering, baik tambang terbuka
maupun tambang di bawah tanah. (Prawirakusuma, Suma’mur. 2009.)
Pada stannosis biasanya tidak terdapat fibrosis yang massif, tidak ada tanda
kecacatan paru, dan jarang terjadi komplikasi. Pada keadaan sakit dan stadium
permulaan, gambaran rontgen paru menunjukkan penambahan corakan dan pelebaran
hilus. Kemudian pada stadium selanjutnya nampak nodul di daerah antar iga ketiga,
mula-mula di paru kanan, lalu di paru kiri. Lebih lanjut, gambaran bertambahnya corakan
menghilang, sedangkan nodul menjadi semakin jelas dan kemudian merupakan bayangan
yang tegas (Prawirakusuma, Suma’mur. 2009.)

b. Penyebab
Factor penyebab terjadinya tin pneukomoniosis atau stanosis sebagai berikut
1. Inhalasi kronis
2. Paparan berat dan lama terhadap partikel oksida timah (Prawirakusuma,
Suma’mur. 2009)
c. Gejala
Gejala yang di timbulkan saat terkena stannosis sebagai berikut
1. Tidak terdapat fibrosif yang massif
2. Tidak ada tanda tanda cacat paru
3. Pada ronxen paru terdapat penambahan corak dan pelebaran hilus
4. Tampak nodul diantara iga ke tiga

5. Mula mula paru-paru kanan dan kemudian paru-paru kiri penambahan corak
hilang namun penambahan nodul jelas dan berdentitas tinggi (Prawirakusuma,
Suma’mur. 2009.)
d. Pekerja yang beresiko
1. Penambang timah system kering
2. Tambang timah terbuka
3. Tambang timah bawah tanah
4. Pemisah dan pengering biji timah
5. Industry yang menggunakan solder timah pada assembling komponen
elektronik
6. Penyambung kabel telepon
7. Container bajaberlapis timah (Widowati, Wahyu, Astiana Sastiono, RAimond
Jususf. 2008.)
e. Pencegahan
Upaya pencegahan (Widowati, Wahyu, Astiana Sastiono, RAimond Jususf. 2008.)
1. Dengan mengurangi paparan langsung dan melaksanakan kerja sesuai prosedur
serta memakai alat pelindung diri saat bekerja.
2. Penambangan basah dengan penyemprotan air bertekanan tinggi pada tanah
yang mengndung biji timah, menghasilkan lumpur cair (slurry) yang dialirkan
dengan pompa ke proses lebih lanjut menggunakan pipa.
3. Penambangan tambang bawah tanah dilakukan dengan penyiraman air di
permukaan tambang yang dibor
4. Ventilasi pada pemurnian biji timah, pengeringan dan peleburan, baik
menggunakan ventilasi umum maupun exhauseter

f. Upaya penanggulangan
Saat terjadi kasus segera antar pekerja ke klinik kesehatan perusaahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Armaidi. 2013. Jurnal : Penyakit Sistem Respirasi Akibat Kerja (JMJ Vol 1).
Prawirakusuma, Suma’mur. 2014. Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Jakarta : Erlangga
Prawirakusuma, Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
(HIPERKES). Jakarta : Sagung Seto
Sembel, Dantje T. 2015. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : ANDI
Widowati, Wahyu, Astiana Sastiono, RAimond Jususf. 2008. Efek Toksikologi Logam.
Yogyakarta : ANDI

S-ar putea să vă placă și