Sunteți pe pagina 1din 16

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang LBP

1. Definisi

Nyeri punggung bawah adalah keluhan rasa nyeri, ketegangan otot,

atau rasa kaku di daerah pinggang yaitu di pinggir bawah iga sampai lipatan

bawah pantat dengan atau tanpa disertai penjalaran rasa nyeri ke daerah

tungkai (Harrianto, 2009).

Menurut Wintoko (2012) dikutip dari Rina 2016 Nyeri punggung

bawah (low back pain) merupakan salah satu masalah kesehatan okupasi

(occupational health problem) yang tertua dan paling sering terjadi di

dunia. Nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan keluhan yang

sering dijumpai di praktek sehari-hari dan diperkirakan semua orang pernah

mengalami nyeri punggung bawah semasa hidupnya. Nyeri punggung

bawah (low back pain) adalah keluhan rasa nyeri,ketegangan otot, atau rasa

kaku didaerah pinggang yaitu dipinggir bawah iga sampai lipatan bawah

bokong (plice glutea inferior), dengan atau tanpa di sertai penjalaran rasa

nyeri ke daerah tungkai. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu

gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada daerah punggung bawah yang

disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.
9

2. Klasifikasi

Nyeri punggung bawah yang dibedakan dari kelainan kongenital

menurut (Rahajeng Tanjung, 2009), yaitu :

a. Nyeri Punggung Bawah Visirogenik

Nyeri punggung bawah yang disebabakan oleh adanya proses

patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis serta tumor

retroperitoneal. Nyeri viserogenik tidak bertambah berat dengan

aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat. Pada

penderita nyeri punggung bawah visirogenik yang mengalami nyeri

hebat akan selalu mengeliat dalam upaya untuk meredakan rasa

nyerinya.

b. Nyeri Punggung Bawah Vaskulogenik

Pada nyeri ini Aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat

menimbulkan nyeri punggung atau menyerupai iskialgia. Aneurisma

abdominal dapat menimbulkan nyeri punggung bawah di bagian dalam

dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas fisik.

c. Nyeri Punggung Bawah Spondilogenik

Suatu Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di

kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus

inveterbralis (diskogenik) dan miofasial (miogenik) dan proses

patologik di artikulasio sakroiliaka.


10

d. Nyeri Punggung Bawah Psikogenik

Nyeri jenis ini tidak jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan

setelah dilakukan pemeriksaan yang lengkap, dan hasilnya tidak

memberikan jawaban yang pasti. Nyeri punggung bawah pada

umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan

depresi atau campuran antar kecemasan dan depresi.

e. Nyeri Punggung Bawah Neurogenik

Nyeri punggung bawah neurogenik misalnya pada iritasi arachnoid

dengan sebab apapun dan tumor-tumor pada spinal durmater dapat

menyebabkan nyeri belakang.

Menurut Goerts (2012) dikutip dalam Tanderi (2017) low back pain

(LBP) dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan perjalanan klinisnya, yaitu:

a. LBP akut

Keluhan pada fase akut awal terjadi <2minggu dan pada fase akut akhir

terjadi antara 2-6 minggu, rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba

namun dapat hilang sesaat kemudian.

b. LBP sub akut

Keluhan pada fase akut berlangsung antara 6-12 minggu

c. LBP kronik

Keluhan pada fase kronik terjadi >12minggu atau rasa nyeri yang

berulang. Gejala yang muncul cukup signifikan untuk mempengaruhi

kualitas hidup penderitanya dan sembuh pada waktu yang lama.


11

3. Etiologi

Menurut Fauci (2014) dikutip dalam Huldani (2012) nyeri punggung

dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada tulang belakang,

otot, diskus intervertebralis, sendi, amupun struktur lain yang menyokong

tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain:

a. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan

spondilolistesis, kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda spinalis.

b. Trauma minor: regangan, cedera whiplash.

c. Fraktur: traumatik - jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atraumatik

– osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen.

d. Herniasi diskus intervertebral.

e. Degeneratif: kompleks diskus-osteofit, gangguan diskus internal,

stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi

vertebral, gangguan sendi atlantoaksial (misalnya arthritis reumatoid).

f. Arthritis: spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun

(misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter).

g. Neoplasma – metastasis, hematologic, tumor tulang primer.

h. Infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis

diskus, meningitis, arachnoiditis lumbalis.

i. Metabolik: osteoporosis – hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis

(misalnya penyakit paget).

j. Vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral.


12

k. Lainnya: nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik,

pura-pura sakit, sindrom nyeri kronik.

4. Patofisiologi

Columna Vertebralis terdiri dari sejumlah tulang (yang disebut

vertebra) yang berhubungan kokoh satu sama lain, tetapi tetap dapat

menghasilkan gerakan terbatas satu sama lain. Columna Vertebralis

merupakan sumbu sentral dan melindungi korda spinalis yang terdapat di

dalamnya. Setiap vertebra terdiri dari badan berbentuk silinder di bagian

depan dan sebuah lengkung vertebra yang menjulur ke belakang dan

melingkari suatu ruang (foramen vertebralis), tempat lewat medula

spinalis. Lengkung vertebra mempunyai sebuah prosesus spinosus yang

mengarah kebelakang dan ke bawah dan dua prosesus transversus yang

mengarah kelateral. Prosesus-prosesus ini merupakan tempat perlekatan

otot dan ligamen. Pada permukaan bawah lengkung vertebra terdapat suatu

ceruk (notch) untuk tempat lewat saraf dan pembuluh darah spinalis. Setiap

lengkung memiliki empat prosesus artikular (dua diatas dan dua dibawah),

yang berartikulasi dengan prosesus yang sesuai dari vertebra yang melekat.

Badan-badan vertebra yang melekat dihubungkan satu sama lain dengan

kokoh oleh lempengan fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis.

Setiap diskus terdiri dari cincin fibrokartilago di bagia luar, sedangkan

bagian dalamnya disebut nukleus pulposus. Bila cincin luar menjadi lemah,

maka nukleus pulposus dapat mengiritasi akar saraf di dekatnya sehingga

menimbulkan nyeri (Watson, 2002)


13

5. Manifestasi Klinis

Menurut McKenzie (2010) dikutip dalam Tanderi (2017), LBP

mekanik ditandai dengan gejala sebagai berikut:

a. Nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus.

b. Sifat nyeri tajam karena dipengaruhi oleh sikap atau gerakan yang bisa

meringankan ataupun memperberat keluhan.

c. Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan memburuk

setelah digunakan beraktivitas.

d. Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna kemerahan

ataupun pembengkakan.

e. Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat atau paha.

f. Dapat terjadi morning stiffness.

g. Nyeri bertambah hebat bila bergerak ekstensi, fleksi, rotasi, berdiri,

berjalan maupun duduk.

h. Nyeri berkurang bila berbaring.

Menurut Hasenbring dkk (2012) dikutip dalam Tanderi (2017) low

back pain adalah suatu periode nyeri di punggung bawah yang berlangsung

lebih dari 24 jam, yang didahului dan diikuti oleh 1 bulan atau lebih tanpa

nyeri punggung bawah.

Menurut kalbefarma (2007) dikutip dalam Saputra (2017) lebih dari

50% penderita nyeri punggung membaik dalam 1 minggu. Sementara lebih

dari 90% penderita nyeri punggung membaik dalam waktu 8 minggu.

Sisanya sekitar 7-10% mengalami keluhan yang berlanjut sampai lebih dari
14

6 bulan. Faktor resiko yang terdapat dalam nyeri punggung termasuk di

antaranya pekerjaan dan kejiwaan, misalnya pekerjaan mengangkat barang

di luar kesangupan pekerja.

6. Pemeriksaan Penunjang

Uji diagnostik berganda mungkin diperlukan untuk mendiagnosa

secara akurat penyebab nyeri punggung dan penekanan serabut saraf dan

nyeri. Prosedur diagnostik yang perlu dilakukan pada pasien yang

menderita nyeri punggung bawah yaitu:

a. Sinar X vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi,

infeksi, osteoartritis, atau skoliosis.

b. Computed to miography (CT), berguna untuk mengetahui penyakit

yang mendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi di

kolumna vertebralis dan masalah diskus invertebralis.

c. Ultrasonografi, dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis

spinalis.

d. Magneting resonance imaging (MRI), memungkinkan visualisasi sifat

dan lokasi patologi tulang belakang.

e. Mielogram dan discogram (dimana sejumlah kecil bahan kontras di

suntikkan ke diskus invertertebralis untuk dapat visualisasi sinar-x),

dapat dilakukan untuk diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi

diskus.

f. Venogram epidural, digunakan untuk mengkaji penyakit diskus

lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena epidural.


15

g. Elektromiogram (EMG), dan pemeriksaan hantaran saraf digunakan

untuk mengevaluasi penyakit serabut saraf tulang belakang

(radikulopati) (Brunner & Suddarth, 2002)

B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Low Back Pain

Menurut Andini (2015) faktor penyebab dapat dilihat berdasarkan faktor-

faktor berikut ini:

a. Faktor Individu

1) Usia

Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada

tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun.

Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang beupa kerusakan jaringan,

penggantian jaringan menjadi jaringan parut, dan pengurangan cairan.

Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi

berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi resiko orang

tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi

pemicu timbulnya gejala LBP. Pada umumnya keluhan

musculoskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun.

Penelitian yang dilakukan Garg dalam Andini (2015) menunjukkan

insiden LBP tertinggi pada umur 35-55 tahun dan semakin meningkat

dengan bertambahnya umur. Hal ini diperkuat dengan penelitian

Sorenson dimana pada usia 35 tahun mulai terjadi nyeri punggung

bawah dan akan semakin meningkat pada umur 55 tahun (Pratiwi,

2009)
16

2) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan

laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih sering

izin untuk tidak bekerja karena LBP. Jenis kelamin sangat

mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi

secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.

3) Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat

dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didiapatkan dai berat dalam

kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2).

𝐼𝑀𝑇=Berat Badan(Tinggi Badan)2. Berat badan merupakan salah satu

faktor ekspresi dari gaya hidup. Semakin tidak teratur gaya hidup

dengan tidak mengontrol pola makan, semakin tinggi resiko terkena

obesitas. Hal ini membawa konsekuensi akan meningkatnya resiko

terkena penyakit-penyakit lain salah satunya adalah nyeri pinggang

bawah (Purnamasari, 2010).

Panduan terbaru WHO tahun 2000 mengkategorikan IMT untuk

orang asia dewasa menjadi underweight (IMT<18.5), normal range

(IMT 18.5-22.9) dan overweight (IMT ≥23.0). overweight dibagi

menjadi tiga yaitu at risk (IMT 23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9) dan

obese 2 (IMT ≥ 30.0). seseorang yang overweight lebih beresiko 5 kali

menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat

badan yang ideal (Purnamasari dalam Andini 2015).


17

Menurut

4) Masa kerja

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja

bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik

positif maupun negatif (Riski, 2013).

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang

bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP merupakan

penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang

dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin

lama masa kerja seseorang maka semkain besar pula resiko untuk

mengalami LBP. Menurut Made dan Namrod (2000) dikutip dari

Rahim (2013) mengkategorikan masa kerja menjadi dua yaitu masa

kerja baru <5 tahun dan masa kerja lama >5 tahun. Hal ini diperkuat

oleh penelitian yang dilakukan oleh Between Lutam (2005)

menyatakan bahwa resiko nyeri punggung sangat berhubungan

dengan lama kerja. Semakin lama bekerja, semakin tinggi tingkat

resiko untuk menderita nyeri punggung. Pekerja yang memiliki masa

kerja > 5 tahun memiliki tingkat resiko 7,26 kali lebih besar menderita

nyeri punggung dibanding dengan yang memilki masa kerja < 5 tahun.

5) Kebiasaan merokok

World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kematian

akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun

2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya. Hubungan yang signifikan


18

antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya

untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin

pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke

jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya

kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat

terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang.

6) Riwayat Pendidikan

Pendidikan terakhir pekerja menunjukkan pengetahuannya dalam

melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat. Pendidikan seseorang

menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh orang tersebut.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak

pengetahuan yang didapatkan.

Menurut Beeck dan hermans (2000) dikutip dalam Maizura (2015)

karyawan dengan status social-ekonomi yang rendah dilaporkan lebih

sering merasakan nyeri punggung. Hal ini dapat disebabkan oleh

pekerjaan yang lebih menuntut kemampuan fisik yang sering dengan

Pendidikan yang rendah.

7) Tingkat pendapatan

Pada beberapa perusahaan, pendapatan juga berkaitan dengan hari

kerja. Terdapat sistem 6 hari kerja dan 5 hari kerja (lebih dominan)

dalam seminggu. Akan tetapi, penerapan sistem 5 hari kerja sering

menjadi masalah apabila diterapkan di perusahaan di Indonesia.

Penyebabnya tidak lain adalah standar pengupahan sangat rendah


19

yang menyebabkan kebutuhan dasar keluarga tidak tercukupi. Hal ini

sering menjadi pemikiran mendasar bagi seorang pekerja. Mereka

berfikir bahwa jika bekerja selama 5 atau 6 hari akan mempengaruhi

pendapatan mereka. Sebenarnya jika dapat dilakukan efisiensi dan

peningkatan produktivitas kerja, pekerjaan dapat diselesaikan tepat

waktu maka dengan sendirinya kerja lembur tidak diperlukan. Akan

tetapi para pekerja akan berfikir mereka tidak akan mendapatkan

tambahan pendapatan jikalau mereka tidak lembur. Hal ini akan

berdampak pada produktivitas kerja.

8) Aktivitas fisik

Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya

berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP. Aktivitas

fisik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan

aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Aktivitas fisik yang cukup

dan dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan

LBP. Olahraga yang teratur juga dapat memperbaiki kualitas hidup,

mencegah osteoporosis dan berbagai penyakit rangka serta penyakit

lainnya. Olahraga sangat menguntungkan karena risikonya minimal.

Program olahraga harus dilakukan secara bertahap, dimulai dengan

intensitas rendah pada awalnya untuk menghindari cidera pada otot

dan sendi. Aktivitas fisik dikatakan teratur ketika aktvitas tersebut

dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu. Selain itu, di dalam

aktivitas fisik juga dilakukan streching guna meregangkan otot-otot


20

yang sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya

aktivitas fisik dapat menurunkan suplai oksigen ke dalam otot

sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan otot. Pada umumnya,

keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam

aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat dan

melakukan aktivitas fisik yang cukup.

9) Riwayat penyakit

Riwayat penyakit terkait rangka dan riwayat trauma. Postur yang

bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang

merupakan salah satu faktor resiko adanya keluhan LBP. Orang

dengan kasus spondylolisthesis akan lebih beresiko LBP pada

pekerjaan yang berat, tetapi kondisi ini sangat jarang. Kelainan secara

struktural seperti spina bifida acculta dan jumlah ruas tulang belakang

yang abnormal tidak memiliki konsekuensi.

Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga merupakan

faktor resiko terjadinya LBP karena trauma akan merusak struktur

tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang terus menerus.

b. Faktor pekerjaan

1) Beban kerja

Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial

yang diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu

tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan


21

pekerja yang menerima beban tersebut. Beban kerja adalah

sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun

sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam keadaan

normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar

akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon,

ligamen dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi,

inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan

lainnya7. Penelitian Nurwahyuni melaporkan bahwa persentase

tertinggi responden yang mengalami keluhan LBP adalah pekerja

dengan berat beban > 25 kg.

2) Sikap kerja

Sikap kerja adalah posisi kerja seseorang ketika sedang

melaksanakan aktivitasnya. Posisi kerja seseorang dapat saja

menjadi janggal. Posisi janggal adalah posisi tubuh yang

menyimpang secara signifikan dari posisi tubuh normal saat

melakukan pekerjaan. Bekerja dengan posisi janggal dapat

meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi

janggal dapat menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari

otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan

kelelahan. Yang termasuk dalam posisi janggal adalah pengulangan

atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan

badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan

menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh


22

seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah inilah yang paling

sering mengalami cidera.

3) Repetisi

Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang

sama. Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong

fatigue dan ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat

dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk

peregangan otot. Dampak gerakan berulang akan meningkat bila

gerakan tersebut dilakukan dengan postur janggal dengan beban

yang berat dalam waktu yang lama. Frekuensi terjadinya sikap

tubuh terkait dengan berapa kali repetitive motion dalam

melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima

tekanan akibat beban terus menerus tanpa memperoleh kesempatan

untuk relaksasi.

4) Durasi

Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi

didefinisikan sebagai durasi singkat jika < 1 jam per hari, durasi

sedang yaitu 1-2 jam per hari dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari.

Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut

dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko fisiologis utama yang

dikaitkan dengan gerakan yang sering dan berulang-ulang adalah

kelelahan otot. Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika


23

gerakan berulang-ulang dari otot menjadi terlalu cepat sehingga

oksigen belum mencapai jaringan maka akan terjadi kelelahan otot

c. Faktor Lingkungan Fisik

1) Getaran

Getaran berpotensi menimbulkan keluhan LBP ketika

seseoang menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau

lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran. Getaran

merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya LBP.

Selain itu, getaran dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat

yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam

laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri.

2) Kebisingan

Kebisingan dalam lingkungan kerja juga bisa mempengaruhi

performa kerja. Kebisingan secara tidak langsung dapat memicu

dan meningkatkan rasa nyeri LBP yang dirasakan pekerja karena

bisa membuat stress pekerja saat berada di lingkungan kerja yang

tidak baik.

S-ar putea să vă placă și

  • LP Inc
    LP Inc
    Document31 pagini
    LP Inc
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Askep Ca Laring
    Askep Ca Laring
    Document22 pagini
    Askep Ca Laring
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Vericela
    LP Vericela
    Document17 pagini
    LP Vericela
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Sejarah Panti Werdha
    Sejarah Panti Werdha
    Document2 pagini
    Sejarah Panti Werdha
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Sop Tehnik Relaksasi Napas Dalam
    Sop Tehnik Relaksasi Napas Dalam
    Document3 pagini
    Sop Tehnik Relaksasi Napas Dalam
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Askep CKR
    Askep CKR
    Document22 pagini
    Askep CKR
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Asuhan Keperawatan Dispepsia
    Asuhan Keperawatan Dispepsia
    Document21 pagini
    Asuhan Keperawatan Dispepsia
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Cairan
    LP Cairan
    Document17 pagini
    LP Cairan
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Istirahat Tidur
    LP Istirahat Tidur
    Document21 pagini
    LP Istirahat Tidur
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări