Sunteți pe pagina 1din 20

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal dengan sebutan Spondilitis TB


merupakan kejadian TB ekstrapulmonal ke bagian tulang belakang tubuh
(Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008).

Spondilitis TB merupakan infeksi tulang belakang yang disebabkan oleh


mycobacterium tuberculosis (Paramarta et al., 2008). Tulang belakang tubuh manusia
terdri dari 7 ruas cervikal, 12 ruas thorakal, 5 ruas lumbal dan 5 ruas sakrum (Bono &
Garfin, 2004). Pada masing- masing ruas tulang belakang terdiri rangkaian saraf
spinal yang mengatur sistem kerja beberapa bagian tubuh lain (Brunner, Suddart, &
Smeltzer, 2008). Lokalisasi yang paling sering terjadi yaitu pada daerah vertebra
torakal bawah dan daerah Ruas tulang belakang mengatur sistem kerja pada bagian
tubuh lain. Ruas servikal mengatur kerja melebar dan mengerutkan mata dan
pengeluaran air liur serta ekstremitas (Bono & Garfin, 2004). Ruas thorakal berfungsi
mengatur mengerutkan bronkiolus, mempercepat dan melambatkan denyut jantung
dan meningkatkan sekresi asam lambung (Vaccaro & Albert, 2009). Ruas lumbal
mengatur menurunkan dan meningkatkan gerak peristaltik usus (Bono & Garfin,
2004). lima ruas sakrum mengatur dalam pengosongan kandung kemih (Vaccaro &
Albert, 2009).

B. Patofisiologi Spondilitis TB

Bakteri TB menyebar di dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan


saluran cerna, denga perjalanan infeksi berlangsung dalam 4 fase (Ramachandran &
Paramaisvan, 2003 dalam Moesbar, 2006):

1. Fase primer.

Bila basil terbawa ke kelenjar limfoid hilus, maka akan timbul


limfadenitis primer, suatu granuloma sel epiteloid dan nekrosis perkijuan. Afek
primer dan limfadenitis primer disebut kompleks primer. Sebagian kecil dapat
mengalami resolusi dan sembuh tanpa meninggalkan bekas atau sembuh
melalui fibrosis dan kalsifikasi.

2. Fase Miliar

Kompleks primer mengalami penyebaran miliar, suatu penyebaran


hematogen yang menimbulkan infeksi diseluruh paru dan organ lain.
Penyebaran bronkogen menyebarkan secara langsung kebagian paru lain melalui
bronkus dan menimbulkan bronkopneumonia tuberkulosa. Fase ini dapat
berlangsung terus sampai menimbulkan kematian, mungkin juga dapat sembuh
sempurna atau menjadi laten atau dorman.
3. Fase Laten
Kompleks primer ataupun reaksi radang ditempat lain dapat mengalami
resolusi dengan pembentukan jaringan parut sehingga basil menjadi dorman.
Fase ini berlangsung pada semua organ yang terinfeksi selama bertahun tahun.
Bila terjadi perubahan daya tahan tubuh maka kuman dorman dapat mengalami
reaktivasi memasuki fase ke 4, fase reaktivasi. Bila bakteri TB memasuki tulang
belakang maka bakteri TB berdublikasi dan berkoloni kemudian mendestruksi
korpus vetebra dan terjadi penyempitan ringan pada diskus. Setelah itu, terjadi
destruksi massif pada korpus vetebra dan terbentuk abses dingin yang kemudian
terjadi kerusakan pada diskus intervetebralis dan terbentuk gibus
(penonjolan tulang) sehingga bentuk badan kifosis (Agrawal, Patgaonkar, &
Nagariya, 2010).
4. Fase Reaktivasi
Fase reaktivasi dapat terjadi di paru atau diluar paru. Pada paru, reaktifasi
penyakit ini dapat sembuh tanpa bekas, sembuh dengan fibrosis dan kalsifikasi
atau membentuk kaverne dan terjadi bronkiektasi. Reaktivasi sarang infeksi
dapat menyerang berbagai organ selain paru. Ginjal merupakan organ
kedua yang paling sering terinfeksi ; selanjutnya kelenjar limfe, tulang, sendi,
otak, kelenjar adrenal, dan saluran cerna. Tuberkulosa kongenital dapat
ditemukan pada bayi, ditularkan melalui vena umbilical atau cairan amnion ibu
yang terinfeksi.

C. Manifestasi Klinis
Paramarta et al (2008) menyatakan bahwa manifestasi klinis pasien spondilitis
TB mengalami keadaan seperti berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut
tanpa sebab yang jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar
limfe superfisial yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari, terjadi diare berulang yang
tidak sembuh dengan pengobatan diare disertai benjolan/masa di abdomen dan tanda-
tanda cairan di abdomen. Hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh Alavi dan
Sharifi (2010) menyatakan bahwa dari 69 responden didapatkan hasil 98,5%
mengalami nyeri punggung, 26% merasa demam dimalam hari, 28,9% bentuk tubuh
kifosis, 17,4% berkeringat dimalam hari dan sekitar 14,5% mengalami
penurunan berat badan Moesbar (2006) menyatakan bahwa kelainan yang sudah
berlangsung lama pada penderita spondilitis TB dapat disertai dengan paraplegia
ataupun tanpa paraplegia. Agrawal Patgaonkar dan Nagariya (2010) menyatakan hal
yang sama dimana tanda lain dari spondilitis TB dapat berupa defisit neurologi yang
mengakibatkan paraplegia. Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit
aktif atau yang dikenal dengan istilah Pott’s paraplegi, terdapat 2 tipe defisit
neurologi ditemukan pada stadium awal dari penyakit yaitu dikenal dengan onset
awal, dan paraplegia pada pasien yang telah sembuh yang biasanya berkembang
beberapa tahun setelah penyakit primer sembuh yaitu dikenal dengan onset lambat
(Paramarta et al., 2008).

D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan untuk menentukan adanya infeksi
mycobacterium tuberkulosis adalah dengan menggunakan uji tuberkulin (Mantoux
tes) (Paramarta et al., 2008). Uji tuberkulin merupakan tes yang dapat mendeteksi
adanya infeksi tanpa adanya menifestasi penyakit, dapat menjadi negatif oleh
karena alergi yang berat atau kekurangan energi protein (Corwin, 2008). Uji
tuberkulin ini tidak dapat untuk menentukan adanya TB aktif. Selai itu, pemeriksaan
laju endap darah (LED) yang ditemukan LED meningkat (Moesbar, 2006).
Pemeriksaan radiologi pada tulang belakang sangat mutlak dilaksanakan untuk
melihat kolumna vertebralis yang terinfeksi (Alavi & Shafiri, 2010).

Pada beberapa kasus, infeksi terjadi di bagian anterior dari badan vertebrae
sampai ke diskus intervertebrae yang ditandai oleh destruksi dari end plate. Elemen
posterior biasanya juga terkena. Penyebaran ke diskus intervertebrae terjadi secara
langsung sehingga menampakkan erosi pada badan vertebra anterior yang disebabkan
oleh abses jaringan lunak (Moesbar, 2006). Ketersediaan computerized tomography
scan (CT scan) yang tersebar luas dan magnetic resonance scan (MR scan) telah
meningkat penggunaannya pada manajemen TB tulang belakang (Burgener,
Kormano, & Pudas, 2008). CT Scan memperlihatkan bagian-bagaian vertebra secara
rinci dan melihat kalsifikasi jaringan lunak dan membantu mencari fokus yang lebih
kecil, menentukan lokasi biopsi dan menetukan luas kerusakan (Moesbar, 2006).
Biopsi tulang juga dapat bermanfaat pada kasus yang sulit, namun memerlukan
tingkat pengerjaan dan pengalaman yang tinggi serta pemeriksaan histologi yang
baik (Paramarta et al., 2008).

Pemeriksaan lebih lengkap untuk melihat spondilitis TB yaitu dengan


menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Kotze & Erasmus (2006)
menyatakan bahwa dengan menggunakan pemeriksaan MRI ditemukan hal yang lebih
detail seperti abses paravertebral. Selain itu, MRI pada spondilitis tuberkulosa akan
didapat gambaran dengan lingkaran inflamasi dibagian luar (Moesbar, 2006).

E. Penatalaksanaan

Bakteri TB dapat dibunuh atau dihambat dengan pemberian obat-obat anti


tuberkulosa, misalnya kombinasi INH, ethambutol, pyrazinamid dan rifampicin
(Nawas, 2010).

Dasar penatalaksanaan spondylitis tuberculosis adalah mengistirahatkan


vertebra yang sakit, obat-oabat anti tuberkulosa dan pengeluaran abses (Moesbar,
2006). Dengan demikian penatalaksanaan spondilitis TB meliputi terapi konservatif
dan juga pembedahan.

Moesbar (2006) menyatakan bahwa penatalaksanaan spondilitis TB meliputi


terapi konservatif dan terapi operasi. Terapi konservatif dapat dilakukan dengan
istirahat ditempat tidur yang bertujuan untuk mengurangi nyeri, dan spasme otot serta
mengurangi destruksi tulang belakang (Wilkinson & Ahhern, 2009). Terapi konsevatif
lain yaitu dengan mengkonsumsi obat OAT untuk mencegah bakteri untuk resisten
(Nawas, 2010). Selain itu, terapi konservatif yang lain dapat dilakukan dengan
imobilisasi dengan pemasangan gips bergantung pada level lesi, pada daerah servikal
dapat dilakukan immobilisasi dengan jaket minerva, torakolumbal dan lumbal atas
immobilisasi dengan body jacket atau gips korset disertai fiksasi pada salah satu
panggul (Moesbar, 2006).

Terapi operatif yang dilakukan untuk spondilitis TB yaitu debridement


(Moesbar, 2006). Tujuan dilakukan tindakan ini yaitu untuk menghilangkan sumber
infeksi, mengkoreksi deformitas, menghilangkan komplikasi neurologik dan
kerusakan lebih lanjut (Dewald, 2003). Terapi operasi dilakukan jika terapi
konservatif tidak memberikan hasil yang memuaskan, terjadi kompresi pada medulla
spinalis, dan hasil radiologis menunjukkan adanya sekuester dan kaseonekrotik dalam
jumlah banyak (Moesbar, 2006). Agrawal, Patgaonkar, dan Nagariya (2010)
menyatakan bahwa prosedur operasi yang dilakukan pada penderita spondilitis TB
meliputi debridement posterior dan anterior untuk mengeluarkan abses ataupun pus
yang berada pada tulang belakang. Chanplakorn et al (2011) menyatakan bahwa
prosedur operasi lain yang dilakukan untuk mengurangi nyeri penderita spondilitis TB
yaitu dengan spinal shortering osteotomy yang ditujukan untuk
penderitaspondilitis TB dengan kifosis.
BAB II
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan


upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan
data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien sebagai berikut (Doengoes,
Moorhouse, & Murr, (2008). Hasil pengkajian pada penderita spondilitis TB meliputi
tanda gejala yang timbul. Agrawal, Patgaonkar, dan Nagariya (2010) menyatakan
bahwa tanda dan gejala dari spondilitis TB meliputi tubuh merasa lemas kurang nafsu
makan, penurunan berat badan, kenaikan suhu dan berkeringat dimalam hari dan nyeri
punggung jika bergerak. Akibat pembentukan abses ini dapat menimbulkan
komplikasi yang dapat menyerang sistem lain yaitu sistem neurologis. Alavi dan
Sharifi (2010) menyatakan bahwa dari 69 responden didapatkan hasil 98,5%
mengalami nyeri punggung, 26% merasa demam dimalam hari, 28,9% bentuk tubuh
kifosis, 17,4% berkeringat dimalam hari dan sekitar 14,5% mengalami penurunan
berat badan Pemeriksaan penunjang spondilitis TB meliputi pemeriksaan
laboraturium, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan CT scan dan pemeriksaan MRI
(Doengoes, Moorhouse, & Murr, 2008). Pemeriksaan laboraturium meliputi,
peningkatan LED, mungkin disertai leukositosis, dan uji mantoux positif (Moesbar,
2006). Pemeriksaan Radiologis meliputi pemeriksaan foto toraks untuk melihat
adanya tuberkolosis paru, foto polos veterbra dan foto rontgen: terdapat bayangan
berbentuk kumparan (Dewald, 2003). Spondilitis ini paling sering ditemukan pada
vertebra T8-L3 dan paling jarnag pada vertebra C1-C2 (Moesbar, 2006). Pemeriksaan
CT Scan akan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesi irregular,
skelerosis, kolaps diskus dan gangguan sirkumferensi tulang Pemeriksaan MRI
untuk mengevaluasi infeksi diskus intervetebra dan osteomielitis tulang
belakang (Doengoes, Moorhouse, & Murr, 2008).
Laporan ( resume observasi ) field trip Pelaksanaan

Asuhan Keperawatan pasien dengan gangguan

Sistem Muskuloskeletal Spondilitis TB di Ruangan Lontara II Bawah Belakang

RS. Dr Wahidin Sudiro Husudo Makassar

A. Identitas Klien
 Nama : Ny.R
 Umur : 63 tahun
 Jenis kelamin : perempuan
 Alamat : jl. Taman Sudiang Indah Blok 67/18
 No. RM : 615564
 Dx Medis : Spondilitis TB

B. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian keperawtan
a) Pengkajian

 Keluhan utama : pasien mengatakan mual dan muntah dan sering


menggigil serta suhu tubuhnya sering meningkat, pasien mengatakan
lemas pasien mengatakan kaki kanannya masih terasa kram

 Data Objektif :

- Pasien tampak lemas


- Tampak terpasang transfuse darah ( gol O+ )
- Tampak terpasang kateter
- Pada kuku ekstermitas bawah tampak pucat dan diraba dingin
- Terdapat luka pada daerah punggung ( spinalis ) tampak luka post pada
tulang belakang
Pengkajian fisik
1. Otot
a. Kekuatan otot
- Lengan kanan : nilai 3 atau dapat mengangkat tapi tidak dapat
mempertahankan posisi
- Lengan kiri : nilai 3 atau dapat mengangkat tapi tidak dapat
mempertahankan posisi
- Kaki kanan : nilai 2 atau dapat mengangkat tapi langsung
terjatuh
- Kaki kiri : nilai 3 atau dapat mengangkat tapi tidak dapat
mempertahankan posisi
b. Palpasi :
- Nyeri : tidak ada nyeri pada saat di palpasi
- Ekstermitas bawah teraba dingin
c. Inspeksi otot : tidak ada tanda – tanda pembengkakan pada otot

2. Sendi
a. Inspeksi : tidak tampak kelainan pada sendi
b. Palpasi : tidak ada nyeri pada sendi pada saat di palpasi

3. Tulang
a. Inspeksi : terdapat luka post operasi pada tulang belakang, tidak
tampak kelainan pada tulang
b. Nyeri : pasien mengatakan kram pada paha kanan

b) Nutrisi dan cairan


1. Pola makan : pasien mengatakan porsi makannya sedikit atau setengah dari
porsi yang di berikan
- Frekuensi : 3 kali sehari
- Porsi makan : tidak di habiskan
2. Cairan
- Minum : ½ liter / hari
- Asupan cairan melalui intravena dengan jenis cairan Rl 20 tetes/menit

c) Pola eliminasi;
1. BAK : terpasang kateter urine
- Frekuensi : -
- Warna : kuning
2. BAB : pasien mengatakan dibantu oleh keluarga untuk melakukan BAB di
tempat tidur, pasien tampak memakai popok
- Frekuensi : 1-2 kali sehari

d) Istirahan dan tidur


Pasien mengatakan terbangun pada malam hari dengan waktu tidur 2 jam,
pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab dia sering tebangun pada
malam hari.
A. Pengelompokan data

Data subjektif Data objektif


 pasien mengatakan mual dan  Pasien tampak lemas
muntah  Tampak terpasang transfuse darah (
 pasien mengatkan sering gol O+ )
menggigil serta suhu tubuhnya  pasien tampak memakai popok
sering meningkat  Tampak terpasang kateter
 pasien mengatakan lemas  Pada kuku ekstermitas bawah
 pasien mengatakan kaki tampak pucat dan diraba dingin
kanannya masih terasa kram  Terdapat luka pada daerah
 pasien mengatakan dibantu oleh punggung ( spinalis ) tampak luka
keluarga untuk melakukan BAB post pada tulang belakang
di tempat tidur,  Lengan kanan : nilai 3 atau dapat
 pasien mengatakan porsi mengangkat tapi tidak dapat
makannya sedikit atau setengah mempertahankan posisi
dari porsi yang di berikan  Lengan kiri : nilai 3 atau
dapat mengangkat tapi tidak dapat
mempertahankan posisi
 Kaki kanan : nilai 2 atau dapat
mengangkat tapi langsung terjatuh
 Kaki kiri : nilai 3 atau dapat
mengangkat tapi tidak dapat
mempertahankan posisi
 Ekstermitas bawah teraba dingin
 terdapat luka post operasi pada
tulang belakang, tidak tampak
kelainan pada tulang
B. Analisa data

Diagnose Masalah keperawatan

Ds :

 pasien mengatakan lemas


 pasien mengatakan kaki kanannya
masih terasa kram
 pasien mengatakan dibantu oleh
keluarga untuk melakukan BAB di
tempat tidur,
Do:

 Pasien tampak lemas


 pasien tampak memakai popok
 Terdapat luka pada daerah
punggung ( spinalis ) tampak luka Hambatan mobilitas fisik
post pada tulang belakang
 Lengan kanan : nilai 3 atau dapat
mengangkat tapi tidak dapat
mempertahankan posisi
 Lengan kiri : nilai 3 atau dapat
mengangkat tapi tidak dapat
mempertahankan posisi
 Kaki kanan : nilai 2 atau dapat
mengangkat tapi langsung terjatuh
 Kaki kiri : nilai 3 atau dapat
mengangkat tapi tidak dapat
mempertahankan posisi
 Ekstermitas bawah teraba dingin
 terdapat luka post operasi pada
tulang belakang, tidak tampak
kelainan pada tulang
 terpasang kateter urine
Do :

 pasien tampak memakai popok Resiko kerusakan integritas kulit


 Terdapat luka pada daerah
punggung ( spinalis ) tampak luka
post pada tulang belakang
Ds :

 pasien mengatakan mual dan


muntah
 pasien mengatkan sering menggigil
serta suhu tubuhnya sering
meningkat Resiko kekurangan volume cairan
Do :

 Pasien tampak lemas


 Tampak terpasang transfuse darah (
gol O+ )
 Pada kuku ekstermitas bawah
tampak pucat dan diraba dingin

C. Rumusan diagnose keperawatan

1. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal


2. Risiko kerusakan kerusakan integritas kulit factor risiko gangguan sirkulasi
3. Risiko kekurarangan volume cairan factor risiko kehilangan volume cairan aktif
D. Rencana keperawatan

Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


(NOC) (NIC)
Domain : 4 aktivitas/istirahat Setelah dilakukan tindakan (0740)
Kelas : 2 Aktivitas/olahraga
keperawatan 2x24 jam pasien Perawatan tirah baring
00085
Hambatan Mobilitas Fisik diharapkan mampu dengan  Jelaskan alasan
b/d gangguan outcome (0203) Posisi tubuh : diperlukannya tirah
musculoskeletal berinisiatif sendiri baring
Batasan karakteristik :
- ( 020311 ) berpindah dari  Posisikan sesuai
1. Kesulitan membolak-
satu sisi body aligment yang
balikan posisi
2. Keterbatasan rentang ke sisi tepat
gerak lain  Balikkan pasien
3. Ketidaknyamanan
sambal sesuai kondisi kulit
4. Penurunan
berbaring  Monitor kondisi kulit
kemampuan
tidak  Monitor komplikasi
melakukan
terganggu dari tirah baring
keterampilan motoric
halus

Domain 11 : Setelah dilakukan tindakan (6550) Perlindungan


Keamanan/Perlindungan keperawatan 2x24 jam pasien Infeksi :
Kelas 1 : Infeksi diharapkan mampu dengan  Monitor adanya
Kode : 00047 outcome (1924) Kontrol Resiko tanda dan gejala
Dx : Risiko kerusakan : Proses Infeksi infeksi sistemik dan
integritas kulit dengan factor Kriteria Hasil : local
 Monitor keterentanan
risiko: - (192425) Mencari
terhadap infeksi
1. Factor mekanik ( mis, informasi terkait control
 Periksa kondisi
gesekan, tekanan, infeksi dari tidak pernah
setiap sayatan bedah
imobilitas fisik ) menunjukan (1) menjadi
atau luka
2. Lembap sering menunjukan (4)  Ajarkan pasien dan
- (192426)
3. Sekresi keluarga pasien
Mengidentifikasi faktor
4. Gangguan sirkulasi mengenai perbedaan-
resiko infeksi dari tidak
perbedaan antara
pernah menunjukkan (1)
infeksi-infeksi virus
menjadi sering
dan bakteri
menunjukkan (4)  Ajarkan pasien dan
- (192401) Mengenali
keluarga mengenai
faktor resiko individu
tanda dan gejala
terkait infeksi dari tidak
infeksi dan harus
pernah menunjukkan (1)
melaporkannya
menjadi secara
kepada pemberi
konsisten menunjukkan
layanan kesehatan
(5)  Ajarkan pasien dan
- (192403) Mengetahui
anggota keluarga
perilaku yang
bagaimana cara
berhubungan dengan
menghindari infeksi
resiko infeksi dari jarang
menunjukkan (2)
menjadi secara konsisten
menunjukkan (5)
- (192405)
Mengidentifikasi tanda
dan gejala infeksi dari
jarang menunjukkan (2)
menjadi secara konsisten
menunjukkan (5)
- (192408) Memonitor
perilaku diri yang
berhubungan dengan
resiko infeksi dari jarang
menunjukkan (2)
menjadi secara konsisten
menunjukkan (5)
- (192411)
Mempertahankan
lingkungan yang bersih
dari jarang menunjukkan
(2) menjadi secara
konsisten menunjukkan
(5)
- (192415) Mencuci
tangan dari jarang
menunjukkan (2)
menjadi secara konsisten
menunjukkan (5)
- (192416)
Mempraktikkan strategi
untuk mengontrol infeksi
dari jarang menunjukkan
(2) menjadi secara
konsisten menunjukkan
(5)
- (192420) Memonitor
perubahan status
kesehatan dari jarang
menunjukkan (2)
menjadi secara konsisten
menunjukkan (5)
Domain 2 nutrisi Setelah melakukan tindakan (4120) Manajemen Cairan
Kelas 5 hidrasi selama 1x24 jam pasien  Jaga intake atau
diharapkan mampu dengan asupan yang akurat
00028 risiko kekurangan outcame : dan catat output
volume cairan dengan factor 0601 keseimbangan cairan pasien
risiko  Monitor status
1. Kehilangan cairan Kriteria hasil : hidrasi
melalui rute normal 1. ( 060107 ) keimbangan  Monitor tanda-tanda
2. Kehilangan volume intake dan output dalam vital pasien
cairan aktif 24 jam tidak terganggu  Berikan cairan
3. Usia ekstrim 2. ( 060115 ) kehausan dengan tepat
tidak terganggu  Tingkatkan asupan
oral
LEMBAR PENGESAHAN

Telah melakukan Field Trip


Pada,
Hari/tanggal : Rabu, 15 November 2017
Tempat : RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar

Fasilitator//Pembimbing

CL INSTITUSI CL LAHAN

( ) ( )
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Spondilitis TB ”. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga
bimbingan, bantuan dan petunjuk yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Amiin ya rabbal ‘alamin. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna. Oleh karena
itu, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dan mengarahkan kepada
perbaikan.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan.

makassar, 4 Desember 2017

Penulis
LAPORAN FIELD TRIP KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL “ SPONDILITIS TB “

DI RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar

Tanggal 15 November 2017

Kelompok Tahap III


1. Tedy Buana Putra 15.01.057 9. Rabiatul Adawiyah Slamat 15.01.030
2. Rizka Awalina 15.01.038 10. Darmawansyah 15.01.052
3. Misrawati 15.01.018 11. Besse Messy Aulia Azis 15.01.006
4. Nur Rahma Arfa 15.01.022 12. Randi Ambo Dalle 15.01.056
5. Khaerul Ramadhan 15.01.055 13. Mariani 15.01.017
6. Nuru Afni Andini 15.01.021 14. Astuti H 15.01.005
7. Reski Widayanti 15.01.035 15. Sisilia Indaf A Koa 15.01.040
8. St. Sakiah 15.01.044 16. Ulil Amri 15.01.045
PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2017

S-ar putea să vă placă și

  • LP Inc
    LP Inc
    Document31 pagini
    LP Inc
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • STEMI
    STEMI
    Document18 pagini
    STEMI
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Sop Tehnik Relaksasi Napas Dalam
    Sop Tehnik Relaksasi Napas Dalam
    Document3 pagini
    Sop Tehnik Relaksasi Napas Dalam
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • STEMI
    STEMI
    Document19 pagini
    STEMI
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Askep Ca Laring
    Askep Ca Laring
    Document22 pagini
    Askep Ca Laring
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Nyeri
    LP Nyeri
    Document21 pagini
    LP Nyeri
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Vericela
    LP Vericela
    Document17 pagini
    LP Vericela
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Trauma Panggul
    Trauma Panggul
    Document9 pagini
    Trauma Panggul
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Ca Buli
    LP Ca Buli
    Document16 pagini
    LP Ca Buli
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Manajemen Tugas Katim
    Manajemen Tugas Katim
    Document3 pagini
    Manajemen Tugas Katim
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LAPORAN PENDAHULUAN Efusi Pleura Ic Benar
    LAPORAN PENDAHULUAN Efusi Pleura Ic Benar
    Document22 pagini
    LAPORAN PENDAHULUAN Efusi Pleura Ic Benar
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Febris
    LP Febris
    Document5 pagini
    LP Febris
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Nyeri
    LP Nyeri
    Document21 pagini
    LP Nyeri
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Pengkajian eliminasi urine
    Pengkajian eliminasi urine
    Document2 pagini
    Pengkajian eliminasi urine
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Nyeri
    LP Nyeri
    Document21 pagini
    LP Nyeri
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Kebutuhan Nyeri Fatma
    LP Kebutuhan Nyeri Fatma
    Document12 pagini
    LP Kebutuhan Nyeri Fatma
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Nyeri
    LP Nyeri
    Document21 pagini
    LP Nyeri
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Kebutuhan Nyeri Fatma
    LP Kebutuhan Nyeri Fatma
    Document12 pagini
    LP Kebutuhan Nyeri Fatma
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Astk Ekg
    Astk Ekg
    Document3 pagini
    Astk Ekg
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Nyeri
    LP Nyeri
    Document21 pagini
    LP Nyeri
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • BERKAS
    BERKAS
    Document6 pagini
    BERKAS
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Sejarah Panti Werdha
    Sejarah Panti Werdha
    Document2 pagini
    Sejarah Panti Werdha
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • KDP SOP Attachment-1
    KDP SOP Attachment-1
    Document11 pagini
    KDP SOP Attachment-1
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Pathway
    Pathway
    Document1 pagină
    Pathway
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Kolegium Keperwatan
    Kolegium Keperwatan
    Document3 pagini
    Kolegium Keperwatan
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • LP Latihan
    LP Latihan
    Document12 pagini
    LP Latihan
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • BERKAS
    BERKAS
    Document6 pagini
    BERKAS
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Sop Mengukur Tanda
    Sop Mengukur Tanda
    Document4 pagini
    Sop Mengukur Tanda
    uchy
    Încă nu există evaluări
  • LP Nutrisi
    LP Nutrisi
    Document26 pagini
    LP Nutrisi
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări
  • Askep CKR
    Askep CKR
    Document22 pagini
    Askep CKR
    Anonymous mDv5QDcp
    Încă nu există evaluări