Sunteți pe pagina 1din 19

SONDANG SIMANJUNTAK | 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMENANG


LELANG ATAS OBJEK YANG DIBELI MELALUI LELANG
(STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR:
121/PDT.G/2014/PN.MDN)

SONDANG SIMANJUNTAK

ABSTRACT

Collateral is legal protection for creditor when debtor cannot take his
responsibility to pay off his debt to the creditor. The pay off to the creditor is by
selling the collateral through public auction. The problem in auction occurs when
the winner does not have the collateral he has bought since it is difficult to get it
and there is complaint from the debtor. the process of the auction will cause the
collateral is shifted from the seller to the winner of the auction, but it brings about
a problem such as the winner cannot own the auction object. In this research, the
implementation of auction has been ion accordance to the Decree of the Minister
of Finance No. 93/PMK/06/2010 on the Operational Manual, the responsibility of
the auctioneer, and the Bank in withdrawing the collateral auctioned is not
involved so that the auction buyer/winner does by himself in withdrawing the
auction object or the winner submit a request for execution to the District Court
where the object is placed. Legal protection should be given to the auction winner
in order to create legal certainty for the auction winner on the auction object he
has bought. The conclusion is that an auction winner who has good faith
(intention) has not yet obtained legal protection so far.

Keywords: Legal Protection, Auction Winner, Auction Object

I. PENDAHULUAN
Pengikatan jaminan kredit dengan hak tanggungan dilakukan apabila
seorang nasabah atau debitur yang mendapatkan kredit dari bank, menjadikan
barang tidak bergerak yang berupa tanah (hak atas tanah) berikut atau tidak
berikut benda-benda yang tidak berkaitan dengan tanah tersebut (misalnya
bangunan, tanaman, patung, dan sebagainya) sebagai jaminan tanpa debitur
menyerahkan barang jaminan tersebut secara fisik kepada kreditor (bank).1
Hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, accessoir,
melekat pada benda, dan adanya hak preferen atau hak didahulukan dari kreditur

1
Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, Hal 88.
SONDANG SIMANJUNTAK | 2

lainnya. Sifat-sifat hak tanggungan ini dapat memberikan jaminan dan


perlindungan kepada bank selaku kreditur dalam rangka memperoleh
penggantian, apabila timbul wanprestasi. Dengan demikian apabila agunan yang
diterima oleh bank telah diikat secara sempurna sesuai undang-undang hak
tanggungan tersebut, bank mempunyai kedudukan yang diutamakan dibandingkan
dengan kreditur lainnya.2 Apabila debitur cidera janji, pemegang hak tanggungan
pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari
hasil penjualan tersebut. Klausul ini dikenal dengan eksekusi hak tanggungan
mendasarkan pada adanya cidera janji dari debitur atas perjanjian kredit yang
ditanggung dengan hak tanggungan tersebut.3
Pentingnya pelelangan jika hubungan dengan kasus kredit macet yang
masih banyak ditemukan, maka upaya pengembalian kredit melalui lelang
eksekusi barang jaminan menarik untuk dikaji lebih mendalam. Di samping itu,
baik pemerintah maupun masyarakat pada umumnya mengharapkan penyelesaian
kredit macet dapat dilaksanakan secepatnya, agar dana dari masyarakat dapat
dikembalikan segera sehingga bermanfaat bagi perekonomian dan pembangunan
nasional.4
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
27/PMK.06/2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
106/PMK.06/2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, yang menyatakan
bahwa:
“Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan
penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat
atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan
pengumuman lelang”.

2
Kelompok Studi Hukum Bisnis Fakultas Hukum UNPAD, Hak Tanggungan Atas Tanah
Dan Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, Hal
102.
3
Try Widiyono, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, Ghalia Indonesia, Bogor,
2009, Hal 157.
4
Mangasa Manurung, Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Lelang Atas Jaminan
Hutang Kebendaan Yang Diikat Dengan Hak Tanggungan, Tesis, 2003. Hal 10.
SONDANG SIMANJUNTAK | 3

Kasus ini Lamria Sitorus (selanjutnya disebut penggugat) dinyatakan sebagai


pemenang lelang atas 1 (satu) pintu rumah tempat tinggal permanen yang berdiri
di atas sebidang tanah seluas 231 sesuai sertifikat Hak Milik Nomor: 623/
Kelurahan Binjai. Meskipun lelang telah terlaksana sesuai dengan prosedur
hukum yang berlaku dan penggugat telah membaliknamakan Sertifikat Hak Milik
Nomor: 623/Kelurahan Binjai keatas nama penggugat akan tetapi tergugat I dan
tergugat II belum secara sukarela menyerahkan dalam keadaan kosong dan masih
menempati atau menguasai objek sengketa secara melawan hukum walaupun
penggugat telah berulang kali meminta tergugat I dan tergugat II untuk
mengosongkan objek sengketa.
Putusan objek sengketa telah dimenangkan oleh pihak penggugat sebagai
pembeli yang beritikad baik berdasarkan Risalah Lelang Nomor: 736/2010
tanggal 25 Nopember 2010 yang harus dilindungi hak-hak dan kepentingan secara
hukum sebagaimana yang telah menjadi ketentuan hukum sesuai dengan
yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor: 323K/Sip/1968 menyebutkan:
“Suatu lelang yang telah dilaksanakan sesuai ketentuan hukum yang
berlaku serta dimenangkan oleh pembeli lelang yang beritikad baik maka
lelang tersebut tidak dapat dibatalkan dan kepada pembeli yang beritikad
baik tersebut wajib diberikan perlindungan hukum”.
Akibat objek sengketa yang tidak dikosongkan oleh tergugat I dan tergugat
II sehingga menimbulkan kerugian materil bagi penggugat yang mengakibatkan
penggugat tidak dapat memanfaatkan rumah tersebut selama lebih kurang 3 (tiga)
tahun, oleh karenanya adalah patut dan beralasan untuk menghukum tergugat I
dan Tergugat II ataupun orang lain yang memperoleh hak dari tergugat I dan
tergugat II untuk meninggalkan dan menyerahkan rumah objek sengketa kepada
penggugat selaku pemilik yang sah dalam keadaan baik dan kosong serta tanpa
adanya gangguan dari pihak manapun.
Pihak penggugat dalam kasus ini yaitu Nyonya Lamria Sitorus sebagai
pemenang lelang. Pihak tergugat I yaitu tuan Jafar Purba (debitur) dan tergugat II
yaitu nyonya Berliana Br. Tambunan (istri debitur). Pihak turut tergugat I yaitu
Kantor Pelayanan Kekayaan dan Lelang Medan dan turut tergugat II yaitu PT.
Bank Danamon, Tbk cabang Medan Putri Hijau (kreditur).
SONDANG SIMANJUNTAK | 4

Hal ini yang melatar belakangi penelitian dengan judul ”Perlindungan


Hukum Terhadap Pemenang Lelang Atas Objek Yang Dibeli Melalui Lelang
(Studi Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 121/Pdt.G/2014/PN.Mdn)”
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan lelang atas objek hak tanggungan?
2. Bagaimana tanggung jawab pejabat lelang dan bank terhadap objek hak
tanggungan yang dilelang?
3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemenang lelang atas objek
yang dibeli melalui lelang sesuai putusan Pengadilan Negeri Nomor:
121/Pdt.G/2014/PN.Mdn?
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, adapun tujuan yang
ingin dicapai dari penelitian tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan lelang atas objek hak
tanggungan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab pejabat lelang
dan bank terhadap objek hak tanggungan yang dilelang.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum terhadap
pemenang lelang atas obyek yang dibeli melalui lelang sesuai putusan
Pengadilan Negeri Nomor: 121/Pdt.G/2014/PN.Mdn.
II. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah Jenis penelitian
yang digunakan adalah yuridis normatif. Penelitian hukum normatif yaitu metode
penelitian hukum yang memepergunakan sumber data sekunder atau dengan cara
meneliti bahan pustaka yang ada.5
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, penelitian hukum deskriptif
bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi)
lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat
tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada atau peristiwa hukum tertentu
yang terjadi dalam masyarakat. Pada penelitian hukum tipe ini, peneliti biasanya

5
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, Hal
13.
SONDANG SIMANJUNTAK | 5

sudah memperoleh data awal atau mempunyai pengetahuan awal tentang masalah
yang akan diteliti.6 Penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan
sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dilakukan
berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh dan akan dilakukan secara cermat
bagaimana menjawab permasalahan dan menyimpulkan suatu solusi sebagai
jawaban dari permasalahan tersebut.7
Alasan penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif dan
bersifat deskriptif yang tujuannya untuk mengkaji putusan pengadilan negeri
nomor: 121/Pdt.G/2014/PN.Mdn dengan perundang-undangan yang berlaku sudah
sesuaikah perlindungan hukum terhadap pembeli lelang yang beritikad baik dalam
kasus yang akan diteliti.
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan
I Pelaksanaan Lelang Atas Objek Hak Tanggungan
Pelaksanaan eksekusi ini sebenarnya tidak diperlukan apabila pihak yang
dikalahkan dengan sukarela mentaati bunyi putusan pengadilan. Akan tetapi,
dalam kenyataannya tidak semua pihak mentaati bunyi putusan pengadilan
tersebut dengan sepenuhnya.8 Oleh karena itu, diperlukan suatu aturan bilamana
putusan tidak ditaati dan bagaimana cara pelaksanaannya.
Adanya pelaksanaan eksekusi hak tanggungan adalah karena adanya
kewajiban dari debitur kepada kreditur yang tidak terpenuhi, karena sebelumnya
telah dibuat suatu perjanjian anatara debitur dan kreditur dengan ditanda
tanganinya harta pemberian hak tanggungan yang dibuat di hadapan pejabat
pembuat akta tanah (PPAT) dan didaftarkan di kantor pertanahan. Suatu keadaan
di mana debitur tidak melaksanakan prestasinya sesuai dengan apa yang telah
dijanjikannya, karena kesalahannya dan ia telah ditegur maka pelaksanaan
eksekusi dapat dilakukan.
Lelang eksekusi hak tanggungan tidak memerlukan perintah dari ketua
pengadilan untuk melakukan penjualan objek hak tanggungan melalui pelelangan

6
Ibid, Hal 50.
7
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif, UI Press, Jakarta, 2001, Hal
30.
8
Hasil wawancara dengan Syamsul Bahri jabatan panitera pengganti di Pengadilan
Negeri Medan, pada tanggal 08 Agustus 2017, pukul 09.30.
SONDANG SIMANJUNTAK | 6

umum, kreditur pemegang hak tanggungan (dalam hal ini adalah bank/Turut
tergugat II, selaku pemegang hak tanggungan) yang mempunyai kewenangan
yang diberikan oleh undang-undang dapat langsung mengajukan permintaan
kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk
melakukan penjualan objek tanggungan terhadap debitur yang telah melakukan
cidera janji.
Permohonan lelang yang diajukan oleh turut tergugat II/Bank telah disertai
dengan surat dan dokumen yang diperlukan sehingga telah memenuhi syarat
untuk dilaksanakan lelang. Sebelum dilakukan pelelangan, PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk Retail Banking Region 6 telah melakukan peringatan kepada
debitur untuk menyelesaikan kewajibannya dengan Surat Peringatan sebanyak 3
(tiga) kali dan surat teguran somasi. Dalam surat teguran somasi dijelaskan “jika
debitur Japar Robert Purba telah lalai melaksanakan kewajiban-kewajiban hutang,
maka diberi kesempatan melunasi dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender
terhitung sejak tanggal surat teguran”.
Mengenai penetapan waktu lelang, setelah ditetapkan tentang waktu
pelaksanaan lelang, kemudian Ketua Pengadilan Negeri selaku pemohon lelang
melaksanakan pengumuman lelang pertama dan kedua dalam tenggang waktu 15
hari. Jadi pengumuman lelang yang ke II dengan pelaksanaan lelang tidak boleh
kurang dari 14 hari. Apabila setelah pengumuman lelang yang ke II juga tidak ada
pelunasan/penyelesaian, maka lelang dilaksanakan dan pada prinsipnya yang
dimenangkan adalah yang mengajukan penawaran tertinggi dan diatas limit.9
Rencana pelelangan telah diberitahukan kepada pihak debitur oleh pihak
PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Retail Banking Region 6 dengan surat Nomor:
347/SCC-R6/MDN/1010 tanggal 28 Oktober 2010 perihal Pemberitahuan Lelang
yang ditujukan kepada penghuni tanah dan bangunan. Rencana pelaksanaan lelang
juga dilengkapi dengan Surat Pernyataan Nomor: 268/RBC-R6/0910 tanggal 28
September 2010 yang dibuat oleh PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Retail
Banking Region 6 yang menyatakan bahwa turut tergugat II/Bank akan

9
Hasil wawancara dengan Syamsul Bahri jabatan panitera pengganti di Pengadilan
Negeri Medan, pada tanggal 08 Agustus 2017, pukul 09.30.
SONDANG SIMANJUNTAK | 7

bertanggung jawab apabila timbul gugatan perdata maupun tuntutan pidana yang
diajukan oleh pihak manapun terkait objek lelang.
Berdasarkan Surat Permohonan Lelang Nomor: 267/RBC-R6/0910 tanggal
28 September 2010 perihal permohonan pelaksanaan lelang eksekusi hak
tanggungan dan surat teguran SKPT/SKT, maka kepala KPKNL mengeluarkan
surat nomor: S-2180/WKN.2/KNL.0201/2010 tanggal 19 Oktober 2010 perihal
penetapan jadwal lelang.
Penjual/Bank telah melengkapi dengan Surat Pendaftaran Tanah (SKPT)
atas objek lelang eksekusi yaitu Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT
Nomor: 409/PKM/2010 tanggal 28 Oktober 2010 yang diterbitkan oleh Kantor
Pertanahan Kota Medan yang menerangkan tanah seluas 231 dengan Sertifikat
Hak Milik Nomor: 623/Binjai atas nama Jafar Purba yang terletak di Gang Turi
Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai, Kota Medan untuk keperluan lelang.
Permohonan lelang yang diajukan oleh Bank/Turut tergugat II telah disertai
dengan surat dan dokumen yang diperlukan sehingga telah memenuhi syarat
untuk dilaksanakan lelang, maka berdasarkan Pasal 12 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dengan
tegas menyatakan bahwa “Kepala KPKNL/Pejabat lelang kelas II tidak boleh
menolak permohonan lelang yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen
persyaratan lelang sudah lengkap dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan
objek lelang”. Dalam hal ini turut tergugat I hanya melaksanakan tugasnya
sebagai pelaksana lelang yang mana penjualnya adalah PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk Retail Banking Collection Region 6.
Bank telah melaksanakan pengumuman lelang sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Pelelangan ini telah diumumkan melalui surat kabar harian
mandiri pada tanggal 11 Nopember 2010 guna memenuhi asas publisitas yang
bertujuan untuk mengumpulkan peminat atas pelaksanaan lelang. Pelaksanaan
lelang yang dilaksanakan tanggal 25 Nopember 2010 dengan harga limit sebesar
Rp. 67.000.000 telah ditetapkan oleh bank selaku penjual melalui suratnya kepada
KPKNL/turut tergugat I tanggal 07 Oktober 2010 perihal limit lelang.
KPKNL/turut tergugat I selaku pelaksana lelang melakukan lelang dimulai
dari harga limit yang diberikan penjual/turut tergugat II. Hal ini berdasarkan Pasal
SONDANG SIMANJUNTAK | 8

1 Nomor 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010 tentang


Petunjuk Pelaksanaan Lelang dengan tegas menyatakan bahwa nilai limit adalah
harga minimal barang yang akan dilelang dan ditetapkan oleh penjual/pemilik
barang.
Lelang yang dilaksanakan atas objek atas nama Jafar Purba/tergugat I
dalam perkara ini tercatat dan ternyatakan sah secara hukum dengan risalah lelang
Nomor: 736/2010 dengan penawar tertinggi disahkan sebagai pembeli pada
pelaksanaan lelang adalah sdr. Lamria Sitorus/penggugat. Dokumen risalah lelang
sebagai akta autentik merupakan dokumen yang secara jelas diakui keabsahannya
yang mempunyai sifat mengikat sehingga apa yang tertuang di dalamnya harus
dipercaya hakim yang diakui kebenarannya. KPKNL/turut tergugat I dengan tegas
menyatakan bahwa dalam pelaksanaan lelang telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dengan ketentuan yang berlaku.
II. Tanggung Jawab Pejabat Lelang Dan Bank Terhadap Objek Hak
Tanggungan Yang Dilelang
Peraturan hukum mengenai hak tanggungan adalah suatu perangkat hukum
yang digunakan ketika terjadinya perikatan (kesepakatan) pinjam meminjam uang
antara peminjam (debitur) dengan pemberi pinjaman (bank). Didalam prakteknya
calon debitur mengajukan permohonan pinjaman kepada bank dengan
menyertakan segalan bentuk surat-surat, yaitu identitas peminjam, jaminan
pinjaman berupa Akta kepemilikan atas tanah dan bangunan serta surat-surat
perizinan usaha jika debiturnya adalah badan hukum. Jika menurut bank
permohonan yang diajukan oleh debitur memenuhi kriteria, maka terjadilah
kesepakatan pemberian fasilitas kredit kepada debitur.
Tindak lanjut dari kesepakatan pinjam meminjam tersebut, bank
memberikan sejumlah dana sebagai bentuk pinjaman kepada debitur, kemudian
debitur memberikan surat-surat kepemilikan tanah/bangunan ataupun benda
lainnya sebagai jaminan pelunasan pinjaman. Jaminan berupa tanah dan bangunan
biasanya dibebani dengan pemasangan sertifikat hak tanggungan yang diterbitkan
oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Kesepakatan fasilitas kredit tersebut, bank memberikan syarat kewajiban
agar debitur membayar pinjaman/kredit dengan system angsuran/cicilan setiap
SONDANG SIMANJUNTAK | 9

bulan dengan tenggang waktu pelunasan antara 1 (satu) s/d 20 (dua puluh) tahun.
Apabila debitur melakukan pembayaran angsurannya secara tepat waktu sampai
dengan adanya pelunasan, maka bank tentu akan memberikan penilaian bahwa
debitur tersebut adalah debitur/nasabah dengan predikat baik, sehingga kemudian
bank akan lebih percaya untuk kembali memberikan pinjaman kepada debitur
dengan predikat baik tersebut. Dari semua transaksi pinjam meminjam/kredit
tersebut, tentunya ada juga debitur yang tidak melakukan pembayaran angsuran
dengan tepat waktu atau lajimnya disebut kredit macet. Oleh karena itu, bank
tentu akan berusaha melakukan penagihan kepada debitur dengan alasan
menghindari resiko kredit macet.
Upaya bank dalam menghindari adanya kredit macet adalah dengan
menggunakan aturan kesepakatan atas jaminan hak tanggungan pada sertifikat
kepemilikan nasabah jika bentuknya asset tidak bergerak (tanah dan bangunan)
atau penerapan jaminan fidusia jika jaminan berupa benda bergerak (mobil, mesin
dan lain-lain).
Terhadap ketentuan pembebanan Hak Tanggungan atas jaminan pinjaman,
Negara telah menerbitkan peraturan hukum pada undang-undang no. 4 tahun 1996
tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah. Undang-undang tersebut mengatur tentang jaminan antara bank dengan
debitur dalam transaksi pinjam meminjam serta peraturan-peraturan tentang tata
cara apabila terjadinya keadaan wanprestasi (tidak membayar) apabila debitur
tidak melaksanakan kewajibannya.
Debitur yang wanprestasi biasanya bank akan mengirimkan surat
peringatan kepada debitur agar melaksanakan kewajibannya dalam pembayaran
angsuran sesuai dengan yang diperjanjikan. Peringatan tersebut biasanya diajukan
paling sedikit sebanyak 3 (tiga) kali untuk memenuhi syarat keadaan
wanprestasinya debitur. Apabila telah diperingati secara patut tetapi debitur tidak
juga melakukan pembayaran kewajibannya, maka bank melalui ketentuan hukum
yang terdapat pada Pasal 6 dan Pasal 20 UU No. 4 Tahun 1996 tentang hak
tanggungan, akan melakukan proses lelang terhadap jaminan debitur.
Bank mengajukan permohonan lelang jaminan hak tanggungan kepada
balai lelang swasta. Selanjutnya balai lelang swasta akan meneruskan permohonan
SONDANG SIMANJUNTAK | 10

tersebut kepada KPKNL. Balai lelang swasta ataupun KPKNL tidak memiliki
kewenangan untuk melakukan eksekusi pengosongan atas objek lelang yang
sudah dibeli oleh peserta/pembeli lelang.
Bagaimana apabila pemberi Hak Tanggungan tidak bersedia
melaksanakan pengosongan itu dengan sukarela, apakah ia bisa dipaksa, misalnya
dengan mengeluarkan barang-barang yang ada di dalamnya. Kalau demikian siapa
yang akan melakukan pengosongan itu? Apakah Kreditur atau Pejabat Kantor
Lelang Negara? Atau Ketua Pengadilan Negeri?10
Untuk menyikapi hal itu Kreditur dan Pejabat Kantor Lelang Negara jelas
tidak bersedia melakukan tindakan pengosongan, karena bisa timbul masalah
main Hakim sendiri. Oleh karena itu dalam rangka eksekusi yang dilakukan atas
perintah Ketua Pengadilan Negeri, pengosongan obyek yang dilelang itu dari
terlelang dari keluarganya serta orang-orang yang bersangkutan, akan dapat
dilaksanakan setelah obyek Hak Tanggungan dilelang. Adapun pelaksanaannya
dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri dimana obyek Hak Tanggungan
itu terletak, setelah adanya permohonan pengosongan dari pihak pemenang lelang
sebagai pemegang hak atas tanah, atau tanah dari bangunannya yang baru.11
Pengaduan dari masyarakat yang diangkat dalam kasus ini adalah bentuk
pengaduan yang datang dari pihak pembeli lelang. Pengaduan tersebut dilakukan
karena memang pembeli tersebut merasa benar-benar dirugikan atau mengalami
ketidak sesuaian harapan yang ingin dicapai dengan keadaan barang atau objek
lelang yang dibelinya. Hal ini di satu sisi menunjukkan bahwa pembeli tersebut
benar-benar merupakan pembeli yang mempunyai itikad baik sewaktu membeli
obyek lelang dan ketika pada akhirnya melakukan pengaduan setelah 3 (tiga)
tahun sejak pelaksanaan lelang.
Apabila pembeli kalah dalam perkara itu dan harus menyerahkan barang
yang dibelinya kepada pihak ketiga (penggugat), maka menurut Pasal 1496BW,
pembeli dapat menuntut kembali dari pihak penjual berupa:

10
Hasil wawancara dengan Syamsul Bahri jabatan panitera pengganti di Pengadilan
Negeri Medan, pada tanggal 08 Agustus 2017, pukul 09.30.
11
Hasil wawancara dengan Syamsul Bahri jabatan panitera pengganti di Pengadilan
Negeri Medan, pada tanggal 08 Agustus 2017, pukul 09.30.
SONDANG SIMANJUNTAK | 11

1. Pengembalian uang harga pembelian


2. Pengembalian hasil-hasil apabila pembeli diwajibkan oleh pengadilan
untuk menyerahkan hasil-hasil itu kepada pihak ketiga (penggugat)
3. Biaya pengadilan untuk menurut sertakan penjual dalam perkara gugatan
pihak ketiga dan biaya perkara sebagai pihak yang kalah.
4. Penggantian biaya kerugian, bunga serta biaya pembelian dan
penyerahan sepanjang biaya-biaya tersebut dikeluarkan oleh pembeli.
Apabila mengenai hal-hal di atas oleh penjual dan pembeli telah
diperjanjikan atau sudah adanya perjanjian, maka ketentuan tersebut sifatnya
mengatur dan tidak memaksa. Menurut Pasal 1339BW suatu perjanjian tidak
hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam perjanjian,
tapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diwajibkan oleh
kepatutan, kebiasaan dan undang-undang. Dengan demikian, setiap perjanjian
dilengkapi dengan aturan-aturan yang terdapat dalam undang-undang dalam adat
kebiasaan (di suatu tempat dan di suatu kalangan tertentu), sedangkan kewajiban-
kewajiban yang diharuskan oleh kepatutan (norma-norma kepatutan) harus juga
diindahkan.12
Meskipun dalam BW diperbolehkan untuk mengadakan perjanjian dengan
klausula pengecualian kewajiban bagi penjual tetapi tidak tanpa batas seperti yang
diisyaratkan dalam Pasal 1493BW dan Pasal 1494BW. Perjanjian yang membuat
syarat penjual tidak menanggung sesuatu apapun tetap mewajibkan penjual untuk
bertanggung jawab atas tiap-tiap perbuatan yang dilakukannya dengan ancaman
bahwa syarat perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan, batal demi hukum,
demikian isi dari Pasal 1494BW.

III. Perlindungan Hukum Terhadap Pemenang Lelang Atas Objek Yang


Dibeli Melalui Lelang Sesuai Putusan Pengadilan Negeri Nomor:
121/Pdt.G/2014/PN.Mdn
Saat ini lelang menjadi suatu alternative penjualan yang efektif dan
efisien. Namun dalam praktek penjualan barang secara lelang tidak selalu
berfungsi dengan baik, karena adanya kendala-kendala dalam pelaksanaannya.

12
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1997, Hal 39.
SONDANG SIMANJUNTAK | 12

Perlawanan dan keberatan debitor/pihak ketiga terhadap hasil lelang barang


jaminan debitor salah satu kendala yang sering terjadi dalam lelang eksekusi
barang jaminan. Adakalanya pembeli/pemenang lelang tidak dapat langsung
menikmati barang hasil lelang yang telah dibelinya melalui lelang yang sah
karena masih dihuni oleh debitor, bahkan pembeli lelang digugat dipengadilan
oleh debitor.
Seorang penawar lelang sebelum melaksanakan perjanjian jual beli di
pelelangan harus memperhatikan beberapa kriteria dari pelelangan. Adapun
kriterianya yaitu :
1. Pembeli harus mengetahui persis barang yang akan ia beli.
2. Pembeli harus mengetahui status hukum barang yang akan ia beli.
3. Pembeli harus benar-benar siap membeli, dalam arti bahwa ia akan
mengajukan penawaran sesuai dengan kemampuannya dan akan
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh kantor lelang negara.
Menurut Hakim Sabarulina Br. Ginting, pembeli beritikad baik adalah
pembeli yang menulusuri objek yang dibeli sebelum melakukan transaksi jual
beli. Menulusuri apakah bank sudah membuat prosedur yang baik sesuai
ketentuan pelaksanaan lelang. Karena menurut hakim, pembeli beritikad baik
bukan hanya transaksi terang tunai saja.13
Adanya aturan yang jelas mengenai hak tanggungan dan kekuatan
eksekutorialnya seharusnya telah memberikan perlindungan hukum yang sangat
jelas sehingga aspek tujuan hukum yaitu kepastian hukum dan perlindungan
hukum dapat tercapai. Mengenai perlindungan hukum terhadap pembeli beritikad
baik, terdapat Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata dimana pada hakekatnya, pasal
tersebut melindungi seorang pembeli benda bergerak yang beritikad baik. Pasal
1977 ayat (1) KUHPerdata mengatakan bahwa: Terhadap benda bergerak yang
tidak berupa bunga, maupun piutang yang tidak harus dibayar kepada si pembawa
maka barang siapa yang menguasainya dianggap sebagai pemiliknya.
Menjadi pertanyaan bagaimana pengaturannya terhadap benda tak
bergerak dimana KUHPerdata tidak mengaturnya seperti halnya pada benda

13
Wawancara dengan Sabarulina Br. Ginting di Pengadilan Negeri Medan, pada tanggal
01 Agustus 2017, pukul 08.30 Wib.
SONDANG SIMANJUNTAK | 13

bergerak. Adapun terkait dengan hal ini, Prof. R. Subekti, S.H., berpendapat
bahwa ketentuan pasal 1977 ayat (1) tersebut diberlakukan untuk semua macam
barang, sehingga terhadap barang tidak bergerak perlu dicantumkan suatu
ketentuan yang menyatakan bahwa apabila suatu perjanjian dilakukan di muka
seorang pejabat, maka para pihak dapat dianggap beritikad baik.14
Berdasarkan hal tersebut di atas, diketahui bahwa pembeli beritikad baik
wajib dilindungi oleh hukum. Hal ini tentunya juga termasuk kepada pembeli
lelang yang beritikad baik dimana dalam Vendu Reglement (staatsblad 1908)
pasal 1 ayat (1), lelang merupakan:15
1. Cara penjualan yang dilakukan pada waktu dan tempat yang telah
ditentukan;
2. Dilakukan di depan umum yaitu dengan cara mengumumkannya untuk
mengumpulkan peminta/peserta lelang;
3. Dilaksanakan dengan cara penawaran harga yang khusus, yaitu dengan
cara penawaran harga secara lisan atau tertulis yang bersifat kompetitif;
4. Peserta yang mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan sebagai
pemenang.
Pemenang lelang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 93/2010
tentang petunjuk pelaksanaan lelang adalah pembeli yang mengajukan penawaran
tertinggi dan disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang. Pernyataan
seorang sebagai pemenang lelang belum efektif sebagai pemilik barang. Pada saat
pernyataan seorang sebagai pemenang lelang baru merupakan proses kearah
peralihan hak milik.
Hak milik beralih sepenuhnya apabila setelah pemenang lelang memenuhi
syarat lelang yaitu pembayaran harga dan pejabat lelang mengesahkan pemenang
lelang dengan diberikan Risalah lelang. Risalah lelang adalah berita acara
pelaksanaan lelang yang dibuat oleh pejabat lelang yang merupakan akta autentik
yang memberi kepastian hukum bahwa telah terjadi peralihan hak antara penjual
dan pembeli.
14
Djaja S. Meliala, Masalah Itikad Baik Dalam KUH Perdata, Binacipta, Bandung,
1987, Hal 9-10.
15
Wildan Suyuthi, Sita eksekusi: Praktek Kejurusitaan Pengadilan, Tatanusa, Jakarta,
2004, Hal 43-44.
SONDANG SIMANJUNTAK | 14

Pasal 41 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24/1997 tentang pendaftaran


tanah dijelaskan bahwa peralihan hak atas tanah melalui pemindahan hak dengan
lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan kutipan risalah lelang yang
dibuat oleh pejabat lelang. Risalah lelang mempunyai kedudukan yang sama
dengan akta jual beli yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang
biasa dipergunakan sebagai salah satu dasar untuk mendaftar perlaihan hak atas
tanah pada kantor pertanahan.16
Masalah-masalah yang timbul dari penjualan secara lelang ini
menyebabkan timbulnya ketidakpastian secara hukum dimana pihak pembeli
lelang yang beritikad baik mempercayakan mekanisme pembelian barang melalui
sarana lelang yang dianggap aman. Hal ini sangat berpengaruh terhadap persoalan
perlindungan hukum terhadap pembeli/pemenang lelang sesuai dengan
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 821/K/Sip/1974 bahwa pembelian
dimuka umum melalui kantor lelang adalah pembeli beritikad baik, harus
dilindungi undang-undang, juga dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor
323/K/Sip/1968 yang menyebutkan bahwa suatu lelang yang telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta dimenangkan oleh pembeli lelang
yang beritikad baik, maka lelang tersebut tidak dapat dibatalkan, dan terhadap
pembeli lelang yang beritikad baik tersebut wajib diberikan perlindungan hukum.
Peraturan lelang hanya disebutkan tentang kewajiban penjual. Pasal 16
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK/06/ 2010 tentang petunjuk
pelaksanaan lelang dinyatakan bahwa Penjual/Pemilik Barang bertanggung jawab
terhadap: keabsahan kepemilikan barang, keabsahan dokumen persyaratan lelang,
penyerahan barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak; dan dokumen
kepemilikan kepada Pembeli. Penjual/Pemilik Barang bertanggung jawab
terhadap gugatan perdata maupun tuntutan pidana yang timbul akibat tidak
dipenuhinya peraturan perundang-undangan dibidang lelang. Penjual/Pemilik
Barang bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul
karena ketidak absahan barang dan dokumen persyaratan lelang.

16
Jurnal Irfan, judul “Hak Pemenang Lelang Beritikad Baik”, Magister Kenotariatan,
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
SONDANG SIMANJUNTAK | 15

Penjelasan tersebut di atas dapat diartikan bahwa penjual/pemilik barang


bertanggung jawab terhadap gugatan perdata maupun tutuntutan pidana yang
timbul apabila tidak terpenuhinya peraturan perundang-undangan dalam lelang,
dalam hal ini apabila lelang dinyatakan tidah sah dan batal oleh pengadilan maka
penjual/pemilik barang mengembalikan harga lelang yang telah dibayarkan oleh
pembeli lelang beserta dengan ganti kerugian yang timbul dalam proses
pelelangan itu.
Pasal 1365 KUHPerdata menjelaskan bahwa tiap perbuatan yang
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan
kerugian tersebut karena kesalahannya untuk mengganti. Undang-undang
menjamin perlindungan pembeli yang telah dirugikan dalam jual beli adalah
pembeli dapat menuntut ganti rugi di depan pengadilan.
Menurut Hakim Sabarulina Br. Ginting, Bentuk perlindungan hukum
terhadap pemenang lelang yaitu eksekusi pengosongan yang dibantu oleh
pengadilan. Apabila tanah dan/atau bangunan yang akan dilelang berada dalam
keadaan berpenghuni, maka pengosongan bangunan tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pembeli; apabila pengosongan bangunan tersebut tidak dapat
dilakukan secara sukarela maka pembeli dapat meminta bantuan pengadilan
negeri setempat untuk pengosongannya.17
Perlindungan hukum secara preventif telah dilakukan dengan adanya akta
risalah lelang. perlindungan hukum secara represif dengan cara meminta bantuan
kepada pengadilan untuk eksekusi paksa terhadap debitur yang tidak bersedia
mengosongkan obyek lelang secara sukarela.

17
Wawancara dengan Sabarulina Br. Ginting di Pengadilan Negeri Medan, pada tanggal
01 Agustus 2017, pukul 08.30 Wib.
SONDANG SIMANJUNTAK | 16

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan dalam hasil penelitian ini, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh pejabat lelang berdasarkan
permohonan lelang yang diajukan oleh bank dengan surat dan dokumen ke
KPKNL. Penetapan waktu lelang ditetapkan oleh KPKNL, sebelumnya
KPKNL memberitahukan pelaksanaan lelang dengan surat pemberitahuan
kepada tergugat/debitur. Bank mengumumkan lelang melalui surat kabar
harian mandiri setelah lelang ditetapkan dengan penawaran tertinggi kepada
pemenang lelang maka pejabat lelang membuat risalah lelang. Dokumen
risalah lelang sebagai akta autentik merupakan dokumen yang secara jelas
diakui keabsahannya yang mempunyai sifat mengikat sehingga apa yang
tertuang di dalamnya harus dipercaya hakim yang diakui kebenarannya.
2. Tanggung jawab pejabat lelang (turut tergugat I) dalam kasus ini sudah sesuai
dengan prosedur dan ketentuan undang-undang, dimana sesuai dengan
permohonan lelang yang diajukan pemohon (Bank) dengan surat dan
dokumen yang telah memenuhi syarat sehingga memenuhi syarat untuk
dilaksanakan lelang. Tanggung jawab pejabat lelang dalam hal ini turut
tergugat I (KPKNL) hanya melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana lelang
yang mana penjualnya adalah PT.BANK DANAMON, Tbk. Tanggung
jawab atas kerugian yang diderita pembeli lelang adalah tanggung jawab
pembeli sebagaimana yang diatur dalam Pasal 16 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
3. Perlindungan hukum terhadap pembeli lelang yang beritikad baik telah ada
yaitu Pejabat lelang telah menjelaskan dengan tegas segala sesuatunya yang
berhubungan dengan pelaksanaan lelang kepada pembeli objek melalui
lelang, diantaranya sebagaimana tercantum dalam alinea kesepuluh alat bukti
yang berbunyi “Apabila tanah dan/atau bangunan yang akan akan dilelang ini
berada dalam keadaan berpenghuni, maka pengosongan bagunan tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembeli, apabila pengosongan
SONDANG SIMANJUNTAK | 17

bangunan tersebut tidak dapat dilakukan secara sukarela maka pembeli dapat
meminta bantuan Pengadilan Negeri setempat untuk pengosongannya”.

B. Saran
1. Peraturan lelang dan Peraturan Menteri Keuangan sebagai petunjuk
pelaksanaannya perlu lebih disempurnakan lagi dalam undang-undang lelang
yang baru mendatang, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanan lelang
agar tercipta perlindungan hukum bagi pembeli mengingat peraturan lelang
yang sekarang masih berlaku merupakan warisan pemerintah kolonial
Belanda yang kurang memperhatikan perlindungan hukum bagi pembeli.
2. Tanggung jawab dalam pengosongan sebaiknya tidak sepenuhnya diberikan
kepada pemenang lelang, sebaiknya pejabat lelang dan bank ikut terlibat
dalam hal pengosongan agar tidak terjadi kasus yang merugikan pembeli
yang beritikad baik.
3. Perlindungan hukum bagi pemenang lelang yang sah dalam prakteknya masih
sulit dilakukan. Status objek lelang yang dijual, dimana pembeli yang
beritikad baik ikut dalam proses pelelangan dan telah memenuhi
kewajibannya tetapi kadangkala tidak dapat langsung menikmati barang yang
dibelinya tersebut. Pentingnya perundang-undangan khusus mengatur Kantor
Pelayanan Kekayaan Lelang dan Negara agar diberi kewenangan untuk
menyelesaikan sengketa-sengketa para pihak dengan cara cepat dan
sederhana mengingat pesatnya perkembangan peralihan hak melalui lelang
yang terjadi belakangan ini, oleh karenanya secara praktek di Pengadilan
membutuhkan waktu yang lama. Sebaiknya pembeli lelang tidak membeli
objek lelang yang berpenghuni untuk menghindari terjadinya resiko di
kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Teks
Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2014.
Ali, Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.
Ashshofa, Burhan, Metodologi Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996.
SONDANG SIMANJUNTAK | 18

Asyhadie, Zaeni, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2014.
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen Keuangan RI, Modul
Pengetahuan Lelang, Pusdiklat Keuangan Umum, Jakarta, 2002.
Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994.
Borbir, S. Mantay dan Iman Jauhari, dkk, Hukum Piutang Dan Lelang Negara Di
Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2002.
Borbir, S. Mantay, Kompilasi Sistem Hukum Pengurusan Piutang dan Lelang
Negara, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004.
Harahap, M. Yahya, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata,
Sinar Grafika, Jakarta, 2014.
Hartono, Sunaryati, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20,
Alumni, Bandung, 1994.
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005.
Ibrahim, Johanes, Kartu Kredit, PT. Refika Aditama, Bandung, 2004.
Kasmir, Manajemen Perbankan, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2014.
__________, Dasar-Dasar Perbankan, Rajawali Pers, Jakarta, 2015.
Kelompok Studi Hukum Bisnis Fakultas Hukum UNPAD, Hak Tanggungan Atas
Tanah Dan Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1996.
Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, PT. Sofmedia, Medan, 2012.
Manurung, Mangasa, Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Lelang Atas
Jaminan Hutang Kebendaan Yang Diikat Dengan Hak Tanggungan, Tesis,
2003.
Marzuki, Peter Mahmud, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prananda Media,
Jakarta, 2008.
Moleong, Lexi J, Metode Penelitian Kualitatif, Rosda Karya, Jakarta, 2008.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004.
M. Hadjon, Philipus, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Bina ilmu,
Surabaya, 1987.
Poesoko, Herowati, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan, Laksbang
Pressindo, Yogyakarta, 2008.
Prajogo, Soesilo, Kamus Hukum Internasional & Indonesia, Wipress, Jakarta,
2007.
Purwoko, Sunu Widi, Aspek Hukum Bisnis Bank Umum, nsbooks, Jakarta, 2015.
Rahdiyanto, R, Pengetahuan Lelang, Peningkatan Sumber Daya Pelayanan
Piutang Lelang, Kanwil IV PLN, Ciloto, 2003.
Satrio, J, Hukum Perikatan: Perikatan pada umumnya, Alumni, Bandung, 1993.
__________, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2007.
Sihombing, Jonker, Tanggung Jawab Yuridis Bankir Atas Kredit Macet Nasabah,
PT. Alumni, Bandung, 2009.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UII Press, Jakarta, 1991.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif, UI Press, Jakarta,
2001.
SONDANG SIMANJUNTAK | 19

Soewandi, I Made, Balai Lelang (Kewenangan Balai Lelang dalam Penjualan


Jaminan Kredit Macet), Yayasan Gloria, Yogyakarta, 2005.
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Jaminan Di Indonesia, Pokok-Pokok
Hukum Jaminan Dan Jaminan Perorangan, Liberty Offset, 2001.
Subekti, R, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1997.
Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002.
Suryadiningrat, RM, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, Tarsito,
Bandung, 1991.
Sutardjo, Eksekusi Lelang Barang Jaminan dan Masalah yang timbul dalam
Praktek, Jakarta, 1993.
Sutarsono, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, CV Alfabeta, Jawa
Barat, 2003.
Sutedi, Adrian, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
Sutojo, Siswanto, Menangani Kredit Bermasalah, cetakan XVIII, Pustaka Bina
Pressindo, Jakarta, 1997.
Suyatno, Thomas, Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia, 1990.
Suyuthi, Wildan, Sita eksekusi: Praktek Kejurusitaan Pengadilan, Tatanusa,
Jakarta, 2004.
S. Meliala, Djaja, Masalah Itikad Baik Dalam KUH Perdata, Binacipta, Bandung,
1987.
Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan (Penghayatan, Analisis, Dan
penutun), PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1994.
Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktik, Sinar Grafika, Jakarta,
1996.
Widiyono, Tri, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di
Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006.
Widiyono, Try, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2009.
Wijaya, Faried, Perkreditan, BNK, Dan Lembaga-Lembaga Keuangan, edisi
pertama, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

a. Perundang-undangan dan Peraturan-peraturan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda Yang Berikatan Dengan Tanah.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dan Surat Paksa.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
Surat Edaran Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor: SE-23/PN/2000.

b. Internet

Medialelang.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 20 Juli 2017, pukul 20.00 Wib.

S-ar putea să vă placă și