Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
SONDANG SIMANJUNTAK
ABSTRACT
Collateral is legal protection for creditor when debtor cannot take his
responsibility to pay off his debt to the creditor. The pay off to the creditor is by
selling the collateral through public auction. The problem in auction occurs when
the winner does not have the collateral he has bought since it is difficult to get it
and there is complaint from the debtor. the process of the auction will cause the
collateral is shifted from the seller to the winner of the auction, but it brings about
a problem such as the winner cannot own the auction object. In this research, the
implementation of auction has been ion accordance to the Decree of the Minister
of Finance No. 93/PMK/06/2010 on the Operational Manual, the responsibility of
the auctioneer, and the Bank in withdrawing the collateral auctioned is not
involved so that the auction buyer/winner does by himself in withdrawing the
auction object or the winner submit a request for execution to the District Court
where the object is placed. Legal protection should be given to the auction winner
in order to create legal certainty for the auction winner on the auction object he
has bought. The conclusion is that an auction winner who has good faith
(intention) has not yet obtained legal protection so far.
I. PENDAHULUAN
Pengikatan jaminan kredit dengan hak tanggungan dilakukan apabila
seorang nasabah atau debitur yang mendapatkan kredit dari bank, menjadikan
barang tidak bergerak yang berupa tanah (hak atas tanah) berikut atau tidak
berikut benda-benda yang tidak berkaitan dengan tanah tersebut (misalnya
bangunan, tanaman, patung, dan sebagainya) sebagai jaminan tanpa debitur
menyerahkan barang jaminan tersebut secara fisik kepada kreditor (bank).1
Hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, accessoir,
melekat pada benda, dan adanya hak preferen atau hak didahulukan dari kreditur
1
Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, Hal 88.
SONDANG SIMANJUNTAK | 2
2
Kelompok Studi Hukum Bisnis Fakultas Hukum UNPAD, Hak Tanggungan Atas Tanah
Dan Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, Hal
102.
3
Try Widiyono, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, Ghalia Indonesia, Bogor,
2009, Hal 157.
4
Mangasa Manurung, Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Lelang Atas Jaminan
Hutang Kebendaan Yang Diikat Dengan Hak Tanggungan, Tesis, 2003. Hal 10.
SONDANG SIMANJUNTAK | 3
5
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, Hal
13.
SONDANG SIMANJUNTAK | 5
sudah memperoleh data awal atau mempunyai pengetahuan awal tentang masalah
yang akan diteliti.6 Penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan
sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dilakukan
berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh dan akan dilakukan secara cermat
bagaimana menjawab permasalahan dan menyimpulkan suatu solusi sebagai
jawaban dari permasalahan tersebut.7
Alasan penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif dan
bersifat deskriptif yang tujuannya untuk mengkaji putusan pengadilan negeri
nomor: 121/Pdt.G/2014/PN.Mdn dengan perundang-undangan yang berlaku sudah
sesuaikah perlindungan hukum terhadap pembeli lelang yang beritikad baik dalam
kasus yang akan diteliti.
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan
I Pelaksanaan Lelang Atas Objek Hak Tanggungan
Pelaksanaan eksekusi ini sebenarnya tidak diperlukan apabila pihak yang
dikalahkan dengan sukarela mentaati bunyi putusan pengadilan. Akan tetapi,
dalam kenyataannya tidak semua pihak mentaati bunyi putusan pengadilan
tersebut dengan sepenuhnya.8 Oleh karena itu, diperlukan suatu aturan bilamana
putusan tidak ditaati dan bagaimana cara pelaksanaannya.
Adanya pelaksanaan eksekusi hak tanggungan adalah karena adanya
kewajiban dari debitur kepada kreditur yang tidak terpenuhi, karena sebelumnya
telah dibuat suatu perjanjian anatara debitur dan kreditur dengan ditanda
tanganinya harta pemberian hak tanggungan yang dibuat di hadapan pejabat
pembuat akta tanah (PPAT) dan didaftarkan di kantor pertanahan. Suatu keadaan
di mana debitur tidak melaksanakan prestasinya sesuai dengan apa yang telah
dijanjikannya, karena kesalahannya dan ia telah ditegur maka pelaksanaan
eksekusi dapat dilakukan.
Lelang eksekusi hak tanggungan tidak memerlukan perintah dari ketua
pengadilan untuk melakukan penjualan objek hak tanggungan melalui pelelangan
6
Ibid, Hal 50.
7
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif, UI Press, Jakarta, 2001, Hal
30.
8
Hasil wawancara dengan Syamsul Bahri jabatan panitera pengganti di Pengadilan
Negeri Medan, pada tanggal 08 Agustus 2017, pukul 09.30.
SONDANG SIMANJUNTAK | 6
umum, kreditur pemegang hak tanggungan (dalam hal ini adalah bank/Turut
tergugat II, selaku pemegang hak tanggungan) yang mempunyai kewenangan
yang diberikan oleh undang-undang dapat langsung mengajukan permintaan
kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk
melakukan penjualan objek tanggungan terhadap debitur yang telah melakukan
cidera janji.
Permohonan lelang yang diajukan oleh turut tergugat II/Bank telah disertai
dengan surat dan dokumen yang diperlukan sehingga telah memenuhi syarat
untuk dilaksanakan lelang. Sebelum dilakukan pelelangan, PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk Retail Banking Region 6 telah melakukan peringatan kepada
debitur untuk menyelesaikan kewajibannya dengan Surat Peringatan sebanyak 3
(tiga) kali dan surat teguran somasi. Dalam surat teguran somasi dijelaskan “jika
debitur Japar Robert Purba telah lalai melaksanakan kewajiban-kewajiban hutang,
maka diberi kesempatan melunasi dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender
terhitung sejak tanggal surat teguran”.
Mengenai penetapan waktu lelang, setelah ditetapkan tentang waktu
pelaksanaan lelang, kemudian Ketua Pengadilan Negeri selaku pemohon lelang
melaksanakan pengumuman lelang pertama dan kedua dalam tenggang waktu 15
hari. Jadi pengumuman lelang yang ke II dengan pelaksanaan lelang tidak boleh
kurang dari 14 hari. Apabila setelah pengumuman lelang yang ke II juga tidak ada
pelunasan/penyelesaian, maka lelang dilaksanakan dan pada prinsipnya yang
dimenangkan adalah yang mengajukan penawaran tertinggi dan diatas limit.9
Rencana pelelangan telah diberitahukan kepada pihak debitur oleh pihak
PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Retail Banking Region 6 dengan surat Nomor:
347/SCC-R6/MDN/1010 tanggal 28 Oktober 2010 perihal Pemberitahuan Lelang
yang ditujukan kepada penghuni tanah dan bangunan. Rencana pelaksanaan lelang
juga dilengkapi dengan Surat Pernyataan Nomor: 268/RBC-R6/0910 tanggal 28
September 2010 yang dibuat oleh PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Retail
Banking Region 6 yang menyatakan bahwa turut tergugat II/Bank akan
9
Hasil wawancara dengan Syamsul Bahri jabatan panitera pengganti di Pengadilan
Negeri Medan, pada tanggal 08 Agustus 2017, pukul 09.30.
SONDANG SIMANJUNTAK | 7
bertanggung jawab apabila timbul gugatan perdata maupun tuntutan pidana yang
diajukan oleh pihak manapun terkait objek lelang.
Berdasarkan Surat Permohonan Lelang Nomor: 267/RBC-R6/0910 tanggal
28 September 2010 perihal permohonan pelaksanaan lelang eksekusi hak
tanggungan dan surat teguran SKPT/SKT, maka kepala KPKNL mengeluarkan
surat nomor: S-2180/WKN.2/KNL.0201/2010 tanggal 19 Oktober 2010 perihal
penetapan jadwal lelang.
Penjual/Bank telah melengkapi dengan Surat Pendaftaran Tanah (SKPT)
atas objek lelang eksekusi yaitu Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT
Nomor: 409/PKM/2010 tanggal 28 Oktober 2010 yang diterbitkan oleh Kantor
Pertanahan Kota Medan yang menerangkan tanah seluas 231 dengan Sertifikat
Hak Milik Nomor: 623/Binjai atas nama Jafar Purba yang terletak di Gang Turi
Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai, Kota Medan untuk keperluan lelang.
Permohonan lelang yang diajukan oleh Bank/Turut tergugat II telah disertai
dengan surat dan dokumen yang diperlukan sehingga telah memenuhi syarat
untuk dilaksanakan lelang, maka berdasarkan Pasal 12 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dengan
tegas menyatakan bahwa “Kepala KPKNL/Pejabat lelang kelas II tidak boleh
menolak permohonan lelang yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen
persyaratan lelang sudah lengkap dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan
objek lelang”. Dalam hal ini turut tergugat I hanya melaksanakan tugasnya
sebagai pelaksana lelang yang mana penjualnya adalah PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk Retail Banking Collection Region 6.
Bank telah melaksanakan pengumuman lelang sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Pelelangan ini telah diumumkan melalui surat kabar harian
mandiri pada tanggal 11 Nopember 2010 guna memenuhi asas publisitas yang
bertujuan untuk mengumpulkan peminat atas pelaksanaan lelang. Pelaksanaan
lelang yang dilaksanakan tanggal 25 Nopember 2010 dengan harga limit sebesar
Rp. 67.000.000 telah ditetapkan oleh bank selaku penjual melalui suratnya kepada
KPKNL/turut tergugat I tanggal 07 Oktober 2010 perihal limit lelang.
KPKNL/turut tergugat I selaku pelaksana lelang melakukan lelang dimulai
dari harga limit yang diberikan penjual/turut tergugat II. Hal ini berdasarkan Pasal
SONDANG SIMANJUNTAK | 8
bulan dengan tenggang waktu pelunasan antara 1 (satu) s/d 20 (dua puluh) tahun.
Apabila debitur melakukan pembayaran angsurannya secara tepat waktu sampai
dengan adanya pelunasan, maka bank tentu akan memberikan penilaian bahwa
debitur tersebut adalah debitur/nasabah dengan predikat baik, sehingga kemudian
bank akan lebih percaya untuk kembali memberikan pinjaman kepada debitur
dengan predikat baik tersebut. Dari semua transaksi pinjam meminjam/kredit
tersebut, tentunya ada juga debitur yang tidak melakukan pembayaran angsuran
dengan tepat waktu atau lajimnya disebut kredit macet. Oleh karena itu, bank
tentu akan berusaha melakukan penagihan kepada debitur dengan alasan
menghindari resiko kredit macet.
Upaya bank dalam menghindari adanya kredit macet adalah dengan
menggunakan aturan kesepakatan atas jaminan hak tanggungan pada sertifikat
kepemilikan nasabah jika bentuknya asset tidak bergerak (tanah dan bangunan)
atau penerapan jaminan fidusia jika jaminan berupa benda bergerak (mobil, mesin
dan lain-lain).
Terhadap ketentuan pembebanan Hak Tanggungan atas jaminan pinjaman,
Negara telah menerbitkan peraturan hukum pada undang-undang no. 4 tahun 1996
tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah. Undang-undang tersebut mengatur tentang jaminan antara bank dengan
debitur dalam transaksi pinjam meminjam serta peraturan-peraturan tentang tata
cara apabila terjadinya keadaan wanprestasi (tidak membayar) apabila debitur
tidak melaksanakan kewajibannya.
Debitur yang wanprestasi biasanya bank akan mengirimkan surat
peringatan kepada debitur agar melaksanakan kewajibannya dalam pembayaran
angsuran sesuai dengan yang diperjanjikan. Peringatan tersebut biasanya diajukan
paling sedikit sebanyak 3 (tiga) kali untuk memenuhi syarat keadaan
wanprestasinya debitur. Apabila telah diperingati secara patut tetapi debitur tidak
juga melakukan pembayaran kewajibannya, maka bank melalui ketentuan hukum
yang terdapat pada Pasal 6 dan Pasal 20 UU No. 4 Tahun 1996 tentang hak
tanggungan, akan melakukan proses lelang terhadap jaminan debitur.
Bank mengajukan permohonan lelang jaminan hak tanggungan kepada
balai lelang swasta. Selanjutnya balai lelang swasta akan meneruskan permohonan
SONDANG SIMANJUNTAK | 10
tersebut kepada KPKNL. Balai lelang swasta ataupun KPKNL tidak memiliki
kewenangan untuk melakukan eksekusi pengosongan atas objek lelang yang
sudah dibeli oleh peserta/pembeli lelang.
Bagaimana apabila pemberi Hak Tanggungan tidak bersedia
melaksanakan pengosongan itu dengan sukarela, apakah ia bisa dipaksa, misalnya
dengan mengeluarkan barang-barang yang ada di dalamnya. Kalau demikian siapa
yang akan melakukan pengosongan itu? Apakah Kreditur atau Pejabat Kantor
Lelang Negara? Atau Ketua Pengadilan Negeri?10
Untuk menyikapi hal itu Kreditur dan Pejabat Kantor Lelang Negara jelas
tidak bersedia melakukan tindakan pengosongan, karena bisa timbul masalah
main Hakim sendiri. Oleh karena itu dalam rangka eksekusi yang dilakukan atas
perintah Ketua Pengadilan Negeri, pengosongan obyek yang dilelang itu dari
terlelang dari keluarganya serta orang-orang yang bersangkutan, akan dapat
dilaksanakan setelah obyek Hak Tanggungan dilelang. Adapun pelaksanaannya
dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri dimana obyek Hak Tanggungan
itu terletak, setelah adanya permohonan pengosongan dari pihak pemenang lelang
sebagai pemegang hak atas tanah, atau tanah dari bangunannya yang baru.11
Pengaduan dari masyarakat yang diangkat dalam kasus ini adalah bentuk
pengaduan yang datang dari pihak pembeli lelang. Pengaduan tersebut dilakukan
karena memang pembeli tersebut merasa benar-benar dirugikan atau mengalami
ketidak sesuaian harapan yang ingin dicapai dengan keadaan barang atau objek
lelang yang dibelinya. Hal ini di satu sisi menunjukkan bahwa pembeli tersebut
benar-benar merupakan pembeli yang mempunyai itikad baik sewaktu membeli
obyek lelang dan ketika pada akhirnya melakukan pengaduan setelah 3 (tiga)
tahun sejak pelaksanaan lelang.
Apabila pembeli kalah dalam perkara itu dan harus menyerahkan barang
yang dibelinya kepada pihak ketiga (penggugat), maka menurut Pasal 1496BW,
pembeli dapat menuntut kembali dari pihak penjual berupa:
10
Hasil wawancara dengan Syamsul Bahri jabatan panitera pengganti di Pengadilan
Negeri Medan, pada tanggal 08 Agustus 2017, pukul 09.30.
11
Hasil wawancara dengan Syamsul Bahri jabatan panitera pengganti di Pengadilan
Negeri Medan, pada tanggal 08 Agustus 2017, pukul 09.30.
SONDANG SIMANJUNTAK | 11
12
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1997, Hal 39.
SONDANG SIMANJUNTAK | 12
13
Wawancara dengan Sabarulina Br. Ginting di Pengadilan Negeri Medan, pada tanggal
01 Agustus 2017, pukul 08.30 Wib.
SONDANG SIMANJUNTAK | 13
bergerak. Adapun terkait dengan hal ini, Prof. R. Subekti, S.H., berpendapat
bahwa ketentuan pasal 1977 ayat (1) tersebut diberlakukan untuk semua macam
barang, sehingga terhadap barang tidak bergerak perlu dicantumkan suatu
ketentuan yang menyatakan bahwa apabila suatu perjanjian dilakukan di muka
seorang pejabat, maka para pihak dapat dianggap beritikad baik.14
Berdasarkan hal tersebut di atas, diketahui bahwa pembeli beritikad baik
wajib dilindungi oleh hukum. Hal ini tentunya juga termasuk kepada pembeli
lelang yang beritikad baik dimana dalam Vendu Reglement (staatsblad 1908)
pasal 1 ayat (1), lelang merupakan:15
1. Cara penjualan yang dilakukan pada waktu dan tempat yang telah
ditentukan;
2. Dilakukan di depan umum yaitu dengan cara mengumumkannya untuk
mengumpulkan peminta/peserta lelang;
3. Dilaksanakan dengan cara penawaran harga yang khusus, yaitu dengan
cara penawaran harga secara lisan atau tertulis yang bersifat kompetitif;
4. Peserta yang mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan sebagai
pemenang.
Pemenang lelang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 93/2010
tentang petunjuk pelaksanaan lelang adalah pembeli yang mengajukan penawaran
tertinggi dan disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang. Pernyataan
seorang sebagai pemenang lelang belum efektif sebagai pemilik barang. Pada saat
pernyataan seorang sebagai pemenang lelang baru merupakan proses kearah
peralihan hak milik.
Hak milik beralih sepenuhnya apabila setelah pemenang lelang memenuhi
syarat lelang yaitu pembayaran harga dan pejabat lelang mengesahkan pemenang
lelang dengan diberikan Risalah lelang. Risalah lelang adalah berita acara
pelaksanaan lelang yang dibuat oleh pejabat lelang yang merupakan akta autentik
yang memberi kepastian hukum bahwa telah terjadi peralihan hak antara penjual
dan pembeli.
14
Djaja S. Meliala, Masalah Itikad Baik Dalam KUH Perdata, Binacipta, Bandung,
1987, Hal 9-10.
15
Wildan Suyuthi, Sita eksekusi: Praktek Kejurusitaan Pengadilan, Tatanusa, Jakarta,
2004, Hal 43-44.
SONDANG SIMANJUNTAK | 14
16
Jurnal Irfan, judul “Hak Pemenang Lelang Beritikad Baik”, Magister Kenotariatan,
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
SONDANG SIMANJUNTAK | 15
17
Wawancara dengan Sabarulina Br. Ginting di Pengadilan Negeri Medan, pada tanggal
01 Agustus 2017, pukul 08.30 Wib.
SONDANG SIMANJUNTAK | 16
bangunan tersebut tidak dapat dilakukan secara sukarela maka pembeli dapat
meminta bantuan Pengadilan Negeri setempat untuk pengosongannya”.
B. Saran
1. Peraturan lelang dan Peraturan Menteri Keuangan sebagai petunjuk
pelaksanaannya perlu lebih disempurnakan lagi dalam undang-undang lelang
yang baru mendatang, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanan lelang
agar tercipta perlindungan hukum bagi pembeli mengingat peraturan lelang
yang sekarang masih berlaku merupakan warisan pemerintah kolonial
Belanda yang kurang memperhatikan perlindungan hukum bagi pembeli.
2. Tanggung jawab dalam pengosongan sebaiknya tidak sepenuhnya diberikan
kepada pemenang lelang, sebaiknya pejabat lelang dan bank ikut terlibat
dalam hal pengosongan agar tidak terjadi kasus yang merugikan pembeli
yang beritikad baik.
3. Perlindungan hukum bagi pemenang lelang yang sah dalam prakteknya masih
sulit dilakukan. Status objek lelang yang dijual, dimana pembeli yang
beritikad baik ikut dalam proses pelelangan dan telah memenuhi
kewajibannya tetapi kadangkala tidak dapat langsung menikmati barang yang
dibelinya tersebut. Pentingnya perundang-undangan khusus mengatur Kantor
Pelayanan Kekayaan Lelang dan Negara agar diberi kewenangan untuk
menyelesaikan sengketa-sengketa para pihak dengan cara cepat dan
sederhana mengingat pesatnya perkembangan peralihan hak melalui lelang
yang terjadi belakangan ini, oleh karenanya secara praktek di Pengadilan
membutuhkan waktu yang lama. Sebaiknya pembeli lelang tidak membeli
objek lelang yang berpenghuni untuk menghindari terjadinya resiko di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Teks
Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2014.
Ali, Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.
Ashshofa, Burhan, Metodologi Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996.
SONDANG SIMANJUNTAK | 18
Asyhadie, Zaeni, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2014.
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen Keuangan RI, Modul
Pengetahuan Lelang, Pusdiklat Keuangan Umum, Jakarta, 2002.
Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994.
Borbir, S. Mantay dan Iman Jauhari, dkk, Hukum Piutang Dan Lelang Negara Di
Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2002.
Borbir, S. Mantay, Kompilasi Sistem Hukum Pengurusan Piutang dan Lelang
Negara, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004.
Harahap, M. Yahya, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata,
Sinar Grafika, Jakarta, 2014.
Hartono, Sunaryati, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20,
Alumni, Bandung, 1994.
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005.
Ibrahim, Johanes, Kartu Kredit, PT. Refika Aditama, Bandung, 2004.
Kasmir, Manajemen Perbankan, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2014.
__________, Dasar-Dasar Perbankan, Rajawali Pers, Jakarta, 2015.
Kelompok Studi Hukum Bisnis Fakultas Hukum UNPAD, Hak Tanggungan Atas
Tanah Dan Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1996.
Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, PT. Sofmedia, Medan, 2012.
Manurung, Mangasa, Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Lelang Atas
Jaminan Hutang Kebendaan Yang Diikat Dengan Hak Tanggungan, Tesis,
2003.
Marzuki, Peter Mahmud, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prananda Media,
Jakarta, 2008.
Moleong, Lexi J, Metode Penelitian Kualitatif, Rosda Karya, Jakarta, 2008.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004.
M. Hadjon, Philipus, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Bina ilmu,
Surabaya, 1987.
Poesoko, Herowati, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan, Laksbang
Pressindo, Yogyakarta, 2008.
Prajogo, Soesilo, Kamus Hukum Internasional & Indonesia, Wipress, Jakarta,
2007.
Purwoko, Sunu Widi, Aspek Hukum Bisnis Bank Umum, nsbooks, Jakarta, 2015.
Rahdiyanto, R, Pengetahuan Lelang, Peningkatan Sumber Daya Pelayanan
Piutang Lelang, Kanwil IV PLN, Ciloto, 2003.
Satrio, J, Hukum Perikatan: Perikatan pada umumnya, Alumni, Bandung, 1993.
__________, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2007.
Sihombing, Jonker, Tanggung Jawab Yuridis Bankir Atas Kredit Macet Nasabah,
PT. Alumni, Bandung, 2009.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UII Press, Jakarta, 1991.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif, UI Press, Jakarta,
2001.
SONDANG SIMANJUNTAK | 19
b. Internet