Sunteți pe pagina 1din 18

182 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

ANALISIS PERHITUNGAN POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN


PAJAK REKLAME DI KABUPATEN KUTAI BARAT

Muchtar Hidayat

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Nasional Samarinda


Jalan W.R Soepratman No.10, Bugis, Samarinda Ulu Telp. (0541) 743607
mukhtarrjabm@gmail.com

ABSTRACT
This research was implemented with main purpose to count a advertisement
taxpotency of in Regency of Kutai Barat on itscontribution to the District Original
Income, efficiency and effectiveness of theadvertisement taxcollection and the effort
done by the Local Government of Regency of Kutai barat on increasing the
advertisement taxacceptance. Data used in this research was secondary and primary
data. The primarydata was the result of questionnaire, observation and direct interview
with Dispenda (District Income Official) or bussinessandadvertisement tax.
The secondary data was consisted of PAD (District Original Income) data,
advertisement tax. Advertisement tax potency, quote commission, and Perda (District
Regulation) on the advertisement tax. The analysis used wasthe advertisement tax
potency analysis, efficient and effectiveness analysis and SWOTanalysis. Efficiency
level on theadvertisement taxcollection was including inefficient andeffectiveness level
of the advertisement tax collection was including effective.The SWOT analysis indicated
that strategy which able to be used onimproving the acceptance of advertisement taxwas
stable growth strategy, Thestrategy used in this position was the WO (Weakness and
Opportunity) strategy to overcome the weakness with exploiting an available
opportunity

Keywords: Efficient, Effective, SWOT, Advertisement Tax.

PENDAHULUAN diterapkannya undang-undang tersebut


Sejak diterapkannya UU No. 22 dimana dalam pola ini kewenangan
Tahun 1999 (diamandemen menjadi UU keuangan terbesar diletakkan pada
No. 32 Tahun 2004) mengenai otonomi kabupaten/kota.
daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 Dalam rangka meningkatkan
(diamandemen menjadi UU No. 33 kemampuan keuangan daerah agar
Tahun 2004) mengenai desentralisasi dapat melaksanakan otonomi,
fiskal, terdapat perbedaan mendasar Pemerintah melakukan berbagai
dalam masalah alokasi keuangan kebijakan perpajakan daerah,
pemerintah daerah antara sebelum diantaranya dengan menetapkan UU
diterapkannya kedua undang-undang No.34 Tahun 2000 tentang perubahan
tersebut dengan sejak mulai atas UU No.18 Tahun 1997 tentang

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


183 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. membayar (ability topay) para wajib
Pemberian kewenangan dalam pajak. Kondisi ini telah menyebabkan
pengenaan pajak dan retribusi daerah, menurunnya penerimaan negara dan
diharapkan dapat lebih mendorong daerah, khususnya yang bersumber dari
pemerintah daerah terus berupaya untuk penerimaan pajak dan retribusi.
mengoptimalkan PAD, khususnya yang Di samping pengaruh krisis,
berasal dari pajak daerah dan retribusi kualitas sumber daya manusia (SDM)
daerah. dan batasan legal formal, juga sering
Dalam UU No.34 Tahun 2000 dan kali sebagai penghambat kemampuan
PP pendukungnya, yaitu PP No.65 daerah dalam menggali dan
Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan mengembangkan potensi pendapatan
PP No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi yang dimilikinya.
Daerah menjelaskan perbedaan antara Pemerintah Kabupaten Kutai
jenis pajak daerah yang dipungut oleh Barat, dalam perencanaan sumber-
propinsi dan jenis pajak yang dipungut sumber potensi penerimaan Pendapatan
oleh kabupaten/kota. Sementara itu, Asli Daerah, telah menetapkan beberapa
pemerintah daerah kabupaten/kota sumber unggulan termasuk pajak
diberi kewenangan untuk memungut 7 reklame.
(tujuh) jenis pajak, yaitu : (i) Pajak Dalam pemungutan terhadap
Hotel; (ii) Pajak Restoran; (iii) Pajak pajak reklame tersebut Pemerintah
Hiburan; (iv) Pajak Reklame; (v) Pajak Kabupaten Kutai Barat tidak
Penerangan Jalan; (vi) Pajak berdasarkan pada perhitungan potensi
Pengambilan Bahan Galian Golongan yang tepat tetapi masih didasarkan pada
C; (vii) Pajak Parkir. target, sehingga hal tersebut dirasakan
Namun demikian, krisis ekonomi tidak memberikan peningkatan yang
yang terjadi sejak beberapa tahun berarti bagi Pemerintah Daerah.
terakhir di Indonesia telah Berkaitan dengan uraian tersebut
menimbulkan dampak negatif terhadap di atas, dalam studi ini akan dilakukan
kinerja perekonomian nasional maupun eksploitasi pajak reklame yang
daerah. Dari sudut pandang keuangan merupakan salah satu jenis pajak yang
daerah, krisis multidimensi ini telah potensial untuk dikembangkan sebagai
meyebabkan penurunan kemampuan salah satu pajak primadona untuk

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


184 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

menyumbang peningkatan PAD di bersangkutan serta mencoba untuk


Kabupaten Kutai Barat dengan cara membuat strategi pengembangannya
melakukan pemetaan potensi pajak yang dalam arti luas.
KERANGKA TEORITIS pajak. Sedangkan pajak yang berfungsi
Pajak Daerah reguleerend adalah pajak yang tidak
Berdasarkan Undang-Undang memperhatikan apakah hasilnya
Nomor 34 Tahun 2000 tentang memadai atau tidak, yang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor menjadiperhatian adalah kefungsian
18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah untuk mengatur suatu hal.
dan Retribusi Daerah, yang dimaksud Melihat dua karakteristik tersebut,
dengan Pajak Daerah adalah iuran wajib dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak
yang dilakukan oleh orang pribadi atau yang budgetair pasti ditarik ke
badan kepada daerah tanpa imbalan pemerintah yang lebih tinggi,
langsung yang seimbang, yang dapat sedangkan daerah hanyalah diberi pajak
dipaksakan berdasarkan peraturan yang berfungsi reguleerend, dan tidak
perundang-undangan yang berlaku, memiliki kemampuan untuk
yang digunakan untuk membiayai memperkuat posisi keuangandaerah.
penyelenggaran pemerintahan daerah Namun demikian, tidak semua pajak
dan pembangunan daerah. daerah nonbudgetair. Banyak juga
Menurut Davey (1988), pajak pajak daerah yang budgetair.
daerah adalah pungutan yang Contohnya pajak hotel dan restoran di
dikumpulkan dan ditahan oleh kabupaten/kota, dan bagi kota-kota
pemerintah regional sendiri. Riwu Kaho tertentu pajak ini memberikan
(1997) mengemukakan bahwa pajak kontributor terbesar bagi PAD, dimana
daerah adalah pajak yang dipungut oleh PAD mencapai 40% dari total
daerah-daerah swatantra. penerimaan keuangan daerah (Riwu
Fungsi Pajak Daerah Kaho, 1997). Di berbagai kabupaten,
Pajak daerah memiliki dua fungsi, pajak penerangan jalan merupakan
yaitu fungsi budgetair dan fungsi pajak dengan hasil terbesar diatas
reguleerend. Pajak yang berfungsi penerimaan pajak daerah lainnya.
budgetair adalah pajak yang Dengan demikian, tetap diperlukan
menghasilkan banyak penerimaan

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


185 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

suatu pembahasan mengenai pajak pendapatan masyarakat, akibatnya


daerah dari fungsi budgetair. perputaran ekonomi yang semula
Equity (Keadilan Pajak dan berputar dengan cepat menjadi lebih
Retribusi Daerah) lambat. Melalui keseimbangan dan
Menurut Musgrave & Musgrave hubungan antara pendapatan dengan
(1989), arti penting keadilan terdapat pengeluaran keseluruhan, maka dapat
pada kenyataan bahwa setiap orang diketahui bahwa pendapatan terbentuk
harus mendapat bagian yang layak dari pengeluaran konsumsi masyarakat,
dalam kegiatan pemerintah yang mereka pengeluaran tabungan masyarakat, dan
biayai sendiri. Namun sampai saat ini pengeluaran pajak.
tidak diperoleh kepastian mengenai apa Ability to Implement (Kemampuan
yang dimaksud dengan bagian yang Melaksanakan)
layak. Biasanya orang menilai keadilan Kelayakan suatu daerah untuk
berdasarkan dua pendekatan, pertama melaksanakan pungutan dapat diketahui
adalah pendekatan manfaat membayar dari beberapa kriteria, yaitu apakah
ini, dikenal istilah keadilan horizontal daerah tersebut memang daerah yang
dan keadilan vertikal. Adapun yang tepat untuk suatu pajak dibayarkan,
dimaksudkan keadilan horizontal tempat memungut pajak adalah tempat
menurut Devas (1988) adalah beban akhir beban pajak, dan pajak tidak
pajak haruslah sama benar antara mudah dihindari. Apabila suatu daerah
berbagai kelompok yang berbeda tetapi memiliki ketiga criteria tersebut, maka
dengan kedudukan ekonomi yang sama. daerah tersebut layak sebagai daerah
Sedangkan keadilan vertikal adalah pemungut pungutan daerah.
kelompok yang memiliki sumber daya Kelayakan tersebut akan terlihat
yang besar membayar lebih banyak dengan kemampuan politis daerah
daripada yang memiliki sumber daya untuk memungut pajak dan retribusi
kecil. daerah, yaitu pemungutan pajak dan
Economic Efficiency (Efisiensi retribusi daerah didukung oleh seluruh
Ekonomi) lapisan masyarakat, terutama wajib
Pajak dapat menjadi penghambat pajak. Selanjutnya, kemampuan secara
perkembangan dan pertumbuhan politis akan diimplementasiikan dalam
perekonomian. Sebab, pajak menyerap

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


186 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

kemampuan administrasi pemungutan ekonomi berupa daerah tersebut mampu


pajak dan retribusi daerah. untuk melaksanakan pajak tersebut,
Suitability as a Local Source maka pada saat yang sama pungutan
(Kesesuaian sebagai Penerimaan tersebut memiliki nilai ekonomi berupa
Daerah) sesuai sebagai pungutan daerah.
Yang dimaksud dengan suitability Efisiensi dan Efektivitas Pajak
as a local source (kesesuaian pungutan reklame
sebagai penerimaan daerah) dapat Efisiensi pajak reklame
dilihat dari dua hal, pertama merupakan alat yang dapat digunakan
dibandingkan dengan daerah yang untuk mengukur hasil realisasi pajak
sejenis, dan kedua dibandingkan dengan reklame untuk menutup biaya
daaerah yang lebih tinggi. Keseuaian pemungutan pajak yang bersangkutan,
dari hal yang pertama, yaitu kesesuaian (hubungan antara input dan output).
dibandingkan dengan daerah sejenis Ukuran efisiensi dengan kriteria
sebenarnya paralel dengan ability to penilaian berdasarkan Kepmendagri
implement Nomor 690.900.327 tahun 1994 tentang
(kemampuan melaksanakan). Pedoman Penilaian dan Kineja
Dengan kata lain, apabila suatu Keuangan dapat dilihat dalam tabel
pungutan di daerah memiliki nilai berikut ini.
Tabel 1 Kriteria Kinerja Keuangan
Persentase Kinerja Keuangan Persentase
100% keatas Tidak efisien
90% – 100% Kurang efisien
80% – 90% Cukup efisien
60% – 80% Efisien
Kurang dari 60% Sangat efisien
Sumber: Kepmendagri (1994)
Efektivitas menurut Devas, dkk, biaya serendah-rendahnya dan dalam
(1989) adalah hasil guna kegiatan waktu secepat-cepatnya.
pemerintah dalam mengurus keuangan Nilai efektivitas diukur
daerah harus sedemikian rupa sehingga berdasarkan Kepmendagri Nomor
memungkinkan program dapat 690.900.327 Tahun 1994 tentang
direncanakan dan dilaksanakan untuk Pedoman Penilaian dan Kinerja
mencapai tujuan pemerintah dengan

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


187 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

Keuangan yang disusun dalam tabel berikut ini.


Tabel 2 Kriteria Kinerja Keuangan
Persentase Kinerja Keuangan Persentase
100% keatas Sangat efektif
90% – 100% efektif
80% – 90% Cukup efektif
60% – 80% Efektif
Di bawah dari 60% Tidak efektif

Sumber: Kepmendagri (1994)


METODE PENELITIAN adalah pendekatan kuantitatif yang
Jenis penelitian yang digunakan diperkuat dengan pendekatan kualitatif
adalah penelitian eksploratif. Penelitian dalam analisis.
tersebut sangat flesibel dan tidak Metode Perhitungan Potensi
terstruktur sehingga mempermudah Rumus yang akan digunakan untuk
pencarian ide serta petunjuk mengenai menghitung potensi adalah sebagai
situasi permasalahan. Sedangkan berikut :
pendekatan penelitian yang digunakan
1. Untuk reklame tetap yang 3. Besarnya Pokok Ketetapan Pajak
mempunyai satu sisi dengan jenis reklame untuk produk rokok
produk selain rokok ditambah 25 %
PKP = NPS x L PKP = NPS x L x S + (NPS x L x
2. Untuk reklame tetap yang S) x 25 %
mempunyai sisi lebih dari satu 4. Besarnya Pokok Ketetapan Pajak
besarnya pokok Reklame Insidentil
PKP = NPS x L x S PKP = NPS x JS

Mengukur Efisiensi biaya yang dikeluarkan dengan hasil


Efisiensi yaitu perbandingan antara penerimaan dari pajak

Mengukur Efektivitas Pengukuran efektivitas dilakukan untuk


mengetahui tingkat keberhasilan dalam

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


188 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

mencapai sasaran/target yang efektivitas pajak,


ditetapkan. Metode pengukuran tingkat

Pendekatan Kualitatif faktor internal dengan faktor eksternal


Pendekatan kualitatif secara sistematis untuk dapat
menggunakan analisis SWOT,yaitu merumuskan strategi kinerja
singkatan dari lingkungan internal penerimaan.
(stregths dan weakness serta lingkungan Untuk itu maka perlu ditentukan
eksternal opportunities dan threats) sumber koordinat X dan Y sebagai
(Rangkuti, 2000). berikut. Sumbu X = Nilai Kekuatan, (S)
Pada dasarnya analisis SWOT – Nilai Kelemahan (W) ,Sumbu Y =
dapat digunakan untuk mengidentifikasi Nilai Peluang (O) – Nilai Ancaman (T).
hubungan antara

ANALISIS DAN PEMBAHASAN pajak reklame tersebut. Potensi titik-


Pengukuran Potensi Pajak titik pajak reklame relatif bervariasi,
Penetapan target pemungutan hal ini tergantung pada panjang jalan,
pajak reklame di kabupaten Kutai Barat letak jalan, apakah merupakan jalan
secara keseluruhan belum ditetapkan utama, jalan kelas satu atau jalan kelas
berdasarkan potensi titik-titik yang ada, dua, jumlah kendaran yang
hal ini di sebabkan belum adanya melewatinya, tingkat aktivitas
pendataan yang baik terhadap potensi penduduk, jumlah penduduk, jalan

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


189 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

pertigaan atau persimpangan, serta tersebut belum sepenuhnya


berdekatan dengan lokasi pasar atau disosialisasikan kepada para wajib
taman/tempat rekreasi. pajak pemasang iklan dan biro-biro
Untuk itu, maka Dinas iklan, sehingga mereka masih tetap
Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai mengacu pada tarif pungutan pajak
Barat sebagai instansi teknis yang reklame sesuai Perda sebelum
menagani pajak reklame tersebut, dapat kabupaten Kutai Barat berdiri tanggal 4
melakukan pendataan yang baik, agar Oktober 1999 sebagai kabupaten
memudahkan petugas dalam pemekaran dari wilayah Kabupaten
melakukan pengawasan terhadap target Kutai yang ditetapkan berdasarkan
pemungutan pajak reklame, bahkan Undang-Undang Nomor: 47 Tahun
apabila ada permasalahan yang muncul 1999.
segera dicari permasalahan dan cara Tabel 3 memperlihatkan tarif
pemecahannya. pemungutan pajak reklame di
Dalam implementasinya, Kabupaten Kutai Barat.
Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2002
tentang pajak reklame belum
sepenuhnya dijalankan dengan baik
oleh petugas pungut.
Kondisi ini disebabkan karena
Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2002
Tabel 3 Tarif Pungutan pajak reklame di Kabupaten Kutai Barat Tahun 2015
Berdasarkan Peraturan DaerahKutai Barat No. 5 Tahun 2005
No. Jenis Reklame Ukuran/Unit Jangka Waktu Tarif
Pemasangan
1. Reklame Papan 1 CM2. 1 tahun Rp. 5,00.-
- Diatas tanah/Bangunan 1 CM2. 1 tahun Rp. 6,00,-
milik/
Dikuasai Pemda
2 Reklame Spanduk, 1 lembar. 1 hari Rp 500,-
Umbul – umbul dan
layar.
3 Reklame bersinar. Perhuruf, 1 tahun Rp. 5.000,-
- Neon Sign. angka, logo. 1 tahun Rp. 50,-
- Lampu Pijar. 1 CM2 1 tahun Rp. 50,-
- Alat bersinar lainnya. 1 CM2
- Diatas tanah /bangunan 1 tahun Rp. 6.000,-
milik/ Perhuruf, 1 tahun Rp. 50,-

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


190 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

dikuasai Pemda. angka, logo. 1 tahun Rp. 50,-


· Neon Sign 1 CM2
· Lampu Pijar 1 CM2
· Alat Bersinar lainnya
4 Reklame Kendaraan 1 kend 1 bulan Rp. 25.000,-
5 Reklame Film 1 film 1 hari Rp 500,-
6 Reklame Slide 1 slide 1 hari Rp 300,-
7 Reklame Poster Rp 6.000,-
· Dipasang diluar 1 M2 1 tahun Rp 3.000,-
· Dipasang didalam 1 M2 1 tahun Rp 2.500,-
· Baligo 1 M2 1 bulan Rp 50,-
Sumber : Keterangan tarif selanjutnya dpt dilihat di Bab 5 Psl 16, Perda No. 5
Tahun 2005
Dalam penetapan tarif pajak mengimplementasikan Peraturan
reklame, Pemerintah Kabupaten Kutai Daerah Kutai Barat Nomor 5 Tahun
Barat belum didasarkan pada klasifikasi 2005 tentang pajak Reklame dengan
kelas jalan yang sesuai potensi, maka menambah atau mengintensifkan
Pemerintah Daerah dalam potensi obyek pajak reklame dengan
meningkatkan penerimaan melalui memasukan variabel jenis reklame lain
pajak reklame, perlu melakukan yang di pasang dengan menggunakan
pembenahan serta segera papan nama.
Pengukuran Efisiensi Pemungutan pemborosan agar efisiensi dapat
Pajak ditingkatkan.
Berdasarkan hasil perhitungan Pengukuran Efektivitas Pemungutan
selama periode analisis, dapat dikatakan Pajak
bahwa pemungutan pajak reklame Pengukuran ini melihat tingkat
tergolong kurang efisien karena angka efektivitas realisasi pemungutan pajak
yang diperoleh adalah sangat rendah reklame di Kabupaten Kutai Barat
dibandingkan dengan potensi riilnya. selama dilakukannya kajian, yaitu tahun
Dalam rangka peningkatan efisiensi di anggaran 2009. Tingkat efektivitas
tahun mendatang, maka Pemerintah pemungutan pajak reklame di
Kabuaten Kutai Barat khususnya Dinas Kabupaten Kutai Barat selama tahun
Pendapatan Daerah berusaha untuk anggaran 2009 dapat dikatakan cukup
meminimalkan serta menghilangkan efektif.
biaya-biaya yang dianggap tidak perlu Tingkat efektivitas rata-rata
dikeluarkan sehingga tidak terjadi cukup tinggi, hal ini dapat diartikan
bahwa sebenarnya target penerimaan

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


191 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

yang selama ini ditetapkan oleh dalam proses pemungutan pajak


Pemerintah Kabupaten Kutai Barat reklame, yang dapat memberikan
masih di bawah potensi yang keunggulan komparatif sebagai
sebenarnya, oleh karena itu Dinas pendorong berkembangnya pemungutan
Pendapatan Daerah selaku instansi pajak reklame sehingga dapat
teknis yang terkait dengan usulan meningkatkan penerimaan dari
penetapan target penerimaan pajak pendapatan pajak reklame. Kelemahan
reklame perlu melakukan perhitungan merupakan keterbatasan sumber daya
secara akurat terhadap besarnya potensi dari intenal yang merintangi
penerimaan pajak reklame sehingga berkembangnya peningkatan
penerimaan pajak reklame berdasarkan pendapatan pajak reklame. Peluang
target yang ditetapkan dapat lebih merupakan kondisi eksternal baik saat
ditingkatkan lagi. ini maupun perkiraan di masa yang
Penetapan target yang selama ini akan datang yang menguntungkan bagi
digunakan oleh Dinas perkembangan peningkatan penerimaan
PendapatanDaerah Kabupaten Kutai pajak reklame. Ancaman merupakan
Barat bersifat persentase realisasi tahun kondisi eksternal baik saat ini maupun
sebelumnya, sehingga kondisi tersebut perkiraan di masa yang akan datang
tidak memberikan penerimaan yang yang tidak menguntungkan dan
besar bagi peningkatan pendapatan asli merupakan ancaman bagi kelangsungan
daerah. Untuk itu, maka sebaiknya penerimaan pajak reklame.
Dispenda Kabupaten Kutai Barat harus Dengan penjelasan di atas, maka
melakukan pendataan atas potensi titik- analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
titik tempat pemasangan reklame, sebab Opportunities dan Threats) dalam
melalui pendataan ini dapat diketahui penelitian ini dilakukan kepada pihak
kondisi riil titik-titik tempat internal yakni Dinas Pendapatan Daerah
pemasangan reklame sehingga Kabupaten Kutai Barat dan pihak
penetapan target sesuai dengan kondisi eksternal yakni para pemasang iklan
atau potensi yang sebenarnya. reklame dan biro iklan yang
Analisis SWOT menggunakan titik-titik tempat
Dalam penelitian ini, kekuatan pemasangan reklame sebagai tempat
merupakan kemampuan yang dimiliki

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


192 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

didirikannya produk yang akan di dengan responden, maka sepakat


promosikan. menetapkan empat faktor variabel kunci
Analisis ini dimaksudkan untuk yaitu organisasi, sumber daya manusia,
mengidentifikasi faktor internal dan sarana dan prasarana serta pengawasan.
eksternal guna mengetahui posisi Kemudian dari ke empat faktor variabel
kinerja Dinas Pendapatan Daerah tersebut diberikan bobot untuk masing-
Kabupaten Kutai Barat pada peta masing yaitu 30% untuk organisasi,
SWOT dan peta matriks SWOT, 25% untuk sumber daya manusia, 25%
sehingga dalam membuat kebijakan untuk sarana dan prasarana serta 20%
strategis dapat ditentukan untuk untuk pengawasan. Setelah penentuan
meningkatkan kinerja pemungutan variabel kunci dan pembobotan, maka
pajak reklame. dilakukan analisis terhadap faktor-
Data yang digunakan dalam faktor variabel kunci dengan
pembahasan analisis SWOT ini memberikan skor (rating) sebagai
diperoleh dari hasil wawancara maupun berikut:
penyebaran kuesioner, di mana hasil Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut dikelompokan lalu diberi skor tertimbang, yaitu perkalian antara
pembobotan. Berdasarkan hasil bobot, sub bobot dan nilai, maka
pengamatan dan observasi di lapangan rekapitulasinya dapat disajikan pada
serta hasil wawancara dan diskusi Tabel 5.8 sebagai berikut.
Tabel 5 Rekapitulasi Nilai Tertimbang dari Masing-Masing Variabel
Nilai Internal Nilai Eksternal
No. Variabel S W O T
1. Organisasi 1,18 -1,12 1,30 -1,10
2. Sumber Daya 0,86 -0,77 0,83 -0,78
3. Sarana Prasarana 0,89 -0,82 0,95 -0,69
4. Pengawasan 0,75 -0,60 0,73 -0,62
Total 3,68 -3,33 3,81 -3,19
Sumber : Hasil perhitungan data (diolah)

Setelah perhitungan skor perpotongan antara absis dan ordinat


tertimbang antara nilai internal dan yang mana absis terletak pada sumbu X
eksternal di atas, maka ditentukan titik yaitu selisih antara nilai kekuatan dan

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


193 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

kelemahan, sedangkan ordinat terletak kelemahan sebesar 0,35 serta selisih


pada sumbu Y yaitu selisih antara antara peluang dan ancaman sebesar
peluang dan ancaman. Dari Tabel 5 di 0,62. Dengan demikian koordinatnya
atas, dapat diketahui total nilai dari adalah 0,35 dan 0,62, di mana titik
variabel internal dan eksternal yaitu perpotongan tersebut terletak pada
total nilai kekuatan sebesar 3,68, kuadran I yaitu tepatnya pada areal
kelemahan sebesar –3,33, peluang stablegrowth, hal ini nampak pada
sebesar 3,81, dan ancaman sebesar - diagram SWOT sebagai berikut.
3,19. Selisih antara titik kekuatan dan

Sumber : Rangkuti (2000)

Gambar 2 Diagram Analisis SWOT, Potensi dan Efesiensi Pemungutan Pajak


reklame di Kabupaten Kutai Barat

Dari Gambar 2 dapat dilihat demikian titik koordinatnya adalah


bahwa posisi peta SWOT menghasilkan sebesar 0,35 dan 0,65 yang berada pada
variabel kekuatan sebesar 3,68, kuadran 1 atau pada posisi stable
kelemahan sebesar – 3,33, peluang growth. Area ini menunjukkan bahwa
sebesar 3,81, dan ancaman –3,19, keseluruhan penerimaan dari pajak
sehingga nilai absis adalah 0,35 dan reklame selama ini sangat kecil bila
ordinatnya adalah sebesar 0,65, dengan dibandingkan dengan potensi pasar

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


194 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

yang dimiliki, dan penerimaan pajak strategi pertumbuhan yang stabil atau
reklame yang diperoleh selama ini stable growth strategy.
dilakukan sebatas kemampuan yang Dalam meningkatkan pajak
dimiliki oleh Dispenda selaku pengelola reklame, Dispenda Kabupaten
pajak reklame serta penerimaan tersebut Kutai Barat menggunakan matriks
tidaklah drastis melainkan secara SWOT dengan memasangkan faktor
bertahap. Strategi ini disebut sebagai internal dan eksternal sebagaimana
nampak dalam Tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6 Matriks Strategi SWOT Penggelolaan Pajak Reklame Dispenda
Kabupaten Kutai Barat
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Adanya obyek dan 1. Terbatasnya SDM
subyek pajak reklame yang profesional
Internal yang jelas 2. Penetapan target
2. Adanya dasar hukum penerimaan pajak
yang jelas reklame belum sesuai
3. Sarana dan Prasarana dengan potensi yang
mendukung ada
4. Adanya biaya 3. Pengawasan dan
operasional dan upah sangsi hukum yang
pungut yang memadai lemah
5. Adanya koordinasi dan 4. Fasilitas selain
pembagian tugas yang transportasi yang
jelas kurang
Eksternal 5. Pelaksanaan Tupoksi
Dispenda belum
optimal

Peluang (O) Strategi S/O Strategi W/O


1. Adanya obyek 1. Gunakan dasar hukum 1. Menfaatkan SDM yang
pajak reklame baru pajak reklame yang ada profesional melalui
yang belum digali sebagai landasan guna pelatihan, diklat atau
dan dioptimalkan memanfaatkan peluang mutasi pegawai dari
2. Adanya 2. Diperlukan adanya Instansi lain
pengembangan pembagian tugas secara 2. Meningkatkan kualitas
oleh lembaga jelas untuk mempertegas dan ketrampilan SDM
Perguruan Tinggi Tupoksi dan kewenangan malalui pendidikan
3. Kerjasama dengan Dinas formal maupun non
perguruan tinggi 3. Melakukan pendataan formal
dalam efisiensi pada obyek potensial 3. Penerapan sangsi
organisasi dan baru yang belum hukum kepada petugas
perhitungan dikenakan pajak reklame pungut atau wajib
potensi daerah dengan kerja sama dan pajak yang melanggar
koordinasi antar instansi ketentuan hukum

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


195 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

4. Meningkatkan pengadaan 4. Menambahkan fasilitas


sarana dan prasarana transportasi bagi
5. Meningkatkan biaya petugas pemungut
operasional dan upah pajak reklame
pungut serta insentif 5. Masing-masing Subdin
yang memadai kepada dan Seksi dapat
petugas pungut pajak melaksanakan Tupoksi
reklame sesuai dengan bidang
tugas dan
kewenangannya.
Ancaman Strategi S/T Strategi W/T
1. Adanya kerja sama 1. Mengambil tindakan 1. Melakukan evalusi
antar petugas dan keras terhadap terhadap kinerja
wajib pajak petugaspajak yang pungutan pajak setiap
2. Kesadaran akan melakukankolusi dengan akhir bulan
manfaat pajak bagi wajib pajak 2. Melakukan sosialisasi
wajib pajak dan 2. Melakukan tentang manfaat
bagi Pemda masih Penyuluhankepada wajib membayar pajak
rendah pajak terlebih dahulu kepada
3. Ketrampilan 3. Meningkatkanketrampila wajib pajak
petugas pemungut n para petugaspemungut 3. Kerja sama dengan
pajak reklame pajakmelalui Diklat perguruan tinggi untuk
masih kurang teknis melakukan pelatihan
4. Budaya organisasi 4. Melakukan dibidang pajak
yang kurang pendekatandengan tokoh 4. Peningkatan
mendukung masyarakatuntukmensosi pelayanaan melalui
5. Keengganan pihak alisasikan penyediaan fasilitas
swasta untuk manfaatmembayar pajak secara khusus
bekerja sama 5. Libatkan swasta 5. Pemberian kemudahan
dalampengelolaan dan penyediaan
sumber dayaekonomi fasilitas bagi pihak
daerah swata yang kerja sama
dengan Pemkab.

Sumber : data diolah

KESIMPULAN potensi ini adalah jumlah penerimaan


Potensi penerimaan Pajak Reklame dari pajak reklame. Efisiensi
selama periode pengamatan yaitu tahun pemungutan pajak reklame di
anggaran 2015 jauh lebih besar jika Kabupaten Kutai Barat selama periode
dibandingkan realisasi yang diterima pengamatan yaitu tahun anggaran 2015
melalui penetapan target oleh Dinas masih sangat rendah.
Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Efektivitas pemungutan pajak reklame
Barat. Variabel untuk menghitung di Kabupaten Kutai Barat selama

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


196 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

periode pengamatan nilainya ini mengatasi kelemahan dengan


menunjukkan bahwa pemungutan pajak memanfaatkan peluang yang ada.
reklame kurang efektif selama tahun SARAN
anggaran 2015. Untuk lebih meningkatkan
Berdasarkan hasil tersebut Pendapatan Asli Daerah melalui Pajak
disimpulkan bahwa pemungutan pajak Daerah, maka Pemerintah Kabupaten
reklame di Kabupaten Kutai Barat Kutai Barat telah menetapkan Peraturan
menunjukkan kinerja yang tergolong Daerah Nomor 5 Tahun 2005 tentang
kurang efektif. Untuk itu, hendaknya pajak reklame, sehingga tarif pajak
Pemerintah Kabupaten Kutai Barat reklame telah berubah dan adanya
terus memperhatikan kinerja tersebut penambahan potensi baru sebagai obyek
dengan melakukan pendataan dan pungutan.
perhitungan atas potensi pajak reklame Dalam mengimplementasikan
secara akurat dan tepat karena melalui Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005
pendataan ini dapat diketahui kondisi tentang Pajak reklame baru tersebut
riil di lapangan sehingga penerimaan agar penerimaan pajak reklame terus
pajak reklame berdasarkan target yang meningkat sesuai dengan target yang
ditetapkan dapat lebih ditingkatkan. ditetapkan, maka hendaknya Pemerintah
Analisis SWOT menunjukkan Kabupaten Kutai Barat dapat
bahwa sistem dan kinerja pemungutan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
pajak reklame di Kabupaten Kutai Barat Perlu dilakukan sosialisasi tentang
berada pada posisi stable growth. Area pemberlakuan tarif pajak reklame yang
ini menunjukkan bahwa kemampuan baru kepada para produsen atau wajib
pemungutan pajak reklame di pajak dan biro iklan, agar proses
Kabupaten Kutai Barat lebih kecil bila pemungutan pajak reklame oleh petugas
dibandingkan dengan potensi yang ada, tidak mengalami hambatan. Hal ini
sehingga usaha pertumbuhannya tidak perlu disadari oleh Dinas Pendapatan
dratis melainkan secara bertahap Daerah Kabupaten Kutai Barat sebagai
melalui strategi yang stabil atau stable instansi pengelola pajak reklame,
growth strategy yang mana pada posisi karena tarif yang diberlakukan terkesan
ini strategi WO digunakan untuk sangat meringankan para produsen
pemasang iklan. Potensi pajak reklame

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


197 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

yang merupakan obyek pungutan pajak pemecahannya. Bahkan Pemerintah


daerah baru yang saat ini belum Kabupaten Kutai Barat dalam
dipungut biaya pajak reklame sesuai menentukan dan menetapkan target
Perda Nomor 5 Tahun 2005, seperti penerimaan pajak reklame dalam APBD
papan nama perusahaan, di tempat harus berdasarkan pada potensi yang
lokasi perusahaan beroperasi agar sebenarnya.
segera dipungut biaya pajak reklame, Meningkatkan efisiensi
karena potensi tersebut sudah ada dasar pemungutan yaitu dengan cara
hukumnya. mengurangi atau bahkan
Untuk meningkatkan penerimaan menghilangkan biaya-biaya yang tidak
pajak reklame, maka perlu pembuatan perlu di mana persentase biaya
lokasi-lokasi titik-titik jalan untuk pemungutan diusahakan lebih rendah
potensi pemasangan iklan papan nama, atau lebih kecil dari persentase
penambahan fasilitas dan peningkatan peningkatan realisasi penerimaan
pelayanan kepada para produsen sehingga dari tahun ke tahun pungutan
pemasang papan nama. Agar pajak reklame menunjukkan adanya
mempunyai dasar hukum yang kuat, peningkatan efisiensi.
Perda tentang pelayanaan pajak reklame Realisasi pajak reklame
yang baru harus segera diperbarui, agar ditingkatkan untuk meningkatkan
penerapan sangsi hukum terhadap wajib efektivitas. Dalam penetapan target
pajak dan petugas pungut yang harus berdasarkan pendataan yang
melanggar dapat ditindak tegas. dilakukan secara lansung oleh Dinas
Selanjutnya penerimaan realisasi pajak Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai
reklame mendekati target, dan target Barat agar penetapan target benar-benar
mendekati potensi, Dinas Pendapatan sesuai potensi yang ada, dan juga perlu
Daerah Kabupaten Kutai Barat harus tingkatakan pengawasan terhadap
melakukan pendataan terhadap kondisi pelaksanaan pemungutan pajak reklame
riil lapangan dan membandingkan baik terhadap wajib pajak maupun
dengan potensi, sehingga apabila target terhadap petugas pemungut pajak
yang ditetapkan dari pajak reklame reklame.
tidak dicapai maka dengan mudah Untuk meningkatkan penerimaan
diketahui permasalahan dan dicari pajak reklame maka strategi yang dapat

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


198 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

dilaksanakan adalah menfaatkan SDM


Davey, K.J. 1988. Pembiayaan
yang profesional melalui pelatihan,
Pemerintahan Daerah. Jakarta:
diklat atau mutasi pegawai dari instansi UI-Press.
lain, meningkatkan kualitas dan
Devas, N, Binder. B, Booth, A, Davey,
keterampilan SDM malalui pendidikan K, Kelly, R. 1989. Keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia,
formal maupun non formal, penerapan
(terjemahan Masri Maris). Jakarta:
sangsi hukum kepada petugas pungut UI-Press.
atau wajib pajak yang melanggar
Kaho, Josep Riwu. 1997. Prospek
ketentuan hukum. Otonomi Daerah di Negara
Republik Indonesia. Jakarta:
Menambahkan fasilitas
Raja Grafindo Persada.
transportasi bagi petugas pemungut
Mangkoesoebroto, Guritno. 1993.
pajak reklame, dan tingkatkan
Ekonomi Publik, Edisi Tiga.
koordinasi antara masing-masing Bagian Penerbitan Fakultas
Ekonomi UGM: Yogyakarta.
Subdin dan Seksi agar dapat
melaksanakan Tupoksi sesuai dengan Miller, S.M. and Russek, F, 1997.
Fiscal Structures and Economic
bidang tugas dan kewenangannya
Growth at The State and Lokal
Perlu dibuat tempat pemasangan Level, Public Finance Review, Vol
25, No.2, 213-237.
reklame permanen dari pipa-pipa besi
untuk reklame insidentil, seperti Musgrave, R. A. and Musgrave, P. B.,
(1991). Keuangan Negara dalam
spanduk sehingga tidak ada kesan
Teori danPraktek. Jakarta:
pemasangan reklame insidentil ini Penerbit Erlangga.
sembarangan dan merusak
Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT
pemandangan. Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: Penerbit PT.Gramedia
Agar dapat di pasang lampu jalan
Pustaka Utama.
umum untuk jalan-jalan strategis, selain
Republik Indonesia. 2000. Undang-
berfungsi untuk penerangan jalan
Undang Republik Indonesia,
sekaligus berfungsi untuk penerangan Nomor 34 Tahun 2000, tentang
Pajak Daerah dan Retribusi
papan reklame.
Daerah, Sekretaris Negara RI,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.
Depdagri. 2004. Peraturan Pemerintah
. 2000.Undang-
Republik Indonesia Nomor 65
undang Nomor 22 Tahun 1999
Tahun 2001 tentang Pajak
tentang Pemerintahan Daerah.
Daerah. Jakarta: Direktorat
Jenderal Otonomi Daerah.

RJABM Volume 1 No.2 December 2017


199 Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM) ; P-ISSN : 2580-3115 ; E-ISSN: 2580-3131

. 2000. Undang- tentang Pajak Daerah dan


undang Nomor 25 Tahun 1999 Retribusi Daerah.
tentang Perimbangan Keungan Pusat
dan Daerah Rosen, Harvey, S. 1998. Public
Finance. Illionis: Richard D.
.2015. Undang- Irwin.
Undang Nomor 9 Tahun 2015
tetang Perubahan Kedua Atas Stiglittz, Joseph E. 1986. Economics of
Undang-undang nomor 23 tahun the Public Sector. New York:
2014 tentang Pemerintah Daerah. W.W. Norton & Company.
.2009. Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2009

RJABM Volume 1 No.2 December 2017

S-ar putea să vă placă și