Sunteți pe pagina 1din 26

Laporan Pendahuluan Askep keluarga DM

A. Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Menurut beberapa ahli pengertian keluarga yaitu
1. Duvall dan Logan (1986). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota
keluarga.
2. Balion dan Maglaya (1978). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam
satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing – masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu budaya
3. Friedman (1998). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain .
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai peran
sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota
b. Struktur Keluarga
1. Dominsi struktur keluarga
a) Dominasi jalur hubungan darah
 Patrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah.
Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
 Matrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu.
Suku padang salah satu suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.
b) Dominasi pengambilan tempat tinggal
 Patrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami.
 Matrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri
c) Dominasi pengambilan keputusan
 Patriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami
 Matriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
2. Ciri – ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing – masing
3. Ciri – ciri keluarga Indonesia
1) Suami sebagai pengambil keputusan
2) Merupakan suatu kesatuan yang utuh
3) Berbentuk monogram
4) Bertanggung jawab
5) Pengambil keputusan
6) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
7) Ikatan kekeluargaan sangat erat
8) Mempunyai semangat gotong royong
4. Elemen struktur keluarga
1) Struktur peran keluarga : menggambarkan peran masing – masing anggota keluarga
baik di dalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat
2) Nilai atau norma keluarga : menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini dalam keluarga.
3) Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi
diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam
keluarga.
4) Struktur kekuatan keluarga : menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku ke arah
positif
c. Macam-macam struktur/tipe/bentuk keluarga
1. Tradisional
 The nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
 The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah
 Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri
 The childress family : keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir
atau pendidikan yang terjadi pada wanita
 The extended family (keluarga luas/ besar) : keluarga yang terdiri dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah sepertinuclear family disertai : paman, tante,
orang tua (kakek – nenek), keponakan, dll
 The single parent family (keluarga duda/ janda) : keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini biasanya melalui proses perceraian,
kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
 Communter family : kedua orang tuanya bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pecan (week – end)
 Multigenerational family : keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
 Kin – network family : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang – barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televise, telepon,dll.
 Blended family : keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
 The single adult / living alone / single-adult family : keluarga yang terdiri dari orang
dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti
perceraian atau ditinggal mati.
2. Non – Tradisional
 The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah
 The strepparent family : keluarga dengan orang tua tiri
 Commune family : beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/ membesarkan anak bersama.
 The nonmorital heterosexual cohabiting family : keluarga yang hidup bersama
berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
 Gay and lesbian families : seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
 Cohabitating couple : orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
 Group marriage family : beberapa orang dewasa yang menggunakan alat – alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
 Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai – nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang – barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
 Foster family : keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/ saudara
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
 Homeless family : keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi
dan atau problem kesehatan mental
 Gang : sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang – orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya
d. Peranan keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga , kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3. Peranan anak : anak – anak melaksanakan peranan psiko – sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

e. Fungsi keluarga
 Fungsi biologis
1) Meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
 Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
 Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
3) Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga
 Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang (pendidikan, jaminan hari tua)
 Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangan
f. Tahap–tahap kehidupan/perkembangan keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum
seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 1999):
1) Pasangan baru (keluarga baru) Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
 Membina hubungan intim yang memuaskan
 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
 Mendiskusikan rencana memiliki anak
2) Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama) Keluarga yang menantikan kelahiran,
dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
pertama berusia 30 bulan:
 Persiapan menjadi orang tua
 Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Keluarga dengan anak pra-sekolah Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5
bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun :
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
 Membantu anak untuk bersosialisasi
 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
 Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
 Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
 Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
 Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4) Keluarga dengan anak sekolah Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia
enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
 Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5) Keluarga dengan anak remaja Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan
rumah orangtuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
 Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
 Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
 Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
 Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6) Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) Tahap ini dimulai pada saat anak pertama
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :

 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar


 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
 Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
 Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7) Keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal
 Mempertahankan kesehatan
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak
 Meningkatkan keakraban pasangan
8) Keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya
meninggal :
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
 Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
 Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
 Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
 Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
g. Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai
tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota
keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga
lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan
masyarakat.

h. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di bidang
kesehatan yaitu :
 Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidaksanggupan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala,
perawatan dan pencegahan TBC.
 Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi bahkan teratasi. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami
mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.
 Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika demikian,
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.
 Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan
membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan,
kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan
membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat
perawatan segera agar masalah teratasi.
i. Peran Perawat Keluarga
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
 Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
 Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat
tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah
sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat
kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan
kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat
melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Pengawas
kesehatan Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan
rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar
keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina
dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh
untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama
sekali produksi insulin (Brunner and Suddarth.2001) Diabetes mellitus adalah gangguan
metabolism yang ditandai dengan hiiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau aktivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, dan neuropati.
2. Etiologi
a. Diabetes Mellitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
 Faktor genetic/ herediter Peningkatakan kerentanan sel – sel beta dan
perkembangan antibody autoimun terhadap penghancuran sel – sel beta.
 Faktor infeksi virus Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara
genetic
 Faktor imunologi Respon autoimun abnormal yaitu antibody menyerang
jaringan normal yang dianggap jaringan asing
b. Diabetes Mellitus tipe II (NIDDM)
 Obesitas. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel target
diseluruh tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam
meningkatan efek metabolic.
 Usia. Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
 Riwayat keluarga
 Kelompok etnik
c. Diabetes Mellitus Malnutrisi Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi
pancreas
d. Diabetes Mellitus tipe lain
 Penyakit pancreas
 Penyakit hormonal
 Obat – obatan : aloxan, streptozokin, derivate thiazide
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi
insulin :
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva

4. Klasifikasi
1) Klasifikasi klinis
a. Diabetes Mellitus
 Tipe I : IDDM Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimun
 Tipe II : NIDDM Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin.

Resistensi insulin adalah turunya kemampuan insulin untuk merangsang


pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati :

 Tipe II dengan obesitas


 Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Diabetes kehamilan
2) Klasifikasi resiko statistic
1. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
2. Berpotensi menderita kelainan glukosa

5. Patofisiologi
Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel – sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa
yang berasal dari makanan dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
dieresis osmotic. Sebagai akibat dari dari kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam –
asam amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping
itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda – tanda dan gejala seperti
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani
akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang berhubungan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut.
Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi
pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom nonketoik (HHNK)
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun –
tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh, infeksi
vagina/pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Fathway :

Fathway DM

6. Data Penunjang
1) Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200mg/dl, 2 jam
setelah pemberian glukosa
2) Aseton plasma (keton) positif secara mandiri
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l
5) Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun
6) Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3
7) Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi
8) Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal
9) Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(tipe II)
10) Urine : gula dan aseton positif
11) Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan infeksi luka
7. Komplikasi
 Komplikasi akut
1. Hipoglikemia
2. Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
3. Ketoasidosis Diabetic

 Komplikasi kronik Umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan :


1. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Control kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda
awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular
2. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vascular perifer, dan vascular serebral
3. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
4. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih
5. Ulkus/gangrene/kaki diabetic

8. Penatalaksanaan
1. Medis Ada lima komponen dalam penatalaksaan Diabetes Mellitus yaitu : Diet
2. Memperbaiki kesehatan umum penderita
3. Mengarahkan pada berat badan normal
4. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
5. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
6. Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet Diabetes Mellitus yaitu :

1. Jumlah sesuai kebutuhan


2. Jadwal diit ketat
3. Jenis : boleh dimakan atau tidak

9. Obat
1. Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO)
2. Insulin
Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek keperawatan
yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan
proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (Mc Closkey & Grace, dalam Gusti 2013 : 51).

Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu
sebagai berikut (Suprajitno, 2004):

1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar


diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Data yang diperoleh dari pengkajian
 Berkaitan dengan keluarga
1. Data demografi dan sosiokultural
2. Data lingkungan
3. Struktur dan fungsi keluarga
4. Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5. Perkembangan keluarga

 Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga


1. Fisik
2. Mental
3. Emosi
4. Sosio
5. Spiritual
Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa keperawatan keluarga
yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah (Mubarak, 2012) :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau gejala
penyakit Diabetes Mellitus.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit
Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat
dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Mellitus.
4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus.
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan
dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit
Diabetes Mellitus.

2. Menentukan Diagnosa Keperawatan


Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun prioritas masalah dengan
menggunakan proses skoring seperti pada tabel berikut.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan Maglaya, 1978.

Skoring diagnosis keperawatan menurut bailon dan magiaya (1978)


No Kriteria skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala :
3
tidak/kurang sehat
2
Ancaman kesehatan 1
Keadaan sejahtera 1
2 Kemugkinan maslah dapat diubah
Skala :
2
Mudah
1
Sebagian 2
0
Tidak dapat
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
3
Tinggi
1
2
Sebagian
1
Rendah
4 Menonjolnya masalah :
Skala :
Masalah berat, harus segera ditangani
2
1
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani
1
Masalah tidak diraskan
0

Skoring

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria


2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

3. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus
yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria dan standar yang mengacu pada
penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada criteria dan
standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Melitus ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):
a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Melitus yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang
penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Melitus
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit
DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara lisan.
Intervensi :
 Jelaskan arti penyakit Diabetse Melitus.
 Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Melitus.
 Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit
Diabetes Melitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat
dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut dari
Penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan
Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang
tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat DM dan dapat
mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
 Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Melitus.
 Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Melitus.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
menderita Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan
penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita penyakit
Diabetes Melitus secara tepat.
Intervensi:
 Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Melitus.
 Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus .
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan
terhadap penyakit DM.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan
dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap
proses penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit
Diabetes Melitus .
Intervensi :
 Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit
Diabetes Melitus misalnya :
1. Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
2. Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
3. Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
 Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan
dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit
Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi :
 Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk
perawatan dan pengobatan Diabetes Melitus.
4. Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi
Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus,
yaitu :
 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus
1. Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.
2. Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.
3. Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit
Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat
dan luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :

1. Mendiskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.


2. Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus.

 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :

1. Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.


2. Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.

 Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat


mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Mellitus, yaitu :

1. Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
2. Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
3. Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
4. Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

 Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan


dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit
Diabetes Mellitus.
1. Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk
perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus.

5. Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun rencana baru yang sesuai
(Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus adalah:
1. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Mellitus.
2. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus.
3. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus.
4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
pencegahan.
5. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Melitus
DAFTAR PUSTAKA

S-ar putea să vă placă și