Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh
Kelompok 2
KURNIATI (90300116118)
NIRWANA (90300116112)
MARDALENA (90300116105)
AKRAM S (90300114161)
ILMU EKONOMI C
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemajuan perekonomian suatu bangsa dapat dilihat dari pertumbuhan ekonominya. Oleh
karena itu, setiap negara selalu berusaha memacu tingkat pertumbuhan ekonominya.
Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan karena memungkinkan masyarakat mengkonsumsi
barang dan jasa lebih banyak, dan menyumbang pada penyediaan barang-barang dan jasa-jasa
sosial yang lebih besar seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan standar hidup.
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam
suatu periode tertentu adalah produk domestik bruto. Menurut Badan Pusat Statistik, PDB
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara
tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi. Pada perekonomian Indonesia, PDB mengalami peningkatan setiap tahunnya dan laju
pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif.
PDB Indonesia terus mengalami penurunan yang berarti laju pertumbuhan ekonomi di
Indonesia juga melambat. Dalam hal ini peran pemerintah sangatlah penting dalam mendorong
kemajuan pertumbuhan ekonomi Pemerintah memiliki dua kebijakan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter
merupakan kebijakan yang berkaitan dengan jumlah uang beredar di masyarakat. Sedangkan
kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pengeluaran dan pendapatannya
dengan tujuan untuk menciptakan tingkat kesempaatan kerja yang tinggi tanpa inflasi (Sukirno,
2006:234).
Undang – undang tentang perpajakan dengan jelas mencantumkan kewajiban para wajib
pajak membayar pajak, jika tidak memenuhi kewajiban tersebut maka sanksi yang dikenakan
jelas. Tetapi di lapangan dapat terjadi seorang wajib pajak yang berskala besar dapat melakukan
kesepakatan dengan oknum petugas pajak untuk melakukan pengurangan jumlah nominasi pajak
sang wajib pajak. Pihak yang diuntungkan adalah wajib pajak dan oknum petugas pajak,
sedangkan pihak yang paling dirugikan adalah pihak pemerintah. Semua ini bersumber dari
kurangnya kesadaran tentang perpajakan baik dari pihak wajib pajak dan petugas pajak.
Beberapa faktor – faktor seperti kesadaran masyarakat dalam membayar pajak,
pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas
sistem perpajakan dan pelayanan fiskus dalam melayani kebutuhan wajib pajak, memiliki
kemungkinan mempengaruhi kemauan wajib pajak dalam membayar pajaknya.
Rumusan Masalah:
TINJAUAN TEORITIS
Pengeluaran pemerintah adalah bagian dari kebijakan fiskal (Sadono Sukirno,2000) yaitu
suatu tindakan pemerintah untuk menjalankannya perekonomian dengan cara menentukan
besarnya penerimaan dan menunggu setiap tahunnnya yang tercermin dalam dokumen Anggaran
Pendapatan Belanja (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Untuk daerah atau regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam kerangka menstabilkan
harga tingkat output juga kesempatan kerja dan memacu atau mendorong pertumbuhan ekonomi.
Penerimaan pemerintah atau sering juga di sebut sebagai pendapatan negara adalah
semua penerimaan yang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak dan
penerimaan hibah dari dalam dan luar negeri. Penerimaan negara ini di gunakan untuk
pembiayaan kegiatan-kegiatan perekonomian yang tujuan akhinya adalah untuk kepentingan
rakyat.
Menurut Larasati dkk dalam Ganie (2012:6) penerimaan negara membahas tentang
beberapa sumber-sumber negara memperoleh pendapatan. Pada teori penerimaan ini
menganalisa tentang perbandingan keuntungan dan kerugian dari berbagai bentuk pemasukan
dan membahas prinsip-prinsip yang harus di lakukan terhadap pilihan-pilihan itu yaitu: terhadap
bermacam-macam sumber pemasukan negara seperti pajak, utang negara, dan penciptaan sumber
penerimaan yang baru.
BAB III
PEMBAHASAN
Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu instrumen dari kebijakan fiskal. Kebijakan
fiskal merupakan salah satu instrumen dari kebijakan makroekonomi. Kebijakan makroekonomi
tersebut adalah kebijakan yang bertujuan untuk mencapai output yang tinggi dengan laju
pertumbuhan yang cepat, kesempatan kerja yang tinggi, stabilitas harga, serta keseimbangan
dalam neraca pembayaran. Apabila dibandingkan dengan kebijakan moneter, Keynes lebih
mengandalkan kebijakan fiskal untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan. Alasannya adalah
kebijakan fiskal mampu meningkatkan permintaan agregat secara langsung. Samuelson (1997),
mendefinisikan kebijakan fiskal sebagai salah suatu proses pembentukan perpajakan dan
pengeluaran publik. Proses tersebut merupakan upaya menekan fluktuasi siklus ekonomi, dan
ikut berperan menjaga ekonomi yang tumbuh dengan penggunaan tenaga kerja penuh dimana
tidak terjadi laju inflasi yang tinggi dan berubah-ubah.
Berdasarkan definisi tersebut terdapat dua instrumen pokok di dalamnya, yaitu belanja
negara dan perpajakan. Dengan kedua instrumen tersebut, pemerintah dapat menetapkan
program pengeluaran publik serta penerimaannya yang sebagian besar adalah dari pajak yang
secara keseluruhan terangkum dalam suatu anggaran.
Negara Indonesia adalah salah satu dari negara berkembang yang memiliki pengeluaran
pemerintah yang tergolong cukup besar. Pengeluaran pemerintah ini terlihat dengan jelas dalam
anggaran belanja negara Indonesia. Anggaran pemerintah ini mempunyai dampak substansial
terhadap perekonomian. Sebagai perangkat utama kebijakan fiskal, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), digunakan secara eksplisit untuk mempengaruhi pertumbuhan dan
tingkat kegiatan ekonomi, alokasi sumberdaya diantara berbagai alternatif penggunaan yang
berbeda dan distribusi pendapatan masyarakat.
PENUTUP
A. Kesimpulan