Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Abstract
Problems of abuse of narcotics, psychotropic and other addictive substances (drug) at this
moment has reached an alarming situation, because the victim was already very widespread
and affects nearly all levels of society. Various efforts have been made, both by governments
and the community in drug abuse prevention. In an effort to control drug abuse, community
empowerment model by establishing the Forum, is expected to help in drug abuse prevention.
However, if the model is an effective forum in drug abuse prevention efforts, it is necessary to
do research. The purpose of this study was to obtain a model of community empowerment in an
effective drug abuse prevention, which can enhance the ability of the community (community
leaders) in implementing drug abuse prevention activities. This was a pilot, and implemented in
the District of West Denpasar Denpasar Bali Province. While the trial is targeting community
leaders who care about drug abuse prevention, some 30 people. Experimental results show
that, a model of community empowerment in the response to drug abuse by establishing a CBR
Forums “Dharma Praja Kerthi Pascima” effectively enhance the ability of communities to
implement drug abuse prevention activities. The effectiveness of the Forum model can be seen
from the success of the three divisions that formed the division Socialization, Referral and
Counseling, Advocacy and Patronage Continue to implement a work program that had been
planned together. The success of this Forum in addition to the board and its members are quite
active, cannot be separated from the role of companion who is also always active in participating
in activities, and provide guidance for the performance of Forum can be better in the future.
One of the recommendations put forward was the need for continuous socialization of the
existence of the forum, so that more can be known by the public, and is expected to serve as a
model in other regions are adjusted to the conditions of the region.
Keywords: Community Based Rehabilitation Forum - Community Empowerment Model,
Combating Drug Abuse
Abstrak
Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) pada saat
ini telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan, karena korban sudah sangat meluas dan
menyerang hampir seluruh lapisan masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Dalam upaya
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, model pemberdayaan masyarakat dengan membentuk
*
Dra. Etty Padmiati, Peneliti Madya B2P3KS Yogyakarta.
**
Dra. Sri Kuntari, Peneliti Madya B2P3KS Yogyakarta.
143
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
disalahgunakan. Akan tetapi, berdampak positif
Indonesia bebas Narkoba !!! Itulah (baik dan berguna) bila digunakan dengan tepat,
harapan kita sebagai masyarakat yang peduli yaitu untuk pengobatan dan pengembangan
akan keberlangsungan masa depan bangsa ilmu pengetahuan. Dan, untuk selanjutnya
Indonesia. Narkoba adalah singkatan dari dalam tulisan ini akan digunakan istilah
narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain “NAPZA” yang lebih luas lingkupnya.
“Narkoba”, istilah lain yang sering digunakan
Kebanyakan zat yang ada di dalam
adalah “Napza” yang merupakan singkatan dari
NAPZA, sebenarnya digunakan untuk
narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
pengobatan dan penelitian. Namun kini persepsi
lainnya. Semua istilah ini, baik Narkoba maupun
itu disalahgunakan akibat pemakaian yang telah
Napza mengacu pada bahan/zat yang bila masuk
di luar batas dosis. Oleh sebab itu
ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh,
penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah
terutama susunan syaraf pusat/otak, sehingga
perilaku manusia, bukan semata-mata masalah
jika disalahgunakan akan menyebabkan
zat atau NAPZA itu sendiri. Sebagai masalah
gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial.
perilaku, banyak variabel yang mempengaruhi.
Oleh sebab itu, Narkoba atau Napza adalah
Tidak mungkin mencegah penyalahgunaan
musuh yang sangat ber bahaya, bila
NAPZA dengan hanya memberi pengetahuan
144
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari
145
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011
NAPZA adalah kelompok remaja, yang dalam proses tumbuh dan berkembang,
merupakan generasi penerus yang akan menjadi kepribadiannya belum mantap dan masih
pimpinan di masa datang. Hal ini juga mencari-cari bentuk identitas diri atau jati diri.
dinyatakan oleh Haryadi Baskoro, bahwa dari Kondisi yang demikian menyebabkan mereka
empat jutaan pecandu NAPZA di Indonesia, sangat rawan terhadap berbagai pengaruh
sekitar 85 persennya adalah generasi muda buruk yang dibawa oleh lingkungannya,
(Kedaulatan Rakyat, 28 Januari 2010). Dengan sehingga orang-orang muda yang masih labil
demikian, NAPZA adalah ancaman sangat jiwanya tersebut berpotensi besar untuk terjerat
serius bagi generasi muda yang merupakan NAPZA. Dalam situasi rawan seperti itu,
pewaris dan penerus perjuangan bangsa. NAPZA yang disebarluaskan di kalangan
Sedangkan di sisi lain dapat menimbulkan generasi muda dan pelajar yang kemudian
gangguan pada ketahanan nasional dan disalahgunakan, akan menimbulkan
integritas bangsa. Oleh sebab itu, pemerintah ketergantungan ter hadap NAPZA. Jika
memandang masalah penyalahgunaan dan demikian bagaimana wajah generasi muda,
ketergantungan NAPZA sebagai masalah apabila hal tersebut tidak dicegah sejak dini.
nasional yang memerlukan penanganan serius. Sebagaimana ditahui, generasi muda adalah
Pemerintah dalam menyikapi kondisi yang tonggak keberlangsungan bagi masa depan
memprihatinkan ini, kemudian memberlakukan bangsa dan negara. Oleh karena itu, menjaga
undang-undang untuk penyalahgunaan mereka agar tidak terpengaruh bahaya
NAPZA, yaitu Undang-Undang Nomor 5 NAPZA adalah kewajiban semua pihak.
Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Dengan demikian, mencegah lebih baik
Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1997 daripada mengobati.
tentang Narkotika, yang pada tahun 2009 telah
Berbagai upaya pencegahan, rehabilitasi
disempurnakan dan telah diundangkan pada
dan represif sudah dilakukan berbagai pihak,
tanggal 12 Oktober 2009 berupa Undang-
seperti pemerintah, LSM, Ormas dan
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
sebagainya. Namun sepertinya upaya ini kalah
Narkotika. Di dalam produk hukum terbaru
cepat dengan perkembangan peredaran
ini sudah mulai lengkap dari segi kriteria narkoba
NAPZA dan jumlah pemakainya. Penelitian
dan hukumnya. Kedua produk hukum tersebut
tentang “Pengkajian Penanggulangan Masalah
dilengkapi dengan adanya Undang- Undang
Penyalahgunaan NAPZA” yang dilakukan oleh
Negara RI Nomor 7 Tahun 1997 tentang
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pengesahan United Nations Convention
Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
Agains IIIicit Trafiic In Narcotic Drugs
tahun 2009 di lima kota besar di Indonesia
And Psychotropic Substances, 1988. Selain
(Medan, DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, dan
itu, perhatian pemerintah juga tercermin dengan
Manado), berhasil mengidentifikasi adanya
diterbitkannya Instruksi Persiden Nomor 3
ketidakseimbangan antara jumlah
Tahun 2002 tentang Penanggulangan,
permasalahan penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
dengan jumlah panti yang tersedia untuk
Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
Zat adiktif Lainnya, serta membentuk Badan
Pelaksanaan rehabilitasi terhadap korban
Narkotika Nasional berdasarkan Keputusan
penyalahguna NAPZA yang dilaksanakan
Presiden RI Nomor 17 Tahun 2002.
secara non-panti dengan melibatkan peran
Terjadinya penyalahgunaan NAPZA masyarakat, menjadi suatu alternatif kebutuhan
biasanya bermula dari individu yang dalam penanganan penyalahgunaan NAPZA.
bermasalah. Sumber masalah dapat berasal dari Oleh sebab itu, penelitian tersebut
dalam diri individu maupun berasal dari merekomendasikan bahwa salah satu upaya
lingkungannya. Apalagi bagi remaja yang masih yang dapat dilakukan dalam penanggulangan
146
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari
penyalahgunaan NAPZA adalah melalui Sosial dan berbagai pihak terkait dalam
Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM), merumuskan kebijakan tentang penanggulangan
artinya rehabilitasi yang diselenggarakan oleh, penyalahgunaan NAPZA, khususnya dalam
dari dan untuk masyarakat dengan rehabilitasi berbasis masyarakat. Selain itu,
memanfaatkan sumber daya dan dana yang ada untuk menambah perbendaharaan khasanah
dalam masyarakat. pustaka, khususnya pengetahuan tentang
pemberdayaan masyarakat dalam
Rehabilitasi Berbasis Masyarakat dapat
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
diupayakan melalui kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan, penggalian potensi dan B. KAJIAN PUSTAKA
sumberdaya, penggalian nilai-nilai dasar,
1. Dampak Penyalahgunaan NAPZA
penciptaan akses dan jejaring, serta pemberian
bantuan usaha atau kegiatan. Dengan demikian, Salah satu persoalan besar yang tengah
pemberdayaan masyarakat di sini adalah dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah
memberikan penguatan terhadap komunitas seputar maraknya penyalahgunaan narkotika,
masyarakat yang direpresentasikan oleh psiktropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA),
berbagai tokoh masyarakat (adat, agama, yang semakin hari semakin mengkhawatirkan.
pendidikan, pemuda, wanita, pengurus lembaga Dampak negatif yang ditimbulkan akibat
lokal yang peduli NAPZA) dalam penyalahgunaan NAPZA ini, baik secara fisik,
meningkatkan kesadaran pentingnya jaringan psikis, sosial budaya dan moral membuat alasan
kerjasama dalam penanggulangan kuat mengapa “barang haram” yang bernama
penyalahgunaan NAPZA. Untuk mewadahi NAPZA itu menjadi musuh ber sama
kelompok masyarakat melaksanakan kegiatan, masyarakat di negari ini. Sebagaimana
maka dirasa perlu membentuk suatu wadah disampaikan Wapres Boediono dalam sambutan
atau forum. Pembentukan wadah atau forum pada puncak peringatan Hari Anti Narkotika
tersebut dimaksudkan untuk memperkuat Internasional 2010 di Silang Monas Jakarta,
jaringan kerja diantara para tokoh masyarakat bahwa : “Narkoba adalah musuh bersama.
dalam penanganan masalah penyalahgunaan Terlebih saat ini ditengarai maraknya peredaran
NAPZA. Namun demikian, apakah model narkoba jenis sintesa kimiawi, yang mempunyai
forum yang dibentuk tersebut efektif efek merusak lebih berbahaya. Saat ini telah
meningkatkan kemampuan masyarakat (tokoh- terjadi perubahan penyalahgunaan dari alami
tokoh masyarakat) dalam penanggulangan ke sintesa. Ini lebih berbahaya. Harganya
penyalahgunaan NAPZA, maka dipandang murah dan terjangkau oleh masyarakat. Ini
perlu dilakukan penelitian. yang harus diwaspadai”. Lebih lanjut Beliau
mengatakan : “Pemerintah tidak akan pernah
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian memberikan toleransi sedikitpun terhadap
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian penyalahgunaan narkoba di masyarakat.
ini adalah untuk memperoleh model Sebab, narkoba merupakan ancaman serius
pemberdayaan masyarakat dalam bagi anak cucu di masa mendatang” (http://
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA www.detiknews.com/read/2010/06/26).
yang efektif, yakni yang dapat meningkatkan Penyalahgunaan NAPZA berkaitan erat
kemampuan masyarakat (para tokoh dengan kualitas sumber daya manusia dan
masyarakat) dalam melaksanakan kegiatan masa depan bangsa, mengingat korbannya
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. terutama adalah generasi muda. Berdasarkan
Adapun manfaat yang diharapkan adalah hasil survey Badan Narkotika Nasional tahun
sebagai bahan pertimbangan bagi Kementrian 2008 diketahui bahwa, penyalahgunaan
147
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011
148
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari
149
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011
150
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari
151
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011
dahulu diberi penjelasan tentang maksud dan membentuk suatu forum yang mewadahi
tujuan kegiatan. mereka (peserta pembekalan) dan diberi nama
“DHARMA KERTHI PRAJA PASCIMA”,
Secara garis besar pelaksanaan pembekalan
yang memiliki makna pengabdian dan pelayanan
ini berlangsung selama enam hari, dengan materi
sosial dari belahan barat Kota Denpasar.
yang telah ditentukan sesuai dengan panduan
Pembentukan Forum tersebut dimaksudkan
pelaksanaan pemberdayaan. Adapun materi yang
untuk memperkuat jaringan kerja di antara para
diberikan adalah sebagai berikut :
peserta (berbagai tokoh masyarakat) dalam
1) Pengetahuan tentang NAPZA dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di
Permasalahannya. wilayah Kecamatan Denpasar Barat pada
2) Tindak Pidana Penyalahgunaan NAPZA. khususnya dan Provinsi Bali pada umumnya.
3) Pengaruh NAPZA terhadap Kesehatan, Terbentuknya Forum ini juga sebagai salah satu
Pencegahan dan Penanggulangan sarana dalam menumbuh kembangkan
Kekambuhan. partisipasi dan kepedulian masyarakat untuk
ikut mengeleminir masalah NAPZA di
4) Bimbingan Mental dan Spiritual Korban lingkungannya, dan membantu para korban
NAPZA. penyalahguna NAPZA agar mampu kembali
5) Kebijakan Kementerian Sosial dalam melaksanakan fungsi dan peran sosialnya dalam
Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA, kehidupan bermasyarakat. Adapun tujuannya
Profesi Pekerjaan Sosial, Teknik adalah : 1) Memberikan penyuluhan atau
Assessment, Masalah dan Potensi serta sosialisasi kepada masyarakat luas tentang
Mobilisasi Sumber. bahaya penyalahgunaan NAPZA, 2)
6) Manajemen Organisasi, Penyusunan Memberikan rujukan dan konseling bagi
Rencana Aksi, Pengendalian dan Jejaring pecandu dan mantan pecandu NAPZA, dan
Pelaksanaan Kegiatan. 3) Memberikan advokasi dan binaan lanjutan
kepada warga masyarakat yang peduli terhadap
Materi-materi tersebut disampaikan oleh
masalah NAPZA.
fasilitator dari Badan Narkotika Propinsi
(BNP), Kepolisian, Dinas Kesehatan, Setelah Forum terbentuk, selanjutnya
Kementrian Agama, Dinas Sosial, dan LSM menentukan kepengurusan Forum yang terdiri
yang peduli masalah NAPZA. dari : Pembina/Pelindung, Ketua, Sekretaris,
dan Bendahara serta Pendamping. Kemudian
Setelah enam materi disampaikan dengan
dibentuk tiga divisi yaitu : 1) Divisi Sosialisasi,
metode ceramah dan tanya jawab, kemudian
2) Divisi Rujukan, dan 3) Divisi Advokasi dan
dilanjutkan diskusi antar peserta untuk
Binaan Lanjutan. Masing-masing divisi
mengidentifikasi masalah NAPZA di tingkat
beranggotakan 10 orang. Jadi pengurus inti bisa
kecamatan, menetapkan prioritas penanganan,
juga menjadi anggota divisi yang ada.
mengidentifikasi potensi dan sumber daya lokal
yang dapat mendukung operasional, dan
c. Penyusunan Program Kerja.
penyusunan program dan kegiatan berdasarkan
prioritas masalah. Program dan kegiatan Dengan terbentuknya Forum “Dharma
tersebut dipilah menjadi upaya preventif, Kerthi Praja Pascima”, selanjutnya menyusun
referal dan after care. program kerja yang akan dilaksanakan enam
bulan ke depan. Program kerja tersebut disusun
b. Pembentukan Forum oleh Forum berdasarkan prioritas masalah yang
ada di kecamatan Denpasar Barat, dengan
Setelah diskusi kelompok dengan
terlebih dahulu mengidentifikasi masalah
membahas penyusunan program dan kegiatan
NAPZA dan juga potensi serta sumber daya
selesai, dilanjutkan dengan kesepakatan untuk
152
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari
153
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011
154
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari
Program kerja dari divisi ini yang pengelolaan kegiatan. Berdasarkan hasil
belum dilaksanakan adalah konseling bagi evaluasi, dari tiga divisi yang ada dalam
pengguna NAPZA dan membuat rujukan Forum diperoleh gambaran sebagai
terkait hasil konseling ke berbagai instansi berikut:
terkait. Namun demikian, divisi ini telah
a. Divisi Sosialisasi.
membuat laporan secara berkala kepada
Forum tentang program kerja yang telah Program kerja yang disusun bersama
dilaksanakan. telah berhasil dilaksanakan seluruhnya,
dengan kata lain telah terealisir 100 persen.
c. Divisi Advokasi dan Binaan Lanjut. Kegiatan tersebut antara lain : rapat
Program kerja divisi Advokasi dan koordinasi bersama Camat Denpasar
Binaan Lanjut ini sudah dilaksanakan, Barat, pengadaan media informasi dan
meskipun banyak kendala yang dihadapi. komunikasi seperti brosur, spanduk, banner,
Untuk program kerja pendekatan langsung kesenian lokal, interaktif di TV lokal
dan advokasi kepada mantan pengguna maupun radio pemerintah Kota Denpasar.
NAPZA, karena kendala waktu yang Program kerja ini sudah terealisir
harus disesuaikan antara anggota divisi ini seluruhnya dengan terwujudnya kerja
dengan yang bersangutan, sehingga sulit sama dalam pembentukan Forum
untuk bisa menemui mantan pengguna. Penanggulangan Penyalahgunaan
Namun demikian, tetap diupayakan cara NAPZA di desa Tegal Kertha dan desa
untuk bertemu. Sedangkan program kerja Pemecutan Klod. Demikian pula untuk
pembinaan kepada masyarakat di 11 program kerja sosialisasi tentang bahaya
(sebelas) desa/kelurahan masih dalam penyalahgunaan NAPZA, yang telah
tahap penyesuaian jadwal kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2010 di
ada di masing-masing desa/kelurahan Wantilan desa Padangsambian dengan
tersebut, namun koor dinasi tetap peserta sebanyak 150 orang.
dilaksanakan.
Untuk pelaporan/evaluasi berkala
Untuk pelaporan/evaluasi berkala kepada Forum sudah dilaksanakan secara
kepada Forum belum dilaksanakan secara tertulis.
tertulis, tapi baru secara lisan.
b. Divisi Rujukan dan Konseling.
4. Evaluasi Program kerja divisi Rujukan dan
Konseling ini sudah 100 persen terealisir.
Sama halnya kegiatan monitoring, Program identifikasi masalah, kunjungan
kegiatan evaluasi juga dilaksanakan oleh ke rumah pengguna NAPZA, kunjungan
tim peneliti dari B2P3KS Yogyakarta. ke lokasi teridentifikasi, dan konseling bagi
Kegiatan ini dilaksanakan setelah kegiatan pengguna NAPZA sudah dilaksanakan di
monitoring yang dilakukan tiga bulan tiga desa, yaitu desa Padangsambitan,
sebelumnya. Kegiatan evaluasi Pemecutan Klod dan Tegal Kertha. Untuk
dimaksudkan untuk menilai segala macam kunjungan ke rumah pengguna NAPZA
kegiatan Forum, agar diketahui secara jelas telah dilakukan sebanyak delapan kali.
apakah sasaran-sasaran yang dituju atau
direncanakan sudah tercapai. Dengan Pelaksanaan konseling telah
demikian, kegiatan ini dilaksanakan untuk dilakukan sebanyak 16 kali dan yang di
mengetahui apakah kegiatan yang konseling sebanyak empat or ang.
dilaksanakan dapat mencapai sasaran dan Sedangkan untuk kegiatan rujukan Forum
hasil yang diharapakan. Di samping itu, masih berusaha mengatasi sendiri korban
apakah ada kendala di dalam mekanisme NAPZA tersebut, mengingat apabila
155
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011
156
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari
157
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011
penyesuaian waktu pertemuan antara anggota Bali Sadar. Di samping itu juga kerjasama
Forum dengan mantan pengguna NAPZA dengan Dinas Sosial, Poltabes Denpasar, dan
dalam kegiatan pendekatan dan advokasi BNP Bali. Mengenai sumber dana untuk
kepada mantan pengguna NAPZA. rehabilitasi korban masih dikoordinasikan
dengan Dinas Sosial Provinsi Bali.
Dalam upaya mengatasi beberapa kendala
tersebut, terlihat pendamping cukup berperan Meskipun model pemberdayaan
dalam membantu Forum dengan memberikan masyarakat dalam penanggulangan
solusinya. Selain itu, menjadi mediator untuk penyalahgunaan NAPZA merupakan model
menghubungkan dengan pihak-pihak yang rehabilitasi oleh, untuk, dan dari masyarakat,
terkait. Hal ini terbukti ketika tiga bulan namun tidak ada salahnya jika melibatkan juga
kemudian dilakukan evaluasi, ternyata seluruh lembaga-lembaga terkait yang peduli terhadap
program kerja dari tiga divisi yang ada dapat masalah penanggulangan penyalahgunaan
terealisir seluruhnya, meskipun untuk program NAPZA. Hal ini untuk mendapatkan dukungan
kerja rujukan masih berusaha mengatasi sendiri dan kemudahan untuk dapat melaksanakan
korban NAPZA tersebut. Dengan demikian kegiatan selanjutnya.
program kerja rujukan ke instansi terkait
(tempat rehabilitasi) belum bisa dilaksanakan F. PENUTUP
karena diperkirakan dana untuk mendukung
Sebagai penutup akan disajikan kesimpulan
kegiatan ini cukup tinggi. Untuk itu forum, dalam
sebagai hasil penelitian, berikut rekomendasi
hal ini khususnya divisi konseling dan rujukan
yang diajukan untuk dapat ditindaklanjuti oleh
berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai
pihak yang berkompeten.
pihak terkait untuk mengatasi masalah tersebut.
Kegiatan Forum “Dharma Kerthi Praja 1. KESIMPULAN.
Pascima” selama enam bulan tersebut didukung Berdasarkan analisis di atas, maka dapat
oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS)
Yogyakarta yang memberikan stimulan sebesar a. Model pemberdayaan masyarakat dalam
Rp 27.750.000,- (dua puluh tujuh juta tujuh ratus penanggulangan penyalahgunaan NAPZA
lima puluh ribu rupiah). Dana bantuan tersebut melalui pembentukan Forum “Dharma
sudah dialokasikan sebagai dana pendukung Kerthi Praja Pascima” di Kecamatan
kegiatan Forum. Dengan demikian, aktivitas Denpasar Barat Kota Denpasar Provinsi
Forum selama enam bulan tersebut Bali efektif dalam penanggulangan
mengandalkan dana bantuan (stimulan) dari penyalahgunaan NAPZA, mengingat
B2P3KS Yogyakarta. seluruh program kerja Forum yang
dilaksanakan oleh tiga divisi yaitu divisi
Namun demikian untuk ke depannya, Sosialisasi, Rujukan dan Konseling,
“Dharma Kerthi Praja Pascima” sebagai forum Advokasi dan Binaan Lanjut telah terealisir
rehabilitasi berbasis masyarakat, diharapkan sesuai dengan yang direncanakan.
keberadaannya tetap berlangsung dan tetap Meskipun hasilnya belum optimal karena
mampu melaksanakan kegiatannya secara adanya beberapa hambatan yang dihadapi.
mandiri dengan mendayagunakan potensi atau
sumber daya yang dimiliki. Apalagi Forum telah b. Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
membuat jejaring kerja dengan beberapa “Dharma Kerthi Praja Pascima”
yayasan dalam pencegahan dan rehabilitasi merupakan suatu wadah bagi masyarakat
NAPZA, HIV dan AIDS, seperti : Yayasan Dua (para tokoh masyarakat) di kecamatan
Hati Bali, Spirit Paramacita, Bali Nurani, Kasih Denpasar Barat yang peduli terhadap
Kita Bali, Gaya Dewata, dan juga dengan RBM penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
158
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari
159
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011
160