Sunteți pe pagina 1din 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-
genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam
uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva (Brunner dan
Suddarth,2001).
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan
kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung.Epidemiologi N.
gonorrhoeae berbeda pada tiap – tiap negara berkembang. Di Swedia, insiden
gonore dilaporkan sebanyak 487/100.000 orang yang menderita pada tahun
1970. Pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang
menderita, pada tahun 1994 dilaporkan penderita gonore semakin berkurang
yaitu hanya sekitar 31/100.000 orang yang menderita. Heryani (2011) telah
melakukan penelitian terhadap penderita gonore meliputi insidensi,
karakteristik dan penatalaksanaan pengobatan pada periode 2008-2010 di RS
Al-Islam Bandung. Hasil penelitian tersebut dari 83 data rekam medis
penderita gonore, insidensi tertinggi yaitu pada tahun 2010 (48,2%),
mayoritas penderita gonore adalah laki-laki dengan usia kategori dewasa 25-
40 tahun (54,22%), bekerja sebagai wiraswasta (38,55%) dan berstatus telah
menikah (53,01%), mayoritas penatalaksanaan adalah pemberian antibiotik
siprofloksasin (33,74%). Penelitian tersebut belum mencakup aspek evaluasi
pengobatan dengan menggunakan antibiotik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang
akan dibahas mengenai “Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien
dengan masalah Gonnore”.
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang dilakukan
pada pasien dengan masalah Gonnore
b. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
1) Identitas
a) Umur: angka terjadi pada perempuan berusia 15 – 19 th dan laki-laki
berusia 20 – 24 tahun
b) Jenis kelamin: bisa terjadi pada kedua jenis kelamin tetapi angka
tertinggi pada perempuan
c) Suku bangsa: angka gonnorea di Amerika serikat lebih tinggi
daripada di negara-negara industri lainnya
2) Keluhan Utama
Rasa panas dan nyeri saat kencing
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya.
4) Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi jalannya atau riwayat pasienmengalamiinfeksi gonorrhoeae
biasanya terinfeksinya dikarenakan sering berhubungan seks tanpa
pengaman. Keluhan awal yang dirasakan pasien dengan gonorrhoe
berupa rasa gatal, panas sewaktu kencing terdapat pada ujung penis atau
bagian distal uretra, perasaan nyeri saat ereksi (padapria). Rasa tidak
nyaman pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan pada pasien apakah ada anggota keluarga pasien yang
menderita penyakit yang sama seperti yang diderita pasien sekarang dan
juga apakah ada penyakit keturunan yang di derita keluarganya.
2.2 Pola – Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup
Perlu dikaji bagaimana kebiasaan kesehatannya dalam kehidupan sehari–
harinya, seperti mandi dan gosok gigi serta kebiasaan– kebiasaan dalam
mengkonsumsi minum–minuman keras dan perokok.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien perlu dikaji dengan kondisi sakitnya, apakah klien mengalami
gangguan pola makan, namun biasanya klien akan merasa malas, dan
mengalami gangguan pola makannya karena adanya inflamasi pada
faringnya sehingga akan mengalami penurunan metabolisme tubuh.
3) Pola eliminasi
Perlu dikaji frekuensi dan konsistensi BAB serta BAK klien setiap
harinya, apakah mengalami gangguan atau tidak, biasanya klien
mengalami disuria dan sulit untuk BAB serta diikuti dengan rasa nyeri.
4) Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji kegiatan keseharian dari klien, dan keteraturan klien dalam
berolahraga.
5) Pola sensori dan kognitif
Perlu dikaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakit yang
dideritanya dan juga kognitif klien, misalnya tingkatan pendidikannya.
Biasanya pada klien gonore tingkat pendidikannya rendah sehingga
mereka sulit mendapatkan pekerjaan dan akan melakukan pekerjaan yang
bisa menyebabkan tertularnya gonore.
6) Pola tidur dan istirahat
Perlu dikaji bagaimana kebiasaan pola tidur klien setiap harinya, sebelum
dan setelah sakit, biasanya klien akan mengalami gangguan pola tidur
karena proses inflamasi dan pembengkakan jika telah terjadi komplikasi.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Perlu dikaji bagaimana persepsi klien dengan kondisi tubuhnya yang
menderita gonore, apakah hal ini akan mempengaruhi konsep diri klien
yang menyebabkan klien ini akan merasa rendah diri.
8) Pola hubungan dan peran
Perlu dikaji bagaimana peran klien dengan keluarganya dan lingkungan
sekitarnya, biasanya pada klien dengan gonore hubungan peran dengan
keluarga terutama suami atau istri kurang baik sehingga menyebabkan
pelampiasannya dengan orang lain yang telah terjangkit gonore.
9) Pola penanggulangan stress
Perlu dikaji bagaimana klien dalam menangani stress yang dialami
berhubungan dengan kondisi sakitnya.
10) Pola tata nilai dan kepercayaan
Perlu dikaji bagaimana kebiasaan beribadah klien, serta kepercayaannya.
11) Pola reproduksi dan seksual
Perlu dikaji apakah klien masih dalam masa subur atau tidak, berapa
jumlah anaknya, apakah menggunakan alat kontrasepsi dan dengan
kondisi sakitnya saat ini bagaimana pola seksualitas dari klien, biasnya
klien mengalami perubahan dalam pola seksualnya karena adanya
inflamasi pada organ reproduksinya. Biasanya pasien merasakan nyeri
saat berhubungan

2.3 Pemeriksaan Fisik


1) Tingkat Kesadaran
GCS : biasanya kesadaran pasien normal yaitu 4,5,6
Observasi TTV Klien, yaitu :
a) Nadi
b) Tekanan Darah
c) RR
d) Suhu
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Kaji kesimetrisan, kaji apakah terdapat benjolan atau lesi.
b) Mata
Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan / tidak.
(Konjungtiva tidak mengalami peradangan, namun akan mengalami
peradangan jika pada konjungtivitis gonore dan juga bisa ditemukan
adanya pus)
c) Hidung
Kaji kesimetrisan dan kebersihan hidung.
d) Mulut
Kaji kebersihan mulut, kaji apakah terdapat peradangan ataupun luka
dengan pus
e) Leher
Kaji kesimetrisan, adanya pembesaran vena jugularis dan
pembesaran kelenjar limfe atau tidak
f) Jantung
Kaji apakah bunyi jantung normal/mengalami gangguan, biasanya
pada klien bunyi jantung normal, namun akan mengalami
peningkatan nadi karena proses dari inflamasi yang mengakibatkan
demam.
g) Paru-paru
Auskultasi paru – paru untuk mengetahui bunyi nafas, dan juga kaji
anatomi pada sistem pernafasan, apakah terjadi peradangan atau
tidak. Biasanya pada klien terdapat peradangan pada faringnya
karena adanya penyakit.
h) Abdomen
Nyeri abdomen bagian bawah, bising usus normal
i) Genetalia
Terjadi inflamasi jaringan, genital lesions, dan skin rashes, terkadang
terjadi pembengkakan frenulum pada pria, dan pembengkakan
kelenjar bartoloni serta labio mayora pada wanita yang juga disertai
dengan nyeri tekan.
1. Laki Laki
Keluar cairan seperti nanah dari penis, buah pelir bisa menjadi
bengkak, panas, merah dan terasa sakit, serviks: leukorea
berwarna hijau atau kuning kehijauan yang dikeluarkan dan
mengiritasi jaringan vulva, keluar berwarna kekuning-kuningan
dan berbau (seperti nanah) dari vagina,alat kelamin terasa sakit
dan atau gatal.
2. Perempuan
Serviks: leukorea berwarna hijau atau kuning kehijauan yang
dikeluarkan dan mengiritasi jaringan vulva. Keluar cairan
berwarna kekuning-kuningan dan berbau (seperti nanah) dari
vagina
j) Anus
Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi yang
menyebabkan klien sulit dan nyeri saat BAB

2.4 Pemeriksaan Penunjang


a. Sediaan Langsung
Dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokok gram negative
intraselular dan ekstraselular. Bahan duh diambil dari fossa navikularis
(pria) dan dari uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, rectum (wanita)
b. Kultur
Ada 2 macam media yang dapat digunakan, yaitu:
a. Media transport :
1) Media stuart (hanya untuk transport & perlu ditanam lagi pada
media pertumbuhan)
2) Media transgrow (media yang selektif untuk N. gonorrhoeae &
N. meningitidis, dapat bertahan 96 jam dan merupakan media
transport sekaligus media pertumbuhan)
b. Media pertumbuhan
1) Mc Leod’s chocolate agar (berisi agar coklat, agar serum dan
agar hidrokel. Selain kuman gonokok, kuman lain juga dapat
tumbuh)
2) Media Thayer Martin (selektif untuk mengisolasi gonokok.
Mengandung vankomisin menekan pertumbuhan kuman gram
positif & kolestrimetat menekan pertumbuhan bakteri gram
negative & nistatin menekan pertumbuhan jamur)
3) Modified Thayer martin agar (isinya ditambah dengan
trimethoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman proteus)
3. Tes Definitif
1. Tes Oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilen-
diamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok
tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah
muda sampai merah lembayung.
2. Tes Fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai
glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan
glukosa.
4. Tes Beta-laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin. Apabila kuman mengandung
enzim beta-laktamase, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning
menjadi merah.
5. Tes Thomson
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan
pada waktu itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini ada syarat yang
perlu diperhatikan:
a. Sebaiknya dilakukan setelah bagun pagi
b. Urin dibagi dalam dua gelas
c. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni
paling sedikit 80-100 ml, jika kurang maka gelas II sukar dinilai karena
baru menguras uretra anterior (Adhi Djuanda, 1999).
Gelas I Gelas II Arti

Jernih Tidak ada infeksi


Jernih
Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh
Keruh Panuretritis
Keruh
Keruh Tidak mungkin
Jernih

2.5 Terapi
1. Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1991 ialah
91,2%. Di RSCM 3 juta unit +1 gram probenesid. Obat tersebut dapat
menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
2. Ampisilin dan Amoksilin
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksilin 3
gram + 1 gram probenesid. Tetapi angka keberhasilannya kurang tinggi
sehingga juga kurang dianjurkan.
3. Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m.
sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1,00 g secara intramuskular.
4. Spektinomisi
Dosisnya ialah 2 gram IM. Baik untuk pederita yang alergi penisilin,
yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan tterhadap
penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak
menutupi gejala sifilis.
5. Kanamisin
Dosisnya ialah 2 gram IM. Baik untuk penderita yang alergi penisilin dan
tersangka sifilis.
6. Tiamfenikol
Dosisnya 3,4 gram, secara oral. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada
kehamilan.
7. Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400
mg, siprofloksasin 250-5—mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral.

2.6 Diagnosa
1) Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan adanya
reaksi inflamasi pada uretra ditandai dengan klien mengeluh sakit dan
keluat nanah pada saat berkemih.
2) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi penyakit (
reaksi inflamasi )
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan yang
ditandai dengan adanya abses dan kemerahan
4) Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan inflamasi pada
prostat ditandai dengan retensi urin dan disuria
5) Cemas berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan klien
banyak bertanya tentang penyakitnya.
6) Risiko penularan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien
tentang cara penularan.
7) Resiko harga diri rendah berhubungan dengan proses penyakitnya.

2.7 Intervensi
a. Diagnosa I
Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan adanya
reaksi inflamasi pada uretra ditandai dengan klien mengeluh sakit dan
keluat nanah pada saat berkemih.
1. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3 x 24
jam, klien akan merasa nyaman saat berkemih.
2. Kriteria Hasil :
a. Klien tampak rileks saat berkemih
b. Klien secara verbal mengatakan tidak sakit / tidak nyeri
c. Klien akan menggunakan pencegahan non analgetik untuk
mengurangi rasa nyerinya.
d. Skala nyeri klien 2 – 3 / 0
e. Tanda – tanda vital klien dalam batas normal
f. Klien tampak tenang
3. Rencana Tindakan :
a) Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ : agar klien dan keluarga lebih kooperatif ketika dilakukan
tindakan
b) Jelaskan pada klien penyebab rasa nyeri
R/ : klien mengerti dari penyebab rasa nyeri dan mengurangi rasa
cemas
c) Observasi tanda-tanda nyeri non verbal, seperti ekspresi wajah
gelisah, menangis
R/ : Mengetahui tingkat rasa nyeri yang dirasakan pasien
d) Observasi skala nyeri
R/ : Mengetahui skala nyeri yang dirasakan oleh pasien
e) Observasi tanda-tanda vital
R/ : Mengetahui perkembangan dari penyakit
f) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan dekstraksi untuk mengurangi
nyeri
R/ : Dengan tehnik relaksasi dan dekstraksi dapat mengurangi rasa
nyeri
g) Anjurkan klien untuk napas panjang
R/ : Untuk mengurangi rasa nyeri
h) Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
R/ : klien akan merasa nyaman dan tenang
i) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi analgesik
R/ : Melaksanakan fungsi independen dan analgesik dapat
mengurangi rasa nyeri
b. Diagnosa II
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi penyakit
(reaksi inflamasi)
1. Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu 1 x
24 jam suhu tubuh klien dalam batas normal
2. Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh klien normal
b. Klien tampak nyaman
c. Secara verbal klien mengatakan nyaman
d. Tanda vital klien normal
e. Tidak ada perubahan warna kulit dan klien tidak pusing
3. Rencana Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien
R/ : memudahkan perawat dalam melakukan tindakan
keperwatan
b) Jelaskan pada klien dan keluarga klien untuk mengompres klien
pada daerah arteri besar misalnya pada aksila dan leher
R/ : dengan melakukan kompres pada daerah arteri besar bisa
membantu menyeimbangkan termoregulasi tubuh, agar suhu
tubuh klien normal
c) Jelaskan pada klien agar mengompres menggunakan air hangat ,
tidak boleh menggunakan air dingin
R/ : menggompres menggunakan air hangat akan mempercepat
proses evaporasi tubuh untuk menurunkan suhu tubuh hingga
batas normal, namun jika menggunakan air dingin akan beresiko
terjadinya hipotermi.
d) Observasi suhu tubuh klien setiap 2 jam sekali
R/ : dengan memonitor secar rutin tentang suhu tubuh klien bisa
memantau perubahan – perubahan yang terjadi sehingga bisa
segera dilakukan tindakan keperawatan.
e) Observasi nadi, tekanan darah dan respirasi rate klien
R/ : jika tubuh mengalami peningkatan maka nadi klien juga
bisa mengalami peningkatan, sehingga bisa memperburuk
kondisi klien jika tidak dilakukan observasi.
f) Tingkatkan inktake cairan dan nutrisi klien
R/ : peningkatan cairan bisa membantu menstabilkan
termoregulasi panas klien
g) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian obat
antipiretik
R/ : obat antipiretik akan membantu menurunkan suhu tubuh
klien sesuai batas normal.

c. Diagnosa III
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan yang
ditandai dengan adanya abses dan kemerahan.
1. Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu 3 x
24 jam gangguan integritas kulit klien akan teratasi.
2. Kriteria Hasil :
a. Abses tidak ada
b. Kemerahan tidak ada
c. Mempertahankan integritas kulit
d. Tidak terjadi infeksi dan komplikasi
3. Rencana Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga klien
R/ : mempermudah perawat melakukan tindakan keperawatan
b) Jelaskan pada klien agar tetap menjaga kekeringan dan
kebersihan di daerah luka
R/ : mengurangi dan mencegah terjadinya iritasi yang meluas
pada area kulit lain yang bisa memperparah kondisi klien
c) Observasi kondisi kerusakan jaringan kulit klien, catat adanya
pembengkakan dan kemerahan.
R/ : daerah ini cenderung terkena radang dan infeksi dan
memantau kondisi kerusakan integritas kulit klien
d) Bersihkan dan keringkan kulit khususnya daerah dengan
kelembaban tinggi
R/ : kulit yang bersih dan kering tidak akan cenderung
mengalami kerusakan
e) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian obat
antibiotik
R/ : obat antibiotik akan mempercepat proses penyembuhan
dengan membunuh bakteri penyebabnya.

d. Diagnosa VI
Resiko harga diri rendah berhubungan dengan proses penyakitnya.
1. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24
jam resiko HDR tidak menjadi aktual.
2. Kriteria Hasil :
a. Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
b. Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
c. Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan
mempengaruhi hasil
3. Rencana Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien
R/ : jika terjalin hubungan saling percaya antara perawat dan
klien maka akan mempermudah dalam melakukan proses
keperawatan
b) Jelaskan pada klien mengenai proses penyakitnya
R/ : jika klien tahu tentang penyakitnya akan mengurangi
kekhawatiran klien
c) Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan
perasaan
R/ : dengan mengekspresikan perasaannya klien bisa
mengurangi beban pikirannya sehingga klien akan lebih terbuka
terhadap masalahnya
d) Motivasi klien untuk membayangkan masa depan dan hasil
positif dari kehidupan
R/ : motivasi yang positif bisa meningkatkan kepercayaan diri
klien
e) Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi,
keterampilan, penampilan, pekerjaan)
R/ : dengan memperkuat kemampuan dan karakter positif bisa
membantu klien untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan
keluarganya.
f) Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
R/ : dengan menerima kondisi dari klien akan lebih bersabar dan
menerima apa adanya sehingga klien tidak akan atau klien akan
membangkitkan kepercayaan dirinya

2.8 Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
tindakan, meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan, dan pengumpulan data. (Lismidar, 1990)
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun
dengan melihat situasi dan kondisi pasien.

2.9 Evaluasi
a. Klien tampak rileks saat berkemih
b. Klien secara verbal mengatakan tidak sakit / tidak nyeri
c. Klien akan menggunakan pencegahan non analgetik untuk mengurangi
rasa nyerinya.
d. Skala nyeri klien 2 – 3 / 0
e. Tanda – tanda vital klien dalam batas normal
f. Klien tampak tenang
g. Suhu tubuh klien normal
h. Klien tampak nyaman
i. Secara verbal klien mengatakan nyaman
j. Tanda vital klien normal
k. Tidak ada perubahan warna kulit dan klien tidak pusing
l. Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
m. Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
n. Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi


diantara infeksimenular seksual lainnya. Diperkirakan terdapat lebih dari 150
juta kasus gonore di dunia setiap tahunnya, meskipun di beberapa negara
cenderung menurun, namun negara lainnya cenderung meningkat. Perbedaan
ini menunjukkan bervariasinya tingkat keberhasilan sistem dan program
pengendalian IMS yang meliputi peningkatan informasi data, deteksi awal
dengan menggunakan fasilitas diagnosis yang baik, pengobatan dini dan
penelusuran kontak. Penyebab gonore adalah gonokok, gonokok termasuk
golongan diplokok, bersifat .

Masa tunas gonore sangat singkat pada pria umumnya berkisar antara 2-5
hari dan pada wanita masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada umumnya
asimptomatik. Manifestasi klinis biasanya menimbulkan uretritis dan tampak
pula di tubuh yang mukopurulen. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan klinis, dan laboratorium adanya uretritis, serta
ditemukannya kuman penyebab.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih menambah
pengetahuan dan lebih memahami apa itu gonnore sehingga dapat
mengurangi tingkat kejadian penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adhi Djuanda, dkk. . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Brunner dan Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Daili.1999. Penyakit Menular Seksual. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia

Doenges, Marilynn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif, dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapi

S-ar putea să vă placă și