Sunteți pe pagina 1din 16

JURNAL PENELITIAN 1

Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEWOLEBA KABUPATEN LEMBATA
TAHUN 2016
THE CORRELATION BETWEEN MATERNAL CHARACTERISTICS AND THE
SPONTANEOUS ABORTION CASES IN THE WORKING AREA OF LEWOLEBA HEALTH-
CENTER DISTRICT OF LEMBATA 2016

Dionisius D. Y. Mahing1, Pius Weraman2, Honey I. Ndoen3


1-3
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat-Undana

Abortion is the termination of pregnancy through any means, spontaneous or provoked, before the fetus is able to
survive. In general, an abortion happens spontaneously. It has been one of the greatest causes of maternal
mortality in Indonesia. The abortion cases in NTT 2012 amounted to 1.16%. This study objective was to analyze
the correlation between maternal characteristics and the spontaneous abortion case in the working area of
Lewoleba HC District of Lembata 2016. The study type was analytical survey with Case Control approach. The
population studied was all mothers ever and never experiencing spontaneous abortion during the period of January
2014 to December 2015 in the Lewoleba HC working area. The sampling methods were total sampling for the cases
and simple random sampling for the control with the ratio of 1:1 or 35 cases : 35 control. The data analysis applied
Chi Square Test. The study results indicated no correlation between maternal ages, abortion history, parity, first
pregnancy visit (Pure K1) to health facility, complicated disease and maternal knowledge with spontaneous
abortion cases. It is recommended to related heath institution to give continuous health education to the mothers
and would–be mothers concerning pregnancy and to pregnant mothers for examining their pregnancy regularly, to
early detecting any deviation and possible risks.

Keywords: Spontaneous Abortion Cases, Maternal Characteristics

PENDAHULUAN (SP, 2010) maka AKI NTT sangat tinggi (Profil


Kematian ibu atau kematian maternal adalah Kesehatan Provinsi NTT, 2014).
kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu Laporan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak se-Provinsi NTT tahun 2014 menunjukkan bahwa
tergantung pada tempat atau usia kehamilan. Indikator konversi AKI per 100.000 kelahiran hidup selama
yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah periode 4 (empat) tahun (Tahun 2011-2014) mengalami
Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) yaitu penurunan. Jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2011
jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup sebesar 208 atau 220 per 100.000 KH, pada tahun 2012
(Prawirohardjo, 2013). AKI dapat diperoleh dari hasil menurun menjadi 192 atau 200 per 100.000 KH, pada
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). tahun 2013 menurun menjadi 176 atau 185,6 per
SDKI tahun 2012, menunjukkan kenaikan dari 228 di 100.000 KH, selanjutnya pada tahun 2014 menurun lagi
tahun 2007 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 menjadi 158 kasus atau 169 per 100.000 KH. Kasus
kelahiran hidup di tahun 2012 (BPS, 2013). kematian ibu terbanyak tahun 2014 terdapat di
AKI Provinsi Nusa Tenggara Timur pada periode Kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu sebanyak 23
2004 – 2010 cenderung mengalami penurunan yang orang ibu, diikuti Kabupaten Sumba Timur sebanyak 19
cukup bermakna. Pada tahun 2004 AKI NTT sebesar orang ibu. Sedang di Kabupaten Lembata sebanyak 2
554 per 100.000 kelahiran hidup (Surkesnas) dan orang ibu (Profil Kesehatan Provinsi NTT, 2014).
menurun menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup Abortus menjadi salah satu penyebab kematian ibu
pada tahun 2007. Namun berdasarkan hasil Sensus terbesar di Indonesia selain penyebab lainnya seperti
Penduduk (SP) tahun 2010, AKI meninggkat menjadi perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi,
536 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dan partus lama atau macet (Kementerian Kesehatan RI,
dengan angka nasional 259 per 100.000 kelahiran hidup 2013). Profil Kesehatan Nusa Tenggara Timur
menyebutkan bahwa, kasus abortus di Nusa Tenggara

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing


JURNAL PENELITIAN 2
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

Timur tahun 2012 sebesar 1,16%. Salah satu masalah Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan kematian
yang menyebabkan terjadinya abortus yaitu penyakit ibu antara lain karena pendarahan dan infeksi.
malaria (Prawirohardjo, 2013). Penyakit malaria Pendarahan yang terjadi selama abortus dapat
merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah mengakibatkan pasien menderita anemia, sehingga
kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, di mana dapat meningkatkan risiko kematian ibu. Selain dari
penyakit ini masih menjadi penyebab kematian bayi, segi medis, abortus juga dapat menimbulkan dampak
balita dan ibu hamil. Hampir 90% desa di Provinsi Nusa negatif pada aspek psikologi. Abortus seringkali terjadi
Tenggara Timur hampir 100% desa endemis malaria. pada wanita hamil dan membawa dampak psikologis
Kasus malaria positif tertinggi di Provinsi Nusa yang mendalam seperti trauma, depresi hingga
Tenggara Timur pada tahun 2014 yaitu di Kabupaten kecenderungan perilaku bunuh diri. (Leveno dan
Lembata sebanyak 12.539 kasus (Profil Kesehatan Cunningham dalam Gunanegara dkk, 2014).
Provinsi NTT, 2014). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
Kasus abortus di Kabupaten Lembata pada tahun faktor karakteristik ibu yang berhubungan dengan
2014 berjumlah 77 kasus dengan rincian sebagai kejadian abortus spontan di wilayah kerja Puskesmas
berikut: Puskesmas Lewoleba 28 kasus, Puskesmas Lewoleba Kabupaten Lembata Tahun 2016.
Wulandoni 12 kasus, Puskesmas Waipukang 9 kasus,
Puskesmas Wairiang 8 kasus, Puskesmas Balauring 7 METODE PENELITIAN
kasus, Puskesmas Loang 5 kasus, Puskesmas Hadakewa Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
3 kasus, Puskesmas Waiknuit 3 kasus, dan Puskesmas ini adalah survey analitik dengan menggunakan
Lamaau 2 kasus (Dinkes Kabupaten Lembata, 2016). pendekatan case control. Desain penelitian case control
Sedangkan kasus abortus di Kabupaten Lembata pada
merupakan suatu penelitian yang mempelajari faktor
tahun 2015 berjumlah 24 kasus dengan rincian sebagai
berikut: Puskesmas Lewoleba 7 kasus, Puskesmas risiko dengan menggunakan pendekatan retrospektif,
Wairiang 5 kasus, Puskesmas Balauring 5 kasus, artinya penelitian dimulai dengan mengidentifikasi
Puskesmas Wulandoni 4 kasus, Puskesmas Waipukang kelompok yang terkena penyakit atau efek tertentu
2 kasus dan Puskesmas Lamaau 1 kasus. Sedangkan (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol), kemudian
Puskesmas Hadakewa, Puskesmas Loang dan mengidentifikasi faktor risiko terjadinya pada waktu
Puskesmas Waiknuit tidak terdapat kasus abortus di yang lalu, sehingga dapat menerangkan mengapa kasus
tahun 2015 (Dinkes Kabupaten Lembata, 2016).
terkena efek sedangkan kontrol tidak terkena efek.
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara
apapun, spontan maupun buatan, sebelum janin mampu Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
bertahan hidup. Umumnya abortus terjadi secara Puskesmas Lewoleba Kabupaten Lembata pada tanggal
spontan dan 80% abortus terjadi sebelum kehamilan 1 - 20 November Tahun 2016. Populasi kasus dan
12 minggu (Handoro dkk, 2009). Abortus Spontan kontrol dalam penelitian ini sebagai berikut :
(SAB) yang juga dikenal dengan istilah keguguran a. Populasi kasus adalah semua ibu yang mengalami
terjadi secara alami tanpa perlu indikasi diagnosis. abortus spontan yang terdaftar di buku register
Abortus spontan terjadi dalam berbagai bentuk, bulanan Puskesmas Lewoleba periode Januari
diantaranya abortus yang mengancam (abortus iminem), 2014 – Desember 2015, yang mengalami abortus
abortus yang tidak bisa dihindari (abortus insipien), spontan sebanyak 35 orang ibu.
abortus dengan janin mati dalam rahim (missed b. Populasi kontrol adalah semua ibu yang tidak
abortion), dan abortus inkompletus (Purwoastuti dan mengalami abortus spontan yang terdaftar di buku
Elisabeth, 2015). register bulanan Puskesmas Lewoleba periode
Kasus abortus spontan tahun 2014 di Kabupaten Januari 2014 – Desember 2015, yang tidak
Lembata terbanyak terdapat di Puskesmas Lewoleba mengalami abortus spontan sebanyak 163 orang
dengan jumlah 28 kasus, sekaligus abortus spontan ibu.
merupakan kasus terbanyak yang menempati urutan Sampel kasus dan kontrol dalam penelitian ini
pertama kasus risiko tinggi ibu hamil di Puskesmas sebagai berikut:
Lewoleba tahun 2014. Pada tahun 2015, Puskesmas a. Sampel kasus
Lewoleba juga menempati urutan pertama jumlah kasus Pengambilan sampel kasus dalam penelitian ini
abortus spontan terbanyak di Kabupaten Lembata dilakukan dengan teknik total sampling karena
dengan jumlah 7 kasus (Puskesmas Lewoleba, 2016). sampelnya terbatas yaitu metode pencuplikan dimana
Kejadian abortus yang terjadi dapat menimbulkan semua populasi merupakan sampel dalam penelitian
komplikasi dan dapat menyebabkan kematian. (Murti, 2010). Sampel kasus dalam penelitian ini adalah

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing


JURNAL PENELITIAN 3
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

semua ibu yang mengalami abortus spontan yang Lembata. Luas wilayah kerja Puskesmas Lewoleba
terdaftar di buku register bulanan Puskesmas Lewoleba yaitu 172,16 km2.
Kabupaten Lembata tahun 2014 dan 2015 yaitu 35 Adapun batas batas wilayah kerja Puskesmas Lewoleba
orang ibu. yaitu :
b. Sampel kontrol 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Flores
Pengambilan sampel kontrol dalam penelitian ini Timur
adalah pengambilan sampel secara acak sederhana 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
(Simple Random Sampling). Simple Random Sampling Atadei
adalah pengambilan sampel yang setiap anggota atau 3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama Nagawutung
untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). 4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Semua populasi didaftar, kemudian di lotre dan di ambil Ileape
sampel sesuai dengan kriteria sampel tertentu yaitu
kriteria inklusi dan eksklusi. b. Keadaan Demografi
Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lewoleba
sebagian ibu yang tidak mengalami abortus spontan sebanyak 34.180 jiwa
yang terdaftar di buku register bulanan Puskesmas
Lewoleba Kabupaten Lembata tahun 2014 dan 2015 1.2 Karakteristik Umum Responden
yaitu 35 orang ibu. 1. Karakteristik Responden Berdasarkan
Perbandingan sampel kasus dan kontrol adalah 1 : Tingkat Pendidikan
1. Jumlah sampel kasus sama dengan jumlah sampel Karakteristik responden yang ditinjau
kontrol yaitu 35 orang ibu. Jadi jumlah sampel dalam berdasarkan tingkat pendidikan saat
penelitian ini adalah 70 orang ibu. diwawancarai dapat dilihat pada tabel IV.1
Teknik pengumpulan data yaitu melakukan berikut.
wawancara dengan menggunakan kuesioner. Tabel IV.1 Distribusi Responden
Pengolahan data dimulai dari pengumpulan data Berdasarkan Tingkat
menggunakan lembar kuesioner, kemudian diolah Pendidikan di Wilayah Kerja
melalui tahap editing, coding, entry dan tabulating Puskesmas Lewoleba
dengan bantuan perangkat lunak komputer dan Kabupaten Lembata Tahun
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan 2016
narasi.
Analisis data melalui prosedur bertahap. Pertama, Jumlah
data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat Tingkat Pendidikan
n %
yang bertujuan untuk menjelaskan atau Tidak Sekolah 5 7,14
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. SD 12 17,14
Setelah dilakukan analisis univariat, dilanjutkan dengan SMP 8 11,43
anlisis bivariat. Analisis bivariat dengan menggunakan SMA 31 44,29
uji Chi-Square. Kemudian untuk uji hipotesis dilakukan Perguruan Tinggi 14 20
dengan uji statistik Chi-Square (X2). Hipotesis Ho diuji Total 70 100
dengan tingkat kemaknaan (signifikansi) = 0,05.
Hipotesis statistik Ho ditolak bila p value kurang dari
atau sama dengan 0,05 (p ≤ 0,05) dan dikatakan ada Tabel IV.1 menunjukkan bahwa
hubungan, dan apabila p value lebih besar dari 0,05 (p > berdasarkan tingkat pendidikan dari 70
0,05) maka Ho diterima dan dikatakan tidak ada responden, frekuensi paling banyak yaitu tingkat
hubungan (Riyanto, 2011). pendidikan SMA yang berjumlah 31 orang
(44,29%), sedangkan frekuensi paling sedikit
HASIL DAN BAHASAN yaitu tidak sekolah yakni 5 orang (7,14%).
1. HASIL
1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
a. Letak Geografis Pekerjaan
Puskesmas Lewoleba secara geografis terletak Karakteristik responden yang ditinjau
pada wilayah Kecamatan Nubatukan Kabupaten berdasarkan jenis pekerjaan saat diwawancarai
dapat dilihat pada tabel IV.2 berikut.
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing
JURNAL PENELITIAN 4
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

Tabel IV.2 Distribusi Responden Distribusi frekuensi responden berdasarkan


Berdasarkan Pekerjaan di umur ibu saat menjalani kehamilan pertama kali
Wilayah Kerja Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Lewoleba
Lewoleba Kabupaten Lembata Kabupaten Lembata dapat dilihat pada table IV.4
Tahun 2016 berikut.
Jumlah Tabel IV.4 Distribusi Frekuensi Responden
Pekerjaan Berdasarkan Umur Ibu saat
N %
IRT 52 74,3 Menjalani Kehamilan
Guru 6 8,6 Pertama Kali di Wilayah
Petani 3 4,3 Kerja Puskesmas Lewoleba
Wiraswasta 4 5,7 Kabupaten Lembata Tahun
PNS 5 7,1 2016
Total 70 100
Jumlah
Umur
N %
Tabel IV.2 menunjukkan bahwa Berisiko (<20 tahun dan
berdasarkan jenis pekerjaan dari 70 responden, 6 8,57
>35 tahun)
frekuensi paling banyak yaitu responden dengan Tidak Berisiko (20-35
jenis pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga 64 91.43
tahun)
(IRT) yaitu 52 orang (74,3%), sedangkan
Total 70 100
frekuensi paling sedikit yaitu bekerja sebagai
petani sebanyak 3 orang (4,3%).
Tabel IV.4 menunjukkan bahwa responden
IV.1.3 Analisis Univariat dengan umur tidak berisiko (20-35 tahun)
1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan mempunyai frekuensi terbanyak yaitu 64 orang
Umur (91.43%) dibandingkan responden dengan umur
Gambaran umum responden yang ditinjau berisiko yaitu 6 orang (8,57%).
berdasarkan pembagian kelompok umur saat ibu
menjalani kehamilan pertama kali dapat dilihat 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
pada tabel IV.3 berikut. Riwayat Keguguran
Riwayat keguguran yaitu keguguran yang
Tabel IV.3 Gambaran Umum Responden pernah dialami oleh ibu yang dapat
Berdasarkan Kelompok Umur mempengaruhi kehamilan selanjutnya.
Ibu saat Menjalani Kehamilan Gambaran umum responden yang ditinjau
Pertama Kali di Wilayah berdasarkan riwayat keguguran dapat dilihat
Kerja Puskesmas Lewoleba pada tabel IV.5 berikut.
Kabupaten Lembata Tahun Tabel IV.5 Gambaran Umum Responden
2016 Berdasarkan Riwayat
Jumlah Keguguran di Wilayah
Kelompok Kerja Puskesmas Lewoleba
Umur (tahun) n % Kabupaten Lembata
Tahun 2016
<20 6 8,6
20-25 34 48,6
Jumlah
26-30 25 35,7 Riwayat Keguguran
31-35 5 7,1 n %
Jumlah 70 100 Berisiko (Ada) 4 5,71
Tidak Berisiko
66 94,29
Tabel IV.3 menunjukkan bahwa frekuensi (Tidak ada)
responden paling banyak yaitu pada kelompok Total 70 100
umur 20-25 tahun sebanyak 34 orang (48,5%)
sedangkan jumlah responden yang paling sedikit Tabel IV.5 di atas menunjukkan bahwa
adalah kelompok responden tanpa riwayat keguguran mempunyai
umur 31-35 tahun yakni 5
orang (7,1%). frekuensi terbanyak yaitu 66 orang (94,29%)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing
JURNAL PENELITIAN 5
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

dibandingkan responden dengan riwayat Distribusi frekuensi responden berdasarkan


keguguran yaitu 4 orang (5,71%). paritas di wilayah kerja Puskesmas Lewoleba
Distribusi responden dengan riwayat Kabupaten Lembata dapat dilihat pada tabel IV.8
keguguran dapat dilihat pada tabel IV.6 berikut. berikut.
Tabel IV.6 Distribusi Frekuensi Responden Tabel IV.8 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Riwayat Berdasarkan Paritas di
Keguguran di Wilayah Wilayah Kerja Puskesmas
Kerja Puskesmas Lewoleba Lewoleba Kabupaten Lembata
Kabupaten Lembata Tahun 2016
Tahun 2016
Jumlah
Paritas
Jumlah n %
Riwayat Keguguran
n % Berisiko (1 dan ≥4 kali) 25 35,71
1 kali 1 1,4 Tidak Berisiko (2-3 kali) 45 64,29
2 kali 2 2,9 Total 70 100
≥ 3 kali 1 1,4
Tidak pernah keguguran 66 94,3 Tabel IV.8 di atas menunjukkan bahwa
Total 70 100 responden dengan paritas tidak berisiko
mempunyai frekuensi terbanyak yaitu 45 orang
Tabel IV.6 di atas menunjukkan bahwa (64,29%) dibandingkan responden dengan
responden yang memiliki riwayat keguguran 2 paritas berisiko yaitu 25 orang (35,71%).
kali mempunyai frekuensi terbanyak yaitu 2 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
orang (75%), sedangkan paling sedikit yaitu Kunjungan Antenatal Care (ANC) Pada
pada responden dengan riwayat keguguran 1 kali Trimester I Kehamilan.
dan ≥ 3 kali yaitu masing-masing 1 orang (25%). Kunjungan pertama ibu hamil pada
3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan trimester I kehamilan (K1 murni) yaitu ibu hamil
Paritas datang memeriksakan kehamilannya di sarana
Paritas yaitu jumlah anak yang dilahirkan pelayanan kesehatan secara teratur sesuai yang
oleh ibu baik dalam keadaan hidup maupun mati. dianjurkan oleh petugas kesehatan minimal satu
Gambaran umum responden yang ditinjau kali pada trimester pertama kehamilan (0-3
berdasarkan paritas dapat dilihat pada tabel IV.7 bulan). Gambaran umum responden berdasarkan
berikut. kunjungan ANC pada Trimester I kehamilan
Tabel IV.7 Gambaran Umum Responden dapat dilihat pada tabel IV.9 berikut.
Berdasarkan Paritas di Tabel IV.9 Gambaran Umum Responden
Wilayah Kerja Puskesmas Berdasarkan Kunjungan
Lewoleba Kabupaten ANC Trimester I Kehamilan
Lembata Tahun 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas
Lewoleba Kabupaten
Jumlah Lembata Tahun 2016
Paritas
n %
1 15 21,43 Jumlah
Kunjungan ANC
2 25 35,71 N %
3 20 28,57 Tidak pernah 4 5,71
4 6 8,57 1 kali 23 32,86
5 4 5,72 2 kali 15 21,43
Total 70 1000 3 kali 17 24,29
≥ 4 kali 11 15,71
Tabel IV.7 di atas menunjukkan frekuensi Total 70 100
paling banyak pada responden dengan paritas 2
yaitu 25 orang (35,71%), sedangkan paling Tabel IV.9 menunjukkan bahwa responden
sedikit yaitu responden dengan paritas 5 yaitu 4 dengan kunjungan ANC sebanyak 1 kali
orang (5,72%). merupakan frekuensi terbanyak yaitu 23 orang
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing
JURNAL PENELITIAN 6
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

(32,86%), sedangkan frekuensi paling sedikit Tabel IV.11 di atas menunjukkan bahwa
yaitu responden yang tidak pernah melakukan responden yang mempunyai komplikasi penyakit
kunjungan ANC yakni 4 orang (5,71%). selama kehamilan yaitu 7 orang (10%),
Distribusi frekuensi responden yang sedangkan responden yang tidak mempunyai
ditinjau berdasarkan kunjungan ANC Trimester I komplikasi penyakit selama kehamilan yaitu 63
Kehamilan dapat dilihat pada tabel IV.10 orang (90%).
berikut. Distribusi frekuensi komplikasi penyakit
Tabel IV.10 Distribusi Frekuensi Responden yang diderita responden selama kehamilan dapat
Berdasarkan Kunjungan dilihat pada tabel IV.12 berikut.
ANC pada Trimester I Tabel IV.12 Distribusi Frekuensi Komplikasi
Kehamilan di Wilayah Kerja Penyakit yang diderita
Puskesmas Lewoleba Responden Selama
Kabupaten Lembata Tahun Kehamilan di Wilayah
2016 Kerja Puskesmas Lewoleba
Kabupaten Lembata
Jumlah Tahun 2016
K1 Murni Jumlah
n % Komplikasi Penyakit Selama
Berisiko (tidak pernah) 4 5,71 Kehamilan N %
Tidak Berisiko (≥1 kali) 66 94,29 Anemia 4 5,7
Total 70 100 Malaria 2 2,9
Gangguan Tiroid 1 1,4
Tabel IV.10 di atas menunjukkan bahwa Tidak ada 63 90
responden dengan kunjungan ANC ≥1 kali pada Total 70 100
trimester I kehamilan merupakan frekuensi
terbanyak yaitu 66 orang (94,29%) dibandingkan Tabel IV.12 di atas menunjukkan bahwa
dengan responden yang tidak pernah dari 7 responden yang mempunyai komplikasi
memeriksakan kehamilan pada Trimester I penyakit selama kehamilan, anemia merupakan
kehamilan yaitu 4 orang (5,71%). komplikasi obstetri dengan frekuensi paling
5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan banyak yang pernah dialami oleh responden
Komplikasi Penyakit Selama Kehamilan yaitu 4 orang (57,14%). Sedangkan gangguan
Komplikasi penyakit selama kehamilan tiroid merupakan komplikasi obstetri dengan
adalah penyakit yang diderita responden yang frekuensi paling sedikit yang dialami oleh
akan memberikan pengaruh pada kehamilan. responden yaitu 1 orang (14,29%).
Gambaran umum responden yang ditinjau 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
berdasarkan komplikasi penyakit selama Pengetahuan Tentang Abortus
kehamilan dapat dilihat pada tabel IV.11 berikut. Pengetahuan dibagi dalam dua bagian yaitu
Tabel IV.11 Gambaran Umum Responden pengetahuan kurang apabila responden
Berdasarkan Komplikasi menjawab dengan benar 1-7 (tujuh) pertanyaan
Penyakit Selama saja, sedangkan responden dengan pengetahuan
Kehamilan di Wilayah baik apabila responden menjawab 8-14
Kerja Puskesmas Lewoleba pertanyaan dengan benar. Distribusi frekuensi
Kabupaten Lembata pengetahuan responden tentang abortus dapat
Tahun 2016 dilihat pada tabel IV.14 berikut.

Komplikasi Penyakit Jumlah


Selama Kehamilan n %
Berisiko (Ada) 7 10
Tidak Berisiko (Tidak ada) 63 90
Total 70 100

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing


JURNAL PENELITIAN 7
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

Tabel IV.14Distribusi Frekuensi Pengetahuan Syarat uji Chi-square adalah sel yang mempunyai
Responden tentang nilai expected kurang dari 5 maksimal berjumlah 20%.
Abortus di Wilayah Kerja Tabel 2x2 yang diperoleh tidak layak untuk di uji
Puskesmas Lewoleba dengan Chi-square karena nilai expected yang nilainya
Kabupaten Lembata kurang dari 5 lebih dari 20%, oleh karena itu uji yang
Tahun 2016 dipakai adalah uji Fisher. Hasil uji Fisher diperoleh
Jumlah nilai p = 0,673 yang berarti nilai p>0,05 menunjukkan
Pengetahuan tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian
N %
Kurang 4 5,7 abortus spontan. Nilai OR = 2,129 berarti responden
Baik 66 94,3 dengan usia <20 tahun dan >35 tahun memiliki risiko
2,129 kali lebih besar mengalami abortus spontan
Total 70 100
dibandingkan responden dengan umur 20-35 tahun.
Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai upper limit
Tabel IV.14 di atas menunjukkan bahwa dan lower limit (CI 95%) tidak mencakup nilai 1,
responden dengan pengetahuan baik mempunyai sedangkan hasil penelitian menunjukkan nilai upper
frekuensi lebih banyak yaitu 66 orang (94,3%), limit dan lower limit mencakup nilai 1 (CI:0,364-
dibandingkan dengan responden dengan 12,459). Jadi, ditemukan tidak ada hubungan antara
pengetahuan kurang yaitu 4 orang (5,7%). umur dengan kejadian abortus spontan.
2. Hubungan Riwayat Keguguran dengan
IV.1.4 Analisis Hubungan Antara Variabel Kejadian Abotus Spontan
Independen dengan Variabel Dependen Hasil penelitian dari 70 responden yang ditinjau
1. Hubungan antara Umur Ibu dengan Kejadian berdasarkan riwayat keguguran menunjukkan bahwa
Abortus Spontan pada kelompok kasus, frekuensi responden terbanyak
Hasil penelitian dari 70 responden yang ditinjau yaitu responden dengan riwayat keguguran tidak
berdasarkan umur menunjukkan bahwa pada kelompok berisiko yakni 32 orang (91,4%) dibandingkan
kasus, frekuensi responden terbanyak yaitu responden responden dengan riwayat keguguran berisiko yakni 3
dengan umur tidak berisiko yakni 31 orang (88,6%) orang (8,6%). Pada kelompok kontrol, frekuensi
dibandingkan responden dengan umur berisiko yakni 4 terbanyak yaitu responden dengan riwayat keguguran
orang (11,4%). Pada kelompok kontrol, frekuensi tidak berisiko yakni 34 responden (97,1%)
responden terbanyak yaitu responden dengan umur dibandingkan responden dengan riwayat keguguran
tidak berisiko yakni 33 orang (94,3%) dibandingkan berisiko yakni 1 orang (2,9%). Distribusi frekuensi
responden dengan umur berisiko yakni 2 orang (5,7%). responden berdasarkan riwayat keguguran dengan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu kejadian abortus spontan dapat dilihat pada tabel IV.16
dengan kejadian abortus spontan dapat dilihat pada berikut.
tabel IV.14 berikut. Tabel IV.16 Distribusi Frekuensi Responden
Tabel IV.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Berdasarkan Umur dengan Keguguran dengan Kejadian
Kejadian Abortus Spontan di Abortus Spontan di Wilayah
Wilayah Kerja Puskesmas Kerja Puskesmas Lewoleba
Lewoleba Kabupaten Lembata Kabupaten Lembata Tahun
Tahun 2016 2016

Abortus Spontan Abortus Spontan


Jumlah Riwayat Jumlah
Umur Ibu Kasus Kontrol Kasus Kontrol
n % N % N % Keguguran
N % n % N %
Berisiko (<20 Beresiko
tahun dan >35 4 11,4 2 5,7 6 8,6 3 8,6 1 2,9 4 5,7
(Ada)
tahun) Tidak
Tidak Berisiko beresiko 32 91,4 34 97,1 66 94,3
31 88,6 33 94,3 64 91,4
(20-35 tahun) (Tidak ada)
Total 35 100 35 100 70 100 Total 35 100 35 100 70 100
p= 0.673; OR = 2,129; 95% CI:0,364-12,459 p = 0,614; OR =3,188; 95% CI:0,315-32,244

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing


JURNAL PENELITIAN 8
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

Hasil statistik uji Fisher variabel riwayat nilai upper limit dan lower limit (CI 95%) tidak
keguguran didapatkan nilai p=0,614 mencakup nilai 1, sedangkan hasil penelitian
(p>0,05) yang berarti bahwa riwayat keguguran tidak menunjukkan nilai upper limit dan lower limit
berhubungan dengan kejadian abortus spontan. Nilai mencakup nilai 1 (CI: 0,426-3,013). Jadi, ditemukan
OR = 3,188 berarti responden dengan riwayat abortus tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian
memiliki risiko 3,188 kali lebih besar mengalami abortus spontan.
abortus spontan dibandingkan responden yang tidak 4. Hubungan Kunjungan Antenatal Care (ANC)
mempunyai riwayat abortus spontan. Hubungan Pada Trimester I Kehamilan dengan Kejadian
dikatakan bermakna apabila nilai upper limit dan lower Abortus Spontan
limit (CI 95%) tidak mencakup nilai 1, sedangkan hasil Hasil penelitian dari 70 responden yang ditinjau
penelitian menunjukkan nilai upper limit dan lower berdasarkan kunjungan Antenatal Care (ANC) pada
limit mencakup nilai 1 (CI: 0,315-32,244). Jadi, Trimester I kehamilan menunjukkan bahwa pada
ditemukan tidak ada hubungan antara riwayat kelompok kasus, frekuensi responden terbanyak yaitu
keguguran dengan kejadian abortus spontan. responden dengan ANC ≥ 1 kali yakni 33 orang
3. Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus (94,3%) dibandingkan responden dengan ANC < 1 kali
Spontan yakni 2 orang (5,7%). Pada kelompok kontrol, frekuensi
Hasil penelitian dari 70 responden yang ditinjau responden terbanyak yaitu responden dengan ANC ≥ 1
berdasarkan paritas menunjukkan bahwa pada kali yakni 33 orang (94,3%) dibandingkan responden
kelompok kasus, frekuensi responden terbanyak yaitu dengan kunjungan ANC < 1 kali yakni 2 orang (5,7%).
responden dengan paritas tidak berisiko yakni 22 orang Distribusi frekuensi responden berdasarkan kunjungan
(62,9%) dibandingkan responden dengan paritas Antenatal Care (ANC) pada Trimester I kehamilan
berisiko yakni 13 orang (37,1%). Pada kelompok dengan kejadian abortus spontan dapat dilihat pada
kontrol, frekuensi terbanyak yaitu responden dengan tabel IV.18 berikut.
paritas tidak berisiko yakni 23 responden (65,7%) Tabel IV.18 Distribusi Frekuensi Responden
dibandingkan responden dengan paritas berisiko yakni Berdasarkan Kunjungan
12 orang (34,3%). Distribusi frekuensi responden Antenatal Care (ANC) pada
berdasarkan paritas dengan kejadian abortus spontan Trimester I Kehamilan dengan
dapat dilihat pada tabel IV.17 berikut. Kejadian Abortus Spontan di
Tabel IV.17 Distribusi Frekuensi Responden Wilayah Kerja Puskesmas
Berdasarkan Paritas dengan Lewoleba Kabupaten Lembata
Kejadian Abortus Spontan di Tahun 2016
Wilayah Kerja Puskesmas Abortus Spontan
Lewoleba Kabupaten K1 Jumlah
Kasus Kontrol
Lembata Tahun 2016 Murni
n % n % n %
Berisiko
Abortus Spontan 2 5,7 2 5,7 4 5,7
Jumlah (<1 kali)
Paritas Kasus Kontrol Tidak
n % N % n % Berisiko 33 94,3 33 94,3 66 94,3
Berisiko (≥1 kali)
(1 dan ≥4 13 37,1 12 34,3 25 35,7 Total 35 100 35 100 70 100
kali)
Tidak p =1,000; OR =1,000; 95% CI:0,133-7,527
Berisiko 22 62,9 23 65,7 45 64,3 Hasil statistik uji Fisher variabel kunjungan ANC
(2-3 kali) pada Trimester I kehamilan didapatkan nilai p=1,000
Total 35 100 35 100 70 100 (p>0,05) yang berarti bahwa kunjungan ANC pada
p = 0,803; OR =1,133; 95% CI:0,426-3,013 Trimester I kehamilan tidak berhubungan dengan
Hasil uji statistik dari variabel paritas didapatkan kejadian abortus spontan. Nilai OR = 1,000 berarti
nilai p=0,803 (p>0,05) yang berarti bahwa paritas tidak variabel faktor risiko bersifat netral, dimana responden
berhubungan dengan kejadian abortus spontan. Nilai dengan kunjungan ANC pada Trimester I kehamilan
OR = 1,133 berarti responden dengan paritas 1 dan ≥4 yaitu <1 kali maupun ≥1 kali mempunyai risikonya
kali memiliki risiko 1,133 kali lebih besar mengalami yang sama mengalami abortus spontan. Hubungan
abortus spontan dibandingkan responden yang memiliki dikatakan bermakna apabila nilai upper limit dan lower
paritas 2-3 kali. Hubungan dikatakan bermakna apabila limit (CI 95%) tidak mencakup nilai 1, sedangkan hasil

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing


JURNAL PENELITIAN 9
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

penelitian menunjukkan nilai upper limit dan lower upper limit dan lower limit (CI 95%) tidak mencakup
limit mencakup nilai 1 (CI: 0,133-7,527). Jadi, nilai 1, sedangkan hasil penelitian menunjukkan nilai
ditemukan tidak ada hubungan antara kunjungan ANC upper limit dan lower limit mencakup nilai 1 (CI: 0,285-
pada Trimester I kehamilan dengan kejadian abortus 6,658). Jadi, ditemukan tidak ada hubungan antara
spontan. komplikasi penyakit selama kehamilan dengan kejadian
5. Hubungan Komplikasi Penyakit Selama abortus spontan.
Kehamilan dengan Kejadian Abortus Spontan 6. Hubungan Pengetahuan Tentang Abortus
Hasil penelitian dari 70 responden yang ditinjau dengan Kejadian Abortus Spontan
berdasarkan komplikasi penyakit selama kehamilan Hasil penelitian dari 70 responden yang ditinjau
menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, frekuensi berdasarkan pengetahuan tentang abortus spontan
responden terbanyak yaitu responden tanpa komplikasi menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, frekuensi
penyakit selama kehamilan yakni 31 orang (88,6%) responden terbanyak yaitu responden dengan
dibandingkan responden dengan komplikasi penyakit pengetahuan baik yakni 31 responden (88,6%),
selama kehamilan yakni 4 orang (11,4%). Pada dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan
kelompok kontrol, frekuensi responden terbanyak yaitu kurang yaitu 4 responden (11,4%). Pada kelompok
responden tanpa komplikasi penyakit selama kehamilan kontrol, semua responden berpengetahuan baik yakni
yakni 32 orang (91,4%) dibandingkan responden 35 responden (100%). Selengkapnya dapat dilihat pada
dengan komplikasi penyakit selama kehamilan yakni 3 tabel IV.20 berikut.
orang (8,6%). Distribusi frekuensi responden Tabel IV.20 Distribusi Frekuensi Responden
berdasarkan komplikasi penyakit selama kehamilan Berdasarkan Pengetahuan
dengan kejadian abortus spontan dapat dilihat pada Tentang Abortus dengan
tabel IV.19 berikut. Kejadian Abortus Spontan di
Tabel IV.19 Distribusi Frekuensi Responden Wilayah Kerja Puskesmas
Berdasarkan Komplikasi Lewoleba Kabupaten Lembata
Penyakit Selama Kehamilan Tahun 2016
dengan Kejadian Abortus
Spontan di Wilayah Kerja
Puskesmas Lewoleba Abortus Spontan
Pengeta Jumlah
Kabupaten Lembata Tahun Kasus Kontrol
-huan
2016 n % n % n %
Kurang 4 11,4 0 0 4 5,7
Komplikasi Abortus Spontan Baik 31 88,6 35 100 66 94,3
Jumlah
Penyakit Kasus Kontrol Total 35 100 35 100 70 100
Selama p = 0,114; 95%; CI: 1.002-1.272
Kehamilan n % n % n %
Hasil statistik uji Fisher dari pengetahuan
Berisiko (ada) 4 11,4 3 8,6 7 10 didapatkan nilai p= 0,114 (p>0,05) yang berarti bahwa
Tidak pengetahuan tidak berhubungan dengan kejadian
Berisiko 31 88,6 32 91,4 63 90 abortus spontan. Hubungan dikatakan bermakna apabila
(tidak ada) nilai upper limit dan lower limit (CI 95%) tidak
Total 35 100 35 100 70 100 mencakup nilai 1, hasil penelitian menunjukkan nilai
upper limit dan lower limit mencakup nilai 1 (CI: 1.002-
p = 1,000; OR =1,376; 95% CI: 0,285-6,658 1.272). Jadi, ditemukan tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian abortus spontan.
Hasil statistik uji Fisher variabel komplikasi
penyakit selama kehamilan didapatkan nilai p=1,000 PEMBAHASAN
(p>0,05) yang berarti bahwa komplikasi penyakit IV.2.1 Hubungan antara Umur Ibu dengan
selama kehamilan tidak berhubungan dengan kejadian Kejadian Abortus Spontan
abortus spontan. Nilai OR = 1,376 berarti responden
yang mempunyai komplikasi penyakit selama Umur menjadi salah satu penentu status kesehatan
kehamilan memiliki risiko 1,376 kali lebih besar maternal yang akan mempengaruhi kelangsungan hidup
mengalami abortus spontan dibandingkan responden anak yang dikandungnya karena umur seseorang
yang tidak mempunyai komplikasi penyakit selama merupakan salah satu faktor yang menggambarkan
kehamilan. Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing
JURNAL PENELITIAN 10
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

kematangan individu baik secara fisik, psikis, dan mengakui mengalami kelelahan saat bekerja maupun
sosial. Umur maternal <20 tahun dan >35 tahun pulang kerja. Hal ini disebabkan jarak ke tempat kerja
merupakan umur berisiko yang mempengaruhi yang cukup jauh dengan kondisi jalan yang tidak baik.
morbiditas maupun mortalitas maternal. Sedangkan Responden menggunakan kendaraan roda dua dalam
umur yang paling aman bagi ibu untuk hamil dan kondisi kehamilan yang mana sebenarnya pada
melahirkan adalah umur antara 20-35 tahun, karena usia kehamilan usia muda disarankan untuk tidak terlalu
ini berada dalam masa reproduksi sehat. melakukan gerakan atau pekerjaan berat karena dapat
Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada mengganggu kondisi janin yang dikandung. Selain itu
hubungan antara umur ibu dengan kejadian abortus ada pula responden yang mengakui terlalu sering
spontan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian mengangkat beban berat selama kehamilan,
Kurniasih (2013), yang menyatakan bahwa tidak ada dikarenakan responden bekerja sebagai penjual ikan
hubungan antara umur ibu dengan kejadian abortus keliling. Hal ini dapat mengakibatkan perut ibu hamil
dengan nilai p 0.54>0,005. Namun penelitian ini dapat secara tiba-tiba merasa kencang atau kram yang
bertolak belakang dengan penelitian Handayani (2015), dilanjutkan dengan kontraksi dini atau perdarahan.
yang menyatakan umur ibu mempunyai hubungan
dengan kejadian abortus dengan p value 0,000. VI.2.2 Hubungan antara Riwayat Abortus dengan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kasus Kejadian Abortus Spontan
abortus spontan lebih banyak terjadi pada ibu hamil Sebelum hamil seorang wanita bisa memiliki suatu
dengan usia produktif atau tidak berisiko yakni pada keadaan yang menyebabkan meningkatnya risiko
usia 20-35 tahun sebesar 88,6%. Padahal usia 20-35 kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami
tahun merupakan usia yang paling aman bagi ibu untuk masalah pada kehamilan yang lalu, maka risikonya
hamil dan melahirkan. Sehingga hasil analisis data untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur akan datang adalah lebih besar. Pasangan yang pernah
ibu dengan kejadian abortus spontan. Sementara pada mengalami keguguran tentu saja prihatin memikirkan
penelitian lain, kasus abortus spontan lebih banyak kemungkinan mendapat bayi yang sehat. Setelah
terjadi pada ibu dengan usia <20 tahun dan >35 tahun, seorang wanita mengalami sekali keguguran, dia masih
yang berarti ada hubungan antara umur ibu dengan punya kemungkinan yang normal untuk hamil lagi,
kejadian abortus spontan. tetapi kemungkinan mengalami keguguran lagi lebih
Berdasarkan penelitian ini memang umur tidak tinggi (Sloane dan Benedict, 2009).
menjadi faktor risiko yang secara signifikan Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada
menyebabkan terjadinya keguguran, namun haruslah hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian
diperhatikan kondisi psikologis ibu hamil seperti stress abortus spontan. Penelitian ini tidak sejalan dengan
serta ibu tidak boleh memaksakan diri untuk bekerja penelitian Maliana (2016), dengan hasil perhitungan chi
saat hamil sehingga tidak muncul berbagai masalah square didapatkan nilai p = 0,005. Penelitian Maliana
kesehatan pada ibu dan janin. sama dengan penelitian Putri, dkk (2015) melalui
Pada penelitian ini didapatkan 4 (empat) orang penelitian yang berjudul “Hubungan antara usia ibu
responden yang mengakui mengalami stress selama dengan riwayat abortus dengan kejadian abortus
hamil. Stress yang dialami oleh responden dalam inkompletus di RSB Ummi Kota Tasikmalaya tahun
penelitian ini dikarenakan ketidaksiapan keluarga dalam 2015”. Penelitian Putri, dkk (2015) menjelaskan ada
menerima kehamilan ibu. Ketidaksiapan ini disebabkan hubungan yang bermakna antara riwayat abortus
karena responden mengalami kehamilan di luar nikah. dengan kejadian abortus.
Secara sosial hubungan seks baru diperbolehkan bila Ketiadaan hubungan antara riwayat abortus
telah terikat dalam perkawinan. Di tengah masyarakat, dengan kejadian abortus spontan dapat disebabkan oleh
kehamilan belum dapat diterima tanpa status beberapa faktor yaitu perbandingan jumlah ibu dengan
perkawinan yang resmi, atau hidup bersama tanpa riwayat abortus lebih sedikit jumlahnya yaitu 5,7%
pernikahan. Stress yang dialami oleh responden lain dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat abortus
dikarenakan tidak adanya dukungan dari pasangan, sebesar 94,3%. Selain itu disebabkan karena sebagian
yang tidak bertanggung jawab atas kehamilan yang besar responden berada sebagai ibu dengan
terjadi. Inilah yang menjadi pemicu responden primigravida (wanita hamil yang pertama kali). Ini
mengalami stress. artinya ibu primigravida tidak mempunyai pengalaman
Pekerjaanpun turut andil menyebabkan abortus atau riwayat hamil sebelumnya. Berdasarkan hasil
spontan. Dalam penelitian ini sebanyak 3 dari 10 wawancara dengan responden didapatkan 15 orang
responden yang bekerja sebagai guru dan wiraswasta, responden (21,4%) dengan status primigravida. Inilah
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing
JURNAL PENELITIAN 11
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

yang menjadi salah satu faktor menyebabkan tidak IV.2.3 Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus
adanya hubungan riwayat abortus dengan kejadian Spontan
abortus spontan. Paritas seorang ibu dapat mempengaruhi
Asupan gizi ibu hamil menjadi faktor penting baik kehamilan dan persalinannya. Ibu dengan paritas
untuk pemenuhan nutrisi ibu hamil maupun untuk pertama dan lebih dari 3 kali mempunyai risiko lebih
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam besar daripada ibu dengan paritas 2 atau 3 kali. Hal ini
kandungan, bila ibu mengalami kekurangan nutrisi dikarenakan ibu primigravida belum mempunyai
selama kehamilan maka akan menimbulkan masalah, pengalaman dalam hal kehamilan dan persalinan,
baik pada ibu maupun janin. Berdasarkan hasil sedangkan pada ibu dengan paritas lebih dari 3 kali
penelitian seorang ibu yang mempunyai riwayat abortus cenderung memiliki masalah pada otot rahim. Otot
lebih dari 3 kali, mengakui kurang memperhatikan rahim yang lemah ini menjadi salah satu faktor
asupan nutrisinya selama kehamilan dikarenakan terjadinya kejadian abortus karena tidak mampu
pekerjaannya yang cukup berat yakni sebagai penjual menyokong janin dengan sempurna. Risiko pada paritas
ikan keliling ditambah fisiknya yang kurus membuat pertama dapat ditangani apabila ibu melakukan asuhan
ibu tersebut kelelahan dan akhirnya mengalami obstertik dengan baik. Bagi ibu dengan risiko paritas
keguguran. tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan mengikuti
Nutrisi sangatlah penting bagi ibu hamil selama program keluarga berencana.
masa kehamilan berlangsung, sebab selama kehamilan Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
tubuh ibu akan mengalami banyak perubahan fisik dan Pariani, dkk (2014) yang menyatakan bahwa adanya
hormon. Dalam hal ini, asupan gizi ibu hamil akan hubungan yang signifikan antara paritas dengan
mempengaruhi kesehatan ibu dan janin dalam kejadian abortus spontan yang ditunjukkan dengan hasil
kandungan. Nutrisi yang tepat sangat membantu uji chi square didapatkan nilai p 0,0001 pada tingkat
tumbuh kembang janin yang dikandung. Kebutuhan signifikansi 5%. Namun sejalan dengan penelitian Aini,
nutrisi yang dimaksud bukan dalam hal porsi makan, di dkk (2016) yang menyatakan bahwa paritas tidak
mana ibu makan untuk dua orang, namun lebih dari itu, mempunyai hubungan dengan kejadian abortus.
ibu memerlukan lebih banyak nutrisi, seperti Dibuktikan dengan hasil uji nilai p yang diperoleh
mikronutrien (vitamin dan mineral) dan makronutrien fischer exact test sebesar 0,152 > 0,05 maka Ho
(kalori atau energy) yang diperoleh dari karbohidrat, diterima dan Ha ditolak.
protein, dan lemak. Pemenuhan nutrisi untuk ibu Penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang
sebaiknya diperhatikan jauh sebelum ibu hamil atau mengatakan bahwa, semakin tinggi paritas maka
saat ibu mulai merencanakan kehamilan. semakin tinggi kasus abortus. Hal ini dikarenakan
Menurut teori seorang ibu yang telah mengalami jumlah ibu dengan paritas tidak berisiko lebih banyak
kejadian abortus pada kehamilan sebelumnya (64,3%) dibandingkan jumlah ibu dengan paritas
mempunyai peluang mengalami kejadian abortus pada berisiko (35,7%). Berdasarkan hasil wawancara
kehamillan selanjutnya. Hal ini didukung oleh didapatkan faktor lain yang menyebabkan ibu
penelitian Putri, dkk (2015) bahwa riwayat abortus mengalami abortus spontan yakni menyangkut gaya
merupakan faktor resiko terjadinya abortus untuk hidup ibu seperti ibu yang mempunyai riwayat
kehamilan selanjutnya, selain itu juga riwayat abortus merokok, sering terpapar oleh asap rokok atau perokok
merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang. pasif, dan terdapat 2 orang ibu yang mengalami
Oleh karena itu sangatlah penting untuk keguguran tidak mengetahui kehamilan yang sedang
memeriksakan kehamilan secara rutin pada tenaga terjadi. Hal ini terjadi karena ibu tidak mengetahui
kesehatan. Dengan pemeriksaan kehamilan kita dapat mengenai tanda kehamilan. Dengan ketidaktahuan akan
mengetahui perkembangan kehamilan, tingkat kehamilan yang terjadi inilah yang membuat ibu tetap
kesehatan kandungan, kondisi janin, dan beraktivitas sebagaimana biasanya.
bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang Faktor lainnya adalah jarak kehamilan yang diatur
diharapkan dapat dilakukan penanganan secara dini. oleh pasangan pasca keguguran sudah baik. WHO
Jika ibu mempunyai riwayat keguguran bukan berarti menganjurkan pasangan untuk menunda kehamilan 6
ibu tidak bisa hamil lagi, namun sangatlah penting bagi (enam) bulan setelah keguguran guna memperkecil
ibu untuk mengenali penyebab keguguran tersebut risiko komplikasi pada ibu dan bayi. Hal ini
sehingga dapat dicegah terjadinya keguguran berulang. dikarenakan bagi ibu yang baru mengalami keguguran
sering mengalami gangguan psikologis berupa cemas,
marah, kecewa, dan rasa bersalah. Oleh karena itu
sangat disarankan agar pasangan pulih secara fisik dan
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing
JURNAL PENELITIAN 12
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

psikis sebelum merencanakan kehamilan selanjutnya. persalinan. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan
Dengan demikian paritas bukan faktor risiko yang ibunya merupakan satu kesatuan yang saling
paling mempengaruhi kejadian abortus spontan. mempengaruhi. Sehingga kesehatan ibu yang optimal
IV.2.4 Hubungan Kunjungan Antenatal Care (ANC) akan meningkatkan pula kesehatan, pertumbuhan, dan
Pada Trimester I Kehamilan dengan Kejadian perkembangan janin.
Abortus Spontan Jadi dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan
Asuhan antenatal merupakan upaya preventif kehamilan atau antenatal care belum tentu
program pelayanan kesehatan obstertik untuk mempengaruhi terjadinya abortus. Tapi sangat
mengoptimalkan kesehatan ibu dan anak melalui diharapkan ibu hamil senantiasa memeriksakan
serangkaian kegiatan pemanduan rutin selama kehamilannya guna mendeteksi secara dini kelainan dan
kehamilan. Selama melakukan kunjungan antenatal, risiko yang mungkin timbul selama kehamilan.
para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian IV.2.5 Hubungan Komplikasi Penyakit Selama
pelayanan yakni dilakukannya observasi berencana dan Kehamilan dengan Kejadian Abortus
teratur terhadap ibu hamil melalui pemeriksaan, Spontan
pendidikan, pengawasan secara dini terhadap Penyakit penyerta menjadi salah satu masalah
komplikasi dan penyakit ibu yang dapat mempengaruhi kesehatan yang turut mempengaruhi kesehatan ibu
kehamilan. selama hamil maupun janin yang dikandungnya. Bayi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p = dengan kondisi BBLR, premature, mortalitas ibu atau
1,000 (p>0,05) yang berarti bahwa kunjungan ANC bayi merupakan beberapa akibat yang ditimbulkan jika
pada Trimester I kehamilan tidak berhubungan dengan didapatkan ibu hamil dengan penyakit penyerta.
kejadian abortus spontan. Penelitian ini tidak sejalan Berdasarkan hasil statistik uji Fisher didapatkan
dengan penelitian Silitonga, dkk (2013), yang nilai p 1,000 > 0,05 yang artinya komplikasi penyakit
menyatakan adanya hubungan pengetahuan dengan selama kehamilan tidak berhubungan dengan kejadian
tindakan perawatan kehamilan pada ibu hamil yang abortus spontan. Penelitian ini sejalan dengan
mengalami abortus spontan, nilai p 0,016 dengan penelitian Maliana (2016), dalam penelitiannya yang
demikian p<0,05. Kejadian abortus dapat disebabkan berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
oleh multifaktor, inilah yang menjadi alasan penelitian kejadian abortus inkomplit di ruang kebidanan RSUD
ini tidak didapatkan adanya hubungan antara kunjungan Mayjend. Hm. Ryacudu Kota Bumi", didapatkan nilai p
ANC pada Trimester pertama kehamilan dengan 0,356> 0,05 artinya tidak ada hubungan antara penyakit
kejadian abortus. selama kehamilan dengan kejadian abortus.
Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan responden Hasil penelitian yang tidak sesuai ini disebabkan
mempunyai pengetahuan yang baik tentang pentingnya karena jumlah ibu hamil tanpa komplikasi penyakit
memeriksakan kehamilan, dimana semua responden selama kehamilan lebih banyak (90%) dibandingkan
(100%) menjawab benar pertanyaan tentang pentingnya jumlah ibu hamil yang memiliki komplikasi penyakit
memeriksakan kehamilan. Salah satu tindakan nyata selama kehamilan (10%). Penyakit penyerta yang
yang dilakukan ibu yang turut membantu dirinya dan menjadi temuan pada saat penelitian adalah anemia,
bayi yang dikandung adalah dengan melakukan malaria, dan gangguan tiroid. Dari 7 (tujuh) responden
kunjungan antenatal care secara rutin dan teratur. yang mempunyai komplikasi penyakit selama
Didapatkan bahwa responden kasus yakni 33 orang kehamilan, sebanyak 6 (enam) responden yang rutin
(94,3%) melakukan pemeriksaan kehamilan atau melakukan kunjungan ANC.
antenatal care minimal 1 (satu) kali selama kehamilan Kunjungan ANC membantu ibu dengan risiko
sampai sebelum terjadinya keguguran. Sedangkan pada tinggi menanggani kasusnya. Walaupun pada akhirnya
responden kasus yang sama sekali tidak melakukan ada 3 (tiga) responden kasus tetap mengalami abortus
pemeriksaan kehamilan atau ANC disebabkan karena spontan. Salah satu kasus yakni ibu dengan anemia
responden tidak mengetahui kehamilannya yaitu 2 menuturkan bahwa hal ini terjadi karena ibu sering
orang responden. Berdasarkan hasil wawancara ibu mengalami mual muntah berlebih (hiperemesis
yang sama sekali tidak melakukan kunjungan ANC gravidarum). Jika seorang ibu hamil mengalami
tetap beraktivitas seperti biasa sehingga menjadi pemicu hiperemesis gravidarum pada trimester pertama akan
ibu keguguran. memperburuk kondisi ibu. Hal ini menyebabkan
Pemeriksaan antenatal memberikan manfaat terjadinya dehidrasi dan pengurangan cadangan
dengan ditemukannya kelainan yang menyertai selama karbohidrat sehingga mempengaruhi perkembangan
hamil secara dini. Sehingga dapat diperhitungkan dan janin. Ibu dengan kasus anemia mengaku bahwa dirinya
dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan rutin meminum obat penambah darah tapi hal ini tidak
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing
JURNAL PENELITIAN 13
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

berdampak baik karena setiap diminum akan langsung memeriksakan kehamilan, penyebab keguguran, usia
dimuntahkan. kehamilan yang beresiko keguguran dan waktu yang
Sedangkan bagi ibu dengan kasus malaria, terjadi tepat untuk hamil setelah keguguran.
ketidaktepatan atau keterlambatan dalam mengetahui Faktor pengalamanpun turut mengambil andil
penyakit penyertanya. Ibu baru mengetahui dirinya dalam kasus abortus spontan pada penelitian ini.
menderita malaria setelah keguguran terjadi. Hal ini Pengalaman merupakan guru terbaik bagi seseorang
dikarenakan ibu tidak memeriksakan kehamilannya dalam menentukan sikap dan tindakan seseorang
pada Trimester pertama kehamilan di sarana pelayanan kedepan. Bila seseorang sudah memiliki pengalaman
kesehatan. akan suatu kejadian tertentu, maka selanjutnya ia akan
Berdasarkan hasil di atas, maka peneliti memperbaiki kondisinya untuk mengatasi kasus yang
berpendapat bahwa ada faktor lain yang lebih sama dikemudian hari.
berpengaruh terhadap kejadian abortus. Namun Sama seperti kasus abortus, biasanya ibu dengan
kesehatan ibu tetaplah harus dijaga agar bayi yang pengalaman abortus akan mempunyai peluang untuk
dikandung tetap berada dalam kondisi sehat dan siap memiliki anak dengan kehamilan normal walau disertai
dilahirkan. Sehingga sangat disarankan ibu hamil peluang abortus berulang. Pada penelitian ini responden
dengan penyakit penyerta selalu melakukan kunjungan dengan primigravida berjumlah 15 orang yang mana ibu
antenatal care sehingga dapat berkonsultasi dengan primigravida belum memiliki pengalaman abortus.
tenaga kesehatan mengenai kehamilan dan penyakit Sehingga tidaklah mengherankan walaupun ibu
penyerta yang sedang dialami. mempunyai tingkat pendidikan baik disertai
IV.2.6 Hubungan Pengetahuan Tentang Abortus pengetahuan yang memadai, kejadian abortus masih
Spontan dengan Kejadian Abortus Spontan saja terjadi.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini IV.3 Keterbatasan Penelitian
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap Penelitian ini didasari asumsi bahwa terdapat tujuh
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca variabel bebas yang mempunyai hubungan yang
indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, signifikan dengan kejadian abortus spontan sebagai
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan variabel terikat. Tujuh variabel bebas dimaksud adalah
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. umur ibu, paritas, riwayat abortus, kujungan pertama
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang ibu hamil pada trimester I kehamilan di sarana
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. pelayanan kesehatan, komplikasi penyakit selama
Karena ternyata perilaku yang didasarkan oleh kehamilan dan pengetahuan tentang abortus spontan.
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku Hasil penelitian menunjukkan ke-tujuh variabel tersebut
yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2011). tidak terbukti mempunyai hubungan yang signifikan
Berdasarkan hasil statistik uji Fisher diperoleh dengan kejadian abortus spontan. Menurut peneliti, hal
nilai p = 0,114<0,05 yang artinya tidak ada hubungan ini lebih tepat disebabkan adanya keterbatasan
antara pengetahuan dengan kejadian abortus spontan. penelitian ini, berikut uraiannya:
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian 1. Keterbatasan penelitian ini menyangkut sampel
Silitonga, dkk (2013) berdasarkan hasil uji statistik yang merupakan total populasi sangat terbatas
dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p value jumlahnya.
0,016<0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan 2. Terbatasnya pengetahuan peneliti terhadap unsur-
antara pengetahuan dengan tindakan perawatan unsur populasi dimana tidak terdapat pengetahuan
kehamilan pada ibu hamil yang mengalami abortus sebelumnya yang dapat digunakan untuk menilai
spontan. derajat keseragaman populasi.
Dalam penelitian ini responden paling banyak
berada dalam usia reproduksi sehat (91,43%) dengan PENUTUP
tingkat pendidikan yang cukup baik yakni SMA V.I Simpulan
(44,29% dan Perguruan tinggi (20%), yang mana 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur
dengan tingkat pendidikan ini memampukan seseorang ibu dengan kejadian abortus spontan.
mudah menerima dan menganalisa setiap informasi 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas
yang diterima. Informasi yang diterima dapat melalui dengan kejadian abortus spontan.
berbagai media diantaranya media elektronik maupun 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
cetak. Responden memiliki pengetahuan baik dengan riwayat abortus dengan kejadian abortus spontan.
jawaban 100% benar, terutama pada pertanyaan tentang
umur ibu yang beresiko keguguran, pentingnya
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing
JURNAL PENELITIAN 14
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara


kunjungan ANC pada Trimester pertama Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDANA. 2011.
kehamilan dengan kejadian abortus spontan. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Mahasiswa. Fakultas Kesehatan Masyarakat
komplikasi penyakit selama kehamilan dengan UNDANA: Kupang.
kejadian abortus spontan.
6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Fajar, dkk. 2009. Statistik untuk Praktisi Kesehatan.
pengetahuan dengan kejadian abortus spontan. Yogyakarta: Graha Ilmu

V.2 Saran Gunaneraga, dkk. 2014. Hubungan Abortus Inkomplit


dengan Faktor Risiko pada Ibu Hamil di Rumah
1. Bagi Instansi Kesehatan Sakit Pindad Bandung Periode 2013-2014.
2. Bagi Ibu Hamil Bandung: Universitas Maranatha.
3. Peneliti Lain http://www.repositori.maranatha.edu/12683/1/111/
01/20_Abstract_TOC.pdf,di akses tanggal 6
DAFTAR PUSTAKA Februari 2016.
Aini, dkk. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Abortus Di Rsud Kelet Handayani, 2015. Hubungan Umur dan Paritas Dengan
Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Kejadian Abortus Di RSUD Kabupaten Rokan
https://ppnijateng.org/wp- Hulu.
content/uploads/2016/11/prosiding-muswil-ii- http://e-
ipemi-jateng_magelang-17-september-2016.82- journal.upp.ac.id/index.php/akbd/article/download
93.pdf, di akses tanggal 11 Februari 2017 /1092/793. di akses tanggal 16 Maret 2017

Alfaqinisa, Rara. 2015. Hubungan antara Tingkat Handoro, dkk. 2009. Abortus Berulang. Bandung:
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Orang Tua Refika Aditama.
tentang Pneumonia dengan Tingkat Kekambuhan
Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Hutahaean, Serri. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta:
Puskesmas Ngesrep Kota Semarang Tahun 2015. Salemba Medika.
http://lib.unnes.ac.id/22943/1/6411411240.pdf, di
akses tanggal 15 Januari 2017 Irianto, Koes. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana.
Bandung: Alfabeta.
Badan Pusat Statistik. 2012. Profil Kesehatan Ibu dan
Anak. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010.
Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
2013. Profil Statistik Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan
Kesehatan. Jakarta RI. Jakarta

Budianto, Eko. 2006. Biostatistika untuk Kedokteran 2013. Profil Kesehatan


dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Indonesia. Jakarta.
Buku Kedokteran. EGC
Kurniasih, 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Budiman. 2013. Penelitian Kesehatan. Bandung: PT Dengan Kejadian Abortus Pada Pekerja Wanita Di
Refika Aditama Pt X Kabupaten SumedangProvinsi Jawa Barat
http://www.lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S-
Denidya, D. M. 2011. Melahirkan dengan Nia%20Kurniasih, di akses tanggal 16 Maret 2017
Menyenangkan. Yogyakarta: Pinang Merah.
Maemunah, dkk. 2013. Hubungan Karakteristik Ibu
Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata. 2016. Kasus dengan Kejadian Abortus di Rumah Sakit Ibu dan
Abortus Kabupaten Lembata. Kabupaten Lembata. Anak Siti Fatimah Makasar. Makassar: STIKES
Nani Makasar dan Poltekes Kemenkes Makassar.
Dinas Kesehatan Provinsi NTT. 2014. Profil Kesehatan http://www.academi.edu/11351436/HUBUNGAN
Provinsi NTT. Kupang. _KARAKTERISTIK_DENGAN_KEJADIAN_A

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing


JURNAL PENELITIAN 15
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

BORTUS_DI_RUMAH_SAKIT_IBU_DAN_AN Rahmani, S. L. 2014. Faktor-Faktor Risiko Kejadian


AK_SITI_FATIMAH_MAKASAR, diakses Abortus di RS Prikasih Jakarta Selatan pada
tanggal 6 Februari 2016. tahun 2013. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Maliana, 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123
Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di Ruang 456789/27175/1/SILMI%20LISANI%20RAHMA
Kebidanan Rsud Mayjend. Hm. Ryacudu Kota NI-FKIK.pdf, diakses tanggal 6 Februari 2016.
Bumi https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/114/100, di Rauf, N. I., Y. Amir, dan Balqis. 2013. Faktor yang
akses tanggal 3 Juni 2017 Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal Care di Puskesmas Minasa Upa Kota
Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Semarang Tahun 2013. Diakses dari:
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Bidang http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/1234
Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Madah. 56789/5481/NUR%20INAYAH%20RAUF%20%
28K%20111%2009%20343%29.pdf?sequenced,
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Kesehatan. diakses tanggal 11 Maret 2016.
Jakarta: Rineka Cipta.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian
2011. Kesehatan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Masyarakat Ilmu & Seni Edisi Revisi 2011.
Jakarta: Rineka Cipta. Rochmawati, Putri Nurvita. 2013. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Abortus di Rumah Sakit Umum
Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergency Kebidanan. Pusat DR. Soeradji Tirtonegoro. Klaten:
Yogyakarta: Nuha Medika. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/25655/11/NASKAH_PUB
Nugroho, Taufan dan Bobby Indra Utama. 2014. LIKASI.pdf, diakses tanggal 6
Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Februari 2016.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Pariani, dkk. 2014. Faktor Resiko Yang Berhubungan Safitri, I. 2010. Gambaran Kejadian Abortus
Dengan Kejadian Abortus Spontan Di Rsud Imminensdi Rumah Sakit AliyahKota Kendari
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2010. Kendari: Akademi kebidanan pelita
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/4 ibu kendari.
438.pdf di akses tanggal 3 Juni 2017 http://irmasafitrimegarezki.blogspot.com/2012/11/
gambaran-kejadian-abortus-imminens.html, di
Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. akses tanggal 13 November 2015.
Jakarta. PT Bina Pustaka.
Silitonga, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan
Purwoastuti, Th. Endang dan Elisaberth Siwi Walyani. Sikap Dengan Tindakan Perawatan Kehamilan
2015. Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial untuk Pada Ibu Hamil Yang Mengalami Abortus
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka baru press. Spontan Di Klinik Bidan Nerli Desa Sampe Raya
Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat
Puskesmas Lewoleba. 2016. Register Bulanan http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/12345
Puskesmas Lewoleba. Kabupaten Lembata. 6789/40036/Cover.pdf?sequence=7&isAllowed=y
, di akses tanggal 3 Juni 2017
Putri, dkk. 2015. Hubungan Antara Usia Ibu Dan
Riwayat Abortus Dengan Kejadian Abortus Sloane, Phillip D dan Benedict Salli. 2009. The
Inkompletus Di Rsb Ummi Kota Tasikmalaya Complete Pregnancy Workbook. Terjemahan oleh
http://ejurnal.stikesmk.ac.id/file.php?file=mahasis Alih Bahasa: Anton Adiwiyoto. Jakarta: Mitra
wa&id=483&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d5000 Utama.
1df6&name=Jurnal%20Nindy.pdf, di akses
tanggal 3 Juni 2017 Wikipedia.com
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan),
di akses tanggal 15 Februari 2016.
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing
JURNAL PENELITIAN 16
Mei, 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat-UNDANA

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT | Dionisius D. Y. Mahing

S-ar putea să vă placă și