Sunteți pe pagina 1din 6

LEARNING OBJECTIVE

1. Hubungan Hipertensi dengan LBP ?


2. Hubungan Pekerjaan dengan LBP?
3. Hubungan posisi duduk, berdiri, dan berjalan dengan kejadi LBP?
4. Fungsi dari tes Laseque dan interpretasinya?

JAWABAN LO

1) Untuk saat ini belum ada penelitian yang membuktikan adanya hubungan hipertensi
dengan LBP, namun salah satu faktor risiko dari LBP adalah merokok, jadi merokok
meningkatkan risiko terjadi nyeri punggung bawah. Secara khusus, responden yang
merokok mempunyai kemungkinan akan mengalami nyeri punggung bawah (NPB)
1,348 kali lipat dibandingkan dengan responden yang tidak merokok. Hasil penelitian
ini serupa dengan penelitian yang dikerjakan di rumah sakit daerah negara bagian
Tver, Rusia tahun 2013 yang mendapatkan korelasi yang kuat antara merokok dan
proses degenerasi tulang belakang.
Patofisiologi nyeri punggung bawah pada orang dengan kebiasaan merokok
tidak secara jelas diketahui. Terdapat salah satu teori yang menyatakan bahwa
kandungan nikotin dalam rokok menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang
mensuplai nutrisi ke sel-sel diskus intervertebralis, bila pasokan nutrisi terganggu sel-
sel mengalami malnutrisi sehingga rentan mengalami kerusakan. Kandungan nikotin
di dalam rokok juga mengakibatkan penebalan dinding pembuluh darah yang
memperberat pasokan darah dan nutrisi ke jaringan. Selain itu, nikotin mempunyai
efek negatif terhadap sel osteoblas, yaitu memengaruhi proliferasi dan juga
metabolisme seluler osteoblas serta sintesis kolagen, sehingga kepadatan mineral
tulang berkurang. Lebih lanjut lagi, salah satu hasil akhir rokok adalah gas beracun
karbon monoksida. Karbon monoksida yang dihasilkan dari pembakaran rokok akan
berikatan dengan hemoglobin (hb), sehingga menghambat dan juga mengurangi
pelepasan oksigen (yang seharusnya berikatan dengan hemoglobin) ke jaringan
terutama jaringan selsel diskus intervertebralis yang kekurangan nutrisi.
Referensi :
Patrianingrum M, et al. 2015. Evalensi dan Faktor Risiko Nyeri Punggung
Bawah di Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP. 2015;3(1): . Viewed : 22 maret 2019. From
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/jap/article/viewFile/379/pdf_41

2) Hubungan Pekerjaan dengan LBP


Melalui analisis statitiks yang dilakukan di Amerika pada tahun 1992, ada
beberapa hal yang menimbulkan gejala LBP yaitu kerja berat, tingkat pendidikan, dan
pendapatan yang rendah, usia antara 49-65 tahun, dan perokok . Berkaitan dengan
faktor risiko kerja, usia 24- 25 tahun rentan mengalami hernia diskus intervertebrali.
Selama usia kronologis discus intervertebralis, aktivitas fisik dapat meningkatkan
tekanan intra diskus. Seorang pekerja harus dapat melakukan pekerjaan mengangkat
berat dan menekuk tubuhnya berulang kali (beban lebih dari 25 pon), memiliki risiko
untuk terjadinya hernia diskus intervertebralis .
Pada pekerja di negara-negara berkembang, ada beberapa faktor risiko utama
yang diduga berperan dalam terjadinya LBP yaitu stres fisik (misalnya pekerja
mengangkat terus-menerus, mengemudikan kendaraan , kondisi tulang belakang yang
statis atau digerakkanberulang-ulang, stres psikososial (misalnya beban kerja yang
lama, kurangnya tunjangan sosial dan jaminan kesehatan, karakter pribadi (misalnya
stautus psikologis, dan merokok), dan karakter fisik (misalnya obesitas).
Beberapa penelitian tentang hubungan antara kejadian nyeri punggung bawah
dan posisi duduk menyatakan bahwa posisi duduk saja tidak dengan sendirinya
meningkatkan risiko nyeri punggung bawah. Duduk selama lebih dari setengah hari
kerja yang dikombinasikan dengan whole body vibration (WBV) dan/atau posisi
canggung meningkatkan kemungkinan nyeri punggung bawah (NPB) sebesar 4 kali
lipat.19 Dalam penelitian ini didapatkan bahwa posisi statis, seperti duduk dan berdiri
lama, tidak secara signifikan meningkatkan risiko nyeri punggung bawah (NPB).
Temuan dalam penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian di Kanada pada tahun
2007 terhadap 15 orang sukarelawan sehat yang diminta untuk berdiri selama 2 (dua)
jam terus-menerus sementara mereka melakukan 4 (empat) pekerjaan yang
berbeda.20 Dalam penelitian tersebut sebanyak 50% sukarelawan sehat mengeluhkan
rasa tidak nyaman pada punggung bawah setelah berdiri selama dua jam. Rasa tidak
nyaman ini berubah menjadi nyeri punggung bawah saat sukarelawan tersebut diminta
untuk berdiri selama 4 jam setiap harinya. Pada sukarelawan yang mengalami nyeri
punggung bawah saat berdiri lama ternyata setelah diteliti mereka lebih sedikit
menggunakan panggul serta otot gluteus medius dalam rangka mengembalikan titik
pusat keseimbangan anterior-posterior.
Lama waktu kerja berkaitan dengan keadaan fisik pekerja, dimana pekerjaan
fisik yang berat akan mempengaruhi kerja otot, kardiovaskuler dan sistem pernapasan.
Jika pekerjaan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, maka kemampuan tubuh
akan menurun dan menyebabkan kesakitan pada beberapa anggota tubuh seperti nyeri
punggung (Suma’mur, 1996). Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan
lamanya seseorang bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP
merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan
bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang
terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami LBP12 .
Penelitian yang dilakukan oleh Umami (2013) bahwa pekerja yang paling banyak
mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun
dibandingkan dengan mereka dengan masa kerja < 5 tahun ataupun 5-10

Referensi :

Patrianingrum M, et al. 2015. Evalensi dan Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah di
Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi
Perioperatif [JAP. 2015;3(1): . Viewed : 22 maret 2019. From
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/jap/article/viewFile/379/pdf_41
3) Hubungan posisi duduk, berdiri, dan berjalan dengan kejadi
Nyeri Punggung Bawah (NPB) sering disebut Low Back Pain (LBP), atau
nyeri pinggang. NPB adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri Punggung
Bawah (NPB) merupakan nyeri yang terasa di daerah lumbal atau lumbosakral dan
kadang disertai penjalaran nyeri ke arah tungkai (sciatica). Nyeri yang berasal dari
daerah punggung bawah dapat dirasakan di daerah lain atau begitu pula sebaliknya.
Duduk didefinisikan sebagai salah satu sikap tubuh menopang batang badan bagian
atas oleh pinggul dan sebagian paha yang terbatas pergerakannya untuk mengubah
posisinya lagi. Selama ini duduk telah menjadi topik yang kompleks oleh para peneliti
NPB. Lamanya duduk dan sikap duduk merupakan subtopik yang erat kaitannya
dengan NPB.
Menurut Lis Angela Maria dkk, tidak ada bukti nyata dari penelitianpenelitian
yang telah ada bahwa duduk lama dapat berdiri sendiri sebagai faktor resiko yang
signifikan untuk NPB, kecuali jika dikombinasikan dengan sikap duduk yang salah
dan getaran pada tubuh maka mungkin akan meningkatkan resiko berkembangnya
NPB. Namun oleh Diana Samara dikatakan bahwa duduk lama merupakan penyebab
tersering timbulnya NPB dengan angka kejadian pada orang dewasa 39,7 – 60 %.
NPB disebut berkaitan dengan duduk selama lebih dari 4 jam. Sejumlah penelitian
lain juga menunjukkan keterkaitan antara lama duduk dengan NPB. Magora
menemukan prevalensi NPB sebesar 12,6 % pada orang yang sering bekerja duduk
lebih dari 4 jam, 1,2 % kadang-kadang duduk lebih dari 4 jam, dan 25,9 % jarang
duduk dengan waktu kurang dari 2 jam. Penelitian yang dilakukan oleh Emami dkk
juga menunjukkan NPB berkaitan dengan duduk selama lebih dari 4 jam, namun NPB
tidak berkaitan dengan duduk selama kurang dari 1 jam per hari.
Sikap duduk dikatakan tidak dapat berdiri sendiri sebagai faktor risiko NPB.
Menurut Wilhelmina dkk bahwa jika sikap duduk membungkuk atau dalam keadaan
fleksi minimal 60o atau lebih selama lebih dari 5% masa kerja selama sehari atau
fleksi 60o disertai mengangkat beban lebih dari 25 kg, maka akan meningkatkan
risiko terjadinya NPB

Referensi :
Lailani, T. M. 2013. Hubungan Antara Peningkatan Indeks Massa Tubuh
dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah pada Pasien Rawat Jalan di
Poliklinik RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak. (Skripsi).

4) Fungsi dari tes Laseque


Tes Laseque adalah salah satu Tanda rangsangan meningeal :
 Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal
khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut
terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahanlahan dan graduil
dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien
terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan
fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam
keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain
semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang
menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan
herniasi diskus. Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk
menimbulkan nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya.
Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-
operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien
yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap
tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda Laseque
berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua
dibandingkan dengan yang muda.
Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalu kedua
tungkai di luruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat lurus,
dibengkokkan (fleksi). Persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu
berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70
derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan
tahanan sebelum mencapai 70 derajat maka disebut tanda laseque positif, Namun pada
pasien yang sudah lanjut usianya diambil patokan 60 derajat.

Referensi :
Huldani. 2013. Nyeri Punggung. Universitas lambung mangkurat fakultas kedokteran
banjarmasin januari. Viewed 22 maret 2019. From <
http://eprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI%20-%20NYERI%20PUNGGUNG.pdf>

S-ar putea să vă placă și