Sunteți pe pagina 1din 29

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN


INFEKSI ENDOMETRITIS DAN ADNEXITIS

Dosen Pembimbing : Wiwin RR.,S.ST.,S.Pd.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

1. KARINA NOVITA SARI (P1337420517080)


2. WAHYU DWI UTAMI (P1337420517081)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta
Hidayah-Nya, sehingga Makalah Keperawatan Maternitas dengan judul
“KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN
INFEKSI ENDOMETRITIS DAN ADNEXITIS” dapat kami susun.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan dosen pembimbing Wiwin
RR., S.ST.,S.Pd.,M.Kes. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan
wawasan kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya mahasiswa D3
Keperawatan Magelang. Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi bimbingan,
ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada penyusun. Kami selaku penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin

Magelang, 12 September 2018

Penyusun
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang
berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah
keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan. Masa
nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian
ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada
masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan,
diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Salah
satu infeksi pada masa nifas yaitu endometritis.

Endometritis merupakan suatu peradangan pada endometrium yang


disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis adalah
infeksi pada endometrium yang terjadi sebagai kelanjutan infeksi
pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam
rahim.
Adnexitis adalah radang yang terjadi di daerah panggul wanita,
timbulnya rasa nyeri pada daerah panggul wanita yang berada di
daerah tuba falopi sampai ovarium.

Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya perempuan itu sendiri


tentang pentingnya menjaga kebersihan diri terutama pada bagian
genital setelah melahirkan, dan mengetahui dampak jangka pendek
dan jangka panjang dari infeksi endometritis adalah salah satu alasan
penulis untuk membahas materi ini.
BAB I
TINJAUAN LAPORAN PENDAHULUAN

1. Endometritis
A. Pengertian Endometritis

Endometritis adalah infeksi endometrium (lapisan dalam dari rahim)


(Geri, 2009).
Endometritis adalah peradangan pada lapisan endometrium uterus
(Rivlin, 2011).
Endometritis merupakan suatu peradangan pada endometrium yang
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan.
B. Klarifikasi
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu
sebagai berikut :

1. Pembagian Atas 2 Golongan


a. Endometriosis Interna endometriosis didalam miometrium,
lazim disebut dengan adenomiosis.
b. Endometriosis Eksterna endometriosis di luar uterus, lazim
disebut dengan “true endometriosis”
2. Pembagian Atas 3 Golongan
a. Endometriosis Genetalia Interna letaknya di dalam uterus dan
disebut adenomiosis
b. Endometriosis Eksterna letaknya di dinding belakang uterus,
dibagian luar tuba dan di ovarium.·

Endometriosis Eksterna Genitalis


Letaknya di pelvio-peritonium dan di cavum Douglasi, rekto-
sigmoid, kandung kencing, umbilikus sampai pada kulit dan
paru paru-paru.

Kelainan endometriosis paling sering ditemukan atau di jumpai


di ovarium, ligamenta uterus (rotundum, sakrouterina, dan
lantum), septum rekto-vaginal, peritoneum pelvis yang meliputi
uterus, tuba, rektum, sigmoid, dan kandung kencing, yang
semuanya ini disebut endometriosis pelvis 8. Sedangkan
menurut Acosta klasifikasi endometriosis dapat dibagi-bagi
menurut berat ringan endometriosis, yaitu antara lain :

1. Ringan
Yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada
anterior atau posterium cavum douglasi, peritonium pelvik, atau
permukaan ovarium.
2. Sedang
Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan
retraksi atau endometrium kecil. Perlekatan minimal sekitar
ovarium dengan ovarium yang mengalami endometriosis.
Endometriosis pada anterior atau posterior cavum Douglasi
dengan parut dan retraksi tanpa menyerang sigmoid.
3. Berat
Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih
dari 2 x 2 cm2.

C. Etiologi
Endometritis adalah penyakit yang disebabkan oleh
polimikroba, rata-rata 2-3 organisme. Dalam banyak kasus,
muncul dari infeksi ascending dari organisme yang ditemukan di
flora normal vagina (Rivlin, 2011). Bakteri yang sering
menyebabkan infeksi saluran genital pascapartum adalah:
1. Aerob:
a. Streptokokus grup A, B dan D
b. Enterokokus
c. Bateri gram-negatif – Escherchia coli, Klebsiella dan Proteus
d. Staphylococcus aureus
e. Gardnerella vaginalis

2. Anaerob:
a. Spesies peptokokus
b. Spesies peptostreptokokus
c. Golongan Bacteroides fragilis
d. Spesies klostridium
e. Spesies fusobakterium
f. Spesies Mobiluncus
3. Lain-lain:
a. Spesies Mycoplasma
b. Chlamydia tracomatis
c. Neisseria gonorrhoeae (Leveno, 2009).

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala endometritis antara lain :

1. Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat


celcius. Tergantung pada keparahan infeksi.

2. Takikardia

3. Menggigil dengan infeksi berat

4. Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral

5. Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual

6. Abdomen distensi atau pembengkakan.


7. Subinvolusi

8. Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap, lokhia


seropurulenta

9. Perdarahan pervaginam

10.Shock sepsis maupun hemoragik

11.Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin


terjadi)

12. Terjadi ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit


(malaise) Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar
leukositisis puerperium fisiologis

E. Patofisiologi
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan
yang melapisi dinding rahim. Edrometriosis terjadi bila
endometrium tumbuh diluar rahim. Lokasi tumbuhnya beragam
dirongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii,jaringan yang
menunjang uterus, daerah diantara vagina dan rectum, juga di
kandung kemih. Endometiosis bukan suatu infeksi menular
seksual, sehingga tidak ada hubungannya dengan apakah
seorang remaja pernah seksual atau tidak.

Untuk memahami masalah endometriosis ini, kita perlu


memahami siklus menstruasi. Dalam setiap siklus mensturasi
lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya pembuluh
darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel
telur yang akan dilepaskan oleh indung telur yang terhubungkan
dengan rahim oleh saluran yang disebut tuba falopi atau saluran
telur. Apabila, telur yang sudah matang tersebut tidak dibuahi
oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada
akhir siklus. Lepasnya lapisan dinding rahim inilah yang disebut
proses mensturasi. Keseluruhan proses ini distur oleh hormon,
dan biasanya memerlukan waktu 28 sampai 30 hari sampai
kembali lagi ke proses awal. Salah satu teori mengatakan bahwa
darah menstruasi masuk kembali ke tuba fslopi dengan
membawa jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga
jaringan tersebut menetap dan tumbuh diluar rahim. Walaupun
jaringan endometrium tumbuh didlam rahim dan menjadi
“imigran gelap” dirongga perut seperti yang suda disebutkan
tadi, struktur jaringan dan pembuluh darahnya juga sama dengan
endometrium yang berada didalam rahim. Si imigran gelap ini
juga akan merespon perubahan hormom dalam siklus
menstruasi. Oleh karena itu selaput ini ada ditempat tidak
sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan
endometrium dalam rahi. Pada masa sama, selaput ini akan
menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu selaput lain
dan menyebabkan rasa sakit. Lama kelamaan, lapisan
endometrium ini semakin tebal dan membentuk benjolan atau
kisata dalam ovari.
F. Patway
G. Penatalaksanaan
1. Terapi obat yaitu terapi menggunakan obat dengan
mekanisme kerja menekan pengeluaran hormon estrogen
menggunakan GnRH antagonis, pil konstrasepsi, progestin,
danazol, antiprogesteron, dan obat pereda nyeri.
2. terapi operasi yaitu dipertimbangkan pada wanita infertil
(tidak subur) atau pada wanita yang nyerinya tidak berkurang
dengan obat obatan. Tindakan operasi yang dilakukan adalah
histerektomi total (pengangkatan rahim seluruhnya) atau operasi
konservatif yang tetap mempertahankan rahim.
H. Pencegahan

Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan


yang paling baik untuk endometriosis. Gejala – gejala
endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan
sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang –
sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan
diusahakan supaya mendapat anak – anak yang diinginkan
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak
hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis,
melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah
endometriosis. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang
kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena hal
itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke
tuba dan ke rongga panggul.

2. Adnexitis
A. Pengertian
Adnexitis adalah radang yang terjadi di daerah panggul wanita,
timbulnya rasa nyeri pada daerah panggul wanita yang berada di
daerah tuba falopi sampai ovarium.Rasa nyeri tersebut timbul
karena disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan peradangan
di struktur tuba falopi dan sekitarnya, bahkan sampai ovarium
(indung telur).

B. Klarifikasi

Penyakit adnexitis atau salpingo ooporitis terbagi atas :

1. Salpingo ooporitis akut


Salpingo ooporitis akut yang disebabkan oleh gonorroe sampai
ke tuba dari uterus sampai ke mukosa.Pada gonoroe ada
kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis
yang menyebabkan penutupan ostium itu.Nanah yang terkumpul
dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping.Pada salpingitis
gonoroika ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang
dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan
negative.Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi
puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh
berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam
kuman seperti streptokokus ( aerobic dan anaaerobic ),
stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi
ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan
darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke
peritoneum pelvic. Disini timbul salpingitis interstitial akuta ;
mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan
infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini
merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika,
dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering
terjadi penyumbatan lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro,
Hanifa.Hal 287.2007).

2. Salpingo ooporitis kronika


Dapat dibedakan pembagian antara:
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba
abdominalis.Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi
dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam
tuba.Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk
seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk
keprok.Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan
hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat
satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis
terbagi dalam ruangan kecil.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal
289.2007).
b. Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan
dinding tebal yang berisi nanah.Pada piosalping biasanya
terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya.Pada
salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak
fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di
tengah – tengah jaringan otot. (Sarwono.Winkjosastro,
Hanifa.Hal 289.2007).
c. Salpingitis interstisialis kronika
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan
tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah
sedikit ditengah-tengah jaringan otot.Terdapat pula perlekatan
dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium,
uterus, dan usus.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
d. Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel
ovarium, sedang pada abses tubo ovarial piosalping bersatu
dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang terdapat
sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium
menahun.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
e. Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari
tuberkulosis genetalis.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal
289,2007).
C. Etiologi
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia
luar dengan perantara traktus genetalia. Radang atau infeksi
rongga perut disebabkan oleh :

1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.


2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang
menghalangi naiknya kuman-kuman.
(Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti,DR ;
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 1987, Hal. 103-106, 358-
364).
Adapun bakteri yang biasanya menyebabkan terjadinya penyakit
ini adalah Baktery Gonorrhea dan Bakteri Chlmydia

D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala adnexitis tidak selalu jelas, namun bisa didahului
oleh gejala :
1. Panas
2. Nyeri perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan
3. Nyeri bertambah pada pekerjaan berat disertai penyakit
pinggang
4. Leukorea
5. Haid lebih banyak dari biasa, dan siklus tidak teratur
6. Penderita sering mengeluh dispareuni
7. Infertilitas
8. Disminorroe
E. Patofisiologi
1. Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi
bersamaan. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar
ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari
tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari
jaringan – jaringan sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.
Hal 287.2007).
2. Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus
melalui mukosa. Pada endosalping tampak edema serta hiperemi
dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih
utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi
epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas
dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa.Dalam hal yang
akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui
ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di
sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
3. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan
jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat
pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis interstialis
akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan
infiltrasi leukosit, tetapi mukosa seringkali normal.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).
F. Patway

G. Penanganan
1. Antibiotic dengan spectrum yang luas
2. Terapi diatermi
3. Penderita tidak boleh melakukan pekerjaan berat
4. Operasi radikal ( histerektomi dan salpingo ooforektomi
bilateral ) pada wanita yang suda hamper menopause. Pada
wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan kelainan yang
nyata ynag diangkat.
H. Pencegahan
1. Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia anemia merupakan factor
predisposisi infeksi nifas. Koitus pada akhir kehamilan
sebaiknya dilarang karena memicu pecahnya ketuban dan terjadi
infeksi.
2. Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang
menderita infeksi pernafasan tidak boleh masuk ke kamar
bersalin, alat yang dipakai harus suci hama. Pemeriksaan dalam
atas indikasi, dan cegah perdarahan. Usaha pencegahan untuk
masuknya kuman dalam jalan lahir cegah terjadinya persalinan
lama dan menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin.
3. Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita
yang sehat, pengunjun pada hari pertama dibatasi, dan semua
alat yang berhubungan dengan genitalia harus suci hama.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. E DENGAN ADNEXITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Wanita yang mengalami adneksitis bisa saja wanita yang sudah
menikah ataupun yang belum menikah. Semua wanita berpotensi untuk
mengalami adneksitis, terutama wanita pada usia subur, mulai dari
wanita yang baru mengalami menstruasi hingga yang menjelang
monopause ataupun wanita yang sudah monopouse sendiri.

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Satu hal yang paling dirasakan pasien. Sebagian besar adnexitis
menimbulkan gejala berupa nyeri, dan bila sudah dalam tingkatan yang
tinggi akan menjadi nyeri yang sangat tajam. Perlu diperhatikan bila
pasien yang datang dengan adnexitis biasanya mengeluh : merasa
nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah
keras pada pekerjaan hebat, disertai dengan penyakit pinggang.
Leukorea sering terdapat disebabkan oleh servisitis kronik. Haid
umumnya lebih banyak dari biasa dengan siklus yang seringkali tidak
teratur. Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas,
disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini.
2. Riwayat Penyakit sekarang
Adnexitis bisa dialami oleh setiap wanita, terutama wanita yang
menderita PMS. Dalam hal ini kaitannya adalah dengan penyakit
Gonorhea. Wanita dengan penyakit gonorhea lebih berpotensi
mengalami adnexitis dibandingkan dengan wanita yang sehat.
Adnexitis juga dapat disebabkan oleh karena peradangan yang meluas
dari organ lain, appendiks misalnya, sehingga ibu dengan appendiks
juga berisiko mengalami adnexitis.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Wanita yang mengalami adnexitis bisa yang sudah pernah
menggunakan alat kontrasepsi maupun yang belum pernah
menggunakan alat kontrasepsi. Namun, pemasangan IUD merupakan
salah satu faktor penyebab dari terjadinya adnexitis, sehingga perlu
dikaji adalah riwayat penggunaan alat konstrasepsi berupa IUD
sebelumnya bagi ibu yang pernah menggunakan alat kontrasepsi.

C. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian menurut pola fungsional Gordon :

1. Persepsi terhadap kesehatan

a. Persepsi kesehatan oleh pasien dan keluarga

b. Tanggapan atau respon dari perawat atau dokter tentang

penanggulangan penyakit.

c. Alergi (obat, makanan)

2. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perwatan diri diukur dengan skala :

0 : mandiri

1 : dibantu sebagian

2 : perlu bantuan orang lain

3 : perlu bantuan orang lain dan alat

4 : tergantung atau tidak mampu

3. Pola istirahat tidur

Waktu tidur tidak teratur, jumlah, kualitas (sering terbangun,

insomnia)
4. Pola nutrisi metabolik

a. Diit khusus

b. Anjurkan diit

c. Nafsu makan (normal, meningkat, menurun, mual, muntah,

stomatitits)

d. Kesulitan menelan.

5. Pola eliminasi

a. Kebiasaan BAB (normal, konstipasi, diare, lainnya)

b. Kebiasaan BAK

c. Penggunaan bantuan

6. Pola kognitif perseptual

a. Status mental : sadar, bingung, tidak ada respon.

b. Bicara : normal,

c. Penglihatan, pendengaran

7. Pola konsep dirida persepsi diri

a. Harga diri

b. Ideal diri

c. Identitas diri

d. Gambaran diri peran diri

8. Pola peran dan hubungan

a. Status perkawinan

b. Pekerjaan

c. Sistem dukungan keluarga

9. Pola seksualitas
a. Masalah jenis kelamin

10. Pola koping dan toleransi stres

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan

penggunaan sistem pendukung

11. Pola sistem dan kepercayaan

Menggambarkan sistem spiritual, mitos dan kepercayaan.

D. PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum,kesadaran,keadaan
emosional, tekanan darah,suhu tubuh,nadi pernafasan,tinggi
badan,berat badan.
2. Pemeriksaan Khusus
1) Kepala dan leher : Hasil pada pemeriksaan pada kepala dan leher
akan mengikuti hasil pemeriksaan umum. Bila keadaan umum
klien tampak anemis maka keadaan wajah akan menunjukkan
tanda-tanda anemis seperti pucat dan konjungtiva berwarna
pucat pula
2) Dada dan aksila
Penderita adnexitis, umumnya tidak akan dijumpai kelainan
pada daerah payudara maupun aksilanya.
3) Abdomen
Pada penderita adnexitis, pada pemeriksaan abdomen akan
ditemukan nyeri tekan pada bagian perut bawah ditempat
terjadinya adnexitis. Setelah lewat beberapa hari dijumpai pula
tumor dengan batas yang tidak jelas dan yang nyeri tekan. Pada
torsi adneksa timbul rasa nyeri tekan dengan batas nyeri tekan
yang nyata.
4) Anogenital
Pada pemeriksaan anogenital tidak akan mengalami kelainan
yang berarti pada penderita adneksitis, hanya saja biasanya pada
adneksitis ditemukan adanya pengeluaran berupa leukorhe dari
vagina ibu.

5) Ektermitas
Pada penderita adneksitis umumnya tidak mengalami masalah
pada ekstermitasnya, namun pada beberapa kasus adnexitis ada
pula yang mengalami edema. Hanya saja pada kejadian anemis,
maka dapat dilihat perubahan dari warna kuku jari tangan dan
kaki ibu
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra,
kandung kemih dan struktur lain.
2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang kegiatan perioperatif

F. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi pada uretra,
kandung kemih dan struktur lain.
Kriteria hasil : tidak ada nyeri didaerah punggung
Intervensi :
 Catat lokasi, lamanya, intensitas, skala penyebaran nyeri.
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan
penyebab nyeri
 Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung,
lingkungan istirahat
Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan
ketegangan otot.
 Bantu atau dorong melakukan relaksasi nafas dalam
Rasional : membantu mengarahkan kembali perhatikan
dan untuk relaksasi otot
 Kolaborasi pemberian analgetik sesuai kebutuhan dan
evaluasi keberhasilannya
Rasional : analgesik memblok lintasan nyeri sehingga
mengurangi nyeri.
2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang kegiatan perioperatif
Tanda :
a. Mengungkapkan rasa takut pembedahan
b. Menyatakan kurang pemahaman
c. Meminta informasi
Kriteria hasil :
1. Sedikit melaporkan kecemasan berkurang
2. Mengungkapkam pemahaman tentang prosedur
pembedahan
Intervensi :
 Memberikan dukungan moral
Rasional : secara psikologis dapat meningkatkan rasa
aman dan meningkatkan rasa saling percaya
 Menerangkan prosedur operasi yang sebaik-baiknya
Rasional : meningkatkan dan memperbaiki pengetahuan
atau persepsi pasien.
 Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi
tentang kecemasan klien
Rasional : meningkatkan rasa nyaman
ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN ENDOMETRIOSIS

d. PENGKAJIAN
 Identitas Klien
Penyakit endometriosis ini biasanya menyerang pada wanita yang
usia produktif yaitu sekitar 15 – 44 tahun, alasan satu – satunya
karena pada usia tersebut terjadi peningkatan estrogen dan
progesteron yang tinggi. Insiden yang jelas belum diketahui, namun
pervalensinya pada kelompok tersebut cukup tinggi. Pekerjaan
sangat mempengaruhi juga, insidennya terjadi pada pekerja yang
langsung terpapar dengan toksik dari pepsida, pengolahan kayu, dan
produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
 Keluhan Utama
Pasien dengan endometriosis biasanya mengeluh Nyeri abdomen
(pelvis), yaitu disminore dan dispareunia merupakan gejala – gejala
yang paling karakteristik. Nyeri pelvis yang berat dan medadak
dapat disebabkan oleh iritasi perinoteum akibat rupturnya
endometrioma atau hemoperitoneum. Nausea, vomitus dan nyeri
bahu dapat merupakan gejala – gejala penyerta.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke
dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus
menstruasi, serta nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah
hubungan seksual, Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter,
Hipermenorea, Menoragia, Feces berdarah, Nyeri sebelum, sesudah
dan saat defekasi, Konstipasi, Diare, Kolik.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mengetahui penyakit – penyakit yang pernah diderita klien,
apakah klien mempunyai riwayat penyakit tertentu terutama yang
berhubungan dengan alat reproduksi maupun penyakit lain yang
mungkin dapat memicu terjadinya endometriosis serta bisa menjadi
pertimbangan untuk keperluan terapi atau pengobatan lebih lanjut
seperti gangguan hormone, kanker, tumor PMS dll.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah pasien dan keluarga , apakah memiliki ibu
atau saudara perempuan (terutama saudara kembar ) yang menderita
endometriosis, karena penyakit endometriosis penyebabnya karena
factor genetic yang memiliki rediko tinggi terhadap angka kejadian
endometriosis.
 Riwayat Obstreksi dan Menstruasi
4. Riwayat Menstruasi
Biasanya pasien mengeluh mengalami hipermenorea,
menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang
berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi.
5. Riwayat Pernikahan
Bahwa endometriosis lebih sering di temukan pada wanita
yang tidak kawin pada usia muda dan yang tidak memiliki
banyak anak.
6. Riwayat Kehamilan
Pasien endometriosis biasanya jarak kehamilannya yang
sangat terlalu jauh antara anak yang satu dengan anak yang
lain.
 Pola Fungsonal Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Klien kurang mendapatkan paparan informasi mengenai
penyakitnya
b. Nutrisi /Metabolisme
Terdapat beberapa klien yang kadang mengalami gejala
mual, distensi abdomen, dan anoreksia.
c. Pola Eliminasi
Untuk mengetahui apakah ada keluhan atau masalah dengan
pola BAK maupun BAB. Pada endometriosis biasanya
mengalami defekasi yang sukar dan sakit terutama pada
waktu haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis
pada dinding rektosigmoid.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Klien endometriosis dapat mengalami gangguan pola tidur
apabila nyeri timbul pada malam hari atau saat istirhat.
e. Pola Perceptual
Nyeri bisa berupa akut dengan lokasi di perut bagian bawah
atau perineum (daerah antara paha). Nyeri dapat pula
muncul saat berhubungan seksual, akibat tekanan pada
jaringan yang terinfeksi selama penetrasi. Nyeri dirasakan
pula pada perut bagian bawah, punggung, panggul
belakang, dan vagina.
f. Pola Persepsi diri
Kadang klien dengan endometriosis dapat mengalami
gangguan citra tubuh akibat tanda dan gejala penyakit yang
muncul yaitu aroma cairan vagina yang bau akibat adanya
infeksi di endometriosis klien.
g. Pola Peran – hubungan
Klien dengan endometriosis dapat mengalami gangguan
peran dan hubungan jika klien harus dirawat di rumah sakit.
Nyeri yang dirasakan klien juga menyebabkan klien
mengalami keterbatasan dalam menjalankan peran dan
hubungan sehari – hari.
h. Pola Manajemen Koping Stres
Pada klien dengan endometriosis biasanya akan cemas
dengan kondisinya, apalagi bila disertai dengan terjadinya
perdarahan abnormal pada vagina dan keluarnya cairan
vagina berlebih yang beraroma tidak sedap, berwarna putih
atau kekuningan, dan disertai kurangnya paparan informasi
yang klien peroleh mengenai penyakitnya.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana
keluhan yang dirasakan ibu, sehingga mempengaruhi ibu secara
umum.
2. TTV : mengetahui keadaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi
sehubungan dengan keluhan yang dirasakan ibu.
3. Payudara : pemeriksaan payudara mempunyai arti penting bagi
penderita wanita terutama dalam hubungan engan diagnostik
kelainan endokrin.
4. Abdomen : mengetahui apakah ada luka bekas operasi, apakah ada
massa dan pembesaran perut abnormal yang dapat menunjang
diagnosa ke diagnosa penyakit organ reproduksi lainnya.
Pemeriksaan abdome sangat penting pada penderita gynekologi,
tidak boleh diabaikan dan harus lengkap apapun keluhan penderita.
Penderita harus tidur terlentang. Pada penderita endometriosis
biasanya terdapat massa pada perut dan ada nyeri tekan.
5. Anogenial : mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam,
varices, dan oedema, serta tanda – tanda abnormal/kelainan lainnya,
seperti tanda – tanda infeksi. Pada endometriosis perlu dilakukan VT
untuk memastikan asal perdaraan yang dialami oleh ibu, serta
dilakukan inspikulo untuk melihat apakan ada tanda – tanda
endometriosis pada vagina.

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses perjalanan penyakit.
2. Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, tidak mengetahui
sumber informasi.

D. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses perjalanan penyakit
Intervensi
Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
g. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
h. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
i. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.

Analgesic Administration
a. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
b. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
c. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali.
d. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

2. Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan.


Anxiety Reduction (Penurunan Kecemasan)
a. Identifikasi tingkat kecemasan.
b. Gunakan pendekatan yang menenangkan.
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
penanganan endometriosis
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut.
e. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis endometriosis,
tindakan prognosis.
f. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi.
g. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi.
h. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.

3. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, tidak mengetahui


sumber informasi.
Teaching : disease Process
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien tentang
proses penyakit endometriosis.
b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penderita
endometriosis dengan cara yang tepat.
c. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit.
d. iskusikan pilihan terapi atau penanganan endometriosis.
DAFTAR PUSTAKA

Geri, Morgan. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Jakarta:


EGC.

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta:


EGC.

Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstetry dan Ginekologi dan Obtetry


Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. EGC: Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP.

S-ar putea să vă placă și