Sunteți pe pagina 1din 9

Premiere Educandum

Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran


Premiere Educandum 7(2) 95 – 103 | Desember 2017
PE
Copyright ©2017 Universitas PGRI Madiun
ISSN: 2088-5350 (Print) / 2528-5173 (Online)
Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE
DOI: 10.25273/pe.v7i2.1468

Strategi Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Di Kelas IV Sekolah Dasar

Harli Trisdiono1), Istutik Zuwanti2)


1
LPMP D.I. Yogyakarta
email: harli_tris@yahoo.co.id
2
SD Negeri Godean, Sleman, D.I. Yogyakarta
email: iszu2803@gmail.com

Abstract
The aim of this research is to know the implementation strategy of jigsaw type cooperative learning model
in elementary school, activity improvement, and student learning outcomes. The study used a type of class
action research in second cycle. Each cycle is done in two meetings. The subjects of this research are the
students of Grade IVA of Godean I State Elementary School, Godean District, Sleman Regency. The
subject is 34 students, consisting of 17 male students and 17 female students. The object of research is
subjects of Natural Sciences (IPA). The results showed that the implementation of jigsaw type cooperative
learning in elementary school requires careful preparation. Preparations include appropriate material
selection, understanding of student characteristics, the formation of heterogeneous expert groups,
observations and mentoring during discussions in expert groups and jigsaw groups directly followed up,
and additional learning resources. Implementation of appropriate implementation strategy of jigsaw type
cooperative learning can improve student activity and learning outcomes.

Keywords: jigsaw type cooperative learning, SD science, student activity, student learning outcomes

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi implementasi model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw di sekolah dasar, peningkatan aktivitas, dan hasil belajar siswa. Penelitian menggunakan jenis
penelitian tindakan kelas dua siklus. Masing-masing siklus dilakukan dalam dua pertemuan. Subjek
penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri Godean I, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Subjek
siswa sebanyak 34, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Objek penelitian adalah mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw di sekolah dasar memerlukan persiapan yang matang. Persiapan yang dilakukan
antara lain pemilihan materi yang cocok, pemahaman karakteristik siswa, pembentukan kelompok ahli
yang heterogen, pengamatan dan pendampingan selama diskusi di kelompok ahli dan kelompok asal yang
langsung ditindaklanjuti, dan sumber belajar tambahan. Penerapan strategi implementasi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw yang tepat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, IPA SD, aktivitas siswa, hasil belajar

A. PENDAHULUAN fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-


Pembelajaran IPA mempunyai prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
karakteristik yang berhubungan dengan proses penemuan. Pembelajaran IPA
cara mencari tahu tentang alam secara mencakup materi yang cukup luas
sistematis (Djojosoediro, W., 2011:20), sehingga untuk menyelesaikan target
sehingga IPA bukan hanya penguasaan ketuntasan belajar siswa, perlu
kumpulan pengetahuan yang berupa perencanaan dan pelaksanaan

95
Harli Trisdiono dan Istutik Zuwanti/Premiere Educandum 7(2) 2017 96

pembelajaran yang matang. Diperlukan B. METODE PENELITIAN


suasana pembelajaran yang Penelitian dilakukan pada bulan
menyenangkan dengan penggunaan April sampai Juni 2017 dengan subjek
metode dan strategi yang tepat, sehingga penelitian siswa kelas IVA SD Negeri
siswa akan merasa tertarik dan dapat Godean I, Kecamatan Godean,
memperkuat kemampuan kognitif, afektif Kabupaten Sleman. Objek penelitian
dan psikomotor serta tujuan pembelajaran adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
IPA di sekolah dasar dapat tercapai. Alam (IPA). Subjek siswa sebanyak 34,
Hasil belajar IPA siswa kelas IV terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17
SDN Godean I, Sleman, D.I. Yogyakarta siswa perempuan.
pada tengah semester I Tahun Ajaran Penelitian ini dilakukan dengan
2016/2017 masih rendah. Rendahnya menggunakan metode penelitian tindakan
prestasi ini dapat dilihat sdari banyaknya kelas yang terdiri dari 2 siklus. Penelitian
siswa yang mendapat nilai di bawah dilakukan bersama antara peneliti 1, dan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), peneliti 2 sebagai guru pelaksana
yaitu sebanyak 22 (65%). Salah satu pembelajaran. Penelitian ini dilakukan
penyebab rendahnya prestasi siswa untuk mengambil data: (1) hasil
disebabkan oleh siswa cenderung segan pengamatan selama pembelajaran, dan
untuk bertanya kepada guru jika (2) nilai siswa. Pengamatan dilakukan
menghadapi kesulitan memahami materi untuk mengetahui keterlaksanaan
yang dipelajari. Persoalan masih pembelajaran dengan menggunakan
rendahnya prestasi belajar siswa perlu model pembelajaran kooperatif tipe
segera diatasi. jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif Analisis data keterlaksanaan
tipe jigsaw adalah model pembelajaran pembelajaran dilakukan dengan
yang menitikberatkan kepada kerja siswa pendekatan kualitatif deskriptif. Analisis
dalam bentuk kelompok kecil. Siswa data ini dilakukan dengan cara
berdiskusi dalam kelompok ahli dan merefleksikan hasil pengamatan dan hasil
kelompok asal. Ketika siswa mengalami tes evaluasi siswa. Pengamatan terhadap
kesulitan, dalam diskusi kelompok siswa pelaksanaan diskusi pada kelompok ahli
dapat bertanya kepada temannya. Hal ini dan asal dilakukan untuk mengetahui
dapat melatih siswa mempunyai keefektifan pelaksanaan model jigsaw.
keberanian untuk bertanya. Kemampuan Wardani, Wihardit dan Nasution
bertanya siswa yang semakin baik, (2002:87), Rusman (2011:218), Martinis
diharapkan dapat meningkatkan Yamin (2013:91) menjelaskan bahwa
keefektifan proses pembelajaran. Melalui pelaksanaan pembelajaran menggunakan
penerapan model pembelajaran metode kooperatif tipe jigsaw akan
kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat efektif apabila: terdapat kerjasama,
meningkatkan hasil belajar IPA pada tanggungjawab anggota kelompok, saling
siswa Kelas IV SD Negeri Godean I percaya, semua anggota aktif.
semester II tahun ajaran 2016/2017. Berdasarkan syarat keefektifan
pelaksanaan model jigsaw tersebut, maka
instrumen pengamatan proses
pembelajaran dikembangkan dengan
Harli Trisdiono dan Istutik Zuwanti/Premiere Educandum 7(2) 2017 97

aspek pengamatan: 1) memberi masukan 2008:66). Perencanaan pada siklus 1


materi diskusi, 2) mendengarkan dilakukan sebagai tindak lanjut dari
penjelasan anggota lain, 3) mencatat hasil kondisi hasil analisis pra tindakan.
diskusi, 4) mengemukakan pendapat, 5) Perencanaan pada siklus berikutnya
memberi respon pendapat anggota lain, merupakan tahap perbaikan atas
6) tidak mendominasi diskusi, 7) pelaksanaan pembelajaran pada siklus
berdiskusi dengan baik. Masing-masing sebelumnya.
aspek diberi skor dari rentang 1 sampai 5. Hasil Siklus 1
Skor maksimal 35. Penghitungan skor Materi pembelajaran pada siklus 1
yang diperoleh menggunakan rumus: adalah daur hidup padi. Perencanaan
pembelajaran pada siklus satu adalah
menyusun perangkat pembelajaran dan
instrumen penelitian. Perangkat
pembelajaran terdiri dari rencana
Siswa dikatakan aktif dalam
pelaksanaan pembelajaran (RPP), alat
mengikuti pembelajaran jika mempunyai
peraga pendidikan, bahan ajar
rentang skor sebagai berikut: >80 sangat
pendukung, lembar kerja siswa, dan
aktif, 70 – 80 aktif, 60-70 kurang aktif,
instrumen test.
<60 tidak aktif. Hasil analisis keaktifan
Pembagian kelompok (asal dan
siswa dikomparasi dengan hasil belajar
ahli) pada siklus 1 diserahkan
siswa dan diskripsi tiap siklus menjadi
sepenuhnya kepada siswa. Siswa
simpulan terhadap strategi implementasi
membagi diri dalam 7 (A sampai G)
penggunaan model pembelajaran
kelompok asal. Masing-masing kelompok
kooperatif tipe jigsaw di sekolah dasar.
terdiri dari 5 anggota, kecuali kelompok
Analisis terhadap hasil belajar
F terdiri dari 4 anggota. Masing-masing
dilakukan dengan memberikan test di
anggota bergabung dalam kelompok ahli
akhir siklus. Kriteria ketuntatasan
yang terdiri dari 5 (1 sampai 5)
minimal (KKM) menjadi tolok ukur
kelompok.
keberhasilan tindakan. KKM yang
Hasil pengamatan terhadap hasil
ditetapkan adalah 70. Tindakan
diskusi pada siklus 1 di masing-masing
dinyatakan berhasil apabila 70% siswa
kelompok ahli dan asal tersaji pada tabel
telah mencapai atau melampaui KKM.
1.
Salah satu tugas anggota
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok ahli adalah memandu diskusi
Hasil Penelitian
di kelompok asal sesuai dengan materi
Pembelajaran dilaksanakan dalam
yang dipelajari di kelompok ahli.
dua siklus. Masing-masing siklus
Ketidakaktifan mengikuti diskusi di
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
kelompok ahli berdampak pada
Alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 35
penguasaan materi yang kurang
menit. Tahap pelaksanaan setiap siklus
maksimal. Tabel 1 menunjukkan bahwa
terdiri dari: 1) perencanaan, 2)
masih ada 3 orang siswa yang tidak aktif
pelaksanaan pembelajaran, 3)
berdiskusi di kelompok ahli. hal lain yang
pelaksanaan observasi atau pemantauan,
menjadi catatan selama diskusi di
dan 4) refleksi (Rochiati Wiriaatmadja,
Harli Trisdiono dan Istutik Zuwanti/Premiere Educandum 7(2) 2017 98

kelompok ahli adalah belum semua siswa menunjukkan bahwa pada waktu ada
membuat catatan. anggota yang tidak aktif atau kurang
aktif, anggota lain belum memberikan
Tabel 1. Hasil Pengamatan diskusi kelompok ahli bantuan yang maksimal. Demikian juga
siklus 1
Klp SA A KA TA
pada waktu ada anggota yang masih
1 5 1 1 0
asyik berkegiatan sendiri, anggota lain
2 3 1 2 1
kurang memberikan motivasi.
3 3 2 2 0
Hasil tes sebagai evaluasi di akhir
4 3 3 0 1
siklus 1 tersaji pada tabel 3.
5 2 2 1 1 Tabel 3. Hasil belajar siswa siklus 1
Keterangan: SA = sangat aktif, A = aktif, KA Hasil Jumlah persentase
= kurang aktif, TA = tidak aktif.
<KKM 12 35,29
≥KKM 22 64,71
Siswa yang tidak aktif di
kelompok ahli berdampak pada diskusi di Kekurangefektifan diskusi pada
kelompok asal. Hal ini dibuktikan dengan kelompok asal berdampak pada capaian
hasil pengamatan diskusi di kelompok hasil belajar yang belum maksimal. Baru
asal. 64,71% siswa yang mencapai dan/atau
melampaui KKM.
Tabel 2. Hasil Pengamatan diskusi kelompok asal Beberapa penyebab belum
siklus 1
maksimalnya keefektifan dan hasil
Klp SA A KA TA
belajar pada siklus satu, yaitu: a)
A 1 2 1 1
kelompok yang dibentuk siswa masih
B 0 2 2 1
berdasarkan pertemanan, sehingga
C 1 1 1 2
heterogenitas pada kelompok ahli belum
D 1 1 2 1
tercapai; b) jalannya diskusi pada
E 2 2 1 0
kelompok ahli belum maksimal; c) masih
F 1 1 1 2
ada anggota kelompok ahli yang belum
G 0 1 1 2
membuat catatan secara baik yang
berdampak pada tidak maksimalnya ahli
Tabel 2 menunjukkan bahwa dalam memandu diskusi di kelompok
masih ada siswa yang tidak aktif saat asal; d) kerjasama pada diskusi di
diskusi di kelompok asal. Pengamatan kelompok asal masih kurang, sehingga
pada kelompok C, F, dan G memberikan pada saat memandu diskusi kurang
hasil bahwa anggota yang tidak aktif lancar, cenderung belum ada sumbangan
dipengaruhi oleh kemampuan pemandu yang signifikan dari anggota lain untuk
diskusi. Ketika pemandu diskusi kurang memperdalam materi; e) bantuan selama
menguasai materi yang disebabkan diskusi belum maksimal.
ketidakaktifannya selama diskusi di
kelompok ahli, maka diskusi menjadi Hasil Siklus 2
tidak dinamis. Hasil refleksi siklus 1 digunakan
Pengamatan terhadap kerjasama untuk perencanaan siklus 2. Perbaikan
dalam diskusi di kelompok (ahli dan asal) tindakan pada siklus 2 dilakukan agar
pembelajaran lebih efektif dan hasil
Harli Trisdiono dan Istutik Zuwanti/Premiere Educandum 7(2) 2017 99

belajar meningkat. Perbaikan yang 2 4 3 1 0


dilakukan pada siklus dua yaitu: a) 3 6 1 0 0
perbaikan pada pembentukan kelompok 4 6 1 0 0
asal sehingga homogen, yang berdampak 5 4 2 0 0
pada keanggotaan kelompok ahli menjadi Keterangan: SA = sangat aktif, A = aktif, CA
heterogen; b) optimalisasi diskusi pada = cukup aktif, TA = tidak aktif.
kelompok ahli dengan meningkatkan
Pelaksanaan diskusi pada
frekuensi intervensi guru agar diskusi
kelompok ahli sudah semakin baik.
semakin optimal; c) mewajibkan semua
Semua siswa aktif berdiskusi. Hasil
anggota kelompok ahli membuat catatan
wawancara dengan siswa yang kurang
dan menjadikan catatan sebagai salah
aktif berdiskusi memberi informasi
satu bentuk penilaian; d) menjelaskan
karena siswa tersebut kurang melakukan
kembali bahwa keaktifan anggota pada
persiapan.
diskusi kelompok asal menjadi salah satu
Diskusi di kelompok asal juga
jenis penilaian.
sudah semakin baik. Tabel 5
Tahap perencanaan pada siklus 2
menggambarkan keaktifan siswa saat
dimaksimalkan dengan melakukan
diskusi di kelompok asal pada siklus 2.
persiapan lebih matang. Setiap langkah
pembelajaran sesuai dengan tahapan Tabel 5. Hasil Pengamatan diskusi kelompok asal
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siklus 2
kemabli didiskusikan. RPP disusun lebih Klp SA A KA TA

jelas sehingga setiap kemungkinan yang A 4 1 0 0


terjadi pada waktu pembelajaran dapat B 4 1 0 0
semaksimal mungkin diantisipasi. C 3 2 0 0
Pada tahap pelaksanaan D 5 0 0 0
pembelajaran, dilakukan perbaikan pada E 2 3 0 0
pembetukkan kelompok dan F 2 2 1 0
pendampingan secara lebih intensif. Guru G 3 1 0 0
lebih maksimal dalam mengamati
jalannya pembelajaran. Pada saat diskusi Jalannya diskusi di kelompok asal
kelompok kurang lancar, guru melakukan yang semakin baik berdampak pada
intervensi agar diskusi dapat berjalan pencapaian hasil belajar. Persentase siswa
lancar. yang mencapai atau melebihi KKM
Pengamatan terhadap tindakan meningkat. Tabel 6 menunjukkan hasil
pada siklus 2 menunjukkan bahwa belajar siswa pada siklus 2.
pembelajaran berjalan lebih baik. Hasil
pengamatan terhadap hasil diskusi di Tabel 6. Hasil belajar siswa siklus 2
masing-masing kelompok ahli sebagai Hasil Jumlah persentase
berikut: <KKM 3 8,82
≥KKM 31 91,18
Tabel 4. Hasil Pengamatan diskusi kelompok ahli
siklus 2
Pembahasan
Klp SA A KA TA
Strategi pembelajaran dengan
1 5 2 0 0
menggunakan model pembelajaran
Harli Trisdiono dan Istutik Zuwanti/Premiere Educandum 7(2) 2017 100

kooperatif tipe jigsaw sangat dipengaruhi berbeda. Hasil diskusi di kelompok ahli
oleh kematangan persiapan guru dalam dibawa ke kelompok asal untuk
memfasilitasi pembelajaran. Persiapan didiskusikan bersama. Dengan kata lain,
yang dilakukan guru yaitu menyiapkan anggota kelompok ahli menjadi ahli pada
perangkat dan pendukung pembelajaran. materi tertentu dan memimpin kelompok
Beberapa aspek yang dipersiapkan asal untuk memahami materi tersebut.
dengan lebih baik yaitu: pemilihan Berdasar karakter pembelajaran
materi, strategi pembentukan kelompok, kooperatif tipe jigsaw ini, maka
penjelasan cara belajar dengan model heterogenitas di kelompok ahli sangat
jigsaw, penyiapan lingkungan yang penting. Hal ini agar diskusi dan
kondusif, pemantauan kelompok, dan pendalaman materi di kelompok ahli
pendampingan kelompok pada waktu berjalan dengan baik. Karakteristik siswa
belajar (Mengduo & Xiaoling, 2010). digunakan dalam membentuk kelompok
Pemilihan dan penyiapan materi asal, sehingga diskusi pada kelompok
pada siklus 1 sudah cukup baik. Hal ini ahli dapat berjalan dengan baik, karena
dapat dilihat pada hasil belajar pada ketika anggota kelompok asal
siklus 1 yang cukup baik, dengan 64,71% membentuk kelompok ahli, karakter yang
siswa mencapai atau melampaui KKM. dibutuhkan untuk memperlancar diskusi
Faktor yang mempengaruhi masih adanya dapat tercapai.
siswa yang belum mencapai KKM adalah Pada siklus 1, pendampingan/
adanya 3 siswa yang tidak aktif saat intervensi guru belum maksimal karena
diskusi di kelompok ahli, sehingga pada didorong untuk memberikan peran lebih
saat memimpin diskusi di kelompok asal kepada siswa dalam belajar kelompok.
kurang maksimal. Pengamatan siklus 1 menunjukkan bahwa
Pemahaman guru pada terdapat kelompok ahli dan asal yang
karakteristik siswa sangat berperan dalam belum bekerja secara maksimal. Terdapat
proses pembelajaran (M. Syahran Jailani 3 siswa anggota kelompok ahli yang
& Abdul Hamid, 2016). Pemahaman tidak aktif berdiskusi. Hal ini berakibat
karakter atau kompetensi siswa yang pada kelancaran diskusi di kelompok
harus dipetakan dalam pembelajaran asal. Perbaikan dilakukan pada siklus 2,
kooperatif tipe jigsaw antara lain: 1) dengan melakukan pemantauan dan
kemampuan mencatat, 2) kemampuan pendampingan secara lebih intensif. Hasil
memimpin diskusi, 3) kemampuan pengamatan segera ditindaklanjuti
verbal. Pembentukan kelompok pada dengan memberikan bimbingan dan
siklus 1 yang diserahkan kepada siswa, dorongan agar semua anggota kelompok
berdampak pada kurang optimalnya aktif berdiskusi, dan masing-masing
diskusi. Tabel 2 menunjukkan ada 9 anggota memberi dorongan kepada
siswa yang tidak aktif, dan 9 siswa yang anggota lain untuk aktif.
kurang aktif. Model jigsaw sangat tergantung
Salah satu kunci dari dari heterogenitas kelompok ahli.
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Pembentukan kelompok asal sebagai
adalah pendalaman materi pada waktu basis pembentukan kelompok ahli, harus
diskusi di kelompok ahli. Masing-masing benar-benar homogen, sehingga
kelompok ahli membahas materi yang berdampak pada heterogenitas kelompok
Harli Trisdiono dan Istutik Zuwanti/Premiere Educandum 7(2) 2017 101

ahli. Kelompok ahli yang heterogen, masing anggota ketika kembali ke


berdampak pada masing-masing kelompok asal dan memandu diskusi.
kelompok terdapat siswa yang Peran guru dalam mendinamiskan
mempunyai karakteristik masing-masing diskusi kelompok ditingkatkan. Pada
yang mendinamisasi diskusi di kelompok siklus 1, guru lebih berperan sebagai
ahli. Diskusi yang dinamis dan berjalan pengamat. Peran pengamat menjadikan
dengan baik pada kelompok ahli, intervensi diskusi kelompok kurang. Hal
berdampak pada penguasaan materi dapat ini mengakibatkan ada beberapa
optimal. Penguasaan materi yang baik kelompok tidak masimal dalam
berdampak pada saat anggota kembali ke berdiskusi. Pengamatan guru pada siklus
kelompok asal. Masing-masing anggota 2 ditindak lanjuti dengan memberikan
mempunyai bekal penguasaan materi bimbingan agar diskusi kelompok
yang cukup baik. berjalan dengan baik. Ketika ada
Proses pembelajaran pada siklus 1 kelompok yang diskusinya terhenti, guru
tidak dapat optimal disebabkan belum menyampaikan pertanyaan pemancing
terpenuhinya syarat-syarat penggunaan agar diskusi dapat kembali berlangsung.
model pembelajaran. Pembentukan Anggota kelompok dengan kemampuan
kelompok asal dilakukan siswa, yang memimpin diskusi yang baik, guru
berakibat pada karakteristik masing- melalui anggota kelompok tersebut
masing kelompok asal yang cenderung memberikan stimulus agar diskusi dapat
heterogen. Perbaikan tindakan dilakukan lebih baik lagi. Intervensi guru juga
pada silus 2 dengan memperbaiki dilakukan dengan memotivasi dan
kelemahan yang terjadi pada siklus 1. mengingatkan anggota kelompok lain
Kelompok dibentuk berdasarkan untuk mendorong anggota kelompok
analisis karakteristik siswa. Siswa yang kurang aktif.
dikelompokkan dengan memperhatikan Siklus 1 sumber belajar siswa
karakter masing-masing. Ketika masih sangat terbatas. Siswa masih
kelompok asal homogen, maka kelompok mengandalkan buku teks pelajaran.
ahli menjadi heterogen. Diskusi di Perbaikan pada siklus 2 dilakukan dengan
kelompok ahli pada siklus 2 menjadi persiapan yang lebih matang.
lebih baik. Masing-masing kelompok ahli Pembentukan kelompok dilakukan
ada anggota yang mempunyai kecepatan sebelum pembelajaran dimulai. Masing-
dalam menguasai materi. Siswa yang masing siswa sudah diberitahu bagian
cepat dalam penguasaan materi, menjadi materi yang akan didiskusikan di
penggerak jalannya diskusi. Pada masing- kelompok ahli. Dampak dari persiapan
masing kelompok ahli juga ada anggota ini adalah siswa sudah mencari sumber
yang mempunyai kemampuan baik dalam belajar tambahan dari internet, buku di
membuat catatan hasil diskusi. Ketika perpustakaan, dan sumber lain.
selesai diskusi, catatan masing-masing Beberapa perbaikan tindakan pada
kembali dibahas. Siswa yang pandai siklus 2 memberikan dampak pada
dalam membuat catatan memandu meningkatnya keaktifan dan hasil belajar
masing-masing anggota untuk siswa, perbandingan siklus 1 dan 2 tersaji
menyempurnakan catatan. Catatan yang pada tabel 7 dan tabel 8.
dibuat menjadi bahan bagi masing-
Harli Trisdiono dan Istutik Zuwanti/Premiere Educandum 7(2) 2017 102

Tabel 7. Perbandingan keaktifan siswa pada implementasi pembelajaran kooperatif


siklus 1 dan siklus 2
tipe jigsaw yang tepat dapat
Siklus 1 Siklus 2
Hasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
jml % jumlah %
siswa.
SA 6 17,65% 23 67,65%
A 10 29,41% 10 29,41%
DAFTAR RUJUKAN
KA 9 26,47% 1 2,94%
Djojosoediro, W. (2011). Retrieved Juni
TA 9 26,47% 0 0,00%
21, 2017, from Pengembangan
Pembelajaran IPA SD:
Hasil penelitian ini menunjukkan
http://pjjpgsd.unesa.ac.id/mod/
bahwa keaktifan siswa meningkat dari
page/view.php?id=49
siklus 1 ke siklus 2. Hasil penelitian ini
Jailani, M. S., & Hamid, A. (2016).
sejalan dengan hasil penelitian Yalvema
Pengembangan Sumber Belajar
Miaz (2015).
Berbasis Karakter Peserta Didik
Tabel 8. Perbandingan Hasil belajar siswa pada (Ikhtiar optimalisasi Proses
siklus 1 dan siklus 2 Pembelajaran Pendidikan Agama
Siklus 1 Siklus 2 Islam (PAI)). Nadwa. Jurnal
Hasil
jml % jumlah % Pendidikan Islam Vol. 10, Nomor
<KKM 12 35,29 3 8,82 2,, 175-192.
≥KKM 22 64,71 31 91,18 Kilic, D. (2008). The effect of the jigsaw
techniqueon learning the concepts
Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil of the principles and methods of
belajar siswa pada siklus 2 meningkat teaching. World Applied Sciences
dibanding siklus 1. Dengan kata lain, Journal 4 (Supple 1) , 109 - 114.
model pembelajaran kooperatif tipe Liando, M. R. (2014). Penerapan model
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan untuk meningkatkan hasil belajar.
temuan yang diperoleh Kilic (2008); Jurnal Ilmiah Cisoc (Kajian
Widiastini, Kusmariyatni, & Arini Rumpun Pendidikan Ilmu Sosial)
(2014); Liando (2014). Volume 1 No. 01, 77 - 88.
Martinis Yamin. (2013). Strategi dan
D. SIMPULAN Metode dalam Model Inovasi
Implementasi pembelajaran Pembelajaran. Jakarta: Gaung
kooperatif tipe jigsaw di sekolah dasar Persada Press Group.
memerlukan persiapan yang matang. Mengduo, Q., & Xiaoling, J. (2010).
Persiapan yang dilakukan antara lain Jigsaw Strategy as a Cooperative
pemilihan materi yang cocok, Learning Technique: Focusing on
pemahaman karakteristik siswa, the Language Learners. Chinese
pembentukan kelompok ahli yang Journal of Applied Linguistics
heterogen, pengamatan dan (Bimonthly) Vol. 33 No. 4, 113 -
pendampingan selama diskusi di 125.
kelompok ahli dan asal yang langsung Miaz, Y. (2015). Improving Students’
ditindaklanjuti, dan sumber belajar Achievement of Social Science By
tambahan. Penerapan strategi Using Jigsaw Cooperative Learning
Harli Trisdiono dan Istutik Zuwanti/Premiere Educandum 7(2) 2017 103

Model at Primary School. IOSR


Journal of Research & Method in
Education Volume 5, Issue 4 Ver. II
(Jul - Aug. 2015), 01-07.
Rochiati Wiriaatmadja. (2008). Metode
penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan kinerja guru dan
dosen. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rusman. (2011). Model-model
pembelajaran: Mengembangkan
profesionalisme guru. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Wardani, I., Wihardit, K., & Nasution, N.
(2002). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Widiastini, M., Kusmariyatni, N., &
Arini, N. W. (2014). Keefektifan
model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw untuk meningkatkan hasil
belajar IPS Siswa kelas V. Journal
Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan
PGSD Vol: 2 No: 1.

S-ar putea să vă placă și