Sunteți pe pagina 1din 5

JENIS – JENIS TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN AIR PANAS SAPAN MALULUANG

KABUPATEN SOLOK SELATAN

Nova Ardila Weni, Abizar, Elza Safitri


Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
e-mail : azora.zhora@yahoo.com

ABSTRAK

Nova Ardila Weni. (12010236). Jenis-Jenis Tumbuhan Paku Di Kawasan Air Panas Sapan
Maluluang Kabupaten Solok Selatan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI
Sumatera Barat. Padang 2017.

Fern is distributed so wide that can be found from the lowlands to highlands, even ferns
can be found on the slopes of the mountain and around the hot water. Hot water district Sapan
Maluluang South Solok district is one of the hot spring. Sapan Maluluang hot region is found in
many types of plants growing around the hot water and serve as tourist attractions feared would
damage the plants that exist around the baths mainly ferns. This study aims to determine the types
of ferns area of hot water and environmental conditions around the hot water. This research was
conducted in December 2016 - February 2017 in Hot Water Region Sapan Maluluang South Solok
subsequent identification of samples conducted at the Laboratory of Botany Biology Education
Studies Program STKIP PGRI Sumtera West. This experiment purposive sampling method by
setting three stations. Analysis of descriptive data that is based on the data and descriptions of the
species are found. From this research, the six types of ferns are 3 types of terrestrial and terrestrial
epiphytic ferns are divided into one class, 4 orders, 5 familia, 5 genera and 8 species. Species that
may be right that Pteris vitatta L., Acrosticum aureum L., Nephrolepis sp., Nephrolepis hirsitula.,
Nephrolepis biserrata (Sw) Schoot., Pytirogramma calomelanos L. Link., Thelypteris sp.,
Lygodium scandens (L.) Sw , Environmental conditions in the area of the hot water temperature
ranges from 25 - 64ºC, humidity ranges from 54 - 66%, a pH of 5.9 to 6.8.

Key word : Fern , Terresterial, Epiphytic

PENDAHULUAN Tumbuhan paku memiliki pola


penyebaran yang terbatas, namun ada pula
Indonesia merupakan salah satu yang sangat luas, sehingga dapat dijumpai
negara yang memiliki keanekaragaman berbagai belahan bumi mulai daerah pantai,
hayati tumbuhan yang besar di dunia. Satu dataran rendah, rawa, sawah, tegalan, kebun
diantara kelompok tumbuhan terbesar adalah sampai kekawasan pegunungan, bahkan
paku (Pteridophyta). Tumbuhan paku dapat ditemukan di tebing-tebing curam, tepi
merupakan tumbuhan yang familinya telah sungai, maupun dekat sumber air panas, baik
jelas yaitu mempunyai akar, batang, dan yang hidup di tanah, merambat atau
daun. Namun demikian, tumbuhan paku menumpang pada pohon (Jamsuri, 2007). ).
belum memiliki biji, dan berkembang biak Sampai saat ini kelompok tumbuhan paku
dengan menggunakan spora (Tjitrosoepomo, kurang mendapat perhatian dibandingkan
1994). Kebanyakan paku memiliki dengan kelompok tumbuhan lainnya, karena
perawakan yang khas yaitu adanya daun masyarakat menganggap tumbuhan ini
muda yang bergelung yang akan membuka kurang memberi manfaat yang berarti bagi
jika dewasa, ciri yang hampir unik ini kehidupan. Namun sebenarnya tumbuhan ini
disebut vernasi bergelung, sebagai akibat mempunyai arti penting bagi keseimbangan
lebih lambatnya pertumbuhan permukaan ekosistem hutan antara lain sebagai
daun sebelah atas dari pada sebelah bawah pencegah erosi dan pengatur tata guna air
pada perkembangan awalnya (Loveless, (Widhiastuti, 2006)
1989). Adapun faktor yang berpengaruh
terhadap tumbuhan paku diantaranya yaitu
suhu, intensitas cahaya, pH tanah, Tumbuhan Paku di Kawasan Air Panas
kelembaban tanah dan kelembaban udara. Sapan Maluluang Kabupaten Solok Selatan”
Tumbuhan paku merupakan tanaman yang
pertumbuhannya dipengaruhi oleh suhu, METODE PENELITIAN
untuk tumbuhan paku yang berdaun kecil Penelitian ini dilakukan dengan
membutuhkan temperatur yang bersuhu menggunakan metode Purposive Sampling.
rendah yaitu antara 13º-18º C. Sedangkan Pengambilan sampel dilakukan pada tiga
kelompok yang berdaun besar mambutuhkan stasiun, stasiun I di sekitar sumber mata air
temperatur 15º-21ºC (Yusuf, 2009). Faktor panas sampel diambil yaitu dari tepi tebing
tanah sebagai substrat tumbuhnya suatu jenis air panas sampai mengelilingi bak
tanaman terutama suhu tanah sangat penampungan sampel yang diambil yaitu
mempengaruhi keberadaan jenis-jenis paku teresterial dan epifit. Stasiun II
tumbuhan disuatu daerah, khususnya di disekitar aliran air panas, pengambilan
daerah vulkanik (Susanti dkk. 2005). Mata sampel dilakukan dengan menelusuri aliran
air panas sering kali terdapat pada daerah air panas, samping kiri aliran sampel diambil
yang terdapat gunung berapi aktif yang dengan cara berjalan bolak balik, samping
merupakan daerah vulkanis. Menurut kanan aliran sampel dikoleksi menelusuri
Whitten (1999) dalam Susanti dkk. (2005) , tepi rawa yang mengalir air panas. Stasiun
mata air panas merupakan salah satu bentuk III di sekitar aliran sesudah kolam
gejala pasca vulkanisme. pemandian sampel diambil dengan cara
Salah satu kawasan yang terbentuk menelusuri aliran setelah kolam pemandian
sebagai gejala pasca vulkanisme adalah tumbuhan paku yang akan diambil yaitu
kawasan air panas Sapan Maluluang paku teresterial dan epifit. Identifikasi
Kecamatan Pauah duo Kabupaten Solok dilakukan di Laboratorium Botani STKIP
Selatan. Kandungan sulfur yang tinggi PGRI Sumatera Barat.
terhadap tanah dan dengan adanya mata air
panas menyebabkan suhu di sekitar kawasan ALAT DAN BAHAN
akan lebih tinggi. Dengan kondisi yang Alat yang digunakan dalam
demikian, diduga akan berpengaruh penelitian ini yaitu alat-alat tulis, gunting
terhadap jenis tumbuhan di kawasan mata tanaman,parang,pisau cutter,oven, kamera
air panas sesuai dengan perubahan gradasi digital, thermometer, soiltester, Hygrometer,
lingkungannya. Selain itu kawasan ini karung plastik ukuran 50 kg, tali rafia,
dibangun wisata pemandian Hot water lakban, jarum jahit, benang jagung, label
boom. Dengan adanya wisata ini herbarium, kertas koran,kardus, kertas
dikhawatirkan terjadi gangguan terhadap mounting, buku identifikasi. Ada pun bahan
ekosistem pada kawasan ini. yang digunakan untuk pembuatan herbarium
Penelitian tentang tumbuhan paku yaitu tumbuhan paku, label gantung dan
yang sudah dilakukan antara lain Fridawati spiritus.
(2012) mengenai Jenis-Jenis Tumbuhan
Paku Teresterial Dan Epifit Di Desa Sipora
Selatan diperoleh 13 jenis tumbuhan paku HASIL DAN PEMBAHASAN
teresterial dan 10 tumbuhan paku epifit,
Surianti (2013) mengenai jenis-jenis Dari penelitian yang telah
tumbuhan paku yang terdapat di Kelurahan dilakukan mengenai Jenis-Jenis Tumbuhan
Baringin Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Paku Di Kawasan Air Panas Sapan
Padang diperoleh 14 jenis tumbuhan paku Maluluang Kabupaten Solok Selatan,
teresterial dan 3 tumbuhan paku epifit. ditemukan 8 jenis tumbuhan paku yang
Sedangkan di kawasan air panas Sapan terdiri dari 6 jenis tumbuhan paku teresterial
Maluluang ini belum diketahui jenis-jenis dan 2 jenis tumbuhan paku teresterial epifit.
tumbuhan paku yang ada dan masyarakat Species yang ditemukan yaitu, Pteris
belum mengetahui peran tumbuhan paku vittata L., Acrosticum aureum L.
dalam ekosistem sehingga perlu dijaga Nephrolepis hirsutula (Forst.) Pr.
kelestariannya, maka dari itu peneliti telah Nephrolepis biserrata (Sw.) Schoot.,
melakukan penelitian mengenai“ Jenis-jenis Nephrolepis sp. Pytirogramma colomelanos
L. Link, Thelypteris opulenta., Lygodium
Scanden (L.) Sw.
Tabel 1 : Jenis - Jenis Tumbuhan Paku Yang Di Temukan Di Kawasan Air Panas Sapan
Maluluang Kabupaten Solok Selatan.

No Kelas dan Ordo Familia Genus Spesies Stasiun Habi


pengambilan tat
1 2 3
1. Filicopsida

Filicalles Polypodiaceae Pteris Pteris vittata L. √ √ T E


Acrosticum Acrosticum aureum L. √ √ T
Schizaeceae Lygodium Lygodium scandens L. √ T
Adiantaceae Pityrogramma Pityrogramma colomelanos L. √ T
Nephrolepidaceae Nephrolepis Nephrolepis biserrata (Sw.) Schoot √ √ T
Nephrolepis hirsitula (Frost.) Pr. √ √ T E
Nephrolepis sp. √ √ T
Thelypteridaceae Thelypteris Thelypteris opulenta √ T

T: Teresterial
E: Epifit

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa lain, terkadang tercampur dengan terna.
Pteris vittata L. ditemukan pada stasiun II Sehingga pada stasiun II ini dapat ditemukan
dan stasiun III. Acrosticum aureum L. tumbuhan paku ini. Nephrolepis biserrata
ditemukan pada stasiun II dan stasiun III ditemukan pada stasiun I dan stasiun II,
pada stasiun II tumbuhan paku ini ditemukan tumbuhan paku ini ditemukan di sekitar bak
dirawa-rawa sekitar aliran air panas. Pada penampungan air panas, dan merupakan
stasiun III tumbuhan paku ini ditemukan dataran rendah dan stasiun II tempat terbuka
disungai sekitar aliran sesudah kolam sehingga cocok untuk pertumbuhan paku ini
pemandian. Menurut Steeins (1981) . Menurut Sastarapradja (1980) tumbuhan
menyatakan bahwa tumbuhan paku paku ini tersebar diseluruh daerah Asia
Acrosticum aureum L. merupakan paku yang tropika, tumbuhan paku ini lebih menyukai
hidup rawa, selokan pantai, tepi kolam ikan tumbuh didataran rendah, paku ini jarang
laut. Acrosticum aureum L. merupakan ditemukan dilereng-lereng gunung.
tumbuhan paku yang biasanya hidup Nephrolepis hirsutula ditemukan
dipantai ternyata juga ditemukan pada rawa pada stasiun II dan stasiun III, ciri-ciri
air panas pada stasiun II. Lygodium tumbuhan yang hidup berkelompok dan
scandens L. hanya ditemukan pada stasiun II dapat hidup ditanah yang berbatu-batu, pada
dengan kondisi lingkungan basah, terbuka staisun III paku ini menempel pada bebatuan
dan ada semak-semak sehingga tumbuhan yang memiliki celah yang berisi unsur hara.
ini bisa memanjat. Menurut Steeins (1981) Sastrapradja (1980) menyatakan bahwa
tumbuhan paku ini hidup di tempat basah, tumbuhan paku ini tumbuh berkelompok,
hutan sekunder, hutan semak, pagar, rawa, berbatu-batu, tanah cadas atau batu-batu
kadang-kadang dibagian hutan pasang yang kapur adalah tempat yang disukainya.
tidak asin. Sehingga pada stasiun II ini dapat Sehingga pada lokasi penelitian masih
ditemukan Lygodium scandens L. ditemukan tumbuhan paku ini.
Pytirogramma calomelanos L. Nephrolepis sp. ditemukan pada
hanya ditemukan pada stasiun II tempat stasiun I dan stasiun II ini sesuai dengan ciri-
hidup paku ini yaitu tempat yang tidak ciri tempat tumbuh pada stasiun I tumbuhan
terlalu kering, ditempat adanya matahari paku ini hidup disekitar semburan air panas,
atau daerah teduh yang ringan, berbatuan, pada stasiun I tumbuhan paku ini hanya
dan tumbuh dengan paku-pakuan lain. Hal ditemukan sedikit, pada stasiun II tumbuhan
ini sesuai dengan pendapat Sastrapradja paku ini tumbuh dengan subur dengan
(1980) bahwa tumbuhan paku ini dapat tempat tumbuh tanah yang berbatu-batu.
hidup pada daerah-daerah terbuka, pada Thelypteris opulenta ditemukan pada stasiun
tempat yang berbatu-batu, dilereng-lereng III dengan tempat tumbuh merupakan tepi
bukit, ditempat yang agak terlindung, aliran sungai sesudah kolam pemandian,
terkadang dapat tumbuh dengan paku jenis tanah agak lembab. hal ini sesuai dengan cir-
ciri bahwa tumbuhan ini menyukai tanah kemampuan adaptasi yang cukup tinggi dan
agak lembab seperti tepi aliran sungai hal ini menyebabkan terdistribusi sangat luas. Dari
sesuai dengan kondisi stasiun III. delapan jenis tumbuhan paku yang
Dari hasil penelitian yang telah ditemukan pada penelitian ini hampir sama
dilakukan spesies yang didapatkan hanya dengan penelitian Susanti dkk (2005)
dari ordo Filicalles. Tjitrosoepomo (1989) Analisis Vegetasi Kawasan Air Panas
menyatakan bahwa golongan ini terdiri atas Gemuruk Desa Penindian, Kecamatan
beraneka ragam paku-pakuan sebagai epifit Sumendo Darat Laut Kabupaten Muara
serta tergolong paku modern yang luar biasa Enim, Sumatera Selatan ditemukan 7 jenis
banyaknya, meliputi 90% dari seluruh tumbuhan paku.
jumlah marga yang tergolong Filicalles dan
tersebar diseluruh dunia, sehingga spesies
yang tergolong dalam kelas ini memiliki

Tabel 2. Kondisi lingkungan tumbuhan paku dikawasan air panas Sapan Maluluang
Kabupaten Solok Selatan
No Lokasi Suhu ºC Kelembaban % pH
1. Stasiun I 64º C 64% 5,9
2. Stasiun II 28º C 54% 6,7
3. Stasiun III 25º C 66% 6,8

Pada lokasi penelitian stasiun I Pada stasiun III dengan suhu 25oC,
dengan suhu lingkungan 64℃, kelembaban kelembaban 66%, dan pH 6,8 ditemukan
udara 64% dan pH 5,9. Tumbuhan paku jenis tumbuhan paku Nephrolepis sp.,
yang ditemukan yaitu Thelypteris sp., dan Nephrolepis hirstula, Acrosticum aureum L.,
Nephrolepis biserrata L., hal ini dipengaruhi Pteris vittata L. Horzski dan Moran dalam
oleh suhu lingkungan yang cukup tinggi Katili (2001) bahwa kelembaban relatif yang
untuk pertumbuhan paku sehingga jenis baik bagi pertumbuhan paku pada umumnya
yang ditemukan sedikit sesuai dengan Sjafei berkisar antara 60-80%, dan tumbuhan paku
dalam Susanti,dkk (1994). Menyatakan yang tumbuh dikawasan tropis umumnya
bahwa, suhu 63℃ dan tanah dengan pH menghendaki kisaran suhu 21-27oC.
asam pada kondisi seperti ini tidak semua
jenis tumbuhan bisa hidup hanya tumbuh-
DAFTAR PUSTAKA
tumbuhan yang tergolong pioneer saja.
Jamsuri. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan
Stasiun II dengan suhu lingkungan 28 oC,
Paku Disekitar Curug
kelembaban 54 % dan pH 6,7, species
Cikaracak,Bogor, Jawa Barat.
tumbuhan paku yang ditemukan yaitu
Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas
Pytirogramma calomelanos L., Nephrolepis
Sains dan Teknologi Universitas
biserrata L., Nephrolepis hirsutula.,
Islam Negeri Syarif Hidayatullah :
Nephrolepis Sp., Acrosticum aureum L.,
Jakarta.
Pteris vittata L., Lycopodium scandens L.
Juriati, N. 2013. Jenis-Jenis Tumbuhan Paku
kondisi lingkungan yang demikian cukup
Teresterial Di Hutan Desa Kapau
mendukung pertumbuhan paku sesuai
Kecamatan Lengayang Kabupaten
dengan Horzski dan Moran dalam Katili
Pesisir Selatan. Skripsi. STKIP
(2001) bahwa kelembaban relatif yang baik
Sumatera Barat.
bagi pertumbuhan paku pada umumnya
Loveless, A.R.1989. Prinsip-prinsip Biologi
berkisar antara 60-80%, dan tumbuhan paku
Tumbuhan Untuk Daerah Tropik
yang tumbuh dikawasan tropis umumnya
2. Gramedia. Jakarta.
menghendaki kisaran suhu 21-27oC. Pada
Polunin, N. 1990. Pengatur Geografi
stasiun II ini diduga kawasan peralihan
Tumbuhan dan Beberapa Ilmu
antara daerah ekstrim dan daerah yang lebih
Serumpun. Gadjah Mada
kondusif dengan pH yang mendekati netral
University Press. Yogyakarta.
dan suhu yang lebih rendah, kondusifitas
Sastrapraja, S. 1980. Jenis Paku Indonesia.
lingkungan memungkinkan jenis tumbuhan
Lembaga Biologi Nasional-LIPI;
lebih banyak tumbuh.
Bogor.
Tjitrosoepomo, G. 1993. Taksonomi Umum
Dasar-dasar Taksonomi
Tumbuhan Rendah. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
, G. 1994. Taksonomi Umum.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Widhiastuti, R. T.A., Athtorick & W. D. P.
Sari. 2006. Struktur Dan
Komposisi Tumbuhan Paku-
Pakuan Dikawasan Hutan Gunung
Sinabung Kabupaten Karo. Jurnal
Biologi Sumatera.Vol 138. No 2.
ISSN 1907-5537. Hlm 38-41.

S-ar putea să vă placă și