Sunteți pe pagina 1din 6

ISSN 1978-1059

J. Gizi Pangan, November 2014, 9(3):167-172

KONSUMSI AIR PUTIH, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN


PENGHUNI PANTI WERDA DI KABUPATEN PACITAN
(Plain water consumption, nutritional status, and health status of
panti werda residents in Pacitan)

Desy Dwi Aprillia1* dan Ali Khomsan2


1
Instalasi Gizi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jl. Diponegoro No. 71, Jakarta 10430
2
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680

ABSTRACT

The objective of this study was to learn and analyze the relationship between the consumption of plain
water, nutritional status, and health status of panti werda residents in Pacitan. Design of this study was
cross-sectional. Subject of this study were panti werda residents. As many as 24 people were chosen as
subject. This result showed that 75% of subject had plain water sufficient levels were categorized as
adequate and 25% were inadequate. Energy and protein sufficiency levels of subject were 33% and 42%
categorized as normal. Micronutrient sufficient levels of subject consists of 83% phosphorus, 88% iron,
and 100% vitamin A were categorized as adequate, but calcium and vitamin C sufficient levels as many
as 96% and 100% were categorized as inadequate. As many as 42% subject had normal nutritional
status, 25% were underweight, and 33% were overweight. Health status of subject as many as 54%
were categorized as high and 46% were low. The Pearson and Spearman correlation test showed that
nutritional status with nutrient intake, plain water consumption, and health status of subject had no
significant relationship (p>0.05).

Keywords: elderly, health status, nutrition intake, nutritional status, plain water

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan konsumsi air putih, status gizi, dan status kesehatan
penghuni panti werda di Kabupaten Pacitan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional pada 24
orang penghuni panti werda. Hasil studi menunjukkan bahwa 75% subjek memiliki tingkat kecukupan
air putih yang tergolong kurang dan 25% tergolong cukup. Tingkat kecukupan energi dan protein subjek
masing-masing sebesar 33% dan 42% tergolong normal. Tingkat kecukupan zat gizi mikro, yaitu 83%
fosfor, 88% zat besi, dan 100% vitamin A termasuk dalam kategori cukup, namun tingkat kecukupan
kalsium dan vitamin C, yaitu sebesar 96% dan 100% termasuk dalam kategori kurang. Sejumlah 42%
subjek berstatus gizi normal, 25% gizi kurang, dan 33% gizi lebih. Status kesehatan subjek sebesar 54%
tergolong baik, sedangkan 46% tergolong tidak baik. Uji korelasi Pearson dan Spearman menunjukkan
tidak terdapat hubungan signifikan antara status gizi dengan asupan zat gizi pangan, konsumsi air putih,
dan status kesehatan subjek (p>0,05).

Kata kunci: air putih, asupan zat gizi, lansia, status gizi, status kesehatan

PENDAHULUAN perkembangan optimal, selanjutnya secara perla-


han mengalami penurunan secara fisiologi mau-
Menua merupakan suatu proses menghi- pun psikologi, yaitu pada usia pertengahan sam-
langnya kemampuan jaringan untuk memper- pai lanjut usia (lansia). Perubahan fisiologi yang
baiki diri secara perlahan serta mempertahankan terjadi dapat menyebabkan beberapa permasalah-
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak an terkait gizi dan kesehatan pada kelompok
dapat bertahan terhadap infeksi dan memper- usia ini. Permasalahan yang sering terjadi yaitu
baiki kerusakan yang diderita. Proses ini terjadi kurangnya perhatian terhadap konsumsi cairan
ketika manusia telah mencapai pertumbuhan dan terutama air putih, konsumsi makanan dan asu-

*
Korespondensi: Telp: +6281331530718, Surel: aprilliadesy@gmail.com

J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014 167


Aprillia & Khomsan

pan zat gizi yang belum berimbang, penurunan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April
aktivitas fisik, serta gaya hidup yang tidak sehat 2014.
(Rivlin 2007). Perilaku kurang peduli terhadap
pentingnya konsumsi cairan, terutama air putih Jumlah dan cara pengambilan subjek
dalam jumlah cukup menyebabkan kelompok Subjek pada penelitian ini adalah seluruh
usia ini berisiko mengalami dehidrasi. Dehidrasi penghuni yang tinggal di Panti Werda Kabupa-
merupakan suatu kondisi apabila tubuh tidak cu- ten Pacitan berjumlah 30 orang namun terda-
kup mendapatkan air atau kehilangan air sekitar pat enam orang yang tidak memenuhi syarat,
≥2% dari berat badan. Kondisi tersebut dapat sehingga diperoleh 24 orang sebagai subjek da-
dipengaruhi oleh penurunan fungsi secara fisik lam penelitian ini. Adanya keragaman usia pada
dan fisiologi, sehingga kurang mampu memper- subjek, maka peneliti menetapkan kriteria inklusi
hatikan konsumsi minuman, serta kadar air da- penentuan subjek, yaitu usia lebih dari 45 tahun,
lam tubuh yang semakin menurun akibat proses sehat jasmani dan rohani, serta bersedia menjadi
penuaan organ-organ tubuh (Bossingham et al. subjek penelitian.
2005).
Penelitian tentang konsumsi air di Peran- Jenis dan cara pengumpulan data
cis terhadap 245 subjek yang berumur >65 tahun Data yang digunakan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi air yaitu adalah primer dan sekunder. Data primer men-
1.105 ml per hari (EFSA 2010). Hasil penelitian cakup karakteristik subjek yang diperoleh mela-
di Amerika menunjukkan bahwa konsumsi air lui wawancara langsung dengan alat bantu kue-
putih yang dianjurkan kepada kelompok wanita sioner. Data konsumsi air putih diperoleh dengan
usia 25-42 tahun sebesar >2 liter per hari (Paan et menggunakan kuesioner recall 1x24 jam. Data
al. 2012). Penelitian di Indonesia tentang rata-ra- konsumsi pangan subjek diperoleh dengan cara
ta asupan air pada penghuni panti werda menun- menimbang (food weighing) dan wawancara de-
jukkan sebesar 1.000 ml per hari (Siregar et al. ngan menggunakan kuesioner food recall. Data
2009). status gizi dikumpulkan melalui pengukuran be-
Air merupakan komponen utama dalam rat badan dan tinggi badan dengan menggunakan
tubuh manusia. Sekitar 80% dari kebutuhan indi- timbangan injak dan stature meter. Data status
vidu merupakan kontribusi dari cairan termasuk kesehatan subjek terdiri atas lama dan frekuensi
air, dan sisanya diperoleh dari makanan (Popkin sakit yang diperoleh melalui wawancara dengan
et al. 2006). Kebutuhan cairan setiap individu menggunakan kuesioner. Data sekunder yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, dikumpulkan adalah data keadaan umum panti,
jenis kelamin, tingkat aktivitas, faktor lingkung- menu makanan, dan jadwal kegiatan subjek.
an, dan status gizi (normal, overweight, obesi-
tas) (Popkin et al. 2006). Menurut Sawka et al. Pengolahan dan analisis data
(2005), tubuh secara normal akan kehilangan air Data konsumsi air putih dikelompokkan
melalui paru-paru ketika menghembuskan nafas, menjadi dua kategori, yaitu kurang (<65%) dan
melalui keringat, produksi kemih dan saat buang cukup (≥65%) menurut Hardinsyah et al. (2011).
air besar. Kehilangan cairan tersebut harus digan- Data konsumsi pangan dikumpulkan melalui me-
ti untuk menjaga agar kondisi dan fungsi cairan tode penimbangan (food weighing), dan dikon-
tubuh tidak terganggu. versi menjadi asupan zat gizi menggunakan Daf-
Penelitian ini bertujuan menganalisis tar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) tahun
hubungan konsumsi air putih, status gizi, dan sta- 2004. Data status gizi dikelompokkan menggu-
tus kesehatan penghuni panti werda di Kabupaten nakan Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan
Pacitan. Depkes (2005). Status kesehatan subjek dalam
satu bulan terakhir dikelompokkan menjadi dua
METODE kategori, yaitu baik (lama sakit <3 hari) dan tidak
baik (lama sakit ≥3 hari).
Desain, tempat, dan waktu
Desain yang digunakan dalam penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
ini adalah cross sectional. Penelitian dilaksana-
kan di Panti Werda Kabupaten Pacitan. Lokasi Karakteristik subjek
penelitian merupakan satu-satunya panti werda Subjek dalam penelitian ini terdiri atas
di Kabupaten Pacitan yang berada di bawah 10 laki-laki dan 14 perempuan. Karakteristik
naungan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Trans- berdasarkan usia menunjukkan 50% subjek ter-
migrasi Kabupaten Pacitan. Pengambilan data masuk dalam kelompok lansia berumur 60–74

168 J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014


Konsumsi air putih penghuni panti werda

tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, 83% teh atau kopi, serta kurangnya paparan informasi
subjek tidak sekolah dan 17% bersekolah sam- pentingnya konsumsi air putih untuk memenuhi
pai tingkat sekolah dasar. Selain itu, 58% subjek kebutuhan cairan tubuh. Faktor lain yang ber-
tidak bekerja, 21% bekerja sebagai perajin, 13% pengaruh yaitu komposisi makanan dan minum-
sebagai petugas kebersihan, dan 8% bekerja se- an non air putih yang dapat meningkatkan atau
bagai pemulung. Dalam hal pendapatan, 92% menurunkan rasa haus subjek untuk mengonsum-
subjek memiliki pendapatan antara Rp 0 sam- si air putih, sehingga berdampak terhadap cukup
pai Rp 100.000/bulan, sedangkan 8% dari sub- atau kurangnya pemenuhan cairan tubuh (Kant
jek memiliki pendapatan lebih dari Rp 500.000/ et al. 2009). Proses penuaan yang terjadi pada
bulan. Status perkawinan subjek sebagian besar subjek juga dapat memengaruhi kemampuannya
menikah, namun 46% berstatus janda/duda dan untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh
13% berstatus tidak menikah. Riwayat kesehatan (Bossingham et al. 2005).
yang dimiliki oleh subjek, yaitu stroke (13%) dan
tekanan darah tinggi (4%). Konsumsi pangan
Konsumsi pangan dalam penelitian ini ter-
Kebutuhan dan konsumsi cairan diri atas kebiasaan makan, kebutuhan dan kon-
Kebutuhan cairan subjek diperoleh dari sumsi subjek, serta asupan dan tingkat kecukup-
minuman, terdiri atas air putih dan non air an zat gizi. Kebiasaan makan terdiri atas tiga kali
putih (teh, kopi, sirup, dan susu kental manis). makan utama, yaitu makan pagi, siang, sore, dan
Rata-rata kebutuhan cairan subjek dalam sehari satu kali selingan yang disediakan langsung oleh
1.496 ml, sedangkan kebutuhan rata-rata air putih pihak panti dalam kegiatan penyelenggaraan ma-
1.200 ml. Konsumsi rata-rata cairan 963 ml dan kanan bagi penghuni panti.
air putih 699 ml. Hal ini berarti bahwa konsumsi Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata asu-
cairan subjek termasuk kategori kurang. Hal ini pan zat gizi subjek telah memenuhi AKG, namun
karena dalam sehari subjek mengonsumsi rata- terdapat beberapa asupan zat gizi yang belum
rata air putih sebanyak 3 gelas (600 ml) ditambah memenuhi kebutuhan AKG serta tingkat kecu-
dengan minuman lain, seperti teh atau kopi 1–2 kupan zat gizi (TKG) terutama zat gizi mikro,
gelas. Menurut Hardinsyah et al. (2011), asupan yaitu kalsium (206 mg/21%) dan vitamin C (26,9
air yang optimal pada lansia adalah 1–1,5 liter per mg/34%). Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan ma-
hari, sedangkan pada usia pertengahan dianjurkan kan subjek yang kurang mengonsumsi sayur dan
mengonsumsi air sebanyak 2 liter per hari. buah sebagai pangan sumber vitamin dan mineral.
Data tingkat kecukupan cairan menunjuk- Setiap hari, subjek mengonsumsi sayur sebanyak
kan bahwa 54% subjek memiliki tingkat kecu- 1–2 kali dan buah satu kali, sedangkan konsumsi
kupan cairan yang tergolong defisit tingkat berat sayur dan buah yang dianjurkan masing-masing
dan hanya 4% yang tergolong normal. Sebagian sebanyak 2–3 kali sehari. Konsumsi pangan sum-
besar subjek merupakan golongan lansia yang ber kalsium, seperti susu juga termasuk rendah,
cenderung kurang peduli terhadap pentingnya karena subjek hanya mengonsumsi sebanyak 1–2
asupan cairan dalam jumlah cukup, terutama air kali dalam satu minggu. Selain itu, konsumsi air
putih. Hal ini menyebabkan pemenuhan terhadap yang cukup juga sangat penting sebagai pelarut
konsumsi cairan belum terpenuhi secara opti-
mal. Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan Tabel 1. Rata-rata asupan dan kebutuhan zat
oleh subjek selama di panti dapat menyebabkan gizi subjek
berkurangnya rasa haus, sehingga keinginan un- Nilai rata-rata
tuk mengonsumsi minuman, terutama air putih Zat Gizi TKG (%)
Asupan AKG
menurun. Selain itu, pada kelompok usia ini mu-
lai mengalami perubahan komposisi tubuh, seper- Energi (kkal) 1 749 1 647 120
ti penurunan massa tubuh dan peningkatan massa Protein (g) 53,6 51,7 113
lemak yang berpengaruh terhadap berkurangnya Lemak (g) 42,6 45,9 107
asupan cairan yang masuk ke dalam tubuh (Lee
Karbohidrat (g) 302 258 135
et al. 2004).
Tingkat kecukupan air putih subjek sebesar Kalsium (mg) 206 1 000 21
75% tergolong kurang dan 25% tergolong cukup. Fosfor (mg) 575 700 82
Beberapa faktor yang memengaruhi antara lain
Zat besi (mg) 10,9 12,4 88
berkurangnya rasa haus, ketidakinginan untuk
sering buang air kecil, ketidaksukaan subjek ter- Vitamin A (UI) 2 444 542 454
hadap air putih dan lebih memilih mengonsumsi Vitamin C (mg) 26,9 81,2 34

J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014 169


Aprillia & Khomsan

zat gizi, terutama vitamin dan mineral (Popkin et Tabel 2. Sebaran subjek berdasarkan status gizi
al. 2006).
Kategori status gizi n %
Tingkat kecukupan energi dan protein
dikelompokkan menurut Depkes (1996), sedang- Kurang : IMT <18,5 6 25
kan tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelom- Normal : 18,5≤ IMT ≤24,9 10 42
pokkan menurut Gibson (2005). Data tingkat Lebih : IMT ≥25 8 33
kecukupan zat gizi subjek menunjukkan bahwa Rata-rata IMT (kg/m2) 22,5±5,2
tingkat kecukupan energi sebesar 33% dan pro-
tein sebesar 44% berada dalam kategori normal. usia dan kesehatan. Selain itu, adanya kebebasan
Tingkat kecukupan zat gizi mikro subjek, yaitu dalam konsumsi makanan terutama sumber kar-
83% fosfor, 88% zat besi, dan 100% vitamin A bohidrat, seperti nasi serta tambahan makanan
tergolong cukup, sedangkan kalsium sebesar dari luar panti yang cenderung berupa makanan
96% dan vitamin C sebesar 100% dalam kategori manis (roti manis, biskuit) menyebabkan bebe-
kurang. Faktor-faktor yang memengaruhi ting- rapa subjek mengalami status gizi lebih. Faktor
kat kecukupan zat gizi antara lain usia, kondisi lain yang memengaruhi status gizi subjek adalah
fisiologis, dan konsumsi pangan yang menyebab- adanya perubahan fungsi fisiologi, berkurangnya
kan perbedaan daya terima terhadap makanan keseimbangan konsumsi cairan, serta kesalahan
(Tomata et al. 2012). Faktor penuaan juga me- pengaturan pola makan yang berdampak ter-
mengaruhi penurunan sensitivitas rasa terhadap hadap perubahan status gizi (Muckelbauer et al.
makanan yang menyebabkan berkurangnya asu- 2013).
pan, sehingga beberapa kebutuhan zat gizi tidak
terpenuhi (Kennedy 2006). Ketidakseimbangan Status kesehatan
konsumsi makanan dengan asupan zat gizi yang Status kesehatan subjek ditentukan ber-
diperlukan oleh tubuh dapat menyebabkan ter- dasarkan lama dan frekuensi sakit dalam satu
jadinya defisiensi beberapa zat gizi (Bouillanne bulan terakhir. Selain itu diperoleh data terkait
et al. 2005). penyakit yang biasa diderita oleh subjek melalui
Data konsumsi pangan subjek dapat wawancara menggunakan kuesioner. Data status
menunjukkan kontribusi energi dan protein ter- kesehatan subjek menunjukkan bahwa 54% sub-
hadap pemenuhan kebutuhan zat gizi berdasar- jek memiliki status kesehatan baik, sedangkan
kan waktu makan. Kontribusi energi dan protein 46% memiliki status kesehatan tidak baik dengan
terbesar terdapat pada konsumsi di waktu makan rata-rata lama sakit 3±2,6 hari selama satu bulan
malam, yaitu sebesar 40,1% dan 42,1%. Kon- terakhir. Jenis penyakit yang biasa diderita subjek
tribusi energi di setiap waktu makan cenderung diantaranya flu, batuk, sakit kepala, nyeri sendi,
berlebih dari yang seharusnya dipenuhi oleh sub- sakit mata, dan sesak napas. Menurut Kurniasih
jek, yaitu makan pagi (20%), dua kali makanan et al. (2010), proses penuaan dapat menyebabkan
selingan (20%), makan siang (30%), dan makan penurunan kualitas, fungsi organ dan jaringan
malam (30%). Hal ini diduga berkaitan dengan tubuh yang dapat menyebabkan berbagai per-
sistem penyelenggaraan makanan di panti yang masalahan kesehatan, seperti gangguan pengin-
memberi kebebasan kepada subjek untuk me- deraan, pernapasan, atau pencernaan. Proses ini
ngonsumsi pangan sumber energi sesuai keingin- juga dapat memengaruhi kemampuan seseorang
an, serta pemilihan makanan selingan yang be- dalam menjaga keseimbangan air dalam tubuh,
lum beragam. sehingga dapat berakibat terjadinya dehidrasi
(Bossingham et al. 2005).
Status gizi
Penentuan status gizi didasarkan pada IMT Hubungan konsumsi pangan dan konsumsi air
subjek yang dikategorikan atas status gizi nor- putih dengan status gizi dan status kesehatan
mal (18,5≤ IMT ≤24,9), status gizi kurang (IMT Konsumsi pangan digunakan untuk me-
<18,5), dan status gizi lebih (IMT≥25) (Depkes nentukan jumlah asupan zat gizi subjek. Asupan
2005). Berdasarkan data dapat diketahui rata-rata zat gizi yang dianalisis terdiri atas energi, pro-
IMT subjek sebesar 22,5±5,2 kg/m2. tein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi,
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian be- serta vitamin A dan C. Rata-rata asupan zat gizi
sar subjek memiliki status gizi normal (42%), pangan yang dianalisis dikelompokkan menjadi
namun terdapat 25% dari subjek berstatus gizi dua kategori yaitu kurang dan cukup. Status gizi
kurang dan 33% berstatus gizi lebih. Subjek yang subjek dalam analisis ini dikelompokkan menjadi
mengalami status gizi kurang diduga dipengaruhi 2 kategori, yaitu normal dan tidak normal (under-
oleh penurunan nafsu makan subjek akibat faktor weight/overweight). Analisis hubungan asupan

170 J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014


Konsumsi air putih penghuni panti werda

zat gizi dengan status gizi dilakukan mengguna- memperlihatkan tidak terdapat hubungan yang
kan uji korelasi Pearson dan Spearman. signifikan antara konsumsi air putih dengan sta-
Hasil analisis bivariat menunjukkan bah- tus gizi (p>0,05) (Tabel 3). Hasil ini tidak sejalan
wa sebagian besar subjek, baik berstatus gizi dengan penelitian Paan et al. (2012) terhadap
normal maupun tidak normal memiliki asupan kelompok wanita usia pertengahan dan lansia di
zat gizi yang cukup, namun terdapat 7,1% sub- Amerika yang menunjukkan bahwa konsumsi air
jek berstatus gizi tidak normal memiliki asupan putih memiliki hubungan yang signifikan dengan
zat gizi kurang. Hasil uji korelasi antara asupan status gizi. Kecukupan konsumsi air putih dapat
zat gizi dan status gizi menunjukkan bahwa tidak mengurangi asupan energi dalam tubuh dan mem-
terdapat hubungan yang signifikan antara kedua bantu menurunkan berat badan, khususnya pada
variabel tersebut (p>0,05). Salah satu faktor yang kondisi yang mengalami kelebihan berat badan.
diduga memengaruhi hasil tersebut adalah me- Tabel 3. Sebaran data analisis hubungan status
tode penimbangan (food weighing) untuk peng- gizi dengan konsumsi pangan, status
umpulan data konsumsi sehari dalam penelitian kesehatan, dan konsumsi air putih sub-
ini belum dapat menggambarkan status zat gizi jek
subjek pada saat itu. Menurut Riyadi (2006), sta-
tus gizi merupakan keadaan kesehatan seseorang Tidak
Normal
Status gizi normal p
atau kelompok yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan (absorpsi), dan penggunaan (utili- n % n %
zation) zat gizi makanan pada masa lalu. Selain Konsumsi pangan:
itu, faktor fisiologi dan terjadinya proses penua- Kurang 0 0 1 7,1
an menyebabkan asupan zat gizi dari konsumsi Cukup 10 100 13 92,9 0,865
pangan berkurang, sehingga dapat berpengaruh Status kesehatan:
terhadap status gizi. Defisiensi terhadap vitamin Baik 4 40 7 50
dan mineral juga dapat memengaruhi proses me- Tidak Baik 6 60 7 50
0,434
tabolisme zat gizi dalam tubuh yang berdampak Konsumsi air putih:
terhadap status gizi (Fatmah 2010). Cukup 6 60 11 78,6
Analisis bivariat antara status gizi de- Kurang 4 40 3 21,4
0,747
ngan status kesehatan subjek dilakukan meng-
gunakan uji korelasi Pearson, menunjukkan KESIMPULAN
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara status gizi dengan status kesehatan subjek Pemenuhan kebutuhan cairan subjek ter-
(p>0,05). Subjek dengan status kesehatan baik utama konsumsi air putih cenderung kurang, yaitu
yang memiliki status gizi normal berjumlah le- 699 ml dari 1.200 ml kebutuhan air putih setiap
bih sedikit (40%) dari pada subjek berstatus gizi hari. Hal ini menyebabkan tingkat pemenuhan
tidak normal (60%). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan cairan sebagian besar subjek berada
status gizi tidak sepenuhnya memengaruhi status dalam kategori kurang. Tingkat kecukupan asu-
kesehatan seseorang, namun terdapat faktor lain pan zat gizi terutama zat gizi mikro, yaitu kal-
seperti kondisi fisiologis yang dapat berpengaruh sium dan vitamin C tergolong kurang. Status gizi
terhadap status kesehatan. Faktor-faktor yang di- subjek sebesar 25% dalam kategori status gizi
gunakan untuk menentukan status kesehatan da- kurang yang dipengaruhi oleh penurunan nafsu
lam penelitian ini diduga belum dapat menggam- makan serta faktor usia, sedangkan sebagian be-
barkan secara langsung status kesehatan subjek. sar subjek memiliki status kesehatan baik. Hasil
Menurut Islamiyah et al. (2013), status kesehatan uji korelasi Pearson dan Spearman menunjukkan
lebih dipengaruhi oleh jenis dan jumlah konsum- tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
si makanan serta kecukupan zat gizi dalam tubuh konsumsi pangan dan konsumsi air putih dengan
yang berkaitan dengan terjadinya proses penua- status gizi dan status kesehatan subjek (p>0,05).
an. Usia lanjut perlu memperhatikan pemenuh-
Analisis bivariat antara konsumsi air putih an konsumsi cairan terutama mengonsumsi air
dengan status gizi subjek menggunakan uji kore- putih yang cukup untuk mempertahankan hidrasi
lasi Spearman, menunjukkan bahwa subjek yang dan mengimbangi perubahan karena faktor usia
mengonsumsi air putih dalam jumlah cukup, dalam pemenuhan tercapainya keseimbangan air
sebesar 40% berstatus gizi normal. Subjek yang bagi tubuh. Selain itu, perlu pengawasan secara
mengonsumsi air putih kurang dari kebutuhan, langsung dan rutin terkait jenis pangan, pola ma-
sebesar 78,6% berstatus gizi tidak normal (Tabel kan, dan kesehatan lansia untuk mempertahankan
3). Uji korelasi antara kedua variabel tersebut status gizi.

J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014 171


Aprillia & Khomsan

DAFTAR PUSTAKA Kurniasih D, Hilman H, Marfuah PA, Saeful I.


2010. Sehat & Bugar Berkat Gizi Seim-
Bossingham MJ, Nadine SC, Wayne WC. 2005. bang. Jakarta: PT Penerbitan Sarana
Water balance, hydration status, and fat Bobo.
free mass hydration in younger and older Lee S, Robert J, Patricia C, Stephen B, Tamara B,
adults. Am J Clin Nutr 81:1342-1350. Ronica R, Susan M, Anne B. 2004. Eden-
Bouillanne O, Gilles M, Claire D, Isabelle C, tulism and nutritional status in a biracial
Jean-Pierre V, Ioannis N, Simone B, Luc sample of wellfunctioning, community-
C, Christian A. 2005. Geriatric nutritional dwelling elderly: the health, aging, and
risk index: a new index for evaluating at body composition study. Am J Clin Nutr
risk elderly medical patients. Am J Clin 79:295-302.
Nutr 82:777-783. Muckelbauer R, Giselle S, Anke G, Jacque-
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 1996. Pedo- line M. 2013. Association between water
man Pengaturan Makan. Jakarta: Departe- consumption and body weight outcomes:
men Kesehatan. a systematic review. Am J Clin Nutr 98:
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2005. Pe- 282-299.
tunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jas- Paan A, Vasanti SM, Matthias BS, Joann EM,
mani. Jakarta: Depkes RI. Water CW, Frank BH. 2012. Plan water
[EFSA] European Food Safety Authority. 2010. intake and risk of type 2 diabetes in young
Scientific opinion on dietary reference va- and middle aged women. Am J Clin Nutr
lues for water. EFSA Journal 8(3):14-59. 95:1454-1460.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut: Kebutuhan Zat Popkin BM, Lawrence EA, George MB, Benja-
Gizi. Jakarta: Erlangga. min C, Balz F, Walter CW. 2006. A new
Gibson RS. 2005. Principle of Nutrition proposed guidance system for beverage
Assesment. New York: Oxford University consumption in the United State. Am J
Press. Clin Nutr 83:529-542.
Hardinsyah, Siregar P, Santoso BI, Pardede SO. Rivlin RS. 2007. Keeping the young elder-
2011. Air Bagi Kesehatan. Jakarta: Centra ly healthy: is it too late to improve our
Communications. health through nutrition?. Am J Clin Nutr
Islamiyah, Nurhaedar J, Veny H. 2013. Gaya 86:15728-15768.
hidup, status gizi, dan kualitas hidup Riyadi H. 2006. Gizi dan Kesehatan Keluarga
manusia lanjut usia yang masih bekerja edisi ke-2. Jakarta: Universitas Terbuka.
di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Sawka MN, Cheuvront SN, Carter R. 2005. Hu-
(Makalah). Makassar: Bagian Gizi Ke- man Water Needs. Sport Science Exchange
sehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Journal 18(2):1-12.
Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Siregar P, Susalit E, Wirawan R, Setiati S, Sar-
Kant A, Barry I, Elizabeth A. 2009. Intakes of wono W. 2009. Optimal water intake for
plain water, moisture in foods and beve- the elderly: prevention of hyponatremia.
rages, and total water in the adult US po- Mer J Indonesia 18(1):18-25.
pulation–nutritional, meal pattern, and Tomata Y, Masako K, Naoki N, Toru T, Toshi-
body weight correlates: National Health masa S, Shinichi K, Atsushi H, & Ichiro T.
and Nutrition Examination Surveys 1999– 2012. Green tea consumption and the risk
2006. Am J Clin Nutr 90:655-663. of incident functional disability in elderly
Kennedy ET. 2006. Evidence for nutritional be- Japanese: the Ohsaki Cohort 2006 Study.
nefits in prolonging wellness. Am J Clin Am J Clin Nutr 95:732-739.
Nutr 83:410-414.

172 J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014

S-ar putea să vă placă și