Sunteți pe pagina 1din 6

Nama : Amelisa S.W.

Angkat

NPM : 16150121

Grup :D

Mata Kuliah : Metode Penelitian Pendidikan

Dosen Pengasuh : Dr. Firman Pangaribuan, M.Pd

Topik : Transformasi Geometri

I. Jurnal I

Judul : Penerapan Model Penemuan Terbimbing Pada Lesson Study Pembelajaran Materi
Transformasi Berbantuan geogebra

Penulis : Arifin.

Masalah : Siswa banyak mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan geometri
transformasi, karena metode pembelajaran yang masih konvensional.

Pembahasan :

Dari penelitian diperoleh temuan dampak pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan


geogebra pada lesson study bagi siswa yaitu

1) dengan bantuan software geogebra dapat meningkatkan penguasaan konsep transformasi


yaitu pergeseran dan pencerminan,
2) dengan pembelajaran penemuan terbimbing keaktifan siswa dalam belajar meningkat,
3) dengan penemuan terbimbing siswa meninggalkan belajar menghafal rumus
4) lesson study dapat dijadikan sarana meningkatkan kualitas guru dalam memfasilitasi
pembelajaran.
Pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Karangploso, guru biasanya menyajikan materi
terlebih dahulu kepada siswa, kemudian memberikan contoh soal, dan selanjutnya memberikan
soal-soal latihan kepada siswa. Siswa biasanya memperhatikan penjelasan guru kemudian
mencatat apa yang ditulis guru di papan tulis. Dalam situasi pembelajaran seperti ini, siswa
cenderung pasif, menunggu guru menyampaikan materi, dan kegiatan tanya jawab terjadi
hanya jika guru melontarkan pertanyaan.
Dalam menyampaikan materi transformasi, guru biasanya langsung memberikan rumus
dan siswa sekedar menghafal. Siswa tidak terlibat secara aktif yang mengarah pada penemuan
pola/rumus tersebut. Seharusnya siswa tidak sekedar menghafal rumus transformasi (refleksi,
translasi, rotasi dan dilatasi) tetapi aktif terlibat secara fisik dan mental untuk menemukan
rumus tersebut.

Pada jurnal ini disajikan sebuah metode penemuan, dimana kegiatan mengajar harus
memperhatika:

1) penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian


2) memperhatikan kesiapan kontekstual siswa
3) mengatur susasna kelas agar siap belajar

Berdasar pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan peneliti melakukan refleksi dan
perbaikan sebagai berikut :

1) Penyampaian aplikasi materi untuk memotivasi siswa perlu dikontekskan yang sesuai dengan
kondisi lingkungan di Gondanglegi. Pada saat materi translasi contohnya lift hal ini tidak
semua siswa pernah melihat langsung lift tersebut. Perbaikan pada pembelajaran kedua
dibuatkan media bidang pencerminan dengan menggunakan cermin data yang sudah familier
dengan siswa.
2) Kegiatan siswa dalam LKS terlalu memakan waktu dan ada hal yang belum jelas dan kurang
dapat dilakukan. Perbaikan terhadap masalah ini telah dilakukan pada pembelajaran kedua.
3) Guru terlalu memberikan bantuan dalam pembuatan kesimpulan. Pada pembelajaran kedua
bantuan guru dalam membuat kesimpulan telah dikurangi.
4) Apa yang ditulis dalam lembar kegiatan siswa belum dipahami dengan jelas oleh siswa. Pada
pembelajaran kedua penulisan notasi pada pencerminan diberikan tahap demi tahap.
5) Dalam bekerja kelompok siswa tertentu yang aktif, belum merata keaktifan siswa dalam
diskusi dan menyelesaikan tugas kelompok.
6) Dalam menyusun soal perlu dipertimbangkan kemampuan prasarat sudah dikuasai apa belum
oleh siswa.
7) Penilaian dan penugasan pembelajaran belum terlaksana dengan maksimal.
8) Suasana pembelajaran yang tidak didominasi oleh guru menjadikan siswa semakin aktif
dalam belajar.
9) Siswa yang malas dalam belajar hendaknya diberi pengarahan dengan baik atau dengan
pendekatan secara persuasive mengetahui penyebabnya dan mencoba mencari cara
mengatasinya.
10) Memberikan kepercayaan menjadi ketua kelompok kepada siswa yang biasanya tidak pernah
menjadi ketua akan berdampak kepercayaan diri siswa meningkat.

Pendapat saya:
Sangat setuju dengan metode penemuan yang diberikan pada materi transformasi ini,
melalui metode ini siswa akan lebih aktif dan antusias dalam pelaksanaan pembelajaran. Dan
pembelajaran yang dilakukan juga akan lebih bermakna karena siswa tidak hanya menjadi
pendengar yang baik.

II. Jurnal II

Judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Learning Together


(LT) pada Materi Transformasi Geometri Ditinjau dari Minat Belajar dan Hasil
Belajar Siswa di Kelas XI SMK

Penulis : Peri, Yohana Windayani.

Masalah : Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi geometri transformasi karena


metode pembelajaran yang masih konvensional.

Pembahasan :

Pada penelitian ini, pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam tujuh kali pertemuan.
Penelitian berlangsung selama 5 kali pertemuan (2 × 45 menit).

1. Pertemuan Pertama
Materi yang disampaikan adalah transformasi rotasi yaitu tentang pengertian rotasi,
melukis bayangan bangun geometri oleh rotasi, melukis banyangan dan titik 𝑃(𝑥, 𝑦)
dengan titik pusat 𝑂(0,0) sejauh 𝜃 radian serta menentukan banyangan dari titik 𝑃(𝑥, 𝑦)
dengan titik pusat 𝑂(0,0) menggunakan transformasi rotasi.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung dimana menggunakan model
pembelajaran Learning Together, terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi siswa. Hal itu
terlihat dari keadaan kelas yang tidak kondusif karena masih banyak siswa yang belum
paham pekerajaan yang akan dilakukan oleh setiap kelompok sehingga para siswa meminta
kembali agar guru menjelaskan kembali di kelomponya asing-masing bagaimana cara
melukis bayangan dari suatu bangun geometri. Sebagian besar siswa kesuulitan dalam
menentukan langkah awal yang harus dilakukan.

2. Pertemuan kedua
Materi yang disampaikan adalah menentukan bayangan dari titik 𝑃(𝑥, 𝑦) dengan
titik pusat 𝑂(0,0) menggunakan persamaan transformasi rotasi, melukis bayangan suatu
bangun geometri dengan titik pusat 𝑀(𝑎, 𝑏) dengan 𝜃 tertentu, dan menentukan banyangan
suatu bangun geometri dengan pusat di 𝑀(𝑎, 𝑏) menggunakan persamaan transformasi
rotasi.
Setelah guru memberikan penjelasan mengenai materi, kemudian sisw
diorganisasikan kedalam beberapa kelompok kooperatif. Lalu diberikan LKS yang terkait
dengan materi. Pada kegiatan ini masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam
menerpakan rumus yang diberikan dan meminta guru menjelaskan kembali di dalam
kelompok bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut.

Sampai pada pertemuan kelima selesai dilakukan kesuitan sisiwa masih terdapat
dibagian yang sama yaitu menentukan banyangan dari suatu bangun geometri dan menggunakan
rumus yang tepat untuk soal yang diberikan.

Pendapat saya :

Hendaknya guru memberikan konsep transformasi geometri dengan tepat sehingga


sebelum siswa melaksankan tugas secara kelompok, mereka tidak mengalami kesulitan lagi.
Sehingga proses pembelajaran dapat terlasanakan secara baik dan tepat. Pada metode Learning
Together ini siswa akan lebih aktif untuk bekerja bersama di dalam kelompoknya dan tidak merasa
canggung lagi. Siswa juga dilatih untuk lebih berani dan percaya diri karena pada saat proses
pembelajaran siswa akan di tuntut untuk menyajikan hasil belajarnya dalam kelompok.

III. Jurnal III

Judul : Peningkatan Hasil Belajar Materi Transformasi Melalui Model Pemelajaran


Jigsaw IV Berbantuan geogebra

Penulis : Ni’am, Muhammad Jazilun.

Masalah : Pembelajaran geometri transformasi selama ini belum memperhatikan aspek


konstruktivisme dengan maksimal sehingga hasil belajar juga belum optimal.

Pembahasan :

Pemanfaatan program geoebra dalam pembelajaran matematika dipilih karena dapat


menghasilkan lukisan-lukisan geometri dengan cepat dan teliti dibandingkan dengan
menggunakan pensil, penggaris, atau jangka; adanya fasilitas animasi dan gerakan-gerakan
manipulasi (dragging) pada program geogebra dapat memberikan pengalaman visual yang lebih
jelas kepada peserta didik dalam memahami konsep geometri; dapat dimanfaatkan sebagai
balikan/evaluasi untuk memastikan bahwa lukisan yang telah dibuat benar; mempermudah
guru/peserta didik untuk menyelidiki atau menunjukkan sifat-sifat yang berlaku pada suatu objek
geometri.

Pada akhir pembelajaran setiap materi dilakukan tes ulangan harian dan hasilnya banyak
peserta didik yang nilainya dibawah KKM terlihat pada Gambar 2. Hal ini disebabkan peserta
didik lebih banyak menghafalkan materi dan ketika menghadapi soal materi yang dihafalkan
hilang dari ingatan. Penemuan konsep secara mandiri akan lebih lama berada dalam ingatan
daripada hanya menghafal. Pembelajaran sebelum dilakukan tindakan teknologi belum digunakan
untuk membantu menemukan suatu konsep seperti konsep geometri. Penemuan konsep geometri
pada tahun sebelumnya lebih banyak dilakukan dengan manual. Penerapan model ceramah
dirasakan kurang menarik minat dan keaktifan peserta didik. Dengan demikian pembelajaran
belum memenuhi standar yang diinginkan maka diperlukan langkah perbaikan.

30 26
25
20 17 15
15
10 4 4
1 2 3
5
0
< 72 (Kurang ) 72 - 81 82 - 91 (Baik) 92 - 100
( Cukup) ( Sangat Baik)

Keaktifan Ulangan Harian

Gambar 2 . Diagram Batang Hasil Belajar pada Materi Vektor

Peserta didik peserta didik yang tuntas pada materi vektor sebanyak 10 peserta didik dari 36
peserta didik (27,78 %), sedangkan 26 peserta didik lainnya (72,22 %) belum mencapai KKM.
Pada Gambar 2 terlihat hasil ulangan harian berbanding lurus dengan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Hasil belajar akan meningkat jika peserta didik dapat aktif dalam proses
pembelajaran.

Pendapat saya :

Model Jigsaw IV mendorong peserta didik untuk selalu aktif mencari dan menyampaikan
pengetahuan. Pencarian pengetahuan dengan berdiskusi bersama teman-teman di kelompok ahli.
Kemudian menyampaikan hasil diskusi di kelompok asal. Dalam mempermudah peserta didik
dalam berdiskusi materi geometri transformasi dibantu dengan geogebra untuk memvisualisasi dan
sebagai media untuk mencoba penstransformasian obyek geometri. Melalui pembelajaran model
ini peserta didik akan aktif mencari, mencoba, menyampaikan, dan akan diperoleh sebuah
pengetahuan yang akan lebih lama menetap pada pikiran peserta didik.

S-ar putea să vă placă și