Sunteți pe pagina 1din 25

LAPORAN KASUS

ABLASIO RETINA REGMATOGEN OKULI SINISTRA

Disusun oleh

Asrianti Saddi Pairunan

112017170

Pembimbing

dr. Trisihono, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

RSPAD GATOT SOEBROTO

PERIODE 22 APRIL – 25 MEI 2019

1
KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

SMF ILMU PENYAKIT MATA

RSPAD GATOT SOEBROTO

Nama : Asrianti Saddi Pairunan Tanda Tangan

Nim : 112017170

Dokter Pembimbing : dr. Trisihono, Sp.M ------------------

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Usia : 42 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Guru

Agama : Islam

Alamat : Kemayoran

ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 24 april 2019 pukul 11.45 WIB.

Keluhan Utama

Penglihatan mata kiri buram mendadak

Keluhan Tambahan

Pandangan terasa berkabut dan seperti ada bayangan yang menutupi penglihatannya..
Pasien juga mengaku mata kiri berair dan terasa pegal.

2
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan penglihatan mata
kiri buram mendadak sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien bercerita sedang
ribut dengan suaminya dan tiba – tiba menonjok mata kiri pasien, pasien merasa
penglihatannya buram mendadak, pandangan terasa berkabut dan seperti ada
bayangan yang menutupi penglihatannya. Pasien mengatakan mata kiri berair dan
terasa pegal. Nyeri pada mata, luas lapang pandang yang menyempit, pandangan
silau, adanya penglihatan ganda disangkal, keluhan sakit kepala juga disangkal.
Riwayat penggunaan lensa kontak (-), riwayat penggunaan obat-obatan tetes mata
atau obat minum sebelum sakit (-). Pasien mengaku memiliki riwayat penggunaan
kacamata minus dan sudah berhenti menggunakan kacamata sekitar 10 tahun yang
lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya, riwayat darah tinggi
dan Diabetes melitus disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi, diabetes melitus, sakit mata yang sama tidak ada.

Riwayat trauma
Pasien memiliki riwayat trauma terkena pukulan pada mata kiri 2 bulan yang
lalu.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
TD : 135/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
RR : 20 x/menit

3
Suhu : Afebris

‐ Kepala : Normocephal
‐ Mata : Status Oftalmologi
‐ THT : Dalam batas normal
‐ Mulut : Dalam batas normal
‐ Leher : Dalam batas normal
‐ Thoraks : Dalam batas normal
‐ Abdomen : Dalam batas normal
‐ Endokrin : Dalam batas normal
‐ Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Ofthalmologi
visus
KETERANGAN OD OS

Tajam penglihatan 1.0 1/60

Koreksi Tidak ada Tidak ada

Addisi Tidak ada Tidak ada

Distansia Pupil 63 mm / 61 mm

Kacamata lama Tidak ada Tidak ada

Kedudukan bola mata

Eksoftamus Tidak ada Tidak ada

Endoftalmus Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

4
Super silia

warna Hitam Hitam

Letak Simetris Simetris

Palpebra Superior dan inferior

Edema Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Fissura palpebra 10 mm 10 mm

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

Pseudoptosis Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Papil Tidak ada Tidak ada

5
Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Anemia Tidak ada Tidak ada

Kemosis Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva bulbi

Injeksi konjungtiva Ada Tidak ada

Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada

Perdarahan
Tidak ada Tidak ada
subkonjungtiva

Pterigium Tidak ada Tidak ada

Pinguekula Tidak ada Tidak ada

Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada

Kista dermoid Tidak ada Tidak ada

Kemosis Tidak ada Tidak ada

Sistem lakrimalis

Punctum Lacrimal Terbuka Terbuka

Tes anel Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Sklera

Warna Kemerahan Kemerahan

Ikterik Tidak ada Tidak ada

6
Kornea

Kejernihan Jernih Jernih

Permukaan Licin Licin

Ukuran 12 mm 12 mm

Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Infiltrat dan Dendrit Tidak ada Tidak ada

Ulkus Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Arkus senilis Tidak ada Tidak ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Tes Placido Lingkaran konsentris Lingkaran konsentris

Bilik Mata Depan

Kedalaman Dalam Dalam

Kejernihan Jernih Jernih

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Efek Tyndall Flare negatif Flare negatif

Iris

Warna Cokelat kehitaman Cokelat kehitaman

Kriptae Jelas Jelas

7
Bentuk Bulat Bulat

Sinekia Tidak ada Tidak ada

Koloboma Tidak ada Tidak ada

Pupil

Letak Di tengah Di tengah

Bentuk Bulat Bulat

Ukuran ± 3 mm ± 3 mm

Reflekscahayalangsung Positif Positif

Reflekscahayatidaklangsung Positif Positif

Lensa

Kejernihan Jernih Jernih

Letak Di tengah Di tengah

Shadow Test Negatif Negatif

Badan kaca

Kejernihan Jernih Agak keruh

Fundus okuli

Reflex Fundus Positif Negatif

8
Papil

- Bentuk Bulat Bulat

- Warna Jingga Abu– abu

- Batas Tegas Tegas

- CD Ratio 0, 3 0, 3

Arteri Vena 2:3 Sulit dinilai

Retina

- Perdarahan Tidak ada Tidak ada

- Exudat Tidak ada Tidak ada

- Sikatrik Tidak ada Tidak ada

- Edema Tidak ada Tidak ada

- Ablasio Tidak ada Ada

Tear

Makula Lutea

- Reflex Fovea Positif Sulit dinilai

- Edema Negatif Negatif

9
Palpasi

Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

Massa Tumor Tidak ada Tidak ada

Tensi Okuli Per palpasi normal Per palpasi normal

Tonometri digital 13,0 mmHg 7,0 mmHg

Lapang Pandang

Tes Konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Foto fundus
- Electroretinografi (EGR)

RESUME

Pasien datang ke Poli RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan penglihatan mata
kiri buram mendadak sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien bercerita sedang
ribut dengan suaminya dan tiba – tiba menonjok mata kiri pasien, pasien merasa
penglihatannya buram mendadak, pandangan terasa berkabut dan seperti ada
bayangan yang menutupi penglihatannya. Pasien mengatakan mata kiri berair dan
terasa pegal. Pasien mengaku memiliki riwayat penggunaan kacamata minus dan
sudah berhenti menggunakan kacamata sekitar 10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan:

OD OS
Tajam penglihatan Emetropia 1/60
Badan kaca jernih keruh (+)
Refleks fundus positif negatif

10
Papil (warna) jingga abu – abu
Ratio arteri : vena 2:3 sulit dinilai
Ablasio Tidak ada Ada
Refleks Fovea Positif Sulit dinilai

DIAGNOSIS KERJA

Ablasio retina regmatogen os

DIAGNOSIS BANDING

Oklusi arteri retina sentralis

Oklusi vena retina sentralis

Pendarahan Vitreus

PENATALAKSANAAN

Non medika mentosa :

- Konsul ke spesialis mata bagian retina


- Pasien sarankan banyak istirahat dan tidak banyak bergerak

Terapi Bedah
- Operasi “scleral bulking”
- Vitrektomy pars Plana
- Temponade

PROGNOSIS

ad vitam : ad bonam

ad sanationam : dubia ad malam

ad fungsionam : dubia ad malam

11
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Retina adalah jaringan neurosensoris yang tipis, semitransparan dan berlapis-


lapis yang terletak pada dua per tiga dinding sebelah dalam bola mata.Retina manusia
merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan
badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana
apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina
memiliki daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan
oleh otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di
korteks.Pengolahan informasi di retina berlangsung dari lapisan fotoreseptor melalui
akson sel ganglion menuju ke saraf optikus dan otak.1

Retina merupakan lapisan membran neurosensoris dan merupakan lapisan


ketiga bola mata setelah sklera yang merupakan jaringan ikat dan jaringan uvea yang
merupakan jaringan vaskuler yang terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Retina
berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina. Antara retina dan epitel
pigmen retina terdapat rongga potensial yang bisa mengakibatkan retina terlepas dari
epitel pigmen retina. Hal ini yang disebut sebagai ablasio retina.2

Anatomi

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, berlapis-lapis


yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina
membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliaris, dan berakhir di
tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang
garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal.
Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina
sehingga juga bertumbuk dengan membrane Bruch, koroid dan sklera.Retina dan
epitelium pigmen retina mudah terpisah sehingga cairan vitreous masuk ke ruang
subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada diskus optikus dan ora
serrata, retina dan epitelium pigmen retina saling melekat kuat sehingga membatasi
perluasan cairan subretina pada ablasio retina. Hal ini berlawanan dengan ruang
subkhoroid yang dapat terbentuk antara khoroid dan sklera yang meluas ke taji sklera.
Dengan demikian ablasi koroid meluas melewati ora serrata, dibawah pars plana dan

12
pars plikata. Lapisan - lapisan epitel permukaan dalam korpus siliare dan permukaan
posterior iris merupakan perluasan ke anterior retina dan epitelium pigmen retina.
Permukaan dalam retina menghadap ke vitreous.1,2

Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1. Epitelium pigmen retina
Merupakan lapisanterluar dari retina. Epitel pigmen retina terdiri darisatu
lapisansel mengandungpigmen dan terdiri atas sel-sel silindris dengan inti di basal.
Daerah basal sel melekat erat membran Bruch dari koroid. Fotoreseptor dipelihara
oleh epitel pigmen retina, yang berperan pada proses penglihatan. Epitel pigmen ini
bertanggung jawab untuk fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi vitamin,
mengurangi hamburan sinar, serta membentuk sawar selektif antara koroid dan retina.
2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut.
Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan
cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke
korteks penglihatan occipital. Fotoreseptor tersusun sehingga kerapatan sel-sel
kerucut meningkat di di pusat makula (fovea), dan kerapatan sel batang lebih tinggi di
perifer. Pigmen fotosensitif di dalam sel batang disebut rodopsin. Sel kerucut
mengandung tiga pigmen yang belum dikenali sepenuhnya yang disebut iodopsin
yang kemungkinan menjadi dasar kimiawi bagi tiga warna (merah,hijau,biru) untuk
penglihatan warna. Sel kerucut berfungsi untuk penglihatan siang hari (fotopik).
Subgrup sel kerucut responsif terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan
panjang (biru, hijau merah). Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam
(skotopik). Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini terlihat beragam corak abu-
abu, tetapi warnanya tidak dapat dibedakan. Waktu senja (mesopik) diperantarai oleh
kombinasi sel kerucut dan batang.3,4,5
3. Membran limitans eksterna
4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, Ini terdiri dariintidaribatang dan kerucut.
5. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan – sambungan sel bipolar
dan sel horisontal dengan fotoreseptor.
6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horisontal
7. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan–sambungan sel
ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar.
8. Lapisan sel ganglion

13
9. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson – akson sel ganglion yang berjalan
menuju ke nervus optikus.
10. Membrana limitans interna.Ini adalah lapisan paling dalam dan memisahkanretina
darivitreous. Membran ini terbentukoleh persatuanekspansiterminal dari
seratyangMuller, dan pada dasarnya adalahdasar membran.

Gambar 1. Lapisan retina dari luar ke dalam3

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub
posterior. Di tengah – tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula
dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh
pigmen luteal (xantofil) yang berdiameter 5-6 mm. Secara histologis makula
merupakan bagian retina yang lapisan ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis
sel. Secara klinis, makula adalah bagian yang dibatasi oleh arkade – arkade pembuluh
darah retina temporal. Di tengah makula sekitar 3,5 mm di sebelah lateral diskus
optikus terdapat fovea yang secara klinis jelas – jelas merupakan suatu cekungan yang
memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea merupakan zona
avaskular di retina pada angiografi fluoresens. Secara histologi, fovea ditandai dengan
menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan – lapisan parenkim karena akson
– akson sel fotoreseptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan pergeseran secara
sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola adalah
bagian paling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya adalah sel kerucut dan bagian
retina yang paling tipis. Semua gambaran histologis ini memberikan diskriminasi

14
visual yang halus. Ruang ekstraseluler retina yang normalnya kosong potensial paling
besar di makula dan penyakit yang menyebabkan penumpukan bahan di ekstrasel
dapat menyebabkan daerah ini menjadi tebal sekali.1,4

Gambar 2. Anatomi makula3

Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria yang berada
tepat diluar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina termasuk lapisan
pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina
serta cabang – cabang dari arteri sentralis retinae yang mendarahi dua pertiga sebelah
dalam. Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah terkena
kerusakan yang tak dapat diperbaiki kalau retina mengalami ablasi. Pembuluh darah
retina mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang yang membentuk sawar darah
retina. Lapisan endotel pembuluh khoroid dapat ditembus. Sawar darah retina sebelah
luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.1,3

Defenisi

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel


kerucut dan sel batang retina dengan dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini
sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch. Sesungguhnya antara
sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan
koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk
lepas secara embriologis. Pada mata normal, retina sensorik yang utuh tertahan
melekat ke epitel pigmen oleh adanya tarika oleh epitel terhadap ruang kedap air
diantara keduanya. Apabila terdapat robekan retina, gerakan bola mata yang cepat

15
dan rotasi bola mata mendadak dapat menimbulkan gaya inersi yang cukup besar
untuk menimbulkan pelepasan retina.2,7

Epidemiologi

paling umum di seluruh dunia yang terkait dengan ablasio retina adalah miop,
afakia, pseudofakia, dan trauma. Sekitar 40-50% dari semua pasien dengan ablasio
memiliki miop tinggi (> 6 dioptri), 30-35% pernah menjalani operasi pengangkatan
katarak, dan 10-20% pernah mengalami trauma okuli. ablasio retina yang terjadi
akibat trauma lebih sering terjadi pada orang muda, dan miop terjadi paling sering
pada usia 25-45 tahun. Meskipun tidak ada penelitian yang menunjukkan untuk
terjadinya ablasio retina yang berhubungan dengan olahraga tertentu (misalnya, tinju
dan bungee jumping) tetapi olahraga tersebut meningkatkan resiko terjadinya ablasio
retina.4,6

Kejadian ini tidak berubah ketika dikoreksi, meningkat pada pria dengan
traumaokuli.Ablasio retina pada usia kurang dari 45 tahun, 60% laki-laki dan 40%
perempuan.

retina biasanya terjadi pada orang berusia 40-70 tahun. Namun, cedera
paintball pada anak-anak dan remaja merupakan penyebab umum dari cedera mata,
yang termasuk ablasio retina traumatik.3

Klasifikasi

Berdasakan penyebabnya ablasio retina dibagi menjadi:

1. Ablasio Retina Regmentosa

Ablasio regmatogenosa berasal dari kata Yunani rhegma, yang berarti


diskontuinitas atau istirahat. Pada ablasi retina regmatogenosa dimana ablasi terjadi
adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen
epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreus)
yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga
mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. Ablasio
regmantogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan korpus
vitreum posterior. 3,7

Faktor predisposisi terjadinya ablasio retina regmantosa antara lain: 1,3

16
1. Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 – 60 tahun. Namun, usia
tidak menjamin secara pasti karena masih banyak faktor yang mempengaruhi
2. Jenis kelamin. Keadaan ini paling sering terjadi pada laki – laki dengan
perbandingan laki : perempuan adalah 3 : 2.
3. Miopia. Sekitar 40 persen kasus ablasio retina regmatogenosa adalah
seseorang yang menderita rabun jauh.
4. Afakia. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang yang afakia daripada yang
fakia.
5. Trauma. Mungkin juga bertindak sebagai faktor predisposisi
6. Senile posterior vitreous detachment (PVD). Hal ini terkait dengan ablasio
retina dalam banyak kasus.
7. Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti Lattice
degeneration, Snail track degeneration, White-with-pressure and white-
without or occult pressure, acquired retinoschisis
Berbagai factor resiko akan menyebabkan terjadinya robekan pada retina,
yang menyebabkan cairan vitreous dapat masuk ke ruang subretina melalui robekan
tersebut dan akan memisahkan retina dari epitel pigmen retina.3
Ablasi retina akan memberikan gejala prodromal berupa gangguan penglihatan
yang kadang–kadang terlihat sebagai adanya tabir yang menutupi di depan mata
(floaters) akibat dari degenerasi vitreous secara cepat dan terdapat riwayat fotopsia
(seperti melihat kilasan cahaya) pada lapangan penglihatan karena iritasi retina oleh
pergerakan vitreous.8,9
Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal sangat berbahaya
karena dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut bila lepasnya
retina mengenai makula lutea. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang
terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya
robekan retina berwarna merah. Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang
lepas (ablasi) bergoyang. Kadang – kadang terdapat pigmen didalam badan kaca. Pada
pupil terdapat adanya defek aferen pupil akibat penglihatan menurun. Tekanan bola
mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskuler glaucoma pada ablasi
yang telah lama.8

17
Gambar 3. Ablasio retina tipe regmatogenosa, arah panah menunjukkan horseshoe
tear7

2. Ablasio Retina Non Regmentosa

a. Ablasio Retina Eksudatif

Ablasio retina eksudatif terjadi akibat adanya penimbunan cairan eksudat di


bawah retina (subretina) dan mengangkat retina hingga terlepas. Penimbunan cairan
subretina terjadi akibat ekstravasasi cairan dari pembuluh retina dan koroid. Penyebab
ablasio retina eksudatif yaitu penyakit sistemik yang meliputi Toksemia gravidarum,
hipertensi renalis, poliartritis nodos dan karena penyakit mata yang meliputi inflamasi
(skleritis posterior, selulitis orbita),penyakit vaskular (central serous retinophaty, and
exudative retinophaty of coats),neoplasma (melanoma maligna pada koroid dan
retinoblastoma), perforasi bola mata pada operasi intraokuler.6,9
Ablasio retina eksudatif dapat dibedakan dengan ablasio retina regmatogenosa
dengan:3
a. Tidak adanya photopsia, lubang/sobekan, lipatan dan undulasi
b. Ablasio retina eksudatif halus dan konveks. Bagian atasnya biasa bulat dan bisa
menunjukkan gangguan pigmentasi
c. Kadang - kadang, pola pembuluh darah retina mungkin terganggu akibat adanya
neovaskularisasi.
d. Pergeseran cairan ditandai dengan perubahan posisi daerah terpisah karena
pengaruh gravitasi merupakan ciri khas yang dari ablasio retina eksudatif.
e. Pada tes transilluminasi, ablasio retina regmatogenosa nampak transparan
sedangkan ablasi oretina eksudatif lebih opak.

18
Gambar 4. Ablasio retina eksudatif3

b. Ablasio Retina Traksi

Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut.
Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus
proliferative, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.1

Ablasio retina traksi dihubungkan dengan kondisi-kondisi seperti, retraksi


jaringan parut post trauma terutama akibat trauma penetrasi, retinopati diabetik
proliferatif, retinitis proliferans post hemoragik, retinopati prematuritas, retinopati sel
sabit.3

Tipe ini juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari ablasio retina
regmatogensa. Ablasio retina tipe regmatogenosa yang berlangsung lama akan
membuat retina semakin halus dan tipis sehingga dapat menyebabkan terbentuknya
proliferatif vitreotinopathy (PVR). Pada PVR juga dapat terjadi kegagalan dalam
penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa. Pada PVR, epitel pigmen retina, sel
glia, dan sel lainya yang berada di dalam maupun di luar retina pada badan vitreus
akan membentuk membran. Kontraksi dari membran tersebut akan menyebabkan
retina tertarik ataupun menyusut, sehingga dapat mengakibatkan terdapatnya robekan
baru atau berkembangmenjadi ablasio retina traksi.1,3,7

19
Gambar 5. Ablasio retina traksi3

Diagnosis

Ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi


dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis
Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkan penderita
adalah:9,10,11
- Floaters (terlihatnya benda melayang – laying) yang terjadi karena adanya
kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi
vitreous.
- Fotopsi(kilatan cahaya), tanpa adanya sumber cahaya di sekitarnya, yang
umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam
keadaan gelap.
- Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh penglihatannya sebagian seperti
tertutup tirai yang semakin lama semakian luas. Pada keadaan yang telah lanjut,
dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang berat.
Pada ablasio regmatogenosa, pada tahap awal masih relatif terlokalisir, tetapi
jika hal tersebut tidak diperhatikan oleh penderita maka akan berkembang menjadi
lebih berat jika berlangsung sedikit sedikit demi sedikit menuju kearah makula.
Keadaan ini juga tidak menimbulkan rasa sakit. Kehilangan penglihatan dapat tiba-
tiba terjadi ketika kerusakannya sudah parah. Pasien biasanya mengeluhkan adanya
awan gelap atau tirai didepan mata.9
Selain itu perlu dianamnesa adanya faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya ablasio retina seperti adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan

20
sebelumnya seperti ekstraksi katarak, pengangkatan corpus alienum intraokuler,
riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, ambliopia, glaukoma,
dan retinopati diabetik). Riwayat keluarga dengan sakit mata yang sama serta riwayat
penyakit yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes mellitus, tumor, sickle cell
leukimia, eklamsia, dan prematuritas.10

Pemeriksaan Oftalmologi
Adapun tanda – tanda yang dapat ditemukan pada keadaan ini antara lain:1,3,7
1. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya
makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat
sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea ikut
terangkat.
2. Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih tinggi, normal, atau rendah
3. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosa
ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskop inderek binokuler. Pada
pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu –
abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat
akumulasi cairan pada ruang subretina, didapatkan pergerakan undulasi retina
ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya berwarna
gelap, berkelok – kelok dan membengkok di tepi ablasio. Pada retina yang terjadi
ablasio telihat lipatan – lipatan halus. Satu robekan pada retina terlihat agak merah
muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.
4. Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada
5. Ultrasonography mengkonfirmasikan diagnosis.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Pada pembedahan
ablasio retina dapat dilakukan dengan cara :
 Scleral buckle
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina rematogenosa terutama
tanpa disertai komplikasi lainnya. Tujuan skleral buckling adalah untuk
melepaskan tarikan vitreous pada robekan retina, mengubah arus cairan
intraokuler, dan melekatkan kembali retina ke epitel pigmen retina. Prosedur
meliputi lokalisasi posisi robekan retina, menangani robekan dengan cryoprobe,

21
dan selanjutnya dengan skleral buckle (sabuk). Sabuk ini biasanya terbuat dari
spons silikon atau silikon padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan
tergantung posisi lokasi dan jumlah robekan retina. Pertama – tama dilakukan
cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan
epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera dengan jahitan tipe
matras pada sklera, sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga
terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan
menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2
hari.Komplikasi dari skleral buckling meliputi myopia, iskemia okuler anterior,
diplopia, ptosis, ulitis sel orbital, perdarahan subretina, inkarserasi retina.9,11
 Retinopeksi pneumatik
Retinopati pneumatik merupakan metode yang sering digunakan pada ablasio
retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian
superior retina.Tujuan dari retinopeksi pneumatik adalah untuk menutup
kerusakan pada retina dengan gelembung gas intraokular dalam jangka waktu
yang cukup lama hingga cairan subretina direabsorbsi. Teknik pelaksanaan
prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas (SF6 atau C3F8) ke
dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan
mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat
ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2
hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum
gelembung disuntikkan.Parasentesis ruang anterior bisanya dibutuhkan untuk
menurunkan tekanan intraokuler yang dihasilkan oleh injeksi gas. Pasien harus
mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan
gelembung terus menutupi robekan retina.Untuk pasien ablasio retina dengan
durasi < 14 hari yang melibatkan makula, prosedur retinopeksi traumatic lebih
baik daripada skleral buckling. Komplikasi dari prosedur ini meliputi migrasi
gas ke subretina, migrasi gas ke ruang anterior, endoftalmitis, katarak, dan
ablasio retina rekurens dengan terbentuknya kerusakan retina yang baru3,5

22
Gambar 6. Retinopeksi traumatik5

 Vitrektomi Pars Plana


Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes, dan
juga pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau perdarahan
vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada dinding
bola mata kemudian memasukkan instrumen pada ruang vitreous melalui pars
plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre untuk
menghilangkan berkas badan kaca (vitreuos stands), membran, dan perlengketan
– perlengketan. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan
penyebab ablasio. Lebih dari 90% lepasnya retina dapat direkatkan kembali
dengan teknik-teknik bedah mata modern, meskipun kadang- kadang diperlukan
lebih dari satu kali operasi.11

vitrektomi Pars plana, vitrektomi total dan subtotal, Indikasi :

 Endophthalmitis dengan abses vitreus.


 Perdarahan vitreous.
 Retinopati proliferatif seperti pendekatan yang digunakan untuk melakukan
inti yang terkait dengan diabetes, prematuritas retinopati penyakit Eales dan
proliferasi retinitis
 Kasus komplikasi pelepasan retina yang rumit seperti yang terkait dengan
robekan retina raksasa, dialisis retina dan traksi cairan vitreus masif.
 Pengangkatan benda asing intraokular.
 Pengangkatan nukleus atau lensa intraokular yang jatuh dari rongga vitreous.
 Vitreous hiperplastik persisten primer.
 Membran dan pita vitreous.

23
Prognosis
Penatalaksanaan bedah berhasil pada 80% pasien ablasio retina.Hasil akhir
perbaikan pada penglihatan tergantung dari beberapa factor, misalnya keterlibatan
macula.Dalam keadaan di mana ablasio telah melibatkan makula, ketajaman
penglihatan jarang kembali normal. Lubang, robekan, atau tarikan baru mungkin
terjadi dan menyebabkan ablasio retina yang baru. Suatu penelitian telah melaporkan
bahkan setelah pemberian terapi preventif pada robekan retina, 5% - 9% pasien dapat
mengalami robekan baru pada retina.2,10

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Edisi V. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
h192-95
2. Almatsier M,Djuanda A, Sani A et all. 2014. MMS. Volume VIII. Jakarta: CMP
Medica..
3. James Bruce, Chris Chew, Anthony Bron. 2010. Oftalmologi. Edisi XI. Jakarta :
Erlangga.
4. Schwab IR, Dawson CR. 2009. Konjungtiva : Oftalmologi Umum. Edisi XIV.
Jakarta : Widya Medika.
5. Junqueira LC, Jose C. Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC;
2013. Hal. 470-464
6. Reynolds,J. Olitsky,S. Anatomy and Physiology of Retina In : Pediatric retina.
2011. Springer-verlag : Berlin Heidelberg. Page 39-50.
7. American Academy Ophtalmology. Retina and Vitreous: Section 12 2008-2009.
Singapore: LEO; 2009. p. 9-299
8. Lang, GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas. 2nd Edition. 2012.Thieme.
Germany. p. 305-344.
9. Sundaram venki. Training in Ophthalmology. 2009. Oxford university press:
New York. P.118-119.
10. Chang DF. Ophthalmologic examination. in Riordan–Eva P, Whitcher JP.
Vaughan & Ausbury’s General Opthalmolgi.18th ed.New York : McGraw-
Hill.2011.p27-57.
11. Gregory L. Section 11 Lens and Cataract. American Academy of
Ophthalmology. Singapore : LEO;2013.p5-9;46-49;71

25

S-ar putea să vă placă și

  • Status Obgyn
    Status Obgyn
    Document7 pagini
    Status Obgyn
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Case
    Case
    Document12 pagini
    Case
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Pebriyanti Blok 9 Sken. 8
    Pebriyanti Blok 9 Sken. 8
    Document26 pagini
    Pebriyanti Blok 9 Sken. 8
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Nama: Lydia Gloriani Lethe NIM: 102013343
    Nama: Lydia Gloriani Lethe NIM: 102013343
    Document19 pagini
    Nama: Lydia Gloriani Lethe NIM: 102013343
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Katarina
    Katarina
    Document30 pagini
    Katarina
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Ablasio
    Ablasio
    Document14 pagini
    Ablasio
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Referat
    Referat
    Document14 pagini
    Referat
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Katarina
    Katarina
    Document30 pagini
    Katarina
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Ablasio
    Ablasio
    Document14 pagini
    Ablasio
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Penyakit Jantung Koroner ST-Elevasi Miokard Infark (STEMI)
    Penyakit Jantung Koroner ST-Elevasi Miokard Infark (STEMI)
    Document28 pagini
    Penyakit Jantung Koroner ST-Elevasi Miokard Infark (STEMI)
    natan
    Încă nu există evaluări
  • Blok 9-Tukak Gaster
    Blok 9-Tukak Gaster
    Document8 pagini
    Blok 9-Tukak Gaster
    Lydia Gloriani Lethe
    Încă nu există evaluări
  • Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra
    Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra
    Document15 pagini
    Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra
    Andrew Vaughan
    Încă nu există evaluări
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Document19 pagini
    Laporan Kasus
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Persalinan Janin Letak Sungsang
    Persalinan Janin Letak Sungsang
    Document4 pagini
    Persalinan Janin Letak Sungsang
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Ca Endometrium
    Ca Endometrium
    Document21 pagini
    Ca Endometrium
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • REFERAT
    REFERAT
    Document19 pagini
    REFERAT
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Katarak Kongenital Referat
    Katarak Kongenital Referat
    Document26 pagini
    Katarak Kongenital Referat
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Persalinan Janin Letak Sungsang
    Persalinan Janin Letak Sungsang
    Document4 pagini
    Persalinan Janin Letak Sungsang
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Miopia
    Miopia
    Document15 pagini
    Miopia
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Case Ablasio
     Case Ablasio
    Document25 pagini
    Case Ablasio
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Ablasio
    Ablasio
    Document14 pagini
    Ablasio
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Kasus Ablasio Retina
    Kasus Ablasio Retina
    Document25 pagini
    Kasus Ablasio Retina
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Ablasio
    Ablasio
    Document14 pagini
    Ablasio
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Kasus Ablasio Retina
    Kasus Ablasio Retina
    Document25 pagini
    Kasus Ablasio Retina
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Mak Al Ahhhhhh
    Mak Al Ahhhhhh
    Document25 pagini
    Mak Al Ahhhhhh
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Sken 6 C3
    Sken 6 C3
    Document8 pagini
    Sken 6 C3
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Katarak Kongenital Referat
    Katarak Kongenital Referat
    Document26 pagini
    Katarak Kongenital Referat
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Sken 3 C3
    Sken 3 C3
    Document13 pagini
    Sken 3 C3
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări
  • Sken 6 C3
    Sken 6 C3
    Document8 pagini
    Sken 6 C3
    asriantisaddi
    Încă nu există evaluări