Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun oleh
112017170
Pembimbing
1
KEPANITERAAN KLINIK
Nim : 112017170
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 42 tahun
Pekerjaan : Guru
Agama : Islam
Alamat : Kemayoran
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Pandangan terasa berkabut dan seperti ada bayangan yang menutupi penglihatannya..
Pasien juga mengaku mata kiri berair dan terasa pegal.
2
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan penglihatan mata
kiri buram mendadak sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien bercerita sedang
ribut dengan suaminya dan tiba – tiba menonjok mata kiri pasien, pasien merasa
penglihatannya buram mendadak, pandangan terasa berkabut dan seperti ada
bayangan yang menutupi penglihatannya. Pasien mengatakan mata kiri berair dan
terasa pegal. Nyeri pada mata, luas lapang pandang yang menyempit, pandangan
silau, adanya penglihatan ganda disangkal, keluhan sakit kepala juga disangkal.
Riwayat penggunaan lensa kontak (-), riwayat penggunaan obat-obatan tetes mata
atau obat minum sebelum sakit (-). Pasien mengaku memiliki riwayat penggunaan
kacamata minus dan sudah berhenti menggunakan kacamata sekitar 10 tahun yang
lalu.
Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya, riwayat darah tinggi
dan Diabetes melitus disangkal.
Riwayat hipertensi, diabetes melitus, sakit mata yang sama tidak ada.
Riwayat trauma
Pasien memiliki riwayat trauma terkena pukulan pada mata kiri 2 bulan yang
lalu.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
TD : 135/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
RR : 20 x/menit
3
Suhu : Afebris
‐ Kepala : Normocephal
‐ Mata : Status Oftalmologi
‐ THT : Dalam batas normal
‐ Mulut : Dalam batas normal
‐ Leher : Dalam batas normal
‐ Thoraks : Dalam batas normal
‐ Abdomen : Dalam batas normal
‐ Endokrin : Dalam batas normal
‐ Ekstremitas : Dalam batas normal
Status Ofthalmologi
visus
KETERANGAN OD OS
Distansia Pupil 63 mm / 61 mm
4
Super silia
Fissura palpebra 10 mm 10 mm
5
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva bulbi
Perdarahan
Tidak ada Tidak ada
subkonjungtiva
Sistem lakrimalis
Sklera
6
Kornea
Ukuran 12 mm 12 mm
Iris
7
Bentuk Bulat Bulat
Pupil
Ukuran ± 3 mm ± 3 mm
Lensa
Badan kaca
Fundus okuli
8
Papil
- CD Ratio 0, 3 0, 3
Retina
Tear
Makula Lutea
9
Palpasi
Lapang Pandang
- Foto fundus
- Electroretinografi (EGR)
RESUME
Pasien datang ke Poli RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan penglihatan mata
kiri buram mendadak sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien bercerita sedang
ribut dengan suaminya dan tiba – tiba menonjok mata kiri pasien, pasien merasa
penglihatannya buram mendadak, pandangan terasa berkabut dan seperti ada
bayangan yang menutupi penglihatannya. Pasien mengatakan mata kiri berair dan
terasa pegal. Pasien mengaku memiliki riwayat penggunaan kacamata minus dan
sudah berhenti menggunakan kacamata sekitar 10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan:
OD OS
Tajam penglihatan Emetropia 1/60
Badan kaca jernih keruh (+)
Refleks fundus positif negatif
10
Papil (warna) jingga abu – abu
Ratio arteri : vena 2:3 sulit dinilai
Ablasio Tidak ada Ada
Refleks Fovea Positif Sulit dinilai
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
Pendarahan Vitreus
PENATALAKSANAAN
Terapi Bedah
- Operasi “scleral bulking”
- Vitrektomy pars Plana
- Temponade
PROGNOSIS
ad vitam : ad bonam
11
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Anatomi
12
pars plikata. Lapisan - lapisan epitel permukaan dalam korpus siliare dan permukaan
posterior iris merupakan perluasan ke anterior retina dan epitelium pigmen retina.
Permukaan dalam retina menghadap ke vitreous.1,2
Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1. Epitelium pigmen retina
Merupakan lapisanterluar dari retina. Epitel pigmen retina terdiri darisatu
lapisansel mengandungpigmen dan terdiri atas sel-sel silindris dengan inti di basal.
Daerah basal sel melekat erat membran Bruch dari koroid. Fotoreseptor dipelihara
oleh epitel pigmen retina, yang berperan pada proses penglihatan. Epitel pigmen ini
bertanggung jawab untuk fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi vitamin,
mengurangi hamburan sinar, serta membentuk sawar selektif antara koroid dan retina.
2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut.
Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan
cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke
korteks penglihatan occipital. Fotoreseptor tersusun sehingga kerapatan sel-sel
kerucut meningkat di di pusat makula (fovea), dan kerapatan sel batang lebih tinggi di
perifer. Pigmen fotosensitif di dalam sel batang disebut rodopsin. Sel kerucut
mengandung tiga pigmen yang belum dikenali sepenuhnya yang disebut iodopsin
yang kemungkinan menjadi dasar kimiawi bagi tiga warna (merah,hijau,biru) untuk
penglihatan warna. Sel kerucut berfungsi untuk penglihatan siang hari (fotopik).
Subgrup sel kerucut responsif terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan
panjang (biru, hijau merah). Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam
(skotopik). Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini terlihat beragam corak abu-
abu, tetapi warnanya tidak dapat dibedakan. Waktu senja (mesopik) diperantarai oleh
kombinasi sel kerucut dan batang.3,4,5
3. Membran limitans eksterna
4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, Ini terdiri dariintidaribatang dan kerucut.
5. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan – sambungan sel bipolar
dan sel horisontal dengan fotoreseptor.
6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horisontal
7. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan–sambungan sel
ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar.
8. Lapisan sel ganglion
13
9. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson – akson sel ganglion yang berjalan
menuju ke nervus optikus.
10. Membrana limitans interna.Ini adalah lapisan paling dalam dan memisahkanretina
darivitreous. Membran ini terbentukoleh persatuanekspansiterminal dari
seratyangMuller, dan pada dasarnya adalahdasar membran.
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub
posterior. Di tengah – tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula
dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh
pigmen luteal (xantofil) yang berdiameter 5-6 mm. Secara histologis makula
merupakan bagian retina yang lapisan ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis
sel. Secara klinis, makula adalah bagian yang dibatasi oleh arkade – arkade pembuluh
darah retina temporal. Di tengah makula sekitar 3,5 mm di sebelah lateral diskus
optikus terdapat fovea yang secara klinis jelas – jelas merupakan suatu cekungan yang
memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea merupakan zona
avaskular di retina pada angiografi fluoresens. Secara histologi, fovea ditandai dengan
menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan – lapisan parenkim karena akson
– akson sel fotoreseptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan pergeseran secara
sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola adalah
bagian paling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya adalah sel kerucut dan bagian
retina yang paling tipis. Semua gambaran histologis ini memberikan diskriminasi
14
visual yang halus. Ruang ekstraseluler retina yang normalnya kosong potensial paling
besar di makula dan penyakit yang menyebabkan penumpukan bahan di ekstrasel
dapat menyebabkan daerah ini menjadi tebal sekali.1,4
Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria yang berada
tepat diluar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina termasuk lapisan
pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina
serta cabang – cabang dari arteri sentralis retinae yang mendarahi dua pertiga sebelah
dalam. Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah terkena
kerusakan yang tak dapat diperbaiki kalau retina mengalami ablasi. Pembuluh darah
retina mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang yang membentuk sawar darah
retina. Lapisan endotel pembuluh khoroid dapat ditembus. Sawar darah retina sebelah
luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.1,3
Defenisi
15
dan rotasi bola mata mendadak dapat menimbulkan gaya inersi yang cukup besar
untuk menimbulkan pelepasan retina.2,7
Epidemiologi
paling umum di seluruh dunia yang terkait dengan ablasio retina adalah miop,
afakia, pseudofakia, dan trauma. Sekitar 40-50% dari semua pasien dengan ablasio
memiliki miop tinggi (> 6 dioptri), 30-35% pernah menjalani operasi pengangkatan
katarak, dan 10-20% pernah mengalami trauma okuli. ablasio retina yang terjadi
akibat trauma lebih sering terjadi pada orang muda, dan miop terjadi paling sering
pada usia 25-45 tahun. Meskipun tidak ada penelitian yang menunjukkan untuk
terjadinya ablasio retina yang berhubungan dengan olahraga tertentu (misalnya, tinju
dan bungee jumping) tetapi olahraga tersebut meningkatkan resiko terjadinya ablasio
retina.4,6
Kejadian ini tidak berubah ketika dikoreksi, meningkat pada pria dengan
traumaokuli.Ablasio retina pada usia kurang dari 45 tahun, 60% laki-laki dan 40%
perempuan.
retina biasanya terjadi pada orang berusia 40-70 tahun. Namun, cedera
paintball pada anak-anak dan remaja merupakan penyebab umum dari cedera mata,
yang termasuk ablasio retina traumatik.3
Klasifikasi
16
1. Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 – 60 tahun. Namun, usia
tidak menjamin secara pasti karena masih banyak faktor yang mempengaruhi
2. Jenis kelamin. Keadaan ini paling sering terjadi pada laki – laki dengan
perbandingan laki : perempuan adalah 3 : 2.
3. Miopia. Sekitar 40 persen kasus ablasio retina regmatogenosa adalah
seseorang yang menderita rabun jauh.
4. Afakia. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang yang afakia daripada yang
fakia.
5. Trauma. Mungkin juga bertindak sebagai faktor predisposisi
6. Senile posterior vitreous detachment (PVD). Hal ini terkait dengan ablasio
retina dalam banyak kasus.
7. Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti Lattice
degeneration, Snail track degeneration, White-with-pressure and white-
without or occult pressure, acquired retinoschisis
Berbagai factor resiko akan menyebabkan terjadinya robekan pada retina,
yang menyebabkan cairan vitreous dapat masuk ke ruang subretina melalui robekan
tersebut dan akan memisahkan retina dari epitel pigmen retina.3
Ablasi retina akan memberikan gejala prodromal berupa gangguan penglihatan
yang kadang–kadang terlihat sebagai adanya tabir yang menutupi di depan mata
(floaters) akibat dari degenerasi vitreous secara cepat dan terdapat riwayat fotopsia
(seperti melihat kilasan cahaya) pada lapangan penglihatan karena iritasi retina oleh
pergerakan vitreous.8,9
Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal sangat berbahaya
karena dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut bila lepasnya
retina mengenai makula lutea. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang
terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya
robekan retina berwarna merah. Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang
lepas (ablasi) bergoyang. Kadang – kadang terdapat pigmen didalam badan kaca. Pada
pupil terdapat adanya defek aferen pupil akibat penglihatan menurun. Tekanan bola
mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskuler glaucoma pada ablasi
yang telah lama.8
17
Gambar 3. Ablasio retina tipe regmatogenosa, arah panah menunjukkan horseshoe
tear7
18
Gambar 4. Ablasio retina eksudatif3
Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut.
Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus
proliferative, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.1
Tipe ini juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari ablasio retina
regmatogensa. Ablasio retina tipe regmatogenosa yang berlangsung lama akan
membuat retina semakin halus dan tipis sehingga dapat menyebabkan terbentuknya
proliferatif vitreotinopathy (PVR). Pada PVR juga dapat terjadi kegagalan dalam
penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa. Pada PVR, epitel pigmen retina, sel
glia, dan sel lainya yang berada di dalam maupun di luar retina pada badan vitreus
akan membentuk membran. Kontraksi dari membran tersebut akan menyebabkan
retina tertarik ataupun menyusut, sehingga dapat mengakibatkan terdapatnya robekan
baru atau berkembangmenjadi ablasio retina traksi.1,3,7
19
Gambar 5. Ablasio retina traksi3
Diagnosis
Anamnesis
Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkan penderita
adalah:9,10,11
- Floaters (terlihatnya benda melayang – laying) yang terjadi karena adanya
kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi
vitreous.
- Fotopsi(kilatan cahaya), tanpa adanya sumber cahaya di sekitarnya, yang
umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam
keadaan gelap.
- Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh penglihatannya sebagian seperti
tertutup tirai yang semakin lama semakian luas. Pada keadaan yang telah lanjut,
dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang berat.
Pada ablasio regmatogenosa, pada tahap awal masih relatif terlokalisir, tetapi
jika hal tersebut tidak diperhatikan oleh penderita maka akan berkembang menjadi
lebih berat jika berlangsung sedikit sedikit demi sedikit menuju kearah makula.
Keadaan ini juga tidak menimbulkan rasa sakit. Kehilangan penglihatan dapat tiba-
tiba terjadi ketika kerusakannya sudah parah. Pasien biasanya mengeluhkan adanya
awan gelap atau tirai didepan mata.9
Selain itu perlu dianamnesa adanya faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya ablasio retina seperti adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan
20
sebelumnya seperti ekstraksi katarak, pengangkatan corpus alienum intraokuler,
riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, ambliopia, glaukoma,
dan retinopati diabetik). Riwayat keluarga dengan sakit mata yang sama serta riwayat
penyakit yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes mellitus, tumor, sickle cell
leukimia, eklamsia, dan prematuritas.10
Pemeriksaan Oftalmologi
Adapun tanda – tanda yang dapat ditemukan pada keadaan ini antara lain:1,3,7
1. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya
makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat
sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea ikut
terangkat.
2. Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih tinggi, normal, atau rendah
3. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosa
ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskop inderek binokuler. Pada
pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu –
abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat
akumulasi cairan pada ruang subretina, didapatkan pergerakan undulasi retina
ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya berwarna
gelap, berkelok – kelok dan membengkok di tepi ablasio. Pada retina yang terjadi
ablasio telihat lipatan – lipatan halus. Satu robekan pada retina terlihat agak merah
muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.
4. Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada
5. Ultrasonography mengkonfirmasikan diagnosis.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Pada pembedahan
ablasio retina dapat dilakukan dengan cara :
Scleral buckle
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina rematogenosa terutama
tanpa disertai komplikasi lainnya. Tujuan skleral buckling adalah untuk
melepaskan tarikan vitreous pada robekan retina, mengubah arus cairan
intraokuler, dan melekatkan kembali retina ke epitel pigmen retina. Prosedur
meliputi lokalisasi posisi robekan retina, menangani robekan dengan cryoprobe,
21
dan selanjutnya dengan skleral buckle (sabuk). Sabuk ini biasanya terbuat dari
spons silikon atau silikon padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan
tergantung posisi lokasi dan jumlah robekan retina. Pertama – tama dilakukan
cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan
epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera dengan jahitan tipe
matras pada sklera, sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga
terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan
menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2
hari.Komplikasi dari skleral buckling meliputi myopia, iskemia okuler anterior,
diplopia, ptosis, ulitis sel orbital, perdarahan subretina, inkarserasi retina.9,11
Retinopeksi pneumatik
Retinopati pneumatik merupakan metode yang sering digunakan pada ablasio
retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian
superior retina.Tujuan dari retinopeksi pneumatik adalah untuk menutup
kerusakan pada retina dengan gelembung gas intraokular dalam jangka waktu
yang cukup lama hingga cairan subretina direabsorbsi. Teknik pelaksanaan
prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas (SF6 atau C3F8) ke
dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan
mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat
ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2
hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum
gelembung disuntikkan.Parasentesis ruang anterior bisanya dibutuhkan untuk
menurunkan tekanan intraokuler yang dihasilkan oleh injeksi gas. Pasien harus
mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan
gelembung terus menutupi robekan retina.Untuk pasien ablasio retina dengan
durasi < 14 hari yang melibatkan makula, prosedur retinopeksi traumatic lebih
baik daripada skleral buckling. Komplikasi dari prosedur ini meliputi migrasi
gas ke subretina, migrasi gas ke ruang anterior, endoftalmitis, katarak, dan
ablasio retina rekurens dengan terbentuknya kerusakan retina yang baru3,5
22
Gambar 6. Retinopeksi traumatik5
23
Prognosis
Penatalaksanaan bedah berhasil pada 80% pasien ablasio retina.Hasil akhir
perbaikan pada penglihatan tergantung dari beberapa factor, misalnya keterlibatan
macula.Dalam keadaan di mana ablasio telah melibatkan makula, ketajaman
penglihatan jarang kembali normal. Lubang, robekan, atau tarikan baru mungkin
terjadi dan menyebabkan ablasio retina yang baru. Suatu penelitian telah melaporkan
bahkan setelah pemberian terapi preventif pada robekan retina, 5% - 9% pasien dapat
mengalami robekan baru pada retina.2,10
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Edisi V. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
h192-95
2. Almatsier M,Djuanda A, Sani A et all. 2014. MMS. Volume VIII. Jakarta: CMP
Medica..
3. James Bruce, Chris Chew, Anthony Bron. 2010. Oftalmologi. Edisi XI. Jakarta :
Erlangga.
4. Schwab IR, Dawson CR. 2009. Konjungtiva : Oftalmologi Umum. Edisi XIV.
Jakarta : Widya Medika.
5. Junqueira LC, Jose C. Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC;
2013. Hal. 470-464
6. Reynolds,J. Olitsky,S. Anatomy and Physiology of Retina In : Pediatric retina.
2011. Springer-verlag : Berlin Heidelberg. Page 39-50.
7. American Academy Ophtalmology. Retina and Vitreous: Section 12 2008-2009.
Singapore: LEO; 2009. p. 9-299
8. Lang, GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas. 2nd Edition. 2012.Thieme.
Germany. p. 305-344.
9. Sundaram venki. Training in Ophthalmology. 2009. Oxford university press:
New York. P.118-119.
10. Chang DF. Ophthalmologic examination. in Riordan–Eva P, Whitcher JP.
Vaughan & Ausbury’s General Opthalmolgi.18th ed.New York : McGraw-
Hill.2011.p27-57.
11. Gregory L. Section 11 Lens and Cataract. American Academy of
Ophthalmology. Singapore : LEO;2013.p5-9;46-49;71
25