Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan
Komunitas
Disusun oleh:
Nanda ALifia Desiana 22020116120028
Aflah Aulia Fisri Ramdani 22020116130062
Nur Wahyuni 22020116120039
Ovi Imroatul Lathifah 22020116120032
Tika Rahmawati 22020116130082
Eva Agustriani 22020116120050
Cahyaning Arum Masdiyani 22020116120013
Frieda Andini Wulan S 22020116140094
Faiq Assidqie 22020116130075
Kelas A16.1
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Proses penuaan yang dialami lansia akan menyebabkan penurunan fungsi normal tubuh.
Hal ini dapat membuat seorang lansia beresiko mengalami masalah kesehatan baik
biologis, fisiologis maupun psikologis (Pambudi, Dewi, & Sulistyorini, 2017).
Jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya. Jumlah lansia di
Indonesia diperkirakan mencapai 30-40 juta pada tahun 2020 sehingga Indonesia
menduduki peringkat ke empat di dunia. Persentase jumlah populasi lansia pada tahun 2000
sebesar 7,18% dari seluruh penduduk di Indonesia. Angka ini meningkat menjadi 7,56%
pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 7,58% dari seluruh penduduk di Indonesia.
Prevalensi penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular
(PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan
Diabetes Mellitus (DM) (RISKESDAS, 2013). Masalah muskuloskeletal seperti arthritis
dan gangguan pada tulang menjadi masalah yang sering terjadi pada lansia karena
memengaruhi mobilitas dan aktivitas yang merupakan hal vital bagi kesehatan total lansia.
Arthritis dan gangguan pada tulang menyebabkan munculnya nyeri sendi. (WHO, 2016).
Nyeri sendi memiliki prevalensi nyeri muskuloskeletal yang paling banyak terjadi pada
lansia (Sitinjak, 2016).
Riskesdas tahun 2013 menyatakan jumlah lansia dengan OA mencapai 89, 91%, di
ruang anggrek panti sosial lanjut usia pucang gading semarang ditemukan 12 dari 17 lansia
yang menderita arthritis angka ini tergolong tinggi. Intervensi yang dapat diberikan
menurut American College Of Rheumatologi mengatakan terapi yang lebih
direkomendasikan untuk OA lutut adalah terapi non farmakologis yang bersifat terapi
modalitas seperti aerobik, latihan ketahanan, dan intervensi psikososial (Hochberg et al.,
2012). Menurut Arthritis Care and Research olahraga dapat menstimulasi meningkatnya
pelepasan hormon endorfin. Para peneliti menemukan bahwa olahraga tiga kali seminggu
secara signifikan memperbaiki kesehatan pasien-pasien arthritis termasuk OA (Stevenson
et al., 2012). Senam rematik merupakan senam yang befokus pada mempertahankan
lingkup gerak sendi secara maksimal. Tujuan dari senam rematik ini yaitu mengurangi
nyeri sendi dan menjaga kesehatan jasmani penderita rematik (Heri, 2014).
Selain masalah kesehatan, masalah psikologis juga mengalami penurunan fungsi
sehingga dapat menghambat kemampuan interaksi social pada lansia (Herdman TH, 2012).
Keadaan tersebut lebih mudah dialami oleh lansia yang tinggal di panti jompo atau di
PSLU (Pelayanan Sosial Lanjut Usia), karena lansia tersebut memiliki sistem dukungan
yang lebih terbatas dan kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan luar yang lebih
sedikit daripada lansia yang tinggal bersama keluarga di komunitas (Hayati S, 2010).
Intervensi yang dapat diberikan pada hambatan interaksi social pada lansia adalah Terapi
aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) yang merupakan suatu upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial dalam kelompok
secara bertahap (Pambudi, Dewi, & Sulistyorini, 2017).Pemberian TAKS pada lansia yang
mengalami kesepian di PSLU diharapkan dapat meningkatkan kemampuan interaksi
sosialnya.
Melihat dari permasalahan tersebut maka terapi aktivitas kelompok dengan senam
rematik dapat diberikan sebagai intervensi kepada lansia, karena memberikan manfaat bagi
kesehatan fisik, biologis serta psikologis pada lansia.
B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT
Data-data yang perlu dikaji lebih lanjut ialah :
1. Pengkajian nyeri PQRST
2. Pengkajian kemampuan mobilisasi dan risiko jatuh (dikaji dengan POMA)
3. Pengkajian kekuatan otot
4. Pengkajian rentang gerak
5. Pengkajian fisik lansia
6. Pengkajian status fungsional (dikaji dengan Indeks KATZ)
7. Kegiatan lansia
C. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan yang muncul di Bangsal Anggrek Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pucang Gading adalah hambatan mobilitas fisik. Menurut NANDA (2018), hambatan
mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah.
2. RENCANA KEPERAWATAN
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Beberapa lansia di bangsal anggrek mengeluh nyeri-nyeri bagian jari-jari dan sendi-
sendinya
- Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
Beberapa lansia di bangsal anggrek menggunakan alat bantu tripod dan walker untuk
berjalan.
B. TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari terapi aktifitas kelompok senam artritis yaitu agar lansia mengetahui
dan memahami konsep dan gerakan dari senam artritis, serta dapat mempraktikkan
senam artritis dengan baik dan benar sehingga dapat diterapkan pada kegiatan
sehari-hari.
C. TUJUAN KHUSUS
Kegiatan senam arthritis (rematik) memiliki beberapa tujuan khusus, diantaranya :
1. Mahasiswa mengetahui manfaat senam arthritis (rematik) bagi lansia.
2. Mahasiswa mampu mempraktikkan senam arthritis (rematik) untuk lansia.
3. Lansia mampu menirukan setiap gerakan dari senam arthritis (rematik).
4. Lansia mampu mengaplikasikan senam arthritis (rematik) secara mandiri.
5. Lansia memahami manfaat dari senam arthritis (rematik) bagi kesehatan.
3. RANGKAIAN KEGIATAN
A. TOPIK
Implementasi senam Arthritis pada Lansia di di ruang Anggrek Rumah Pelayanan Sosial
Lansia “Pucang Gading”
B. METODE PELAKSANAAN
1. Diskusi
2. Curah Pendapat
3. Demonstrasi senam Arthritis
C. SASARAN
Semua Penerima Manfaat (PM) Lansia di ruang Anggrek Rumah Pelayanan Sosial Lansia
“Pucang Gading”
D. TARGET
15 Lansia mengikuti TAK dengan baik
E. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019
Tempat : Ruang Anggrek Rumah Pelayanan Sosial Lansia “Pucang Gading”
Waktu : Jam 09.30 – 11.00
F. STRATEGI PELAKSANAAN
a) Persiapan PM
PM hadir 5 menit sebelum senam rematik dilakukan
PM di beritahu tindakan yang akan di lakukan
PM dalam posisi duduk
b) Persiapan lingkungan
Ruangan yang tenang dan kondusif
Ruangan yang cukup luas
c) Pelaksanaan
PM mengikuti senam rematik yang dipimpin oleh instruktur senam
G. MEDIA DAN ALAT BANTU
- Materi pengajaran
- Kursi/ tempat tidur
- Speaker
- Lagu senam rematik (via Handphone)
H. SETTING TEMPAT
Waktu : Kamis, 29 Agustus 2019
Tempat : Ruang Anggrek Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading
Semarang
Keterangan:
: Instruktur Senam
: Penanggung Jawab
: Peserta
: Fasilitator
I. Susunan Acara
J. PENGORGANISASIAN
Leader : Faiq Assidqie
Memimpin jalannya kegiatan TAK dan bertanggung jawab hingga kegiatan selesai.
Fasilitator dan Observer: Tika Rahmawati, Frieda Andini, Ovi Imroatul, Ayuni, Aflah,
Nanda Alivia, dan Eva Agustriani
Memfasilitasi PM dengan cara mendampingi, memberikan semangat kepada PM,
serta memberikan dorongan ke PM untuk berperan aktif dalam kegiatan selama
keberlangsungan acara.
Mengobservasi jalannya kegiatan, mengingatkan waktu, dan mencatat hasil skor
permainan dari awal hingga akhir.
4. EVALUASI
a. STRUKTUR
Leader dan Co-leader berada di depan, kelompok PM berbaris dengan rapi menyesuaikan
instruksi, fasilitator berada di dekat PM lain (audiens) dan observer berada di belakang.
Leader berada didepan PM, fasilitaor berada di samping PM
b. PROSES
c. HASIL
Diharapkan PM dapat menjalin hubungan yang baik serta dapat melakukan interaksi
langsung antar PM di Anggrek. Terdapat peningkatan dalam sudut gerak serta penurunan
rasa nyeri
Evaluasi keperawatan senam rematik pre-post test
Inisiasi subjek :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Petunjuk :
Pada skala ini, angka 0 menunjukkan tidak nyeri, angka 1-3 nyeri ringan, angka 4-7 nyeri
sedang, angka 8-10 nyeri berat
Hayati S. Pengaruh dukungan social terhadap kesepian pada lansia. Skripsi.Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara; 2010.
Herdman TH. Diagnosis keperawatan:definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta:EGC; 2012.
Heri, K. (2014). Pengaruh senam rematik terhadap nyeri sendi pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budimulia 04 Margaguna Jakarta Selatan. Jurnal Mahasiswa Program
Keperawatan Universitas Esa Unggul, 1(1), h.1–10.
Hochberg, M., et al. (2012). American college of rheumatology 2012 recommendations for the use
of nonpharmacologic and pharmacologic therapies in osteoarthritis of the hand, hip, and
knee. Arthritis Care & Research, 64(4), p.465–474.
Kementerian Kesehatan RI. Gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. Artikel. Pusat Data
Kementerian Kesehatan RI; 2013.
Nursalam & Kurniawati, N. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi hiv aids, edisi1.
Jakarta : Salemba medika, h. 61-65.
Pambudi, W. E., Dewi, E. I., & Sulistyorini, L. (2017). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi (TAKS) terhadapKemampuan Interaksi Sosial pada Lansia dengan Kesepian
diPelayanan Sosial Lanjut Usia (PSLU) Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan .
Sitinjak, V. M. (2016). Pengaruh Senam Rematik terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut
Usia dengan Osteoarthritis Lutut. Universitas Tanjungpura Pontianak.
Stevenson, J.D., & Richard Roach. (2012). The benefits and barriers to physical activity and
lifestyle interventions for osteoarthritis affecting the adult knee. Journal of Orthopaedic
Surgery And Research. p.1–7.