Sunteți pe pagina 1din 15

MAKALAH TUTORIAL

SKENARIO 1 BLOK 8

TUTOR:
Drg. Didit Aspriyanto, M. Kes

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5:

Heppy Noor Safrida 1711111120010


Alpian Nor 1711111210005
Novita Nanda Fitria 1711111320019
Luthfina Amalia Rahmah 1711111220018
Nailassirri Ariati 1711111220025
Azwar Fida Maulana 1711111320009
Nindica Ayu Soviarini 1711111120016
Aldo Giovanni 1711111310003
Dhya Aurellia Salsabila Karno 1711111220011
Kusma Syafira Isnaini 1711111220015
Vony Oktamillenia Putri 1711111220035

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya kami selaku kelompok limadapat menyelesaikan makalah hasil
dari tutorial pertama dan kedua skenario kedua di blok enam Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Lambung Mangkurat tahun ajaran 2018/2019. Makalah ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk pembaca dan untuk pembelajaran selanjutnya.
Kami selaku kelompok tujuh mengucapkan terima kasih, terutama kepada
drg. Debby Saputera, Sp. Pros, selaku pembimbing tutorial kelompok tujuh. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan pada penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, dengan terbuka kami memohon maaf atas segala kekurangan
kami dan kami bersedia menerima saran dan masukkan dari pembaca. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Banjarmasin, 4 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii


Daftar Isi ................................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................1
1.3 Identifikasi dan Klarifikasi Istilah Asing ...........................................................1
1.4 Identifikasi dan Analisis Masalah ......................................................................1
1.5 Problem Tree ......................................................................................................2
1.6 Sasaran Belajar ...................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Amalgam ..............................................................................................3
2.2 Sifat Amalgam ...................................................................................................3
2.3 Komposisi Amalgam ..........................................................................................5
2.3 Manipulasi dan Aplikasi Amalgam ....................................................................6
2.5 Rencana Perawatan Amalgam............................................................................8
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Amalgam ...............................................................8
2.7 Bahan Pelindung Pulpa ......................................................................................9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................11
3.2 Saran .................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini disusun berdasarkan skenario:
Seorang pasien laki-laki usia 19 tahun datang ke RSGM Gusti Hasan
Aman dengan keluhan gigi geraham bawah kanan yang habis ditambal dengan
tambalan berwarna logam ngilu bila terkena minuman dingin. Pemeriksaan klinis
didapatkan gigi 46 post restorasi amalgam. Setelah dilakukan pembongkaran,
dokter gigi yang merawat tidak melihat adanya semen sehingga dokter
menjelaskan bahwa gigi tersebut ngilu karena belum diaplikasikan bahan isolator
karena bahan tambalan amalgam bersifat konduktor yang baik. Ahirnya dokter
gigi tesebut menambal ulang gigi geraham terham dengan memilih bahan yang
dapat melindungi pulpa yang tepat sebelum menumpat amalgam.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Mengetahui definisi amalgam.
b. Mengetahui sifat dari amalgam.
c. Mengetahui komposisi amalgam.
d. Mengetahui cara manipulasi dan aplikasi amalgam.
e. Mengetahui rencana perawatan amalgam.
f. Mengetahui kelebihan dan kekurangan amalgam.
g. Mengetahui bahan yang dapat melindungi pulpa.

1.3Identifikasi dan Klarifikasi Istilah Asing


a. Isolator: Lawan dari konduktor; bahan yang mampu mengalirkan panas atau
listrik dengan baik.

1.4 Identifikasi dan Analisis Masalah


a. Kandungan apa yang bersifat isolator?
Analisis: Bahan selain logam; etsa; cairan yang bersifat asam.
b. Jenis apakah tambalan berwarna logam?
Analisis: Amalgam; alloy.
c. Apa saja komposisi bahan tambalan tersebut?
Analisis: Tembaga; gabungan dari beberapa logam lain.
d. Bagaimana cara memanipulasi amalgam?
Analisis: Pertama-tama harus menyiapkan alat dan bahan, kemudia amalgam
dan cairan merkuri dikeluarkan dari dispenser amalgam (merkuri terlebih
dahulu), campurkan bubuk amalgam ke larutan merkuri hingga homogen.
Setelah itu, letakkan campuran pada kasa, lalu peras kasa tersebut untuk
menghilangkan merkuri. Selanjutnya, letakkan amalgam ke dalam kavitas
menggunakan plastic filling instrument. Setelah campuran diletakkan di

1
2

kavitas, lakukan carving pada tumpatan. Setelah itu lakukan finishing dan
setelah 24 jam lakukan polishing.
e. Apa saja kelebihan dan kekurangan amalgam?
Analisis: Keuntungannya antara lain tahan lama dan tahan korosi. Sedangkan
kekurangannya antara lain kurang biokompatibel karena mengandung merkuri,
tidak sewarna dengan gigi, dan bersifat toksik.
f. Sifat apa saja yang dimiliki oleh amalgam?
Analisis: Konduktor yang baik, tahan lama, anti korosi, kurang
biokompatibelitas.
g. Bahan apa saja yang dapat melindungi pulpa sebelum dilakukan tumpatan?
Analisis: Sasaran belajar.
h. Mengapa kavitas tersebut harus ditambal lagi?
Analisis: Karena tambalan sebelumnya tidak menggunakan bahan pelindung
pulpa atau isolator.
i. Tahapan apa saja yang harus dilakukan untuk melakukan tumpatan amalgam?
Analisis: Sasaran belajar.
j. Mengapa pasien merasakan ngilu saat tidak ada lapisan isolator yang
melindungi pulpa?
Analisis: Karena amalgam merupakan bahan bersifat konduktor yang bisa
menimbulkan efek galvanis.

1.5 Problem Tree

Amalgam

Manipulasi Rencana Kelebihan dan


Definisi Sifat Komposisi
dan Aplikasi Perawatan Kekurangan

1.6 Sasaran Belajar


a. Definisi amalgam.
b. Sifat amalgam.
c. Komposisi amalgam.
d. Manipulasi dan aplikasi amalgam.
e. Rencana perawatan amalgam.
f. Kelebihan dan kekurangan amalgam.
g. Bahan pelindung pulpa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Amalgam


Amalgam adalah jenis alloy yang mengandung merkuri sebagai salah satu
konstituennya. Amalgam kedokteran gigi terdiri dari terutama adalah merkuri
digabungkan dengan suatu bubuk alloy perak-timah. Merkuri berupa suatu liquid
pada suhu ruang dan mampu membentuk suatu masa yang dapat diolah jika
dicampur dengan suatu alloy. Reaksi yang terjadi setelah pencampurannya disebut
sebagai reaksi amalgamasi. Keadaan ini mengakibatkan pembentukan suatu
material restoratif keras dengan penampilan perak keabu-abuan. Warna amalgam
ini pada umumnya membatasi penggunaannya untuk atau pada kavitas dengan
penampilan bukan sebagai faktor utama atau yang tidak mementingkan
penampilan. Amalgam kedokteran gigi telah digunakan dalam waktu yang cukup
lama dengan keberhasilan yang sangat luas. Untuk waktu cukup lama bahan ini
paling banyak digunakan dari seluruh material bahan penumpat gigi. Untuk
berbagai alasan, termasuk adanya perkembangan bahan-bahan alternatif yang ada
dengan bahan dasar resin dan keramik, serta persepsi meragukan dan sering
dipertanyakan mengenai tingkat keamanannya, dengan demikian popularitas
amalgam seiring berjalannya waktu menjadi menurun (McCabe, 2015).
Amalgam dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Bentuk Partikel
1) Irregular: bentuk partikel irregular, baik berbentuk kumparan atau shaving.
2) Spherical: bentuk partikel ini sphericaldengan permukaan yang halus.
3) Spheroidal: bentuk partikel ini spheroidal dengan permukaan yang tidak
beraturan.
b. Berdasarkan Banyak Tembaga
1) Low copper alloy: tembaga berkisar 2-6%.
2) High copper alloy: terdapat tembaga antara 6-30%.
c. Berdasarkan Kandungan Zink
1) Alloy yang mengandung zink: terdapat zink sekitar 0,01-1%
2) Alloy yang bebas zink: terdapat zink sekitar < 0,01%
b. Berdasarkan Ada atau Tidaknya Logam Mulia
1) Binary alloys: terdapat 2 logam, seperti perak dan timah
2) Ternary alloys: terdapat 3 logam, yaitu perak, timak dan tembaga
3) Quartenary alloys: terdapat 4 logam, seperti perak, timah, tembaga dan zink
(McCabe, 2015).

2.2 Sifat Amalgam


a. Sifat Fisikal dan Mekanikal
Sifat Nilai yang dibutuhkan
Perubahan dimensional (%) -0,1 sampai +0,2

18
Kekuatan kompresif (Mpa)
Pada 1 jam 50 (min)
Pada 24 jam 300 (min)
Perambatan (%) 3,0 (maks)
1) Perubahan Dimensional
Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara
manipulasinya. Perubahan dimensional dari amalgam tergantung pada
seberapa banyak amalgam tertekan pada saat pengerasan dan kapan
pengukuran dimulai. Kontraksinya yang hebat dapat menyebabkan
terbentuknya kebocoran mikro dan karies sekunder.
2) Kekuatan (Strength)
Kekuatan amalgam kedokteran gigi berkembang atau berlanjut
secara perlahan. Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh.
Kekuatan tensile amalgam lebih rendah dibanding kekuatan kompresif.
Kekuatan kompresif ini cukup baik untuk mempertahankan kekuatan
amalgam.
3) Deformasi Plastis (Perambatan/creep)
Amalgam dapat mengalami deformasi plastis atau perambatan
ketika terkena stres atau tekanan dinamika intra-oral. Perambatan
ditentukan dengan cara pemberian suatu stres kompresif aksial sebesar 36
MPa kepada suatu amalgam. Spesimen kemudian disimpan selama 7 hari,
lalu diperiksa daya perambatannya.
b. Sifat Kimia
1) Korosi
Korosi adalah suatu masalah yang lebih serius karena proses korosi
dapat mengakibatkan suatu restorasi menjadi berpenampilan buruk dan
merusak sifat-sifat mekanikal.
2) Sifat-sifat Termal
Amalgam memiliki nilai divusitas termal yang relatif tinggi, seperti
yang diharapkan untuk suatu material restoratif metal. Kavitas dengan
ukuran besar wajib diberikan bahan pelapis untuk melapisi basis kavitas
dengan suatu material sebelum mengisinya dengan amalgam. Keadaan
tersebut akan mengurangi pengaruh merugikan dari stimuli termal terhadap
jaringan pulpa.
Sifat-sifat termal dari amalgam dan dentin:

Divusitas termal x 10-3 Koefisien ekspansi


cm2s-1 termal x 10-6 C-1

Amalgam 78 25
Dentin 2 8
c. Sifat-sifat Biologikal
Senyawa-senyawa merkuri tertentu diketahui memiliki pengaruh
merusak sistem saraf pusat. Selain itu, keprihatinan lain adalah berkaitan
dengan laporan-laporan bahwa terkonsentrasi didalam plasenta dan
menembusnya dan masuk ke janin pada ibu hamil. Masalah potensial lain yang
menimbulkan keprihatinan yaitu mengenai reaksi alergi terhadap merkuri
dalam amalgam kedokteran gigi (McCabe, 2015).

2.3 Komposisi Amalgam


Komponen-komponen utama dari amalgam adalah Ag, Sn, Cu, sebagian
kecil Zn, merkuri, dan metal-metal lainnya seperti indium atau palladium. Adapun
mengenai batas-batas komposisi dari alloy amalgam kedokteran gigi berdasarkan
ISO adalah seperti pada tabel dibawah ini:

Berat (%)

Metal Batas sebelum tahun 1986 Limit saaat ini


(alloy konvensional)

Perak 65 (min) 40 (min)

Timah 29 (maks) 32 (maks)

Tembaga 6 ( maks) 30 (maks)

Seng 2 (maks) 2 (maks)

Merkuri 3 (maks) 3 (maks)

Perubahan dalam batas-batas komposisional yang tertera dalam standar


saat ini (setelah tahun 1986) menggambarkan adanya perbaikan yang nyata dalam
pemahaman mengenai hubungan struktur-sifat dari material-material tersebut.
a. Perak dan Timah
Senyawa ini yang dikenal sebagai fase g (gama) dari sistem perak-timah,
terbentuk dari komposisi dengan hanya kisaran kecil, serta sudah mengalami
suatu reaksi amalgamasi dengan merkuri. Kebanyakan dari alloy konvensional
mengandung tembaga sekitar 5% yang memberikan pengaruh kekuatan
(strengthening) pada amalgam yang mengeras.
b. Seng
Seng berperan sebagai suatu perusak (pemakan, scavenger) selama
pembuatan alloy. Alloy dibentuk dengan melelehkan (melting) semua unsur
metal secara bersama. Pada saat terjadinya peningkatan suhu sebab dibutuhkan
untuk tujuan tersebut, ada kecenderungan untuk terjadinya oksidasi. Umumnya
alloy tidak mengandung seng.
c. Merkuri
Merkuri yang digunakan dalam amalgam kedokteran gigi dimurnikan
dengan cara distilasi atau penyulingan untuk mengurangi benda-benda seperti
kotoran atau faktor-faktor yang tidak murni. Sebagian besar produk alloy tidak
mengandung merkuri. Produk-produk tersebut mengandung merkuri hingga
sebanyak 3% serta disebut sebagai alloy pre-amalgamasi (McCabe, 2015).

2.3 Manipulasi dan Aplikasi Amalgam


Manipulasi amalgam yaitu dimulai dari proses penyelarasan dan
pembagian, triturasi atau penyampuran, kondensasi atau pemadatan, karving atau
pembentukan, dan tahap yang terakhir yaitu pemolesan.
a. Penyelarasan dan pembagian (proportioning and dispensing)
Rasio alloy : merkuri bervariasi antara 5 : 8 dan 10 : 8. Campuran-
campuran tersebut yang mengandung kuantitas merkuri lebih besar terlihat
lebih basah dan pada umumnya dilakukan pencampuran secara manual.
Adapun salah satu cara (paling umum) untuk melakukan dispensasi yaitu
penggunaan dispenser semi-otomatik. Alat ini secara spesifik memiliki dua
tempat (hoppers). Satu berisi alloy dan satunya berisi merkuri. Rasio alloy
merkuri dapat diatur oleh operator.
b. Triturasi atau Pencampuran
Triturasi atau pencampuran dari amalgam dapat dilakukan baik dengan
tangan (secara manual) menggunakan suatu mortar (wadah pengaduk) dan
pastle (penumbuk), ataupun menggunakan mesin dengan kekuatan listrik.
Waktu yang digunakan untuk proses triturasi dapat mempunyai pengaruh
terhadap sifat amalgam saat akhir dari pengerasan. Setelah proses triturasi,
sangat penting untuk mengurangi kandungan merkuri dari campuran saat
sebelum berkondensasi (menjadi keras/padat) dengan cara memerasnya
menggunakan kain kasa. Manfaat dari titrasi secara mekanikal adalah sebagai
berikut:
1) Dihasilkan suatu campuran yang sama dan dapat ditiru atau diulang
kembali.
2) Waktu triturasi yang lebih pendek
3) Dapat digunakan untuk rasio alloy/merkuri yang lebih besar.
c. Kondensasi atau pemadatan
Alat kondensasi ultrasonik cenderung menghasilkan pemanasan logam
dari amalgam dengan pengaruh dapat merusak keduanya yaitu terlepasnya uap
merkuri dan terjadi modifikasi dalam reaksi pengerasan material tersebut.
Teknik yang harus dipilih untuk proses kondensasi harus memenuhi hal-hal
berikut :
1) Adaptasi dengan baik dari material keseluruh bagian dari dasar dan dinding
kavitas.
2) Pengikatan yang baik antarlapisan setiap penambahan amalgam.
3) Sifat-sifat mekanis optimal dari amalgam yang mengeras dengan
meminimalkan porositas dan pencapaian kandungan akhir dari merkuri
sebesar 44-48%.
Jika proses kondensasi mulai terlalu atau sangat lambat, amalgam akan
mencapai suatu derajat tertentu dari pengerasan dan adaptasi sehingga
pengikatan dari setiap tahap atau penambahan dan sifat-sifat akhir
mekanikalnya, semua mendapatkan dampak yang merugikan.
b. Karving atau Pengukiran
Tujuan dari pengukiran suatu restorasi amalgam adalah untuk
membuang lapisan yang banyak mengandung merkuri pada permukaan
amalgam, untuk mendapatkan kembali bentuk anatomis gigi, seta membangun
kontak dengan geligi lawannya. Pengukiran harus dilakukan jika material telah
mencapai suatu tingkatan pengerasan tertentu. Jika pengukiran terlalu cepat
maka akan terjadi dragging out sejumlah material bermakna dari permukaan.
Jika pengukiran terlalu terlambat, material dapat menjadi terlalu keras untuk
diukir sehingga ada bahaya untuk terjadinya perpatahan pada bidang-bidang
kecil (chipping) pada bagian marginal.
d. Pemolesan
Pemolesan dilakukan untuk mendapatkan suatu permukaan yang
mengkilat atau bersinar sehingga memberikan estetika yang lebih baik
(McCabe, 2015).
Reaksi pengerasan amalgam merupakan rekasi yang cukup kompleks.
Hanya sedikit partikel-partikel alloy yang terlarutkan secara sempurna didalam
merkuri. Struktur lapisan permukaan dari alloy menjadi rusak dan unsur-unsur
utama metal tersebut mengalami proses amalgamasi dengan merkuri. Produk-
produk dari reaksi ini mengkristal membentuk fasa-fasa baru dalam amalgam
yang mengeras. Sejumlah alloy tertentu awalnya tidak bereaksi pada saat
penyempurnaan pengerasan. Struktur material yang mengeras ini terlihat seperti
inti-inti dari partikel alloy yang tidak bereaksi dan tetap tertanam dalam suatu
matriks dari produk-produk yang bereaksi ini. Dalam istilah sederhana, reaksi
untuk alloy amalgam konvensional dapat diberikan persamaan seperti ini :
Ag3Sn + Hg → Ag2Hg3 + SnxHg + Ag3Sn
atau y + Hg → y1 + y2 + y
Sedangkan untuk alloy yang diperkaya dengan tembaga, reaksinya seperti
dibawah ini:
Ag3Sn + Cu +Hg + → Ag2Hg3 + Cu6Sn5 + Ag3Sn
atau y + Cu + Hg → y1 + Cu6Sn5 + y
Umumnya, dalam setiap kasus, eliminasi atau pembuangan fasa y2 mempunyai
pengaruh nyata terhadap sifat material yang mengeras (McCabe, 2015).
2.5 Rencana Perawatan Amalgam
Amalgam merupakan konduktor yang baik. Oleh karena itu, sebelum
melakukan tindakan harus memerhatikan apa yang harus dilakukan. Gigi yang
akan ditumpat dipreparasi dengan ketebalan 2 mm. Jika kavitas telah melebihi 2
mm, maka kavitas harus diberikan basis semen terlebih dahulu. Retensi dari
amalgam dicapai dengan membuat kesejajaran dari dinding yang berlawanan atau
dengan sedikit undercut pada dentin.
a. Preparasi
1) Preparasi dibuat meluas sampai permukaan gigi. Daerah yang terkena
karies atau rentan terkena karies harus diambil dengan bur metal putaran
lambat.
2) Tonjol gigi hanya boleh diambil jika tonjol gigi tersebut terkena karies.
3) Arah oklusal dinding preparasi dibuat agak konvergen.
4) Haluskan dinding preparasi
b. Basis
1) Gigi yang akan ditumpat diisolasi dengan cotton rool. Regio maksila pada
bukal, region mandibular pada bukal dan lingual.
2) Kavitas dibersihkan dan dikeringkan, lalu diberikan zinc phosphate cement
atau GIC.
3) Kavitas yang dalam dioleskan dengan kalsium hidroksida
c. Restorasi
1) Manipulasi amalgam
2) Aplikasikan dengan pistol amalgam dan kondensor amalgam.
3) Melakukan curving dengan kurver amalgam, haluskan dengan borniser.
d. Polishing
Polishing dilakukan setelah amalgam setting sempurna atau sekitar 24 jam
kemudian (Chandra, 2007).

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Amalgam


Beberapa kelebihan amalgam antara lain harga yang relatif murah,
kekuatan terhadap tekanan mastikasi yang tinggi, tahan lama, tahan terhadap aus,
mudah dimanipulasi dan perubahan dimensi yang minimal. Kekuatan terhadap
tekanan mastikasi yang tinggi menyebabkan amalgam sering digunakan dalam
restorasi gigi posterior. Selain kelebihan, amalgam juga mempunyai beberapa
kekurangan. Kekurangan amalgam seperti, pigmen warna silver yang tidak sesuai
dengan warna gigi, mempunyai efek korosi, tato amalgam akan terbentuk saat
pelepasan, mempunyai efek galvanis, juga toksik merkuri (Catra, 2015).
Harga yang masih tergolong murah menyebabkan amalgam masih popular
digunakan oleh masyarakat. Tanpa disadari masyarakat penggunaan amalgam
dapat membahayakan kesehatan karena kandungan merkuri didalamnya. Merkuri
merupakan suatu logam berat yang beracun. Paparan dari tumpatan amalgam
biasanya terjadi karena menghirup uap merkuri dari isian amalgam. Penyerapan
uap merkuri terjadi melalui paru-paru, kemudian didistribusikan oleh darah.
Merkuri bisa masuk dan menetap dalam beberapa jaringan, seperti susunan saraf
pusat dan ginjal untuk kurun waktu yang lama. Hingga sekarang penggunaan
amalgam sebagai material restorasi masih diperdebatkan karena kandungan
merkurinya (Catra, 2015).

2.7 Bahan Pelindung Pulpa


Beberapa bahan material dibuat khusus untuk melindungi pulpa dari iritasi
termal maupun kimia. Bahan-bahan restoratif yang telah digunakan untuk
melindungi pulpa adalah cavity varnish, cement bases, dan cavity liners. Selain
sebagai pelindung pulpa, material tersebut juga dapat digunakan untuk mencegah
terjadinya karies sekunder.
a. Cavity Varnish
Cavity varnish biasanya memiliki komposisi berupa natural gums
seperti copal, rosin, dan resin-based yang larut dalam pelarut organik. Ketika
pelarutnya menguap, cavity varnish akan membentuk lapisan tipis pada
permukaan gigi. cavity varnish diaplikasikan menggunakan brush atau cotton
rool dan hanya dipakai sekali untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme.
Beberapa studi menyatakan bahwa cavity varnish mengurangi infiltrasi cairan
penyebab iritasi melalui marginal crevices dan mengurangi iritasi pulpa. Selain
itu, material ini juga mencegah penetrasi senyawa penyebab korosi pada
amalgam untuk masuk ke tubulus dentinalis. cavity varnish tidak dapat
digunakan bersamaan dengan bahan adhesif seperti GIC.
b. Cement Bases
Cement bases diaplikasikan dengan ketebalan di atas 0,75 mm di bawah
bahan restoratif untuk melindungi pulpa dari injuri termal, galvanic shock, dan
iritasi kimia. Bahan yang sering digunakan sebagai cement bases antara lain
semen fosfat, ZOE, semen polikarboksilat, dan fast-setting GIC. Namun, bahan
yang memiliki kemampuan insulator baik adalah semen fosfat dan ZOE.
Semen seng fosfat terbukti efektik sebagai cement bases bagi insulasi termal,
tetapi pH yang rendah dapat menimbulkan iritasi kimia pada pulpa, hal tersebut
dapat dihindari dengan membuat konsistensinya tidak meninggalkan residu
asam lagi. Penggunaan GIC sebagai cement base harus didahului dengan
mengaplikasin kalsium hidroksida sebagai cavity liner-nya. Pemilihan bahan
untuk cement bases harus didasarkan atas beberapa pertimbangan bentuk
kavitas, material restoratif, dan proksimitas ruang pulpa. Bahan cement bases
yang dipilih harus memiliki kekuatan yang baik, terlebih untuk melakukan
fungsi mastikasi. Bahan cement bases lainnya yang dapat digunakan adalah
MTA. Bahan ini memiliki sifat insulasi, antimikroba, dan anti acid.
c. Cavity Liners
Material umum yang digunakan sebagai cavity liners adalah kalsium
hidroksida. Penggunaan kalsium hidroksida sebagai cavity liner umum
digunakan karena sifatnya sebagai antimikroba, pH nya alkali, dan
kemampuannya membentuk dentin sekunder. Fungsi dari cavity liners sendiri
adalah sebagai sealer bagi dentin dari potensial influx mikroorganisme dan
iritasi dari prosedur restorasi. Material lain yang dapat dijadika cavity liners
antara lain ZOE, GI, resin komposit -ketiganya sudah dicampurkan kalsium
hidroksida terlebih dahulu-, dan MTA (Anusavice 2013).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa komposisi
utama amalgam kedokteran gigi adalah merkuri yang digabungkan dengan suatu
bubuk alloy perak-timah. Amalgam dapat diklasifikasikan dengan empat cara,
yaitu berdasarkan bentuk partikel, berdasarkan banyak tembaga, berdasarkan
kandungan zinc, dan berdasarkan ada atau tidak adanya logam mulia. Sifat-sifat
amalgam yang perlu diperhatikan terbagi menjadi sifat fisik dan mekanik, sifat
kimia, dan sifat biologi. Proses manipulasi amalgam terdiri dari beberapa fase,
fase-fase tersebut adalah penyelarasan, trituasi, kondensasi, pengukiran, dan
pemolesan. Beberapa kelebihan amalgam antara lain penggunaannya tahan lama,
sedangkan kekurangannya adalah warnanya tidak sesuai dengan warna gigi.
Rencana perawatan amalgam meliputi tahap preparasi, basis, restorasi, dan
pemolesan. Sebelum tumpatan ditumpat dengan amalgam, kavitas harus diberikan
bahan pelindung pulpa yang terdiri dari cavity varnish (natural gums), cement
bases (kalsium hidroksida, MTA) dan cavity liners (GIC, ZOE, MTA). Ketiga
bahan tersebut berfungsi untuk melindungi pulpa dari injuri termal, galvanic
shock, dan iritasi kimia.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para
pembaca untuk memahami bahan-bahan dental material sehingga dapat
mengetahui bahan apa saja yang cocok diaplikasikan pada masalah-masalah
tertentu dan dapat menyesuaikan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan
agar pada saat penggunaan tidak ada penyesalan. Jika pembaca sudah memahami
kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan, maka fungsi bahan sebagai
bahan preventif, restoratif, dan rehabilitatif, serta sebagai bahan estetik dapat
terwujud.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice KJ. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials. 12nd Edition. USA:
Elsevier.

Catra HE. 2015. Gambaran Penggunaan Bahan Tumpatan di Poliklinik Gigi


Puskesmas Kota Bitung Tahun 2014; Jurnal e-GiGi (eG): 5(2).

Chandra S. 2007. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi: Jaypee Brothers


Medical Publisher.

McCabe J, Walls A. 2015. Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 9. Jakarta. EGC.

S-ar putea să vă placă și