Sunteți pe pagina 1din 4

Aspek aspek kajian ilmu filsafat

1. Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu tentang yang
ada. Ontologi membahas yang telah ada yang tidak terkait dengan satu
perwujudan tertentu. Ontologi tidak banyak berdasarkan pada alam
nyata namun berdsarkan logika. Dalam aspek Ontologi diperlukan
landasan-landasan dari sebuah pernyataan-pernyataan dalam
sebuah ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan
Metafisika. Ontologi berusaha menemukan setiap inti yang termuat
dalam setiap kenyataan. Fungsi dan manfaat dalam mempelajari
ontologi, yaitu berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang
pekerjaan , konsep-konsep,dan asumsi-asumsi. Ontologi sebagai
landasan terdasar dari ilmu adalah dunia yang jarang dikaji. Hal ini
disebabkan keberadaannya yang nyaris tak terlintas di benak sebagian
besar para pengguna ilmu. Pada lapisan ontologilah diletakkannya
“undangundang dasar” dunia ilmu. Dalam aspek ontologi, bahwa Ilmu
komunikasi dapat dipelajari dengan mengkaji 2 obyek, yaitu objek
materi dan objek formal. Ilmu komunikasi sendiri dapat diartikan
sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling abstrak dan
paling tinggi dalam kesatuan dan kesamaannya sebagai makluk hidup
atau benda. Hakikat inilah yang dipandang sebagai obyek materi.
Sementara jika dilihat dari objek formal maka ini adalah salah satu
sudut pandang yang mampu menentukan cakupan studi di dalamnya.
Sejarah ilmu komunikasi, teori komunikasi, tradisi ilmu komunikasi,
dan komunikasi manusia adalah contoh-contoh dari aspek ontologis
tersebut.
2. Epistomologi
Kata epistemologi berakar dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari
dua gabungan kata yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang
artinya ilmu.Epistomologi atau teori pengetahuan ialah cabang ilmu
filsafat yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan serta mengenai
pengetahuan pengetahuan yang dimiliki. Aspek ini membahas
bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan
tersebut. Lebih jauh lagi epitomologi meneliti asal-usul, asumsi dasar,
sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu
penting dalam menentukan sebuah model filsafat. apabila subjek
epistemologi adalah ilmu dari sudut mana subjek ini dibahas karena
ilmu juga dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut
yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu. Terkadang
yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu. Sisi
ini menjadi salah satu pembahasan di bidang ontologi dan filsafat. Sisi
pengungkapan dan kesesuaian ilmu dengan realitas eksternal juga
menjadi pokok kajian epistemologi. Dalam epistemologi akan dikaji
kesesuaian dan probabilitas pengetahuan, pembagian dan observasi
ilmu, serta batasan-batasan pengetahuan. Dengan demikian, ilmu yang
diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan bisa
dijadikan sebagai subjek dalam epistemologi.
Metodologi memperoleh pengetahuan Pengetahuan yang diperoleh
oleh manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode
tersendiri dalam teori pengetahuan sebagai berikut.
a. Metode indukatif Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan
pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu
pernyataan yang lebih umum.
b. Metode Deduktif Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan
bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem
pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode
deduktif ialah adanya perbandingan logis antara
kesimpulankesimpulan itu sendiri
c. Metode positivisme Metode ini dikeluarkan oleh Auguste Comte
(1798−1857). Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui,
yang faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala
uraian/persoalan di luar yang ada sebagai fakta Apa yang diketahui
secara positif adalah segala yang tampak dan segala gejala.
d. Metode kontemplatif Metode ini mengatakan adanya keterbatasan
indra dan akal menusia untuk memperoleh pengetahuan sehingga
objek yang dihasilkan pun akan berbedabeda harusnya
dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi,
pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh dengan
cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al-Ghazali
e. Metode dialektis Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti
metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat.Dalam
teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak
tersusun dari satu pikiran, tetapi pemikiran itu seperti dalam
percakapan, bertolak paling kurang dua kutub. Dengan
memerhatikan definisi dan pengertian epistemologi, maka menjadi
jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah menggunakan akal dan
rasio, karena untuk menjelaskan pokok-pokok bahasannya
memerlukan analisa akal.
3. Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani. Istilah ini terdiri dari dua
gabungan kata yaitu axios dan logos. Axios berarti nilai, sedangkan
logos bermakna ilmu atau teori. Ilmu ini terbagi menjadi tiga bagian
yaitu: pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan
etika. Kedua, esthetic expression, atau ekspresi keindahan,
Ketiga, sosio-political life, atau kehidupan sosial politik. Dalam
pembahasan aksiologi, nilai menjadi fokus utama. Nilai dipahami
sebagai pandangan, cita-cita, adat, kebiasaan, dan lain-lain yang
menimbulkan tanggapan emosional pada seseorang atau masyarakat
tertentu. Dari definisi diatas terlihat jelas bahwa aksiologi
menjelaskantentang nilai. Nilai yang dimaksud disini adalah sesuatu
yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan pertimbangan apa saja
yang akan dinilai. Mengapa dalam filsafat ada pandangan yang
mengatakan nilai sangatlah penting, itu karena filsafat sebagai
philosophy of life mengajarkan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan
yang berfungsi sebagai pengontrol sifat keilmuan manusia. Teori nilai
ini sama halnya dengan agama yang menjadi pedoman kehidupan
manusia.
Dari aksiologi, secara garis besar muncullah dua cabang filsafat yang
membahas aspek kualitas hidup manusia, yaitu etika dan estetika.

3.1 Etika
Dalam hal ini ada berbagai pembagian etika yang dibuat oleh para
ahli etika, beberapa ahli membagi ke dalam dua bagian, yaitu etika
deskriptif dan etika normative

a. Etika deskriptif

Etika deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam


arti luas seperti: adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk,
tindakan yang di perbolehkan atau tidak.

b. Etika Normatif

Etika normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat


mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau masyarakat secara
lebih kritis.
3.2 Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang memberikan perhatian pada sifat
keindahan, seni, rasa, atau selera, kreasi, dan apresiasi tentang keindahan.
Estetika dikaitkan dengan aksiologi sebagai cabang filsafat dan juga
diasosiasikan dengan filsafat seni.

S-ar putea să vă placă și