Sunteți pe pagina 1din 6

MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI TEKNIK PROBING

PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN


FISIKA DI MA
1)
Tiani Alfi Kusuma, 2)Indrawati,2)Alex Harijanto
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
2)
Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Email: tianialfi@gmail.com

ABSTRACT

Discovery learning model by probing-prompting technique is one of the


learning models of physics which guide the students to discover new things, the
teacher provides the questions which can stimulate students’creativity and direct
students to discover new knowledge. The purpose of this research are (1) to
examine the influence of discovery learning model by probing-prompting
techniquetothe students’ science-physics achievement at senior high school, and
(2) to describe students’ science process skills during learning process. Kind of
research is true experimental research by using post-test only control design.
The techniques of data collection are observation, interview, documentation,
andachievement test. The techniques of data analysis are indepependent sample
T-Test and descriptive analysis by percentage. The Result of the study are (1) the
value of p based on the T-Test is 0.001, and (2) the percentage of the overall
students’science process skills is 81.71%. The study can be concluded that (1)
discovery learning model by probing-prompting technique give significance
influence to the students’ science-physics achievement, and (2) the students’
science process skills during join the physics learning by using discovery
learning model by probing-prompting technique are in very good category.

Keywords:Discovery learning model, probing-prompting technique,students’


science-physics achievement, students’science process skills

PENDAHULUAN menghasilkan suatu produk ilmiah.


Sehingga untuk menguasai Ilmu
Fisika adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya fisika
Pengetahuan Alami (IPA). Fisika tidak cukup hanya diperoleh dengan cara
merupakan disiplin ilmu yang menghafal atau sekedar mendengarkan
mempelajari tentang fenomena alam dan penjelasan dari pihak lain. Dengan
menerangkan proses fenomena tersebut demikian fisika adalah bagian dari Ilmu
terjadi (Bektiarso, 2000:12). Menurut Pengetahuan Alam yang pada hakikatnya
Trianto (2010:137-138)hakikat fisika mencakup tiga hal yaitu produk ilmiah,
merupakan proses ilmiah, sikap ilmiah dan proses ilmiah.
dan produk ilmiah. Selain memberikan Salah satu permasalahan yang
bekal ilmu kepada siswa, mata pelajaran terdapat dalam proses pembelajaran fisika
fisika merupakan wahana untuk saat ini adalah rendahnya kualitas
menumbuhkan kemampuan berpikir dan pembelajaran. Menurut Trianto (2010:6)
memecahkan masalah dalam kehidupan Kendala-kendala yang sering dihadapi
sehari-hari (Setyoriniet al, 2011). Proses dalam kegiatan pembelajaran antara lain:
ilmiah untuk memahami konsep fisika (1) pemilihan model pembelajaran yang
seyogyanya dilakukan agar dapat kurang cocok, (2) kurangnya penggunaan

336
337 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 3 No.4, Maret 2015, hal 336 - 341

media pembelajaran, dan (3) kondisi kelas proses fisika. Dalam kondisi ini faktor
yang cenderung berpusat pada guru. Hal kompetensi guru sangat dituntut, dalam
ini menyebabkan pembelajaran yang arti guru harus mampu mengemas
terjadi hanya satu arah, siswa kurang pembelajaran yang lebih menarik dan
berani mengutarakan pendapat.Siswa disukai oleh siswa, khususnya dalam hal
lebih diarahkan untuk menghafal memilih model dan teknik pembelajaran
informasi tanpa dituntut untuk memahami yang memenuhi student centered learning
dan mengembangkan informasi, dan yang sesuai pembelajaran fisika.
kurang dikaitkan dengan kehidupan Model pembelajaran discovery
sehari-hari. Proses pembelajaran fisika merupakan suatu cara untuk
yang seperti ini belum sepenuhnya mengembangkan belajar siswa aktif
mempunyai relevansi dengan tujuan yang dengan menemukan sendiri, menyelidiki
diharapkan. Sehinga dapat dikatakan sendiri, maka hasil yang akan diperoleh
bahwa pengajaran fisika dewasa ini lebih akan tahan lama dalam ingatan (Vahlia,
banyak menekankan fakta atau produk 2013). Rusyan et-al. (1992:177)
sains saja daripada mengembangkan menyatakan bahwa dalam belajar
pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan guru menyajikan bahan
metode ilmiah. pelajaran tidak dalam bentuknya yang
Rendahnya kualitas pembelajaran final, tetapi siswa yang diberi peluang
menyebabkan keterampilan proses siswa untuk mencari dan menemukannya
yang menurut Funk (dalam Dimyati dan sendiri.Adapun tahap-tahap discovery
Mudjiono, 2009:140) meliputi mengamati, learning, yaitu (1) stimulation, (2)
memprediksi, mengukur, mengklasifikasi, problem Statement, (3) data collection, (4)
menyimpulkan, dan mengkomunikasikan data processing, (5) verification, dan (6)
relatif masih rendah, karena siswa kurang generalization(Rusyan et al, 1992:177).
diberi kesempatan untuk menemukan Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
konsep materi fisika sendiri. Sebagai Rismayani (2013) menunjukkan bahwa
dampak dari lemahnya penerimaan model pembelajaran discovery learning
konsep tersebut, menjadikan siswa efektif untuk meningkatkan hasi belajar
berasumsi bahwa mata pelajaran fisika siswa, siswa cenderung lebih aktif untuk
adalah mata pelajaran yang sangat sulit, mencari dan menemukan informasi secara
rumit, dan banyak rumus sehingga mandiri. Dalam model ini siswa bebas
membuat mereka tidak menyukai mengidentifikasi, menganalisis dan
pelajaran fisika. Hal-hal tersebutlah yang menarik kesimpulan sesuai temuannya,
memungkinkan sebagai penyebab hasil sedangkan guru hanya bertindak sebagai
belajar fisika siswa rendah. pembimbing proses belajar siswa.
Dalam pembelajaran fisika Salah satu kendala dalam
dibutuhkan suatu pembelajaran yang tidak pembelajaran discovery learning adalah
hanya berpusat pada guru saja (teacher siswa belum terbiasa dengan model
centered), melainkan harus berpusat pada pembelajaran baru sehingga siswa kurang
siswa (student centered).Menurut terampil dalam melaksanakan praktikum
Priyatmojo et al (2010) student-centered (Purwanto: 2012). Hal ini menyebabkan
learning (SCL) merupakan pendekatan siswa yang lamban dalam proses berpikir
pembelajaran yang menempatkan siswa akan cenderung bingung, sedangkan siswa
sebagai pusat kegiatan pembelajaran. Pada yang lebih pandai akan cenderung
pembelajaran yang berpusat pada siswa memonopoli proses pembelajaran di kelas.
akan terjadi interaksi antara siswa dengan Untuk meminimalisir kendala tersebut,
guru dan antarsiswa. Sehingga diperlukan sebuah teknik pembelajaran
pembelajaran fisika tidak hanya berupa yang dapat merangsang kreatifitas siswa
produk fisika melainkan mengarah pada
Tiani, Model Discovery Learning… 338

dan membantu dalam menemukan METODE


pengetahuan baru.
Dalam proses pembelajaran Jenis penelitian ini adalah
pertanyaan dan tanggapan memiliki peran penelitian true experimental. Responden
yang penting. Menurut Huda (2013:281) penelitian ditentukan setelah uji
probing-prompting adalah pembelajaran homogenitas.Penentuan sampel penelitian
dengan menyajikan serangkaian dengan cluster random sampling.Desain
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan penelitian ini menggunakan post-test only
menggali gagasan siswa sehingga dapat control design.
memfasilitasi siswa untuk mengaitkan
pengetahuan dan pengalaman siswa Treatment group X O1
dengan pengetahuan baru yang sedang Control group O2
dipelajari.Teknik probing-prompting Gambar 1.post-test only control design.
cukup efektif dalam upaya meningkatkan
hasil belajar dan aktivitas siswa (Sugiyono, 2013:112)
(Megariati, 2010).Dalam teknik probing- Keterangan:
prompting proses tanya jawab dilakukan Treatment group : kelas eksperimen
dengan menunjuk siswa secara acak Control group : kelas kontrol
sehingga setiap siswa secara otomatis O1 : hasilpost-test kelas
harus berpartisipasi aktif. Pertanyaan yang eksperimen
diberikan guru dapat mengarahkan cara O2 : hasilpost-test kelas
belajar dan meningkatkan kemampuan kontrol
berpikir siswa serta dapat menarik X :perlakuan berupa
perhatian siswa. penggunaan model
Berdasarkan paparan di atas, maka discovery learning
model discovery learning disertai teknik disertai teknik probing
probing prompting dapat dijadikan prompting
alternatif agar siswa dapat berperan aktif Langkah-langkah model discovery
dalam pembelajaran, sehingga learning disertai teknik probing
keterampilan proses dan hasil belajar prompting(X) dalam pembelajaran
fisika siswa meningkat. Untuk menguji melalui tahap-tahappemberian
pengaruh model discovery learning perangsang, mengidentifikasi masalah,
disertai teknik probing prompting pengumpulan data, pengolahan data,
terhadap keterampilan proses dan hasil verifikasi, dan kesimpulan.
belajar fisika siswa diadakan penelitian Teknikdan instrumen pengumpulan
eksperimen dengan judul “Model data yang digunakan dalam penelitian ini
Discovery Learning disertai Teknik adalah observasi menggunakan lembar
Probing Prompting Dalam Pembelajaran observasi ketrampilan proses, tes
Fisika di MA”. menggunakan parangkat tes hasil
Berdasarkan latar belakang di atas belajar,wawancara menggunakan
maka tujuan penelitian ini adalah:(1) pedoman wawancara, dan dokumentasi
untuk mengkaji pengaruh model discovery berupa daftar nama, nilai ulangan fisika
learning disertai teknik probing sebelum dan sesudah penelitian, jawaban
prompting terhadap hasil belajar fisika lembar kerja siswa (LKS), jadwal
siswa MA, dan (2) untuk mendeskripsikan kegiatan, dan foto kegiatan dalam
keterampilan proses siswa selama pembelajaran.Analisisdata
pembelajaran menggunakan model menggunakanIndependent Sample T-
discovery learning disertai teknik probing testdengan bantuan SPSS 16 dan
prompting. persentase ketrampilan proses siswa.
339 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 3 No.4, Maret 2015, hal 336 - 341

nilai signifikansi (1-tailed) sebesar 0,001


HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukkan bahwa nilainya kurang dari
0,05 atau 0,001 ≤ 0,05 maka hipotesis
Penelitian dilaksanakan di MAN 1 nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif
Jember dan diterapkan pada kelas (Ha) diterima, dengan demikian nilai rata-
X.Sebelum menentukan sampel penelitian rata hasil belajar fisika siswa kelas
terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas eksperimen lebih baik daripada kelas
dengan ANOVA (Analisis of Variance). kontrol. Sehingga dapat disimpulkan
Data untuk uji homogenitas diambil dari model discovery learning disertai teknik
nilai Ulangan Harian pokok bahasan probing-prompting berpengaruh
sebelumnya. Berdasarkan uji homogenitas signifikan terhadap hasil belajar fisika
melalui uji One-Way ANOVA diperoleh siswa.
nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 Berdasarkan analisis dokumentasi
(sig. 0.056> 0.05), maka dapat dikatakan dan hasil penelitian, nilai rata-rata hasil
bahwa varian data kelas XMAN1 belajar fisika siswa kelas belum
Jemberbersifat homogen. Selanjutnya memenuhi standar ketuntasan minimal
digunakan metode cluster random yang berlaku. Hal ini dapat disebabkan
sampling melalui undian diperoleh skelas karena keterbatasan alat praktikum yang
X8sebagai kelas kontrol dan X9sebagai mempengaruhi jumlah siswa dalam satu
kelas eksperimen. kelompok yang seharusnya empat sampai
Hasil belajar fisika adalah lima siswa menjadi enam sampai tujuh
perubahan tingkah laku berupa siswa. Jumlah siswa yang terlalu banyak
kemampuan yang dimiliki siswa setelah dalam satu kelompok membuat ada
menerima pengalaman belajar fisika.Hasil sebagian anggota yang tidak membantu
belajar yang diamati dalam penelitian ini pada saat praktikum, sehingga
adalah hasil belajar dalam ranah kognitif pemahaman beberapa siswa terhadap
produk dalam bentuk skorpost- materi masih kurang dan hasil belajarnya
test.Adapun skorpost-test kelas eksperimen juga rendah.
dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 1. Keterampilan proses siswa
diperoleh berdasarkan hasil observasi
Tabel 1.Perbedaan skorpost-test kelas yang dilakukan selama pembelajaran dan
eksperimen dan kelas kontrol dokumentasi jawaban LKS pada kelas
Rata-rata skor post- eksperimen.Berdasarkan analisis hasil
Kelas
test observasi keterampilan proses siswa
x.8 (kontrol) 66.52
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2,
x.9 (eksperimen) 74.03
didapatkan skor rata-rata keterampilan
proses siswa dari yang tertinggi hingga
Tabel 1.menunjukkan bahwa rata- terendah yaitu melaksanakan eksperimen,
rata hasil belajarsiswa pada kelas membuat tabulasi data, menyusun
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. hipotsis, menyimpulkan, mengumpulkan
Untuk mengetahui pengaruh model data, membuat grafik,
discovery learning disertai teknik mengkomunikasikan, dan
probing-prompting terhadap hasil belajar mengidentifikasi variabel.Rata-rata
fisika maka dilakukan analisis persentase keterampilan proses siswa
menggunakan uji t yaitu Independent berturut-turut pertemuan I dan II adalah
Sample T-Test. 78,40% dan 85.03%. Sehingga persentase
Berdasarkan hasil analisis keterampilan proses siswa secara klasikal
Independent-Sample T-test, diperoleh Sig. yaitu sebesar 81,71%.Apabila persentase
(2-tailed) sebesar0.002.Pengujian keterampilan proses siswa tersebut
hipotesis yang digunakan adalah disesuaikan dengan kriteria keterampilan
pengujian hipotesis pihak kanan, sehingga
Tiani, Model Discovery Learning… 340

proses siswa, maka keterampilan proses pembelajaran dan mendukung untuk


siswa secara klasikal termasuk pada tercapainya hasil belajar fisika yang lebih
kriteria sangat baik. baik.Siswa menyatakan senang dan suka
dengan pembelajaran menggunakan
Tabel 2.Skor keterampilan proses siswa model discovery learning disertai teknik
Persentase Rata- probing-prompting.Hal ini karena siswa
Keterampilan Perte Perte rata memperoleh pengalaman langsung dalam
proses muan muan Persen belajar, siswa dapat menerima dan
1 2 tase memahami materi dengan mudah,
Menyusun 80.30 89.39 84.84%
kegiatan dalam pembelajaran tidak
Hipotesis % %
Mengidentifikasi 66.69 78.78 72.73% membosankan karena siswa dapat lebih
Variabel % % aktif belajar secara berkelompok, dan
Melaksanakan 86.36 87.87 87.11% siswa lebih bersemangat dalam
Eksperimen % % pembelajaran.
Membuat 80.30 90.90 85.6% Kendala yang dihadapi selama
Tabulasi data % % pelaksanaan adalah keterbatasan alat,
Membuat Grafik 78.78 80.30 79.54% alokasi waktu dalam pembelajaran, dan
% % kemampuan akademik sebagian siswa.
Mengumpulkan 78.78 84.84 81.81% Solusinya adalah dengan meningkatkan
Data % % peran guru dalam pengelolaan kelas.Peran
Menyimpulkan 80.30 89.39 84.84%
guru dalam pengelolaan kelas harus
% %
mengkomunikasi 72.72 78.78 75.75% efektif agar tercipta keseriusan dan
kan % % kedisiplinan siswa sehingga pembelajaran
Rata-rata 78.40 85.03 81.71% dapat berjalan dengan maksimal.
% %
SIMPULAN DAN SARAN
Indikator keterampilan proses siswa
dengan persentase skor rata-rata tertinggi Berdasarkan pembahasan dan hasil
terletak pada indikator keterampilan analisis data penelitian yang telah
proses melaksanakan eksperimen yaitu diuraikan pada bab sebelumnya, maka
sebesar 87,11%. Pada saat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
melakukaneksperimen secara (1) Model discovery learning disertai
berkelompok, siswa mengisi lembar kerja teknik probing promptingberpengaruh
siswa (LKS) dengan melakukan signifikan terhadap hasil belajar fisika
eksperimen sesuai petunjuk yang ada pada siswa di MA, dan (2) Ketrampilan proses
LKS. Sedangkan persentase skor rata-rata siswa selama mengikuti pembelajaran
terendah diperoleh pada indikator dengan model discovery learning disertai
keterampilan proses mengidentifikasi teknik probing promptingsecara rata-rata
variabel yaitu sebesar 72,73%. termasuk dalam kriteria sangat baik.
Berdasarkan hasil wawancara hal ini Berdasarkan hasil penelitian dan
disebabkan karena siswa belum terbiasa pembahasan, maka saran yang diberikan
mengidentifikasi variabel dan belum sebagai berikut (1) Bagi guru, hendaknya
mamahami tentang variabel terikat, dalam menerapkan model discovery
variabel bebas, dan variabel kontrol. learning disertai teknik probing
Hasil wawancara dengan guru dan promptinglebih membimbing siswa
siswa yang dilakukan setelah penelitian selama proses pembelajaran agar KBM
menunjukkan tanggapan guru terhadap dapat berjalan dengan baik, selain itu
penerapan model discovery learning hendaknya jumlah kelompok tidak terlalu
disertai teknik probing-promptingbersifat besar.(2) Bagi peneliti lain, diharapkan
positif, karena siswa berperan aktif dalam dapat dijadikan landasan untuk penelitian
341 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 3 No.4, Maret 2015, hal 336 - 341

selanjutnya dalam hal pengembangan Meningkatkan Berpikir Kritis”.


model maupun metode yang cocok Jurnal. Semarang: Universitas
diterapkan dalam suatu pembelajaran. Negeri Semarang.
Rismayani, N. 2013.“Penerapan Model
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran Discovery Learning
untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Bektiarso, S. 2000. Pentingnya Konsepsi PKn Siswa”.Artikel. Singaraja:
Awal dalam Pembelajaran Universitas pendidikan Ganesha.
Fisika.Jurnal Saintifika. 1(1):11- Rusyan, A. T., Kusdaniae, A., &Arifin, Z.
20. 1992. Pendekatan Dalam proses
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Belajar mengajar. Bandung:
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Remaja Rosdakarya.
Cipta. Setyorini, Sukiswo, dan Subali. 2011.
Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran “Penerapan Model Problem Based
dan Pembelajaran: Isu-isu LearninguntukMeningkatkan
Metodis dan Paradigmatis. Kemampuan Berpikir Kritis
Yogyakarta: Pustaka pelajar. SiswaSMP”. Jurnal Pendidikan
Megariati. 2010. “Peningkatan Hasil Fisika Indonesia,ISSN: 1693-
Belajar Matematika Pada Materi 1246. Vol. 7: 52-56.
Turunan Fungsi Menggunakan Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Teknik Probing Prompting Di Pendidikan Pendekatan
Kelas Xi Ipa 1 Sekolah Menengah Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
Atas Negeri 2 Palembang”. (Research and Development).
Jurnal. Palembang: Universitas Bandung: Alfabeta.
Sriwijaya. Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Priyatmojo, A., dkk. 2010. Buku Panduan Terpadu (Konsep, Strategi, dan
Pelaksanaan Student Centered Implementasinya dalam KTSP).
Learning (SCL) dan Student Jakarta: Bumi Aksara.
Teacher Aesthethic Role-Sharing Vahlia, Ira, Dkk. 2013. “Ekperimentasi
(STAR). Jogjakarata: Pusat Model Pembelajaran Discovery
Pengembangan Pendidikan dan Group Investigation Terhadap
Universitas Gadjah Mada. Prestasi Belajar Matematika
Purwanto, C., dkk. 2012. “Penerapan Ditinjau Dari Kreativitas
Model Pembelajaran Guided Siswa”.Jurnal. Surakarta:
Discovery pada Materi Universitas Sebelas Maret.
Pemantulan Cahaya untuk

S-ar putea să vă placă și