Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh :
Nama : Fadila
Stambuk : N 111 16 020
Pembimbing : dr. Alfreth Langitan, Sp.B, FINACS. FICS
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem pencernaan terdiri dari saluran cerna (atau traktus digestiuus) plus
organ pencernaan tambahan termasuk [kelenjar liur, pankreas eksokrin, dan sistem
empedu, yang terdiri dari hati dan kandung empedu. Organ-organ eksokrin ini
terletak di luar saluran cerna dan mengalirkan sekresinya melalui duktus ke dalam
lumen saluran cerna.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Esofagus
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke
lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui
tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu
leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan
kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni
berada di mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan
bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping
kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk
ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di
kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm.2
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus
superior ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm,
ke v.pulmonalis inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang
lebih 40-45cm. Pada anak, panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8
dan 10 cm dan ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun.6
3
Gambar 1.1 Anatomi Esofagus
Bagian servikal:6
Panjang 5-6 cm, setinggi vertebra cervicalis VI sampai
vertebrathoracalis I
Anterior melekat dengan trachea
Anterolateral tertutup oleh kelenjar tiroid
Sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus
Posterior berbatasan dengan hipofaring
Pada bagian lateral ada carotid sheath beserta isinya
Bagian torakal:2,6
Panjang 16-18 cm, setinggi vertebra torakalis II-IX
Berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebralis
Dalam rongga toraks disilang oleh arcus aorta setinggi
vertebratorakalis IV dan bronkus utama sinistra setinggi vertebra
torakalisV
Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis
4
Pada bagian distal antara dinding posterior esofagus dan ventralcorpus
vertebralis terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan vena
intercostalis
Bagian abdominal:6
Terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1 - 1,5 cm, setinggi
vertebratorakalis X sampai vertebra lumbalis III
Terdapat pars abdominalis sepanjang 2 - 3 cm, bergabung dengan
cardia gaster disebut gastroesophageal junction
Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering
menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama
adalah disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan
antara serat otot striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif
melemah. Daerah penyempitan kedua disebabkan oleh persilangan
cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta. Penyempitan yang ketiga
disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal1,2
Esophagus bagian 1/3 proximal (oral) divaskularisasi oleh a.
thyroidea inferior, esophagus bagian 1/3 medial divaskularisasi oleh
cabang dari aorta descendens dan esophagus bagian 1/3 distal (anal)
divaskularisasi oleh Rr. Oesophageales A. gastric sinistra. Esophagus
diinervasi persarafan simpatis oleh truncus sympaticus dan persarafan
parasimpatis oleh N. Vagus (N. X)2,6
2. Gaster
Gaster merupakan bagian dari traktus gastrointestinal pertama yang
berada di intra abdominal, terletak di antara esophagus dan duodenum.
Terletak pada daerah epigastrium dan meluas ke hipokhondrium kiri,
berbentuk melengkung seperti huruf “J” dengan mempunyai paries
anterior (superior) dan paries posterior (inferior). Seluruh organ lambung
terdapat di dalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum.1
Gaster terbagi atas 5 daerah secara anatomik, yaitu : pars cardiaca,
bagian gaster yang berhubungan dengan esofagus dimana didalamnya
5
terdapat ostium cardiacum. Fundus gaster, bagian yang berbentuk seperti
kubah yang berlokasi pada bagian kiri dari kardia dan meluas ke superior
melebihi tinggi pada bagian gastroesofageal junction Korpus gaster,
merupakan 2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus sampai
ke bagian paling bawah yang melengkung ke kanan membentuk huruf „J‟.
Pars pilori, terdiri dari dua bangunan yaitu anthrum pyloricum dan
pylorus. Didalam antrum pyloricum terdapat canalis pyloricus dan didalam
pylorus terdapat ostium pyloricum yang dikelilingi M. sphincter pyloricus.
Dari luar M. sphincter pylorus ini ditandai adanya V. prepylorica
(Mayo)2,6
6
dan vena gastro-omentalis membawa isinya ke vena splenica yang bersatu
dengan vena mesentrika superior untuk membentuk vena porta hepatis.
Vena gastro-omentalis dekstra bermuara dalam vena mesentrica
superior.2,6
3. Intestinum Tenue
Intestinum tenue merupakan organ pencernaan yg sering juga
disebut sebag small intestine atau usus kecil/ usus halus. Intestinum tenue
7
menghubungkan gaster hingga valvulla ileocaecal (bauhini) yang
merupakan batas antara intestinum tenue dengan intestinum crassum.
Seluruh organ yg termasuk dalam intestinum tenue juga merupakan organ-
organ intraperitoneal3,6
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup
panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat
relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi
semakin ke bawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi
sekitar 2,5 cm.3,6
8
lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar brunner
untuk memproduksi getah intestinum. Panjang duodenum
sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai jejunum.
9
Posterior : bursa omentalis, a. gastroduodenalis, ductus
choledocus, v. portae hepatis dan V. cava inferior
Superior : foramen epiploica winslow
Inferior : caput pancreas
b) Duodenum pars Descendens
Merupakan bagian dr duodenum yang berjalan turun setinggi
Vertebrae Lumbal II – III. Pada duodenum bagian ini terdapat
papilla duondeni major dan minor, yang merupakan muara dr
ductus pancreaticus major dan ductus choledocus, juga oleh
ductus pancreaticus minor yang merupakan organ apparatus
biliaris bagian dari organ-organ system enterohepatic.
Duodenum bagian ini memiliki syntopi :
Anterior : fundus vesica fellea, colon transversum, lobus
hepatis dextra, lekukan usus halus.
Posterior : ureter dextra, hilus renalis dextra
Medial : caput pancreas
Lateral : colon ascendens, flexura coli dextra, lobus hepatis
dextra
c) Duodenum pars Horizontal
Merupakan bagian dari duodenum yang berjalan horizontal ke
sinistra mengikuti pinggir bawah caput pancreas dan memiliki
skeletopi setinggi Vertebrae Lumbal II. Duodenum bagian ini
memiliki syntopi :
Anterior : mesenterium usus halus, vasa. Mesenterica
superior, lekukan jejunum
Posterior : ureter dextra, m. psoas dextra, VCS, aorta
Superior : caput pancreas
Inferior : lekukan jejunum
10
d) Duodenum pars Ascendens
Merupakan bagian terakhir dari duodenum yang bergerak naik
hingga pada flexura duodenujejunales yg merupakan batas
antara duodenum dan jejunum. Pada flexura duodenojejunales
ini terdapat ligamentum yang menggantung yang merupakan
lipatan peritoneum yang disebut dengan lig. Treitz (m.
suspensorium duodeni) dimana ligamentum ini juga merupakan
batas yang membagi saluran cerna menjadi saluran cerna atas
dan saluran cerna bawah. Duodenum bagian ini memiliki
skeletopi setinggi Vertebrae Lumbal I atau II. Duodenum bagian
ini memiliki syntopi :
Anterior : mesenterium, lekukan jejunum.
Posterior : pinggir kiri aorta , pinggir medial m. psoas
sinistra
Vaskularisasi duodenum baik arteri maupun vena nya
terbagi menjadi 2. Untuk duodenum pars superior hingga
duodenum pars descendens diatas papilla duodeni major (muara
ductus pancreticus major), divaskularisasi oleh R. superior a.
pancrearicoduodenalis cabang dari a. gastroduodenalis, cabang dr
a. hepatica communis, cabang dari triple hallery yang dicabangkan
dari aorta setinggi Vertebae Thoracal XII – Vertebrae Lumbal I.
dan aliran venanya langsung bermuara ke system portae.6
Sedangkan dibawah papilla duodeni major, duodenum
divaskularisasi oleh R. duodenalis a. mesenterica superior yg
dicabangkan dr aorta setinggi Vertebrae Lumbal I. Sedangkan aliran
vena nya bermuara ke v. mesenterica superior.6
Duodenum di innervasi oleh persarafan simpatis oleh truncus
sympaticus segmen thoracal VI-XII, sedangkan persarafan
parasimpatis nya oleh n. vagus (n. X)2
B. Jejunum: Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di
sebelah kiri atas intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan
11
peritoneum yang berbentuk kipas (mesentrium) memungkinkan
keluar masuknya arteri dan vena mesentrika superior,
pembuluh limfe, dan saraf ke ruang antara lapisan
peritoneum. Penampang jejunum lebih lebar, dindingnya lebih
tebal, dan banyak mengandung pembuluh darah.6
C. Ileum: ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas,
panjangnya ±4-5 m. Ileum merupakan usus halus yang terletak
di sebelah kanan bawah berhubungan dengan sekum dengan
perantaraan lubang orifisium ileosekalis yang diperkuat sfingter
dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang berfungsi
mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam
ileum.6
12
intestinum crassum. Selain itu, juga berfungsi untuk mencegah
terjadinya refluks fekalit maupun flora normal dalam intestinum
crassum kembali ke intestinum tenue, dan juga untuk mengatur
pengeluara zat sisa penyerapan nutrisi. Berikut adalah perbedaan
antara jejenum dan ileum : 4,6
4. Intestinum Carasum
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan
panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum
13
sampai kanalisani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada
usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat
anus diameternya semakin kecil. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke
luar adalah selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan
ikat. Ukurannya lebih besar daripada usus halus, mukosanya lebih
halus daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot
longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli
yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut
dengan haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup
antara usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka
untuk merespon gelombang peristaltik sehingga memungkinkan kimus
mengalir 15 ml masuk dan total aliran sebanyak 500 ml/hari. Bagian-
bagian usus besar terdiri dari : 3,6
A. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area
katup ileosekal apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan
apendiks yang melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform,
suatu tabung buntu yang sempit yang berisi jaringan limfoit,
menonjol dari ujung sekum.3
B. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum.
Kolon memiliki tiga bagian.
1) Kolon ascenden :merentang dari sekum sampai ke tepi
bawah hati di sebelah kanan dan membalik secara
horizontal pada fleksura hepatika.
2) Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di
bawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal
kiri, tempatnya memutar ke bawah fleksura splenik.
3) Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri
abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang
bermuara di rektum.
14
C. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan
panjang 12-13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka
ke eksterior di anus.3,4
15
upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan,
3) mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat
respirasi, 4) mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam
nasofaring dan laring, 5) kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga
mulut untuk mendorong bolus makanan ke arah lambung, 6) usaha untuk
membersihkan kembali esofagus. Proses menelan di mulut, faring, laring,
dan esofagus secara keseluruhan akan terlibat secara berkesinambungan 7
Menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap
orofaring berlangsung sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus
dari mulut melalui faring untuk masuk ke esofagus. Ketika masuk ke
faring, bolus makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah
untuk masuk ke lubang-lubang lain yang berhubungan dengan faring.
Dengan kata lain, makanan harus dijaga agar tidak masuk kembali ke
mulut, masuk ke saluran hidung, atau masuk ke trakea .3
Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar
makanan tidak masuk kembali ke mulut sewaktu menelan (Sherwood,
2009). Kontraksi m.levator palatini mengakibatkan rongga pada lekukan
dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding
posterior faring akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena
lidah terangkat ke atas. Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglosus yang
menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi
m.palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga
mulut 7. Uvula terangkat dan menekan bagian belakang tenggorokan,
menutup saluran hidung atau nasofaring dari faring sehingga makanan
tidak masuk ke hidung. 3
Makan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan
penutupan erat pita suara di pintu masuk laring atau glotis 3. Faring dan
laring bergerak ke arah atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.salfingofaring,
m.tirohioid dan m.palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis,
sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika
ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m.ariepiglotika
16
dan m.aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga pengentian
aliran udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan,
sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas.
Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena
valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaaan lurus. 7
Tahap esofagus dari proses menelan kini dimulai. Pusat menelan
memicu gelombang peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke
ujung esofagus, mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk
masuk ke lambung. Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar 5
sampai 9 detik untuk mencapai ujung bawah esofagus. Perambatan
gelombang dikontrol oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf
vagus. Sewaktu gelombang peristaltik menyapu menuruni esofagus,
sfingter gastroesofagus melemas secara refleks sehingga bolus dapat
masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke lambung, proses
menelan tuntas dan sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi
(Sherwood, 2009).3
17
oleh tunica submukosa, tunika muskularis dan, akhirnya, serosa tunika di
luar. Ini luar dua lapisan kontraksi esofagus sampai makanan mencapai
sfingter esofagus bagian bawah dan bisa masuk ke perut, tepat di bawah
jantung. Peran dari dua lapisan dalam adalah untuk melembabkan
makanan dan melindungi bagian luar dua lapisan.5
Dalam esophagus belum terjadi penyerapan nutrisi atau absorpsi,
namun hanya terjadi pemecahan molekul makanan dari amilum menjadi
glukosa.3
2. Gaster
Gaster merupakan organ yang berfungsi sebagai reservoar, alat
untuk mencerna makanan secara mekanik, dan kimiawi. Makanan yang
ditelan mengalami homogenisasi lebih lanjut oleh kontraksi otot dinding
gaster, dan secara kimiawi diolah oleh asam dan enzim yang disekresi oleh
mukosa lambung. Saat makanan sudah menjadi kental, sedikit demi sedikit
mendesak masuk ke dalam duodenum.3,5
Gaster memiliki fungsi motorik serta fungsi pencernaan dan
sekresi. Fungsi motorik meliputi fungsi menampung dan mencampur
makanan serta pengosongan lambung sedangkan fungsi pencernaan dan
sekresi meliputi pencernaan protein, sintesis dan pelepasan gastrin, sekresi
faktor intrinsic, sekresi mukus serta sekresi bikarbonat. Fungsi
penyimpanan gaster yaitu ketika makanan masuk ke dalam gaster,
makanan membentuk lingkaran konsentris makanan dibagian oral gaster,
makanan yang paling baru terletak paling dekat dengan dinding luar
gaster. Normalnya, bila makanan meregangkan gaster, “reflex vasocagal”
dari gaster ke batang otak dan kemudian kembali ke lambung akan
mengurangi tonus di dalam dinding otot korpus gaster sehingga dinding
menonjol keluar secara progresif, menampung jumlah makanan yang
makin lama makin banyak sampai suatu batas saat gaster berelaksasi
sempurna, yaitu 0,8 sampai 1,5 liter. Tekanan dalam gaster akan tetap
rendah sampai batas ini dicapai.4,5
18
Sekresi gaster dikendalikan oleh mekanisme neural dan humoral.
Komponen saraf adalah refleks otonom lokal yang melibatkan
neuronneuron kolinergik dan impuls-impuls dari susunan saraf pusat
melalui saraf vagus.3
Sekali dimulai, gelombang peristaltik menyebar melalui fundus
dan korpus ke antrum dan sfingter pilorus. Karena lapisan otot di fundus
dan korpus tipis maka kontraksi di bagian ini lemah. Ketika mencapai
antrum, gelombang kontraksi menjadi jauh lebih kuat karena otot di sini
lebih tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur berlangsung
lemah maka makanan yang disalurkan ke lambung dari esofagus disimpan
di bagian korpus yang relatif tenang tanpa mengalami pencampuran.
Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan tetapi hanya
mengandung kantung gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari
korpus ke antfum, tempat berlangsungnya pencampuran.
19
sekresi kelenjar lambung dan menguranginya menjadi cairan yang
encer yang disebut chyme. Beberapa mixing wave terjadi di fundus,
yang merupakan tempat penyimpanan utama. Makanan berada di
fundus selama satu jam atau lebih tanpa tercampur dengan getah
lambung. Selama ini berlangsung, pencernaan dengan air liur tetap
berlanjut.
Selama pencernaan berlangsung di perut, lebih banyak mixing
wave yang hebat dimulai dari tubuh dan makin intensif saat mencapai
pilorus. Pyloric spinchter hampir selalu ada tetapi tidak seluruhnya
tertutup. Saat makanan mencapai pilorus, setiap mixing wave
menekan sejumlah kecil kandungan lambung ke duodenum melalui
pyloric spinchter. Hampir semua makanan ditekan kembali ke perut.
Gelombang berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit
lagi menuju duodenum. Pergerakan ke depan atau belakang
(maju/mundur) dari kandungan lambung bertanggung jawab pada
hampir semua pencampuran yang terjadi di perut.
Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan
dengan sekresi lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap
gelombang peristaltik anrrum mendorong kimus maju menuju sfingter
pilorus. Kontraksi tonik sfingter pilorus normalnya menyebabkan
sfingter ini nyaris rerrurup. Lubang yang terbentuk cukup besar untuk
dilalui oleh air dan cairan lain tetapi terlalu kecil untuk kimus kental
kecuali jika kimus didorong oleh kontraksi peristaltik antrum yang
kuat. Bahkan demikianpun dari 30 ml kimus yang dapat ditampung
oleh antrum, biasanya hanya beberapa mililiter isi antrum yang
terdorong ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik. Sebelum
lebih banyak kimus yang rerperas keluar, gelombang peristaltik
mencapai sfingter pilorus dan menyebabkan sfingter ini berkontraksi
lebih kuat, menutup pintu keluar dan mencegah mengalirnya kimus
lebih lanjut ke duodenum. Massa kimus antrum yang sedang
terdorong maju tetapi tidak dapat masuk ke duodenum tertahan
20
mendadak di sfingter yang terturup dan memantul balik ke dalam
antrum, hanya untuk didorong kembali ke sfingter dan memantul balik
oleh gelombang peristaltik baru. Gerakan maju mundur ini
mencampur kimus secara merata di antrum.
Proses Kimiawi
Di lambung telah memulai pencernaan protein. Bagi orang
dewasa, pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin
memecah ikatan peptide antara asam amino yang membentuk protein.
Rantai protein yang terdiri dari asam amino dipecah menjadi fragmen
yang lebih kecil yang disebut peptide. Pepsin paling efektif di
lingkungan yang sangat asam di perut (pH=2) dan menjadi inakatif di
lingkungan yang basa. Pepsin disekresikan menjadi bentuk inakatif
yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di
sel-sel zymogenic yang memproduksinya.
21
Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin aktif sampai ia
melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan oleh sel
parietal. Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus basa,
khususnya setelah pepsin diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk
membentuk hambatan antara mukus dengan getah lambung.
22
Setelah makanan terproses didalam lambung, akan terjadi
pengosongan lambung. Pengosongan lambung terjadi bila adanya faktor
berikut ini :5,7
Adanya Impuls syaraf yang menyebabkan terjadinya distensi lambung
(penggelembungan).
Diproduksinya hormon gastrin pada saat makanan berada dalam
lambung. Saat makanan berada dalam lambung, setelah mencapai
kapasitas maksimum maka akan terjadi distensi lambung oleh impuls
saraf (nervus vagus). Disaat bersamaan, kehadiran makanan terutama
yang mengandung protein merangsang diproduksinya hormone gastrin.
Dengan dikeluarkannya hormone gastrin akan merangsang esophageal
sphincter bawah untuk berkontraksi, motilitas lambung meningkat, dan
pyloric sphincter berelaksasi. Efek dari serangkaian aktivitas tersebut
adalah pengosongan lambung. Lambung mengosongkan semua isinya
menuju ke duodenum dalam 2-6 jam setelah makanan tersebut dicerna
di dalam lambung. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat
menghabiskan waktu yang paling sedikit di dalam lambung atau dengan
kata lain lebih cepat dikosongkan menuju duodenum.
3. Intestinum tenue
Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan
penyerapan berlangsung. Tidak terjadi pencernaan lebih lanjut setelah isi
lumen mengalir melewati usus halus, dan tidak terjadi penyerapan nutrien
lebih lanjut, meskipun usus besar menyerap sejumlah kecil garam dan air.
Usus halus terletak bergelung di dalam rongga abdomen, terbentang antara
lambung dan usus besar. Usus halus dibagi menjadi tiga
segmenduodenum, jejunum, dan ileum.3
Segmentasi merupakan metode mortilitas utama usus halus
sewaktu pencernaan makanan, mencampur dan mendorong kimus secara
perlahan. Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos irkular yang
berulang dan berbentuk cincin di sepanjang usus halus; di antara segmen-
23
segmen yang berkontraksi terdapat daerah-daerah rileks yang mengandung
sedikit bolus kimus. Cincin kontraktil terbentuk setiap beberapa sentimeter
membagi usus halus menjadi segmen-segmen seperti rangkaian sosis.
Cincin kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus seperti halnya
gelombang peristaltik. Setelah suatu periode singkat, segmen-segmen yang
berkontraksi melemas, dan kontraksi berbentuk cincin ini muncul di
bagian-bagian yang sebelumnya melemas. Kontraksi baru mendorong
kimus di bagian yang semula rileks untuk bergerak ke kedua arah ke
bagian-bagian yang kini melemas di sampingnya. Karena itu, segmen yang
baru melemas menerima kimus dari kedua segmen yang berkontraksi tepat
di belakang dan depannya. Segera setelah itu, bagian-bagian yang
berkontraksi dan melemas kembali berSegmentasi. 4,5
Segmentasi terdiri dari kontraksi-kontraksi berbentuk cincin di
sepanjang usus halus. Dalam hitungan detik, segmen yang semula
berkontraksi melemas dan bagian yang semula melemas berkontraksi.
Kontraksi osilatif ini mencampur kimus dengan merata di dalam lumen
usus halus. Dengan cara ini, kimus dipotong, digiling, dan dicampur secara
merata.7
Kontraksi segmentasi dimulai oleh sel-sel pemacu usus halus, yang
menghasilkan irama listrik basal (BER) serupa dengan BER lambung yang
mengarur peristalsis di lambung. Jika BER usus halus membawa lapisan
otot polos sirkular ke ambang, maka terjadilah kontraksi segmentasi,
dengan frekuensi segmentasi mengikuti frekuensi BER.7
Tingkat kepekaan otot polos sirkular dan karenanya intensitas
kontraksi segmentasi dapat dipengaruhi oleh peregangan usus, oleh
hormon gastrin, dan oleh aktivitas saraf ekstrinsik. Semua faktor ini
mempengaruhi eksitabilitas sel otot polos usus halus dengan menggeser
potensial awal di sekitar mana BER berosilasi mendekati atau menjauhi
ambang. Segmentasi berkurang atau berhenti di antara waktu makan tetapi
menjadi kuat segera setelah makan. Saat makanan pertama masuk ke usus
halus, duodenum dan ileum mulai melakukan kontraksi segmentasi secara
24
bersamaan. Duodenum mulai melakukan segmentasi terutama sebagai
respons terhadap peregangan lokal yang ditimbulkan oleh keberadaan
kimus. Segmentasi ileum yang kosong, sebaliknya, ditimbulkan oleh
gastrin yang disekresikan sebagai respons terhadap keberadaan kimus di
lambung, suatu mekanisme yang dikenal sebagai reflels gastroileum. Saraf
eftstrinsik dapat memodifikasi kekuatan kontraksi ini. Stimulasi
parasimpatis meningkatkan segmentasi, sementara stinulasi simpatis
menekan aktiviras segmenrasi. 4,5
Pencampuran yang dilakukan oleh segmenrasi memiliki fungsi
rangkap yaitu mencampur kimus dengan getah pencernaan yang
disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memajankan semua kimus ke
permukaan absorptif mukosa usus halus. 3
25
menit di ileum terminal. Karena segmentasi terjadi lebih sering di bagian
atas usus halus daripada di bagian bawah, maka secara rerata, lebih banyak
kimus yang terdorong maju daripada yang terdorong mundur. Karenanya,
kimus secara perlahan bergerak dari bagian atas ke bagian bawah usus
halus, dengan terdorong maju-mundur selama perjalanannya agar terjadi
pencampuran yang merara dan penyerapan.4,7
Mekanisme propulsif yang lambat ini mengunrungkan karena
menyediakan cukup waktu bagi berlangsungnya proses pencernaan dan
penyerapan. Isi usus halus biasanya memerlukan 3 sampai 5 jam untuk
melintasi usus halus.5
Ketika sebagian besar makanan telah diserap, kontraksi segmentasi
berhenti dan diganti di antara waktu makan oleh migrating motility
complex, atau “pembantu rumah tangga usus”. Motilitas di antara waktu
makan ini berbentuk gelombang peristaltik lemah berulang yang bergerak
dalam jarak pendek ke hilir sebelum lenyap. Gelombang berawal di
lambung dan bermigrasi menelusuri usus; setiap gelombang peristaltik
baru dimulai di tempat yang sedikit lebih ke hilir di usus halus.
Gelombang peristaltik pendek ini memerlukan waktu sekitar 100 sampai
150 menit untuk akhirnya bermigrasi dari larnbung ke ujung usus halus,
dengan setiap kontral si menyapu maju sisa-sisa makanan sebelumnya plus
debris mukosa dan bakteri menuju kolon, seperti “pembantu rumah tangga
usus” yang baik. Setelah akhir usus halus tercapai. Siklus dimulai kembali
dan terus berulang sampai kedatangan makanan berikutnya.3,4
Migrating motiliryt complex diperkirakan diatur di antara waktu
makan oleh hormon motilin, yang disekresikan selama keadaan tidak
makan oleh sel-sel endokrin mukosa usus halus. Ketika makanan
berikutnya tiba, aktivitas segmental kembali dimulai dan migrating
motility complex terhenti. Pelepasan motilin dihambat oleh makan.5
Di pertemuan antara usus halus dan usus besar, bagian terakhir
ileum mengalirkan isinya ke dalam sekum. Dua faktor berperan dalam
kemampuan bagian ini berfungsi sebagai sawar antara usus halus dan usus
26
besar. Pertama, susunan anatomiknya sedemikian sehingga terbentuk
lipatan jaringan berbentuk katup menonjol dari ileum ke dalam lumen
sekum. Ketika isi ileum terdorong maju, katup ileosekum ini dengan
mudah terbuka, tetapi lipatan jaringan ini akan tertutup erar ketika isi
sekum berupaya mengalir balik. Kedua, otot polos di beberapa sentimeter
terakhir dinding ileum menebal, membentuk sfingter yang berada di
bawah kontrol saraf dan hormon. Sffngter ileosekum ini hampir selalu
berkonstriksi, paling tidak dengan kekuatan ringan. Tekanan di sisi sekum
sfingter menyebabkan otor ini berkontraksi lebih kuat; peregangan di sisi
ileum menyebabkan sfingter melemas, suatu reaksi yang diperantarai oleh
pleksus intrinsik di daerah ini. 3,4,7
27
tidak diabsorpsi dari makanan sebelumnya terdorong maju sewaktu
makanan baru masuk ke saluran cerna.4,5,7
Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim
pankreas, dengan pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu.
Akibat aktivitas enzim-enzim pankreas, lemak direduksi secara sempurna
menjadi unit-unit monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat
diserap, protein diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptida kecil dan
beberapa asam amino, dan karbohidrat diubah menjadi disakarida dan
beberapa monosakarida. Karena itu, pencernaan lemak telah selesai di
dalam lumen usus halus, tetapi pencernaan karbohidrat dan protein belum
tuntas.7
Di permukaan luminai sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-
tonjolan khusus seperti rambut, mikrovilus, yang membentuk brush
border. Membran piasma brush border mengandung tiga kategori enzim
yang melekatke membran’4,7
Enterokinase, yang mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen.
Disakaridase (maltase, sukrase, dan laktase), yang menuntaskan
pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa
(masing-masing maltosa, sukrosa, dan laktosa) menjadi monosakarida
konstituennya.
Aminopeptidase, yang menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil
menjadi komponen-komponen asam aminonya sehingga pencernaan
protein selesai.
Karena itu, pencernaan karbohidrat dan protein dituntaskan di brush
border.
28
Gambar 1.16 Proses pencernaan secara mekanik pada vili-vili usus
29
Selama proses penyerapan, bahan-bahan yang tercerna
masuk ke anyaman kapiler atau lakteal sentral. Agar dapat diserap,
bahan harus menembus sel epitel, berdifusi meialui cairan
interstisium di dalam inti jaringan ikat vilus, dan kemudian
menembus dinding pembuluh kapiler atau limfe.5
1) Duodenum
Pada duodenum pars superior secara histologi terdapat adanya
sel liberkeuhn yang berfungsi untuk memproduksi sejumlah basa.
Basa ini berfungsi untuk menaikkan Ph dari chymus yang masuk ke
duodenum dari gaster, sehinga permukaan duodenum tidak teriritasi
dengan adanya chymus yang asam tadi.5
Selain itu, pada duodenum terjadi proses pencernaan karbohidrat
secara enzymatic yang telah berbentuk disakarida. Dimana duodenum
terdapat muara dari ductus pancreaticus, dimana pada pancreas
diproduksi enzyme maltase, lactase dan sukrase. Dimana enzyme
maltase akan berfungsi untuk memecah 1 gugus gula maltose menjadi
2 gugus gula glukosa. Sedangkan lactase akan merubah 1 gugus gula
laktosa menjadi 1 gugus glukosa dan 1 gugus galaktosa. Sementara
itu, enzyme sukrase akan memecah 1 gugus sukrosa menjadi 1 gugus
fruktosa dan 1 gugus glukosa.3
30
Gambar 1.17 proses pencernaan karbonhidrat secara kimiawi
31
2) Jejenum Dan Ileum
Dilihat secara histologik, jejunum dan ileum memiliki vili
vhorialis. Dimana vili chorialis ini berfungsi untuk menyerap zat-zat
gizi hasil akhir dr proses pencernaan seperti glukosa, fruktosa,
galaktosa, peptide, asam lemak dan 2 asilgliserol.3
Gg
4. Intestinum Carasum
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada
bagian distalnya (rektum) dan tidak terdapat vili usus. Fungsi utama
usus besar adalah: 3,5
untuk absorpsi air
pembentukan massa feses
pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan
demikian banyak sel goblet.
Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus
limfatikus. Nodulus sering menyebar ke dalam dan menginvasi
submukosa. Pada bagian bebas kolon, lapisan serosa ditandai oleh
32
suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan adiposa –
appendices epiploidices (usus buntu). Pada daerah anus, membran
mukosa mempunyai sekelompok lipatan longitudinal, collum rectails
Morgagni. Sekitar 2 cm di atas lubang anus mukosa usus diganti
oleh epitel berlapis gepeng. Pada daerah ini, lamina propria
mengandung pleksus vena-vena besar yang bila melebar berlebihan dan
mengalami varikosa mengakibatkan hemoroid5
1) Sekum
Dalam usus besar juga terdapat sekum (usus buntu), yakni
bagian awal usus besar yang berbentuk kantong. Sekum juga berperan
dalam penyerapan nutrisi dan air walaupun tidak signifikan. Sekum
menempati 2 atau 3 inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal
mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan mencegah
terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus
halus.8
2) Kolon
Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorbsi air
elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon
33
sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang
sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi. Kolon
mengabsorbsisekitar 800ml air/hari. Pada umumnya usus besar
bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas adalah gerakan
pengadukan haustural. Kantong atau haustura meregang dan dariwaktu
ke waktu otot sirkular akan berkontraksi untuk mengosongkannya.
Gerakan ini tidak progresif tetapi menyebabkan isi usus bergerak
bolak-balik dan meremas-remas sehingga memberi cukup waktu untuk
terjadi absorbsi.5,7
Fungsi utama kolon adalah (1) absorbsi air dan elektrolit dari
kimus untuk membentuk feses yang padat dan (2) penimbunan bahan
feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon
berhubungan dengan absorbsi dan setengah distal kolon berhubungan
dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi tersebut gerakan kolon
sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus yang dibagi
menjadi gerakan mencampur dan mendorong.8
Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada
kolon, ± 2.5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan
lumen hampir tersumbat. Saat yang sama, otot longitudinal kolon
(taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi menyebabkan
bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap
haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu ±30 detik, kemudian
menghilang 60 detik berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum
dan kolon asendens sehingga sedikit isi hasil dari dorongan kedepan.
Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan
dicampur sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan dengan
permukaan mukosa usus besar, dancairan serta zat terlarut secara
progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan
tiap hari.7,8
34
Gambar 1.21 Volume penyerapan usus besar dan volume tinja per hari
35
Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum
mencapai 18mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani
internus dan eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari
refleks defekasi adalah refleks intrinsic (diperantarai sistem saraf
enteric dalam dinding rectum).3
Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum
menimbulkan sinyal aferen menyebar melalui pleksus mienterikus
untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam kolon descendens,
sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang
peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal
penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam
keadaan sadar berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi.
Jadi sfingter melemas sewaktu rectum teregang.3,8
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus
tercapai, defekasi volunter dapat dicapai dengan secara volunter
melemaskan sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot abdomen
(mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan suatu reflex spinal
yang dengansadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter
eksternus tetap berkontraksi ataumelemaskan sfingter dan
megontraksikan otot abdomen. Sebenarnya stimulus dari pleksus
mienterikus masih lemah sebagai relfeks defekasi, sehingga diperlukan
refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen sacral medulla
spinalis).8
Bila ujung saraf dalam rectum terangsang, sinyal akan
dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali ke
kolon descendens, sigmoid, rectum, dan anus melalui serabut
parasimpatis n. Pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat
gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter ani internus. Sehingga
mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi proses defekasi yang kuat
Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain,
seperti mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot
36
dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turunke bawah dan
saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar
cincin anus mengeluarkan feses.3,8
37
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Saluran cerna, yang berjalan di bagian tengah tubuh, mencakup organ-
organ berikut: mulur, faring (tenggorokan); esofagus; lambung; usus halus
(terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum); usus besar (sekum, apendiks,
kolon, dan rektum); dan anus.
Dalam esophagus belum terjadi penyerapan nutrisi atau adsorpsi,
namun hanya terjadi pemecahan molekul makanan dari amilum menjadi
glukosa.
Gaster memiliki fungsi motorik serta fungsi pencernaan dan sekresi.
Fungsi motorik meliputi fungsi menampung dan mencampur makanan serta
pengosongan lambung sedangkan fungsi pencernaan dan sekresi meliputi
pencernaan protein, sintesis dan pelepasan gastrin, sekresi faktor intrinsic,
sekresi mukus serta sekresi bikarbonat.
Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan
berlangsung. Tidak terjadi pencernaan lebih lanjut setelah isi lumen mengalir
melewati usus halus, dan tidak terjadi penyerapan nutrien lebih lanjut,
meskipun usus besar menyerap sejumlah kecil garam dan air.
38
DAFTAR PUSTAKA
39