Sunteți pe pagina 1din 39

REFERAT Juni 2019

“ FISIOLOGIS SALURAN PENCERNAAN”

Oleh :

Nama : Fadila
Stambuk : N 111 16 020
Pembimbing : dr. Alfreth Langitan, Sp.B, FINACS. FICS

DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU

1
BAB I

PENDAHULUAN

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan


elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh.
Makanan yang ditelan merupakan sumber energi atau bahan bakar yang esensial.
Bahan bakar tersebut digunakan oleh sel untuk menghasilkan ATP untuk
melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi, misalnya transpor
aktif, kontraksi, sintesis, dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan
baku untuk memperbarui dan menambah jaringan tubuh. 1

Sistem pencernaan terdiri dari saluran cerna (atau traktus digestiuus) plus
organ pencernaan tambahan termasuk [kelenjar liur, pankreas eksokrin, dan sistem
empedu, yang terdiri dari hati dan kandung empedu. Organ-organ eksokrin ini
terletak di luar saluran cerna dan mengalirkan sekresinya melalui duktus ke dalam
lumen saluran cerna.2

Saluran cerna pada hakikatnya adalah suatu tabung/ selang dengan


panjang sekitar 4,5 m (15 kaki) dalam keadaan berkontraksi normal'. Saluran
cerna, yang berjalan di bagian tengah tubuh, mencakup organ-organ berikut:
mulur, faring (tenggorokan); esofagus; lambung; usus halus (terdiri dari
duodenum, jejunum, dan ileum); usus besar (sekum, apendiks, kolon, dan
rektum); dan anus. Meskipun organ-organ ini bersambungan satu sama lain
namun dianggap sebagai enriras terpisah karena modifikasi regional, yang
memungkinkan organ-organ tersebut melaksanakan aktivitas pencernaan
spesifik.2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sistem Pencernaan

1. Esofagus
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke
lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui
tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu
leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan
kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni
berada di mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan
bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping
kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk
ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di
kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm.2
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus
superior ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm,
ke v.pulmonalis inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang
lebih 40-45cm. Pada anak, panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8
dan 10 cm dan ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun.6

3
Gambar 1.1 Anatomi Esofagus

Bagian servikal:6
 Panjang 5-6 cm, setinggi vertebra cervicalis VI sampai
vertebrathoracalis I
 Anterior melekat dengan trachea
 Anterolateral tertutup oleh kelenjar tiroid
 Sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus
 Posterior berbatasan dengan hipofaring
 Pada bagian lateral ada carotid sheath beserta isinya

Bagian torakal:2,6
 Panjang 16-18 cm, setinggi vertebra torakalis II-IX
 Berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebralis
 Dalam rongga toraks disilang oleh arcus aorta setinggi
vertebratorakalis IV dan bronkus utama sinistra setinggi vertebra
torakalisV
 Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis

4
 Pada bagian distal antara dinding posterior esofagus dan ventralcorpus
vertebralis terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan vena
intercostalis
Bagian abdominal:6
 Terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1 - 1,5 cm, setinggi
vertebratorakalis X sampai vertebra lumbalis III
 Terdapat pars abdominalis sepanjang 2 - 3 cm, bergabung dengan
cardia gaster disebut gastroesophageal junction
Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering
menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama
adalah disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan
antara serat otot striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif
melemah. Daerah penyempitan kedua disebabkan oleh persilangan
cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta. Penyempitan yang ketiga
disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal1,2
Esophagus bagian 1/3 proximal (oral) divaskularisasi oleh a.
thyroidea inferior, esophagus bagian 1/3 medial divaskularisasi oleh
cabang dari aorta descendens dan esophagus bagian 1/3 distal (anal)
divaskularisasi oleh Rr. Oesophageales A. gastric sinistra. Esophagus
diinervasi persarafan simpatis oleh truncus sympaticus dan persarafan
parasimpatis oleh N. Vagus (N. X)2,6

2. Gaster
Gaster merupakan bagian dari traktus gastrointestinal pertama yang
berada di intra abdominal, terletak di antara esophagus dan duodenum.
Terletak pada daerah epigastrium dan meluas ke hipokhondrium kiri,
berbentuk melengkung seperti huruf “J” dengan mempunyai paries
anterior (superior) dan paries posterior (inferior). Seluruh organ lambung
terdapat di dalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum.1
Gaster terbagi atas 5 daerah secara anatomik, yaitu : pars cardiaca,
bagian gaster yang berhubungan dengan esofagus dimana didalamnya

5
terdapat ostium cardiacum. Fundus gaster, bagian yang berbentuk seperti
kubah yang berlokasi pada bagian kiri dari kardia dan meluas ke superior
melebihi tinggi pada bagian gastroesofageal junction Korpus gaster,
merupakan 2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus sampai
ke bagian paling bawah yang melengkung ke kanan membentuk huruf „J‟.
Pars pilori, terdiri dari dua bangunan yaitu anthrum pyloricum dan
pylorus. Didalam antrum pyloricum terdapat canalis pyloricus dan didalam
pylorus terdapat ostium pyloricum yang dikelilingi M. sphincter pyloricus.
Dari luar M. sphincter pylorus ini ditandai adanya V. prepylorica
(Mayo)2,6

Gambar 1.2 anatomi Gaster

Perdarahan lambung berasal dari arteri gastrica sinistra yang


berasal dari truncus coeliacus, arteri gastric dekstra yang dilepaskan dari
arteri hepatica, arteri gastroepiploica cabang dari arteri gastricaduodenalis,
arteri gastroepiploica cabang dari arteri gastricaduodenalis, arteri gastro-
omentalis yang berasal dari arteri splenica, dan arteri gastrica breves
berasal dari distal arteri splenica.6
Vena-vena lambung mengikuti arteri-arteri yang sesuai dalam hal
letak dan lintasan. Vena gastrica dekstra dan vena-vena gastrica sinistra
mencurahkan isinya ke dalam vena porta hepatis, dan vena gastrica breves

6
dan vena gastro-omentalis membawa isinya ke vena splenica yang bersatu
dengan vena mesentrika superior untuk membentuk vena porta hepatis.
Vena gastro-omentalis dekstra bermuara dalam vena mesentrica
superior.2,6

Gambar 1.3 sistem perdarahan Gaster

Pembuluh limfe lambung mengikuti arteri sepanjang curvatura


mayor dan curvatura gastric minor. Pembuluh-pembuluh ini menyalurkan
limfe dari permukaan ventral dan permukaan dorsal lambung kedua
curvatura tersebut utuk dicurahkan ke dalam nodi lymphoidei
gastroepiploici yang tersebar ditempat tersebut. Pembuluh eferen dari
kelenjar limfe ini mengikuti arteri besar ke nodi lymphoidei coeliaci.6
Persarafan lambung parasimpatis berasal dari truncus vagalis
anterior dan truncus vagalis posterior serta cabangnya. Persarapan simpatis
berasal dari segmen medula spinalis T6-T9 melalui plexus coeliacus dan
disebarkan melalui plexus sekeliling arteria gastrica dan arteria gastro-
omentalis.2,6

3. Intestinum Tenue
Intestinum tenue merupakan organ pencernaan yg sering juga
disebut sebag small intestine atau usus kecil/ usus halus. Intestinum tenue

7
menghubungkan gaster hingga valvulla ileocaecal (bauhini) yang
merupakan batas antara intestinum tenue dengan intestinum crassum.
Seluruh organ yg termasuk dalam intestinum tenue juga merupakan organ-
organ intraperitoneal3,6
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup
panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat
relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi
semakin ke bawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi
sekitar 2,5 cm.3,6

Gambar 1.4 Anatomi Intestinum Tenue

Struktur usus halus terdiri dari bagian-bagian berikut ini:4,6

A. Duodenum: bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada


lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum
merupakan tempat bermuaranya saluran empedu (duktus
koledokus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus), tempat
ini dinamakan papilla vateri. Dinding duodenum mempunyai

8
lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar brunner
untuk memproduksi getah intestinum. Panjang duodenum
sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai jejunum.

Gambar 1.5 Anatomi Duodenum

Duodenum atau juga disebut dengan usus 12 jari merupakan


usus yg berbentuk seperti huruf C yg menghubungkan antara gaster
dengan jejunum. Duodenum melengkung di sekitar caput pancreas.
Duodenum merupakan bagian terminal/ muara dari system
apparatus biliaris dari hepar maupun dari pancreas. Selain itu
duodenum jg merupakan batas akhir dr saluran cerna atas. Dimana
saluran cerna dipisahkan menjadi saluran cerna atas dan bawah oleh
adanya lig. Treitz (m. suspensorium duodeni) yang terletak pada
flexura duodenojejunales yang merupakan batas antara duodenum
dan jejunum. Di dalam lumen duodenum terdapat lekukan-lekukan
kecil yg disebut dengan plica sircularis. Duodenum terletak di
cavum abdomen pad regio epigastrium dan umbilikalis.. Duodenum
terdiri atas beberapa bagian :4,6
a) Duodenum pars Superior
Bagian ini bermula dr pylorus dan berjalan ke sisi kanan
vertebrae lumbal I dan terletak di linea transylorica. Bagian ini
terletak setinggi Vertebrae Lumbal I, dan memiliki syntopi :
 Anterior : lobus quadratus hepatis, vesica fellea

9
 Posterior : bursa omentalis, a. gastroduodenalis, ductus
choledocus, v. portae hepatis dan V. cava inferior
 Superior : foramen epiploica winslow
 Inferior : caput pancreas
b) Duodenum pars Descendens
Merupakan bagian dr duodenum yang berjalan turun setinggi
Vertebrae Lumbal II – III. Pada duodenum bagian ini terdapat
papilla duondeni major dan minor, yang merupakan muara dr
ductus pancreaticus major dan ductus choledocus, juga oleh
ductus pancreaticus minor yang merupakan organ apparatus
biliaris bagian dari organ-organ system enterohepatic.
Duodenum bagian ini memiliki syntopi :
 Anterior : fundus vesica fellea, colon transversum, lobus
hepatis dextra, lekukan usus halus.
 Posterior : ureter dextra, hilus renalis dextra
 Medial : caput pancreas
 Lateral : colon ascendens, flexura coli dextra, lobus hepatis
dextra
c) Duodenum pars Horizontal
Merupakan bagian dari duodenum yang berjalan horizontal ke
sinistra mengikuti pinggir bawah caput pancreas dan memiliki
skeletopi setinggi Vertebrae Lumbal II. Duodenum bagian ini
memiliki syntopi :
 Anterior : mesenterium usus halus, vasa. Mesenterica
superior, lekukan jejunum
 Posterior : ureter dextra, m. psoas dextra, VCS, aorta
 Superior : caput pancreas
 Inferior : lekukan jejunum

10
d) Duodenum pars Ascendens
Merupakan bagian terakhir dari duodenum yang bergerak naik
hingga pada flexura duodenujejunales yg merupakan batas
antara duodenum dan jejunum. Pada flexura duodenojejunales
ini terdapat ligamentum yang menggantung yang merupakan
lipatan peritoneum yang disebut dengan lig. Treitz (m.
suspensorium duodeni) dimana ligamentum ini juga merupakan
batas yang membagi saluran cerna menjadi saluran cerna atas
dan saluran cerna bawah. Duodenum bagian ini memiliki
skeletopi setinggi Vertebrae Lumbal I atau II. Duodenum bagian
ini memiliki syntopi :
 Anterior : mesenterium, lekukan jejunum.
 Posterior : pinggir kiri aorta , pinggir medial m. psoas
sinistra
Vaskularisasi duodenum baik arteri maupun vena nya
terbagi menjadi 2. Untuk duodenum pars superior hingga
duodenum pars descendens diatas papilla duodeni major (muara
ductus pancreticus major), divaskularisasi oleh R. superior a.
pancrearicoduodenalis cabang dari a. gastroduodenalis, cabang dr
a. hepatica communis, cabang dari triple hallery yang dicabangkan
dari aorta setinggi Vertebae Thoracal XII – Vertebrae Lumbal I.
dan aliran venanya langsung bermuara ke system portae.6
Sedangkan dibawah papilla duodeni major, duodenum
divaskularisasi oleh R. duodenalis a. mesenterica superior yg
dicabangkan dr aorta setinggi Vertebrae Lumbal I. Sedangkan aliran
vena nya bermuara ke v. mesenterica superior.6
Duodenum di innervasi oleh persarafan simpatis oleh truncus
sympaticus segmen thoracal VI-XII, sedangkan persarafan
parasimpatis nya oleh n. vagus (n. X)2
B. Jejunum: Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di
sebelah kiri atas intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan

11
peritoneum yang berbentuk kipas (mesentrium) memungkinkan
keluar masuknya arteri dan vena mesentrika superior,
pembuluh limfe, dan saraf ke ruang antara lapisan
peritoneum. Penampang jejunum lebih lebar, dindingnya lebih
tebal, dan banyak mengandung pembuluh darah.6
C. Ileum: ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas,
panjangnya ±4-5 m. Ileum merupakan usus halus yang terletak
di sebelah kanan bawah berhubungan dengan sekum dengan
perantaraan lubang orifisium ileosekalis yang diperkuat sfingter
dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang berfungsi
mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam
ileum.6

Gambar 1.7 Perbedaan jejenum dan ileum

Jejunum dan ileum juga sering disebut dengan usus halus/


usus penyerapan membentang dari flexura duodenojejunales sampai
ke juncture ileocacaecalis. Jejunum dan ileum ini sama-sama
merupakan organ intraperitoneal. Jejunum dan ileum memiliki
penggantung yang disebut sebagai mesenterium yang memiliki
proyeksi ke dinding posterior abdomen dan disebut dengan radix
mesenterii. Pada bagian akhir dari ileum akan terdapat sebuah katup
yang disebut dengan valvulla ileocaecal (valvulla bauhini) yang
merupakan suatu batas pemisahkan antara intestinum tenue dengan

12
intestinum crassum. Selain itu, juga berfungsi untuk mencegah
terjadinya refluks fekalit maupun flora normal dalam intestinum
crassum kembali ke intestinum tenue, dan juga untuk mengatur
pengeluara zat sisa penyerapan nutrisi. Berikut adalah perbedaan
antara jejenum dan ileum : 4,6

Jejunum divaskularisasi oleh vasa. Jejunales dan ileum


divaskularisasi oleh vasa ileales. Dimana a. jejunales dan a. ileales
sama2 merupakan cabang dr a. mesenterica superior yg dicabangkn
dr aorta setinggi Vertebrae Lumbal I. Sedangkan v. jejunales dan v.
ileales juga sama-sama bermuara ke v. mesenterica superior.
Jejunum dan ileum memiliki innervasi yang sama yaitu
parasimpatis oleh n. vagus dan simpatis oleh plexus mesenterica
superior dr medulla spinalis segmen thoracal VI – XII.3,6

4. Intestinum Carasum
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan
panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum

13
sampai kanalisani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada
usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat
anus diameternya semakin kecil. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke
luar adalah selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan
ikat. Ukurannya lebih besar daripada usus halus, mukosanya lebih
halus daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot
longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli
yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut
dengan haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup
antara usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka
untuk merespon gelombang peristaltik sehingga memungkinkan kimus
mengalir 15 ml masuk dan total aliran sebanyak 500 ml/hari. Bagian-
bagian usus besar terdiri dari : 3,6
A. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area
katup ileosekal apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan
apendiks yang melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform,
suatu tabung buntu yang sempit yang berisi jaringan limfoit,
menonjol dari ujung sekum.3
B. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum.
Kolon memiliki tiga bagian.
1) Kolon ascenden :merentang dari sekum sampai ke tepi
bawah hati di sebelah kanan dan membalik secara
horizontal pada fleksura hepatika.
2) Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di
bawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal
kiri, tempatnya memutar ke bawah fleksura splenik.
3) Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri
abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang
bermuara di rektum.

14
C. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan
panjang 12-13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka
ke eksterior di anus.3,4

Gambar 1.8 Anatomi intestinum Carasum

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan


kanan berdasarkan pada suplaidarah yang diterima. Arteria
mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum,
kolonasendens, dan 2/3 proksimal kolon transversum) dan arteria
mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (1/3 distal kolon
transversum, kolon desendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal
rektum). Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom
dengan perkecualian sfingter eksterna yang berada dalam
pengendalian voluntar.6

2.2 Fisiologi Sistem Pencernaan


1. Esofagus
Dalam proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut, 1)
pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik, 2)

15
upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan,
3) mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat
respirasi, 4) mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam
nasofaring dan laring, 5) kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga
mulut untuk mendorong bolus makanan ke arah lambung, 6) usaha untuk
membersihkan kembali esofagus. Proses menelan di mulut, faring, laring,
dan esofagus secara keseluruhan akan terlibat secara berkesinambungan 7
Menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap
orofaring berlangsung sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus
dari mulut melalui faring untuk masuk ke esofagus. Ketika masuk ke
faring, bolus makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah
untuk masuk ke lubang-lubang lain yang berhubungan dengan faring.
Dengan kata lain, makanan harus dijaga agar tidak masuk kembali ke
mulut, masuk ke saluran hidung, atau masuk ke trakea .3
Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar
makanan tidak masuk kembali ke mulut sewaktu menelan (Sherwood,
2009). Kontraksi m.levator palatini mengakibatkan rongga pada lekukan
dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding
posterior faring akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena
lidah terangkat ke atas. Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglosus yang
menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi
m.palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga
mulut 7. Uvula terangkat dan menekan bagian belakang tenggorokan,
menutup saluran hidung atau nasofaring dari faring sehingga makanan
tidak masuk ke hidung. 3
Makan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan
penutupan erat pita suara di pintu masuk laring atau glotis 3. Faring dan
laring bergerak ke arah atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.salfingofaring,
m.tirohioid dan m.palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis,
sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika
ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m.ariepiglotika

16
dan m.aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga pengentian
aliran udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan,
sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas.
Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena
valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaaan lurus. 7
Tahap esofagus dari proses menelan kini dimulai. Pusat menelan
memicu gelombang peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke
ujung esofagus, mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk
masuk ke lambung. Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar 5
sampai 9 detik untuk mencapai ujung bawah esofagus. Perambatan
gelombang dikontrol oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf
vagus. Sewaktu gelombang peristaltik menyapu menuruni esofagus,
sfingter gastroesofagus melemas secara refleks sehingga bolus dapat
masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke lambung, proses
menelan tuntas dan sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi
(Sherwood, 2009).3

Gambar 1.9 Proses di esofagus

Ketika makanan bergerak menuruni sekitar 8 inci (sekitar 0,2


meter) esofagus, itu diisi oleh empat kontraksi lapisan jaringan yang
dilapisi dengan lendir. Lapisan terdalam disebut tunica mukosa, diikuti

17
oleh tunica submukosa, tunika muskularis dan, akhirnya, serosa tunika di
luar. Ini luar dua lapisan kontraksi esofagus sampai makanan mencapai
sfingter esofagus bagian bawah dan bisa masuk ke perut, tepat di bawah
jantung. Peran dari dua lapisan dalam adalah untuk melembabkan
makanan dan melindungi bagian luar dua lapisan.5
Dalam esophagus belum terjadi penyerapan nutrisi atau absorpsi,
namun hanya terjadi pemecahan molekul makanan dari amilum menjadi
glukosa.3

2. Gaster
Gaster merupakan organ yang berfungsi sebagai reservoar, alat
untuk mencerna makanan secara mekanik, dan kimiawi. Makanan yang
ditelan mengalami homogenisasi lebih lanjut oleh kontraksi otot dinding
gaster, dan secara kimiawi diolah oleh asam dan enzim yang disekresi oleh
mukosa lambung. Saat makanan sudah menjadi kental, sedikit demi sedikit
mendesak masuk ke dalam duodenum.3,5
Gaster memiliki fungsi motorik serta fungsi pencernaan dan
sekresi. Fungsi motorik meliputi fungsi menampung dan mencampur
makanan serta pengosongan lambung sedangkan fungsi pencernaan dan
sekresi meliputi pencernaan protein, sintesis dan pelepasan gastrin, sekresi
faktor intrinsic, sekresi mukus serta sekresi bikarbonat. Fungsi
penyimpanan gaster yaitu ketika makanan masuk ke dalam gaster,
makanan membentuk lingkaran konsentris makanan dibagian oral gaster,
makanan yang paling baru terletak paling dekat dengan dinding luar
gaster. Normalnya, bila makanan meregangkan gaster, “reflex vasocagal”
dari gaster ke batang otak dan kemudian kembali ke lambung akan
mengurangi tonus di dalam dinding otot korpus gaster sehingga dinding
menonjol keluar secara progresif, menampung jumlah makanan yang
makin lama makin banyak sampai suatu batas saat gaster berelaksasi
sempurna, yaitu 0,8 sampai 1,5 liter. Tekanan dalam gaster akan tetap
rendah sampai batas ini dicapai.4,5

18
Sekresi gaster dikendalikan oleh mekanisme neural dan humoral.
Komponen saraf adalah refleks otonom lokal yang melibatkan
neuronneuron kolinergik dan impuls-impuls dari susunan saraf pusat
melalui saraf vagus.3
Sekali dimulai, gelombang peristaltik menyebar melalui fundus
dan korpus ke antrum dan sfingter pilorus. Karena lapisan otot di fundus
dan korpus tipis maka kontraksi di bagian ini lemah. Ketika mencapai
antrum, gelombang kontraksi menjadi jauh lebih kuat karena otot di sini
lebih tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur berlangsung
lemah maka makanan yang disalurkan ke lambung dari esofagus disimpan
di bagian korpus yang relatif tenang tanpa mengalami pencampuran.
Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan tetapi hanya
mengandung kantung gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari
korpus ke antfum, tempat berlangsungnya pencampuran.

Gambar 1.10 Proses pencernaan lambung

Proses pencernaan lambung terbagi atas :4,5


 Proses Mekanik
Beberapa menit setelah makanan memasuki perut, gerakan
peristaltik yang lembut dan berriak yang disebut gelombang
pencampuran (mixing wave) terjadi di perut setiap 15-25 detik.
Gelombang ini merendam makanan dan mencampurnya dengan hasil

19
sekresi kelenjar lambung dan menguranginya menjadi cairan yang
encer yang disebut chyme. Beberapa mixing wave terjadi di fundus,
yang merupakan tempat penyimpanan utama. Makanan berada di
fundus selama satu jam atau lebih tanpa tercampur dengan getah
lambung. Selama ini berlangsung, pencernaan dengan air liur tetap
berlanjut.
Selama pencernaan berlangsung di perut, lebih banyak mixing
wave yang hebat dimulai dari tubuh dan makin intensif saat mencapai
pilorus. Pyloric spinchter hampir selalu ada tetapi tidak seluruhnya
tertutup. Saat makanan mencapai pilorus, setiap mixing wave
menekan sejumlah kecil kandungan lambung ke duodenum melalui
pyloric spinchter. Hampir semua makanan ditekan kembali ke perut.
Gelombang berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit
lagi menuju duodenum. Pergerakan ke depan atau belakang
(maju/mundur) dari kandungan lambung bertanggung jawab pada
hampir semua pencampuran yang terjadi di perut.
Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan
dengan sekresi lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap
gelombang peristaltik anrrum mendorong kimus maju menuju sfingter
pilorus. Kontraksi tonik sfingter pilorus normalnya menyebabkan
sfingter ini nyaris rerrurup. Lubang yang terbentuk cukup besar untuk
dilalui oleh air dan cairan lain tetapi terlalu kecil untuk kimus kental
kecuali jika kimus didorong oleh kontraksi peristaltik antrum yang
kuat. Bahkan demikianpun dari 30 ml kimus yang dapat ditampung
oleh antrum, biasanya hanya beberapa mililiter isi antrum yang
terdorong ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik. Sebelum
lebih banyak kimus yang rerperas keluar, gelombang peristaltik
mencapai sfingter pilorus dan menyebabkan sfingter ini berkontraksi
lebih kuat, menutup pintu keluar dan mencegah mengalirnya kimus
lebih lanjut ke duodenum. Massa kimus antrum yang sedang
terdorong maju tetapi tidak dapat masuk ke duodenum tertahan

20
mendadak di sfingter yang terturup dan memantul balik ke dalam
antrum, hanya untuk didorong kembali ke sfingter dan memantul balik
oleh gelombang peristaltik baru. Gerakan maju mundur ini
mencampur kimus secara merata di antrum.

Gambar 1.11 Proses Mekanik pencampuran dan pengosongan


Lambung

 Proses Kimiawi
Di lambung telah memulai pencernaan protein. Bagi orang
dewasa, pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin
memecah ikatan peptide antara asam amino yang membentuk protein.
Rantai protein yang terdiri dari asam amino dipecah menjadi fragmen
yang lebih kecil yang disebut peptide. Pepsin paling efektif di
lingkungan yang sangat asam di perut (pH=2) dan menjadi inakatif di
lingkungan yang basa. Pepsin disekresikan menjadi bentuk inakatif
yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di
sel-sel zymogenic yang memproduksinya.

21
Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin aktif sampai ia
melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan oleh sel
parietal. Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus basa,
khususnya setelah pepsin diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk
membentuk hambatan antara mukus dengan getah lambung.

Gambar 1.12 Proses pencernaan pepsinogen secara kimiawi

Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase


lambung memecah trigliserida rantai pendek menjadi molekul lemak
yang ditemukan dalam susu. Enzim ini beroperasi dengan baik pada
pH 5-6 dan memiliki peranan terbatas pada lambung orang dewasa.
Orang dewasa sangat bergantung pada enzim yang disekresikan oleh
pankreas (lipase pankreas) ke dalam usus halus untuk mencerna
lemak.
Lambung juga mensekresikan renin yang penting dalam
mencerna susu. Renin dan Ca bereaksi pada susu untuk memproduksi
curd. Penggumpalan mencegah terlalu seringnya lewatnya susu dari
lambung menuju ke duodenum (bagian pertama dari usus halus).
Rennin tidak terdapat pada sekresi lambung pada orang dewasa.

22
Setelah makanan terproses didalam lambung, akan terjadi
pengosongan lambung. Pengosongan lambung terjadi bila adanya faktor
berikut ini :5,7
 Adanya Impuls syaraf yang menyebabkan terjadinya distensi lambung
(penggelembungan).
 Diproduksinya hormon gastrin pada saat makanan berada dalam
lambung. Saat makanan berada dalam lambung, setelah mencapai
kapasitas maksimum maka akan terjadi distensi lambung oleh impuls
saraf (nervus vagus). Disaat bersamaan, kehadiran makanan terutama
yang mengandung protein merangsang diproduksinya hormone gastrin.
Dengan dikeluarkannya hormone gastrin akan merangsang esophageal
sphincter bawah untuk berkontraksi, motilitas lambung meningkat, dan
pyloric sphincter berelaksasi. Efek dari serangkaian aktivitas tersebut
adalah pengosongan lambung. Lambung mengosongkan semua isinya
menuju ke duodenum dalam 2-6 jam setelah makanan tersebut dicerna
di dalam lambung. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat
menghabiskan waktu yang paling sedikit di dalam lambung atau dengan
kata lain lebih cepat dikosongkan menuju duodenum.

3. Intestinum tenue
Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan
penyerapan berlangsung. Tidak terjadi pencernaan lebih lanjut setelah isi
lumen mengalir melewati usus halus, dan tidak terjadi penyerapan nutrien
lebih lanjut, meskipun usus besar menyerap sejumlah kecil garam dan air.
Usus halus terletak bergelung di dalam rongga abdomen, terbentang antara
lambung dan usus besar. Usus halus dibagi menjadi tiga
segmenduodenum, jejunum, dan ileum.3
Segmentasi merupakan metode mortilitas utama usus halus
sewaktu pencernaan makanan, mencampur dan mendorong kimus secara
perlahan. Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos irkular yang
berulang dan berbentuk cincin di sepanjang usus halus; di antara segmen-

23
segmen yang berkontraksi terdapat daerah-daerah rileks yang mengandung
sedikit bolus kimus. Cincin kontraktil terbentuk setiap beberapa sentimeter
membagi usus halus menjadi segmen-segmen seperti rangkaian sosis.
Cincin kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus seperti halnya
gelombang peristaltik. Setelah suatu periode singkat, segmen-segmen yang
berkontraksi melemas, dan kontraksi berbentuk cincin ini muncul di
bagian-bagian yang sebelumnya melemas. Kontraksi baru mendorong
kimus di bagian yang semula rileks untuk bergerak ke kedua arah ke
bagian-bagian yang kini melemas di sampingnya. Karena itu, segmen yang
baru melemas menerima kimus dari kedua segmen yang berkontraksi tepat
di belakang dan depannya. Segera setelah itu, bagian-bagian yang
berkontraksi dan melemas kembali berSegmentasi. 4,5
Segmentasi terdiri dari kontraksi-kontraksi berbentuk cincin di
sepanjang usus halus. Dalam hitungan detik, segmen yang semula
berkontraksi melemas dan bagian yang semula melemas berkontraksi.
Kontraksi osilatif ini mencampur kimus dengan merata di dalam lumen
usus halus. Dengan cara ini, kimus dipotong, digiling, dan dicampur secara
merata.7
Kontraksi segmentasi dimulai oleh sel-sel pemacu usus halus, yang
menghasilkan irama listrik basal (BER) serupa dengan BER lambung yang
mengarur peristalsis di lambung. Jika BER usus halus membawa lapisan
otot polos sirkular ke ambang, maka terjadilah kontraksi segmentasi,
dengan frekuensi segmentasi mengikuti frekuensi BER.7
Tingkat kepekaan otot polos sirkular dan karenanya intensitas
kontraksi segmentasi dapat dipengaruhi oleh peregangan usus, oleh
hormon gastrin, dan oleh aktivitas saraf ekstrinsik. Semua faktor ini
mempengaruhi eksitabilitas sel otot polos usus halus dengan menggeser
potensial awal di sekitar mana BER berosilasi mendekati atau menjauhi
ambang. Segmentasi berkurang atau berhenti di antara waktu makan tetapi
menjadi kuat segera setelah makan. Saat makanan pertama masuk ke usus
halus, duodenum dan ileum mulai melakukan kontraksi segmentasi secara

24
bersamaan. Duodenum mulai melakukan segmentasi terutama sebagai
respons terhadap peregangan lokal yang ditimbulkan oleh keberadaan
kimus. Segmentasi ileum yang kosong, sebaliknya, ditimbulkan oleh
gastrin yang disekresikan sebagai respons terhadap keberadaan kimus di
lambung, suatu mekanisme yang dikenal sebagai reflels gastroileum. Saraf
eftstrinsik dapat memodifikasi kekuatan kontraksi ini. Stimulasi
parasimpatis meningkatkan segmentasi, sementara stinulasi simpatis
menekan aktiviras segmenrasi. 4,5
Pencampuran yang dilakukan oleh segmenrasi memiliki fungsi
rangkap yaitu mencampur kimus dengan getah pencernaan yang
disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memajankan semua kimus ke
permukaan absorptif mukosa usus halus. 3

Gambar 1.13 Proses segmentasi pada usus halus

Segmentasi tidak saja melakukan pencampuran tetapi juga secara


perlahan menggerakkan kimus menelusuri usus halus. Ketika setiap
kontraksi segmental mendorong kimus ke kedua arah (maju dan mundur)
Kimus secara perlahan bergerak maju karena frekuensi segmentasi
menurun di sepanjang usus halus. Sel-sel pemacu di duodenum secara
spontan mengalami depolarisasi lebih cepat daripada sel-sel serupa yang
ada di bagian hilir usus, dengan kontraksi segmentasi terjadi di duodenum
pada kecepatan 12 kali per menit dibandingkan dengan hanya 9 kali per

25
menit di ileum terminal. Karena segmentasi terjadi lebih sering di bagian
atas usus halus daripada di bagian bawah, maka secara rerata, lebih banyak
kimus yang terdorong maju daripada yang terdorong mundur. Karenanya,
kimus secara perlahan bergerak dari bagian atas ke bagian bawah usus
halus, dengan terdorong maju-mundur selama perjalanannya agar terjadi
pencampuran yang merara dan penyerapan.4,7
Mekanisme propulsif yang lambat ini mengunrungkan karena
menyediakan cukup waktu bagi berlangsungnya proses pencernaan dan
penyerapan. Isi usus halus biasanya memerlukan 3 sampai 5 jam untuk
melintasi usus halus.5
Ketika sebagian besar makanan telah diserap, kontraksi segmentasi
berhenti dan diganti di antara waktu makan oleh migrating motility
complex, atau “pembantu rumah tangga usus”. Motilitas di antara waktu
makan ini berbentuk gelombang peristaltik lemah berulang yang bergerak
dalam jarak pendek ke hilir sebelum lenyap. Gelombang berawal di
lambung dan bermigrasi menelusuri usus; setiap gelombang peristaltik
baru dimulai di tempat yang sedikit lebih ke hilir di usus halus.
Gelombang peristaltik pendek ini memerlukan waktu sekitar 100 sampai
150 menit untuk akhirnya bermigrasi dari larnbung ke ujung usus halus,
dengan setiap kontral si menyapu maju sisa-sisa makanan sebelumnya plus
debris mukosa dan bakteri menuju kolon, seperti “pembantu rumah tangga
usus” yang baik. Setelah akhir usus halus tercapai. Siklus dimulai kembali
dan terus berulang sampai kedatangan makanan berikutnya.3,4
Migrating motiliryt complex diperkirakan diatur di antara waktu
makan oleh hormon motilin, yang disekresikan selama keadaan tidak
makan oleh sel-sel endokrin mukosa usus halus. Ketika makanan
berikutnya tiba, aktivitas segmental kembali dimulai dan migrating
motility complex terhenti. Pelepasan motilin dihambat oleh makan.5
Di pertemuan antara usus halus dan usus besar, bagian terakhir
ileum mengalirkan isinya ke dalam sekum. Dua faktor berperan dalam
kemampuan bagian ini berfungsi sebagai sawar antara usus halus dan usus

26
besar. Pertama, susunan anatomiknya sedemikian sehingga terbentuk
lipatan jaringan berbentuk katup menonjol dari ileum ke dalam lumen
sekum. Ketika isi ileum terdorong maju, katup ileosekum ini dengan
mudah terbuka, tetapi lipatan jaringan ini akan tertutup erar ketika isi
sekum berupaya mengalir balik. Kedua, otot polos di beberapa sentimeter
terakhir dinding ileum menebal, membentuk sfingter yang berada di
bawah kontrol saraf dan hormon. Sffngter ileosekum ini hampir selalu
berkonstriksi, paling tidak dengan kekuatan ringan. Tekanan di sisi sekum
sfingter menyebabkan otor ini berkontraksi lebih kuat; peregangan di sisi
ileum menyebabkan sfingter melemas, suatu reaksi yang diperantarai oleh
pleksus intrinsik di daerah ini. 3,4,7

Gambar 1.14 kontraksi katup ileosekum

Dengan cara ini, pertemuan ileosekum mencegah isi usus besar


yang penuh bakteri mencemari usus halus dan pada saat yang sama
memungkinkan isi ileum masuk ke dalam kolon. Jika bakteri-bakteri kolon
memperoleh akses ke usus halus kaya nutrien maka mereka akan cepat
berkembang biak. Relaksasi sfingter ditingkatkan oleh pelepasan gastrin
pada permulaan makan, saat terjadi peningkatan aktivitas lambung.
Relaksasi ini memungkinkan serat yang tidak tercern dan zat terlarut yang

27
tidak diabsorpsi dari makanan sebelumnya terdorong maju sewaktu
makanan baru masuk ke saluran cerna.4,5,7
Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim
pankreas, dengan pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu.
Akibat aktivitas enzim-enzim pankreas, lemak direduksi secara sempurna
menjadi unit-unit monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat
diserap, protein diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptida kecil dan
beberapa asam amino, dan karbohidrat diubah menjadi disakarida dan
beberapa monosakarida. Karena itu, pencernaan lemak telah selesai di
dalam lumen usus halus, tetapi pencernaan karbohidrat dan protein belum
tuntas.7
Di permukaan luminai sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-
tonjolan khusus seperti rambut, mikrovilus, yang membentuk brush
border. Membran piasma brush border mengandung tiga kategori enzim
yang melekatke membran’4,7
 Enterokinase, yang mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen.
 Disakaridase (maltase, sukrase, dan laktase), yang menuntaskan
pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa
(masing-masing maltosa, sukrosa, dan laktosa) menjadi monosakarida
konstituennya.
 Aminopeptidase, yang menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil
menjadi komponen-komponen asam aminonya sehingga pencernaan
protein selesai.
Karena itu, pencernaan karbohidrat dan protein dituntaskan di brush
border.

28
Gambar 1.16 Proses pencernaan secara mekanik pada vili-vili usus

Penyerapan menembus dinding saluran cerna melibatkan transpor


transepitel serupa dengan perpindahan bahan menembus tubulus ginjal.
Setiap vilus memiliki komponen-komponen utama berikut: 3,5
 Sel epitel yang menutupi permukaan zllzs. Sel-sel epitel disatukan
di batas lateral oleh ralrr erar, yang membatasi lewatnya isi lumen
di antara sel-sel, meskipun raur erat di usus halus lebih bocor
daripada yang terdapat di lambung. Di batas luminalnya, sel epitel
memiliki pembawa/pengangkut untuk menyerap nutrien spesifik
dan elektrolit dari lumen serta enzim pencernaan yang melekat ke
membran yang menuntaskan pencernaan karbohidrat dan protein.
 Inti jaringan ikat. Inti ini dibentuk oleh lamina propria.
 Anyaman kapiler. Setiap vilus didarahi oleh sebuah arteriol yang
bercabang-cabang membentuk anyaman kapiler di dalam inti vilus.
Kapiler-kapiler ini kemudian kembali menyatu membentuk venula
yang mengalir menjauhi viius.
 Pembuluh limfe terminal. Setiap vilus mendapat sebuah pembuluh
limfe buntu yang dikenal sebagai lakteal sentral, yang menempati
bagian tengah inti vilus.

29
Selama proses penyerapan, bahan-bahan yang tercerna
masuk ke anyaman kapiler atau lakteal sentral. Agar dapat diserap,
bahan harus menembus sel epitel, berdifusi meialui cairan
interstisium di dalam inti jaringan ikat vilus, dan kemudian
menembus dinding pembuluh kapiler atau limfe.5

Gambar 1.16 Vili Intestinum tenue

1) Duodenum
Pada duodenum pars superior secara histologi terdapat adanya
sel liberkeuhn yang berfungsi untuk memproduksi sejumlah basa.
Basa ini berfungsi untuk menaikkan Ph dari chymus yang masuk ke
duodenum dari gaster, sehinga permukaan duodenum tidak teriritasi
dengan adanya chymus yang asam tadi.5
Selain itu, pada duodenum terjadi proses pencernaan karbohidrat
secara enzymatic yang telah berbentuk disakarida. Dimana duodenum
terdapat muara dari ductus pancreaticus, dimana pada pancreas
diproduksi enzyme maltase, lactase dan sukrase. Dimana enzyme
maltase akan berfungsi untuk memecah 1 gugus gula maltose menjadi
2 gugus gula glukosa. Sedangkan lactase akan merubah 1 gugus gula
laktosa menjadi 1 gugus glukosa dan 1 gugus galaktosa. Sementara
itu, enzyme sukrase akan memecah 1 gugus sukrosa menjadi 1 gugus
fruktosa dan 1 gugus glukosa.3

30
Gambar 1.17 proses pencernaan karbonhidrat secara kimiawi

Di dalam duodenum juga terjadi pencernaan lipid secara


enzymatic. Dimana lipid dalam bentuk diasilgliserol akan teremulsi
oleh adanya getah empedu yg dialirkan melalui ductus choledocus
dari vesica fellea dan hepar. Setelah itu, emulsi lemak tadi akan
diubah oleh enzyme lipase pancreas menjadi asam lemak dan 2
diasilgliserol.3

Gambar 1.18 proses pencernaan dan penyerapan lemak kimiawi

31
2) Jejenum Dan Ileum
Dilihat secara histologik, jejunum dan ileum memiliki vili
vhorialis. Dimana vili chorialis ini berfungsi untuk menyerap zat-zat
gizi hasil akhir dr proses pencernaan seperti glukosa, fruktosa,
galaktosa, peptide, asam lemak dan 2 asilgliserol.3

Gg

Gambar 1.19 proses pencernaan protein dan lemak

4. Intestinum Carasum
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada
bagian distalnya (rektum) dan tidak terdapat vili usus. Fungsi utama
usus besar adalah: 3,5
 untuk absorpsi air
 pembentukan massa feses
 pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan
demikian banyak sel goblet.
Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus
limfatikus. Nodulus sering menyebar ke dalam dan menginvasi
submukosa. Pada bagian bebas kolon, lapisan serosa ditandai oleh

32
suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan adiposa –
appendices epiploidices (usus buntu). Pada daerah anus, membran
mukosa mempunyai sekelompok lipatan longitudinal, collum rectails
Morgagni. Sekitar 2 cm di atas lubang anus mukosa usus diganti
oleh epitel berlapis gepeng. Pada daerah ini, lamina propria
mengandung pleksus vena-vena besar yang bila melebar berlebihan dan
mengalami varikosa mengakibatkan hemoroid5

Gambar 1.20 Intestinum Carasum

1) Sekum
Dalam usus besar juga terdapat sekum (usus buntu), yakni
bagian awal usus besar yang berbentuk kantong. Sekum juga berperan
dalam penyerapan nutrisi dan air walaupun tidak signifikan. Sekum
menempati 2 atau 3 inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal
mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan mencegah
terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus
halus.8
2) Kolon
Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorbsi air
elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon

33
sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang
sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi. Kolon
mengabsorbsisekitar 800ml air/hari. Pada umumnya usus besar
bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas adalah gerakan
pengadukan haustural. Kantong atau haustura meregang dan dariwaktu
ke waktu otot sirkular akan berkontraksi untuk mengosongkannya.
Gerakan ini tidak progresif tetapi menyebabkan isi usus bergerak
bolak-balik dan meremas-remas sehingga memberi cukup waktu untuk
terjadi absorbsi.5,7
Fungsi utama kolon adalah (1) absorbsi air dan elektrolit dari
kimus untuk membentuk feses yang padat dan (2) penimbunan bahan
feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon
berhubungan dengan absorbsi dan setengah distal kolon berhubungan
dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi tersebut gerakan kolon
sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus yang dibagi
menjadi gerakan mencampur dan mendorong.8
Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada
kolon, ± 2.5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan
lumen hampir tersumbat. Saat yang sama, otot longitudinal kolon
(taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi menyebabkan
bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap
haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu ±30 detik, kemudian
menghilang 60 detik berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum
dan kolon asendens sehingga sedikit isi hasil dari dorongan kedepan.
Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan
dicampur sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan dengan
permukaan mukosa usus besar, dancairan serta zat terlarut secara
progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan
tiap hari.7,8

34
Gambar 1.21 Volume penyerapan usus besar dan volume tinja per hari

Bakteri usus besar menyintesis vitamin K dan beberapa vitamin


B. Pembusukan oleh bakteri dari sisa protein menjadi asam amino dan
zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol, dan asam
lemak. Bila asam lemak dan HCL dinetralisasi oleh bikarbonat akan
dihasilkan karbondioksida. Pembentukan berbagai gas seperti NH3,
CO2, H2, H2S dan CH4 membantunya pembentukan gas (flatus)
didalam kolon.3
3) Rectum
Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena
adanya sfingter yang lemah ±20cm dari anus pada perbatasan antara
kolon sigmoid dan rectum serta sudut tajam yang menambah resistensi
pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi
rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi.
Pendorongan massa yangterus menerus akan dicegah oleh konstriksi
tonik dari 1) sfingter ani interni; 2) sfingter ani eksternus2,8

35
Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum
mencapai 18mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani
internus dan eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari
refleks defekasi adalah refleks intrinsic (diperantarai sistem saraf
enteric dalam dinding rectum).3
Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum
menimbulkan sinyal aferen menyebar melalui pleksus mienterikus
untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam kolon descendens,
sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang
peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal
penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam
keadaan sadar berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi.
Jadi sfingter melemas sewaktu rectum teregang.3,8
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus
tercapai, defekasi volunter dapat dicapai dengan secara volunter
melemaskan sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot abdomen
(mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan suatu reflex spinal
yang dengansadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter
eksternus tetap berkontraksi ataumelemaskan sfingter dan
megontraksikan otot abdomen. Sebenarnya stimulus dari pleksus
mienterikus masih lemah sebagai relfeks defekasi, sehingga diperlukan
refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen sacral medulla
spinalis).8
Bila ujung saraf dalam rectum terangsang, sinyal akan
dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali ke
kolon descendens, sigmoid, rectum, dan anus melalui serabut
parasimpatis n. Pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat
gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter ani internus. Sehingga
mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi proses defekasi yang kuat
Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain,
seperti mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot

36
dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turunke bawah dan
saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar
cincin anus mengeluarkan feses.3,8

37
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Saluran cerna, yang berjalan di bagian tengah tubuh, mencakup organ-
organ berikut: mulur, faring (tenggorokan); esofagus; lambung; usus halus
(terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum); usus besar (sekum, apendiks,
kolon, dan rektum); dan anus.
Dalam esophagus belum terjadi penyerapan nutrisi atau adsorpsi,
namun hanya terjadi pemecahan molekul makanan dari amilum menjadi
glukosa.
Gaster memiliki fungsi motorik serta fungsi pencernaan dan sekresi.
Fungsi motorik meliputi fungsi menampung dan mencampur makanan serta
pengosongan lambung sedangkan fungsi pencernaan dan sekresi meliputi
pencernaan protein, sintesis dan pelepasan gastrin, sekresi faktor intrinsic,
sekresi mukus serta sekresi bikarbonat.
Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan
berlangsung. Tidak terjadi pencernaan lebih lanjut setelah isi lumen mengalir
melewati usus halus, dan tidak terjadi penyerapan nutrien lebih lanjut,
meskipun usus besar menyerap sejumlah kecil garam dan air.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Diktat Anatomi, ed. 2011, Laboratorium Anatomi FK Unissula.


2. Snell, R. Antomi klinis berdasarkan sistem.2008. jakarta. EGC
3. Sherwood L. 2011. Fisiologis Manusia dari sel ke sistem. Jakarta. EGC
4. Guyton. A., C. Hall. J,. E. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed.12. 2014.
Jakarta. EGC.
5. Barrett. K. E,. Baman. S. S., Boitano. S., Brooks. H., Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Ganong. Ed. 24. Jakarta EGC
6. Buranda, Theopilus Dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian
Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
7. Yusuf, Irawan. 2005. Fisiologi Sistem Gastro-Intestinal. Makassar: Bagian
Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
8. Soepardi. 2007. Struktur & Komponen Tubuh Manusia. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.

39

S-ar putea să vă placă și