Sunteți pe pagina 1din 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami
perkembangan bahkan kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan
kesehatan.bidang pelayanan kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana
yang mengalami kemajuan,tetapi juga profesionalisme dari tenaga
kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan
dengan klien dan tenaga kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus
terus meningkatkan profesionalismenya, yaitu meningkatkan perilaku
caring.
Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan
sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan
klien (Carruth et all, 1999).

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana penerapan caring pada klien dengan HIV-AIDS?
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah
keperawatan HIV-AIDS, menambah wawasan tentang Konsep Caring di
Sepanjang Rentang Kehidupan, agar kami mahasiswa mengerti tentang
bagaimana perilaku caring dalam proses dan praktik keperawatan, dan
sebagai salah satu sarana belajar mahasiswa

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu
perasaaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang
berhubungan dengan orang berhubungan dengan bimbingan,
bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga, kelompok dengan
adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring
adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
1. Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan,
memberikan lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada
pasien.
2. Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas,
tetapi ada tiga makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu
perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.
3. Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan
berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain.
4. Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung
jawab, dan ikhlas.
5. Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan
berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain.
6. Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan
emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun
nonverbal.

2
7. Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk
melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
8. Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk
melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian
caring secara umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan,
sebagai suatu cerminan perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada
orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata kepedulian,
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang
tersebut. Caring merupakan inti dari keperawatan.
2.2 Persepsi Klien Tentang Caring
Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan
kesehatan merupakan fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien
merasakan penyelenggaraan pelayanan kesaehatan bersikap sensitif,
simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu,
mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif dalam merencanakan
perawatan ( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda
tentang caring ( Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk
alasan tersebut, fokuskan pada membangun suatu hubungan yang membuat
perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Contoh, perawat
mempunyai klien yang takut untuk dipasang kateter intravena, perawat
tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam memasukkan kateter
intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih
diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada
memberikan penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan
mengetahui siapa klien, dapat membantu perawat dalam memilih
pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.

3
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan
hasil dari kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan
orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan dengancaring adalah
kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring
dalam spiritual, dan perawatan keluarga.
1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan
seseorang lainnya yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan
menyampaikan manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999), kehadiran
berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya
dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan
“ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk klien
(Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertekan.
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan
dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan
perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan
sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kullit
dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata.
Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a. Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan
sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan
prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan
secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.

b. Sentuhan Pelayanan (Caring)


Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan
klien, memijat punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati,
atau terlibat dalam pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini

4
dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan
harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan
Watson, 1994).
c. Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan
untuk melindungi perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh
dari sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan
dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu
harus digunakan secara bijaksana.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien,
mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian
penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat dalam
memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien
mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah
memahami klien. Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan
perawat dalam membuat keputusan klinis. Memahami klien merupakan
pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi
berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu
pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin suatu hubungan yang
baik dan saling memahami.
5. Caring Dalam Spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik,
baik melalui hubungan intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri,
interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan lingkungan, serta
transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan
klien dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin

5
hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan
bagi klien dan perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit,
atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan
sumber daya sosial, emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan
caring menghubungkan manusia dengan manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi
keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi
informasi dengan perawat untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan.
Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam proses
penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga.
Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu
keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik dengan
anggota keluarga klien.
2.4 Penatalaksanaan Caring Pada Klien HIV-AIDS
Reaksi spontan masyarakat (termasuk kalangan kedokterannya
sendiri) pada masa pertama kali menghadapi penyakit AIDS ini adalah
menjauhkan diri dari penderita, berusaha tidak menyentuh penderita,
menggunakan obat-obat pensuci hama dan bila perlu membakar kasur atau
pakaian yang bekas dipakai penderita. Reaksi awal yang bernada panik
inilah yang terlanjur tersebar keseluruh dunia melalui media massa Barat,
sehingga sekarang ini di banyak negara di dunia masih berlaku kepercayaan
yang salah tentang AIDS ini, sementara di negara-negara Barat sendiri sikap
masyarakat sudah jauh lebih tenang dan rasional sehubungan dengan
ditemukannya berbagai sifat dari penyakit ini.
Pada awal mula penyakit ini berkembang di Indonesia, kelompok
pengidap penyakit ini adalah orang-orang yang memiliki perilaku berganti-
ganti pasangan dalam berhubungan seks. Kebanyakan penderita AIDS
adalah mereka yang melakukan perilaku seks tidak sehat, yang dalam hal
ini melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Kemudian,
AIDS juga banyak diderita oleh pemakai narkoba yang menggunakan jarum
suntik karena adanya kebiasaan menggunakan jarum suntik secara

6
bergantian. Kenyataan ini menimbulkan stigma pada masyarakat yang
menyebutkan bahwa HIV/AIDS muncul sebagai akibat penyimpangan
perilaku seks dari nilai, norma, dan agama, penyakit pergaulan bebas, atau
penyakit kaum perempuan nakal. Bahkan lebih parah lagi adanya stigma
bahwa HIV/AIDS merupakan kutukan Tuhan karena perbuatan-perbuatan
menyimpang itu.
Adanya stigma dalam masyarakat ini menimbulkan masalah
psikososial yang rumit bagi penderita AIDS. Pengucilan penderita dan
diskriminasi tidak jarang membuat penderita AIDS tidak mendapatkan hak-
hak asasinya. Begitu luasnya masalah sosial yang berkaitan dengan stigma
ini, karena diskriminasi terjadi di berbagai pelayanan masyarakat bahkan
tidak jarang dalam pelayanan kesehatan sendiri.
Stigma-stigma negatif pada masyarakat ini membuat penderita atau
keluarga menjadi malu dan takut. Keluarga jadi malu untuk memeriksakan
anggota keluarga yang menderita AIDS diri ke rumah sakit atau pusat-pusat
pelayanan kesehatan, begitu pula dengan penderitanya sendiri, jadi malu
untuk memeriksakan dirinya sendiri. Imbasnya, mereka yang berpotensi
tertular virus ini pun menjadi enggan memeriksakan diri pula, merasa lebih
baik tidak tahu sama sekali daripada tahu dan kemudian dipandang negatif
dan dikucilkan oleh masyarakat.
Beban psikososial yang dialami seorang penderita AIDS adakalanya
lebih berat daripada beban fisiknya. Beban yang diderita pasien AIDS baik
karena gejala penyakit yang bersifat organik maupun beban psikososial
dapat menimbulkan rasa cemas, depresi, kurang percaya diri, putus asa,
bahakn keinginan untuk bunuh diri. Kalau sudah begini, upaya
mengantisipasi perkembangan HIV/AIDS mengalami kendala yang cukup
berat dan tentunya menghambat upaya-upaya pencegahan dan perawatan.
Keterlibatan berbagai pihak diharapkan mampu mengatasi
permasalahan psikososial. Pemahaman yang benar mengenai AIDS perlu
disebarluaskan. Kenyataan bahwa dalam era obat antiretroviral, AIDS
sudah menjadi penyakit kronik yang dapat dikendalikan juga perlu
dimasyarakatkan karena konsep tersebut dapat memberi harapan pada

7
masyarakat dan penderita HIV/AIDS bahwa penderita AIDS dapat
menikmati kualitas hidup yang lebih baik dan berfungsi di masyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling
dan pendampingan (tidak hanya psikoterapi tetapi juga psikoreligi), edukasi
yang benar tentang HIV/AIDS baik pada penderita, keluarga dan
masyarakat. Sehingga penderita, keluarga maupun masyarakat dapat
menerima kondisinya dengan sikap yang benar dan memberikan dukungan
kepada penderita. Adanya dukungan dari berbagai pihak dapat
menghilangkan berbagai stresor dan dapat membantu penderita
meningkatkan kualitas hidupnya sehingga dapat terhindar dari stress,
depresi, kecemasan serta perasaan dikucilkan.
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang
penderita AIDS sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan
hubungan yang sering dengan pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri
dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan menerima orang
tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan
melakukan rujukan untuk VCT (Voluntarily, Counseling and Testing) atau
tes HIV. VCT penting untuk mengurangi beban psikis. Pada konseling
dibahas mengenai risiko penularan HIV, cara tes, interpretasi tes, perjalanan
penyakit HIV serta dukungan yang dapat diperoleh pasien. Konsekuensi
dari hasil tes postif maupun negatif disampaikan dalam sesi konseling.
Dengan demikian orang yang akan menjalani testing telah dipersiapkan
untuk menerima hasil apakah hasil tersebut positif atau negatif.
Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat
stigma negatif dan diskriminasi masyarakat adakalanya sangat berat,
perawat perlu mengidentifikasi adakah sistem pendukung yang tersedia bagi
pasien. Perawat juga perlu mendorong kunjungan terbuka (jika
memungkinkan), hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang
memungkinkan bagi pasien. Partisipasi orang lain, batuan dari orang
terdekat dapat mengurangi perasaan kesepian dan ditolak yang dirasakan
oleh pasien. Perawat juga perlu melakukan pendampingan pada keluarga

8
serta memberikan pendidikan kesehatan dan pemahaman yang benar
mengenai AIDS, sehingga keluarga dapat berespons dan memberi
dukungan bagi penderita.
Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh
dilupakan perawat. Bagi penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan
narkoba dan seksual bebas harus disadarkan agar segera bertaubat dan tidak
menyebarkannya kepada orang lain dengan menjaga perilakunya serta
meningkatkan kualitas hidupnya. Bagi seluruh penderita AIDS didorong
untuk mendekatkan diri pada Tuhan, jangan berputus asa atau bahkan
berkeinginan untuk bunuh diri dan beri penguatan bahwa mereka masih
dapat hidup dan berguna bagi sesama antara lain dengan membantu upaya
pencegahan penularan HIV/AIDS.

9
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas klien : Meliputi nama, umur jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, dan lain-lain.
B. Riwayat Kesehatan/ Keperawatan
1. Keluhan Utama / alasan masuk RS
Klien sering mengalami diare, demam berkepanjangan
dan nafsu makan berkurang dan klien merasa tidak terima
dengan keadaannya.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Faktor pencetus HIV/ AIDS adalah sex bebas (seseorang
yang terinfeksi hiv/aids), alat / jarum suntik yang terinfeksi
darah seorang pengidap hiv)Sifat Keluhan ( Mendadak
/perlahan-lahan/terus menerus/hilang timbul atau berhubungan
dengan waktu) : Terus-menerus, yaitu demam berkepanjangan,
sariawan tak kunjung sembuh-sembuh, diare kronik selama 1
bulan terus-menerus.
Lokalisasi dan sifatnya ( menjalar/ menyebar/ berpindah-
pindah/ menetap) : berpindah-pindah tergantung daerah yang
terinfeksi.Berat ringannya keluhan (menetap/cenderung
bertambah/berkurang) : keluhan cenderung bertambah yaitu
demam semakin sering, berat badan jadi semakin berkurang, dan
sariawan semakin bertambah.Lamanya keluhan : demam
berkepanjangan,diare kronik, batuk menetap dan berate badan
menurun terjadi selama lebih dari 1 bulan.
Upaya yang telah dilakukan : hanya menggunakan obat
generic sesuai penyakit yang dialami
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah dialami ( jenis penyakit, lama dan
upaya untuk mengatasi, riwayat masuk RS) : klien merupakan

10
pecandu narkoba ( pengguna jarum suntik bebas), klien suka
merokok dan klien sering melakukan free sex.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit menular atau keturunan dalam keluarga
:Keluarga klien tidak ada penyakit keturunan maupun penyakit
menular

C. Data dasar pengkajian


1. Aktifitas /istirahat :
a. Mudah lelah, berkurangnya tolerangsi terhdp aktifitas,
kelelahan yang progresif
b. Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi
terhdp aktifitas

2. Sirkulasi
a. Proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lama bila
cedera
b. takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi
periver menurun, pengisian kapiler memanjang
3. Integritas ego
a. Faktor stress yang berhubungan dgn kehilangan: dukungan
keluarga, hubungan dgn org lain, pengahsilan dan gaya
hidup tertentu
b. Menguatirkan penampilan: alopesia, lesi , cacat,
menurunnya berat badan
c. Merasa tdk berdaya, putus asa, rsa bersalah, kehilangan
control diri, dan depresi
d. Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah,
menangis, kontak mata kurang
4. Eliminasi.

11
a. Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih
b. Faeces encer disertai mucus atau darah
c. Nyeri tekan abdominal, lesi pada rectal, perubahan dlm
jumlah warna urin.
5. Makanan/cairan :
a. Tidak ada nafsu makan, mual, muntah
b. Penurunan BB yang cepat
c. Bising usus yang hiperaktif
d. Turgor kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput
putih/perubahan warna mucosa mulut
e. Adanya gigi yang tanggal.
6. Hygiene

Tidak dapat menyelesaikan ADL, memeperlihatkan penampilan


yang tidak rapi.

7. .Neurosensorik
a. Pusing,sakit kepala.
b. Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan
sensasi
c. Kelemahanotot, tremor, penurunan visus.
d. Bebal,kesemutan pada ekstrimitas.
e. Gayaberjalan ataksia.
8. Nyeri/kenyamanan
a. Nyeri umum/local, sakit, rasaterbakar pada kaki.
b. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
c. Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan,
penurunan ROM, pincang.
9. Pernapasan

Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk


produktif/non,sesak pada dada, takipnou, bunyi napas tambahan,
sputum kuning.

12
10. Keamanan
a. Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, lauka lambat proses
penyembuhan
b. Demam berulang
11. Seksualitas

Riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido,


penggunaan kondom yang tidak konsisten, lesi pd genitalia,
keputihan.

12. Interaksi social

Isolasi, kesepian,, perubahan interaksi keluarga, aktifitas


yang tdk terorganisir

3.2 DIAGNOSA
1. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan perubahan
fungsi tubuh
2. Harga diri rendah situasional berhubungn dengan purubahan pada
citra tubuh, perubahan peran soial dan ketidakadekuatan
pemahaman

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Gangguan harga Setelah dilakukan  Peningkatan
diri rendah tindakan Keperawatan harga diri
berhubungan selama 3 x 24 jam 1. Memonitor
dengan perubahan Didapatka hasil pernyataan pasien
fungsi tubuh dengan kriteria: mengenai harga
 Citra Tubuh diri
1. Gambaran 2. Tentukan
internal diri kepercayaan diri

13
2. Kesesuaian pasien dalam hal
antara realitas penilaian diri
tubuh dan 3. Dukung pasien
ideal tubuh untukbisa
dengan mengidentifikasi
penampilan kekuatan
tubuh 4. Bantu pasien
3. Deskripsi untuk
bagian tubuh menemukan
yang terkena penerimaan diri
dampak 5. Dukung
4. Sikap terhadap (melakukan)
menyentuh kontak mata pada
bagian tubuh saat
yang terkena berkomunikasi
dampak dengan orang lain
5. Sikap terhadap 6. Dukung pasien
penggunaan untuk terlibat
strategi untuk dalam
meningkatkan memberikan
penampilan afirmasi positif
6. Kepuasan melalui
dengan pembicaraan pada
penampilan diri sendiri dan
tubuh secara verbal
7. Sikap terhadap terhadap diri
penggunaan setiap hari
strategi untuk 7. Berikan
meningkatkan pengalaman yang
fungsi tubuh akan
meningkatkan

14
8. Kepuasan otonomi pasien
dengan fungsi dengan tepat
tubuh 8. Bantu pasien
9. Penyesuaian untuk
terhadap mengidentifikasi
perubahan respon positif dari
tampilan fisik orang lain
10. Penyesuaian 9. Jangan megkritis
terhadap pasien secara
perubahan negatif
fungsi tubuh 10. Bantu pasien
11. Penyesuaian untuk megatasi
terhadap bullying atau
perubahan ejekan
status 11. Sampaikan atau
kesehatan ungkapkan
12. Penyesuaian kepercayaan diri
terhadap pasien dalam
perubahan mengatasi situasi
tubuh akibat 12. Bantu untuk
cidera mengatur tujuan
yang realistik
dalam rangka
mencapai harga
diri yang lebih
tinggi
13. Fasilitasi
lingkungan dan
aktivitas-aktivitas
yang akan
meningkatkan
harga diri

15
14. Monitor tigkat
harga diri dari
waktu ke waktu
dengan tepat

2. Harga diri rendah Setelah dilakukan  Peningkatan


situasional tindakan Keperawatan koping
berhubungan selama 3 x 24 jam 1. Bantu pasien
dengan perubahan Didapatkan hasil untuk
pada citra tubuh, dengan kriteria: menyelesaikan
perubahan peran  Harga diri maslah dengan
sosial dan 1. Gambaran diri cara yang
ketidakadekuatan 2. Mempertahank konstruktif
pemahaman an penampilan 2. Berikan penilaian
dan kebersihan mengenai dampak
diri dari situasi
3. Tingkat kehidupan pasien
kepercayaan terhadap peran
diri dan hubugan
4. Penerimaan yang ada
terhadap kritik 3. Dukung pasien
yang untuk
membangun mengidentifikasik
5. Perasaan an deskripsi yang
tentang nilai realistik terhadap
diri adanya perubahan
dalam peran
4. Berikan penilaian
mengenai
pemahaman

16
pasien terhadap
proses penyakit
5. Bantu pasien
dalam
mengembangkan
penilaian terkait
dengn kejadian
dengan lebih
objektif

3.3 INTERVENSI

3.4 IMPLEMENTASI
Menurut Nursalam (2001) pelaksanaan keperawatan adalah
inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
(Lyer et al, 1996). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan kepada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan dengan harapan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping.

3.5 EVALUASI
Menurut Nursalam (2001) evaluasi adalah tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah

17
berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor”kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

BAB 4
PENUTUP
4.1 keampulan
4.2 saran
Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan,
komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain
harus sudah dibangun sejak perawat dalam masa pendidikan. Selain
itu perlu dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna
memberikan pemahaman yang mendalam tentang apa yang harus
dilakukan perawat agar bersikap caring dalam setiap kontak dengan
pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan diaplikasikan
dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus.

18
Daftar pustaka

http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring.

19

S-ar putea să vă placă și