Sunteți pe pagina 1din 9

NASKAH PUBLIKASI

YUDHA NURMA YUNITA

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTASIDA


DIBANDINGKAN DENGAN OMEPRAZOL PADA
PENYAKIT GASTRITIS AKUT
(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Aisyiyah
Malang Menggunakan Metode CEA)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
ABSTRACT
Cost Analysis of Antacid Compared With Omeprazole Used In Acute Gastritis Disease
(A Research in Inpatient Installation at Aisyiyah Islamic Hospital Malang With CEA
Method)

Yudha Nurma Yunita*, Ika Ratna Hidayati, Mutiara Titani


Pharmacy Departement, Faculty of Health Science,
Muhammadiyah Malang University
*Email: yudhanurmayunita@gmail.com

Background: Gastritis is a condition where the stomach has inflammation caused by irritation
and infection. Management uses non-pharmacological therapies both lifestyle modification and
pharmacological therapy using drugs such as antacids and omeprazole. The cost of health and
drug services is increasing so there is a need for economic evaluation to determine the choice
of effective and efficient health interventions.
Objective: The purpose of this study was to determine the effective and efficient comparison
between antacids and omeprazole in acute gastritis patients in the Inpatient Installation of
Aisyiyah Islamic Hospital Malang.
Method: This study is non-experimental, namely descriptive method with retrospective data
collection, namely during 2017. The sampling technique uses Non-Probability Sampling with
purposive sampling. The data used is in the form of medical records and details of
administrative costs which are then analyzed using the CEA method (Cost Effectiveness
Analysis).
Results and Conclusions: The Average Cost Effectiveness Ratio where antacids have the
lowest ACER value of Rp. 48,653,00 / 1 % effectiveness compared to omeprazole which is Rp.
52,348,00 / 1 % effectiveness, indicates that antacids are relatively inexpensive interventions,
but have the potential to reduce the burden of disease. substantially. Whereas from the ICER
value (Incremental Cost Effectiveness Ratio) shows an additional cost of Rp. 26,509 / %
effectiveness if there is a change of intervention.

Keywords: Cost Effectiveness Analysis, antacids, omeprazole, acute gastritis.

PENDAHULUAN gastritis merupakan penyakit yang sering


Kesehatan merupakan suatu hal ditemui di masyarakat (Wardaniati, et al.,
penting yang diharapkan oleh seluruh 2016). Gastritis merupakan salah satu
kalangan masyarakat. Dalam undang- penyakit pencernaan yang dapat
undang nomor 23 tahun 1992 tentang mengganggu aktivitas sehari-hari (Saydam,
kesehatan, dapat didefinisikan bahwa 2011).
kesehatan merupakan suatu keadaan Gastritis adalah suatu kondisi
kesejahteraan badan, sosial, dan jiwa yang dimana terjadi peradangan (inflamasi) pada
memungkinkan seseorang hidup produktif mukosa lambung yang disebabkan oleh
secara sosial dan ekonomi. Di era modern faktor iritasi dan infeksi (Saydam, 2011).
saat ini, tuntutan aktivitas yang menyita Peradangan yang terjadi dapat bersifat lokal
waktu, pola makan dan gaya hidup yang atau menyebar pada mukosa lambung, hal
tidak seimbang, serta tingkat stress ini terjadi apabila protektif mukosa
seseorang dapat berdampak buruk bagi dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
kesehatan. Salah satu dampak dari pola lainnya (Mahaji, et al., 2010). Gastritis
hidup yang tidak seimbang adalah dibagi menjadi 2 jenis yaitu gastritis akut
timbulnya penyakit gastritis, dimana dan gastritis kronis. Gastritis akut

2
merupakan peradangan pada mukosa di Indonesia tahun 2010 dengan posisi ke
lambung yang menyebabkan erosi dan lima pada pasien rawat inap, dan posisi ke
perdarahan mukosa lambung setelah enam pada pasien rawat jalan dengan kasus
terpapar pada zat iritan yang terjadi secara tertinggi pada perempuan (Departemen
tiba-tiba, sedangkan gastritis kronis terjadi Kesehatan RI, 2011).
secara terus menerus dan berlangsung lama Penatalaksanaan yang tepat untuk
dengan disertai karakteristik antara lain : menangani penyakit gastritis akut sangat
anoreksia, perasaan penuh diperut, tidak diperlukan untuk meringankan gejala nyeri
nyaman pada epigastrium, mual, dan yang ditimbulkan, memperbaiki kerusakan
muntah (Ardiansyah, 2012). Keluhan sakit mukosa karena iritasi, mencegah
pada penyakit gastritis paling banyak kekambuhan dan mencegah terjadinya
ditemui akibat dari gastritis fungsional komplikasi. Secara garis besar, prinsip
Gastiritis fungsional merupakan sakit yang terapi penyakit gastritis akut adalah antara
bukan disebabkan oleh gangguan pada lain terapi non farmakologi yakni
organ lambung melainkan lebih sering melakukan modifikasi gaya hidup dengan
dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai cara mengatur pola hidup dan terapi
(Saydam, 2011). Gastritis diawali dengan farmakologi yakni menggunakan obat-
pola makan yang tidak teratur, kebiasaan obatan. Berdasarkan patofisiologinya,
makan yang buruk dan makanan yang tidak terapi farmakologi gastritis ditujukan untuk
hygien (Wahyu, 2011). Selain itu, gastritis menekan faktor agresif (asam lambung) dan
juga dipicu karena ketidak sesuaian memperkuat faktor defensif (ketahanan
lambung dengan makanan yang dimakan mukosa lambung) (Dipiro, et al., 2008).
seperti makanan yang pedas atau makanan Obat yang dapat digunakan untuk
yang memiliki kadar lemak tinggi, sehingga mengurangi asam lambung antara lain
produksi asam lambung tidak terkontrol antasida yang merupakan basa lemah yang
(Yuliarti, 2009). bereaksi dengan asam lambung hidroklorik
Gastritis sering dianggap kasus membentuk garam dan air sehingga
ringan sehingga masyarakat sering mengurangi keasaman intragastrik
menganggap sepele, akan tetapi apabila (Katzung, dkk., 2012). Golongan antagonis
tidak segera ditangani dengan tepat maka reseptor H2 seperti famotidin, ranitidin dan
berdampak pada kerusakan fungsi lambung simetidin juga digunakan dalam
dan meningkatkan resiko terjadinya kanker mengurangi sekresi asam dengan cara
hingga menyebabkan kematian (Hartati, et memblok kerja histamin sel parietal
al., 2014). Gastritis merupakan penyakit (Davey, 2014). Obat lain yang dapat
terbesar di seluruh dunia dan bahkan membantu mengurangi sekresi asam
diperkirakan diderita lebih dari 1,7 milyar lambung adalah obat golongan Proton
(Putri, et al., 2017). Ditinjau berdasarkan Pump Inhibitors (PPI) termasuk omeprazol
Angka Kematian Kasar, penyakit saluran dan lansoprazol yang bertujuan
cerna termasuk dalam sepuluh penyakit menghambat sekresi asam lambung dengan
utama penyebab kematian menurut cara memblok reseptor K+/H+/ATPase yang
golongan sebab akibat di rumah sakit di ada didalam sel parietal lambung dan
Indonesia tahun 2007 dan 2008 yakni pada menimbulkan efek anti sekresi yang kuat
posisi kelima, sedangkan angka morbiditas dan lama (Sukandar, et al., 2008). Dengan
termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit demikian, perlu adanya suatu penelitian
terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah yang membandingkan antasida dengan
sakit tahun 2007 dengan posisi keempat, omeprazol karena antasida merupakan obat
dan tahun 2008 pada posisi ketiga bebas yang sering digunakan setiap pasien
(Departemen Kesehatan RI, 2009). dengan keluhan lambung, antasida dapat
Sedangkan gastritis sendiri termasuk dalam menetralkan asam lambung dengan cepat
sepuluh penyakit terbanyak di rumah sakit dan memiliki harga yang murah sehingga

3
terjangkau oleh semua kalangan (Wehbi, pusat Kota Malang dan telah berdiri sejak
2017). Sedangkan omeprazol merupakan 23 September 1986. Selain itu, Rumah
obat yang efektif menghambat sekresi asam Sakit Islam Aisyiyah Malang memiliki
dengan cara memblok reseptor K+/ H+/ fasilitas kesehatan dan pekerta atau tenaga
ATPase didalam sel parietal lambung dan kesehatan yang memadai. Dari data mutu
menimbulkan efek anti sekresi yang kuat Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang yang
dan lama. Omeprazol juga merupakan obat ditinjau dari kepuasan pasien dan keluarga
yang nyaman digunakan, murah dan mudah terhadap pelayanan serta angka infeksi
didapat (Grennan, et al., 2010) infus menunjukkan bahwa mutu Rumah
Biaya pelayanan kesehatan di Sakit Islam Muhammadiyah Malang sangat
berbagai negara saat ini semakin meningkat baik. Sehingga diharapkan lebih banyak
dari tahun ke tahun, ditambah lagi dengan data yang dapat kami analisis karena
adanya pemasaran obat-obat baru dengan fasilitas dan lapangan penelitian yang
harga yang lebih mahal menyebabkan biaya sangat mendukung (Kemenkes, 2013)
obat per tahun terus meningkat. Sehingga
diperlukan adanya evaluasi ekonomi METODE PENELITIAN
kesehatan untuk membantu mengambil
keputusan dalam menentukan pemilihan Penelitian ini dilakukan secara non-
pengobatan berdasarkan sumber daya yang eksperimental (observasional) dengan
ada (Andayani, 2013). Evaluasi ekonomi metode deskriptif. Pengambilan data pada
kesehatan membantu meringankan beban penelitian ini bersifat retrospektif dengan
sumber daya yang terbatas dengan membandingkan antara biaya langsung
meningkatkan efisiensi alokasi pembiayaan dengan efektifitas penggunaan obat
perawatan kesehatan (Bodrogi & Kaló, antasida dan omeprazol pada pasien dengan
2010). Dalam studi farmakoekonomi diagnosis penyakit gastritis akut
terdapat beberapa metode analisis yang menggunakan metode CEA. Penelitian ini
dapat diterapkan antara lain Cost Benefit dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah
Analysis (CBA), Cost Minimization Sakit Islam Aisyiyah Malang pada Bulan
Analysis (CMA), Cost Effectiveness Juni – September 2018. Sampel yang
Analysis (CEA) dan Cost Utility Analisys digunakan adalah seluruh data rekam medik
(CUA). Dalam penelitian ini menggunakan dan data administrasi pasien dewasa dengan
metode Cost Effectiveness Analysis (CEA) diagnosis gastritis akut yang mendapat
sebab metode tersebut dapat digunakan terapi antasida atau omeprazol sepanjang
untuk mengidentifikasi peluang yang tahun 2017 di instalasi rawat inap Rumah
terabaikan dengan menyoroti intervensi Sakit Islam Aisyiyah Malang yang
yang relatif murah, namun memiliki potensi memenuhi kriteria inklusi.. Kriteria Inklusi
untuk mengurangi beban penyakit secara pada penelitian ini adalah pasien rawat inap
substansial (Jamison, et al., 2006). CEA yang terdiagnosa gastritis akut dengan atau
merupakan bentuk analisis yang tanpa komplikasi pada Bulan Januari 2017
komprehensif, dilakukan dengan – Desember 2017, berusia dewasa (18-65
mendefinisikan, menilai dan tahun), mendapatkan terapi obat antasida
membandingkan sumber daya yang atau omeprazol dengan pelayanan rawat
diinvestasikan (input) dengan konsekuensi inap kelas I, II dan III, serta data rekam
dari pelayanan (output) antara dua atau medis dan data biaya administrasi lengkap.
lebih intervensi (Andayani, 2013)
Penelitian ini dilakukan di Instalasi HASIL DAN PEMBAHASAN
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Aisyiyah
Malang, sebab Rumah Sakit Islam Aisyiyah Penelitian mengenai analisis biaya
Malang merupakan salah satu rumah sakit penggunaan antasida dibandingkan dengan
Yayasan Muhammadiyah yang berada di omeprazol pada pasien gastritis akut di

4
instalasi rawat inap Rumah Sakit Islam dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis
Aisyiyah Malang selama Januari 2017 dan sosial budaya (Perwitasari, et al.,
hingga Desember 2017 yang dilakukan 2016). Rata-rata lama rawat inap pasien
sejak bulan Juni 2018 sampai bulan gastritis di RSI Aisyiyah Malang adalah 3
Agustus 2018 diperoleh jumlah sampel hari, sebanyak 59,09% pasien rawat inap
sebanyak 30 sampel dan 22 diantaranya menjalani perawatan tidak lebih dari 3 hari
yang memenuhi kriteria inklusi. dan 40,91% menjalani perawatan lebih dari
3 hari. Pasien gastritis akut yang
Karakteristik Subyek Penelitian mendapatkan perawatan kelas I sangat
Persentase kejadian gastritis lebih mendominasi yakni dengan persentase
rentan dialami pada usia 51 – 65 tahun 68,18%. Pasien sebagai konsumen
yakni sebanyak 59,09% (13 sampel), diikuti memerlukan dan mencari jasa pelayanan
rentang usia 34 – 50 tahun sebanyak terbaik dengan harapan akan memuaskan
27,27% (6 sampel), dan angka terendah kebutuhan pasien dengan adanya fasilitas
terjadi pada usia 18 – 33 tahun dengan yang diberikan di perawatan kelas I
persentase 13,64% (3 sampel). Hal ini dapat (Sangadji & Sopiah, 2013).
disebabkan karena beberapa faktor, antara
lain karena adanya penurunan sintesis Persentase Distribusi Pasien
musin pada usia lanjut , sehingga dapat Berdasarkan Jenis Obat
menjadi salah satu faktor yang Distribusi pasien menurut
menyebabkan peningkatan kerentanan penggunaan obat antasida maupun
terhadap gastritis (Kumar, et al., 2013). omeprazol pada pasien gastritis akut di
Selain itu seiring bertambahnya usia, instalasi rawat inap RSI Aisyiyah Malang
mukosa lambung cenderung rentan pada periode Januari 2017 hingga
terhadap infeksi H. phylori serta mengalami Desember 2017 menunjukkan data yang
berbagai gangguan autoimun (Siska, 2017). imbang dengan persentase masing-masing
Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian sebanyak 50,00% dari 22 orang,
Karakteristik Jumlah Persentase sehingga terdapat 11 sampel pada masing-
(n) (%) masing obat.
Usia Tabel II. Distribusi Pasien Berdasarkan
18 – 33 3 13,64 Jenis Obat
34 – 50 6 27,27 Jumlah
51 – 65 13 59,09 Jenis Obat Pasien Persentase
Jenis Kelamin (n=22)
Laki-laki 5 22,73
Perempuan 17 77,27 Antasida 11 50,00%
Lama perawatan Omeprazol 11 50,00%
1 – 3 hari 13 59,09
> 3 hari 9 40,91
Kelas Perawatan Biaya Rata-Rata Antasida Dan
Kelas I 15 68,18 Omeprazol
Kelas II 4 18,18 Selanjutnya untuk melakukan
Kelas III 3 13,64 analisis CEA diperlukan data biaya medik
Jenis kelamin juga menunjukkan perbedaan langsung. Dari penelitian ini, biaya obat
persentase yang signifikan, gastritis akut rata-rata pasien yang memperoleh antasida
lebih sering dialami oleh perempuan yakni sebesar Rp 674.195,00, hasil ini lebih
77,27% dibandingkan dengan laki-laki rendah dibandingkan dengan biaya
yang hanya mencapai 22,73%. Secara penggunaan obat omeprazol yakni sebesar
umum perempuan mengalami stress 30% Rp 829.138,00. Sedangkan total biaya
lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini medik langsung yang dikeluarkan pasien

5
dengan terapi antasida justru menunjukkan Persentase biaya obat terhadap total
angka yang lebih besar yakni Rp biaya medik langsung pada pasien antasida
3.096.313,00, dibandingkan dengan pasien sebesar 21,77%, lebih kecil dibandingkan
dengan terapi omeprazol yaitu sebesar Rp dengan omeprazol yakni sebesar 29,04%.
2.855.078,00. Hal ini menunjukkan bahwa persentase
Tabel 3. Biaya rata-rata terapi antasida biaya obat bukan menjadi faktor utama
dan omeprazol yang mempengaruhi besarnya biaya medik
Biaya Rata-rata langsung. Rata-rata biaya obat pada pasien
Obat Biaya Obat Total Biaya penyakit lain seperti hipertensi dan
(Rp) Medik (Rp) diabetes, sehingga perlu pemberian terapi
tambahan untuk mengatasi komplikasi.
Antasida 674.195 3.096.313
Sedangkan total biaya medik langsung yang
Omeprazol 829.138 2.855.078 dikeluarkan pasien yang mendapat terapi
Biaya terapi omeprazol lebih tinggi karena antasida lebih besar karena dipengaruhi
selain harga omeprazol lebih mahal beberapa faktor, antara lain biaya ruang
dibanding antasida, pasien gastritis akut perawatan, biaya laboratorium dan biaya
yang mendapat terapi omeprazol banyak tambahan lain. Akan tetapi kelemahan
disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur, dalam penelitian ini adalah ketidak
sehingga memerlukan terapi antibiotik tersediaan data rincian biaya secara
untuk menekan pertumbuhan bakteri dan lengkap, sehingga faktor penambahan biaya
jamur penyebab gastritis. Selain itu, yang paling berpengaruh tidak dapat
beberapa pasien yang mendapat terapi diidentifikasi.
omeprazol juga mengalami komplikasi.

Efektifitas Terapi

Tabel 4. Efektifitas Terapi Berdasarkan Length Of Stay

Pasien yang memenuhi


Obat Jumlah Pasien % Efektifitas
rata-rata LOS
Antasida 7 11 63,64%
Omeprazol 6 11 54,54%
Faktor lain yang digunakan dalam ini, pasien yang mendapat terapi antasida
analisis efektifitas biaya adalah efektifitas memiliki efektifitas yang lebih tinggi yakni
terapi masing-masing obat yang ditinjau 63,64% sedangkan persentase efektifitas
dari Length Of Stay (LOS). Dimana LOS omeprazol 54,54% (Tabel 4). Penggunaan
didapat dari rata-rata lama pasien gastritis omeprazol pada gastritis akut indikasikan
akut secara keseluruhan menjalani rawat untuk tingkat keparahan yang sedang
inap, kemudian melihat berapa pasien pada hingga parah, sehingga pada kondisi ini
masing-masing terapi yang memenuhi rata- pasien membutuhkan perawatan yang
rata lama rawat inap tersebut, sehingga intensif dan memerlukan waktu pemulihan
hasilnya berupa persentase. Pada penelitian yang lebih lama (Strand, et al., 2017).

Perhitungan ACER
Dalam analisis biaya menggunakan efektifitas yang di dapatkan. Dari hasil
metode CEA terdapat perhitungan Average penelitian ini (Tabel 6), menunjukkan
Cost Effectiveness Ratio (ACER) untuk bahwa antasida memiliki rasio lebih kecil
mengetahui obat mana yang lebih cost- yakni Rp 48.653,00/1% efektifitas. Artinya,
effective. Perhitungan ACER merupakan untuk mendapatkan setiap 1% efektifitas,
suatu rumus yang membandingkan antara pasien hanya perlu menginvestasikan
biaya yang dikeluarkan pasien dengan sumberdaya yang dia miliki sebesar Rp

6
48.653,00, dibandingkan dengan Dari penelitian ini antasida memiliki nilai
omeprazol yang mencapai Rp ACER yang lebih kecil sehingga antasida
52.348,00/1% efektifitas. Dengan merupakan obat yang lebih cost-effective
menggunakan ACER, biaya terkecil per untuk terapi gastritis pada pasien rawat inap
efektifitas yang diperolehlah yang lebih di RSI Aisyiyah Malang menurut
dipilih untuk suatu terapi (Trask, 2011). perhitungan efektifitas berdasarkan LOS.
Tabel 6. Hasil Perhitungan ACER
Total rata-rata Biaya
Efektifitas ACER
Terapi Medik Langsung
(%) (Rp/%)
(Rp)
Antasida 3.096.313 63,64 48.653
Omeprazol 2.855.078 54,54 52.348

Perhitungan ICER
Meskipun perhitungan ACER telah menunjukkan biaya yang diperlukan untuk
memberikan informasi tentang pemilihan menghasilkan atau mencapai peningkatan
alternatif terapi yang lebih cost-effective, satu unit outcome relatif terhadap
namun analisis biaya dengan Metode CEA pembandingnya (Andayani, 2013). Pada
memiliki ciri khas yaitu adanya perhitungan metode CEA menggunakan rumus ICER
Incremental Cost Effectiveness Ratio (Incremental Cost Effectiveness Ratio)
(ICER) sehingga perhitungan ICER harus menjadi penyempurna analisis untuk
dilakukan pada analisis ini (Andayani, mengetahui selisih biaya suatu terapi untuk
2013). Interpretasi ICER berbeda dengan mendapatkan efektifitas yang lebih tinggi.
ACER, ACER dihitung untuk masing- Pada penelitian ini, hasil analisis
masing alternatif terapi dan perbandingan menggunakan ICER menyatakan bahwa
diperoleh dari perbedaan rasio relatif antara ada penambahan biaya Rp 26.509,00/1%
terapi satu dengan pembandingnya, efektifitas apabila terjadi perpindahan obat
hasilnya diinterpretasikan sebagai rata-rata dari efektifitas rendah ke efektifitas yang
biaya per unit efektivitas. Sedangkan ICER bebih tinggi.
Tabel 7. Hasil Perhitungan ICER
Rata-rata Total
Terapi Efektifitas ∆𝑪 ∆𝑬 ICER
Biaya Medik
Pengobatan (%) (Rp) (%) (Rp/%)
Langsung (Rp)
Antasida 3.096.313 63,64
241.235 9,1 26.509
Omeprazol 2.855.078 54,54
Keterangan :
ΔC = Selisih rata-rata total biaya medik langsung
ΔE = Selisih efektifitas terapi pengobatan
∆𝐶
ICER= [ ]
∆𝐸

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian analisis cost-effective dengan nilai Rp


biaya penggunaan obat antasida 48.653,00/1% efektifitas dibandingkan
dibandingkan omeprazol pada pasien dengan omeprazol yang mencapai Rp
gastritis akut di instalasi rawat inap Rumah 52.348,00/1% efektifitas. Apabila terjadi
Sakit Islam Aisyiyah Malang menggunakan perpindahan obat untuk mendapatkan
metode CEA (Cost Effectiveness Analysis) efektifitas yang lebih tinggi, maka perlu
dapat disimpulkan bahwa antasida lebih penambahan biaya sebesar Rp

7
26.509,00/1% efektifitas. Dengan Dinas Kesehatan Kota Malang, 2018. Profil
demikian, antasida lebih cost-effective dan Kesehatan Indonesia 2017, Malang:
dapat dijadikan alternatif pengobatan bagi Dinas Kesehatan Kota Malang
pasien gastritis akut oleh penyedia layanan Dipiro, J. T. dkk., 2008.
kesehatan. Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach. 7 ed.
UCAPAN TERIMAKASIH United States: Mc. Graw Hill
Companie.
Peneliti mengucapakan terimakasih
Hartati, S., Utomo, W. & Jumaini, 2014.
kepada :
Hubungan Pola Makan dengan
1. Rumah Sakit Islam Aisyiyah
Resiko Gastritis pada Mahasiswa
Malang yang telah memerikan
yang Menjalani Sistem KBK.
kesempatan, fasilitas dan
Journal of Med PSIK, 1(2).
lapangan yang memadai kepada
Jamison, D. T. dkk. eds., 2006. Priorities in
peneliti dalam melaksanakan
Health. In: Disease Control
penelitian ini.
Priorities Project. Washington
2. Universitas Muhammadiyah
(DC): The International Bank for
Malang yang telah memberi
Reconstruction and
kesempatan dan membantu
Development/The World Bank
peneliti dalam melaksanakan
Group.
penelitian.
Katzung, B. G., Masters, S. G. & Trevor, A.
3. Komisi Etik Penelitian yang
J., 2012. Basic & Clinical
telah memberikan keterangan
Pharmacology. 12 ed. United
kelayakan etik pada penelitian
States: McGraw-Hill Companies.
ini.
Kemenkes, 2013. Data Registrasi Rumah
4. Dan semua pihak yang telah
Sakit, Jakarta: Kementerian
membantu dalam penelitian ini.
Kesehatan Republik Indonesia
http://sirs.yankes.kemkes.go.id/regi
DAFTAR PUSTAKA
strasi/data_list.php.
Kumar, S. & Baldi, A., 2013.
Andayani, T. M., 2013. Farmakoekonomi
Pharmacoeconomics: Principles,
Prinsip dan Metodologi.
Methods and Economic Evaluation
Yogyakarta: Bursa Ilmu.
of Drug Therapies. Ph Tech Med ,
Ardiansyah, M., 2012. Medikal Bedah
2(5), pp. 362 - 369.
untuk Mahasiswa. Yogyakarta:
Kumar, V., Abbas, A. K. & Aster, J. C.,
Diva Press.
2013. Robbins Basic Pathology.
Bodrogi, J. & Kaló, Z., 2010. Principles of
9th ed. Canada: Elsivier Saunders.
pharmacoeconomics and their
Mahaji, R. S., Agustin, H. & Wulansari,
impact on strategic imperatives of
2010. Hubungan Pola Makan
pharmaceutical research and
dengan Timbulnya Gastritis pada
development. British Journal of
Pasien di Universitas
Pharmacology, Volume 159, p.
Muhammadiyah Malang Medical
1367–1373.
Center (UMC). Jurnal
Departemen Kesehatan RI, 2009. Profil
Keperawatan, 1(2), pp. 156 - 164.
Kesehatan Indonesia 2008,
Perwitasari, D. T., Nurbeti, N. & Armyanti,
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
I., 2016. Faktor-faktor yang
Departemen Kesehatan RI, 2011. Profil
Mempengaruhi Tingkatan Stres
Kesehatan Indonesia 2010,
pada Tenaga Kesehatan di RS
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Universitas Tanjungpura Pontianak

8
Tahun 2015. Jurnal Cerebellum, Kabupaten Sanggau, Pontianak:
2(3), pp. 553-561. Tanjungpura University.
Polimeni, J. M., Vichansavakul, K., Strand, D. S., Kim, D. & Peura, D. A., 2017.
Iorgulescu, R. I. & Chandrasekara, 25 Years of Proton Pump Inhibitors:
R., 2013. Why Perspective Matters A Comprehensive Review. Gut and
In Health Outcomes Research Liver, 11(1), pp. 27-37.
Analyses. International Business Sukandar, E. Y. dkk., 2008. ISO
& Economics Research Journal , Farmakoterapi. Jakartta: ISFI
12(11), pp. 1503-1512. Penerbitan.
Putri, A. T., Rezal, F. & Akifah, 2017. Wahyu, A., 2011. Maag dan Gangguan
Efektivitas Media Audio Visual dan Pencernaan. Jakarta: PT. Sunda
Leaflet Terhadap Peningkatan Kelapa Pustaka.
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Wardaniati, I., A, A. & Dahlan, A., 2016.
tentang Pencegahan Penyakit Gambaran Terapi Ranitidin dengan
Gastritis pada Santriwati di Pondok Sukralfat dan Ranitidin dengan
Pesantren Hidayatullah Putri dan Antasida dalam Pengobatan
Ummusshabri Kota Kendari Tahun Gastritis di SMF Penyakit Dalam
2017. JIMKESMAS, 2(6), pp. 1 - Rumah Sakit Umum Daerah
11. (RSUD) Ahmad Mochtar Bukit
Sangadji, Etta Mamang., Sopiah., 2013. Tinggi. Jurnal Farmasi Higea,
Perilaku Konsumen. Yogyakarta: 8(1), pp. 65 - 74.
CV. Andi Offset. Yuliarti, 2009. Maag : Kenali, Hindari
Saydam, G., 2011. Memahami Berbagai dan Obati. Yogyakarta: CV. Andi.
Penyakit (Penyakit Pernapasan Yuliarti, N., 2012. Maag, Kenali, Hindari
dan Gangguan Pencernaan). dan Obati Panduan Praktis
Bandung: Alfabeta. mencegah dan Mengatasi
Siska, H., 2017. Gambaran Pola Makan Penyakit Maag. Yogyakarta: CV.
dalam Kejadian Gastritis pada Andi.
Remaja di SMP Negri 1 Sekayam

S-ar putea să vă placă și