Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
1. Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai usia anak
2. Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas keluarga yang
bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan anak.
Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu :
1. Masalah aktual/risiko
a. Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh
b. Menarik diri dari lingkungan sosial
c. Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
d. Mudah dan Sering marah
e. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang dibebankan
f. Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
g. Keengganan melakukan kewajiban agama
h. Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
i. Gangguan komunikasi verbal
j. Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan untuk bermain)
k. Nyeri (akut/kronis)
l. Trauma atai cedera pada sistem integumen dan gerak
C. Intervensi
1. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anak yang sakit
Tujuan : Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan yang
adekuat
Intervensi :
a. Diskusikan tentang tugas keluarga
b. Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota keluarga sakit
c. Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga
d. Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya pertolongan yang
telah dilakukan
e. Ajarkan cara merawat anak dirumah
f. Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga
2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya
Tujuan : ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi :
a. Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga
b. Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga
c. Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani
d. Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
e. Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
f. Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
g. Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membaut alternatif
B. Saran
Keluarga harus berfungsi menjadi perantara bagi tuntutan-tuntutan dan harapan dari
semua individu yang ada dalam unit keluarga. Status sehat atau sakit dalam keluarga saling
mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh
keluarga dan sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan
anggotanya. Keluarga cenderung dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada
setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota keluarga.
2. Tahapan ini dimulai saat anak pertama telah berusia 6 tahun & mulai masuk SD,
berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota maksimum (Duvall, 1977). Orang tua berjuang dengan tuntutan
ganda, yaitu :1. Berupaya mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya.2.
Memperhatikan perkembangan mereka sendiri.
BAB III
KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH
A. DEFINISI
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah dasar sekitar usia
6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun.
Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif,
dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam berbagai hal, misalnya mereka dapat
berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya.
B. PERKEMBANGAN FISIK
1. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah lahir tetapi, meningkat
secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti pola secara tepat. Anak usia
sekolah lebih langsing dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat perubahan distribusi dan
kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle, 1994)
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya dengan kelompok besar anak
anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang biasanya diperlukan selama kelas 1 merupakan
kesempatan yang baik perawat untuk mendiskusikan dengan anak dan orang tua tentang pengaruh
genetic, nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak laki laki sedikit labih tinggi dan
lebih berat dari pada anak perempuan selama tahun pertama sekolah. Kira kira 2 tahun sebelum
pubertas. Anak mengalami peningkatan pertumbuhan yang cepat.
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut jantung rata- rata 70 – 90
denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan frekuensi pernafasan stabil 19 – 21,
Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan menjadi lebih lambat, lebih dalam, dan lebih teratur.
Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6 kali ukurannya saat lahir dan umumnya sudah mencapai
ukuran dewasa.
3. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar meningkat dan kekuatannya dua
kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik kasar yaitu berlari, melompat, menyeimbangkan
gerak tubuh, dan menangkap selama bermain. Menghasilkan peningkatan ketrampilan
neuromuscular. Perbedaan individual dalam kecepatan pencapaian penguasaan ketrampilan dasar
mulai terlihat. Perbedaan individual dalam ketrampilan motorik terbentuk dalam partisipasi anak
dalam aktivitas yang membutuhkan pergerakan otot yang terkoordinasi dan kemampuan motorik
halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik kasar tetapi berkembang
kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol jari dan pergelangan tangan tercapai, anak
menjadi pandai melakukan aktivitas. Ketrampilan meningkatkan motorik halus pada anak dalam
pertengahan masa kanak – kanak membuat mereka menjadi sangat mandiri dalam merawat
kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam proses kebutuhan ini akan terpenuhi.
Penyaklit dan hospitalisasi mengancam pengendalian anak dalam area ini. Maka sangat penting
mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam perawatan dan mempertimbangkan kemandirian
sebanyak mungkin.
4. Nutrisi
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative. Jika terjadi defisiensi
biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium. Anak usia sekolah dapat belajar banyak hal
tentang piramida makanan dan diet yang seimbang dengan membantu menyiapkan makanan.
Perawat harus menganjurkan orang tua untuk menyediakan makanan dalam jumlah yang adekuat
bagi anak untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas.
C. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berfikir dengan cara yang
logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan
untuk memahami dunia secara luas. Sekitar 7 tahun, anak memasuki tahap piaget ketiga yaitu
perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai operasional konkret, ketika merewka mampu
mengunakan symbol secara operasional (aktivitas mental) dalam pemikiran bukan kerja Mereka
mulai menggunakan proses pemikiran yang logis dengan materi konkret. Periode ini di tandai dengan
tiga kemampuan atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan. Pada
akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang
sederhana.
1. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua semua
cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di nyatakan dalam bentuk tulisan, lisan,
isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambing, gambar atau lukisan,
dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu
pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut :
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-orang suara / bicara
sudah berfungsi ) untuk berkata kata.
b. Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari
bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau kata-kata yang di dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak tengah dan pencapaian berbahasa
tidak lagi sesuai dengan usianya. Rata-rata anak usia 6 tahun memiliki kosakata sekitar 3000 kata
yang cepat berkembang dengan meluasnya pergaulan dengan teman sebaya dan orang dewasa serta
kemampuannya membaca. Anak meningkatkan penggunaan berbahasa dan mengembangkan
pengetahuan strukturalnya. Mereka menjadi lebih menyadari aturan sintaksis, aturan merangkai kta
menjadi kalimat.
D. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan yang penting bagi
mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang mendapatkan keberthasilan
positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang menghadapi kegagalan dapat merasakan
mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari
sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan kognitif dan
pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan, bukan
hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha untuk
menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang di
terima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya.
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain jenis. Identitas jender yang kuat
dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan teman sejenis yang di pertahankan oleh anak biasa di
sebut “geng“. Umumnya anak laki-laki dan perempuan memandang jenis kelamin yang berbeda
secara negative. Pengaruh sebaya menjadi lebih berbeda selama tahap perkembangan ini.
Konformitas terlihat pada perilaku, gaya berpakaian, dan pola berbicara yang di dorong dan
dipengaruhi adanya kontak dengan sebaya. Identitas kelompok meningkat, seiring perubahan anak
sekolah menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia merasa pada periode ini anak
memiliki sedikit ketertarikan dalam seksualitasnya. Sekarang ini banyak peneliti percaya bahwa anak
usia sekolah memiliki ketertarikan yang besar pada seksualitasnya.
4. Konsep diri dan kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat dan lebih individual. Persepsi sehat
sakit berdasarkan pada fakta yang mudah diobservasi seperti adanya atau tidak adanya penyakit dan
keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan fungsional standar untuk kesehatan personal dan
kesehatan yang lain dinilai.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA Tn. Z DENGAN MASALAH ISPA
I. PENGKAJIAN
A. Data Umum.
1. Nama KK : Tn. Z
2. Usia : 40 tahun
3. Pendidikan KK : SMP
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Alamat : Ds. Menganti Rt 02/Rw 03, Kec. Kedung, Kab. Jepara.
6. Komposisi Keluarga :
7. Genogram
Keterangan :
8. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. T termasuk keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan
anak-anak.
9. Latar belakang Budaya / kebiasaan keluarga
9.1. Suku bangsa
Keluarga Tn. T merupakan suku Jawa Bangsa Indonesia.
9.2. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang biasa digunakan keluarga sehari hari adalah bahasa jawa, keluarga menguasai bahasa
jawa dan bahasa indonesia.
9.3. Pantangan
-
9.4. Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan :
9.4.1 Kebiasaan dalam kebersihan
Anggota keluarga mencuci tangan sebelum makan, cuci muka, kaki dan gosok gigi sebelum tidur
selain kegiatan rutin sehari – hari yang sudah umum dilakukan seperti keluarga lain antara lain mandi
dan mencuci. Sedangkan dalam menjaga kebersihan rumah kurang diperhatikan.
9.4.2 Jaringan kerja
Tn. T adalah seorang tukang kayu, relasinya banyak berasal dari sesama profesi dan jika order
pekerjaan sepi tak ada pekerjaan lain yang dilakukan. Sedangkan Ny. W seorang penjual nasi bungkus
di pasar.
9.4.3 Kebiasaan makan
Komposisi makanan pada Tn. Z adalah makanan pokok selalu ada, sayur mayur selalu ada, lauk nabati
dan lauk hewani kadang-kadang, susu kadang-kadang ada untuk anaknya dan dalam keluarga tidak
mempunyai makanan pantangan atau alergi (kecuali makanan yang dilarang sesuai keyakinan atau
agama yang dianut ).
Keluarga tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan makanan karena Ny. W sendiri
penjual nasi di pasar.
Dalam pengolahan, keluarga selalu memperhatikan kebersihan bahan makanan dengan mencuci
bahan makanan yang akan diolah, dihidangkan dalam keadaan terbuka dan keluarga mengatakan
kurang mengetahui tentang komposisi makanan bergizi dan cara memodifikasinya.
Pola makan keluarga Tn. T
f. Sistem drainase
Keluarga menggunakan mesin pompa untuk mengambil air
g. Penggunaan jamban
Jamban yang digunakan adalah jenis leher angsa, septik tank berjarak kurang lebih 5 meter dari
sumur.
h. Kondisi air
Sedikit berwarna, agak berasa dan agak berbau
i. Persepsi keluarga mengenai masalah kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan
Keluarga Tn. Z kurang berusaha menjaga kesehatan lingkungan untuk mencegah timbulnya penyakit
dikarenakan kurang memahami dalam menciptakan atau memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan keluarga sendiri disamping juga untuk menambah keindahan dan kenyamanan.
G. Pemeriksaan Fisik
H. Harapan Keluarga
Harapan keluarga dari masalah kesehatan adalah agar keluarga tahu bahwa masalah yang dihadapi
An. Y dapat teridentifikasi dan segera teratasi serta dapat memodifikasi lingkungan yang mendukung
untuk pencegahan terhadap penularan kepada anggota keluarga yang lain.
SKALA PRIORITAS
DP : Kecemasan terhadap ISPA pada An. Y
DP : Pola nafas tidak efektif pada An. Y
PRIORITAS DIAGNOSA
1. Kecemasan terhadap ISPA pada An. Y b.d ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit dengan tepat
2. Pola nafas tidak efektif pada An. Y b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan tepat
Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin
(menikah) (UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak)
Menurut Hurlock (1980) saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun tetapi
berumur 18 tahun, dan masa dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih dipengaruhi
oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat suasana
rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap
penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari
perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak
sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-
teman sebaya sebagai anggota kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh
kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis
(pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar karena
adanya minat dan kegiatan untuk bermain
B. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
• Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk
keberhasilan sosial
• Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah diri
C. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan
anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut
dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan sosial
D. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan
tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
E. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku
kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi
konsep diri anak
2. BAHAYA PSIKOLOGIS
A. Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia sekolah
yaitu :
kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat
komunikasi dengan orang lain
kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak jadi sadar
diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda
pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain, membual
akan ditentang oleh temannya
B. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang
disenangi orang lain
C. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang
berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang
kaku.
E. Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak :
1. perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-
konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa
2. tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
3. disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya
dilakukan
4. hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
5. menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga
menjadi perilaku kebiasaan
6. tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
II. PENGKAJIAN
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep keluarga)
2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
a. Identitas anak
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
c. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
d. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari)
e. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai)
f. Pemeriksaan fisik
3. Lengkapi dengan pengkajian fokus
2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya
Tujuan : ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi :
• Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga
• Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga
• Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani
• Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
• Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
• Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
• Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membaut
alternatif
V. Evaluasi
Evaluasi didasarakan pada tujuan yang hendalk dicapai mengacu pada kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Perawat selalu memberi kesempatan pada keluarga untuk
menilai keberhasilannya kemudian arahkan sesuai dengan tugas perkembangan
keluarga dibidang kesehatan.
A. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Sumber informasi dari tahap pengkajian dapat menggunakan metode :
a. wawancara keluarga
b. observasi fasilitas rumah
c. pemeriksaan fisik dari anggota keluarga
d. data sekunder, misal hasil pemeriksaan laboratorium, X-ray, papsmear, dsb
Rekreasi kelurga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupakan aktifitas rekreasi
B. PENGKAJIAN FOKUS
Perawat perlu melakukan pengkajian fokus pada tiap perkembangan yang didasari
oleh :
1. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan berbeda
karena ada perubahan anggota keluarga (dapat bertambah atau berkurang)
2. Pada tahap tiap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan
keluarga yang harus dilakukan.
3. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda
h. Keluarga lansia
Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja dan ditinggal pasangannya
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah
Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, berapa frekuensi kunjungan anak
Adakah orang yang menemani setiap hari
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia tua
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
Sifat masalah
3
Skala : tidak/kurang sehat
1. 2
Ancaman kesehatan
1
Keadaan sejahtera
1
Kemungkinan masalah dapat diubah
2
Skala : Mudah
2. 1
Sebagian
0 2
Tidak dapat
No. Kriteria Skor Bobot
Potensial masalah untuk dicegah
3 1
Skala : Tinggi
3. 2
Cukup
1
Rendah
1
Menonjolnya masalah
2
Skala : masalah berat, harus segera ditangani
4. 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani
0
Masalah tidak dirasakan
• Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
• Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah
Untuk kriteria ketiga perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
menilai masalah keperawatan tersebut
D. IMPLEMENTASI
- perawat tidak bekerja sendiri melibatkan semua profesi kesehatan yang menjadi
tim perawatan kesehatan dirumah (home care)
- Peran perawat sebagai koordinator tetapi dapat juga sebagai pelaksana asuhan
keperawatan
- Melakukan kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan)
meliputi : waktu, topik, siapa pelaksananya, sasaran keluarga, peralatan
- Tujuannya agar keluarga dan perawat siap secara fisik dan psikis
- Harus sesuai dengan rencana dan kontrak yang telah dilakukan
- Materi : sesuai tujuan yang diharapkan
- Media : sesuai dengan kriteria pada rencana asuhan keperawatan keluarga agar
diperoleh efektifitas yang maksimal, yaitu :
Brosur/leaflet yang dibuat sendiri oleh perawat
Buku
Poster
Rekaman audio atau video, dll
- Buat rencana kegaiatan yang terstruktur agar diperoleh hasil yang efektif dan
efisien
- Rencanakan secara sistematis dan berurutan secara bertingkat derdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat
- Impkementasi dapat dilakukan oleh klien sendiri, perawat, anggota tim kesehatan,
keluarga lain dan orang lain yang masuk dalam jaringan kerja keperawatan keluarga
E. EVALUASI
- Kegiatan membandingkan hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang
ditetapkan
- Bila evaluasi tidak atau berhasil sebagian disusun rencana baru
- Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga dengan waktu
yang sesuai dengan kondisi keluarga
- Disusun menggunakan SOAP yaitu
S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan keluarga setelah
implementasi
O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat dengan
pengamatan langsung setelah implementasi
A adalah analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif
keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan pada
rencana keperawatan
P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
- Evaluasi yang dilaksanakan oleh perawat adalah evaluasi formatif yang bertujuan
untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan dan kontrak pelaksanaan sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk
menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan dengan
maksud apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan
perubahan intervensi atau dihentikan.
Format evaluasi formatif dan sumatif
Bila tidak, anak yang telah menikah tidak tinggal serumah, dimana tinggalnya dan
berapalama/frekuensi anak bertemu dengan orang tuaBagaimana hubungan antara
anak yang telah menikah dengan adiknya
Bagaimana perasaan orang tua setelah anak menikah
Bagaimana orang tua membentuk jaringan dengan anak
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
g. Keluarga usia bayaBagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah
Bagaimana hubungan anak dengan orang tua
Adakah orang lain yang tinggal serumah, bagaimana hubungan keluarga
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah anak tidak lagi serumah
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
h. Keluarga lansiaBagaimana perasaan setelah tidak bekerja dan ditinggal
pasangannya
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah
Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, berapa frekuensi kunjungan anak
Adakah orang yang menemani setiap hari
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia tua
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA1. Pengelompokan DataData hasil
pengkajian dikelompokan dalam data subjektif dan objektif setiap
kelompok diagnosis keperawatan2. Perumusan Diagnosa Keperawatan- Perumusan
diarahkan pada individu dan atau keluarga- Komponennya terdiri dari P, E dan S-
Perumusan diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah
disepakati,terdiri dari :a. Masalah (Problem, P) yaitu suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusiayang dialami oleh keluarga atau anggota
keluargab. Penyebab (Etiology, E) yaitu suatu pernyataan yang dapat menyebabkan
masalah denganmengacu pada lima tugas keluarga : mengenal masalah,
mengambil keputusan yang tepat,merawat anggota keluarga,
memelihara/memodifikasi lingkungan, memanfaatkan fasilitaspelayanan kesehatanc.
Tanda (Sign, S) yaitu sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat
darikeluarga secara langsung atau tidak langsung untuk mendukung masalah atau
penyebabTipologi diagnosa keperawatan keluarga dibedakan menjadi 3 kelompok,
yaitu :
1. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga
danmemerlukan bantuan dari perawat dengan segera2. Diagnosis risiko/risiko tinggi
adalah masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi tandauntuk menjadi masalah
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segeramendapat
bantuan3. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telahmampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatanyang memungkinkan dapat ditingkatkanContoh perumusan
diagnosa keperawatan :a. Diagnosa Aktual1. Gangguan pemenuhan kebutuhan
istirahat tidur pada Ibu B keluarga Bapak K berhubungandengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk istirahat dantidur2. Perubahan
peran menjadi orang tua tunggal pada Bapak I berhubungan denganketidakmampuan
keluarga mengenal masalah peran orang tua tunggal setelah istrinyameninggal3.
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas gerak pada anak S keluarga Bapak
Tberhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang
aman untuk latihan berjalan bagi anak Sb. Diagnosa Risiko/risiko tinggi1. Risiko
terjadinya serangan berulang yang berbahaya pada Lansia Ibu R keluarga Bapak
Mberhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan(Puskesmas) yang dekat dengan tinggal keluarga2. Risiko
tinggi gangguan perkembangan balita D pada keluarga Bapak N
berhubungandengan ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi pada balita3.
Risiko tinggi konflik antara orang tua dan anak remaja keluarga Bapak P
berhubungandengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi
yang tepat bagi anak remajanyac. Diagnosa Potensial1. Potensial peningkatan
kesejahteraan Ibu C yang sedang hamil pada keluarga Bapak Q2. Potensial
peningkatan status kesehatan balita anak G pada kelg. Bapak H3. Potensial tumbuh
kembang yang optimal bagi anak K pada kelg. Bapak LD. PENILAIAN (SKORING)
DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Skoring dilakukan bila diagnosa keperawatan lebih
dari satu2. Proses skoring menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bailon dan
Maglaya (1978),dengan cara :
• Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh perawat
Keluarga bapak D (37tahun) mempunyai 2 orang anak sekolah dan 1 balita. Anak
pertama Bapak D, laki-laki (anak F) berusia 11tahun, duduk dikelas 6sekolah negeri ,
sedang adiknya , perempuan berusia 8tahun, duduk di kelas 3 sekolah swasta.
Kedua anak Bapak D, giginya sudah permanen walaupun belum lengkap. Kedua
anak bapak D seringkali lupa gosok gigi terutama saat menjelang tidur. Anak
perempuan Bapak D anak S ) sering Mengeluh sakit gigi, istrinya bapak D hanya
menganjurkan kumur-kumur air garam jika rasa nyeri gigi itu datang. Menurut kedua
anak Bapak D rata-rata teman-temannya disekolah mengeluh sering Sakit gigi juga.
Petugas UKS dari Puskesmas sesekali datang untuk memeriksa kesehatan di
sekolah. PT. Unilever juga pernah datang untuk mengajarkan cara sikat gigi dan
membagi produk berupa pasta gigi pada siswa. Berat badan Anak kedua dari bapak D
adalah 18 kg, dan kurang nafsu makan, dan sering mengalami kurang tidur dan sering
Terbangun pada malam hari, dan Sulit berkonsentrasi pada saat belajar sehingga
prestasi belajar menurun
Perubahan pemelihara
an kesehatan
Ketidakmampuan ke
luarga dalam mengen
ali masalah
kesehatan pada
anak S Perubahan po
la
nutrisi
kurang dAri
kebutuhan
ketidakmampuan
keluarg
a
memen
uhi
a
s
u
p
a
ng
izi
y
a
ng mem
a
d
ai